SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
Download to read offline
REPUBLIK INDONESIA 
LAPORAN 
KINERJA SEKTOR INDUSTRI 
dan 
Kinerja Kementerian Perindustrian 
Tahun 2012 
Kementerian PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA 
LAPORAN 
KINERJA SEKTOR INDUSTRI 
dan 
Kinerja Kementerian Perindustrian 
Tahun 2012 
Kementerian PERINDUSTRIAN
4 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan 
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian 
Perindustrian Tahun 2012 dapat diselesaikan. 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 merupakan wujud 
pertanggungjawaban Kementerian Perindustrian terhadap kinerja yang menjadi tugas dan tanggung 
jawab untuk dilaksanakan pada program kerja Tahun 2012. Capaian kinerja dan program yang 
dilaporkan merupakan implementasi dari Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2010—2014. 
Dengan disusunnya laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan 
dan tindak lanjut program-program yang telah ditetapkan sebagai bagian dari pembangunan sektor 
industri serta dapat meningkatkan kinerja ekonomi nasional secara keseluruhan. Hasil-hasil yang 
telah dicapai sektor industri merupakan hasil kerjasama dan sinergi yang baik dari berbagai instansi 
terkait. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan apresiasi kepada 
semua pihak atas segala dukungan dan kerjasamanya. 
Meski disadari bahwa laporan ini masih memerlukan masukan untuk penyempurnaan, kami 
mengharapkan laporan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak. 
Jakarta, Desember 2012 
Kementerian Perindustrian 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 5 
KATA PENGANTAR
Daftar Isi 
6 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 KATA PENGANTAR 5 
DAFTAR ISI 6 
BAB I PENDAHULUAN 9 
1.1 Latar Belakang 9 
1.2 Maksud dan Tujuan 10 
1.3 Ruang Lingkup 10 
1.4 Sistematika Penyajian 11 
BAB II KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI 13 
2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sampai Dengan Triwulan III Tahun 2012 13 
2.2 Perkembangan Sub Sektor Industri Non Migas Hingga Triwulan III 2012 15 
2.3 Perkembangan Ekspo rdan Impor Industri Non Migas 19 
BAB III KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL 23 
3.1 Kinerja Program Prioritas Nasional 23 
1. Revitalisasi Industri Pupuk 23 
2. Revitalisasi Industri Gula 23 
3. Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit 24 
4. Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 25 
3.2 Kinerja Program Prioritas Kementerian Perindustrian 26 
1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral 26 
a. Industri Furniture 26 
b. Industri Hilir Karet 26 
c. Industri Hilir Kakao 27 
d. Industri Rumput Laut 27 
e. Industri Logam Dasar 28 
f. Industri Semen 30 
g. Industri Petrokimia & Kimia Hilir 31 
h. Industri Garam 32 
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor 32 
a. Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Alas Kaki 32 
b. Industri Penghasil Barang Modal (Industri Permesinan, termasuk Listrik) 32 
c. Industri Perkapalan 33 
d. Industri Otomotif 34 
e. Industri Elektronika dan Telematika 34 
3. Pengembangan IndustriKecil dan Menengah (IKM) 35
3.3 Kinerja Kementerian Perindustrian Lainnya 36 
1. Fasilitasi Pemanfaatan Tax Holiday 36 
2. Fasilitasi Pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) 36 
3. Pengamanan Industri Melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri 36 
4. Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peraturan Teknis Konverter Kit 37 
5. Perumusan SNI 37 
6. Lembaga Pengujian Kesesuaian 37 
7. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 37 
BAB IV KINERJA KELEMBAGAAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 39 
4.1 Audit Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian 39 
4.2 Reformasi Birokrasi 39 
4.3 Akuntabilitas Kinerja 39 
4.4 Keterbukaan Informasi Publik 40 
4.5 Anugerah Media Humas (AMH) 40 
1. Majalah Media Industri 40 
2. Website Kementerian Perindustrian 41 
4.6 Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2012 42 
BAB V SASARAN PERTUMBUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR 
TAHUN 2013 45 
5.1 Proyeksi Pertumbuhan Industri Non Migas Tahun 2013 45 
5.2 Program Prioritas Kementerian Perindustrian Tahun 2013 46 
1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral 46 
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor 47 
3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) 47 
5.3 Rekomendasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Saing Industri 48 
BAB VI PENUTUP 51 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 7
BAB I 
PENDAHULUAN 
8 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB I 
PENDAHULUAN 
BAB 1 
Pendahuluan 
1.1 Latar Belakang 
Dalam rangka mempercepat pemulihan kinerja industri dan mendorong pertumbuhan 
industri pada tahun 2010-2014, Kementerian Perindustrian telah menyusun serangkaian 
program dan kegiatan yang tertuang dalam rencana pengembangan industri nasional 
dengan mengacu pada Kebijakan Industri Nasional (Perpres No. 28 Tahun 2008), RPJMN 
2010-2014, dan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014, serta strategi 
Kabinet Indonesia Bersatu I & II, yang disebut dengan Trilogi Pembangunan Industri, yang 
terdiri dari: 
1. Pertumbuhan industri, melalui pengembangan dan penguatan klaster industri prioritas 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 9 
(pro-growth); 
2. Pemerataan industri, melalui pengembangan dan penguatan industri kecil dan 
menengah (pro-growth dan pro-job); 
3. Persebaran industri, melalui pengembangan industri unggulan di 33 provinsi dan 
Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota (pro-job dan pro-poor). 
Kemudian, sesuai dengan perkembangan global, maka pembangunan industri juga harus 
memperhatikan kelestarian lingkungan (pro-environment). 
Arah pembangunan industri tersebut dijalankan untuk mencapai Visi Pembangunan 
Industri Jangka Panjang Tahun 2025 yaitu “Membawa Indonesia Menjadi Negara 
Industri Tangguh Dunia”, yang diturunkan ke dalam visi jangka pendek tahun 2014, 
yaitu “Pemantapan Daya Saing Basis Industri Manufaktur yang Berkelanjutan Serta 
Terbangunnya Pilar Industri Andalan Masa Depan”. 
Visi pembangunan industri tahun 2010-2014 tersebut dijabarkan ke dalam misi sebagai 
berikut: 
1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri; 
2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional; 
3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung; 
4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri; 
5. Memfasilitasi penguatan struktur industri; 
6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar Pulau Jawa; 
7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB. 
Perkembangan ekonomi global mengalami banyak perubahan terutama setelah terjadinya 
krisis ekonomi yang melanda Amerika dan Eropa mulai tahun 2007 hingga saat ini. Kondisi
BAB I 
PENDAHULUAN 
10 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 ini juga mempengaruhi pertumbuhan industri nasional, dimana terjadi penurunan ekspor 
hasil-hasil industri pada negara-negara utama di kawasan tersebut serta penurunan 
investasi sektor industri yang berdampak pada penurunan laju pertumbuhan industri. 
Adanya liberalisasi perdagangan melalui banyaknya perjanjian Free Trade Agreement 
(FTA) juga mengakibatkan tingginya persaingan di pasar dalam negeri terhadap produk-produk 
industri, yang berdampak negatif bagi sebagian industri yang daya saingnya belum 
begitu kuat atau masih memerlukan perlindungan. 
Selain itu, masih banyaknya aktivitas ekonomi yang bersumber pada ekstraksi sumber daya 
alam termasuk ekspor bahan mentah/baku ke luar negeri menjadikan proses penciptaan 
nilai tambah industri di dalam negeri masih relatif rendah. Untuk itu, diperlukan upaya 
percepatan pemulihan dan penumbuhan sektor industri (akselerasi industrialisasi) dengan 
berorientasi pada penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi industri dan peningkatan daya 
saing industri dalam negeri baik di pasar lokal maupun internasional. 
1.2 Maksud dan Tujuan 
Laporan ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran atas kinerja sektor 
industri dan kinerja Kementerian Perindustrian pada tahun 2012 sebagai bentuk 
pertanggungjawaban terhadap amanat yang diberikan serta diharapkan dapat digunakan 
sebagai referensi dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan sektor industri. 
Adapun tujuan secara khususnya dapat diuraikan sebagai berikut: 
1. Menyampaikan hasil pelaksanaan program pokok, kinerja dan kontribusi pengembangan 
industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagai bentuk 
pertanggung jawaban terhadap amanat yang diberikan oleh Presiden kepada Menteri 
Perindustrian. 
2. Memberikan gambaran mengenai perkembangan dan permasalahan yang dihadapi 
sektor industri manufaktur. 
3. Menguraikan hal-hal yang memerlukan penanganan segera sebagai wahana evaluasi 
dan kajian, dalam rangka penyempurnaan langkah-langkah dan kebijakan strategis 
maupun peningkatan kinerja bagi segenap stakeholder sektor industri manufaktur. 
4. Memberikan gambaran proyeksi pertumbuhan ekonomi dan industri manufaktur, 
program prioritas yang akan dilaksanakan, serta memberikan rekomendasi kebijakan 
untuk pengembangan industri nasional selanjutnya. 
1.3 Ruang Lingkup 
Laporan ini akan membahas mengenai kinerja makro sektor industri selama kurun 
waktu 2012 dan kinerja program prioritas yang menjadi tanggung jawab Kementerian 
Perindustrian termasuk didalamnya memaparkan perkembangan Reformasi Birokrasi 
yang telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian. Disamping itu,dibahas pulatarget 
dan proyeksipertumbuhan ekonomi dan industri tahun 2013, dengan memperhatikan 
perkembangan pertumbuhan ekonomi dan industri tahun 2012 serta target yang telah 
ditetapkan oleh Pemerintah.
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.4 Sistematika Penyajian 
Buku laporan kinerja sektor industridan kinerja Kementerian Perindustrian ini terdiri dari 6 
(enam) Bab, yaitu: 
Bab I : PENDAHULUAN 
Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang berupa arah kebijakan, visi dan misi 
serta tantangan pembangunan industri nasional. Bagian ini juga memberikan gambaran 
ringkas mengenai keseluruhan laporan kinerja sektor industri dan kinerja Kementerian 
Perindustrian tahun 2012. 
Bab II : KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI 
Bab ini memaparkan kinerja makro sektor industri terutama pertumbuhan ekonomi dan 
industri sampai dengan triwulan III tahun 2012, termasuk didalamnya perkembangan 
investasi, ekspor dan impor industri manufaktur. 
Bab III : KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL 
Bab ini memaparkan mengenai kinerja program pengembangan industri nasional yang 
menjadi tugas dan tangung jawab Kementerian Perindustrian, terdiri atas Kinerja Program 
Prioritas Nasional, Kinerja Program Prioritas Kementerian Perindustrian, serta Kinerja 
Kementerian Perindustrian lainnya dalam rangka mendukung pelaksanaan program-program 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 11 
prioritas. 
Bab IV : KINERJA KELEMBAGAAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 
Bab ini memaparkan mengenai kinerja kelembagaan, meliputi audit laporan keuangan 
Kementerian Perindustrian, kinerja Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Kinerja, Keterbukaan 
Informasi Publik, Anugerah Media Humas (AMH), serta Realisasi Anggaran Kementerian 
Perindustrian Tahun 2012. 
Bab V : SASARAN PERTUMBUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI 
MANUFAKTUR TAHUN 2013 
Bab ini menjelaskan mengenai target dan proyeksi pertumbuhan industri pengolahan 
non-migas tahun 2012 dan 2013, program prioritas Kementerian Perindustrian tahun 
2013, serta rekomendasi kebijakan pengembangan industri nasional. 
Bab VI : PENUTUP 
Merupakan kesimpulan dari apa yang disampaikan pada bab-bab sebelumnya, meliputi 
gambaran ringkas kinerja makro sektor industri dan kinerja Kementerian Perindustrian 
tahun 2012.
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
12 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
BAB 2 
Kinerja Makro Sektor Industri 
2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI SAMPAI DENGAN TRIWULAN III TAHUN 2012 
Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya 
kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian Indonesia tetap berlangsung 
dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada triwulan III tahun 2012 
pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6,17% (year-on-year/yoy), dan 
merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan ke-5 tertinggi di dunia. 
Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2012 terutama 
didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi pada Sektor Industri Pengolahan, khususnya 
Sub-Sektor Industri Non Migas. Pada triwulan III 2012, Sektor Industri Pengolahan 
mencatat pertumbuhan sekitar 6,36% (yoy), dimana Industri Non Migas mencapai 
pertumbuhan sebesar 7,27% (yoy), sedang Industri Migas mengalami kontraksi sekitar 
5,02%. Dengan pertumbuhan sebesar 6,36%, maka Sektor Industri Pengolahan menjadi 
motor pertumbuhan utama dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada 
triwulan III 2012. 
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha 
No Lapangan Usaha Tw III 2012 
(yoy) 
Sumber 
Pertumbuhan 
(yoy) 
Tw I-III 2012 
(Kumu-latif) 
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 
Perikanan 4,80 0,65 4,26 
2. Pertambangan dan Penggalian -0,09 -0,01 1,86 
3. Industri Pengolahan 6,36 1,62 5,86 
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,56 0,04 5,56 
5. B A N G U N A N 7,98 0,51 7,45 
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,91 1,22 8,02 
7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,48 1,02 10,29 
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,41 0,70 6,93 
9. Jasa - Jasa 4,44 0,42 5,20 
Produk Domestik Bruto (PDB) 6,17 6,17 6,29 
PDB Tanpa Migas 6,88 - 6,84 
Sumber: BPS diolah Kemenperin 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 13
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
14 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,17%, Sektor Industri Pengolahan 
menyumbang pertumbuhan sebesar 1,62%. Kemudian diikuti oleh Sektor Perdagangan, 
Hotel, dan Restoran yang menyumbang sebesar 1,22% dan Sektor Pengangkutan dan 
Komunikasi menyumbang sebesar 1,02%. Sedangkan sektor-sektor lainnya menyumbang 
di bawah 1%. 
Dari sisi pengeluaran, Pertumbuhan PDB triwulan III-2012 dibandingkan dengan triwulan 
yang sama tahun 2011 (yoy) didukung oleh kenaikan Komponen Pembentukan Modal 
Tetap Bruto (PMTB) sebesar 10,02 persen dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah 
Tangga sebesar 5,68 persen. Sedangkan komponen PDB lainnya mengalami penurunan 
seperti Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 3,22 persen, 
Komponen Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 2,78 persen, dan Komponen Impor 
Barang dan Jasa turunsebesar 0,54 persen. 
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran 
No Jenis Pengeluaran Tw III 2012 (yoy) Tw I-III 2012 
(Kumulatif) 
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,68 5,29 
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -3,22 2,93 
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 
(PMTB) 10,02 10,77 
4. Ekspor Barang dan Jasa -2,78 2,21 
5. Dikurangi Impor Barang dan Jasa -0,54 6,04 
Produk Domestik Bruto 6,17 6,29 
Sumber: BPS 
Pertumbuhan ekonomi kumulatif sampai dengan triwulan III-2012 dibandingkan dengan 
periodeyang sama tahun 2011 (c-to-c) seluruh komponen PDB menurut pengeluaran 
mengalami peningkatan.Peningkatan terbesar terjadi pada Komponen Pembentukan 
Modal Tetap Bruto (PMTB) yang meningkat sebesar 10,77 persen, kemudian diikuti 
dengan Komponen Impor Barang dan Jasa sebesar 6,04 persen, Komponen Pengeluaran 
Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,29 persen, Komponen PengeluaranKonsumsi 
Pemerintah sebesar 2,93 persen, dan Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 2,21 
persen. 
Sumber utama pertumbuhan ekonomi secara yoy pada triwulan III-2012 adalah 
KomponenPengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 3,12 persen. Sumbangan 
terbesar berikutnya adalah Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 
2,43 persen. Sedangkan komponen yang lain mengalami penurunan seperti Komponen 
Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 1,38 persen, Komponen Pengeluaran Konsumsi 
Pemerintah turun sebesar 0,26 persen, dan Komponen Impor Barang dan Jasa turun 
sebesar 0,20 persen.
