2. SALINAN
b.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Negara
Riset dan Teknologi tentang Perubahan
Rencana Strategis Kementerian Riset dan
Teknologi Tahun 2010-2014;
1.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002
tentang
Sistem
Nasional
Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4219);
2.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4402);
4.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
5.
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011
tentang
Masterplan
Percepatan
dan
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 26 /M/Kp/III/2013
Mengingat
:
TENTANG
PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
TAHUN 2010-2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
:
a.
bahwa
dalam
rangka
mendukung
pelaksanaan
kebijakan
pembangunan
ekonomi yang tertuang dalam Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025 dan
penguatan Sistem Inovasi Daerah serta
menindaklanjuti hasil evaluasi Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) Kementerian Riset dan Teknologi
Tahun
2011
oleh
Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi,
perlu dilakukan
penyesuaian terhadap Rencana Strategis
Kementerian Riset dan Teknologi Tahun
2010-2014;
ii
3. Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Tahun 2011-2025;
6.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
8.
Peraturan Menteri Negara Riset dan
Teknologi
Nomor
03/M/PER/VI/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Riset dan Teknologi;
9.
Keputusan Menteri Negara Riset dan
Teknologi
Nomor
243b/M/Kp/IX/2011
tentang Perubahan Rencana Strategis
Kementerian Riset dan Teknologi Tahun
2010-2014;
:
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi Tahun
2010-2014
merupakan
panduan
dalam
melaksanakan
penyusunan
dan
evaluasi
pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan
Kementerian Riset dan Teknologi.
KETIGA
:
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka
Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi
Nomor 243b/M/Kp/IX/2011 tentang Perubahan
Rencana Strategis Kementerian Riset dan
Teknologi Tahun 2010-2014, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
KEEMPAT
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun
2011 tentang Penunjukan Pejabat Menteri;
7.
KEDUA
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Maret 2013
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERTAMA
:
:
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN
TEKNOLOGI TENTANG PERUBAHAN RENCANA
STRATEGIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
TAHUN 2010-2014.
Menetapkan Perubahan Rencana Strategis
Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 20102014, yang selanjutnya disebut Renstra
Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 20102014 sebagaimana terdapat dalam Lampiran
Keputusan ini dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
TTD.
GUSTI MUHAMMAD HATTA
Salinan yang sah sesuai dengan aslinya
Kementerian Riset dan Teknologi
Kepala Biro Hukum dan Humas,
TTD.
Dadit Herdikiagung
iii
4. KATA PENGANTAR
Peranan iptek dalam pembangunan bangsa disadari semakin
penting. Hal ini juga sudah dirasakan oleh pemerintah dengan
menekankan pentingnya peningkatan kemampuan iptek dalam
kerangka penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) sebagaimana
tertuang dalam RPJMN 2010-2014.
Dalam periode 2010 – 2014, salah satu tantangan yang paling
besar adalah bagaimana membangun SINas yang mengintegrasikan
unsur-unsur SINas melalui satu simpul tujuan bersama, yakni
menyejahterakan rakyat Indonesia. Program dan kegiatan perlu
disinkronisasikan antar-kelembagaan SINas guna meningkatkan
efektivitas dalam mencapai tujuan bersama tersebut dan meningkatkan
efisiensinya dalam mengelola sumberdaya yang semakin terbatas.
Keberhasilan dalam membangun SINas akan terlihat dari
kelancaran aliran teknologi dari pengembang ke pengguna dan aliran
informasi antara semua pelaku yang terlibat, baik sebagai aktor utama
maupun pihak-pihak pendukung SINas. Oleh karena itu, diperlukan
langkah dalam membangun SINas agar kontribusi teknologi terhadap
pembangunan nasional meningkat melalui:
1. Sinkronisasi antara teknologi yang dikembangkan dengan
permasalahan yang dihadapi industri dan kebutuhan nyata
masyarakat dan negara;
2. Rangsangan untuk tumbuh-kembang industri produsen barang
dan/atau jasa yang berbasis teknologi nasional dan sesuai dengan
permintaan pasar domestik;
3. Vitalisasi lembaga intermediasi untuk percepatan proses adopsi
teknologi nasional oleh industri dalam negeri dan sebaliknya juga
arus informasi kebutuhan teknologi kepada pihak pengembang
teknologi; dan
4. Dukungan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum
untuk memfasilitasi, menstimulasi, dan mengakselerasi interaksi
antar-aktor SINas dan hubungan dengan kelembagaan pendukung
lainnya.
Keempat langkah ini terkait satu sama lain. Oleh sebab itu,
seluruh upaya tersebut harus dilaksanakan secara interaktif dan
sinambung. Keberhasilan membangun SINas hanya dapat dicapai jika
semua langkah ini dapat dieksekusi dengan baik.
Demikian pula, kebijakan bidang fokus masih tetap relevan untuk
periode lima tahun ke depan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat
adalah pangan, energi, infrastruktur (transportasi, informasi dan
komunikasi), dan kesehatan; sedangkan untuk menjaga stabilitas
keamanan nasional diperlukan dukungan bidang fokus pertahanan dan
keamanan.
Memperhatikan adanya perubahan lingkungan strategis selama
2 tahun Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2, terutama dengan adanya
kebijakan pembangunan ekonomi yang dituangkan dalam Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Tahun
2011-2025 dan menindaklanjuti rekomendasi hasil evaluasi Lakip 2011
oleh Kementerian PAN & RB maka dirasa perlu untuk melakukan
penyesuaian terhadap Rencana Strategis Kementerian Ristek tahun
2010-2014 dengan menggunakan pendekatan Balance Score Card.
Menteri Negara Riset dan Teknologi
TTD.
Gusti Muhammad Hatta
iv
5. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI
NOMOR 26/M/KP/III/2013 TENTANG PERUBAHAN
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
TAHUN 2010-2014 .............................................................
ii
KATA PENGANTAR .............................................................
iv
DAFTAR ISI .......................................................................
v
PENDAHULUAN.............................................
1
1.1. KONDISI
UMUM..................................................
34
7
1.3. POTENSI DAN
PERMASALAHAN...................................
34
2
1.2. LINGKUNGAN
STRATEGIS……........………………………….
BAB III.
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI .................
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
i
13
BAB I.
BAB II.
NASIONAL ..........................................
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ...............
31
2.5. TAHAPAN SISTEM INOVASI NASIONAL…
LAMPIRAN-LAMPIRAN
31
2.4. SASARAN .............................................
54
30
2.3. TUJUAN................................................
PENUTUP ......................................................
29
2.2. MISI .........……........……………………………
BAB IV.
43
29
2.1. VISI.....................................................
3.2. ARAH
KEBIJAKAN
DAN
STRATEGI
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
…………….......…………...........................
31
v
6. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
BAB I
Sesuai dengan semangat di atas, perubahan keempat UUD
PENDAHULUAN
1945 Pasal 31(5), mengamanatkan “Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
Pembangunan
Indonesia
Bersatu
Nasional yang dicitakan dalam Kabinet
II
(KIB
II)
diwarnai
dengan
semangat
manajemen nasional dengan tag-line:”change and continuity,
debottlenecking, acceleration and enhancement, unity-together we
can”.
Semangat mengusung perubahan dan berkelanjutan,
memperlancar
kegiatan
seluruh
pembangunan
saluran
dan
komunikasi
dan
penyelenggaraan
agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia”, ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) sebagai “engine of tomorrow” mempunyai peran penting
bagi pencapaian kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan iptek hanya akan memberikan kontribusi nyata
pelaksanaan
terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan
pemerintahan.
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, jika produk yang
Percepatan dan pemacuan menganut prinsip bahwa jika dilakukan
dihasilkan
secara bersama, tentunya kita bisa menyelesaikan berbagai
masyarakat atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara yang kita cintai ini.
yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat.
Semangat ini mencerminkan dinamika, keharmonisan, kecepatan,
dan
kebersamaan
dalam
manajemen
pemerintahan
bisa
didayagunakan
untuk
memenuhi
kebutuhan
Keberhasilan pembangunan Iptek yang telah dicapai pada
untuk
periode 2004-2009 merupakan langkah awal bagi keberhasilan
menyongsong masa depan yang lebih baik. Suatu deklarasi itikad
yang lebih besar dan menyeluruh yang diharapkan akan tercapai
luhur untuk melancarkan jalan bagi keamanan, keadilan, demokrasi
pada periode 2010-2014. Untuk itu perlu digali dan dilakukan
dan kesejahteraan, dimana dicitakan pembangunan ekonomi yang
pendekatan serta strategi lanjutan dalam rangka mewujudkannya.
berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya
alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa yang dikelola
melalui penguasaan Iptek yang memadai.
14/Dok-BP/III/2013
Renstra
Kementerian
Riset
dan
Teknologi
(KRT)
ini
diturunkan dari RPJP, RPJMN, Visi, Misi, Agenda dan 11 program
1
7. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Prioritas Nasional KIB II, dan Kontrak Kinerja Menristek. Program
program serta menetapkan strategi dan kebijakan umum untuk
Kementerian
menjamin
merealisasikannya. Program disusun berlandaskan visi dan misi
kontinuitas dan konsistensi program pembangunan iptek, sekaligus
yang berpandangan jauh ke depan sesuai dengan dinamika
menyelesaikan masalah dan kendala yang belum sepenuhnya
lingkungan strategis dan paradigma pembangunan Iptek masa
tertangani pada periode 2004-2009 serta mengantisipasi dan
mendatang.
Riset
dan
Teknologi
disusun
untuk
mengatasi permasalahan yang diperkirakan akan timbul pada lima
tahun kedepan.
mengikat ke dalam internal KRT dalam aspek perumusan kebijakan
Program Kementerian Riset dan Teknologi dirancang untuk
meningkatkan
peran
dan
kemampuan
Kementerian
dalam
mendorong dan menghela pembangunan iptek nasional yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan riil masyarakat untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan peradaban. Ini dapat
dicapai apabila terwujud sebuah sistem yang memungkinkan
terjadinya proses inovasi secara menyeluruh, yaitu sistem yang
tidak hanya dapat memperkuat proses pengembangan iptek, tetapi
juga dapat menjembatani dan mengarahkan agar hasil-hasil
pengembangan iptek ini dapat termanfaatkan oleh pihak-pihak
yang membutuhkannya. Karena itulah program pembangunan iptek
ke depan diarahkan untuk mewujudkan sebuah Sistem Inovasi
Nasional (SINas) yang berbasiskan kepada Sistem Nasional Iptek
(Sisnas Iptek). Hal itu diwadahi dalam Renstra yang memayungi
14/Dok-BP/III/2013
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 bersifat
nasional tentang litbang iptek, koordinasi pelaksanaan kebijakan
dan sinkronisasi program, termasuk di dalamnya monitoring dan
evaluasi yang akan disampaikan kepada Presiden sesuai dengan
tupoksinya.
1.1.
Kondisi Umum
Dengan kekayaan alam yang melimpah dan potensi SDM
yang besar, disertai penguasaan iptek yang maju, Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi bangsa adi
kuasa di dunia sebagaimana telah dibuktikan dalam sejarah.
Secara umum cara pandang kita terhadap penguasaan iptek
masih bersifat parsial, dengan mengesampingkan upaya yang
sistematis untuk menjadikan iptek benar-benar sebagai mesin bagi
pembangunan nasional. Karenanya sangat dibutuhkan upaya
nasional
yang
melibatkan
seluruh
stake-holder iptek untuk
2
8. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
mencapai tingkat penguasaan iptek yang dapat memberikan nilai
pengembangan
tambah tinggi bagi proses perekonomian dan mencegah terjadinya
masalah riil secara langsung (demand-driven).
disintegrasi peran iptek dari proses pembangunan nasional.
ilmuwan
Sebagai indikasi akan produktivitas di bidang iptek, jumlah
publikasi ilmiah di jurnal internasional hasil karya ilmuwan
yang
iptek
dilakukan
terkonsentrasi
sejalan
di
dengan
lembaga
pemecahan
Kedua, bahwa
pemerintah
non-
Kementerian (LPNK) belum terlibat secara nyata dalam aktifitas
penerapan Iptek untuk pembangunan nasional.
Keterkaitan technology-supply and demand
Indonesia selama tahun 2005-2008 yang tercatat dalam Scopus
menjadi hal
(2009) adalah sebanyak 6.553 paper. Bidang ilmu yang dominan
yang penting dalam upaya pengembangan teknologi. Bisa dipahami
dalam publikasi ilmiah di jurnal internasional hasil karya ilmuwan
kenapa bidang pertanian dan kedokteran termasuk bidang yang
Indonesia adalah clinical medicine dan plant and animal sciences.
paling maju kontribusi ilmiahnya dibanding dengan bidang lain
Sementara itu, paten yang didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak
manapun di Indonesia, karena kedua bidang ini secara langsung
Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia
berkaitan dengan permasalahan riil masyarakat, dengan kata lain
dalam kurun waktu tahun 1991 – 2008, hanya 4.14% yang berasal
karena keterkaitan yang baik antara sisi pemasok dan pengguna
dari dalam negeri dan sisanya merupakan usulan paten asing. Hal
Iptek.
ini mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan pasar yang besar
Di
bidang
lain,
terutama
teknik
dan
rekayasa,
bagi teknologi asing. Ironisnya jumlah ilmuwan doktor terbanyak
permasalahannya bukan terletak pada sisi supply. Tetapi lebih pada
berada di lembaga penelitian pemerintah terutama yang berkaitan
sisi demand serta upaya 'menjembatani' kedua sisi itu yang tidak
dengan bidang teknik non-pertanian, dan hanya sebagian kecil saja
optimal, sehingga keterkaitan yang erat antara keduanya tidak
yang berlatar belakang bidang pertanian dan kedokteran1.
terbangun. Kebutuhan akan teknologi bagi dunia industri, yang
Dari data ini paling tidak bisa diajukan dua tesis penting:
pertama, bahwa kemajuan iptek hanya bisa dicapai apabila
masih terkonsentrasi pada low-tech
dan medium-tech, sangat
besar dan terus membesar. Hanya saja kebutuhan itu selama ini
hanya bisa dipenuhi dari produk impor.
