SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
EVALUASI KLASTER INDUSTRI PRIORITAS
DALAM RANGKA REVIEW KEBIJAKAN INDUSTRI
               NASIONAL
1     LATAR BELAKANG & TUJUAN

LATAR BELAKANG:
 Sesuai arahan Perpres No. 28/2008, kebijakan industri nasional ditinjau kembali setiap 5
  tahun, atau setiap waktu apabila dipandang perlu. Salah satu aspek yang perlu
  dievaluasi adalah strategi operasional pengembangan industri.
 Strategi kebijakan perlu dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana strategi tersebut
  dapat dilaksanakan, hasil-hasil yang dicapainya dan penyesuaian strategi
  pengembangan industri ke depan.
TUJUAN:
 Tujuan umum: Evaluasi Kebijakan Industri Nasional.
 Tujuan Khusus: Evaluasi implementasi pengembangan industri melalui pendekatan
  klaster (“Porogram Klaster”).
KELUARAN:
(1)   Gambaran mengenai keterbentukan kelembagaan klaster dan efektifitas Program
      Klaster dalam mendorong perkembangan industri ;
(2)   Masukan bagi revisi Kebijakan Industri Nasional (Lampiran PerPres No. 28/2008).

                                            2
2   METODOLOGI
Evaluasi Program Klaster dilakukan dengan metode kualitatif – deskriptif dengan
menganalisis kondisi terkini klaster industri pada lokasi terpilih berdasarkan 6
(enam) indikator berikut:
    (1)   keterbentukan kelembagaan klaster,
    (2)   konsentrasi dan perkembangan industri pada lokasi klaster;
    (3)   potensi aglomerasi pada lokasi klaster;
    (4)   keterkaitan industri dan kerjasama antar anggota klaster;
    (5)   knowledge spillover di antara anggota klaster; dan
    (6)   peranserta dan bantuan pemerintah.
Analisis didasarkan pada data dan informasi yang dikumpulkan melalui:
    (1)   presentasi unit pembina klaster;
    (2)   Focus Group Discussion anggota klaster;
    (3)   penyebaran kuesioner kepada anggota klaster; dan
    (4)   pengumpulan data sekunder.

                                        3
Analisis dilakukan terhadap sampel 10 lokasi klaster. Pemilihan sampel diarahkan
agar klaster industri dan lokasi klaster terpilih dapat menggambarkan
pelaksanaan program klaster secara keseluruhan.
Pemilihan sampel dilakukan secara purposive dengan tahapan sebagai berikut:
(1) Dipilih 5 dari 6 kelompok besar industri prioritas yaitu: (1) basis industri manufaktur,
    (2) industri agro, (3) industri alat angkut, (4) industri elektronika dan telematika dan
    (5) industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu.
    Kelima kelompok industri tersebut dianggap dapat merepresentasikan Bangun Industri
    Nasional masa depan yang tersusun dari basis industri manufaktur dan industri andalan masa
    depan.
(2) Dipilih 4 klaster industri dari kelompok basis industri manufaktur, 3 klaster
    industri dari kelompok industri agro, dan masing-masing satu klaster
    industri dari ketiga kelompok industri terpilih lainnya.
    Pemilihan klaster industri dari tiap-tiap kelompok dilakukan didasarkan pada penilaian ahli
    dan unit pembina memenuhi salah satu dari empat kriteria berikut:
     memiliki keterkaitan luas ke hulu dan/atau ke hilir;
     bersifat padat karya;
     prospektif, berpotensi berkembang pesat di masa depan; dan
     telah dilakukan pembinaan cukup intensif oleh unit pembina.

                                             4
Berdasarkan kriteria tersebut, evaluasi program klaster difokuskan pada 10
lokasi klaster industri berikut:
1. Klaster industri baja di Cilegon, Banten;
2. Klaster industri petrokimia berbasis olefin di Banten (Anyer – Merak –
    Cilegon – Serang);
3. Klaster industri TPT di Majalaya, Bandung;
4. Klaster industri alas kaki di Jawa Timur;
5. Klaster industri gula di Jawa Timur;
6. Klaster industri pengolahan kopi di Liwa, Lampung Barat;
7. Klaster industri furnitur kayu di Jepara, Jawa Tengah;
8. Klaster industri perkapalan di Surabaya;
9. Klaster industri pompa air di Ceper dan Juwana, Jawa Tengah; dan
10. Klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia di Bandung dan
    sekitarnya.


                                    5
3   PELAKSANAAN PROGRAM KLASTER
 Sejak 2005, pengembangan industri lebih diarahkan pada pengembangan dengan
  pendekatan klaster. Pada 2006 dan 2007 dilakukan: diagnosis dan penyusunan
  roadmap pengembangan klaster; inisiasi, sosialisasi dan mobilisasi pembentukan
  kelembagaan beberapa klaster industri.
 Perpres No. 28/2008 semakin memperkuat dasar hukum pelaksanaan Program Klaster:
  dibuat sejumlah peraturan menteri mengenai panduan pengembangan (roadmap)
  industri prioritas yang menjadi arahan pengembangan klaster industri selanjutnya.
 Dalam pelaksanaannya, banyak program bersifat sektoral dan tidak terkait langsung
  dengan upaya pengembangan klaster industri. Di beberapa lokasi, program klaster
  dilakukan dalam bentuk kajian industri, promosi investasi dan pembangunan
  prasarana pendukung.
 Di beberapa lokasi diberikan pelatihan dan work shop; bantuan alat produksi, dan
  fasilitasi pemasaran. Fasilitasi langsung tersebut biasanya dilakukan pada klaster
  dimana anggotanya sebagian besar industri skala kecil dan menengah.
 Fasilitas dan bantuan juga diberikan untuk mendukung aktifitas dan kegiatan
  kelembagaan klaster. Di beberapa lokasi, program klaster dilakukan oleh pemerintah
  daerah (dinas perindustrian dan perdagangan) dengan dukungan pemerintah pusat
  (Kementrian Perindustrian).