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
2.2 PERKEMBANGAN SUB SEKTOR INDUSTRI NON MIGAS HINGGA TRIWULAN 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 15 
III 2012 
Dari pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan keseluruhan yang sebesar 6,36% pada 
triwulan III 2012, pertumbuhan Sub Sektor Industri Non Migas pada triwulan III 2012 
mencapai sebesar 7,27% (yoy).Pertumbuhan pada triwulan III 2012 ini merupakan 
pertumbuhan tertinggi yang pernah dicapai Industri Pengolahan Non Migas sejak tahun 
2005, dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, yang mencapai 6,17% 
(yoy) pada periode yang sama. 
Dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif pada tiga triwulan pertama tahun 
2012 (I-III), pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,50%, lebih tinggi dari 
pertumbuhan ekonomi (PDB) pada tiga triwulan pertama tahun 2012 yang sebesar6,29%. 
Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi & Industri Pengolahan Non-Migas 2007-2012 
No Lapangan Usaha Tw Iii 2012 
(Yoy) 
Sumber 
Pertumbuhan 
(Yoy) 
Tw I-Iii 2012 
(Kumulatif) 
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, 
dan Perikanan 
4,80 0,65 4,26 
2. Pertambangan dan Penggalian -0,09 -0,01 1,86 
3. Industri Pengolahan 6,36 1,62 5,86 
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,56 0,04 5,56 
5. B A N G U N A N 7,98 0,51 7,45 
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 6,91 1,22 8,02 
7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,48 1,02 10,29 
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa 
Perusahaan 
7,41 0,70 6,93 
9. Jasa-Jasa 4,44 0,42 5,20 
Produk Domestik Bruto (PDB) 6,17 6,17 6,29 
PDB Tanpa Migas 6,88 - 6,84 
Sumber: BPS Diolah Kemenperin 
Dicapainya pertumbuhan yang cukup tinggi ini jelas merupakan prestasi yang cukup 
menggembirakan, di tengah masih melambatnya perekonomian dunia. Selain didukung 
oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor industri 
secara sangat signifikan menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur 
hingga saat ini. Pada Januari-September 2012, nilai investasi PMA pada Industri Non Migas 
mencapai sekitar US$ 8,59 milyar atau meningkat sebesar 65,9% terhadap nilai investasi 
pada periode yang sama tahun 2011. Nilai investasi terbesar dicapai oleh Industri Kimia 
dan Farmasi sebesar US$ 2,48 miliar, Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi 
Lain sebesar US$ 1,31 miliar, Industri Logam, Mesin & Elektronik sebesar US$ 1,28 miliar, 
Industri Makanan sebesar US$ 1,15 miliar, serta Industri Kertas & Percetakan sebesar US$ 
1,07 miliar.
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
16 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Tabel 2.4 Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri Sampai 
September Tahun 2012 (US$ Juta) 
NO SEKTOR 
2008 2009 2010 2011 
Jan-Sep 
2012 
P I P I P I P I P I 
1. Industri Makanan 42 491,4 49 552,1 194 1.025,7 308 1.104,6 334 1.148,8 
2. Industri Tekstil 67 210,2 66 251,4 110 154,8 166 497,3 133 378,1 
3. Industri Barang dari Kulit dan 
Alas Kaki 
20 145,8 21 122,6 30 130,4 59 255,0 71 130,1 
4. Industri Kayu 19 119,5 18 62,1 31 43,1 29 51,1 21 16,4 
5. Industri Kertas dan Percetakan 15 294,7 18 68,7 32 46,4 42 257,5 55 1.69,7 
6. Industri Kimia dan Farmasi 42 627,8 41 1.183,1 159 793,4 223 1.467,4 214 2.476,9 
7. Industri Karet dan Plastik 50 271,6 42 208,1 100 104,3 148 370,0 133 585,8 
8. Industri Mineral Non Logam 11 266,4 8 19,5 8 28,4 46 137,1 52 123,4 
9. Industri Logam, Mesin, dan 
Elektronik 
141 1.281,4 121 654,9 269 589,5 383 1.772,8 332 1.284,4 
10. Industri Instrumen Kedokteran, 
Presisi& Optik, dan Jam 
7 15,7 5 5,1 2 1,4 5 41,9 2 1,6 
11. Industri Kendaraan Bermotor 
dan Alat Transportasi Lain 
47 756,2 52 583,4 97 393,8 147 770,1 156 1.308,0 
12. Industri Lainnya 34 34,7 53 120,1 59 27,6 87 64,7 68 70,8 
Jumlah 495 4.515,2 474 3,831,1 1.096 3,357 1.643 6.789,6 1.571 8.594,1 
Keterangan: P (jumlah izin usaha); I (nilai investasi); Sumber: BKPM 
Sementara itu, nilai investasi PMDN pada Januari-September 2012 mencapai Rp 38,1 
triliun, atau meningkat sebesar 40,19% dari periode yg sama tahun sebelumnya. Nilai 
investasi terbesar dicapai oleh Industri Mineral Non Logam sebesar Rp 9,09 triliun, Industri 
Makanan sebesar Rp 7,72 triliun, Industri Logam, Mesin & Elektronik sebesar Rp 5,84 
triliun, Industri Kertas & Percetakan sebesar Rp 4,99 triliun, serta Industri Kimia & Farmasi 
sebesar Rp 4,21 triliun.
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
Tabel 2.5 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri Sampai September Tahun 
2012 (RpMiliar) 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 17 
NO SEKTOR 
2008 2009 2010 2011 Jan-Sep 2012 
P I P I P I P I P I 
1. Industri Makanan 49 8.129,9 34 5.768,5 166 16.405,4 258 7.940,9 176 7.719,4 
2. Industri Tekstil 20 719,6 23 2.645,7 26 431,7 52 999,2 51 3.247,2 
3. Industri Barang dari Kulit 
dan Alas Kaki 2 10,1 1 4,0 4 12,5 3 13,5 6 62,9 
4. Industri Kayu 4 306,6 2 33,5 6 451,3 14 514,9 5 52,1 
5. Industri Kertas dan 
Percetakan 14 1.797,7 8 1.000,8 25 1.102,8 53 9.296,3 56 4.997,2 
6. Industri Kimia dan 
Farmasi 23 503,7 15 5.850,1 64 3.266,0 106 2.711,9 81 4.213,0 
7. Industri Karet dan Plastik 27 797,8 31 1,532,8 48 522,8 81 2.295,7 78 2.310,7 
8. Industri Mineral Non 
Logam 7 845,3 4 786,1 13 2.264,6 39 7.440,5 36 9.088,4 
9. Industri Logam, Mesin, 
dan Elektronik 31 2.381,1 31 1.466,8 50 789,6 76 6.787,0 68 5.838,6 
10. Industri Instrumen 
Kedokteran, Presisi & 
Optik, dan Jam 
2 7,0 0 0,0 - 0 1 0,0 - 0 
11. Industri Kendaraan 
Bermotor dan Alat 
Transportasi Lain 
6 314,7 3 66,5 15 362,2 16 529,1 15 569,0 
12. Industri Lainnya 4 38,4 6,0 279,5 2 3,7 7 4,8 5 11,5 
Jumlah 189 15.914,8 158 19.434,4 419 25.612,6 706 38.533,8 577 38.110,0 
Keterangan: P (jumlah izin usaha); I (nilai investasi); Sumber: BKPM 
Pertumbuhan industri pengolahan non-migas juga tidak lepas dari meningkatnya kegiatan 
produksi di sektor industri manufaktur. Dicapainya pertumbuhan industri non migas 
sebesar 6,50% hingga triwulan III 2012 didukung oleh kinerja pertumbuhan sebagian 
besar kelompok industri non migas, yang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. 
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kelompok industri pupuk, kimia & barang dari karet 
yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,91%. Kemudian diikuti oleh kelompok industri 
semen dan barang galian bukan logam yang tumbuh sebesar 8,75%. Lalu kelompok 
industri makanan, minuman dan tembakau, yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,22%, 
dan kelompok Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya sebesar 7,52%. Setelah itu 
kelompok Industri Logam Dasar Besi dan Baja yang tumbuh sebesar 5,70%, dan kelompok 
Industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki yang tumbuh sebesar 3,64%.
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
18 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Tabel 2.6Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas 
Menurut Cabang-Cabang Industri 
NO LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011 
TW III 
KUM 
2011 
TW III 
KUM 
2012 
1. Makanan, Minuman, dan 
Tembakau 
5,05 2,34 11,22 2,78 9,19 7,50 8,22 
2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas 
Kaki 
-3,68 -3,64 0,60 1,77 7,52 8,77 3,64 
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan 
Lainnya 
-1,74 3,45 -1,38 -3,47 0,35 1,07 -4,21 
4. Kertas dan Barang Cetakan 5,79 -1,48 6,34 1,67 1,50 2,50 -4,50 
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari 
Karet 
5,69 4,46 1,64 4,70 3,95 4,30 8,91 
6. Semen dan Barang Galian Bukan 
Logam 
3,40 -1,49 -0,51 2,18 7,19 6,21 8,75 
7. Logam Dasar Besi dan Baja 1,69 -2,05 -4,26 2,38 13,06 14,43 5,70 
8. Alat Angkutan, Mesin dan 
Peralatannya 
9,73 9,79 -2,87 10,38 7,00 7,13 7,52 
9. Barang Lainnya -2,82 -0,96 3,19 3,00 1,82 4,66 -2,11 
Industri Non Migas 5,15 4,05 2,56 5,12 6,83 6,63 6,50 
Produk Domestik Bruto (PDB) 6,35 6,01 4,63 6,20 6,46 6,45 6,29 
Sumber: BPS Diolah Kemenperin 
Tabel 2.7Kontribusi Masing-Masing Sektor Industri 
Terhadap Pertumbuhan Industri (persen) 
NO LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010* 2011* 
TW III 
KUM 
2012** 
1. Makanan, Minuman, dan 
Tembakau 
29,80 30,40 33,16 33,60 35,20 35,94 
2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki 10,56 9,21 9,19 8,97 8,97 9,12 
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan 
Lainnya 
6,19 6,43 6,33 5,82 5,82 4,99 
4. Kertas dan Barang Cetakan 5,12 4,56 4,82 4,75 4,75 3,95 
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari 
Karet 
12,50 13,53 12,85 12,73 12,73 12,56 
6. Semen dan Barang Galian Bukan 
Logam 
3,70 3,53 3,43 3,29 3,29 3,39 
7. Logam Dasar Besi dan Baja 2,58 2,57 2,11 1,94 1,94 1,95 
8. Alat Angkutan, Mesin dan 
Peralatannya 
28,69 28,97 27,33 28,14 28,14 27,42 
9. Barang Lainnya 0,85 0,80 0,77 0,76 0,76 0,69 
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
2.3 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDUSTRI NON MIGAS 
Secara keseluruhan, ekspor Indonesia pada periode Januari-November 2012 mencapai 
US$ 174,76 miliar, atau menurun sebesar 6,25% dibandingkan periode yang sama 
tahun 2011 yang mencapai US$ 186,42 miliar. Dari total nilai ekspor nasional tersebut, 
sebanyak US$ 107,05 miliar atau 60,02% merupakan ekspor dari sektor industri non 
migas. Sepanjang periode Januari-November 2012, ekspor industri non-migas mengalami 
penurunan sebesar 4,64% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 
US$ 112,26 miliar. 
Penurunan ini masih dipengaruhi oleh menurunnya permintaan dari negara-negara tujuan 
ekspor utama sebagai dampak krisis ekonomi khususnya di Amerika dan Eropa.Selain di 
Amerika dan Eropa, penurunan nilai ekspor juga terjadi di negara-negara kawasan ASEAN 
dan lainnya, meliputi: Singapura, Malaysia, Vietnam, China, Jepang, Hong Kong, Taiwan, 
Iran, India, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Mesir, Turki, dan Rusia. Hal ini menunjukkan 
terjadinya penurunan ekspor yang merata di negara-negara tujuan ekspor eksisting, 
sehingga diperlukan alternatif pasar baru di wilayah lainnya. 
Jika dilihat menurut kelompok industri, pada periode Januari-November 2012 nilai ekspor 
tertinggi dialami oleh kelompok industri Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit yang mencapai 
US$ 21,57 miliar atau meningkat sebesar 2,21% dibandingkan periode yang sama tahun 
sebelumnya. Selanjutnya, ekspor produk Industri Besi Baja, Mesin dan Otomotif yang 
mencapai US$ 13,60 miliar (meningkat 11,55%), Industri Tekstil sebesar US$ 11,39 miliar 
(menurun 5,75%), Industri Pengolahan Karet sebesar US$ 10,05 miliar (menurun 26,45%), 
serta Industri Elektronika sebesar US$ 8,88 miliar (meningkat 2,56%). 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 19
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
20 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Tabel 2.8 Perkembangan Ekspor Industri Non-Migas 
Sampai November Tahun 2012 (US$ Juta) 
NO URAIAN 2009 2010 2011 
JANUARI-NOVEMBER PERUBA-HAN 
2011 2012 (%) 
1. Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 10.476,8 17.253,8 23.179,2 21.108,1 21.574,6 2,21 
2. Tekstil 9.790,1 11.205,5 13.234,1 12.080,2 11.385,6 -5,75 
3. Besi Baja, Mesin-Mesin, dan Otomotif 9.606,9 10.840,0 13.194,4 12.193,6 13.602,4 11,55 
4. Pengolahan Karet 6.179,9 9.522,6 14.540,4 13.666,7 10.051,4 -26,45 
5. Elektronika 6.359,7 9.254,6 9.536,3 8.660,9 8.882,5 2,56 
6. Pengolahan Tembaga, Timah, dll 6.156,0 6.506,0 7.501,0 6.978,0 4.947,5 -29,10 
7. Pulp dan Kertas 4.440,5 5.708,2 5.769,0 5.288,0 5.051,8 -4,47 
8. Kimia Dasar 4.492,5 4.577,7 6.119,8 5.695,0 4.465,9 -21,58 
9. Pengolahan Kayu 4.485,1 4.280,3 4.474,7 4.061,9 4.146,2 2,07 
10. Makanan dan Minuman 2.374,8 3.219,6 4.504,0 4.023,5 4.251,3 5,66 
11. Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu/Alas Kaki 2.006,6 2.665,6 3.450,9 3.116,0 3.233,2 3,76 
12. Alat-Alat Listrik 2.148,9 2.657,9 2.995,2 2.763,8 2.860,1 3,48 
Total 12 Besar Industri 65.376,6 87.691,8 108.498,9 99.635,6 94.452,4 -5,20 
Total Industri 73.435,8 98.015,1 122.189,2 112.262,7 107.048,1 -4,64 
Sumber: BPS Diolah Kemenperin 
Sementara itu, total nilai impor nasional pada periode Januari-November 2012 mencapai 
US$ 176,09 miliar, atau meningkat sebesar 9,40% dibandingkan periode yang sama tahun 
2011 yang mencapai US$ 160,96 miliar. Dari nilai impor tersebut, sebanyak US$ 128,55 
miliar atau 71,07% merupakan impor produk-produk industri pengolahan non-migas. 
Nilai impor produk industri non-migas tersebut meningkat sebesar 12,64% dibandingkan 
periode yang sama tahun 2011. 
Berdasarkan kelompok industri, nilai impor produk industri tertinggi dicapai oleh Industri 
Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US$ 57,83 miliar, yang meningkat sebesar 
23,49% dibandingkan periode Januari-November 2011. Berikutnya, impor produk Industri 
Elektronika sebesar US$ 15,21 miliar (meningkat 3,44%), serta Industri Kimia Dasar US$ 
14,88 miliar (meningkat 5,28%). Dapat dilihat bahwa nilai impor terbesar merupakan 
barang-barang modal (besi baja, mesin-mesin dan otomotif), yang banyak digunakan oleh 
industri dalam negeri untuk menjalankan aktivitas produksinya.
BAB II 
Kinerja Makro Sektor Industri 
Tabel 2.9 Perkembangan Ekspor Industri Non-Migas 
Sampai Oktober Tahun 2012 (US$ Juta) 
NO URAIAN 2009 2010 2011 
JANUARI-NOVEMBER PERUBA-HAN 
2011 2012 (%) 
1. Besi Baja, Mesin-Mesin, dan Otomotif 31.638,8 43.218,6 52.375,6 46.829,7 57.828,1 23,49 
2. Elektronika 10.496,7 14.176,2 16.111,8 14.705,8 15.211,6 3,44 
3. Kimia Dasar 8.095,1 11.431,5 15.413,2 14.136,8 14.883,8 5,28 
4. Tekstil 3.396,9 5.031,2 6.735,1 6.195,1 6.243,5 0,78 
5. Makanan dan Minuman 2.810,6 4.514,2 6.852,0 6.242,2 5.489,5 -12,06 
6. Alat-Alat Listrik 2.105,8 3.142,8 3.761,7 3.456,2 3.790,2 9,66 
7. Pulp dan Kertas 1.883,2 2.731,8 3.262,6 2.874,1 2.790,9 -2,89 
8. Barang-Barang Kimia lainnya 1.661,9 2.199,3 2.589,0 2.371,0 2.534,7 5,90 
9. Makanan Ternak 1.679,1 1.871,6 2.220,5 2.010,4 2.575,7 28,12 
10. Pengolahan Tembaga, Timah, dll 1.027,1 1.822,1 2.195,1 2.043,4 2.198,8 7,60 
11. Plastik 1.034,0 1.525,1 1.859,3 
12. Pupuk 929,1 1.509,2 2.707,0 2.415,5 2.775,4 14,90 
13. Pengolahan Alumunium 1.772,5 1.824,4 2,93 
Total 12 Besar Industri 66.803,5 93.173,6 116.082,6 105.052,6 118.146,7 12,46 
Total Industri 72.398,1 101.115,4 125.979,0 114.130,0 128.553,5 12,64 
Sumber: BPS Diolah Kemenperin 
Neraca perdagangan produk industri non-migas adalah US$ -21,51 miliar atau mengalami 
defisit. Sedangkan total secara keseluruhan, neraca perdagangan nasional selama Januari- 
November 2012 juga defisit, yaitu US$ -1,33miliar. 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 21
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
22 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
BAB 3 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian melaksanakan program-program prioritas 
nasional maupun prioritas kementerian, berdasarkan Kepres No. 1 Tahun 2010 tentang 
Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, Rencana Kerja Pemerintah 
(RKP) Tahun 2012, Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, 
serta melaksanakan program-program lainnya dalam rangka mendorong percepatan 
pertumbuhan industri nasional (akselerasi industrialisasi), dengan capaian utama adalah 
sebagai berikut. 
3.1 KINERJA PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 23 
1. Revitalisasi Industri Pupuk 
a. Penyediaan gas sebagai bahan baku industri pupuk: 
1) Persetujuan perpanjangan kontrak pasokan gas pabrik PT. Pusri Palembang 
(Pusri III, IV, dan IB) dari PT. Pertamina EP sebesar 166 MMSCFD untuk periode 
2013-2017. 
2) Terealisasinya pasokan gas PT. Pupuk Iskandar Muda tahun 2012 sebanyak 8 
Cargo. 
b. Revitalisasi Industri Pupuk Urea: 
1) Terselesaikannya Basic Engineering Design pabrik Kaltim-5. Progres proyek s/d 
akhir November 2012 mencapai 32,4%. Pabrik direncanakan beroperasi pada 
2014. 
2) Persetujuan tambahan pasokan gas pabrik Pusri IIB dari PT. Pertamina EP 
sebesar 17 MMSCFD untuk periode 2013-2017. 
3) Penandatanganan Letter of Agreement (LoA) untuk perpanjangan MoA alokasi 
pasokan gas pabrik Ammonia Urea II PT. PKG dari lapangan Cepu yang berlaku 
s/d Desember 2013. 
c. Pengembangan pabrik pupuk organik: telah dibangun Pabrik Pupuk Organik di 4 
(empat) Kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten 
Aceh Utara dan Kabupaten Banyuasin 
2. Revitalisasi Industri Gula 
a. Telah direalisasikan bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan di 5 