1
Data LIPI tahun 2004
14/Dok-BP/III/2013
3
9. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Upaya menjembatani sisi supply
dan demand dilakukan
perusahaan yang melakukan litbang terapan berbasis Iptek (PP
dalam sebuah sistem yang dikenal dengan Sistem Inovasi, yaitu
35/2007) dan adanya larangan ekspor bahan tambang yang tidak
sebuah jaringan rantai pemasok teknologi (technology supply
diolah (UU No.4/2009) adalah salah satu langkah untuk mendorong
chain) yang mengaitkan antara institusi pemasok teknologi dan
proses pertambahan nilai bagi industri yang merupakan motor
pengguna teknologi, yang pada tataran nasional disebut Sistem
penggerak demand teknologi.
Inovasi Nasional (SINas) dan pada tataran daerah disebut Sistem
Inovasi Daerah (SIDA). Melalui Sistem Inovasi Nasional dan Sistem
Inovasi Daerah diharapkan dapat terjadi interaksi yang koheren
dalam kegiatan memproduksi pengetahuan, menerapkan dan
mendiseminasikan hasilnya, sehingga menumbuhkan manfaat
nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
demand dan supply teknologi antara industri serta lembaga
pengguna iptek dengan lembaga litbang iptek menjadi kunci
penting bagi kemajuan iptek nasional. Peningkatan kebutuhan akan
litbang terapan pada industri identik dengan peningkatan demand
akan teknologi kepada litbang pemerintah maupun perguruan tinggi
sebagai produsen teknologi. Karenanya kebijakan insentif bagi
industri untuk melakukan litbang sebagaimana diterapkan di
negara-negara maju menjadi sangat penting. Beberapa kebijakan
terbaru
14/Dok-BP/III/2013
seperti
pemberian
percaturan global, masih lemah. Misalnya, dilihat dari belanja
litbang, pengeluaran Indonesia sangatlah kecil. Belanja litbang per
PDB Indonesia masih di bawah 0.1%, ini jauh dari rata-rata negara
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)
yang sudah diatas 2%. Negara Asia seperti Jepang dan Korea
Keberhasilan membuat jembatan yang menghubungkan sisi
pemerintah
Kita menyadari bahwa kemampuan iptek, terutama dalam
insentif
fiskal
bagi
sudah mengalokasikan anggaran di atas 3%, sementara China
sekitar 1.5%. Bahkan jika dibanding dengan negara ASEAN pun,
belanja litbang Indonesia masih jauh lebih rendah, di mana
Singapore sudah mencapai di atas 2% dan Malaysia sekitar 0.5%.
Sumber pembiayaan belanja litbang Indonesia sebagian besar
(>70%) masih berasal dari anggaran pemerintah dan pelaksana
litbang pun hampir seluruhnya merupakan institusi pemerintah. Ini
berbeda dengan negara-negara maju pada umumnya, dimana
belanja litbang sebagian besar bersumber dari dunia usaha/industri
dan pelaksana litbang juga banyak dari dunia usaha. Dari kondisi ini
4
10. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
dapatlah dimengerti bahwa aktivitas litbang di Indonesia masih
dikembangkan bibit unggul hasil rekayasa genetika pisang, kedelai,
didominasi oleh sektor pemerintah, akibatnya belum mampu
kacang hijau, manggis, nenas, dan pepaya. Telah dikembangkan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan
juga teknik-teknik pemuliaan ternak untuk mendapatkan varietas
perekonomian nasional.
sapi unggul dan vaksin untuk ternak untuk mencegah penyakit
Intensitas sumberdaya manusia iptek Indonesia juga masih
jauh lebih rendah dibanding dengan negara–negara Asia lain.
Jumlah personil litbang Indonesia baru mencapai 1 per 10.000
cacing hati, serta Kit Radioimmunoassay (RIA) untuk membantu
keberhasilan proses inseminasi buatan, dan berbagai suplemen
pakan ternak multi nutrisi.
penduduk. Angka ini jauh di bawah Malaysia dan Thailand yang
Dalam rangka mengembangkan energi baru dan terbarukan,
mencapai sekitar 6 per 10.000 penduduk, sementara Singapura
atas koordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
sudah mencapai hampir 70 per 10.000 penduduk.2
(BPPT) telah berhasil dikembangkan teknologi rancang bangun
Meskipun kondisi sumberdaya iptek yang masih terbatas,
beberapa usaha dan capaian di bidang pengembangan iptek telah
dihasilkan melalui 4 (empat) program di dalam 6 (enam) bidang
fokus pembangunan iptek selama kurun waktu 2004-2009.
Di bidang pangan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) telah berhasil mengembangkan dan melepas beberapa
varietas unggul padi hibrida, varietas unggul jagung dan kedelai.
Untuk mendukung diversifikasi pangan, telah pula dikumpulkan
cadangan plasma nutfah untuk talas, ubi kayu, dan telah
biofuel, PLTB 25 kW, PLTU mulut-tambang, eksplorasi migas lepas
pantai,
dan
survey
laut
untuk
eksplorasi-mineral,
serta
pemanfaatan bijih besi lokal utuk bahan baku industri baja.
Di
samping
itu
di
BPPT
telah
dikembangkan
pula
pemanfaatan fuel grade ethanol sebagai bahan bakar di sektor
transportasi, dan saat ini telah dilakukan sertifikasi produk-produk
Fuel Grade Ethanol (FGE) serta Gasohol E-10 dan Gasohol E-20.
Selanjutnya telah dikembangkan pula teknologi pengolahan minyak
nabati berbasis biji jarak untuk subtitusi BBM termasuk alat press
biji jarak yang mudah diterapkan.
2
IMD 2009
14/Dok-BP/III/2013
5
11. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Di bidang transportasi, di BPPT juga telah dikembangkan
4x4 untuk mengangkut 12 personil, disain dan contoh awal senjata
teknologi Boogie kereta duorail dan monorail pada kecepatan
berpeluru karet kaliber khusus spesifik POLRI,
medium dan tinggi, teknologi persinyalan dan sistem peringatan
mata kaliber 38 mm dan geranat gas air mata untuk pengendalian
otomatis penutup pintu perlintasan kereta api, Rail Fastening untuk
kerusuhan massa, alat komunikasi yang dinamakan Alkom (Alat
memperkuat dudukan rel pada bantalan kayu. Juga telah berhasil
Komunikasi) Tactical Radio HF Spread Spectrum Frequency
dikembangkan Kapal Bersayap dengan Efek Permukaan (Wing-in-
Hopping yang berbasis teknologi digital hopping, digital voice dan
Surface Effect Ship – WISE).
pengacakan
Di bidang teknologi informasi dan komunikasi telah berhasil
dikembangkan aplikasi IGOS (Indonesia Go Open Source) yang siap
dimanfaatkan untuk kebutuhan administrasi. Saat ini aplikasi
berbasis open source tengah dikembangkan untuk keperluankeperluan penelitian seperti pengolah sintesis DNA, simulasi
protein, dan sebagainya. Selain itu, telah berhasil dikembangkan
rangkaian penerima ’Chip Wimax’, suatu sistem komunikasi
generasi modern dengan frekuensi 2.3 GHz dan 3.3 Ghz, serta
sistem Technical Assistance Pengembangan E-Government, paket
aplikasi SIMDA.
Sementara itu, dalam bidang teknologi pertahanan dan
keamanan atas koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi dan
kerjasama BPPT-PT. PINDAD telah berhasil dikembangkan Panser
6x6 yang dapat mengangkut sampai 13 personil tempur dan Panser
14/Dok-BP/III/2013
suara
(voice
encryption), radio
amunisi gas air
jammer untuk
mengganggu sistim komunikasi musuh dan sekaligus dapat
digunakan untuk mengetahui posisi (lokasi) musuh, transponder
sasaran torpedo latih yang dapat mendeteksi dan menelusuri kapal
selam di sekitar Kapal Atas Air; pesawat udara tanpa awak (PUNA),
Blast Effect Bomb (BEB) yang merupakan bom latih yang
memberikan efek suara ledakan keras seperti bom tajam. Dalam
rangka menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), BAKOSURTANAL telah melakukan demarkasi dan
deliniasi di wilayah perbatasan antara RI-Malaysia, RI-Papua
Nuginia (PNG) dan RI-Republik Demokratik Timor Leste (RDTL)
serta menyusun peta batas wilayah NKRI.
Hasil yang baik juga terlihat dalam bidang kesehatan dan
obat. Di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) terutama telah
dikuasai perangkat teknologi nuklir untuk penanggulangan penyakit
6
12. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
kanker dan infeksi bakteri. Di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Perkembangan Iptek telah membawa revolusi 3T yaitu
Indonesia (LIPI) telah dikembangkan protein human EPO yang saat
perubahan radikal dalam transportasi, telekomunikasi, dan tourisme
ini akan memasuki uji klinis, interferon I-2a yang sering digunakan
yang mengabaikan batas wilayah negara. Arus barang, jasa, orang,
sebagai anti viral dan anti kanker, produk herbal menjadi bahan
informasi, dan investasi semakin cepat
dan mengakibatkan
baku obat kardiovaskuler, hepatitis, diabetes, anti trombosit, anti
perubahan yang
tatanan kehidupan
malaria (artemisinin dan analognya), anti oksidan, anti kanker, anti
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
kolesterol, dan anti tuberkulosis. Di samping itu Indonesia telah
membangun kemampuan untuk mengembangkan Vaksin Flu
Burung sendiri.
cepat
terhadap
Berkembangnya teknologi informasi mengakibatkan hampir
tidak ada hambatan bagi penduduk dunia untuk melakukan
interaksi satu dengan lainnya, arus informasi baik positif maupun
1.2. Lingkungan Strategis
Dinamika
sangat
perubahan
negatif begitu cepat sampai kepada rakyat Indonesia. Revolusi
lingkungan
strategis
khususnya
lingkungan global adalah proses yang tidak dapat dihindari oleh
bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari tata kehidupan
global, karena globalisasi adalah fenomena sejagad yang sudah kita
masuki, dan tidak dapat kita tarik kembali. Secara eksternal faktual
Indonesia merupakan bagian dari tata kehidupan global. Indonesia
tidak dapat lepas dan mengisolasi diri sebagai sistem tertutup
terhadap globalisasi. Bangsa Indonesia sudah memasuki dan
terbuka terhadap arus global.
transportasi dan telekomunikasi telah mengakibatkan mobilitas
penduduk dunia yang tidak lagi mengenal batas wilayah yang
berdampak
pada
adanya
masalah-masalah
keamanan di wilayah perbatasan.
pertahanan
dan
Arus globalisasi memberikan
dampak baik positif maupun negatif
yang berakibat
adanya
transformasi baik di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya
serta pertahanan dan keamanan.
Bila dicermati keterkaitan antara kejadian di lingkup global
dengan kejadian di lingkup regional maupun nasional, demikian
pula dengan hubungan antara negara-negara yang terletak dalam
satu kawasan maupun antar kawasan, baik secara langsung
14/Dok-BP/III/2013
7
13. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap proses yang
Berkaitan dengan pembangunan iptek nasional, UNDP dalam
Human Development Report (2001) memperkenalkan konsep global
terjadi di suatu negara.
Dalam kaitan dengan upaya peningkatan pembangunan iptek
nasional, perubahan lingkungan strategis menjadi sangat penting,
karena akan menentukan pilihan strategi dan upaya-upaya yang
diambil. Mengikuti perkembangan iptek, khususnya teknologi
informasi, arus globalisasi menimbulkan peningkatan arus barang,
jasa dan orang, termasuk iptek, yang masuk dan keluar dari
technology hub atas inovasi teknologi, yang didefinisikan sebagai
lokasi yang paling aktif di dalam era digital dalam pengembangan
inovasi teknologi. Berdasarkan survei oleh UNDP tahun 2000
terhadap pemerintah lokal, industri dan media, lokasi inovasi
diranking dari 1 - 4 untuk 4 bidang besar:
a.
wilayah kita.
pekerja ahli atau mengembangkan teknologi.
Proses globalisasi, yang ditandai dengan meningkatnya saling
b.
ekonomi.
negara, selain membawa peluang juga mengandung tantangan.
kemajuan
peningkatan
arus
teknologi
informasi
perdagangan
dan
dan
komunikasi
keuangan
serta
daerah,
khususnya
yang
memiliki
kemampuan
dan
sarana
penunjang, dapat memperluas jangkauan pengaruh pasarnya
hingga menjangkau bagian lain dunia dengan cara yang jauh lebih
ekonomis dan singkat.
c.