                                        6
4   PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI

Kajian ini tidak dimaksudkan untuk mengevaluasi dampak Program Klaster
terhadap perkembangan sektor industri. Namun program klaster diyakini
berpengaruh positif terhadap perkembangan sektor industri, setidaknya
dapat menghambat momentum penurunan pertumbuhan industri.
 Program klaster mulai dilaksanakan pada saat terjadi momentum
  penurunan pertumbuhan industri (2006) dan KIN ditetapkan ketika terjadi
  krisis global (2008). Sektor industri mulai memperlihatkan perkembangan
  menggembirakan setelah kurang lebih satu tahun KIN ditetapkan.
 Sejak 2006 ekspor produk industri tumbuh stabil dengan rata-rata 16.1%
  /thn sampai 2008. Pada 2009 ekspor produk industri mengalami penurunan
  17% namun setelah itu tumbuh dengan laju lebih tinggi dari pada saat
  sebelum krisis.
 Selama 2001-2011 penyerapan tenaga kerja di sektor industri bertambah 2.5
  juta orang. Kontribusi sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja
  nasional relatif stabil pada kisaran 13%.

                                    7
Sejak 2001, sektor industri tumbuh berfluktuasi dengan kecenderungan berubah-ubah.
 Pada 2001-2004 terjadi peningkatan pertumbuhan, kemudian (karena krisis global)
 turun hingga mencapai titik terendah pada 2009. Momentum peningkatan
 pertumbuhan baru muncul di awal 2010, dan nampaknya terus berlanjut hingga 2012

                          Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 2001-2012.


             Pert. GDP, annual     Industri, total      Industri non migas    Polynomial trend - ind nonmigas
10
9
8
 7
6
5
4
3
2
 1
0
     1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

      2001     2002     2003     2004    2005        2006   2007     2008    2009    2010     2011     2012


                                                        8
5     EVALUASI PROGRAM KLASTER
    TANTANGAN DAN KENDALA:
    Pelaksanaan Program Klaster tidak selalu dapat dilaksanakan sesuai dengan
    rencana; rencana aksi yang ditetapkan dalam roadmap tidak selalu dapat
    dilaksanakan optimal. Tantangan dan kendala muncul di antaranya karena:
     Keterbatasan kewenangan, sumber daya (SDM dan anggaran), dan
       rendahnya kesadaran pemangku kepentingan termasuk pelaku industri
       sendiri:
      Pengembangan klaster industri memerlukan mobilisasi dukungan dari berbagai
      pihak khususnya terkait dengan sumber daya manusia pada kelembagaan klaster
      dan unit pembina. Keterbatasan sumber daya menyebabkan cluster body dan
      fasilitator tidak berfungsi optimal dan perkembangan klaster tidak dimonitor
      secara seksama.
      Kesadaran pelaku industri mengenai pentingnya kerjasama sangat rendah.
     Kesulitan kordinasi dengan pihak-pihak terkait.
      Pembinaan industri melalui pendekatan klaster melibatkan banyak fihak yang
      memerlukan kordinasi dengan kementerian dan lembaga pemerintah
      lain, termasuk pemerintah daerah.
                                          9
KONDISI & PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
    1. Keterbentukan Kelembagaan Klaster:
          Pada 10 lokasi klaster terpilih, hanya pada satu lokasi dimana pokja berfungsi
          optimal, pada dua lokasi berfungsi dengan kategori “cukup” dan pada lima lokasi
          berfungsi dengan kategori “moderat” dan pada dua lokasi lain kurang berfungsi

          Lokasi Klaster                        Keberadaan kelembagaan klaster
Industri Alas Kaki, Jatim            Berfungsi dan dapat menumbuhkan kerjasama antar anggota
                                     klaster
Industri Pengolahan Kopi, Liwa       Berfungsi dan berusaha menumbuhkan kerjasama antar
Industri Perkapalan, Surabaya        anggota klaster
Industri Furniture Kayu, Jepara
Industri TPT: Majalaya
Industri Gula, Jawa Timur
                                     Berfungsi memfasilitasi bantuan pemerintah kepada anggota
Industri Pompa Air, Ceper +
Juwana
Industri Telematika, Bandung
Industri Baja: Cilegon
                                     Berfungsi minimal
Industri Petrokimia, Banten

                                             10
2. Manfaat Aglomerasi:
          Pada tiap-tiap lokasi klaster yang ditentukan, aglomerasi terjadi secara alamiah.
          Namun, manfaat aglomerasi tidak selalu dapat dinikmati oleh peserta klaster.



           Lokasi Klaster                            manfaat aglomerasi
Industri Baja: Cilegon
Industri Petrokimia, Banten          manfaat aglomerasi besar
Industri Perkapalan, Surabaya
Industri TPT: Majalaya
Industri Alas Kaki, Jatim
Industri Pompa Air, Ceper +
                                     Manfaat aglomerasi cukup
Juwana
Industri Pengolahan Kopi, Liwa
Industri Gula, Jawa Timur
Industri Furniture Kayu, Jepara      Manfaat aglomerasi kurang
Industri Telematika, Bandung         Manfaat aglomerasi minimal


                                             11
3. Perkembangan Industri pada Lokasi Klaster:
          2 klaster berkembang cukup baik (dilaporkan terjadi perkembangan jumlah unit
          usaha & produksi). 5 klaster mengalami perkembangan moderat (terjadi
          pertumbuhan usaha namun peran klaster belum berpengaruh). Pada 2 klaster,
          industri cukup berkembang namun peran kelembagaan klaster belum terlihat.
           Lokasi Klaster                           Perkembangan klaster
Industri Alas Kaki, Jatim           Kegiatan usaha anggota klaster berkembang cukup baik.
Industri Perkapalan, Surabaya       Kelembagaan klaster berperan.
Industri Pengolahan Kopi, Liwa
Industri TPT: Majalaya
Industri Furniture Kayu, Jepara     Usaha berkembang moderat, kelembagaan klaster kurang
Industri Telematika, Bandung        berperan.
Industri Pompa Air, Ceper +
Juwana
Industri Baja: Cilegon
                                    Industri berkembang moderat, peran kelembagaan minimal.
Industri Petrokimia, Banten
Industri Gula, Jawa Timur           Kinerja industri menurun.