Perusahaan Gula (PTPN IX, X, XI, PT. RNI 1 dan PT. RNI 2) dengan total 46 Pabrik 
Gula dengan nilai bantuan Rp. 49,8 Miliar.
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
24 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 b. Bantuan langsung mesin/peralatan pada tahun 2012 diberikan kepada 5 Perusahaan 
Gula (PTPN IX, X, XII, PT. PG Rajawali 1, PT. PG Rajawali 2) dengan nilai sebesar Rp. 
152,4 Miliar, sebanyak 57 item mesin peralatan. 
c. Telah selesai dilakukan Audit Teknologi terhadap 20 PG eksisting terpilih. 
d. Rencana pembangunan 3 PG baru di Banyuwangi, Blitar dan Lamongan dengan 
kapasitas 5.000 TCD expandable 8.000 TCD oleh Konsorsium PTPN XI dan PTPN XII. 
e. Bimbingan dan konsultasi Sistem Manajemen Mutu terhadap 16 PG eksisting terpilih. 
3. Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit 
a. Telah ditetapkannya Kawasan Industri Sei Mangkei (KISM) sebagai Kawasan 
Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP No 29 tahun 2012; 
b. Terlaksananya promosi investasi industri hilir kelapa sawit di dalam negeri (Jakarta & 
Pekanbaru) serta Asia (Dubai) dan Eropa (Jerman & Rusia)
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
c. Telah disusun FS Pembangunan Tangki Timbun Curah Cair di Maloy, Kalimantan 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 25 
Timur. 
d. Terselesaikannya kajian Pembangunan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Gelombang 
II (second wave) di Kalbar, Kalteng dan Papua. 
e. Peningkatan utilisasi kapasitas produksi minyak goreng, dari 45% menjadi 75%. 
4. Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 
a. Penetapan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan 
Industri Unggulan Provinsi dan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di 42 
daerah; 
b. Pengkajian Kompetensi Inti Industri Daerah di 11 daerah dan Kajian Pengelolaan 
Pusat Inovasi KEK Sei Mangkei; 
c. Pembangunan Gedung Pusat Inovasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei 
dan Kawasan Industri Palu; 
d. Pengadaan Peralatan Laboratorium dan Meubelair untuk Pusat Inovasi KEK Sei 
Mangkei, peralatan uji untuk Pusat Inovasi Industri Palu, Peralatan Industri Rotan di 
Katingan, serta mesin/peralatan proses pengolahan & peralatan uji rumput laut di 
Tual – Maluku Tenggara; 
e. Tersusunnya MasterPlan KEK Tangguh, serta MasterPlan Kawasan Industri: Tanjung 
Buton, Majalengka, Kulonprogo, Gresik, Karawang, Gresik Utara, Jeneponto, Sei 
Bamban, Bangka; 
f. Tersusunnya Rencana Strategis (Renstra) KEK Tanjung Api-Api dan Batu Licin, serta 
Renstra Kawasan Industri Kariangau; 
g. Tersusunnya Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial Pengembangan KEK Lamongan 
dan Kawasan Industri Jombang; 
h. Tersusunnya Detail Engineering Design (DED) KEK Bitung (Sulut).
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
26 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 3.2 KINERJA PROGRAM PRIORITAS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 
1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral 
a. Industri Furniture 
1) Telah dilaksanakan pelatihan di bidang desain dan teknologi proses produksi 
furniture di Jawa Tengah, Pidie Aceh, Katingan Kalteng dan Palu Sulawesi 
Tengah sebanyak 100 orang. 
2) Telah dilakukan promosi dan pameran dalam rangka pengembangan pasar 
furniture didalam negeri maupun luar negeri antara lain : 
a) The International Furnishing Show IMM Cologne (Jerman) 
b) High Point Market, Nort Carolina (Amerika Serikat) 
c) The China International Furniture Expo di Shanghai (China) 
d) International Furniture Fair Indonesia (IFFINA) 2012 di Jakarta International 
Expo 
e) The27 Trade Expo Indonesia 2012 di Jakarta International Expo 
f) Pameran Produk Furniture dan Interior di Plaza Industri 
3) Telah dilakukan pengembangan Disain melalui kegiatan lomba disain furniture 
yang diikuti oleh 179 Desainer serta dilakukan klinik disain di sentra industri 
furniture rotan di Cirebon yang diikuti sebanyak 25 perusahaan dan Klinik Disain 
di sentra industri furniture kayu di Jepara yang diikuti sebanyak 30 perusahaan. 
4) Telah disusunnya RSNI Furniture sebayak 6 judul. 
5) Telah dilakukannya kajian Feasibility Study (FS) pengembangan industri rotan 
didaerah sumber bahan baku rotan di Sulawesi Barat. 
b. Industri Hilir Karet 
1) Pembangunan pabrik ban Hankook kapasitas 5,3 juta ban KBM roda 4 per tahun 
dan 840 ribu ban truk/radial pertahun dengan nilai investasi USD 1,1 miliar di 
Jawa Barat. 
2) Tersusunnya kajian pengembangan industri karet terpadu di Sei Bamban yang 
direncanakan akan terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus, Sei Mangkei;
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
3) Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri karet dengan 30 pemangku 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 27 
kepentingan (stake holder). 
4) Koordinasi peningkatan konservasi energi industri karet remah (crumb rubber). 
5) Pelatihan peningkatan konservasi energi industri karet remah di Palembang. 
6) Fasilitasi pengembangan industri karet karet hilir untuk meningkatkan kemampuan 
pembuatan kompon karet dan produksi vulkanisir ban melalui bantuan mesin 
pengolahan barang karet di Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat. 
c. Industri Hilir Kakao 
1) Pencanangan Hari Kakao Indonesia yang ditetapkan pada setiap tanggal 16 
September. 
2) Bantuan mesin dan peralatan industri pengolahan cokelat di Padang Pariaman. 
3) Pelaksanaan talkshow dalam rangka peningkatan konsumsi cokelat dalam 
negeri di Padang, Sumatera Barat. 
4) Penyusunan Rancangan SNI Cokelat dan Produk-Produk Cokelat 
5) Penyusunan Business Plan Pengembangan Kakao di Sulawesi Tengah dan 
Sulawesi Barat 
6) Fasilitasi dan sinkronisasi pengembangan klaster industri pengolahan kakao. 
7) Peningkatan konsumsi kakao nasional per kapita per tahun sebesar 40% dari 
250 gram tahun 2011 menjadi 350 gram tahun 2012. 
d. Industri Rumput Laut 
1) Penyusunan Roadmap pengembangan industri rumput laut. 
2) Pengembangan industri pengolahan rumput laut melalui bantuan mesin 
peralatan pengolahan rumput laut di 7 (tujuh) provinsi (NTB, NTT, Maluku, Sulsel, 
Sultra, Sulteng, dan Malut).
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
e. Industri Logam Dasar 
1) Industri Baja 
28 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 a) Telah beroperasinya PT Meratus Jaya Iron & Steel secara komersial yang 
berlokasi di Batulicin, Provinsi Kalimantan Selatan yang mengolah Bijih Besi 
menjadi Sponge Iron dengan kapasitas 315 ribu ton per tahun dengan nilai 
investasi sebesar Rp 1,17 Triliun. 
b) Telah beroperasinya PT. Indoferro secara komersial yang berlokasi di Cilegon, 
Provinsi Banten yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 500ribu ton/ 
tahun dan Nickel Pig Iron dengan kapasitas 250ribu ton/ tahun dengan nilai 
investasi sebesar USD 110 juta. 
c) Telah dilakukannya Ground BreakingPT. Batulicin Steel pada bulan Juli 
2012 yang rencananya akan memproduksi baja dasar sebesar 3 juta ton/ 
tahun dengan nilai investasi sebesar USD 1,5 Milyar termasuk Pembangunan 
Pembangkit Listrik (Power Plant) dengan kapasitas 100 MW dengan rincian 
Besi Beton sebesar 1 juta ton/tahun dan Ferro Nickel sebesar 600 ribu ton/ 
tahun pada tahap awal serta H-Beam Steel dan Pelat Baja sebesar 2 juta ton/ 
tahun pada tahap selanjutnya. 
d) Rencana pembangunan Pabrik Pengolahan Pasir Besi menjadi Pig Iron (Main 
Concentrator Plant dan Pig Iron Plant) di Kulon Progo, Provinsi DI Yogjakarta 
yang akan dilakukan oleh PT. Jogja Magasa Iron dengan kapasitas 1juta ton/ 
tahun dan nilai investasi sebesar USD 1,2 Milyar. 
e) Rencana investasi PT. Sebuku Lateritic Iron & Steel untuk pembangunan 
Pabrik yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 3juta ton per tahun di 
Sebuku, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 1 
Milyar. 
f) Rencana investasi PT. Delta Prima Steel untuk pembangunan Pabrik yang 
memproduksi Sponge Iron dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di Tanah 
Laut, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,2 Milyar.
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 29 
2) Industri Aluminium 
a) Rencana pembangunan Smelter Grade Alumina (SGA) di Mempawah, 
Provinsi Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan 
kapasitas 1,2juta ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD 1 Milyar yang 
ditargetkan beroperasi pada Kuartal I Tahun 2016. 
b) Rencana pembangunan Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Provinsi 
Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan kapasitas 
300ribu ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD 450Juta yang saat ini 
sedang dalam proses konstruksi. 
c) Rencana investasi PT. Nalco untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi 
Aluminium Ingot dengan kapasitas 500ribu ton per tahun di Kutai, Provinsi 
Kalimantan Timur dengan nilai investasi sebesar Rp. 4 Milyar. 
3) Industri Tembaga 
a) Rencana investasi PT. Nusantara Smelting untuk pembangunan Pabrik yang 
memproduksi Katoda Tembaga dengan kapasitas 200ribu ton per tahun 
di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai investasi sebesar USD 
700Juta. 
b) Rencana investasi PT. Indosmelt untuk pembangunan Pabrik yang 
memproduksi Katoda Tembaga dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di 
Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta. 
4) Industri Nikel 
a) Telah dilakukannya Ground Breaking PT. FeNi Halmahera Timur yang 
rencananya akan memproduksi Nickel sebesar 27ribu ton/tahun di 
Halmahera, Provinsi Maluku Utara dengan nilai investasi sebesar USD 1,6 
Milyar yang ditargetkan beroperasi pada Kuartal IV Tahun 2014. 
b) Rencana investasi PT. Antam untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi 
Nickel Pig Iron dengan kapasitas 120ribu ton per tahun di Mandiodo, Provinsi 
Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi sebesar USD 400Juta.
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
30 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 c) Rencana investasi PT. Weda Bay Nickel untuk pembangunan Pabrik yang 
memproduksi Nickel dengan kapasitas 65ribu ton per tahun dan Cobalt 
dengan kapasitas 3,5ribu ton per tahun di Maros, Provinsi Sulawesi Selatan 
dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta. 
f. Industri Semen 
1) Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Gresik Group: 
a) Unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat oleh PT. Semen Gresik 
yang direncanakan mulai beroperasi pada awal tahun 2013; 
b) Unit pabrik baru PT. Semen Gresik di Tuban, Jawa Timur (Tuban IV) dengan 
kapasitas 2,5 juta ton per tahun, telah beroperasi pada pertengahan tahun 
2012; 
c) Unit pabrik baru PT. Semen Tonasa di Pangkep, Sulawesi Selatan (Tonasa V) 
dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun, akan beroperasi pada awal tahun 
2013. 
2) Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Bosowa: 
a) Unit penggilingan semen di Banyuwangi, Jawa Timur dengan kapasitas 1,2 
juta ton per tahun. Pembangunan dimulai bulan Mei 2012, dan direncanakan 
selesai pada tahun 2013; 
b) Unit pabrik baru di Maros, Sulawesi Selatan dengan kapasitas 2,5 juta ton per 
tahun. Pembangunan dimulai bulan November 2012, direncanakan selesai 
pada tahun 2014. 
3) Realisasi pembangunan pabrik baru oleh PT. Holcim Indonesia di Tuban, Jawa 
Timur, dengan kapasitas 1,7 juta ton per tahun. Saat ini dalam proses konstruksi 
pabrik dan direncanakan selesai pada tahun 2014.
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
4) Realisasi pembangunan pabrik oleh investor baru: 
a) State Development and Investment Cooperation (SDIC) di Manokwari, 
Papua Barat dengan kapasitas 1 juta ton per tahun, saat ini dalam proses 
pembebasan lahan. 
b) Anhui Conch Cement Co., Ltd. di Tanjung, Kalimantan Selatan dengan 
kapasitas 2,5 juta ton per tahun, saat ini dalam proses pembebasan lahan. 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 31 
g. Industri Petrokimia & Kimia Hilir 
1) Pembangunan Center of Excellence Industri Petrokimia di Banten dengan 
progres mencapai 30%. 
2) Pembangunan pabrik butadiena PT. Petrokimia Butadiene Indonesia kapasitas 
150 ribu ton/tahun dan investasi Rp 1,5 T di Banten 
3) Pengembangan investasi PT. Chandra Asri dengan kapasitas produksi 1 juta ton 
olefin/tahun dan nilai investasi Rp 1,7 T di Banten. 
4) Pembangunan pabrik kosmetika PT. L’Oreal Indonesia di Cikarang, dengan nilai 
investasi Rp 1,25 Triliun, kapasitas produksi 200 juta unit/tahun dan menyerap 
tenaga kerja lebih dari 1.700 orang. 
5) Pembangunan pabrik Acrylic Acid kapasitas 80.000 ton/th dan Super Absorbent 
Polyer kapasitas 90.000 ton/th, PT. Nippon Shokubai Indonesia dan nilai investasi 
USD 332 juta. 
6) Pembangunan RCC Off Gas to Propylene Project (ROPP) di Balongan kapasitas 
180 ribu ton/th oleh PT. Pertamina dan PT. Chandra Asri dan nilai vestasi USD 
270 juta 
7) Persetujuan alokasi gas untuk pengembangan pusat industri petrokimia di Teluk 
Bintuni Papua Barat tahap I sebesar 180 MMSCFD untuk pembangunan pabrik 
pupuk urea kapasitas 2juta ton/th.
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
32 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 h. Industri Garam 
1) Intensifikasi lahan dengan pemasangan Geomembrane pada meja kristalisasi di 
Kabupaten Sumenep, Madura; 
2) Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Pengolahan Garam Beryodium 
melalui Intensifikasi Lahan di Kabupaten Sampang dan Pamakasan, Madura; 
3) Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Pengolahan Garam Beryodium 
melalui Ekstensifikasi Lahan 349 Ha di Teluk Kupang. 
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor 
a. Industri Tekstil, Produk Tekstil, dan Alas Kaki 
1) Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi permesinan 
industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit sebanyak 161 perusahaan dengan 
nilai bantuan sekitar Rp 145 Milyar dan investasi yang tercipta mencapai Rp 1,68 
triliun. 
2) Sebanyak 9 perusahaan Industri TPT, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit masih 
dalam waiting list sebagai peserta restrukturisasi dengan perkiraan nilai bantuan 
sebesar Rp 15,52 Milyar. 
3) Perluasan investasi dan pembangunan pabrik baru PT. Indorama Polyester 
Industries di Karawang, dengan total nilai investasi US$ 400 juta. 
4) Telah dilatih tenaga kerja siap pakai di industri garmen dan alas kaki sebanyak 
10.000 orang di Jateng, Jatim, dan Jabar. 
b. Industri Penghasil Barang Modal (Industri Permesinan, termasuk Listrik) 
1) Pemberian bantuan mesin/peralatan ke Pusat Pengembangan Teknologi Industri 
Mesin Perkakas dan Alat Kesehatan; 
2) Verifikasi capaian TKDN dalam Proyek Pembangunan Infrastruktur
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
Ketenagalistrikan (Proyek PLTU 10000 MW Tahap II); 
3) Promosi kemampuan industri alat berat (termasuk komponen) dalam rangka 
pengembangan akses pasar dalam negeri dan luar negeri; 
4) Penyusunan Peraturan Teknis (Pertek) dalam rangka mendukung Program 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 33 
Konversi BBM ke BBG; 
5) Pengembangan kelembagaan (Alsintan Center) di daerah-daerah potensial 
pertanian di Sumbar, Kallbar dan Kaltim. 
6) Penambahan investasi baru di bidang industri permesinan antara lain PT 
Caterpillar Indonesia produksi alat berat (dump truck) di Pulau Batam sebesar 
USD 165 juta; PK Manufacturing investasi sebesar USD 21 juta di daerah 
Karawang untuk produksi komponen alat berat; dan PT Hitachi Manufacturing di 
Karawang investasi sebesar USD 10 juta untuk produksi komponen alat berat. 
c. Industri Perkapalan 
1) Pengembangan prototype produk industri maritim melalui desain kapal Berbasis 
Pantai. 
2) Peningkatan kapasitas SDM melalui diklat dan sertifikasi pengelasan kapal, 
pengelasan bawah air, pelatihan coating dan pengelasan non-ferro sebanyak 
140 orang. 
3) Penambahan investasi baru di bidang industri pekapalan sebesar Rp. 800 milyar 
di Lamongan, serta perluasan dan pengembangan perusahaan sebesar Rp 
354,77 Milyar di Surabaya, Banyuwangi, dan Semarang. 
4) Telah siap operasionalnya galangan kapal PT. Lamongan Marine Industri di 
Lamongan, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp 300 Milyar.
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
34 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 d. Industri Otomotif 
1) Peningkatan investasi baru PT. Denso Indonesia dengan nilai Rp 1,3 Trilliun. 
2) Sampai bulan Oktober 2012, produksi KBM Roda-4 mencapai 888 ribu unit dan 
sampai dengan bulan Oktober 2012 Produksi KBM Roda-2 mencapai 5,9 Juta 
unit. 
3) Dalam rangka pengembangan Low Cost Green Car (LCGC), terjadi 