Populasi
para
enterpreneur
untuk
bergerak
memulai
perusahaan ventura baru.
internasional,
berbagai negara, perusahaan dan lembaga baik di pusat maupun di
Keberadaan perusahaan yang mapan atau perusahaan
multinasional dalam menumbuhkan keahlian dan stabilitas
ketergantungan yang berlangsung begitu cepat di antara negaraBerkat
Kemampuan lembaga riset dan universitas untuk melatih
d.
Kemampuan modal ventura untuk menjamin, bahwa ide-ide
teknologi baru dapat masuk ke pasar.
Dari survei tersebut dideteksi 46 teknologi hub di seluruh
dunia. Dari 10 besar (nilai di atas 13) pertama 5 hub (pusat
inovasi) berada di AS (Silicon Valley, Boston, Raleigh-DurhamChapel Hill, Austin, San Fransisco). Nilai sempurna (nilai 16) dimiliki
oleh Silicon Valley, AS. Benua terbanyak memiliki hub adalah
14/Dok-BP/III/2013
8
14. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Amerika (16), menyusul Eropa (15) dan Asia (11). Hal-hal yang
kontribusinya
menarik adalah data berdasarkan benua, ternyata Kuala Lumpur
wisatawannya. Taiwan juga memiliki kemampuan high-tech yang
(Malaysia) dan Singapura termasuk 2 dari 10 hub di Asia.
diperlukan oleh Indonesia dalam kerangka transfer teknologi.
El
Ghazala, Tunisia juga termasuk salah satu dari hub global ini.
Perkembangan
global
penting
di
negara-negara
terhadap
pembangunan
Indonesia,
termasuk
Pengaruh global lain adalah Jepang yang merupakan mitra
yang
dagang
terbesar
Indonesia.
Hingga
tahun
2005,
volume
berpengaruh dalam bidang iptek yang berhubungan dengan
perdagangan kedua negara mencapai US$25 milyar (ekspor US$ 18
Indonesia
China.
milyar, impor US$ 7 milyar dengan surplus US$ 11 milyar).
Perkembangan China dalam menyerap investasi berbagai negara
Masuknya bantuan pemerintah Jepang diikuti oleh masuknya
besar sangat mengagumkan. Pembangunan infrastruktur ekonomi,
investasi dari kalangan swastanya. Sampai sebelum kemunculan
SDM yang berlimpah dan murah, iklim investasi yang ramah
China selaku sasaran investasi Jepang, Indonesia masih merupakan
membuat China menjadi salah satu negara yang sangat efisien bagi
tujuan utama investasi Jepang di Asia. Sejak 1967 hingga 2005,
industri manufaktur. Produk-produk industri China membanjiri
investasi Jepang terkonsentrasi di sektor manufaktur non-migas,
pasar global termasuk Indonesia, dengan harga yang relatif murah.
sehingga memberikan manfaat langsung bagi Indonesia, karena
Kemajuan iptek China juga tumbuh dengan sangat luar biasa. Tiga
meski padat modal, namun bersifat padat karya dengan teknologi
lokasi global hub inovasi teknologi dimiliki China yakni Taipei,
bervariasi mulai dari menengah sampai teknologi tinggi (alas kaki,
Hsinchu dan Hong Kong. Taipei menempati peringkat 10 di atas
tekstil, pakaian jadi, kulkas, radio/tape recorder, vcd/dvd player,
Bangalore dan satu tingkat di bawah San Fransisco. Indonesia
microwave, televisi, sepeda motor, mobil, dll). Sementara investasi
memiliki hubungan dengan Taiwan sebatas hubungan ekonomi,
negara maju lain kebanyakan terkonsentrasi hanya di sektor migas,
perdagangan,
yang padat modal dan teknologi tinggi, namun tidak padat karya.
perlu
diungkap.
investasi
dan
Salah
sosial
satunya
budaya
adalah
sesuai
dengan
kesepakatan ketika pemulihan hubungan diplomatik 1990. Taiwan
adalah partner dagang dan investor yang cukup signifikan
14/Dok-BP/III/2013
9
15. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
India sangat mendorong pengembangan industri jasa dan
informasi
teknologi
yang
terpusat
di
Bangalore.
Dengan
kemampuan outsourcing dan pemrosesan data yang dimiliki,
Bangalore bahkan disebut-sebut sebagai Silicon Valley kedua.
Sumber daya manusia bidang teknologi informasi yang melimpah di
India membuat Bangalore menempati posisi 11 dari peringkat
global hub inovasi Iptek yang disusun UNDP (2001).
Secara
khusus, bidang-bidang kerjasama antara Indonesia dan India
meliputi kerjasama politik dalam bentuk dukungan di berbagai
bidang, pertahanan dan keamanan, ekonomi, sains dan teknologi
dalam bentuk kerjasama teknologi ruang angkasa, tenologi nuklir,
satelit, bioteknologi, kerjasama teknik lainnya dalam bentuk
beasiswa, pendidikan dan pelatihan di berbagai bidang. Seluruh
kerjasama ini dibicarakan dan disepakati dalam wadah Forum
Konsultasi Bilateral dan Komisi Bersama antara Indonesia dan India
yang telah dimulai sejak tahun 2003.
ditingkatkan
adalah
pada
Kerjasama yang perlu
bidang-bidang
strategis
(seperti
pertahanan keamanan, energi, ekonomi, Iptek dan pendidikan) dan
tidak hanya terjebak dalam tataran teknis/sektoral seperti yang
telah dicapai selama ini. Untuk dapat mencapai kepentingan di
bidang-bidang
strategis
tersebut,
Indonesia
harus
mampu
memanfaatkan kerjasama bilateral dan regional secara lebih efektif.
Dalam lingkup regional lembaga multilateral yang perlu
dicermati adalah ASEAN. Indonesia berpandangan bahwa ASEAN
merupakan salah satu soko guru politik luar negerinya. Bagi
Indonesia, kawasan Asia Tenggara yang stabil, aman, damai dan
kondusif ditinjau dari berbagai aspek merupakan modal dasar yang
penting untuk pembangunan di dalam negeri. Hal ini sejalan
dengan pendekatan lingkaran-lingkaran konsentris yang digunakan
oleh Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya. Perihal
kepemimpinan Indonesia di dalam ASEAN, dapat dikemukakan
bahwa
berdasarkan
kondisi
objektif,
potensi
kepemimpinan
Indonesia di kawasan Asia Tenggara masih tetap besar. Namun
Indonesia berkeyakinan bahwa kepemimpinan yang bijak adalah
kepemimpinan yang tidak dipaksakan, melainkan yang diraih
melalui kualitas diplomasi dan kontribusi konkrit Indonesia kepada
kawasan Asia Tenggara. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan bahwa
sejak 1997/1998, dengan dicurahkannya perhatian pada proses
reformasi politik dan penanggulangan krisis ekonomi dalam negeri,
telah terdapat dampak yang kurang menguntungkan terhadap
peran Indonesia dalam ASEAN. Namun demikian, seiring dengan
14/Dok-BP/III/2013
10
16. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
pemulihan kondisi dalam negeri, maka dalam kurang lebih dua
Multilateralisme:
tahun terakhir, Indonesia telah mampu meningkatkan kembali
menangani
perhatiannya kepada ASEAN. Upaya-upaya untuk meningkatkan
berbagai upaya global telah dilakukan di berbagai forum
peran Indonesia di ASEAN akan terus dikembangkan.
seperti PBB, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan
Dengan perkembangan iptek di negara tetangga yang sudah
cukup maju, seperti di Singapura dan Malaysia - dua negara ini
termasuk sebagai lokasi global hub inovasi teknologi - Indonesia
perlu lebih menyadari ketertinggalannya.
Kesadaran ini penting
untuk memacu semangat untuk bersaing secara positif dengan
negara tetangga. Bila tidak, maka nilai tambah dari sumber daya
Merupakan
berbagai
forum
permasalahan
terbaik
global.
untuk
Untuk
itu,
lembaga-lembaga Bretton Woods (Bank Dunia dan IMF).
Telah di sepakati berbagai agenda pembangunan global
seperti UN Millenium Development Goals (MDGs), WTO Doha
Developtment
Agenda,
the
Monterrey
Consensus
on
Financing for Development maupun Johannesburg Declaration
on Sustainable dan Johannesburg Plan of Implementation.
alam (SDA) yang melimpah di negara kita akan lebih banyak
Millennium Development Goals (MDGs): Berisi berbagai
dinikmati oleh negara tetangga tersebut melalui jasa teknologi.
komitmen
Belum lagi dengan akan berlakunya Pasar Bebas ASEAN 2015,
internasional dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang
tekanan kompetisi dalam regional ini semakin tinggi.
Bila tidak
berkelanjutan. Melalui Millennium Summit, para pemimpin
disikapi dengan penuh keseriusan, maka bangsa kita akan
dunia menegaskan, bahwa berbagai manfaat globalisasi
tertinggal dan hanya akan mendapat beban dan kerugian dari
seperti
dibukanya Pasar Bebas ASEAN tersebut.
berkelanjutan,
Bagi Negara berkembang, globalisasi menawarkan perspektif
baru bagi integrasi ekonomi dan kemungkinan perbaikan kinerja
ekonomi, antara lain:
14/Dok-BP/III/2013
dan
target
pertumbuhan
yang
harus
ekonomi
peningkatan
yang
standar
dicapai
lebih
hidup,
masyarakat
cepat
dan
penciptaan
lapangan kerja dan pemberian manfaat yang besar bagi umat
manusia dari peningkatan teknologi harus dikelola melalui
upaya
bersama
dan
tidak
dapat
diserahkan
kepada
mekanisme pasar semata.
11
17. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Pendanaan bagi pembangunan: Pada sektor keuangan,
menerus
Monterrey
bagi
penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya
pembangunan yang disahkan pada tahun 2002, merupakan
masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan
inisiatif internasional dalam menanggulangi tantangan bagi
terbukanya akses informasi, tuntutan konsumen terhadap barang
pemenuhan kebutuhan dana pembangunan di seluruh dunia,
dan jasa pun semakin meningkat. Hal ini merupakan peluang untuk
khususnya di negara-negara berkembang. Konsesus ini
meningkatkan produktivitas dengan memperbaiki QCD (Quality,
menyentuh berbagai isu seperti mobilisasi sumber keuangan
Cost & Delivery) untuk menghasilkan barang dan jasa yang
domestik dan internasional, serta kerjasama teknik dan
berkualitas;
keuangan
Consensus,
internasional
mengenai
termasuk
pendanaan
Official
Development
Assistant (ODA) dan isu-isu hutang luar negeri.
dalam
rangka
seleksi,
meningkatkan
adaptasi,
efisiensi
dan
biaya
pemfokusan
produksi
agar
menghasilkan barang dan jasa yang bernilai kompetitif (mampu
bersaing); serta menambah kecepatan pelayanan yang diberikan.
Peluang yang muncul secara nasional adalah membaiknya
Globalisasi
mengandung
resiko
dan
tidak
jarang
perekonomian nasional Indonesia. Diperkirakan antara tahun 2007
mengakibatkan kerugian ekonomi dan sosial yang berat, misalnya:
– 2020 ekonomi Indonesia dapat tumbuh dengan laju rata-rata
(a) Keterbukaan pasar modal global dapat membuat pasar
sekitar 6 persen per tahun. Semangat reformasi dapat dijadikan
keuangan dalam negeri rentan gejolak yang mendadak, (b) Banyak
momentum untuk mengadakan perubahan mendasar di segala
negara berkembang menjadi tersisih (marginalized) karena tidak
bidang, termasuk dalam upaya pembangunan iptek. Pesatnya
diperlukannya buruh yang tidak terdidik dan turunnya pendapatan
kemajuan
riil, (c) Adanya jurang
iptek
pada
dua
dasawarsa
terakhir
memberikan
pemisah kemampuan
Iptek
karena
sumbangan berharga dalam bentuk banyaknya pilihan iptek yang
kelangkaan sumber dana untuk meningkatkan kemampuan tersebut
bisa didayagunakan dan dikembangkan dalam rangka mendukung
di negara berkembang, (d) Keadaan itu menyebabkan banyak
penguatan ekonomi dan daya saing bangsa. Kecenderungan global
negara berkembang kembali mencoba bertumpu pada ekspor
perkembangan Iptek dapat dipantau dan diantisipasi secara terus-
produk komoditas primer yang bernilai tambah rendah.
14/Dok-BP/III/2013
12
18. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
1.3.
Potensi dan Permasalahan
1.3.1. Potensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan
rangkaian dari 17.502 pulau besar dan kecil yang dinyatakan dalam
Undang-undang nomor 17 tahun 1985 sebagai negara kepulauan
(Archipelagic State), dari Sabang hingga Merauke, yang hampir
sama panjang dengan Benua Amerika, dengan jumlah penduduk
lebih dari 230 juta jiwa dan terdiri dari 100 suku dengan 583
bahasa daerah dan beragam keyakinan dan budaya.
Sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya
alam, maka Indonesia mempunyai potensi lebih besar untuk
menjadi negara maju, karena mempunyai modal pembangunan
yang siap diolah. Kekayaan hutan nasional hanya kalah dari Brasil.
Sebagai negara kepulauan, kekayaan laut Indonesia yang luas
merupakan modal pembangunan yang tidak dimiliki oleh negara
lain di dunia. biodiversitas tanaman, binatang yang hidup di hutan,
serta biodiversitas laut dapat diolah menjadi bahan pangan, energi
dan obat-obatan.
Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk
terbesar di dunia, dapat menjadikan populasi penduduk tersebut
14/Dok-BP/III/2013
sebagai aset human capital. Jumlah angkatan kerja Indonesia yang
masih mendominasi populasi, dapat digunakan untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Kekayaan sumberdaya alam dan populasi
yang besar, apabila dikelola dengan baik, akan menjadi modal
pembangunan yang jarang dipunyai oleh negara lain.
Perguruan tinggi (PT), lembaga litbang dan industri
menjadi
pihak-pihak
memberikan
nilai
yang
kompeten
tambah
pada
untuk
mengolah
produk-produk
dan
berbasis
sumberdaya alam tersebut. Tahun 2009, jumlah perguruan tinggi
negeri (PTN) sebanyak 82 dan perguruan tinggi swasta (PTS)
sebanyak 2556 merupakan sarana untuk menghasilkan SDM yang
berkualitas, dan dapat didorong menjadi universitas riset yang
menghasilkan inovasi-inovasi teknologi yang dibutuhkan oleh
industri nasional. Demikian juga lembaga riset non-kementerian
(LPNK) dibawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi serta
lembaga-lembaga riset departemen merupakan sarana untuk
mengembangkan dan mendorong pemanfaatan teknologi.
Faktor lain yang juga sangat penting dalam mendukung
investasi dan pertumbuhan ekonomi adalah keamanan. Kondisi
keamanan nasional saat ini sangat baik, meskipun masih ada
beberapa gerakan separatis di beberapa daerah. Keberhasilan Polri
13
19. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
membongkar kasus terorisme serta kasus-kasus tindak kriminal lain
1.3.2. Permasalahan
yang meresahkan masyarakat dan pengusaha beberapa waktu
Menurut data Institute for Management Development (IMD) tahun
yang lalu, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk iklim usaha
dan investasi dari dalam maupun luar negeri. Investasi baru akan
memberikan peluang bagi adopsi teknologi baru. Hal ini akan
2009 daya saing Indonesia berada pada posisi 42 dari 56 negara,
mengalami peningkatan dari tahun 2008 (peringkat 51) dan tahun
2007 (peringkat 54). Akan tetapi peningkatan tersebut baru
meningkatkan kemampuan adopsi teknologi di sektor produksi, dan
bersumber pada kinerja ekonomi (economic performance), efisiensi
meningkatkan pemanfaatan hasil riset dalam negeri yang sesuai
pemerintah (government efficiency), dan efisiensi bisnis (business
dengan kebutuhan industri.
efficiency), sedang infrastruktur (infrastructure) yang di dalamnya
Pembangunan Nasional, pada hakekatnya adalah upaya
antara lain mencakup infrastruktur sains dan infrastruktur teknologi
kepentingan
menunjukkan penurunan. Sementara data World Economic Forum
keamanan nasional dan peningkatan kesejahteraan, yang sekaligus
(WEF) tahun 2009 menunjukkan bahwa daya saing Indonesia
merupakan aspirasi masyarakat Indonesia, baik secara individual
berada pada posisi 54 dari 133 negara. Lebih jauh WEF
maupun sosial, yang beragam dan menempati wilayah yang luas
menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia berada pada area transisi
tersebut. Dalam sudut pandang ini, Iptek adalah sebuah instrumen
dari
(tool) yang membantu agar proses pembangunan nasional berjalan
pemanfaatan sumber daya alam (factor driven) menuju kelompok
lancar,
negara
pemenuhan
atas
kepentingan
meningkatkan
nasional,
kesejahteraan
yakni
rakyat
dan
kemajuan
kelompok
yang
negara
yang
ekonominya
ekonominya
mengandalkan
bergantung
efisiensi
pada
(efficiency
peradaban, untuk kemudian demi terwujudnya stabilitas nasional
driven). Di sisi lain, negara-negara yang tergabung dalam
yang kondusif.
Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD)
yang merupakan kelompok negara maju ekonominya bergantung
pada inovasi (innovation driven). Fenomena ini menunjukkan
14/Dok-BP/III/2013
14
20. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
bahwa Iptek belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam ekonomi Indonesia.
permasalahan
Menurut laporan World Economic Forum, terpuruknya daya
saing Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pada
tataran makro terdapat 3 (tiga) faktor, yaitu: (a) Tidak kondusifnya
kondisi ekonomi makro; (b) Buruknya kualitas kelembagaan publik
sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; dan (c) Lemahnya
kebijakan pengembangan
teknologi
untuk menunjang
peningkatan produktivitas; dan pada tataran mikro, terdapat 2
(dua) faktor, yaitu: (a) Rendahnya efisiensi produksi; dan (b)
Lemahnya
iklim
Secara lebih mendasar faktor-faktor yang menjadi akar
persaingan
usaha.
Karenanya,
untuk
meningkatkan peran Iptek dalam peningkatan daya saing nasional
diperlukan kebijakan pembangunan Iptek yang di satu sisi dapat
memajukan penguasaan Iptek, dan di sisi lain dapat memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pembangunan perekonomian
rendahnya
daya
saing
nasional
dari
sisi
pengembangan teknologi antara lain adalah: 1) Ketergantungan
produk industri serta sarana dan prasarana kebutuhan nasional
seperti pertahanan dan yang lainnya terhadap impor masih sangat
tinggi;
2)
Lemahnya
pengembangan
kualitas
teknologi
SDM
penunjang
dan
penguasaan
industri,
serta
sehingga
sulit
diharapkan tercapainya peningkatan produktivitas melalui inovasiinovasi teknologi. Rendahnya kandungan dalam negeri produkproduk industri nasional adalah akibat lemahnya struktur industri
utama dalam membangun industri-industri penunjang dan pemasok
bahan baku/antara (intermediate) di dalam negeri, lemahnya upaya
pengembangan produk, serta tidak adanya koordinasi lintas
sektoral yang baik, sehingga tuntutan terhadap kebutuhan litbang
dan teknologi sangat minim.
nasional. Untuk itu, kebijakan pembangunan Iptek harus mampu
Dari sisi supply-side, permasalahan pembangunan Iptek bisa
mendorong terwujudnya jaringan yang saling memperkuat antara
dilihat dari sudut pandang: kelembagaan, sumber daya, jaringan,
penghasil dan pengguna Iptek sehingga terjadi aliran sumber daya
relevansi dan produktivitas litbang, serta pendayagunaan iptek.
Iptek
secara
optimal.
Paradigma
ini
mengantarkan
pada
pendekatan sistemik yang dikenal sebagai Sistem Inovasi Nasional
(SINas).
14/Dok-BP/III/2013
15
21. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
a.
Kelembagaan Iptek
akibat perubahan teknologi industri yang sangat cepat sukar
Pembangunan Kelembagaan Iptek (orgaware), yaitu struktur
diikuti oleh lembaga riset karena keterbatasan SDM. Sistem
organisasi, tata-laksana, kultur, dll., telah dilaksanakan secara
berkesinambungan sampai dengan periode 2005-2009.
Namun
dirasakan masih harus ditingkatkan, agar kelembagaan iptek dapat
mengokohkan
Sistem
Nasional
Iptek
(SINas
Iptek)
dan
berkontribusi bagi pemercepatan pencapaian tujuan negara. Sistem
insentif, penghargaan dan budaya masyarakat yang kondusif dalam
pengembangan IPTEK masih perlu ditingkatkan. Sementara itu,
sistem inovasi yang mendorong tumbuhnya daya saing dan
operasional LPNK Ristek yang kurang memberi peluang untuk
menjalin kaitan aktif dengan sektor swasta, tidak adanya
sistem insentif yang mendorong LPNK Ristek untuk menjalin
kaitan dengan pihak swasta, tidak adanya kaitan yang jelas
antara LPNK Ristek dengan kebijakan industri nasional dalam
rangka seleksi proyek, kecenderungan LPNK Ristek berorientasi
terbatas pada industri strategis juga masih menjadi kendala
(Thee, 1997).
berkembangnya industri/ekonomi berbasis IPTEK belum tumbuh
Di lain pihak hasil-hasil penelitian dan pengembangan dari
dengan kokoh. Hal ini diindikasikan sbb.:
LPNK belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Akibatnya
1.
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Ristek secara
umum masih menghadapi kendala eksternal seperti: LPNK
Ristek masih diperlakukan sebagai lembaga pemerintah umum
lain,
tanpa
kualifikasi
kebutuhan-kebutuhan
sebagai
yang
lembaga
khusus.
litbang
Dengan
dengan
mekanisme
pendanaan pemerintah yang ada sekarang, lembaga litbang
kurang termotivasi untuk bekerja sama dengan pihak luar
untuk menunjang pengembangan teknologi industri. Lemahnya
sektor industri menjadi bergantung pada teknologi impor. Salah
satu penyebabnya adalah penelitian dan pengembangan di
LPNK selama ini masih dilakukan dengan paradigma supply-
driven. Untuk itu, hal mendasar yang perlu dilakukan adalah
mengubah paradigma penelitian dan pengembangan dari
supply-driven menjadi demand-driven, hasil penelitian dan
pengembangan dapat dimanfaatkan untuk
menggerakkan
sektor riel di Indonesia.
keterkaitan antara lembaga litbang dengan sisi permintaan
14/Dok-BP/III/2013
16
22. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
2.
Dari segi organisasi, KRT sebagai kementerian yang ditugasi
sistem penelitian dan pengembangan Iptek dalam rangka
mengkoordinasikan
LPNK
Ristek
mencapai penguatan Sistem Inovasi Nasional.
keunggulan
juga
kelemahan.
dan
di
bawahnya,
memiliki
Bergantung
pada
orientasinya baik ke arah riset dasar maupun teknologi industri,
beberapa
negara
memiliki
bentuk
yang
berbeda-beda.
Beberapa negara menggabungkan Kementerian Ristek mereka
dengan Departemen Pendidikan atau Dirjen Perguruan Tinggi,
sementara negara lain menggabungkan Kementerian Ristek
dengan Departemen Perindustrian. Penggabungan kantor
Kementerian Ristek seperti ini memang menguntungkan dari
aspek
koordinasi,
sehingga
mempertajam
fokus
dan
memudahkan implementasi. Di sisi lain, masalah yang mungkin
muncul adalah aspek tumpang-tindih program di antara LPNKLPNK Ristek, termasuk juga tumpang-tindih
Karenanya
konsolidasi dan
koordinasi
anggaran.
kelembagaan
dan
program iptek, baik antara KRT dengan LPNK-LPNK Ristek, KRT
3.
Dari
segi
kualitas,
survei
WEF
pada
tahun
2007
memperlihatkan bahwa kualitas lembaga riset iptek, Indonesia
menempati posisi ke-28, sebuah peringkat yang cukup baik.
Namun sayangnya, posisi ini menurun pada tahun 2009,
menempati posisi ke-43 dari 133 negara.
Akan tetapi, bila
dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN lainnya, maka
posisi Indonesia ini masih cukup baik, bahkan melampaui
Thailand, yang berada pada posisi ke-60.
Salah satu bukti
meningkatnya kualitas lembaga litbang adalah masuknya
beberapa lembaga litbang dalam daftar 2.000 lembaga litbang
terbaik dunia pada World Rank Research Center. Dari daftar
tersebut
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
(LIPI)
menduduki peringkat ke-201, merupakan yang terbaik Asia
Tenggara. Selain itu, terdapat 2 (dua) lembaga penelitian di
dengan kementerian terkait, dan keterkaitan antara lembaga
Indonesia yang masuk dalam peringkat terbaik, yaitu Center
riset - perguran tinggi - dunia usaha dan antara pusat dan
for International Forest Research (Cifor) pada peringkat ke-
daerah menjadi penting. Kemungkinan membenahi
tumpang tindih ini harus menjadi program
masalah
prioritas utama
425, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian pada peringkat ke 771. Di samping itu, Lembaga
Biologi Molekuler Eijkman telah ditetapkan oleh World Health
14/Dok-BP/III/2013
17
23. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Organisation (WHO) sebagai institusi / laboratorium untuk
5.
Untuk
mengembangkan
budaya
ilmiah
di
kalangan
mengkonfirmasi diagnosis flu burung dan menjadi rujukan
dunia mengenai virus H1N1 sehingga telah menjadi lembaga
peneliti, berbagai penghargaan, acara-acara, pameran ilmiah,
riset kelas dunia dalam bidang biologi molekuler.
4.
masyarakat, sekaligus mengokohkan budaya Iptek di kalangan
dan
Selama kurun waktu 2005-2009, berbagai sistem insentif
untuk peneliti dan badan usaha telah dikembangkan, salah
satunya
dan
yang
cukup
signifikan
adalah
dengan
diterbitkannya PP. 35/2007 tentang pengalokasian sebagian
pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan
perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. PP ini dirancang
untuk memajukan pelaksanaan pengembangan di lingkungan
badan usaha nasional.