                                            12
4. Keterkaitan & Kerjasama antar Anggota:
          Hanya pada 2 klaster terjadi kerja sama yang kuat (dalam bentuk kerjasama
          produksi, pengadaan input, distribusi dan pembangunan fasilitas bersama). Kerja
          sama antar anggota klaster umumnya bersifat temporer dan hanya menyangkut
          pemanfaatan fasilitas dan/atau bantuan pemerintah. Pada 2 klaster, praktis tidak
          terjadi kerja sama antar anggota.
           Lokasi Klaster                        Kerjasama antar anggota klaster
Industri Alas Kaki, Jatim            Terjadi kerja sama kuat dalam produksi pengadaan input dan
Industri Furniture Kayu, Jepara      pemasaran dan pembangunan fasilitas.
Industri Perkapalan, Surabaya
Industri TPT: Majalaya
Industri Pengolahan Kopi, Liwa       Kadang-kadang ada kerja sama.
Industri Pompa Air, Ceper +
Juwana
Industri Gula, Jawa Timur
                                     Ada kerjasama pada tingkat terbatas.
Industri Telematika, Bandung
Industri Baja: Cilegon
                                     Ada kerjasama pada tingkat minimal.
Industri Petrokimia, Banten

                                              13
5. Knowledge spillover:
          Knowledge spillover terencana hanya dilakukan dalam bentuk “pembinaan” dan
          pelatihan. Knowledge spillover dalam bentuk pemanfaatan bersama hasil R&D
          untuk inovasi yang dilakukan secara terencana nampaknya belum terjadi.


           Lokasi Klaster                            Knowledge spillover
Industri Alas Kaki, Jatim
Industri TPT: Majalaya             Pelatihan dan bimbingan + terjadi spillover tidak terencana.
Industri Furniture Kayu, Jepara
Industri Pengolahan Kopi, Liwa
Industri Telematika, Bandung       Ada pelatihan dan bimbingan dari pemerintah atau lembaga
Industri Pompa Air, Ceper +        lain.
Juwana
Industri Perkapalan, Surabaya
                                   Sangat terbatas
Industri Gula, Jawa Timur
Industri Baja: Cilegon
                                   Hampir tidak terjadi knowledge spillover antar anggota
Industri Petrokimia, Banten


                                            14
6. Manfaat Bantuan Pemerintah:
          Pada 2 lokasi klaster, peran pemerintah sangat besar pada penguatan
          kelembagaan klaster, kerja sama dan upaya mendorong pertumbuhan industri.
          Pada 5 klaster lain, penguatan kelembagaan klaster, kerjasama antar anggota dan
          pertumbuhan industri perlu dukungan lebih besar dari pemerintah. Pada 3
          klaster lain, peran pemerintah perlu dipertegas kehadirannya.

           Lokasi Klaster             Dukungan pemerintah pada pengembangan klaster
Industri Alas Kaki, Jatim           Ada dukungan intensif pada pembentukan dan penguatan
Industri Perkapalan, Surabaya       kelembaaan klaster dan/atau kepada pelaku industri.
Industri Pengolahan Kopi, Liwa
Industri Furniture Kayu, Jepara
Industri TPT: Majalaya              Ada dukungan pembentukan dan penguatan kelembagaan dan
Industri Gula, Jawa Timur           fasilitasi kerjasama namun intensitasnya perlu ditingkatkan.
Industri Pompa Air, Ceper +
Juwana
Industri Telematika, Bandung        Fasilitasi kerjasama dan dukungan kelembagaan relatif kecil.
Industri Baja: Cilegon
                                    Fasilitasi kerjasama dan dukungan kelembagaan minimal.
Industri Petrokimia, Banten
                                             15
4     KESIMPULAN

    1. Pelaksanaan Program Klaster telah diupayakan sesuai Roadmap, namun
       karena keterbatasan kewenangan dan sumberdaya dan lemahnya
       komitmen stakeholder menyebabkan rencana aksi yang telah ditetapkan
       tidak dapat dilaksanakan secara optimal;
    2. Kelembagaan klaster secara formal telah terbentuk dan fasilitator ada pada
       setiap lokasi klaster, namun keberadaan lembaga-lembaga tersebut belum
       dapat meningkatkan kerjasama antar anggota klaster;
    3. Perkembangan klaster tidak dipantau dengan seksama; perkembangan
       industri pada lokasi klaster tidak diketahui secara pasti. Indikator makro
       perkembangan sektor industri memperlihatkan perkembangan positif
       namun perlu upaya lebih keras untuk mendorong pertumbuhan dan
       ekspor.
    4. Hanya sebagian kecil dari kelembagaan klaster yang berfungsi dan dapat
       mendorong kerjasama antar anggota klaster. Kebanyakan lembaga klaster
       berfungsi sebagai fasilitator atau “wakil pemerintah” dalam membantu
       anggota klaster.