peningkatan investasi (perluasan dan pembangunan pabrik baru) oleh 
PT. Toyota Motor, PT. Astra Daihatsu Motor, PT Honda Prospect Motor, 
PT. Suzuki Indomobil dan PT. Nissan dengan total investasi sebesar US$ 2,2 
Milyar untuk industri perakitan dan US$ 2,3 Milyar untuk industri komponen, yang 
diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 7.000 orang untuk industri 
perakitan, 8.000 orang untuk industri komponen, dan 10.000 orang untuk after-sales 
service. 
e. Industri Elektronika dan Telematika 
1) Ekspor produk industri elektronika dan telematika pada periode Januari– 
September 2012 sebesar US$ 9,38 miliar, atau meningkat sebesar 16,74% 
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, dengan negara tujuan 
utama yaitu: Singapura, Jepang, Amerika, Hongkong, China, Jerman, Belgia dan 
Korea Selatan. 
2) Sampai triwulan dua tahun 2012 telah terjadi investasi sebesar US$ 328 Juta. 
Dan diperkirakan pada tahun 2012 ini akan menyerap tambahan tenaga kerja 
sebesar 6.300 orang. 
3) Panasonic Manufacturing Indonesia, Sharp, Samsung, dan LG telah dipilih 
sebagai basis produksi untuk kulkas di ASEAN, khusus untuk LG Indonesia telah 
dijadikan basis produksi untuk mengisi pasar Australia, Kuba dan Rusia. 
4) Dalam rangka penerapan standard produk, telah difasilitasi penguatan terhadap
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
infrastruktur/lab uji di Balai Besar Bahan & Barang Teknik (B4T) Bandung, dan Balai 
Riset dan Strandardisasi (Baristand) Surabaya. Sampai saat ini telah diterapkan 
SNI produk untuk Lampu CFL (Lampu Hemat Energi), Baterai Primer, Pompa Air, 
TV CRT, Setrika listrik. Sedangkan untuk produk Lemari Es, Pendingin Ruangan 
(AC), dan Mesin Cuci sudah notifikasi WTO untuk diberlakukan secara wajib. 
3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) 
a. Telah dilakukan pengembangan IKM melalui pendekatan klaster di 43 Kabupaten/ 
Kota, melalui: FGD klaster, dampingan tenaga ahli, bimbingan teknis dan desain, 
bantuan mesin/peralatan, pelatihan-pelatihan, dan partisipasi pameran dan promosi. 
b. Telah dilakukan pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP di 62 sentra di 55 Kab/ 
Kota, melalui: pelatihan teknis, dampingan tenaga ahli, bantuan mesin/peralatan, 
dan partisipasi pameran produk OVOP. 
c. Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi mesin/ 
peralatan kepada 106 IKM dengan nilai bantuan Rp 9,32 milyar serta fasilitasi 
peningkatan pelayanan IKM kepada 19 UPT. 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 35
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
36 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 d. Telah dilatih sebanyak 2.199 calon wirausaha baru IKM di 28 provinsi, pelatihan di 
bidang garment sebanyak 380 orang sebagai antisipasi moratorium pengiriman 
TKI ke luar negeri, serta pelatihan peningkatan kemampuan teknis dan manajemen 
kepada 1.866 perajin (IKM). 
e. Telah difasilitasi pendaftaran HKI sebanyak 123 merk, 1 hak cipta, 2 paten, 3 desain 
industri, serta berpartisipasi pada Forum Koordinasi HKI yang diselenggarakan oleh 
PM-HKI Kementerian Perindustrian dan POLRI di Manado dan Medan. 
f. Telah difasilitasi sertifikasi sistem mutu yang diterapkan oleh IKM sebanyak 40 paket 
Halal, 8 paket HACCP/SNI, 12 paket Barcode, 9 Ce-Mark, 30 GMP. 
g. Terealisasinya penyaluran KUR di IKM sampai dengan Agustus 2012 sebesar Rp 
617,1 miliar (industri pengolahan), atau IKM berkontribusi sebesar 3% dari total 
penyaluran KUR. 
3.3 KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN LAINNYA 
1. Fasilitasi Pemanfaatan Tax Holiday 
a. Telah dilakukan kajian dan verifikasi serta disampaikan usulan kepada Menteri 
Keuangan terhadap 2 (dua) pemohon Tax Holiday: 
1) PT. Unilever Oleochemical Indonesia (PT. UOI), dengan nilai investasi USD 
133 juta; 
2) PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PT. PBI), dengan nilai investasi USD 
150juta. 
b. Keputusan pemanfaatan fasilitas Tax Holiday oleh 2 Perusahaan tersebut, tinggal 
menunggu terbitnya Keputusan Menteri Keuangan. 
2. Fasilitasi Pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) 
a. Telah dilakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dalam penerbitan 
PMK terkait Pemberian BMDTP dengan total Pagu BMDTP Tahun Anggaran 2012 
sebesar Rp. 428,62 Milyar 
b. Rencana Impor Barang (RIB) dengan fasilitas BMDTP sudah mencapai Rp. 186,30 
Milyar 
c. Realisasi Pemanfaatan fasilitas BMDTP s/d Nopember 2012 mencapai 36% dari 
total Pagu BMDTP 2012 dengan estimasi sekitar 70% dari RIB. 
3. Pengamanan Industri melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri 
a. Dalam rangka pengamanan industri dalam negeri terkait penciptaan iklim investasi 
yang lebih kondusif, sedang dilakukan revisi Peraturan Menteri Perindustrian 
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pengamanan Obyek Vital Industri. 
b. Revisi Permenperin tersebut mencakup perubahan lampiran terkait perusahaan 
industri yang termasuk Daftar Obyek Vital Industri. 
c. Telah dilakukan verifikasi administrasi dan lapangan serta diusulkan Perusahaan 
dan Kawasan Industri untuk menjadi Obyek Vital Nasional Sektor Industri sebagai 
berikut: 
1) 39 Perusahaan di 13 sektor industri; 
2) 10 Kawasan Industri.
BAB III 
Kinerja Program Pengembangan 
Industri Nasional 
4. Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peraturan Teknis Konverter 
Kit 
Dalam mendukung program Konversi BBM ke BBG untuk kendaraan bermotor, 
Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian 
Nomor 70 Tahun 2012 yang mewajibkan setiap produk tabung dan converter kit 
memiliki sertifikat UN ECE R67, UN ECE R110, dan/atau ISO 15500. Untuk menunjang 
penerapan spesifikasi teknis/standar tersebut, diperlukan investasi yang ditujukan 
untuk menambah fasilitas uji yang dimiliki oleh laboratorium uji sehingga laboratorium 
uji dalam negeri dapat terakreditasi oleh KAN. 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 37 
5. Perumusan SNI 
Tahun 2012 telah disusun RSNI sebanyak 106 buah, sedangkan selama 3 (tiga) 
tahun terakhir telah disusun sebanyak 307 buah RSNI, untuk 11 Kelompok industri, 
yaitu: permesinan, alsintan, elektronika dan rumah tangga, tekstil, kulit dan alas kaki, 
makanan, minimunan dan tembakau, logam, karet dan plastik, dan kertas. 
6. Lembaga Penguji Kesesuaian 
Tahun 2012 Kementerian Perindustrian telah menerbitkan 37Permenperin untuk 
penunjukan LPK bagi 79 SNI wajib, dan sampai dengan tahun 2012 telah ditetapkan 
45 LPK untuk mendukung pemberlakuan SNI. 
7. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 
Upaya untuk penurunan GRK, telah diterbitkan; Peraturan Menteri Perindustrian 
No. 12/M-IND/PER/1/2012 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengurangan 
Emisi CO2Industri Semen Indonesia; pedoman dan teknis konservasi energi dan 
pengurangan emisi CO2 di sektor Industri (11 pedoman).
BAB IV 
Kinerja Kelembagaan Kementerian 
Perindustrian 
38 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB IV 
Kinerja Kelembagaan Kementerian 
Perindustrian 
BAB 4 
Kinerja Kelembagaan 
Kementerian Perindustrian 
Selain kinerja program pengembangan industri prioritas nasional, Kementerian 
Perindustrian juga menjalankan berbagai program pendukung yang berorientasi pelayanan 
kepada masyarakat, peningkatan akuntabilitas kinerja, transparansi dan pengelolaan 
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good 
governance). Beberapa capaian utama kinerja kelembagaan Kementerian Perindustrian 
antara lain sebagai berikut. 
4.1 Audit Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian 
Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian berhasil mempertahankan opini 
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK atas audit Laporan Keuangan tahun 
2011, yang telah diraih secara berturut-turut selama 4 (empat) tahun sejak 2009. 
Hal tersebut bisa dicapai karena pelaksanaan “Rencana Aksi mempertahankan Opini 
BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian” yang secara konsisten 
dan sungguh-sungguh menjadi komitmen dan dilaksanakan pimpinan tertinggi dan 
seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Perindustrian. 
Rencana Aksi mempertahankan opini WTP atas Laporan Keuangan Kementerian 
Perindustrian Tahun 2011 antara lain melalui: 
1. Menyelesaikan Temuan Atas Laporan Keuangan Tahun 2011 dan Tahun 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 39 
Sebelumnya. 
2. Meningkatkan Kemampuan Sistem Manajemen Keuangan. 
3. Penjaminan Mutu (Quality assurance) oleh Pengawas Internal. 
4.2 Reformasi Birokrasi 
Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian telah memperoleh pembayaran 
tunjangan kinerja (remunerasi) dikarenakan upaya Kementerian Perindustrian dalam 
melaksanakan Reformasi Birokrasi sejak tahun 2005. 
Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2012 tentang Tunjangan 
Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Perindustrian, serta sesuai dengan Surat 
Menteri Keuangan Nomor: SR-275/MK.02/2012 tanggal 24 Oktober 2012 perihal 
persetujuan prinsip pemberian tunjangan kinerja bagi pegawai di 20 K/L. 
4.3 Akuntabilitas Kinerja 
Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang 
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian PAN dan
BAB IV 
Kinerja Kelembagaan Kementerian 
Perindustrian 
40 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 RB melakukan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dari hasil evaluasi 
akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB, Kementerian 
Perindustrian mendapat nilai 69,21 dengan predikat penilaian “B“ atau naik sebesar 
8,46 poin dibandingkan tahun 2011 yang masih mendapat predikat “CC”. Penilaian 
dilakukan terhadap 5 (lima) komponen, yaitu: 
1. Perencanaan Kinerja, 
2. Pengukuran Kinerja, 
3. Pelaporan Kinerja, 
4. Evaluasi Kinerja, dan 
5. Capaian Kinerja. 
4.4 Keterbukaan Informasi Publik 
Kementerian Perindustrian berhasil meraih penghargaan sebagai Badan Publik Pusat 
Terbaik I dalam pelaksanaan Undang-Undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan 
Informasi Publik. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat, dan 
penghargaan diserahkan langsung oleh Wakil Presiden tanggal 28 September 2012 
di Istana Wakil Presiden Jakarta. Kementerian Perindustrian dinilai berhasil dalam 
mengimplementasikan pasal 9 UU Keterbukaan Informasi Publik, yaitu informasi yang 
wajib disediakan dan diumumkan secara berkala. 
Penghargaan itu diberikan dalam rangka peringatan hari Hak Untuk Tahu Internasional 
(International Right to Know Day) yang diperingati setiap tanggal 28 September sebagai 
upaya mempromosikan hak-hak masyarakat untuk mengetahui informasi dari badan 
publik. Acara ini diselenggarakan Komisi Informasi Pusat. Pemeringkatan ini dilakukan 
melalui seleksi terhadap 98 badan publik dan 33 propinsi yang dipantau website-nya 
melalui monitoring dan evaluasi oleh Komisi Informasi Pusat. 
4.5 Anugerah Media Humas (AMH) 
Kementerian Perindustrian berhasil meraih Juara Umum pada Perhelatan Tahunan 
Anugerah Media Humas (AMH) 2012 tanggal 6 November di Makassar. Acara yang 
dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring ini diselenggarakan 
oleh Bakohumas Pusat yang bertujuan untuk memberikan apresiasi, sekaligus menjadi 
tolok ukur kinerja humas pemerintah dan sebagai upaya memotivasi praktisi humas 
dalam melaksanakan tugasnya. 
1. Majalah Media Industri 
Majalah Media Industri yang diterbitkan Pusat Komunikasi Publik Kementerian 
Perindustrian meraih Juara I Kategori Penerbitan Media Internal Kelompok 
Kementerian/LPNK dan Perguruan Tinggi Negeri. Kriteria penilaian meliputi: 
keterbukaan informasi, substansi program kehumasan, komposisi informasi, 
edukasi, opini dan hiburan, jenis rubrikasi, kelengkapan dan sistematika penulisan, 
kreativitas penulisan dan teknik tata letak (cover, body copy, teknik penyuntingan 
gambar, teknik foto).
BAB IV 
Kinerja Kelembagaan Kementerian 
Perindustrian 
2. Website Kementerian Perindustrian 
EDISI 2 - 2012 
MADE IN INDONESIA 
• Soci Mas 
• Permata Hijau Group 
• Natur 
• Mustika Ratu 
• Inaco 
• Teh Kepala Djenggot 
• Cimory 
• Garudafood 
• Sumber Yalasamudra 
• Rumah Abon 
• Jus-Sirup Buah Lie Lie 
• Bandung Yoghurt 
• Ratna Bakery & Cake 
• Manik The Beadz 
• Bambu Kaligrafi 
• Mahanagari 
TEKNOLOGI 
• Langit Impian Animasi 
• Penyulingan Air Laut 
APA DAN SIAPA 
• Ecogreen Oleochemical 
Tonggak Bangkitnya 
Industri Pertahanan Lokal 
REPUBLIC OF INDONESIA 
INDUSTRY 
F A C T S & F I G U R E S 
MINISTRY OF INDUSTRY OF INDONESIA 
2012 
Website Kemenperin (www.kemenperin.go.id) juga mendapatkan penghargaan 
Juara I Kategori Pelayanan Informasi Melalui Website. Kriteria yang dinilai: 
kemudahan akses informasi publik, ketersediaan kontak dan informasi, ketersediaan 
informasi publik, penempatan informasi berdasarkan teknik yang benar, keterbacaan, 
dan desain grafis yang sesuai harapan pengguna. 
Sampai dengan bulan November 2012, jumlah hit pada Website Kemenperin 
mencapai 8,76 juta, dengan rata-rata sebesar 796.024 hit per bulan. Jumlah artikel 
yang telah dipublikasikan adalah 4.882 buah. Sebagian besar merupakan berita-berita 
yang terkait dengan industri (65%), foto kegiatan Menteri Perindustrian (17%), 
dan siaran pers (6%). Jumlah permintaan data yang dilayani secara online tercatat 
139.858 kali, dengan jumlah data yang diberikan sebanyak 7,15 juta record. Tiga 
jenis data yang paling sering diminta adalah direktori perusahaan (76%), data ekspor 
impor (11%), direktori eksportir (6%). 
Kedua penghargaan tersebut (Majalah Media Industri dan Website Kemenperin) 
mengantarkan Kementerian Perindustrian menjadi Juara Umum dalam Anugerah 
Media Humas (AMH) tahun 2012 tersebut. 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 41 
No. 02.2012 
MINISTRY OF INDUSTRY REPUBLIC OF INDONESIA 
2010
BAB IV 
Kinerja Kelembagaan Kementerian 
Perindustrian 
42 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 4.6 Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2012 
Realisasi anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2012 sampai dengan tanggal 26 
Desember 2012 adalah sebesar Rp 2,21 triliun atau 88,62% dari total Pagu Anggaran 
tahun 2012 sebesar Rp 2,49 triliun. Prognosa (perkiraan) penyerapan anggaran sampai 
tanggal 31 Desember 2012 mencapai 90,03%, dengan rincian berdasarkan unit eselon 
I sebagai berikut. 
Tabel 4.1 Realisasi dan Prognosa Anggaran Tahun 2012 Per Unit Eselon I 
Unit 
Pagu 
Anggaran 
Realisasi s.d 
26/12/2012 
Prognosa s.d. 
31/12/2012 
Rp.Juta (Rp Juta) (%) (Rp Juta) (%) 
Sekretariat Jenderal 625.346 541.192 86,54 567.226 90,17 
Ditjen Industri Agro 337.541 308.604 91,43 285.222 84,50 
Ditjen Basis Industri Manufaktur 399.503 371.299 92,94 361.316 90,44 
Ditjen Industri Unggulan Berbasis 
Teknologi Tinggi 170.725 142.578 83,51 138.321 81,02 
Ditjen Industri Kecil dan 
Menengah 308.870 251.095 81,29 274.864 88,99 
Inspektorat Jenderal 43.607 41.131 94,32 42.748 98,03 
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim 
dan Mutu Industri 457.055 416.513 91,13 438.010 95,83 
Ditjen Pengembangan 
Perwilayahan Industri 104.336 96.911 92,88 95.217 91,26 
Ditjen Kerjasama Industri 
Internasional 50.329 43.760 86,95 45.321 90,05 
JUMLAH 2.497.312 2.213.083 88,62 2.248.245 90,03 
Ket: Prognosa dibuat sebelum tanggal 26 Desember 2012, sehingga realisasi sebagian unit eselon I telah melampaui prognosa. 
Realisasi penyerapan anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2012 relatif lebih 
tinggi jika dibandingkan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya, hal ini disebabkan 
oleh: 
1. Persiapan pelaksanaan Anggaran yang lebih baik; 
2. Pelaksanaan lelang yang dilakukan lebih awal sebelum tahun anggaran berjalan; 
3. Disiplin waktu dalam proses pelaksanaan anggaran sesuai Disbursment Plan; 
4. Memprioritaskan penggunaan mekanisme pembayaran langsung/LS. 
Perbandingan realisasi anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2009-2012 
ditunjukkan oleh grafik berikut.
BAB IV 
Kinerja Kelembagaan Kementerian 
Perindustrian 
Grafik 4.1 Perkembangan Realisasi Anggaran Tahun 2009-2012 
PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN TAHUN 2009-2012 
2009 2010 2011 2012 
3.000.000 
2.500.000 
2.000.000 
1.500.000 
1.000.000 
500.000 
Anggaran 1.766.598 1.693.281 2.328.911 2.497.312 
Realisasi 1.444.870 1.490.022 1.918.196 2.213.083 
% 81,79 88,00 82,36 88,62 
Ket: Realisasi Tahun 2012 per 26 Desember 2012 
90 
88 
86 
84 
82 
80 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 43 
Ket: Realisasi Tahun 2012 per 26 Desember 2012 
78 
-
BAB V 
Sasaran Pertumbuhan dan Program 
Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 
44 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB V 
Sasaran Pertumbuhan dan Program 
Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 
BAB 5 
Sasaran Pertumbuhan dan Program 
Pengembangan Industri Manufaktur 
Tahun 2013 
5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN INDUSTRI NON MIGAS TAHUN 2013 
Di tengah berbagai kondisi yang dihadapi sektor industri non migas, masih ada peluang 
untuk mempertahankan kinerja pertumbuhan dan ekspor industri non migas, agar tetap 
meningkat sampai akhir tahun 2012. Peluang tersebut terutama adanya perbaikan 
ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang yang pertumbuhannya akan meningkat pada 
2012 (proyeksi World Bank). 
Sementara itu, di dalam negeri masih terjadi peningkatan investasi di sektor industri baik 
PMA maupun PMDN. Nilai investasi PMA pada Januari-September 2012 mencapai US$ 
8,59 milyar atau meningkat sebesar 65,85% dibandingkan periode yang sama tahun 
sebelumnya. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 47,09% dari total 
investasi PMA. Sedangkan nilai investasi PMDN pada Januari-September 2012 mencapai 
Rp 38,11 triliun atau meningkat sebesar 40,19% dari periode yg sama tahun sebelumnya. 
Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 58,02% dari total investasi PMDN. 
Peluang pertumbuhan ini juga didukung oleh adanya beberapa sektor tersier yang 
mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada Triwulan I-III 2012 (pengangkutan dan 
komunikasi sebesar 10,29%, perdagangan, hotel & restoran sebesar 8,02%, serta 
bangunan/konstruksi sebesar 7,45%) yang dapat dimanfaatkan oleh sektor industri dalam 
penyediaan produk-produkpendukungnya. 
Berdasarkan kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan 
industri non migas sebesar 6,75% pada tahun 2012 (sesuai dengan Renstra Kementerian 
Perindustrian 2010-2014) dan memproyeksikan pertumbuhan industri non migas sebesar 
7,13% pada tahun 2013. Target dan proyeksi pertumbuhan industri non-migas tersebut 
lebih tinggi dari target dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 6,50% 
pada tahun 2012 dan 6,70% pada tahun 2013. 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 45
BAB V 
Sasaran Pertumbuhan dan Program 
Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 
46 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Target pertumbuhan sektor industri non migas pada tahun 2012 dan tahun 2013 
selengkapnya pada tabel berikut. 
Tabel 5.1 Target & Proyeksi Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas 
NO LAPANGAN USAHA 
LAJU PERTUMBUHAN PDB TRIWULANAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN PERTUMBUHAN 
2011 2012 
2012* 2013** 
I II III IV JUM-LAH 
I II III 
Industri Tanpa Migas 5,90 6,80 7,16 7,40 6,83 6,12 6,07 7,27 6,75 7,13 
1. Makananm Minuman, 
dan Tembakau 
4,23 9,56 8,58 14,02 9,19 8,17 6,01 10,39 8,15 8,1 
2. Tekstil, Barang Kulit dan 
Alas Kaki 
10,56 8,37 7,43 3,99 7,52 1,41 4,30 5,19 3,75 4,7 
3. Barang Kayu dan Hasil 
Hutan Lainnya 
-0,35 3,34 0,31 -1,76 0,35 -0,86 -8,22 -3,56 2,90 0,8 
4. Kertas dan Barang 
Cetakan 
4,34 4,00 -0,74 -1,35 1,50 0,50 -7,44 -6,54 4,90 1,0 
5. Pupuk, Kimia, dan Barang 
dari Karet 
0,09 6,82 5,94 2,95 3,95 9,19 2,21 15,37 5,75 8,5 
6. Semen dan Barang Galian 
Bukan Logam 
4,47 5,79 8,38 10,04 7,19 6,11 9,22 10,83 4,05 8,3 
7. Logam Dasar Besi dan 
Baja 
17,56 14,81 11,09 9,30 13,06 5,57 1,86 9,72 4,00 6,4 
8. Alat Angkutan, Mesin, 
dan Peralatannya 
8,94 4,57 7,92 6,63 7,00 6,23 11,67 4,85 7,78 7,7 
9. Barang Lainnya 1,20 6,33 6,39 -6,49 1,82 4,21 -6,47 -3,63 6,00 1,0 
Produk Domestik 
Bruto 
6,43 6,45 6,46 6,49 6,46 6,32 6,37 6,17 6,50 6,70 
Ket: *) Target Renstra Kemenperin; **) Proyeksi (Sumber: BPS Diolah Kemenperin) 
5.2 PROGRAM PRIORITAS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 
Dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri, 
Kementerian Perindustrian menjalankan tiga program prioritas, yaitu: 
(1) Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral, 
(2) Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor, dan (3) 
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Permasalahan serta program dan 
kebijakan pada masing-masing program adalah sebagai berikut. 
1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral 
a. Permasalahan Yang Dihadapi 
Tingginya ekspor bahan mentah seperti CPO, kakao, karet, rotan dan barang mineral 
yang justru menciptakan nilai tambah bagi industri di luar negeri. 
b. Program dan Kebijakan 
1) Domestic Market Obligation (DMO) untuk Mineral dan Batubara 
2) Penetapan tarif Bea Keluar (BK) komoditi primer (CPO dan kakao) 
3) Penetapan tarif Bea Keluar (BK) untuk 65 jenis bijih mineral 
4) Larangan ekspor rotan
BAB V 
Sasaran Pertumbuhan dan Program 
Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 
5) Insentif Tax Holiday bagi 5 bidang industri dan Tax Allowance bagi 37 bidang 
usaha tertentu dan 39 bidang usaha tertentu di daerah tertentu. 
6) Pengembangan Kawasan Industri. 
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 47 
a. Permasalahan Yang Dihadapi 
Ketergantungan bahan baku impor, teknologi yang tertinggal, kualitas SDM yang 
masih rendah dan membanjirnya produk impor. 
b. Program dan Kebijakan 
1) Pemberian Insentif fiskal (BMDTP, Tax Holiday dan Tax Allowance, pembebasan 
PPN/PPNBM, serta pembebasan bea masuk impor mesin dan komponen) 
2) Restrukturisasi permesinan 
3) Peningkatan SDM industri 
4) Program: Low Carbon Emission Technology 
5) Promosi Investasi dan Produk Industri 
6) Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) 
3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) 
a. Permasalahan Yang Dihadapi 
Ketergantungan bahan baku impor masih tinggi, terbatasnya kemampuan SDM 
dalam pengembangan desain, serta terbatasnya akses ke sumber pendanaan. 
b. Program dan Kebijakan 
1) Usulan penurunan bea masuk bahan baku perak sebesar 10%, 
2) Pembentukan modal ventura, 
3) Fasilitasi kemudahan penyediaan bahan baku, 
4) Penyediaan tenaga desainer pada industri fesyen, 
5) Fasilitasi pameran baik dalam maupun luar negeri, 
6) Fasilitasi IKM dalam mendapatkan KUR dan akses ke sumber pendanaan lainnya, 
7) Pengembangan dan penguatan Pusat-pusat pengembangan Telematika (RICE/ 
IBC) di daerah potensial.
BAB V 
Sasaran Pertumbuhan dan Program 
Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 
48 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 5.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI 
Meskipun diprediksi bisa tumbuh cukup tinggi pada tahun mendatang, namun tantangan 
bagi sektor industri manufaktur masih sangat besar pada tahun 2013. Disamping belum 
didukung oleh kondisi infrastruktur yang memadai dan mahalnya biaya investasi, sektor 
ini juga masih berhadapan dengan berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan 
daya saing industri. Oleh karena ini, berikut ini adalah beberapa rekomendasi kebijakan 
yang dapat direaliasasikan untuk meningkatkan daya saingindustri nasional, antara lain: 
1. Optimalisasi Insentif Fiskal: Tax Holiday, Tax Allowance, BMDTP, Pembebasan 
PPnBM, Pembebasan Bea Masuk; 
2. Penyelesaian Hambatan Investasi: Divestasi pada Industri Pengolahan Mineral, 
Aturan Terkait Limbah B3, tata ruang/RTRW; 
3. Optimalisasi pemanfaatan pasar Amerika dan Jepang yang mulai pulih terutama 
untuk consumer goods dan mencari pasar-pasar tujuan ekspor baru, misalnya 
Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Latin; 
4. Peningkatan upaya pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff barrier, seperti: 
penerapan SNI Wajib, ketentuan rekomendasi terhadap Importir Produsen untuk 
baja dan tekstil, serta mengoptimalkan instrumen anti dumping dan safeguards; 
5. Dalam mendukung Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri 
(P3DN), diperlukan adanya sanksi yang tegas kepada unit kerja dalam instansi 
pemerintah/BUMN/swasta yang tidak memenuhi persyaratan komponen lokal yang 
dipersyaratkan sehingga penerapan P3DN dapat lebih maksimal. 
6. Prioritas penyediaan infrastruktur, terutama dalam mendukung pusat-pusat 
pertumbuhan industri, seperti percepatan pembangunan perluasan pelabuhan dan 
jaringan transportasi, baik kereta api maupun jalan tol; 
7. Jaminan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan industri dalam negeri, baik sebagai 
bahan baku maupun energi; 
8. Pembentukan Lembaga Pembiayaan Khusus IKM, misal Modal Ventura bagi industri 
kecil; 
9. Barang dan Jasa Termasuk EPC (Engineering Procurement Construction) Dalam 
Negeri Yang Sudah Proven, Wajib Dipakai oleh Proyek-proyek Pemerintah dan 
BUMN; 
10. Perjanjian Kerjasama Internasional yang dititikberatkan pada Peningkatan Investasi; 
11. Perumusan 200 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI); 
12. Pemberlakuan penerapan secara wajib SNI dan pertimbangan teknis untuk 109 
produk industri (elektronika, furnitur, logam, kimia dasar, kimia hilir, makanan dan 
minuman, otomotif, dan maritim); 
13. Pemberian insentif untuk industri hijau, khususnya penggunaan teknologi ramah 
lingkungan bagi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), serta industri yang 
menghasilkan produk ramah lingkungan (eco product).
BAB V 
Sasaran Pertumbuhan dan Program 
Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 49
BAB VI 
PENUTUP 
50 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
BAB VI 
PENUTUP 
BAB 6 
Penutup 
Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan 
memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian Indonesia 
tetap berlangsung dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada triwulan 
III tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6,17% (year-on- 
year/yoy), dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan 
ke-5 tertinggi di dunia. 
Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2012 terutama 
didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi pada Sektor Industri Pengolahan, 
khususnya Sub-Sektor Industri Non Migas. Pada triwulan III 2012, Sektor Industri 
Pengolahan mencatat pertumbuhan sekitar 6,36% (yoy), dimana Industri Non Migas 
mencapai pertumbuhan sebesar 7,27% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, maka 
Sektor Industri Pengolahan menjadi motor pertumbuhan utama dan menjadi sumber 
pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III 2012. 
Pertumbuhan pada triwulan III 2012 ini merupakan pertumbuhan tertinggi yang pernah 
dicapai Industri Pengolahan Non Migas sejak tahun 2005, dan jauh lebih tinggi dari 
pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama. Dengan pertumbuhan tersebut, 
maka secara kumulatif pada tiga triwulan pertama tahun 2012 pertumbuhan industri 
pengolahan non migas mencapai 6,50%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (PDB) 
kumulatif tiga triwulan pertama tahun 2012 yang sebesar 6,29%. 
Dicapainya pertumbuhan yang cukup tinggi ini jelas merupakan prestasi yang 
cukup menggembirakan, di tengah masih melambatnya perekonomian dunia. Selain 
didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor 
industri secara sangat signifikan menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri 
manufaktur hingga saat ini. 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 51
BAB VI 
PENUTUP 
52 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Dari sisi kinerja program pengembangan industri nasional, Kementerian Perindustrian 
telah melaksanakan program-program prioritas nasional dengan capaian kinerja yang 
cukup memenuhi target, di antaranya: (1) Revitalisasi Industri Pupuk dengan terpenuhinya 
sebagian pasokan gas untuk bahan baku pupuk dan dibangunnya pabrik pupuk 
organik di 4 (empat) kabupaten, (2) Revitalisasi Industri Gula dengan realisasi bantuan 
keringanan pembiayaan mesin/peralatan pada 46 pabrik gula senilai Rp 49,8 miliar dan 
bantuan langsung mesin/peralatan kepada 5 perusahaan gula senilai Rp 152,4 miliar, (3) 
Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit dengan ditetapkannya Kawasan Industri 
Sei Mangkei (KISM) sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP No 29 tahun 
2012, serta (4) Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 
dengan capaian pembangunan gedung pusat inovasi KEK Sei Mangkei dan Kawasan 
Industri Palu. 
Kementerian Perindustrian juga menjalankan program-program prioritas Kementerian 
Perindustrian dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri, yang 
dijabarkan ke dalam tiga kelompok program utama, yaitu: (1) Hilirisasi Industri Berbasis 
Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral (Industri Furniture, Hilir Karet, Hilir Kakao, Rumput 
Laut, Logam Dasar, Semen, Petromikia & Kimia Hilir, serta Garam); (2) Peningkatan Daya 
Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor (Industri TPT dan Alas Kaki, 
Penghasil Barang Modal, Perkapalan, Otomotif, serta Elektronika & Telematika); dan (3) 
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (Pengembangan klaster IKM, Pembinaan 
OVOP, bantuan mesin/peralatan IKM, pelatihan kewirausahaan & keterampilan industri, 
fasilitasi HKI & sistem mutu, serta fasilitasi permodalan melalui KUR). 
Selain kinerja pengembangan industri nasional, beberapa capaian penting juga 
diperoleh Kementerian Perindustrian dalam kinerja kelembagaan, antara lain: berhasil 
mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK atas audit laporan 
keuangan tahun 2011 (sejak 2009), mendapatkan tunjangan kinerja (remunerasi) tahun 
2012 atas capaian reformasi birokrasi sejak tahun 2005, mendapatkan predikat “B” atas 
evaluasi akuntabilitas kinerja oleh Kementerian PAN & RB, meraih penghargaan sebagai 
Badan Publik Terbaik I dalam pelaksanaan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan 
Informasi Publik, mendapatkan Juara Umum dalam Anugerah Media Humas (AMH) 2012 
karena memperoleh Juara I Kategori Penerbitan Media Internal Kelompok Kementerian/ 
LPNK & Perguruan Tinggi Negeri dan Juara I Kategori Pelayanan Informasi Melalui Website. 
Di tengah berbagai kondisi yang dihadapi sektor industri non migas, masih ada peluang 
untuk mempertahankan kinerja pertumbuhan industri non migas agar tetap meningkat 
sampai akhir tahun 2012. Peluang tersebut terutama adanya perbaikan ekonomi di 
Amerika Serikat dan Jepang yang pertumbuhannya akan meningkat pada 2012 dan 2013 
(proyeksi World Bank). Sementara itu, di dalam negeri masih terjadi peningkatan investasi 
di sektor industri baik PMA maupun PMDN. Peluang pertumbuhan ini juga didukung 
oleh adanya beberapa sektor tersier yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada 
Triwulan I-III 2012 (pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel & restoran, serta 
bangunan/konstruksi) yang dapat dimanfaatkan oleh sektor industri dalam penyediaan 
produk-produk pendukungnya.
BAB VI 
PENUTUP 
Berdasarkan kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan 
industri non migas sebesar 6,75% pada tahun 2012 dan memproyeksikan sebesar 7,13% 
pada tahun 2013. Target dan proyeksi pertumbuhan industri non-migas tersebut lebih 
tinggi dari target dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 6,50% pada 
tahun 2012 dan 6,70% pada tahun 2013. 
Meskipun diprediksi bisa tumbuh cukup tinggi pada tahun mendatang, namun tantangan 
bagi sektor industri manufaktur masih sangat besar pada tahun 2013. Disamping belum 
didukung oleh kondisi infrastruktur yang memadai dan mahalnya biaya investasi, sektor ini 
juga masih berhadapan dengan berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan daya 
saing industri. Oleh karena ini, Kementerian Perindustrian merekomendasikan beberapa 
kebijakan untuk meningkatkandaya saingindustri nasional, antara lain: optimalisasi insentif 
fiskal (tax holiday, tax allowance, BMDTP, pembebasan PPnBM, pembebasan bea masuk), 
penyelesaian hambatan investasi, optimalisasi pasar ekspor yang mulai pulih dan mencari 
pasar alternatif, peningkatan upaya pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff 
barrier, Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), pembangunan 
infrastruktur, penyediaan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan industri, pembentukan 
lembaga pembiayaan khusus IKM, perumusan dan pemberlakuan SNI, serta pemberian 
insentif untuk industri hijau khususnya penggunaan teknologi ramah lingkungan bagi 
penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). 
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 53
54 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 55
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 
Jalan Gatot Subroto Kav.52-53 
Jakarta 12950 
T : (021) 5255609 
F : (021) 5255609 
W : www.kemenperin.go.id