Sebagai sebuah sistem insentif yang
mendorong badan usaha dalam meningkatkan kapasitas
kemampuan iptek-nya, PP ini dapat menjadi pemicu bagi
penguatan inovasi teknologi di level industri. Namun demikian,
berbagai insentif dan kondisi yang kondusif bagi swasta perlu
terus dikembangkan pemerintah, sehingga swasta tertarik
untuk
melaksanakan
teknologinya.
upaya
peningkatan
kemampuan
sarana
dan
prasarana
bagi
sosialisasi
iptek
telah
dikembangkan. Penghargaan peneliti terbaik, Harteknas yang
diperingati setiap tahun, pameran Ritech Expo setiap tahun,
Wisata Iptek dan Jambore Iptek, Rakornas Iptek tahunan,
berbagai olimpiade sains untuk pelajar dan mahasiswa,
pengelolaan pusat peragaan iptek, dan lain-lain adalah
berbagai upaya untuk mengembangkan budaya ilmiah di
kalangan masyarakat. Kemudian dengan diterbitkannya Inpres
No. 4 Tahun 2003 tentang Pengkoordinasian Perumusan dan
Pelaksanaan
Kebijakan
Strategis
Pembangunan
Nasional
(Jakstranas) Iptek, Jakstranas Iptek memberikan arahan yang
jelas terutama dalam upaya koordinasi antar instansi-instansi
yang terkait dalam menentukan dan melaksanakan arah
kebijakan, prioritas utama dan kerangka kebijakan pemerintah
di bidang Iptek. Namun berbagai upaya sosialisasi kebijakan
ini dirasakan masih belum cukup. Secara umum, budaya
bangsa masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang
mempunyai sifat penalaran obyektif, rasional, maju, unggul
14/Dok-BP/III/2013
18
24. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum berkembang ke arah
yang lebih suka mencipta daripada sekedar memakai, lebih
Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan
suka membuat daripada sekedar membeli, serta lebih suka
Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan yang
belajar dan berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi
mengamanatkan agar hasil – hasil penelitian yang dilakukan
yang ada. Budaya miopis (cari untung cepat), instant, hedonis,
oleh
masih kental mewarnai secara umum masyarakat kita. Selain
Pengembangan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
itu budaya penelitian, sebagai pondasi kelembagaan ristek,
kepentingan
masih
berhasil
tambah ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan bangsa dan
membudayakan rasa ingin tahu siswa, budaya belajar, dan
negara; (2) PP 41/2006 tentang perizinan melakukan kegiatan
apresiasi yang tinggi pada pencapaian ilmiah. Masih muncul
penelitian dan pengembangan bagi perguruan tinggi asing,
budaya sekedar ingin cepat lulus, plagiarisme, mengejar
lembaga penelitian dan pengembangan asing, badan usaha
gelaran, mengejar nilai, dll., yang secara umum lebih
asing, dan orang asing yang mengatur tentang perijinan bagi
mementingkan simbol daripada isi, ijasah dari pada kualitas.
6.
PP No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan
individual maupun lembaga asing yang akan melaksanakan
rapuh.
Pendidikan
kita
masih
belum
Sampai dengan tahun 2009 terjadi penguatan regulasi/
kerangka kebijakan pembangunan Iptek yang patut diapresiasi.
Setelah amandemen ke - 4 UUD 1945, dimana di dalam salah
satu pasalnya tercantum Visi Pembangunan Iptek Nasional,
pada tahun 2002 diundangkan UU No.18/tahun 2002 tentang
Sistem Nasional Iptek, yang menjadi landasan konsepsional
pembangunan Iptek. Kemudian dari tahun 2005 – 2009
dihasilkan 4 PP turunan dari UU. No.18 tahun 2002, yakni: (1)
14/Dok-BP/III/2013
Perguruan
Tinggi
masyarakat
dan
serta
Lembaga
dapat
Penelitian
menghasilkan
dan
nilai
penelitian pengembangan di Indonesia; (3) PP 35/2007
tentang pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha
untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan
difusi teknologi yang dirancang untuk memajukan pelaksanaan
pengembangan di lingkungan badan usaha nasional. Sebagai
sebuah sistem insentif yang mendorong badan usaha dalam
meningkatkan kapasitas kemampuan Ipteknya, maka PP ini
dapat menjadi jalan yang cepat bagi penguatan inovasi
19
25. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
teknologi di level industri; (4) PP No. 48/2009 tentang
sektor produksi masih belum menyatu dalam sebuah harmoni.
perizinan pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan
Dengan kata lain pembangunan iptek di sisi penyediaan
penerapan Iptek yang beresiko tinggi dan berbahaya yang
(supply
dirancang untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan litbang
(demand side) masih belum terintegrasi.
side) dengan pembangunan di sisi permintaan
dan penerapan iptek tidak menimbulkan resiko dan bahaya
bagi
masyarakat
dan
lingkungan
hidup.
Semua
ini
memperlihatkan mantapnya struktur kebijakan pembangunan
b.
Secara umum pembangunan sumber daya iptek Indonesia
Iptek nasional.
7.
Dalam kaitannya dengan sinergi kelembagaan iptek,
pembangunan iptek nasional saat ini masih harus ditingkatkan.
Beberapa hal yang perlu dicermati dalam kaitan ini misalnya
belum optimalnya mekanisme intermediasi iptek dalam sistem
inovasi
yang
Sumberdaya Iptek
Mekanisme
masih
relatif
lemah,
karenanya
dirasakan
harus
ditingkatkan, agar kelembagaan iptek dapat mengokohkan sistem
nasional iptek dan berkontribusi bagi pemercepatan pencapaian
tujuan negara. Hal ini diindikasikan dengan :
1.
Prosentase penduduk berpendidikan tinggi (Strata 1 ke atas) di
yang
penyedia
iptek
Indonesia sangat rendah dibanding dengan negara-negara lain
dengan kebutuhan pengguna iptek dalam sistem inovasi masih
seperti Thailand, Malaysia, bahkan India dan China. Tingkat
belum berkembang dengan baik. Masalah ini dapat terlihat dari
pendidikan tinggi di Indonesia terus mengalami kenaikan
belum tertatanya infrastruktur iptek, seperti institusi yang
dari 9,5 % pada tahun 1990 menjadi 17,5 % pada tahun 2007,
mengolah dan menerjemahkan hasil pengembangan iptek
Angka ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan
interaksi
antara
intermediasi
ini
iptek
menjembatani
ada.
saat
kapasitas
menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk difungsikan
dalam sistem produksi. Integrasi iptek di sektor risetkhususnya lembaga riset pemerintah - dengan industri di
14/Dok-BP/III/2013
20
26. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Malaysia (30,2%), Singapura (55,6%), Thailand (48,3%) dan
Filipina (28,5%), meski lebih tinggi dari Vietnam (15,9%)3.
2.
pranata nuklir, surveyor pemetaan, penyelidik bumi, dan lainlain. Khusus tenaga fungsional peneliti, saat ini terdapat lebih
kurang 7.649 peneliti yang tersebar di berbagai lembaga
Jumlah SDM Iptek Indonesia sangat sedikit dibanding negara-
litbang dan 286 peneliti di antaranya memiliki kualifikasi
negara maju, tetapi masih lebih besar dibanding beberapa
negara ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Dari data World
sebagai Profesor Riset. Adapun tenaga peneliti di perguruan
Bank, SDM Iptek mayoritas berada di lembaga pemerintah
tinggi saat ini lebih kurang 80.000 peneliti.
sebesar (85%), sedangkan SDM Iptek di industri hanya sekitar
3.
Dari aspek ketersediaan ilmuwan dan engineer, maka
15%4. Bila diperhatikan lebih jauh, SDM Iptek yang berada di
pada tahun 2007 menurut WEF Indonesia menempati posisi
lembaga pemerintah sebagian besar berada di lembaga litbang
ke-27, sedikit menurun di tahun 2008 dan 2009 pada peringkat
LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian). Walaupun
ke-31. Namun demikian, dibandingkan dengan negara-negara
jumlahnya masih relatif rendah bila dibandingkan dengan
tetangga ASEAN lainnya, maka ketersediaan ilmuwan dan
negara-negara
terjadi
engineer di Indonesia ini relatif baik, bahkan kita menempati
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikannya,
posisi di atas Malaysia, dengan peringkat ke-33. Di ASEAN kita
dimana terjadi peningkatan jumlah SDM yang berpendidikan
tepat berada di bawah posisi Singapura yang menempati posisi
S1, S2 dan S3 pada kurun waktu 2005-2009, yaitu kurang lebih
ke-14.
ASEAN,
tetapi
secara
kualitas
11.846 orang pada tahun 2005, 12.465 pada tahun 2006,
12.756 pada tahun 2007 dan 12.889 pada tahun 2008. Mereka
berkarir dalam berbagai jabatan fungsional, di antaranya
peneliti,perekayasa, pranata komputer, pengawas radiasi,
3
4
4.
Anggaran pemerintah untuk riset iptek sangat kecil dibanding
dengan
negara-negara
lain
di
ASEAN
sekalipun.
Rasio
anggaran iptek nasional terhadap PDB terus menurun dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2004 dan 2006, total belanja
UNESCO, 2008
World Bank, 2009
14/Dok-BP/III/2013
21
27. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
litbang sebagai persentase dari PDB Indonesia sebesar 0,05
% angka ini lebih rendah dari Filipina, Vietnam, Thailand,
transformasi industri) yaitu industri penerbangan, industri
Malaysia dan Singapura, artinya terendah se - ASEAN.
maritim dan perkapalan, industri alat transportasi darat,
Anggaran litbang Vietnam saja hampir 4 kali lipat dari
industri elektronika dan telekomunikasi, industri energi, industri
anggaran litbang kita.5
5.
beroperasinya delapan wahana industri (sebagai vehicle bagi
rekayasa, industri alat dan mesin pertanian dan industri
Dari aspek penyediaan dana perusahaan untuk litbang,
Indonesia pada tahun 2007 menempati posisi ke-27. Kemudian
secara fluktuatif kembali pada posisi ke-28 di tahun 2009.
Dibanding negara tetangga, posisi Indonesia cukup baik,
berada di atas Filipina dan Thailand, namun sedikit di bawah
Malaysia, peringkat ke-19. Secara umum 70% dana litbang
dikeluarkan oleh pemerintah.
Sementara kontribusi swasta
dalam litbang di Indonesia hanya sekitar 30%.
Kondisi ini
terbalik dengan negara yang relatif maju seperti Korea Selatan
atau Jepang, dimana kontribusi anggaran swasta untuk riset
mencapai 80%, dan anggaran riset pemerintah hanya 20%
Kondisi sarana dan prasarana Iptek yang menonjol khususnya
sebelum
5
6
krisis
ekonomi
tahun
BUMN Industri Strategis, yakni PT IPTN (pesawat terbang), PT
PAL (kapal laut), PT PINDAD (peralatan rekayasa), PT Krakatau
Steel (baja), PT INKA (kereta api), Perum Dahana (eksplosif
komersil), PT INTI (telekomunikasi), PT LEN (elektronik), PT
BARATA (industri rekayasa berat), dan PT BBI (turbin, mesin).
Sejak krisis ekonomi tahun 1998 secara relatif pembangunan
sarana dan prasarana iptek terhenti. Bahkan, masalah
pembiayaan untuk pemeliharaan peralatan-peralatan canggih
ini menjadi isu yang menonjol. Sekarang ini pemikiran yang
berkembang adalah bagaimana mengoptimasikan potensi yang
ada, yakni SDM, biaya perawatan, dengan program iptek, serta
dari total anggaran riset nasional.6
6.
pertahanan keamanan, yang kesemuanya berbentuk sepuluh
1998
-
terlihat
dari
peluang spin-off di luar tugas pokok lembaga. Dengan kata lain
posisi pembangunan sarana dan pra-sarana iptek berada pada
status ”defensif”.
World Bank, 2009
World Bank, 2009
14/Dok-BP/III/2013
22
28. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Selain itu, sarana prasarana litbang yang telah dibangun di
1.
Kinerja kerjasama riset antara universitas - industri di
berbagai lokasi, di antaranya yang paling menonjol adalah di
Indonesia pada tahun 2007 menurut evaluasi WEF ditempatkan
kawasan Pusat Penelitian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
pada posisi ke-64. Angka ini terus membaik secara signifikan.