                                        16
5.   Aglomerasi secara alamiah terjadi pada semua lokasi klaster. Namun modal
     sosial masih sangat kurang sehingga aglomerasi belum memunculkan
     manfaat optimal bagi pelaku industri di lokasi tersebut.
6.   Kerjasama antar anggota klaster masih sangat terbatas pada pemanfaatan
     fasilitas bersama yang disediakan pemerintah atau lembaga lain (pelatihan,
     bantuan modal dan alat produksi, dll).
7.   Knowledge spillover dalam bentuk pemanfaatan bersama hasil R&D untuk
     inovasi yang dilakukan secara terencana, masih jarang terjadi.
8.   Hanya beberapa klaster yang berkembang cukup baik (ada pertumbuhan
     unit dan skala usaha dan kelembagaan klaster berperan mendorong
     pertumbuhan tersebut). Kebanyakan klaster industri berkembang moderat,
     ada pertumbuhan usaha namun peran kelembagaan klaster belum terasa.
9.   Pada lokasi klaster tertentu, pemerintah berperan besar pada penguatan
     kelembagaan, kerja sama antar anggota dan mendorong pertumbuhan
     industri. Pada banyak lokasi klaster, peran dan dukungan pemerintah perlu
     diperluas.


                                     17
4     REKOMENDASI
    1. Kesadaran pelaku industri tentang pentingnya Klaster Industri perlu
       ditingkatkan. Terutama pada pelaku industri pada lokasi pengembangan
       klaster, termasuk pelaku industri berskala besar.
    2. Pelaksanaan Program Klaster perlu ditekankan pada upaya membangun
       modal sosial: membangun trust (sikap saling percaya) di antara pelaku
       industri untuk berkerja-sama, bersinergi dalam meningkatkan produktivitas
       dan daya saing.
    3. Peran kelompok kerja dan fasilitator klaster perlu ditekankan pada
       pembangunan kerja sama antar pelaku industri dan antara pelaku industri
       dengan anggota klaster lainnya.
    4. Program Klaster perlu lebih difokuskan pada industri-industri tertentu demi
       tercapainya klaster industri seperti yang diharapkan.
    5. Pada industri-industri yang kurang berkembang melalui pendekatan klaster
       hendaknya dicarikan bentuk kebijakan industri lain yang lebih sesuai dengan
       karakteristik industri yang bersangkutan.


                                        18
6. Perlu diidentifikasi area-area di mana pelaku industri dapat melakukan
    kerja sama, sehingga manfaat aglomerasi dapat dirasakan maksimal.
7. Pembangunan klaster industri perlu memperhatikan karakteristik industri
    dan lokasi atau wilayah klaster. Program Klaster perlu dilaksanakan secara
    berkesinambungan disertai pemantauan perkembangan usaha pada lokasi
    klaster.
8. Keberadaan working group, kelompok kerja dan forum kerja sama dan
    fasilitator klaster perlu dievaluasi dan lebih diberdayakan sehingga dapat
    lebih mendorong kerja sama antar anggota dan memantau perkembangan
    klaster termasuk perkembangan pelaksanaan rencana aksi yang telah
    ditetapkan.
9. Pada industri-industri skala besar yang lokasinya tersebar pada beberapa
    propinsi seperti industri gula, baja, petrokimia dan lain-lain, pendekatan
    sektoral dapat lebih ditekankan selain pengembangan dengan pendekatan
    klaster.
10. Aglomerasi industri kecil perlu didukung dengan kemudahan pasokan
    bahan baku dengan menghadirkan industri pemasok bahan baku, fasilitasi
    kerjasama logistik dan pemasaran.
                                     19
20

More Related Content

Similar to Evaluasi klaster 050313

Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanitaPengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanitaKacung Abdullah
 
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012Nirma Kinasih
 
Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Alas KakiEvaluasi Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Alas KakiAndi Amnur
 
Strategi Pengembangan Klaster Jenang Kaliputu Kudus
Strategi Pengembangan Klaster Jenang Kaliputu KudusStrategi Pengembangan Klaster Jenang Kaliputu Kudus
Strategi Pengembangan Klaster Jenang Kaliputu Kuduspujiatisrirejeki
 
Pengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi Nasional
Pengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi NasionalPengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi Nasional
Pengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi NasionalRusman R. Manik
 
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kacung Abdullah
 
Presentasi menteri negara koperasi dan ukm
Presentasi menteri negara koperasi dan ukmPresentasi menteri negara koperasi dan ukm
Presentasi menteri negara koperasi dan ukmWisnu G P
 
Powerpoint gula kelapa
Powerpoint gula kelapaPowerpoint gula kelapa
Powerpoint gula kelapaSuryadi Yusuf
 
4.-Bappenas-_-Range-Final-KNAM-23.34_220329_Paparan-Kunci-MPPN-Musrenbang-Pro...
4.-Bappenas-_-Range-Final-KNAM-23.34_220329_Paparan-Kunci-MPPN-Musrenbang-Pro...4.-Bappenas-_-Range-Final-KNAM-23.34_220329_Paparan-Kunci-MPPN-Musrenbang-Pro...
4.-Bappenas-_-Range-Final-KNAM-23.34_220329_Paparan-Kunci-MPPN-Musrenbang-Pro...MuhammadAkielElhanie
 
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industryPertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industrymariatul qibtiyah
 
Presentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKMPresentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKMKacung Abdullah
 
Optimalisasi Tata Kelola Industri Hulu Migas Nasional yang Efektif dan Akuntabel
Optimalisasi Tata Kelola Industri Hulu Migas Nasional yang Efektif dan AkuntabelOptimalisasi Tata Kelola Industri Hulu Migas Nasional yang Efektif dan Akuntabel
Optimalisasi Tata Kelola Industri Hulu Migas Nasional yang Efektif dan AkuntabelPublish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Daya Saing Daerah BKAD Subosukowonosraten Tatang A Taufik
Daya Saing Daerah BKAD Subosukowonosraten   Tatang A TaufikDaya Saing Daerah BKAD Subosukowonosraten   Tatang A Taufik
Daya Saing Daerah BKAD Subosukowonosraten Tatang A TaufikTatang Taufik
 