More Related Content

What's hot

Statistik Kinerja Industri Indonesia 2018
Statistik Kinerja Industri Indonesia 2018Statistik Kinerja Industri Indonesia 2018
Statistik Kinerja Industri Indonesia 2018PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2019
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2019Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2019
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2019PT Indo Analisis
 
Laporan Statistik Kinerja Industri Indonesia 2020
Laporan Statistik Kinerja Industri Indonesia 2020Laporan Statistik Kinerja Industri Indonesia 2020
Laporan Statistik Kinerja Industri Indonesia 2020PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Batubara Indonesia 2020
Laporan Industri Batubara Indonesia 2020Laporan Industri Batubara Indonesia 2020
Laporan Industri Batubara Indonesia 2020PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Properti Komersial di Indonesia
Laporan Industri Properti Komersial di IndonesiaLaporan Industri Properti Komersial di Indonesia
Laporan Industri Properti Komersial di IndonesiaPT Indo Analisis
 
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2021
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2021Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2021
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2021PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Batubara Indonesia 2019
Laporan Industri Batubara Indonesia 2019Laporan Industri Batubara Indonesia 2019
Laporan Industri Batubara Indonesia 2019PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2020
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2020Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2020
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2020PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Hotel di Indonesia 2018
Laporan Industri Hotel di Indonesia 2018Laporan Industri Hotel di Indonesia 2018
Laporan Industri Hotel di Indonesia 2018PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Batubara Indonesia 2021
Laporan Industri Batubara Indonesia 2021Laporan Industri Batubara Indonesia 2021
Laporan Industri Batubara Indonesia 2021PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Semen di Indonesia 2020
Laporan Industri Semen di Indonesia 2020Laporan Industri Semen di Indonesia 2020
Laporan Industri Semen di Indonesia 2020PT Indo Analisis
 
Laporan Industri mobil di Indonesia 2020
Laporan Industri mobil di Indonesia 2020Laporan Industri mobil di Indonesia 2020
Laporan Industri mobil di Indonesia 2020PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Properti Komersial di Indonesia
Laporan Industri Properti Komersial di IndonesiaLaporan Industri Properti Komersial di Indonesia
Laporan Industri Properti Komersial di IndonesiaPT Indo Analisis
 
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia - 2018
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia - 2018Laporan Industri Alat Berat di Indonesia - 2018
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia - 2018PT Indo Analisis
 
Pertumbuhan Eskpor & Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
Pertumbuhan Eskpor & Impor Industri Alas Kaki dari KulitPertumbuhan Eskpor & Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
Pertumbuhan Eskpor & Impor Industri Alas Kaki dari KulitPT Indo Analisis
 
Laporan Industri Semen di Indonesia 2019
Laporan Industri Semen di Indonesia 2019Laporan Industri Semen di Indonesia 2019
Laporan Industri Semen di Indonesia 2019PT Indo Analisis
 
Laporan Industri Batubara di Indonesia
Laporan Industri Batubara di IndonesiaLaporan Industri Batubara di Indonesia
Laporan Industri Batubara di IndonesiaPT Indo Analisis
 
Laporan Kinerja Eskpor Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
Laporan Kinerja Eskpor Impor Industri Alas Kaki dari KulitLaporan Kinerja Eskpor Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
Laporan Kinerja Eskpor Impor Industri Alas Kaki dari KulitPT Indo Analisis
 
Laporan Industri Semen di Indonesia 2021
Laporan Industri Semen di Indonesia 2021Laporan Industri Semen di Indonesia 2021
Laporan Industri Semen di Indonesia 2021PT Indo Analisis
 
Laporan Indutri Semen di Indonesia 2017
Laporan Indutri Semen di Indonesia 2017Laporan Indutri Semen di Indonesia 2017
Laporan Indutri Semen di Indonesia 2017PT Indo Analisis
 

What's hot (20)

Statistik Kinerja Industri Indonesia 2018
Statistik Kinerja Industri Indonesia 2018Statistik Kinerja Industri Indonesia 2018
Statistik Kinerja Industri Indonesia 2018
 
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2019
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2019Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2019
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2019
 
Laporan Statistik Kinerja Industri Indonesia 2020
Laporan Statistik Kinerja Industri Indonesia 2020Laporan Statistik Kinerja Industri Indonesia 2020
Laporan Statistik Kinerja Industri Indonesia 2020
 
Laporan Industri Batubara Indonesia 2020
Laporan Industri Batubara Indonesia 2020Laporan Industri Batubara Indonesia 2020
Laporan Industri Batubara Indonesia 2020
 
Laporan Industri Properti Komersial di Indonesia
Laporan Industri Properti Komersial di IndonesiaLaporan Industri Properti Komersial di Indonesia
Laporan Industri Properti Komersial di Indonesia
 
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2021
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2021Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2021
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2021
 
Laporan Industri Batubara Indonesia 2019
Laporan Industri Batubara Indonesia 2019Laporan Industri Batubara Indonesia 2019
Laporan Industri Batubara Indonesia 2019
 
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2020
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2020Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2020
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia 2020
 
Laporan Industri Hotel di Indonesia 2018
Laporan Industri Hotel di Indonesia 2018Laporan Industri Hotel di Indonesia 2018
Laporan Industri Hotel di Indonesia 2018
 
Laporan Industri Batubara Indonesia 2021
Laporan Industri Batubara Indonesia 2021Laporan Industri Batubara Indonesia 2021
Laporan Industri Batubara Indonesia 2021
 
Laporan Industri Semen di Indonesia 2020
Laporan Industri Semen di Indonesia 2020Laporan Industri Semen di Indonesia 2020
Laporan Industri Semen di Indonesia 2020
 
Laporan Industri mobil di Indonesia 2020
Laporan Industri mobil di Indonesia 2020Laporan Industri mobil di Indonesia 2020
Laporan Industri mobil di Indonesia 2020
 
Laporan Industri Properti Komersial di Indonesia
Laporan Industri Properti Komersial di IndonesiaLaporan Industri Properti Komersial di Indonesia
Laporan Industri Properti Komersial di Indonesia
 
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia - 2018
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia - 2018Laporan Industri Alat Berat di Indonesia - 2018
Laporan Industri Alat Berat di Indonesia - 2018
 
Pertumbuhan Eskpor & Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
Pertumbuhan Eskpor & Impor Industri Alas Kaki dari KulitPertumbuhan Eskpor & Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
Pertumbuhan Eskpor & Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
 
Laporan Industri Semen di Indonesia 2019
Laporan Industri Semen di Indonesia 2019Laporan Industri Semen di Indonesia 2019
Laporan Industri Semen di Indonesia 2019
 
Laporan Industri Batubara di Indonesia
Laporan Industri Batubara di IndonesiaLaporan Industri Batubara di Indonesia
Laporan Industri Batubara di Indonesia
 
Laporan Kinerja Eskpor Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
Laporan Kinerja Eskpor Impor Industri Alas Kaki dari KulitLaporan Kinerja Eskpor Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
Laporan Kinerja Eskpor Impor Industri Alas Kaki dari Kulit
 
Laporan Industri Semen di Indonesia 2021
Laporan Industri Semen di Indonesia 2021Laporan Industri Semen di Indonesia 2021
Laporan Industri Semen di Indonesia 2021
 
Laporan Indutri Semen di Indonesia 2017
Laporan Indutri Semen di Indonesia 2017Laporan Indutri Semen di Indonesia 2017
Laporan Indutri Semen di Indonesia 2017
 

Similar to laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012

Layout 2020 ARTU.pdf
Layout 2020 ARTU.pdfLayout 2020 ARTU.pdf
Layout 2020 ARTU.pdfmervin48
 
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KINSandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KINpnsbeneran
 
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industryPertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industrymariatul qibtiyah
 
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengahBuku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengaherlangga13
 
Menko Perekonomian final tayangan.pptx
Menko Perekonomian final tayangan.pptxMenko Perekonomian final tayangan.pptx
Menko Perekonomian final tayangan.pptxjenalabidin17
 
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptxRakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptxFeryHaidir2
 
Bahan Kuliah Umum 231120 ttg Kebijakan Industri Nasional.pptx
Bahan Kuliah Umum 231120 ttg Kebijakan Industri Nasional.pptxBahan Kuliah Umum 231120 ttg Kebijakan Industri Nasional.pptx
Bahan Kuliah Umum 231120 ttg Kebijakan Industri Nasional.pptxFSPSPSEndraKusuma
 
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptxNazmulWatan
 
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kacung Abdullah
 
Juklak pembantuan 2009
Juklak pembantuan 2009Juklak pembantuan 2009
Juklak pembantuan 2009Kamal Ruzamal
 
INSIGHTS-TREND-AND-OPPRTUNITY-OF-MACHINERY-INDUSTRIES-WEBINAR-SERIES-MANUFACT...
INSIGHTS-TREND-AND-OPPRTUNITY-OF-MACHINERY-INDUSTRIES-WEBINAR-SERIES-MANUFACT...INSIGHTS-TREND-AND-OPPRTUNITY-OF-MACHINERY-INDUSTRIES-WEBINAR-SERIES-MANUFACT...
INSIGHTS-TREND-AND-OPPRTUNITY-OF-MACHINERY-INDUSTRIES-WEBINAR-SERIES-MANUFACT...OlalaOlala4
 
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020Aa Renovit
 
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6HappyZulfi
 
Evaluasi klaster 050313
Evaluasi klaster 050313Evaluasi klaster 050313
Evaluasi klaster 050313Udi Pungut
 
Laporan kinerja-kementan2011
Laporan kinerja-kementan2011Laporan kinerja-kementan2011
Laporan kinerja-kementan2011Fakhrurrazi Harun
 
Renja kemenperin 2018 versi buku
Renja kemenperin 2018   versi bukuRenja kemenperin 2018   versi buku
Renja kemenperin 2018 versi bukubudiyantoSilaban
 