(Puspiptek)
35
Pada tahun 2008 peringkat ini meningkat ke posisi 54, dan
laboratorium yang dikembangkan untuk mendukung fungsi
bahkan secara fantastik pada tahun 2009 kerjasama riset
litbang berbagai lembaga litbang di antaranya LIPI, BATAN,
antara universitas-industri di Indonesia dinilai WEF menempati
BPPT, dan Kementerian Lingkungan Hidup, perlu direvitalisasi
posisi ke-43. Kinerja ini dibandingkan dengan capaian negara
untuk mendukung produktivitas Iptek.
tetangga ASEAN relatif baik. Indonesia menempati peringkat di
Serpong
yang
di
dalamnya
terdapat
atas negara Vietnam, Filipina, dan bahkan Thailand, peringkat
c.
ke-44, meski masih di bawah Singapura dan Malaysia, yang
Jaringan Iptek
menempati peringkat ke-4 dan 22. Namun demikian, koordinasi
Pembangunan Jaringan Iptek secara berkesinambungan terus
pembangunan Iptek khususnya antar stake-holder di luar LPNK
dilaksanakan dalam periode waktu 2005-2009. Dengan berdirinya
ristek masih belum menampakkan soliditas dan produktivitas
Dewan Riset Nasional dan Dewan Riset Daerah, hal ini menuntut
yang memadai. Berbagai forum koordinasi iptek baik sektoral,
terbentuknya jaringan iptek yang semakin luas dan kompleks, yakni
nasional, maupun regional perlu terus dikembangkan.
bukan hanya jaringan antar lembaga riset - perguruan tinggi badan usaha atau jaringan antar sektor, namun juga jaringan Iptek
2.
Kemudian juga teramati lemahnya sinergi kebijakan Iptek
antar pusat dan daerah serta jaringan internasional, termasuk
intra institusi/aktor pengembang iptek (LPNK ristek, lembaga
jaringan informasi dan SDM. Karenanya dirasakan, bahwa jaringan
riset departemen teknis, industri dan perguruan tinggi), serta
iptek ini masih relatif lemah dan perlu terus dikuatkan. Sinergi
antar institusi pengembang iptek dengan pengguna Iptek.
kebijakan terkait pembangunan iptek antara stake-holder yang ada
Lemahnya sinergi kebijakan iptek ini, menyebabkan kegiatan
masih belum kokoh. Hal-hal tersebut diindikasikan dengan:
iptek baik dari segi kualitas dan skalanya belum mampu
14/Dok-BP/III/2013
23
29. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
memberikan
bidang
ke-107 dan pada tahun 2009 membaik dan menempati posisi
pendidikan, industri, dan iptek belum terintegrasi sehingga
ke-87. Di antara negara-negara ASEAN, kita menempati posisi
mengakibatkan kapasitas yang tidak termanfaatkan pada sisi
sedikit
penyedia, tidak berjalannya sistem transaksi, dan belum
Sementara negara lain memperlihatkan kinerja yang lebih baik.
tumbuhnya permintaan dari sisi pengguna yaitu industri. Di
Malaysia menempati peringkat ke-22, bahkan Singapura dalam
samping itu kebijakan fiskal juga dirasakan belum kondusif
aspek penggunaan internet menempati posisi ke-15 dari 133
bagi pengembangan kemampuan iptek.
3.
hasil
yang
signifikan.
Kebijakan
negara yang disurvei WEF. Sementara untuk penggunaan
lebih
baik
dibanding
Filipina,
peringkat
ke-106.
internet pita lebar (broadband), peringkat Indonesia
Pada tahun 2006, FDI (Foreign Direct Invesment) Inward
berada pada posisi ke-101.
Indonesia sebagai persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)
Dibandingkan dengan negara
tetangga ASEAN, maka posisi ini adalah terbawah.
sebesar 1,35, jika dibandingkan dengan Malaysia, Filipina,
Vietnam
dan Filipina saja berada pada peringkat ke-77 dan ke-89.
Singapura, Indonesia masih berada dibawah negara-negara
Sementara Thailand dan Malaysia berada pada peringkat ke-78
tersebut. Singapura memiliki FDI Inward sebagai persen dari
dan ke-55.8
GDP yang terbesar diantara negara-negara tersebut yaitu
sebesar 20,94. Dari aspek investasi langsung asing,
Indonesia secara perlahan terus membaik, menjadi 1,55 pada
tahun 2008.
4.
7
Dari aspek pengguna internet, Indonesia pada tahun 2007
menempati posisi ke-85 dari 131 negara. Capaian ini menurun
secara fluktuatif. Pada tahun 2008 menurun menjadi peringkat
7
, UNCTAD, 2009
14/Dok-BP/III/2013
d.
Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek
Penguasaan Iptek melalui Riset dan Pengembangan (litbang),
perekayasaan serta pemanfaatan iptek nasional terus digulirkan
pemerintah dalam periode pembangunan 2005-2009. Namun
dibandingkan dengan laju peningkatan litbang negara lain, harus
8
, UNDP, 2009
24
30. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
diakui bahwa capaian kita masih lemah. Kontribusi litbang iptek
Di sisi lain, dalam aspek pemanfaatan dan penguasaan iptek,
bagi pemercepatan pencapaian tujuan negara masih harus
data
ditingkatkan, misalnya saja tercermin dari indikator-indikator
teknologi mutakhir di Indonesia semakin menurun. Pada
pembangunan iptek sbb.:
tahun 2007 Indonesia menempati posisi ke-51 dari 131 negara,
1. Jumlah
keluaran
riset
peneliti
Indonesia
dalam
WEF
2009
memperlihatan,
bahwa
ketersediaan
menjadi posisi ke 54 dari 133 negara pada tahun 2009. Di
bentuk
antara negara-negara ASEAN Indonesia berada di atas Vietnam
publikasi ilmiah internasional dan paten masih sangat rendah,
(posisi ke-75) dan Philipina (87), tetapi jauh di bawah
hanya mencapai sekitar 560 jurnal ilmiah internasional per
Singapura (3), Malaysia (24), Thailand (36).
tahun9. Menurut World Intellectual Property Organization
(WIPO), jumlah paten internasional Indonesia sampai dengan
tahun 2008 adalah 208. Sedangkan sampai tahun 2008 jumlah
paten domestik yang didaftarkan di Ditjen HKI, berjumlah 2718
(4,14
%
dari
seluruh
paten
yang
terdaftar).
Hal
dikuasai oleh hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh asing.
2. Pada tahun 2008 jumlah paten Indonesia yang terdaftar di
Kantor Paten Amerika Serikat sebesar 19 paten lebih sedikit
dibandingkan dengan Malaysia (168), Singapura (450), Filipina
9
, SCORPUS, 2009
USPTO, 2008/2009
10
14/Dok-BP/III/2013
Pendayagunaan Iptek
Pendayagunaan IPTEK dalam berbagai bidang pembangunan
ini
menunjukkan bahwa dari segi teknologi Indonesia juga semakin
(22) dan Thailand (40)10
e.
untuk pemercepatan pencapaian tujuan nasional, yakni dalam
bidang hankam, kesejahteraan rakyat, pelayanan publik dan
pengokohan daya saing ekonomi terus-menerus dilakukan selama
kurun waktu 2005-2009. Namun dirasakan, bahwa kontribusi iptek
dalam pemercepatan pencapaian tujuan negara masih terbatas dan
perlu terus ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan indikator-indikator
sbb.:
1.
Dari segi jumlah produk riset yang terkomersialisasi,
ternyata sebanyak 85%-nya berasal dari produk riset di
25
31. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
departemen
teknis.
Kontribusi
produk
riset
yang
4.
Dalam aspek penyerapan teknologi pada tingkat perusahaan,
dikomersialisasi dari LPNK Ristek hanya 15%-nya saja (LIPI,
2007). Data ini memperlihatkan bahwa lembaga litbang
yang cukup berarti. Pada tahun 2007 Indonesia berada pada
kementerian lebih produktif dalam komersialisasi hasil litbang
posisi ke-67 dan terus meningkat dua tangga di tahun 2009
mereka daripada LPNK Ristek.
2.
dari tahun 2007 sampai tahun 2009 menampilkan peningkatan
menjadi
Dari aspek perolehan paten sederhana (utility patent),
dibandingkan
peringkat
ke-65.
Posisi
ini
lebih
rendah
Malaysia (37), Singapura (13), Thailand (61),
Filipina (54) dan Vietnam (51).
pada tahun 2007, sesuai dengan survei WEF, Indonesia
menempati posisi ke-87. Angka ini secara fluktuatif mengalami
ke
5.
Pendayagunaan iptek di bidang Hankam sejak krisis ekonomi
perbaikan pada tahun 2008, sehingga Indonesia menempati
peringkat ke-84. Namun pada tahun 2009, kembali Indonesia
industri strategis (BUMNIS). PT. DI memberhentikan ribuan
menempati posisi ke-87. Di antara negara tetangga, peringkat
karyawannya. DPIS (Dewan Pengelola Industri Strategis),
kita berada di bawah Singapura (11), Malaysia (29), Thailand
bahkan kemudian BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis)
(68), dan bahkan Filipina (78).
3.
tahun 1998 menurun. Ini ditandai dengan menurunnya kinerja
dibubarkan. PT BPIS yang merupakan holding company dari
BUMN industri strategis menyusul dibubarkan. PT Barata, BBI,
Ekspor teknologi tinggi sebagai persen ekspor manufaktur
Pindad dll. kondisinya memprihatinkan. Berbagai laboratorium
Indonesia mengalami fluktuasi mulai dari tahun 2001 sampai
uji di kawasan PUSPIPTEK yang dirancang untuk mendukung
tahun 2007. Pada tahun 2007 ekspor teknologi tinggi sebagai
industri strategis harus berpikir keras untuk menutupi biaya
persen dari ekspor manufaktur Indonesia sebesar 11%, masih
pemeliharaan alat dan SDM. Akhir-akhir ini PT Pindad mulai
lebih rendah dibandingkan dengan Singapura (46%), Malaysia
bergeliat dengan mengembangkan alutsista.
(52%), Thailand (27%), dan Filipina (54%), namun masih lebih
tinggi dibandingkan dengan Vietnam (5,6% tahun 2006).
6.
Pendayagunaan iptek untuk layanan dan kesejahteraan publik,
secara konstan menampilkan peran yang konsisten meski
14/Dok-BP/III/2013
26
32. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
dapat dikatakan marjinal. Pengembangan satelit oleh LAPAN;
masih belum maksimal. Bila dianalisis lebih dalam dan ditarik akar
pengembangan perangkat Tsunami Early Warning System
permasalahannya,
(TEWS) untuk bencana tsunami; prediksi pasang surut laut
dipecahkan dalam rangka meningkatkan pembangunan Iptek
tahunan oleh BAKOSURTANAL yang dapat mengurangi korban
nasional ke depan adalah sebagai berikut:
bencana akibat laut pasang; aplikasi e-goverment untuk
a.
menunjang proses pemerintahan dan pemilu; aplikasi teknologi
maka
(supply
teknostruktur
teknologi untuk mitigasi bencana; serta berbagai riset untuk
kemampuan
ketahanan pangan dan energi. Pelaksanaan litbang dan
persoalan
yang
harus
Masih lemahnya pembangunan iptek nasional dari sisi
penyediaan
ramah lingkungan, pengolahan sampah, limbah dan air;
pokok-pokok
yang
side)
baik.
kelembagaan
berupa
Dimana
iptek
masih
pengelolaan
terbatasnya
(organisasi,
regulasi,
koordinasi, intermediasi, sistem inovasi, budaya), sumber
pendayagunaan iptek selama periode 2005-2009 cukup baik,
daya iptek (berupa SDM, anggaran, dan sarana dan
namun skalanya tidak terlalu masif, sehingga tidak nampak
prasarana termasuk perpustakaan dan sistem informasi
secara nasional, maupun bila dikomparasi dengan negara-
Iptek), jaringan iptek (sinergi kebijakan inter sektor, antar
negara tetangga.
sektor, antar stake holder, antar kementerian, antar pusat dan
Dengan demikian, berdasarkan analisis terhadap kondisi
daerah, dll.), relevansi dan produktivitas litbang iptek,
pembangunan iptek nasional saat ini, sebagaimana yang dibahas di
serta
atas, terlihat bahwa pembangunan iptek nasional kita masih belum
pembangunan.
optimal dan masih mengalami berbagai kendala dari aspek
kemampuan kelembagaan, sumber daya, dan jaringan, relevansi
dan produktivitas iptek, serta pendayagunaannya secara luas,
sehingga kontribusinya terhadap pemercepatan pembangunan
nasional dalam rangka mencapai tujuan negara secara umum
14/Dok-BP/III/2013
b.
pendayagunaan
iptek
dalam
berbagai
bidang
Masih lemahnya pembangunan iptek nasional dari sisi
permintaan
(demand
side).
Lemahnya
minat
dan
kontribusi swasta bagi pembangunan Iptek nasional, baik
keterlibatan dalam riset maupun pendanaan. Kegiatan Iptek
masih didominasi oleh lembaga riset pemerintah. PMA
27
33. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
(Perusahaan Modal Asing) pada umumnya melaksanakan riset
Akibatnya sense of urgency terhadap pembangunan iptek
di kantor pusat mereka. Sektor riil belum bergerak dengan
masih lemah.
baik. Karakteristik industri kita masih didominasi produk
dengan kandungan teknologi rendah, berbasis SDA, terbatas
pada teknologi produksi belum sampai pada teknologi
pengembangan produk apalagi riset, dan masih dalam tingkat
kemampuan perubahan kecil (incremental). Ini berkaitan
Persoalan-persoalan
di
atas
secara
langsung
telah
menghambat pembangunan iptek di Indonesia dan memperlemah
kontribusinya bagi laju pembangunan nasional untuk mencapai
tujuan negara, karenanya perlu mendapat perhatian serius dan
penanganan yang tepat dari berbagai pihak terkait.
dengan kebijakan pemerintah dan sistem insentif ekonomi.
c.