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020Aa Renovit
 

Similar to Evaluasi klaster 050313 (20)

Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanitaPengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
Pengembangan IKM dalam meningkatkan peran wirausaha wanita
 
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012
 
Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Alas KakiEvaluasi Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
 
Strategi Pengembangan Klaster Jenang Kaliputu Kudus
Strategi Pengembangan Klaster Jenang Kaliputu KudusStrategi Pengembangan Klaster Jenang Kaliputu Kudus
Strategi Pengembangan Klaster Jenang Kaliputu Kudus
 
Pengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi Nasional
Pengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi NasionalPengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi Nasional
Pengembangan UMKM untuk Ketahanan Ekonomi Nasional
 
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
 
Presentasi menteri negara koperasi dan ukm
Presentasi menteri negara koperasi dan ukmPresentasi menteri negara koperasi dan ukm
Presentasi menteri negara koperasi dan ukm
 
Kawasan industri bab i
Kawasan industri bab iKawasan industri bab i
Kawasan industri bab i
 
Powerpoint gula kelapa
Powerpoint gula kelapaPowerpoint gula kelapa
Powerpoint gula kelapa
 
4.-Bappenas-_-Range-Final-KNAM-23.34_220329_Paparan-Kunci-MPPN-Musrenbang-Pro...
4.-Bappenas-_-Range-Final-KNAM-23.34_220329_Paparan-Kunci-MPPN-Musrenbang-Pro...4.-Bappenas-_-Range-Final-KNAM-23.34_220329_Paparan-Kunci-MPPN-Musrenbang-Pro...
4.-Bappenas-_-Range-Final-KNAM-23.34_220329_Paparan-Kunci-MPPN-Musrenbang-Pro...
 
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industryPertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
 
Penghargaan Produktivitas dan Kualitas "Paramakarya 2013"
Penghargaan Produktivitas dan Kualitas "Paramakarya 2013"  Penghargaan Produktivitas dan Kualitas "Paramakarya 2013"
Penghargaan Produktivitas dan Kualitas "Paramakarya 2013"
 
Rptp anjak 2018
Rptp anjak 2018Rptp anjak 2018
Rptp anjak 2018
 
Report jakpreneur 2021
Report jakpreneur 2021Report jakpreneur 2021
Report jakpreneur 2021
 
MEA
MEAMEA
MEA
 
Presentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKMPresentasi AEC 2015 dan IKM
Presentasi AEC 2015 dan IKM
 
Optimalisasi Tata Kelola Industri Hulu Migas Nasional yang Efektif dan Akuntabel
Optimalisasi Tata Kelola Industri Hulu Migas Nasional yang Efektif dan AkuntabelOptimalisasi Tata Kelola Industri Hulu Migas Nasional yang Efektif dan Akuntabel
Optimalisasi Tata Kelola Industri Hulu Migas Nasional yang Efektif dan Akuntabel
 
Progress ROADMAP BUMN
Progress ROADMAP BUMNProgress ROADMAP BUMN
Progress ROADMAP BUMN
 
Daya Saing Daerah BKAD Subosukowonosraten Tatang A Taufik
Daya Saing Daerah BKAD Subosukowonosraten   Tatang A TaufikDaya Saing Daerah BKAD Subosukowonosraten   Tatang A Taufik
Daya Saing Daerah BKAD Subosukowonosraten Tatang A Taufik
 
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
 

Evaluasi klaster 050313

  • 1. EVALUASI KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DALAM RANGKA REVIEW KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
  • 2. 1 LATAR BELAKANG & TUJUAN LATAR BELAKANG:  Sesuai arahan Perpres No. 28/2008, kebijakan industri nasional ditinjau kembali setiap 5 tahun, atau setiap waktu apabila dipandang perlu. Salah satu aspek yang perlu dievaluasi adalah strategi operasional pengembangan industri.  Strategi kebijakan perlu dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana strategi tersebut dapat dilaksanakan, hasil-hasil yang dicapainya dan penyesuaian strategi pengembangan industri ke depan. TUJUAN:  Tujuan umum: Evaluasi Kebijakan Industri Nasional.  Tujuan Khusus: Evaluasi implementasi pengembangan industri melalui pendekatan klaster (“Porogram Klaster”). KELUARAN: (1) Gambaran mengenai keterbentukan kelembagaan klaster dan efektifitas Program Klaster dalam mendorong perkembangan industri ; (2) Masukan bagi revisi Kebijakan Industri Nasional (Lampiran PerPres No. 28/2008). 2
  • 3. 2 METODOLOGI Evaluasi Program Klaster dilakukan dengan metode kualitatif – deskriptif dengan menganalisis kondisi terkini klaster industri pada lokasi terpilih berdasarkan 6 (enam) indikator berikut: (1) keterbentukan kelembagaan klaster, (2) konsentrasi dan perkembangan industri pada lokasi klaster; (3) potensi aglomerasi pada lokasi klaster; (4) keterkaitan industri dan kerjasama antar anggota klaster; (5) knowledge spillover di antara anggota klaster; dan (6) peranserta dan bantuan pemerintah. Analisis didasarkan pada data dan informasi yang dikumpulkan melalui: (1) presentasi unit pembina klaster; (2) Focus Group Discussion anggota klaster; (3) penyebaran kuesioner kepada anggota klaster; dan (4) pengumpulan data sekunder. 3
  • 4. Analisis dilakukan terhadap sampel 10 lokasi klaster. Pemilihan sampel diarahkan agar klaster industri dan lokasi klaster terpilih dapat menggambarkan pelaksanaan program klaster secara keseluruhan. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive dengan tahapan sebagai berikut: (1) Dipilih 5 dari 6 kelompok besar industri prioritas yaitu: (1) basis industri manufaktur, (2) industri agro, (3) industri alat angkut, (4) industri elektronika dan telematika dan (5) industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu. Kelima kelompok industri tersebut dianggap dapat merepresentasikan Bangun Industri Nasional masa depan yang tersusun dari basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan. (2) Dipilih 4 klaster industri dari kelompok basis industri manufaktur, 3 klaster industri dari kelompok industri agro, dan masing-masing satu klaster industri dari ketiga kelompok industri terpilih lainnya. Pemilihan klaster industri dari tiap-tiap kelompok dilakukan didasarkan pada penilaian ahli dan unit pembina memenuhi salah satu dari empat kriteria berikut:  memiliki keterkaitan luas ke hulu dan/atau ke hilir;  bersifat padat karya;  prospektif, berpotensi berkembang pesat di masa depan; dan  telah dilakukan pembinaan cukup intensif oleh unit pembina. 4
  • 5. Berdasarkan kriteria tersebut, evaluasi program klaster difokuskan pada 10 lokasi klaster industri berikut: 1. Klaster industri baja di Cilegon, Banten; 2. Klaster industri petrokimia berbasis olefin di Banten (Anyer – Merak – Cilegon – Serang); 3. Klaster industri TPT di Majalaya, Bandung; 4. Klaster industri alas kaki di Jawa Timur; 5. Klaster industri gula di Jawa Timur; 6. Klaster industri pengolahan kopi di Liwa, Lampung Barat; 7. Klaster industri furnitur kayu di Jepara, Jawa Tengah; 8. Klaster industri perkapalan di Surabaya; 9. Klaster industri pompa air di Ceper dan Juwana, Jawa Tengah; dan 10. Klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia di Bandung dan sekitarnya. 5
  • 6. 3 PELAKSANAAN PROGRAM KLASTER  Sejak 2005, pengembangan industri lebih diarahkan pada pengembangan dengan pendekatan klaster. Pada 2006 dan 2007 dilakukan: diagnosis dan penyusunan roadmap pengembangan klaster; inisiasi, sosialisasi dan mobilisasi pembentukan kelembagaan beberapa klaster industri.  Perpres No. 28/2008 semakin memperkuat dasar hukum pelaksanaan Program Klaster: dibuat sejumlah peraturan menteri mengenai panduan pengembangan (roadmap) industri prioritas yang menjadi arahan pengembangan klaster industri selanjutnya.  Dalam pelaksanaannya, banyak program bersifat sektoral dan tidak terkait langsung dengan upaya pengembangan klaster industri. Di beberapa lokasi, program klaster dilakukan dalam bentuk kajian industri, promosi investasi dan pembangunan prasarana pendukung.  Di beberapa lokasi diberikan pelatihan dan work shop; bantuan alat produksi, dan fasilitasi pemasaran. Fasilitasi langsung tersebut biasanya dilakukan pada klaster dimana anggotanya sebagian besar industri skala kecil dan menengah.  Fasilitas dan bantuan juga diberikan untuk mendukung aktifitas dan kegiatan kelembagaan klaster. Di beberapa lokasi, program klaster dilakukan oleh pemerintah daerah (dinas perindustrian dan perdagangan) dengan dukungan pemerintah pusat (Kementrian Perindustrian). 6