Masih terbatasnya integrasi iptek di sisi permintaan
dengan sisi penyediaan: Iptek kini tidak lagi menjadi
mainstream;
integrasi
lemahnya
program,
sinergi
koordinasi,
kebijakan
iptek
harmonisasi
(berupa
kegiatan,
dukungan anggaran, serta intermediasi, yang terjadi baik intra
lembaga/aktor penghasil Iptek, maupun antar penghasil iptek
dengan
pengguna
iptek
atau
secara
umum
lemahnya
koordinasi dan sinergi diantara stake holder pembangunan
Iptek); masih lemahnya sosialisasi regulasi yang telah ada;
lemahnya budaya iptek. Budaya bangsa secara umum masih
belum
mencerminkan
nilai-nilai
iptek
yang
mempunyai
penalaran obyektif, rasional, maju, unggul dan mandiri.
14/Dok-BP/III/2013
28
34. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
BAB II
Visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam Renstra ini
VISI, MISI, DAN TUJUAN
disesuaikan dengan tugas, fungsi dan kewenangan Kementerian
Riset dan Teknologi di atas.
Dalam UU No. 39/2008 tentang Kementerian Negara Pasal 4
ayat
(2),
Kementerian
adalah:
Untuk menyatukan persepsi dan fokus arah pembangunan
menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,
Iptek nasional, maka pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
koordinasi dan sinkronisasi program pemerintah. Tugas Pokok KRT
Riset dan Teknologi dilandasi suatu visi dan misi yang ingin
adalah membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan
diwujudkan. Visi dan misi tersebut merupakan panduan yang
koordinasi di bidang riset, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam
memberikan pandangan dan arah ke depan sebagai dasar acuan
melaksanakan tugas dimaksud, Menteri Riset dan Teknologi
dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai sasaran atau
menyelenggarakan fungsi:
target yang ditetapkan.
1. Perumusan
Riset
kebijakan
dan
Teknologi
nasional
di
(KRT)
2.1. Visi
bidang
riset,
ilmu
riset,
ilmu
pengetahuan, dan teknologi;
2. Koordinasi
pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
pengetahuan dan teknologi;
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggungjawabnya;
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di
Sebagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dipaparkan
sebelumnya, maka pembangunan iptek ke depan harus diarahkan
kepada peningkatan kontribusi iptek secara langsung dalam
pembangunan nasional untuk mencapai tujuan negara.
Visi Kementerian Riset dan Teknologi dalam pembangunan
Iptek 2010 – 2014 adalah:
Iptek untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban
bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.
14/Dok-BP/III/2013
29
35. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Deskripsi iptek untuk kesejahteraan dimaksudkan dengan
pengembangan dan pemanfaatan iptek yang maju menempatkan
kemajuan Iptek nasional yang dapat meningkatkan produktivitas
Indonesia menjadi negara yang bermartabat, yang berdiri sama
dan daya saing produk industri, membuka lapangan pekerjaan
tinggi, dan duduk sama rendah dengan negara-negara lain di
baru, meningkatkan profesionalisme individu, dan meningkatkan
dunia. Kemajuan iptek nasional juga akan menempatkan Indonesia
pendapatan individu dan masyarakat, yang pada akhirnya dapat
menjadi negara dengan peradaban maju, hasil kumulasi kemajuan
memajukan
budaya
perekonomian
menyelesaikan
bangsa.
permasalahan
Kemajuan
lingkungan,
iptek
perubahan
mampu
iklim,
ketahanan pangan, penanganan bencana, peningkatan pertahanan
dan keamanan, dll, yang pada akhirnya meningkatkan rasa aman,
ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.
dengan kemajuan iptek nasional yang mempengaruhi segala aspek
kehidupan masyarakat seperti ekonomi, sosial dan budaya. Hasilhasil litbang harus mencerminkan academic excellence, mempunyai
economic value, dan memberikan social impact yang positif bagi
kehidupan bangsa dan negara. Hal ini akan tercermin dari
meningkatkan jumlah penduduk yang memasuki perguruan tinggi,
jumlah S3 per tahun yang dihasilkan Perguruan Tinggi dalam
negeri, jumlah publikasi ilmiah internasional dan indek sitasi,
dominasi teknologi lokal pada belanja teknologi, nasionalisme akan
dalam
14/Dok-BP/III/2013
negeri,
dan
kemandirian
dan
non-material
buah
dari
penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan iptek.
2.2. Misi
Sebagai upaya untuk mewujudkan visi tersebut diatas,
ditetapkan misi Kementerian Riset dan Teknologi yaitu:
Deskripsi iptek untuk kemajuan peradaban dimaksudkan
produk
material
Iptek.
1. Memperkuat
daya
dukung
iptek
untuk
mempercepat
pencapaian tujuan negara, yakni melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa; serta
turut serta menjaga ketertiban dunia.
2. Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan
iptek sebagai basis dalam membangun daya saing, kemandirian
dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan
internasional, serta mencapai kemajuan peradaban bangsa.
Penelitian,
30
36. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Misi
ini
mencakup
upaya
menjawab
permasalahan
pembangunan Iptek saat ini dan masa mendatang dalam aspek:
kelembagaan iptek, sumber daya iptek, jaringan iptek, relevansi
dan produktifitas iptek, dan pendayagunaan iptek.
Karena itulah, sasaran pembangunan iptek ke depan adalah:
2. Tercapainya Penguatan Sumber Daya Iptek;
Untuk mencapai visi dan misi Kementerian Riset dan
Teknologi seperti yang dikemukakan di atas, maka visi dan misi
tersebut harus dirumuskan ke dalam tujuan yang lebih terarah dan
operasional. Untuk meningkatkan kontribusi teknologi yang nyata
upaya-upaya
mensejahterakan
masyarakat
dan
memajukan peradaban, maka tujuan sebagai-berikut harus dicapai:
1.
Meningkatkan kontribusi iptek bagi pembangunan nasional;
2.
Meningkatkan kemampuan litbang nasional.
Inovasi
Nasional
di
sisi
supply yakni:
Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di samping
penguatan core business iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan
Produktivitas Iptek serta penguatan Pendayagunaan Iptek di
14/Dok-BP/III/2013
4. Meningkatkan Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek;
5. Meningkatkan Pendayagunaan Iptek.
2.5 Tahapan Sistem Inovasi Nasional (SINas)
Dalam
rangka mencapai visi dan Misi kementerian Risset dan
Teknologi serta memperkokoh sistem Inovasi Nasional yang akan
dicapai sampai dengan tahun 2025 maka diperlukan tahapan
2.5.1 Tahap Awal: Komitmen Politik
Tujuan di atas akan dicapai apabila tercapai penguatan dalam
Sistem
3. Tercapainya Penguatan Jaringan Iptek;
sebagai berikut:
2.4. Sasaran
unsur-unsur
industri.
1. Tercapainya Penguatan Kelembagaan Iptek;
2.3. Tujuan
terhadap
kalangan pengguna baik masyarakat, pemerintah maupun dunia
Untuk membangun dasar yang kokoh bagi pembangunan
Sistem Inovasi Nasional (SINas), maka perlu diawali dengan
komitmen politik yang tinggi, membangun kesadaran publik, agar
masyarakat sadar Iptek dan menjadikan Iptek sebagai basis
pembangunan bangsa.
31
37. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Sedangkan tahapan Penguatan SINas yang diimplementasikan
2.5.2 Tahap Penguatan: Penguatan SINas (2010-
dalam Renstra tahuan 2010-2014 akan dapat dicapai melalui
2015)
Kemudian dilakukan peningkatan pengembangan Iptek
tahapan sebagai berikut:
melalui penguatan Sistem Inovasi Nasional, yakni penguatan dasar
Tahun 2010-2011: Tahapan Pembangunan Dasar SINas melalui
kebijakan,
Penyusunan Renstra 2010-2014, Reorganisasi Kementerian Riset
kelembagaan,
jaringan
dan
sumber
daya,
serta
ekosistem inovasi baik dalam sisi penyedia, sisi penerima, maupun
dan
sisi intermediasi.
implementasi
2.5.3 Tahap Akselerasi: Optimalisasi SINas (20152020)
Selanjutnya percepatan (akselerasi) pembangunan Iptek
dilakukan untuk mewujudkan industri/masyarakat berbasis
Iptek, dimana diharapkan perekonomian sudah semakin membaik
dengan dorongan optimalisasi SINas yang semakin memadai.
2.5.4 Tahap Berkelanjutan: Pengokohan SINas (20202025)
Teknologi,
program
SINas
dan
insentif
SIDa,
penelitian
program
KRT,
program
penguatan
dan
peningkatan mutu infrastruktur penelitian, program pengembangan
SDM, program gerakan inovasi teknologi bagi pemuda dan
mahasiswa, serta program penggalakan perolehan HAKI.
Tahun 2011-2013: Tahapan Implementasi SINas melalui programprogram realisasi secara nasional dan daerah secara masif di
seluruh tanah air dengan memanfaatkan potensi daerah yang
terintegrasi dengan inovasi teknologi dengan terus mengokohkan
pembangunan SDM dan infrastruktur inovasi seperti Techno-Park
untuk mendukung SINas.
Untuk meningkatkan kemampuan Iptek nasional secara
Tahun 2013-2014: Tahapan Pengokohan SINas melalui program-
berkelanjutan, maka dilakukan secara terus-menerus pengokohan
program realisasi secara nasional dan daerah yang semakin nyata
SINas dengan memantabkan unsur-unsur SINas.
dengan indikasi terwujudnya proyek-proyek inovasi bersama yang
melibatkan secara kokoh pemasok Iptek pengguna Iptek untuk
14/Dok-BP/III/2013
32
38. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
pemenuhan kebutuhan National Security (Hankam, pangan dan
energi), peningkatan daya saing industri dan layanan masyarakat.
Gambar 2.1
Tahapan Pengokohan SINas
14/Dok-BP/III/2013
33
39. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
B.
UUD 1945
UUD 1945 mengamanatkan:
1. “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB III
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia” (Pasal 31 ayat (5));
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
2. “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan
3.1.1. Arah Kebijakan Nasional
A.
berhak
mendapat
pendidikan
dan
memperoleh manfaat dari iptek, seni dan budaya, demi
Pancasila
Sebagai
dasarnya,
meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat
Dasar
Negara
dan
Ideologi
Nasional
serta
manusia” (Pasal 28 c ayat (1)).
falsafah/pandangan hidup bangsa, Pancasila secara konsepsional
Nilai-nilai dalam butir UUD-1945 digunakan sebagai landasan
mengandung nilai-nilai Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Persatuan
konstitusional dan dasar hukum dalam menyusun konsepsi
dan Kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan kebersamaan
yang harmonis serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
pembangunan Iptek nasional.
idiil yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat
UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3)
Iptek
ini
Undang-undang No.18/2002 menjelaskan mengenai Sisnas P3
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan
dan
masa
mendatang
pembangunan Iptek nasional.
khususnya
dalam
mendorong
C.
Iptek; memberikan landasan hukum; mengamanatkan penyusunan
Jakstranas; mendorong tumbuhnya Sisnas P3 Iptek; dan mengikat
semua pihak, pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat untuk
14/Dok-BP/III/2013
34
40. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
berperan aktif. Nilai-nilai dalam UU. No.18/2002 ini menjadi
pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah
landasan konsepsional pembangunan Iptek nasional.
penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi.
D.
RPJPN, RPJMN
RPJPN 2005-2025:
Dalam
RPJPN
RPJMN 2010-2014:
disebutkan
bahwa
pembangunan
iptek
Dalam Bab IV RPJMN 2010-2014 tentang Ilmu Pengetahuan dan
diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan
Teknologi, dinyatakan bahwa kebijakan iptek diarahkan kepada :
baik
1.
ilmu
pengetahuan
mengembangkan
menghasilkan
ilmu
dasar
sosial
teknologi
dan
dan
maupun
terapan,
humaniora,
memanfaatkan
serta
teknologi
dan
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang
untuk
dan lembaga pendukung untuk mendukung proses trans er
hasil
dari ide menjadi prototip laboratorium, kemudian menuju
penelitian. Pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan
prototip industri
masyarakat,
kemandirian,
dan
(penguatan sistem ino asi nasional);
peningkatan
kemampuan
dan
daya
saing
kapasitas
bangsa
iptek
melalui
senantiasa
2.
sampai menghasilkan produk
komersial
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek
berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan
untuk menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna
lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi
bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta
lingkungan hidup.
kreativitas nasional;
Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan
pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi,
kebutuhan
teknologi
14/Dok-BP/III/2013
pertahanan,
dan
teknologi
kesehatan;
3.
mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik
peneliti di lingkup nasional maupun internasional untuk
mendukung peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan
pendayagunaan litbang nasional;
35
41. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
4.
meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk
berfungsi sebagai wahana pembangunan Iptek menuju visi
ketersediaan teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan
pembangunan Iptek dalam jangka panjang.
masyarakat
serta
menumbuhkan
budaya
kreativitas
masyarakat;
5.
2. Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan
Iptek (P3 Iptek) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang
meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi
digariskan dalam RPJPN 2005-2025.
untuk peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan
terhadap iptek dalam negeri.