  • 7. 4 PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI Kajian ini tidak dimaksudkan untuk mengevaluasi dampak Program Klaster terhadap perkembangan sektor industri. Namun program klaster diyakini berpengaruh positif terhadap perkembangan sektor industri, setidaknya dapat menghambat momentum penurunan pertumbuhan industri.  Program klaster mulai dilaksanakan pada saat terjadi momentum penurunan pertumbuhan industri (2006) dan KIN ditetapkan ketika terjadi krisis global (2008). Sektor industri mulai memperlihatkan perkembangan menggembirakan setelah kurang lebih satu tahun KIN ditetapkan.  Sejak 2006 ekspor produk industri tumbuh stabil dengan rata-rata 16.1% /thn sampai 2008. Pada 2009 ekspor produk industri mengalami penurunan 17% namun setelah itu tumbuh dengan laju lebih tinggi dari pada saat sebelum krisis.  Selama 2001-2011 penyerapan tenaga kerja di sektor industri bertambah 2.5 juta orang. Kontribusi sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja nasional relatif stabil pada kisaran 13%. 7
  • 8. Sejak 2001, sektor industri tumbuh berfluktuasi dengan kecenderungan berubah-ubah. Pada 2001-2004 terjadi peningkatan pertumbuhan, kemudian (karena krisis global) turun hingga mencapai titik terendah pada 2009. Momentum peningkatan pertumbuhan baru muncul di awal 2010, dan nampaknya terus berlanjut hingga 2012 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 2001-2012. Pert. GDP, annual Industri, total Industri non migas Polynomial trend - ind nonmigas 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 8
  • 9. 5 EVALUASI PROGRAM KLASTER TANTANGAN DAN KENDALA: Pelaksanaan Program Klaster tidak selalu dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana; rencana aksi yang ditetapkan dalam roadmap tidak selalu dapat dilaksanakan optimal. Tantangan dan kendala muncul di antaranya karena:  Keterbatasan kewenangan, sumber daya (SDM dan anggaran), dan rendahnya kesadaran pemangku kepentingan termasuk pelaku industri sendiri: Pengembangan klaster industri memerlukan mobilisasi dukungan dari berbagai pihak khususnya terkait dengan sumber daya manusia pada kelembagaan klaster dan unit pembina. Keterbatasan sumber daya menyebabkan cluster body dan fasilitator tidak berfungsi optimal dan perkembangan klaster tidak dimonitor secara seksama. Kesadaran pelaku industri mengenai pentingnya kerjasama sangat rendah.  Kesulitan kordinasi dengan pihak-pihak terkait. Pembinaan industri melalui pendekatan klaster melibatkan banyak fihak yang memerlukan kordinasi dengan kementerian dan lembaga pemerintah lain, termasuk pemerintah daerah. 9
  • 10. KONDISI & PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI 1. Keterbentukan Kelembagaan Klaster: Pada 10 lokasi klaster terpilih, hanya pada satu lokasi dimana pokja berfungsi optimal, pada dua lokasi berfungsi dengan kategori “cukup” dan pada lima lokasi berfungsi dengan kategori “moderat” dan pada dua lokasi lain kurang berfungsi Lokasi Klaster Keberadaan kelembagaan klaster Industri Alas Kaki, Jatim Berfungsi dan dapat menumbuhkan kerjasama antar anggota klaster Industri Pengolahan Kopi, Liwa Berfungsi dan berusaha menumbuhkan kerjasama antar Industri Perkapalan, Surabaya anggota klaster Industri Furniture Kayu, Jepara Industri TPT: Majalaya Industri Gula, Jawa Timur Berfungsi memfasilitasi bantuan pemerintah kepada anggota Industri Pompa Air, Ceper + Juwana Industri Telematika, Bandung Industri Baja: Cilegon Berfungsi minimal Industri Petrokimia, Banten 10
  • 11. 2. Manfaat Aglomerasi: Pada tiap-tiap lokasi klaster yang ditentukan, aglomerasi terjadi secara alamiah. Namun, manfaat aglomerasi tidak selalu dapat dinikmati oleh peserta klaster. Lokasi Klaster manfaat aglomerasi Industri Baja: Cilegon Industri Petrokimia, Banten manfaat aglomerasi besar Industri Perkapalan, Surabaya Industri TPT: Majalaya Industri Alas Kaki, Jatim Industri Pompa Air, Ceper + Manfaat aglomerasi cukup Juwana Industri Pengolahan Kopi, Liwa Industri Gula, Jawa Timur Industri Furniture Kayu, Jepara Manfaat aglomerasi kurang Industri Telematika, Bandung Manfaat aglomerasi minimal 11
  • 12. 3. Perkembangan Industri pada Lokasi Klaster: 2 klaster berkembang cukup baik (dilaporkan terjadi perkembangan jumlah unit usaha & produksi). 5 klaster mengalami perkembangan moderat (terjadi pertumbuhan usaha namun peran klaster belum berpengaruh). Pada 2 klaster, industri cukup berkembang namun peran kelembagaan klaster belum terlihat. Lokasi Klaster Perkembangan klaster Industri Alas Kaki, Jatim Kegiatan usaha anggota klaster berkembang cukup baik. Industri Perkapalan, Surabaya Kelembagaan klaster berperan. Industri Pengolahan Kopi, Liwa Industri TPT: Majalaya Industri Furniture Kayu, Jepara Usaha berkembang moderat, kelembagaan klaster kurang Industri Telematika, Bandung berperan. Industri Pompa Air, Ceper + Juwana Industri Baja: Cilegon Industri berkembang moderat, peran kelembagaan minimal. Industri Petrokimia, Banten Industri Gula, Jawa Timur Kinerja industri menurun. 12
  • 13. 4. Keterkaitan & Kerjasama antar Anggota: Hanya pada 2 klaster terjadi kerja sama yang kuat (dalam bentuk kerjasama produksi, pengadaan input, distribusi dan pembangunan fasilitas bersama). Kerja sama antar anggota klaster umumnya bersifat temporer dan hanya menyangkut pemanfaatan fasilitas dan/atau bantuan pemerintah. Pada 2 klaster, praktis tidak terjadi kerja sama antar anggota. Lokasi Klaster Kerjasama antar anggota klaster Industri Alas Kaki, Jatim Terjadi kerja sama kuat dalam produksi pengadaan input dan Industri Furniture Kayu, Jepara pemasaran dan pembangunan fasilitas. Industri Perkapalan, Surabaya Industri TPT: Majalaya Industri Pengolahan Kopi, Liwa Kadang-kadang ada kerja sama. Industri Pompa Air, Ceper + Juwana Industri Gula, Jawa Timur Ada kerjasama pada tingkat terbatas. Industri Telematika, Bandung Industri Baja: Cilegon Ada kerjasama pada tingkat minimal. Industri Petrokimia, Banten 13