Dengan arah kebijakan Iptek tersebut di atas, maka strategi
pembangunan
iptek
dilaksanakan
melalui
dua
prioritas
pembangunan yaitu:
1. Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) yang meliputi
aspek kelembagaan, sumberdaya dan jaringan, yang
14/Dok-BP/III/2013
36
42. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Gambar 3.1. Kerangka Pembangunan Iptek di RPJMN
14/Dok-BP/III/2013
37
43. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
E.
Peraturan perundangan lain di bidang iptek
Inpres No. 4 Tahun 2003:
Inpres
tentang
PP 41/2006:
Pengkoordinasian
Perumusan
dan
PP tentang perizinan melakukan kegiatan penelitian dan
Pelaksanaan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek
pengembangan bagi perguruan tinggi asing, lembaga penelitian
memberikan arahan yang jelas untuk perumusan dan pelaksanaan
dan pengembangan asing, badan usaha asing, dan orang asing
Jakstranas Iptek terutama dalam upaya pengkoordinasian antar
mengatur tentang perijinan bagi individual maupun lembaga asing
instansi yang terkait dalam menentukan dan melaksanakan arah
yang akan melaksanakan penelitian pengembangan di Indonesia.
kebijakan, prioritas utama dan kerangka kebijakan pemerintah.
PP ini dirancang agar kepentingan nasional tetap terjaga dan kita
mendapat manfaat yang maksimal dengan masuknya peneliti atau
PP No. 20 Tahun 2005:
PP tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta
Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga
Penelitian dan Pengembangan ini mengamanatkan, agar hasil–hasil
lembaga penelitian asing di Indonesia.
PP 35/2007:
PP pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk
penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga
peningkatan
Penelitian
teknologi
dan
Pengembangan
dapat
dimanfaatkan
sebesar-
kemampuan
ini
dirancang
perekayasaan,
untuk
inovasi,
memajukan
dan
difusi
pelaksanaan
besarnya untuk kepentingan masyarakat serta dapat menghasilkan
pengembangan di lingkungan badan usaha nasional.
Sebagai
nilai tambah ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan bangsa dan
sebuah sistem insentif yang mendorong badan usaha dalam
negara.
meningkatkan kapasitas kemampuan ipteknya, PP 35/2007 dapat
menjadi jalan yang cepat bagi penguatan inovasi teknologi di level
industri.
14/Dok-BP/III/2013
38
44. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
PP No. 48/2009:
PP tentang perizinan pelaksanaan kegiatan penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang beresiko tinggi dan berbahaya ini dirancang untuk menjaga
agar pelaksanaan kegiatan litbang dan penerapan iptek tidak
menimbulkan resiko dan bahaya yang tidak diperlukan bagi
masyarakat dan lingkungan hidup.
9.
Lingkungan hidup dan penanggulangan bencana
10. Pembangunan daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik
11. Kebudayaan, kreatifitas dan inovasi teknologi.
Peran pembangunan iptek, sangat dituntut untuk mendukung
dan mensukseskan implementasi 11 Prioritas Nasional di atas.
Sebagai langkah awal KIB II, telah disusun dan diumumkan
15 program pilihan aksi prioritas 100 hari, dengan rincian sebagai
berikut:
F.
Prioritas Nasional KIB II:
Presiden telah menetapkan 11 Prioritas Nasional dalam
program pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, yakni:
1.
Re ormasi birokrasi dan “good go ernance”.
2.
Pendidikan
3.
Kesehatan
4.
Penanggulangan kemiskinan
5.
Ketahanan pangan
6.
Infrastruktur
7.
Iklim investasi dan bisnis
8.
Energi
1. Pemberantasan mafia hukum di semua lembaga negara dan
penegakan hukum seperti makelar kasus, suap menyuap,
pemerasan, jual beli perkara, mengancam saksi, pungutan tidak
semestinya dan sebagainya yang rasa keadilan dan kepastian
hukum;
2. Revitalisasi industri pertahanan. Perlu ada rencana induk
dan arah revitalisasi sehingga bisa penuhi kebutuhan dalam
negeri dan kontrak sedang berjalan;
3. Penanggulangan terorisme. Peningkatan kapasitas dan
restrukturisasi lembaga penanggulangan terorisme untuk lebih
libatkan seluruh lapisan masyarakat;
14/Dok-BP/III/2013
39
45. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
4. Listrik. Memastikan terpenuhinya kebutuhan listrik di seluruh
Indonesia dalam lima tahun kedepan;
rencana penyaluran KUR senilai Rp. 10 triliun dalam 5 tahun
yang libatkan bank, swasta dan lembaga penjaminan;
5. Peningkatan produksi dan ketahanan pangan. Perumusan
10. Mobilisasi sumber pembiayaan di luar APBN dan APBD
kembali rencana induk untuk meningkatkan ketahanan pangan
untuk membiayai pembangunan. Ini terkait pembangunan
yang lebih terintegrasi dengan faktor pendukung, irigasi, pupuk
infrastruktur, listrik, ketahanan pangan yang klop dengan segi
dan subsidi khusus bunga bagi petani;
pembiayaan dan investasi;
6. Perindutrian. Memastikan revitalisasi industri pabrik pupuk
dan
gula
yang
meliputi
penggunaan
teknologi
dan
pembiayaannya;
11. Perubahan iklim dan lingkungan hidup, yaitu intensifkan
pemberontasan pembalakan hutan, menjaga hutan lindung dan
mencegah kebakaran hutan serta kelestarian terumbu karang;
7. Pembenahan keruwetan penggunaan tanah dan tata
12. Reformasi kesehatan. Prioritasnya bukan lagi berobat gratis,
ruang. Terutama sinkronisasi antara UU Kehutanan, UU
melainkan sehat gratis bagi warga miskin. Maka fasilitas
Pertambangan, UU Lingkungan Hidup serta tata perijinan dan
kesehatan masyarakat harus lebih diberi penguatan kapasitas
penggunaan di lapangan;
dan kapabilitas;
8. Infrastruktur.
Prioritasnya
pemotongan
rencana
13. Reformasi
pendidikan.
Memastikannya
ada
keterkaitan
pembangunan ruas jalan yang penting antar propinsi dan di
antara hasil lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia
pulau besar, termasuk fasilitas pelabuhan, dermaga, bandara
usaha selaku pasar tenaga kerja;
dan infrastrktur perhubungan dan perikanan;
14. Peningkatan kesiapan penanggulangan bencana dengan
9. Pemberdayaan usaha mikro, usaha kecil dan menengah
membentuk satuan khusus dengan segala fasilitas yang
yang dikaitkan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemantapan
dibutuhkan dan siap setiap saat diterjunkan ke berbagai lokasi
bencana;
14/Dok-BP/III/2013
40
46. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
15. Sinergi antara pusat dan daerah yang bisa mencegah
yang kreatif; sikap open-mind dan risk-taking, yang membuat
pemborosan. Sinergi meliputi jajaran pemerintah, kegiatan
komunitas iptek Indonesia harus berwawasan jauh lebih
pembangunan ekonomi, kesejahteraan, hukum dan keamanan.
terbuka dan lebih progresif dari masanya, dan dari masyarakat,
untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.
G.
Arahan
Presiden
Republik
Indonesia
tentang
2.
Investasi dan Insentif. Untuk memunculkan inovasi diperlukan
inkubator-inkubator di lingkungan pemerintah, universitas,
pengembangan Iptek
perusahaan, dan lain-lain sehingga harus ada sumberdaya dan
Dalam pidatonya di depan masyarakat ilmiah Indonesia
dana yang cukup, serta program yang berkesinambungan.
tanggal 20 Januari 2010, Presiden RI mengarahkan bahwa agar
Pengembangan enterpreneurship juga harus dilakukan karena
bangsa kita menjadi bangsa yang menguasai iptek, maka kita harus
enterpreneurship identik dengan inovasi, risk-taking, peluang,
bisa menempatkan inovasi sebagai urat nadi kehidupan bangsa
dan dinamisme. Namun dalam hal ini, kita tidak harus selalu
Indonesia. Dengan kata lain, kita harus bisa menjadi Innovation
menjadi
Nation, bangsa inovasi, yaitu sebuah rumah bagi manusia-manusia
menyerap
yang kreatif dan inovatif.
pembangunan Indonesia.
Untuk mencapai itu, hal penting yang harus dibangun adalah
sebagai-berikut:
1.
3.
inventor
dan
teknologi
baru
mengembangkan
tetapi
dapat
teknologi
mencari,
baru
untuk
Kebijakan pemerintah dan kolaborasi, karena hampir semua
inovasi teknologi merupakan hasil dari suatu kolaborasi,
Perubahan mindset, berupa pengembangan budaya unggul—a
apakah itu kolaborasi antar-pemerintah, antar-universitas,
culture of excellence — baik di birokrasi, di universitas,
antar-perusahaan,
maupun di sektor swasta sehingga tercipta sistem dan
semuanya. Karena itulah,
lingkungan nasional yang bisa melahirkan inovator-inovator
membangun networking dan kolaborasi yang seluas-luasnya
antar-ilmuwan,
atau
kombinasi
dari
harus didorong upaya untuk
14/Dok-BP/III/2013
41
47. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
dengan lembaga penelitian, lembaga kajian dan universitas
benar sesuai tujuannya, yakni bagian yang tidak terpisahkan dari
manapun di dunia.
upaya percepatan pencapaian Tujuan Negara, sesuai dengan
Juga diarahkan bahwa bangsa Indonesia harus menguasai
teknologi yang dapat menjawab tantangan-tantangan pokok yang
Teknologi
dan seluruh tumpah darah Indonesia (hankam); memajukan
kesejahteraan umum (kesejahteraan dan ekonomi); mencerdaskan
dihadapi, yaitu:
1.
Pembukaan UUD45, yakni: melindungi segenap bangsa Indonesia
untuk
pengentasan
kemiskinan
(pro-poor
technology).
kehidupan bangsa (pelayanan); dan turut serta menjaga ketertiban
dunia), serta meningkatkan daya saing, serta kemandirian dalam
memperjuangkan
kepentingan
negara
dalam
pergaulan
2.
Teknologi hijau (green technology)
3.
Teknologi pangan
4.
Teknologi industri
5.
Teknologi kesehatan
6.
Teknologi maritim
7.
Teknologi pertahanan
menciptakan sistem pertahanan keamanan nasional yang
8.
Teknologi transportasi
kokoh, yang mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
9.
Teknologi energi
seluruh tumpah darah Indonesia.
internasional.
Dalam rumusan yang lebih konkret, maka pembangunan
iptek diharapkan mampu:
1. Berperan penting dalam membangun kemandirian bangsa guna
10. Teknologi masa depan.
Mengacu
pada
landasan
2. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah tinggi
idiil,
landasan
konstitusionil,
guna meningkatkan daya saing ekonomi nasional, dalam rangka
landasan operasional (RPJPN, RPJMN dan Peraturan Perundangan
mengurangi
pengangguran
dan
lainnya, Prioritas Nasional KIB II, dan Arahan Presiden) di atas,
angka
kemiskinan,
serta
memajukan kesejahteraan umum.
maka pembangunan Iptek diharapkan berada dalam track yang
14/Dok-BP/III/2013
42
48. Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
3. Mempercepat
upaya
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
tercapainya kemajuan bangsa dan kesejahteraan kehidupan
rakyat, melalui pelayanan teknologi bagi publik.
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Riset dan
Teknologi
3.2.1. Arah Kebijakan.
pembangunan
Urgensi untuk pembangunan Sistem Nasional Iptek tidak
berkelanjutan dalam rangka turut berpartisipasi menangani
dapat lagi ditampik, karena hanya ada satu pilihan untuk
masalah
menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih maju, yakni
4. Memberikan
solusi
lingkungan
bagi
global
terciptanya
seperti:
pemanasan
global,
perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup.
3.1.2. Strategi Kebijakan Nasional
Untuk menjalankan 11 prioritas nasional dan prioritas
terpilih dari KIB II, maka strategi yang dipilih adalah:
[1] Sinergi kebijakan lintas sektoral (perubahan dan keberlanjutan,
menghilangkan hambatan, percepatan dan peningkatan)
[2] Kemitraan antara pemerintah dan swasta
[3] Pemerintah berperan sebagai regulator dan fasilitator
[4] Menjaga stabilitas ekonomi, politik dan keamanan
[5] Memperkuat rantai nilai perekonomian
[6] Meningkatkan akses pendidikan
[7] Meningkatkan kesehatan masyarakat.
meningkatkan kemampuan, penguasaan dan kemandirian iptek
nasional. Iptek yang dimaksud adalah iptek yang tepat bagi solusi
permasalahan nasional di segala bidang.
Seperti disebutkan sebelumnya, kontribusi teknologi yang
nyata terhadap upaya-upaya mensejahterakan masyarakat dan
memajukan peradaban akan terwujud apabila terbangun sebuah
sistem yang mengatur hubungan antara unsur-unsur yang mampu
menyediakan iklim yang mendorong inovasi di tanah air yang
dikenal sebagai sebuah Sistem Inovasi Nasional (SINas). Karena
itulah arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi
adalah
menumbuhkembangkan
motivasi,
memberikan
stimulasi dan fasilitasi, serta menciptakan iklim yang
kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
14/Dok-BP/III/2013
43