  • 14. 5. Knowledge spillover: Knowledge spillover terencana hanya dilakukan dalam bentuk “pembinaan” dan pelatihan. Knowledge spillover dalam bentuk pemanfaatan bersama hasil R&D untuk inovasi yang dilakukan secara terencana nampaknya belum terjadi. Lokasi Klaster Knowledge spillover Industri Alas Kaki, Jatim Industri TPT: Majalaya Pelatihan dan bimbingan + terjadi spillover tidak terencana. Industri Furniture Kayu, Jepara Industri Pengolahan Kopi, Liwa Industri Telematika, Bandung Ada pelatihan dan bimbingan dari pemerintah atau lembaga Industri Pompa Air, Ceper + lain. Juwana Industri Perkapalan, Surabaya Sangat terbatas Industri Gula, Jawa Timur Industri Baja: Cilegon Hampir tidak terjadi knowledge spillover antar anggota Industri Petrokimia, Banten 14
  • 15. 6. Manfaat Bantuan Pemerintah: Pada 2 lokasi klaster, peran pemerintah sangat besar pada penguatan kelembagaan klaster, kerja sama dan upaya mendorong pertumbuhan industri. Pada 5 klaster lain, penguatan kelembagaan klaster, kerjasama antar anggota dan pertumbuhan industri perlu dukungan lebih besar dari pemerintah. Pada 3 klaster lain, peran pemerintah perlu dipertegas kehadirannya. Lokasi Klaster Dukungan pemerintah pada pengembangan klaster Industri Alas Kaki, Jatim Ada dukungan intensif pada pembentukan dan penguatan Industri Perkapalan, Surabaya kelembaaan klaster dan/atau kepada pelaku industri. Industri Pengolahan Kopi, Liwa Industri Furniture Kayu, Jepara Industri TPT: Majalaya Ada dukungan pembentukan dan penguatan kelembagaan dan Industri Gula, Jawa Timur fasilitasi kerjasama namun intensitasnya perlu ditingkatkan. Industri Pompa Air, Ceper + Juwana Industri Telematika, Bandung Fasilitasi kerjasama dan dukungan kelembagaan relatif kecil. Industri Baja: Cilegon Fasilitasi kerjasama dan dukungan kelembagaan minimal. Industri Petrokimia, Banten 15
  • 16. 4 KESIMPULAN 1. Pelaksanaan Program Klaster telah diupayakan sesuai Roadmap, namun karena keterbatasan kewenangan dan sumberdaya dan lemahnya komitmen stakeholder menyebabkan rencana aksi yang telah ditetapkan tidak dapat dilaksanakan secara optimal; 2. Kelembagaan klaster secara formal telah terbentuk dan fasilitator ada pada setiap lokasi klaster, namun keberadaan lembaga-lembaga tersebut belum dapat meningkatkan kerjasama antar anggota klaster; 3. Perkembangan klaster tidak dipantau dengan seksama; perkembangan industri pada lokasi klaster tidak diketahui secara pasti. Indikator makro perkembangan sektor industri memperlihatkan perkembangan positif namun perlu upaya lebih keras untuk mendorong pertumbuhan dan ekspor. 4. Hanya sebagian kecil dari kelembagaan klaster yang berfungsi dan dapat mendorong kerjasama antar anggota klaster. Kebanyakan lembaga klaster berfungsi sebagai fasilitator atau “wakil pemerintah” dalam membantu anggota klaster. 16
  • 17. 5. Aglomerasi secara alamiah terjadi pada semua lokasi klaster. Namun modal sosial masih sangat kurang sehingga aglomerasi belum memunculkan manfaat optimal bagi pelaku industri di lokasi tersebut. 6. Kerjasama antar anggota klaster masih sangat terbatas pada pemanfaatan fasilitas bersama yang disediakan pemerintah atau lembaga lain (pelatihan, bantuan modal dan alat produksi, dll). 7. Knowledge spillover dalam bentuk pemanfaatan bersama hasil R&D untuk inovasi yang dilakukan secara terencana, masih jarang terjadi. 8. Hanya beberapa klaster yang berkembang cukup baik (ada pertumbuhan unit dan skala usaha dan kelembagaan klaster berperan mendorong pertumbuhan tersebut). Kebanyakan klaster industri berkembang moderat, ada pertumbuhan usaha namun peran kelembagaan klaster belum terasa. 9. Pada lokasi klaster tertentu, pemerintah berperan besar pada penguatan kelembagaan, kerja sama antar anggota dan mendorong pertumbuhan industri. Pada banyak lokasi klaster, peran dan dukungan pemerintah perlu diperluas. 17
  • 18. 4 REKOMENDASI 1. Kesadaran pelaku industri tentang pentingnya Klaster Industri perlu ditingkatkan. Terutama pada pelaku industri pada lokasi pengembangan klaster, termasuk pelaku industri berskala besar. 2. Pelaksanaan Program Klaster perlu ditekankan pada upaya membangun modal sosial: membangun trust (sikap saling percaya) di antara pelaku industri untuk berkerja-sama, bersinergi dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing. 3. Peran kelompok kerja dan fasilitator klaster perlu ditekankan pada pembangunan kerja sama antar pelaku industri dan antara pelaku industri dengan anggota klaster lainnya. 4. Program Klaster perlu lebih difokuskan pada industri-industri tertentu demi tercapainya klaster industri seperti yang diharapkan. 5. Pada industri-industri yang kurang berkembang melalui pendekatan klaster hendaknya dicarikan bentuk kebijakan industri lain yang lebih sesuai dengan karakteristik industri yang bersangkutan. 18
  • 19. 6. Perlu diidentifikasi area-area di mana pelaku industri dapat melakukan kerja sama, sehingga manfaat aglomerasi dapat dirasakan maksimal. 7. Pembangunan klaster industri perlu memperhatikan karakteristik industri dan lokasi atau wilayah klaster. Program Klaster perlu dilaksanakan secara berkesinambungan disertai pemantauan perkembangan usaha pada lokasi klaster. 8. Keberadaan working group, kelompok kerja dan forum kerja sama dan fasilitator klaster perlu dievaluasi dan lebih diberdayakan sehingga dapat lebih mendorong kerja sama antar anggota dan memantau perkembangan klaster termasuk perkembangan pelaksanaan rencana aksi yang telah ditetapkan. 9. Pada industri-industri skala besar yang lokasinya tersebar pada beberapa propinsi seperti industri gula, baja, petrokimia dan lain-lain, pendekatan sektoral dapat lebih ditekankan selain pengembangan dengan pendekatan klaster. 10. Aglomerasi industri kecil perlu didukung dengan kemudahan pasokan bahan baku dengan menghadirkan industri pemasok bahan baku, fasilitasi kerjasama logistik dan pemasaran. 19
  • 20. 20