Similar to laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012 (20)

Layout 2020 ARTU.pdf
Layout 2020 ARTU.pdfLayout 2020 ARTU.pdf
Layout 2020 ARTU.pdf
 
He
HeHe
He
 
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KINSandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
Sandingan visi 2030 dan roadmap nasional KIN
 
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industryPertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
Pertemuan 11 industrialisasi dan perkembangan sektor industry
 
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengahBuku 6 prioritas industri kecil dan menengah
Buku 6 prioritas industri kecil dan menengah
 
Menko Perekonomian final tayangan.pptx
Menko Perekonomian final tayangan.pptxMenko Perekonomian final tayangan.pptx
Menko Perekonomian final tayangan.pptx
 
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptxRakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
Rakor Industri Agro 2015 - BAPPENAS.pptx
 
22 EoDB (Leonard V - Bappenas)
22 EoDB (Leonard V - Bappenas)22 EoDB (Leonard V - Bappenas)
22 EoDB (Leonard V - Bappenas)
 
Bahan Kuliah Umum 231120 ttg Kebijakan Industri Nasional.pptx
Bahan Kuliah Umum 231120 ttg Kebijakan Industri Nasional.pptxBahan Kuliah Umum 231120 ttg Kebijakan Industri Nasional.pptx
Bahan Kuliah Umum 231120 ttg Kebijakan Industri Nasional.pptx
 
Bappenas sosialisasi juknis dak 2012 9 jan
Bappenas   sosialisasi juknis dak 2012 9 janBappenas   sosialisasi juknis dak 2012 9 jan
Bappenas sosialisasi juknis dak 2012 9 jan
 
Bappenas sosialisasi juknis dak 2012 9 jan
Bappenas   sosialisasi juknis dak 2012 9 janBappenas   sosialisasi juknis dak 2012 9 jan
Bappenas sosialisasi juknis dak 2012 9 jan
 
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
 
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
Kebijakan Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni (Wilayah I)
 
Juklak pembantuan 2009
Juklak pembantuan 2009Juklak pembantuan 2009
Juklak pembantuan 2009
 
INSIGHTS-TREND-AND-OPPRTUNITY-OF-MACHINERY-INDUSTRIES-WEBINAR-SERIES-MANUFACT...
INSIGHTS-TREND-AND-OPPRTUNITY-OF-MACHINERY-INDUSTRIES-WEBINAR-SERIES-MANUFACT...INSIGHTS-TREND-AND-OPPRTUNITY-OF-MACHINERY-INDUSTRIES-WEBINAR-SERIES-MANUFACT...
INSIGHTS-TREND-AND-OPPRTUNITY-OF-MACHINERY-INDUSTRIES-WEBINAR-SERIES-MANUFACT...
 
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
Program dan Kegiatan Kementerian Perindustrian Tahun 2020
 
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
Makalah perekonomian indonesia,, Kel_6
 
Evaluasi klaster 050313
Evaluasi klaster 050313Evaluasi klaster 050313
Evaluasi klaster 050313
 
Laporan kinerja-kementan2011
Laporan kinerja-kementan2011Laporan kinerja-kementan2011
Laporan kinerja-kementan2011
 
Renja kemenperin 2018 versi buku
Renja kemenperin 2018   versi bukuRenja kemenperin 2018   versi buku
Renja kemenperin 2018 versi buku
 

Recently uploaded

Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxBudyHermawan3
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 

Recently uploaded (8)

Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 

laporan-kinerja-industri-dan-kinerja-kemenperin-2012

  • 1. REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA SEKTOR INDUSTRI dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Kementerian PERINDUSTRIAN
  • 2.
  • 3. REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA SEKTOR INDUSTRI dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Kementerian PERINDUSTRIAN
  • 4. 4 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
  • 5. Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 dapat diselesaikan. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 merupakan wujud pertanggungjawaban Kementerian Perindustrian terhadap kinerja yang menjadi tugas dan tanggung jawab untuk dilaksanakan pada program kerja Tahun 2012. Capaian kinerja dan program yang dilaporkan merupakan implementasi dari Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2010—2014. Dengan disusunnya laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan dan tindak lanjut program-program yang telah ditetapkan sebagai bagian dari pembangunan sektor industri serta dapat meningkatkan kinerja ekonomi nasional secara keseluruhan. Hasil-hasil yang telah dicapai sektor industri merupakan hasil kerjasama dan sinergi yang baik dari berbagai instansi terkait. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan apresiasi kepada semua pihak atas segala dukungan dan kerjasamanya. Meski disadari bahwa laporan ini masih memerlukan masukan untuk penyempurnaan, kami mengharapkan laporan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta, Desember 2012 Kementerian Perindustrian Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 5 KATA PENGANTAR
  • 6. Daftar Isi 6 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 KATA PENGANTAR 5 DAFTAR ISI 6 BAB I PENDAHULUAN 9 1.1 Latar Belakang 9 1.2 Maksud dan Tujuan 10 1.3 Ruang Lingkup 10 1.4 Sistematika Penyajian 11 BAB II KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI 13 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sampai Dengan Triwulan III Tahun 2012 13 2.2 Perkembangan Sub Sektor Industri Non Migas Hingga Triwulan III 2012 15 2.3 Perkembangan Ekspo rdan Impor Industri Non Migas 19 BAB III KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL 23 3.1 Kinerja Program Prioritas Nasional 23 1. Revitalisasi Industri Pupuk 23 2. Revitalisasi Industri Gula 23 3. Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit 24 4. Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 25 3.2 Kinerja Program Prioritas Kementerian Perindustrian 26 1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral 26 a. Industri Furniture 26 b. Industri Hilir Karet 26 c. Industri Hilir Kakao 27 d. Industri Rumput Laut 27 e. Industri Logam Dasar 28 f. Industri Semen 30 g. Industri Petrokimia & Kimia Hilir 31 h. Industri Garam 32 2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor 32 a. Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Alas Kaki 32 b. Industri Penghasil Barang Modal (Industri Permesinan, termasuk Listrik) 32 c. Industri Perkapalan 33 d. Industri Otomotif 34 e. Industri Elektronika dan Telematika 34 3. Pengembangan IndustriKecil dan Menengah (IKM) 35
  • 7. 3.3 Kinerja Kementerian Perindustrian Lainnya 36 1. Fasilitasi Pemanfaatan Tax Holiday 36 2. Fasilitasi Pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) 36 3. Pengamanan Industri Melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri 36 4. Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peraturan Teknis Konverter Kit 37 5. Perumusan SNI 37 6. Lembaga Pengujian Kesesuaian 37 7. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 37 BAB IV KINERJA KELEMBAGAAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 39 4.1 Audit Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian 39 4.2 Reformasi Birokrasi 39 4.3 Akuntabilitas Kinerja 39 4.4 Keterbukaan Informasi Publik 40 4.5 Anugerah Media Humas (AMH) 40 1. Majalah Media Industri 40 2. Website Kementerian Perindustrian 41 4.6 Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2012 42 BAB V SASARAN PERTUMBUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR TAHUN 2013 45 5.1 Proyeksi Pertumbuhan Industri Non Migas Tahun 2013 45 5.2 Program Prioritas Kementerian Perindustrian Tahun 2013 46 1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral 46 2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor 47 3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) 47 5.3 Rekomendasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Saing Industri 48 BAB VI PENUTUP 51 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 7
  • 8. BAB I PENDAHULUAN 8 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
  • 9. BAB I PENDAHULUAN BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mempercepat pemulihan kinerja industri dan mendorong pertumbuhan industri pada tahun 2010-2014, Kementerian Perindustrian telah menyusun serangkaian program dan kegiatan yang tertuang dalam rencana pengembangan industri nasional dengan mengacu pada Kebijakan Industri Nasional (Perpres No. 28 Tahun 2008), RPJMN 2010-2014, dan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014, serta strategi Kabinet Indonesia Bersatu I & II, yang disebut dengan Trilogi Pembangunan Industri, yang terdiri dari: 1. Pertumbuhan industri, melalui pengembangan dan penguatan klaster industri prioritas Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 9 (pro-growth); 2. Pemerataan industri, melalui pengembangan dan penguatan industri kecil dan menengah (pro-growth dan pro-job); 3. Persebaran industri, melalui pengembangan industri unggulan di 33 provinsi dan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota (pro-job dan pro-poor). Kemudian, sesuai dengan perkembangan global, maka pembangunan industri juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan (pro-environment). Arah pembangunan industri tersebut dijalankan untuk mencapai Visi Pembangunan Industri Jangka Panjang Tahun 2025 yaitu “Membawa Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Dunia”, yang diturunkan ke dalam visi jangka pendek tahun 2014, yaitu “Pemantapan Daya Saing Basis Industri Manufaktur yang Berkelanjutan Serta Terbangunnya Pilar Industri Andalan Masa Depan”. Visi pembangunan industri tahun 2010-2014 tersebut dijabarkan ke dalam misi sebagai berikut: 1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri; 2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional; 3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung; 4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri; 5. Memfasilitasi penguatan struktur industri; 6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar Pulau Jawa; 7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB. Perkembangan ekonomi global mengalami banyak perubahan terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang melanda Amerika dan Eropa mulai tahun 2007 hingga saat ini. Kondisi
  • 10. BAB I PENDAHULUAN 10 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 ini juga mempengaruhi pertumbuhan industri nasional, dimana terjadi penurunan ekspor hasil-hasil industri pada negara-negara utama di kawasan tersebut serta penurunan investasi sektor industri yang berdampak pada penurunan laju pertumbuhan industri. Adanya liberalisasi perdagangan melalui banyaknya perjanjian Free Trade Agreement (FTA) juga mengakibatkan tingginya persaingan di pasar dalam negeri terhadap produk-produk industri, yang berdampak negatif bagi sebagian industri yang daya saingnya belum begitu kuat atau masih memerlukan perlindungan. Selain itu, masih banyaknya aktivitas ekonomi yang bersumber pada ekstraksi sumber daya alam termasuk ekspor bahan mentah/baku ke luar negeri menjadikan proses penciptaan nilai tambah industri di dalam negeri masih relatif rendah. Untuk itu, diperlukan upaya percepatan pemulihan dan penumbuhan sektor industri (akselerasi industrialisasi) dengan berorientasi pada penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi industri dan peningkatan daya saing industri dalam negeri baik di pasar lokal maupun internasional. 1.2 Maksud dan Tujuan Laporan ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran atas kinerja sektor industri dan kinerja Kementerian Perindustrian pada tahun 2012 sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap amanat yang diberikan serta diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan sektor industri. Adapun tujuan secara khususnya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Menyampaikan hasil pelaksanaan program pokok, kinerja dan kontribusi pengembangan industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap amanat yang diberikan oleh Presiden kepada Menteri Perindustrian. 2. Memberikan gambaran mengenai perkembangan dan permasalahan yang dihadapi sektor industri manufaktur. 3. Menguraikan hal-hal yang memerlukan penanganan segera sebagai wahana evaluasi dan kajian, dalam rangka penyempurnaan langkah-langkah dan kebijakan strategis maupun peningkatan kinerja bagi segenap stakeholder sektor industri manufaktur. 4. Memberikan gambaran proyeksi pertumbuhan ekonomi dan industri manufaktur, program prioritas yang akan dilaksanakan, serta memberikan rekomendasi kebijakan untuk pengembangan industri nasional selanjutnya. 1.3 Ruang Lingkup Laporan ini akan membahas mengenai kinerja makro sektor industri selama kurun waktu 2012 dan kinerja program prioritas yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian termasuk didalamnya memaparkan perkembangan Reformasi Birokrasi yang telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian. Disamping itu,dibahas pulatarget dan proyeksipertumbuhan ekonomi dan industri tahun 2013, dengan memperhatikan perkembangan pertumbuhan ekonomi dan industri tahun 2012 serta target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
  • 11. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Sistematika Penyajian Buku laporan kinerja sektor industridan kinerja Kementerian Perindustrian ini terdiri dari 6 (enam) Bab, yaitu: Bab I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang berupa arah kebijakan, visi dan misi serta tantangan pembangunan industri nasional. Bagian ini juga memberikan gambaran ringkas mengenai keseluruhan laporan kinerja sektor industri dan kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2012. Bab II : KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI Bab ini memaparkan kinerja makro sektor industri terutama pertumbuhan ekonomi dan industri sampai dengan triwulan III tahun 2012, termasuk didalamnya perkembangan investasi, ekspor dan impor industri manufaktur. Bab III : KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL Bab ini memaparkan mengenai kinerja program pengembangan industri nasional yang menjadi tugas dan tangung jawab Kementerian Perindustrian, terdiri atas Kinerja Program Prioritas Nasional, Kinerja Program Prioritas Kementerian Perindustrian, serta Kinerja Kementerian Perindustrian lainnya dalam rangka mendukung pelaksanaan program-program Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 11 prioritas. Bab IV : KINERJA KELEMBAGAAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Bab ini memaparkan mengenai kinerja kelembagaan, meliputi audit laporan keuangan Kementerian Perindustrian, kinerja Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Kinerja, Keterbukaan Informasi Publik, Anugerah Media Humas (AMH), serta Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2012. Bab V : SASARAN PERTUMBUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR TAHUN 2013 Bab ini menjelaskan mengenai target dan proyeksi pertumbuhan industri pengolahan non-migas tahun 2012 dan 2013, program prioritas Kementerian Perindustrian tahun 2013, serta rekomendasi kebijakan pengembangan industri nasional. Bab VI : PENUTUP Merupakan kesimpulan dari apa yang disampaikan pada bab-bab sebelumnya, meliputi gambaran ringkas kinerja makro sektor industri dan kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2012.
  • 12. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri 12 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
  • 13. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri BAB 2 Kinerja Makro Sektor Industri 2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI SAMPAI DENGAN TRIWULAN III TAHUN 2012 Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian Indonesia tetap berlangsung dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada triwulan III tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6,17% (year-on-year/yoy), dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan ke-5 tertinggi di dunia. Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2012 terutama didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi pada Sektor Industri Pengolahan, khususnya Sub-Sektor Industri Non Migas. Pada triwulan III 2012, Sektor Industri Pengolahan mencatat pertumbuhan sekitar 6,36% (yoy), dimana Industri Non Migas mencapai pertumbuhan sebesar 7,27% (yoy), sedang Industri Migas mengalami kontraksi sekitar 5,02%. Dengan pertumbuhan sebesar 6,36%, maka Sektor Industri Pengolahan menjadi motor pertumbuhan utama dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III 2012. Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha No Lapangan Usaha Tw III 2012 (yoy) Sumber Pertumbuhan (yoy) Tw I-III 2012 (Kumu-latif) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 4,80 0,65 4,26 2. Pertambangan dan Penggalian -0,09 -0,01 1,86 3. Industri Pengolahan 6,36 1,62 5,86 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,56 0,04 5,56 5. B A N G U N A N 7,98 0,51 7,45 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,91 1,22 8,02 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,48 1,02 10,29 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,41 0,70 6,93 9. Jasa - Jasa 4,44 0,42 5,20 Produk Domestik Bruto (PDB) 6,17 6,17 6,29 PDB Tanpa Migas 6,88 - 6,84 Sumber: BPS diolah Kemenperin Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 13
  • 14. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri 14 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,17%, Sektor Industri Pengolahan menyumbang pertumbuhan sebesar 1,62%. Kemudian diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang menyumbang sebesar 1,22% dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi menyumbang sebesar 1,02%. Sedangkan sektor-sektor lainnya menyumbang di bawah 1%. Dari sisi pengeluaran, Pertumbuhan PDB triwulan III-2012 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 (yoy) didukung oleh kenaikan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 10,02 persen dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,68 persen. Sedangkan komponen PDB lainnya mengalami penurunan seperti Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 3,22 persen, Komponen Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 2,78 persen, dan Komponen Impor Barang dan Jasa turunsebesar 0,54 persen. Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran No Jenis Pengeluaran Tw III 2012 (yoy) Tw I-III 2012 (Kumulatif) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,68 5,29 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -3,22 2,93 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 10,02 10,77 4. Ekspor Barang dan Jasa -2,78 2,21 5. Dikurangi Impor Barang dan Jasa -0,54 6,04 Produk Domestik Bruto 6,17 6,29 Sumber: BPS Pertumbuhan ekonomi kumulatif sampai dengan triwulan III-2012 dibandingkan dengan periodeyang sama tahun 2011 (c-to-c) seluruh komponen PDB menurut pengeluaran mengalami peningkatan.Peningkatan terbesar terjadi pada Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang meningkat sebesar 10,77 persen, kemudian diikuti dengan Komponen Impor Barang dan Jasa sebesar 6,04 persen, Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,29 persen, Komponen PengeluaranKonsumsi Pemerintah sebesar 2,93 persen, dan Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 2,21 persen. Sumber utama pertumbuhan ekonomi secara yoy pada triwulan III-2012 adalah KomponenPengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 3,12 persen. Sumbangan terbesar berikutnya adalah Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 2,43 persen. Sedangkan komponen yang lain mengalami penurunan seperti Komponen Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 1,38 persen, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 0,26 persen, dan Komponen Impor Barang dan Jasa turun sebesar 0,20 persen.
  • 15. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri 2.2 PERKEMBANGAN SUB SEKTOR INDUSTRI NON MIGAS HINGGA TRIWULAN Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 15 III 2012 Dari pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan keseluruhan yang sebesar 6,36% pada triwulan III 2012, pertumbuhan Sub Sektor Industri Non Migas pada triwulan III 2012 mencapai sebesar 7,27% (yoy).Pertumbuhan pada triwulan III 2012 ini merupakan pertumbuhan tertinggi yang pernah dicapai Industri Pengolahan Non Migas sejak tahun 2005, dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, yang mencapai 6,17% (yoy) pada periode yang sama. Dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif pada tiga triwulan pertama tahun 2012 (I-III), pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,50%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (PDB) pada tiga triwulan pertama tahun 2012 yang sebesar6,29%. Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi & Industri Pengolahan Non-Migas 2007-2012 No Lapangan Usaha Tw Iii 2012 (Yoy) Sumber Pertumbuhan (Yoy) Tw I-Iii 2012 (Kumulatif) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 4,80 0,65 4,26 2. Pertambangan dan Penggalian -0,09 -0,01 1,86 3. Industri Pengolahan 6,36 1,62 5,86 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,56 0,04 5,56 5. B A N G U N A N 7,98 0,51 7,45 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 6,91 1,22 8,02 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,48 1,02 10,29 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,41 0,70 6,93 9. Jasa-Jasa 4,44 0,42 5,20 Produk Domestik Bruto (PDB) 6,17 6,17 6,29 PDB Tanpa Migas 6,88 - 6,84 Sumber: BPS Diolah Kemenperin Dicapainya pertumbuhan yang cukup tinggi ini jelas merupakan prestasi yang cukup menggembirakan, di tengah masih melambatnya perekonomian dunia. Selain didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor industri secara sangat signifikan menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur hingga saat ini. Pada Januari-September 2012, nilai investasi PMA pada Industri Non Migas mencapai sekitar US$ 8,59 milyar atau meningkat sebesar 65,9% terhadap nilai investasi pada periode yang sama tahun 2011. Nilai investasi terbesar dicapai oleh Industri Kimia dan Farmasi sebesar US$ 2,48 miliar, Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain sebesar US$ 1,31 miliar, Industri Logam, Mesin & Elektronik sebesar US$ 1,28 miliar, Industri Makanan sebesar US$ 1,15 miliar, serta Industri Kertas & Percetakan sebesar US$ 1,07 miliar.
  • 16. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri 16 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Tabel 2.4 Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri Sampai September Tahun 2012 (US$ Juta) NO SEKTOR 2008 2009 2010 2011 Jan-Sep 2012 P I P I P I P I P I 1. Industri Makanan 42 491,4 49 552,1 194 1.025,7 308 1.104,6 334 1.148,8 2. Industri Tekstil 67 210,2 66 251,4 110 154,8 166 497,3 133 378,1 3. Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 20 145,8 21 122,6 30 130,4 59 255,0 71 130,1 4. Industri Kayu 19 119,5 18 62,1 31 43,1 29 51,1 21 16,4 5. Industri Kertas dan Percetakan 15 294,7 18 68,7 32 46,4 42 257,5 55 1.69,7 6. Industri Kimia dan Farmasi 42 627,8 41 1.183,1 159 793,4 223 1.467,4 214 2.476,9 7. Industri Karet dan Plastik 50 271,6 42 208,1 100 104,3 148 370,0 133 585,8 8. Industri Mineral Non Logam 11 266,4 8 19,5 8 28,4 46 137,1 52 123,4 9. Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 141 1.281,4 121 654,9 269 589,5 383 1.772,8 332 1.284,4 10. Industri Instrumen Kedokteran, Presisi& Optik, dan Jam 7 15,7 5 5,1 2 1,4 5 41,9 2 1,6 11. Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 47 756,2 52 583,4 97 393,8 147 770,1 156 1.308,0 12. Industri Lainnya 34 34,7 53 120,1 59 27,6 87 64,7 68 70,8 Jumlah 495 4.515,2 474 3,831,1 1.096 3,357 1.643 6.789,6 1.571 8.594,1 Keterangan: P (jumlah izin usaha); I (nilai investasi); Sumber: BKPM Sementara itu, nilai investasi PMDN pada Januari-September 2012 mencapai Rp 38,1 triliun, atau meningkat sebesar 40,19% dari periode yg sama tahun sebelumnya. Nilai investasi terbesar dicapai oleh Industri Mineral Non Logam sebesar Rp 9,09 triliun, Industri Makanan sebesar Rp 7,72 triliun, Industri Logam, Mesin & Elektronik sebesar Rp 5,84 triliun, Industri Kertas & Percetakan sebesar Rp 4,99 triliun, serta Industri Kimia & Farmasi sebesar Rp 4,21 triliun.
  • 17. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri Tabel 2.5 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri Sampai September Tahun 2012 (RpMiliar) Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 17 NO SEKTOR 2008 2009 2010 2011 Jan-Sep 2012 P I P I P I P I P I 1. Industri Makanan 49 8.129,9 34 5.768,5 166 16.405,4 258 7.940,9 176 7.719,4 2. Industri Tekstil 20 719,6 23 2.645,7 26 431,7 52 999,2 51 3.247,2 3. Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 2 10,1 1 4,0 4 12,5 3 13,5 6 62,9 4. Industri Kayu 4 306,6 2 33,5 6 451,3 14 514,9 5 52,1 5. Industri Kertas dan Percetakan 14 1.797,7 8 1.000,8 25 1.102,8 53 9.296,3 56 4.997,2 6. Industri Kimia dan Farmasi 23 503,7 15 5.850,1 64 3.266,0 106 2.711,9 81 4.213,0 7. Industri Karet dan Plastik 27 797,8 31 1,532,8 48 522,8 81 2.295,7 78 2.310,7 8. Industri Mineral Non Logam 7 845,3 4 786,1 13 2.264,6 39 7.440,5 36 9.088,4 9. Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 31 2.381,1 31 1.466,8 50 789,6 76 6.787,0 68 5.838,6 10. Industri Instrumen Kedokteran, Presisi & Optik, dan Jam 2 7,0 0 0,0 - 0 1 0,0 - 0 11. Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 6 314,7 3 66,5 15 362,2 16 529,1 15 569,0 12. Industri Lainnya 4 38,4 6,0 279,5 2 3,7 7 4,8 5 11,5 Jumlah 189 15.914,8 158 19.434,4 419 25.612,6 706 38.533,8 577 38.110,0 Keterangan: P (jumlah izin usaha); I (nilai investasi); Sumber: BKPM Pertumbuhan industri pengolahan non-migas juga tidak lepas dari meningkatnya kegiatan produksi di sektor industri manufaktur. Dicapainya pertumbuhan industri non migas sebesar 6,50% hingga triwulan III 2012 didukung oleh kinerja pertumbuhan sebagian besar kelompok industri non migas, yang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kelompok industri pupuk, kimia & barang dari karet yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,91%. Kemudian diikuti oleh kelompok industri semen dan barang galian bukan logam yang tumbuh sebesar 8,75%. Lalu kelompok industri makanan, minuman dan tembakau, yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,22%, dan kelompok Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya sebesar 7,52%. Setelah itu kelompok Industri Logam Dasar Besi dan Baja yang tumbuh sebesar 5,70%, dan kelompok Industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki yang tumbuh sebesar 3,64%.
  • 18. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri 18 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Tabel 2.6Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Cabang-Cabang Industri NO LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011 TW III KUM 2011 TW III KUM 2012 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 5,05 2,34 11,22 2,78 9,19 7,50 8,22 2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki -3,68 -3,64 0,60 1,77 7,52 8,77 3,64 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -1,74 3,45 -1,38 -3,47 0,35 1,07 -4,21 4. Kertas dan Barang Cetakan 5,79 -1,48 6,34 1,67 1,50 2,50 -4,50 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 5,69 4,46 1,64 4,70 3,95 4,30 8,91 6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3,40 -1,49 -0,51 2,18 7,19 6,21 8,75 7. Logam Dasar Besi dan Baja 1,69 -2,05 -4,26 2,38 13,06 14,43 5,70 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 9,73 9,79 -2,87 10,38 7,00 7,13 7,52 9. Barang Lainnya -2,82 -0,96 3,19 3,00 1,82 4,66 -2,11 Industri Non Migas 5,15 4,05 2,56 5,12 6,83 6,63 6,50 Produk Domestik Bruto (PDB) 6,35 6,01 4,63 6,20 6,46 6,45 6,29 Sumber: BPS Diolah Kemenperin Tabel 2.7Kontribusi Masing-Masing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Industri (persen) NO LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010* 2011* TW III KUM 2012** 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 29,80 30,40 33,16 33,60 35,20 35,94 2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki 10,56 9,21 9,19 8,97 8,97 9,12 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 6,19 6,43 6,33 5,82 5,82 4,99 4. Kertas dan Barang Cetakan 5,12 4,56 4,82 4,75 4,75 3,95 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 12,50 13,53 12,85 12,73 12,73 12,56 6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3,70 3,53 3,43 3,29 3,29 3,39 7. Logam Dasar Besi dan Baja 2,58 2,57 2,11 1,94 1,94 1,95 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 28,69 28,97 27,33 28,14 28,14 27,42 9. Barang Lainnya 0,85 0,80 0,77 0,76 0,76 0,69 Sumber: BPS Diolah Kemenperin
  • 19. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri 2.3 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDUSTRI NON MIGAS Secara keseluruhan, ekspor Indonesia pada periode Januari-November 2012 mencapai US$ 174,76 miliar, atau menurun sebesar 6,25% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai US$ 186,42 miliar. Dari total nilai ekspor nasional tersebut, sebanyak US$ 107,05 miliar atau 60,02% merupakan ekspor dari sektor industri non migas. Sepanjang periode Januari-November 2012, ekspor industri non-migas mengalami penurunan sebesar 4,64% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai US$ 112,26 miliar. Penurunan ini masih dipengaruhi oleh menurunnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama sebagai dampak krisis ekonomi khususnya di Amerika dan Eropa.Selain di Amerika dan Eropa, penurunan nilai ekspor juga terjadi di negara-negara kawasan ASEAN dan lainnya, meliputi: Singapura, Malaysia, Vietnam, China, Jepang, Hong Kong, Taiwan, Iran, India, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Mesir, Turki, dan Rusia. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan ekspor yang merata di negara-negara tujuan ekspor eksisting, sehingga diperlukan alternatif pasar baru di wilayah lainnya. Jika dilihat menurut kelompok industri, pada periode Januari-November 2012 nilai ekspor tertinggi dialami oleh kelompok industri Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit yang mencapai US$ 21,57 miliar atau meningkat sebesar 2,21% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya, ekspor produk Industri Besi Baja, Mesin dan Otomotif yang mencapai US$ 13,60 miliar (meningkat 11,55%), Industri Tekstil sebesar US$ 11,39 miliar (menurun 5,75%), Industri Pengolahan Karet sebesar US$ 10,05 miliar (menurun 26,45%), serta Industri Elektronika sebesar US$ 8,88 miliar (meningkat 2,56%). Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 19
  • 20. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri 20 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Tabel 2.8 Perkembangan Ekspor Industri Non-Migas Sampai November Tahun 2012 (US$ Juta) NO URAIAN 2009 2010 2011 JANUARI-NOVEMBER PERUBA-HAN 2011 2012 (%) 1. Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 10.476,8 17.253,8 23.179,2 21.108,1 21.574,6 2,21 2. Tekstil 9.790,1 11.205,5 13.234,1 12.080,2 11.385,6 -5,75 3. Besi Baja, Mesin-Mesin, dan Otomotif 9.606,9 10.840,0 13.194,4 12.193,6 13.602,4 11,55 4. Pengolahan Karet 6.179,9 9.522,6 14.540,4 13.666,7 10.051,4 -26,45 5. Elektronika 6.359,7 9.254,6 9.536,3 8.660,9 8.882,5 2,56 6. Pengolahan Tembaga, Timah, dll 6.156,0 6.506,0 7.501,0 6.978,0 4.947,5 -29,10 7. Pulp dan Kertas 4.440,5 5.708,2 5.769,0 5.288,0 5.051,8 -4,47 8. Kimia Dasar 4.492,5 4.577,7 6.119,8 5.695,0 4.465,9 -21,58 9. Pengolahan Kayu 4.485,1 4.280,3 4.474,7 4.061,9 4.146,2 2,07 10. Makanan dan Minuman 2.374,8 3.219,6 4.504,0 4.023,5 4.251,3 5,66 11. Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu/Alas Kaki 2.006,6 2.665,6 3.450,9 3.116,0 3.233,2 3,76 12. Alat-Alat Listrik 2.148,9 2.657,9 2.995,2 2.763,8 2.860,1 3,48 Total 12 Besar Industri 65.376,6 87.691,8 108.498,9 99.635,6 94.452,4 -5,20 Total Industri 73.435,8 98.015,1 122.189,2 112.262,7 107.048,1 -4,64 Sumber: BPS Diolah Kemenperin Sementara itu, total nilai impor nasional pada periode Januari-November 2012 mencapai US$ 176,09 miliar, atau meningkat sebesar 9,40% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai US$ 160,96 miliar. Dari nilai impor tersebut, sebanyak US$ 128,55 miliar atau 71,07% merupakan impor produk-produk industri pengolahan non-migas. Nilai impor produk industri non-migas tersebut meningkat sebesar 12,64% dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Berdasarkan kelompok industri, nilai impor produk industri tertinggi dicapai oleh Industri Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US$ 57,83 miliar, yang meningkat sebesar 23,49% dibandingkan periode Januari-November 2011. Berikutnya, impor produk Industri Elektronika sebesar US$ 15,21 miliar (meningkat 3,44%), serta Industri Kimia Dasar US$ 14,88 miliar (meningkat 5,28%). Dapat dilihat bahwa nilai impor terbesar merupakan barang-barang modal (besi baja, mesin-mesin dan otomotif), yang banyak digunakan oleh industri dalam negeri untuk menjalankan aktivitas produksinya.
  • 21. BAB II Kinerja Makro Sektor Industri Tabel 2.9 Perkembangan Ekspor Industri Non-Migas Sampai Oktober Tahun 2012 (US$ Juta) NO URAIAN 2009 2010 2011 JANUARI-NOVEMBER PERUBA-HAN 2011 2012 (%) 1. Besi Baja, Mesin-Mesin, dan Otomotif 31.638,8 43.218,6 52.375,6 46.829,7 57.828,1 23,49 2. Elektronika 10.496,7 14.176,2 16.111,8 14.705,8 15.211,6 3,44 3. Kimia Dasar 8.095,1 11.431,5 15.413,2 14.136,8 14.883,8 5,28 4. Tekstil 3.396,9 5.031,2 6.735,1 6.195,1 6.243,5 0,78 5. Makanan dan Minuman 2.810,6 4.514,2 6.852,0 6.242,2 5.489,5 -12,06 6. Alat-Alat Listrik 2.105,8 3.142,8 3.761,7 3.456,2 3.790,2 9,66 7. Pulp dan Kertas 1.883,2 2.731,8 3.262,6 2.874,1 2.790,9 -2,89 8. Barang-Barang Kimia lainnya 1.661,9 2.199,3 2.589,0 2.371,0 2.534,7 5,90 9. Makanan Ternak 1.679,1 1.871,6 2.220,5 2.010,4 2.575,7 28,12 10. Pengolahan Tembaga, Timah, dll 1.027,1 1.822,1 2.195,1 2.043,4 2.198,8 7,60 11. Plastik 1.034,0 1.525,1 1.859,3 12. Pupuk 929,1 1.509,2 2.707,0 2.415,5 2.775,4 14,90 13. Pengolahan Alumunium 1.772,5 1.824,4 2,93 Total 12 Besar Industri 66.803,5 93.173,6 116.082,6 105.052,6 118.146,7 12,46 Total Industri 72.398,1 101.115,4 125.979,0 114.130,0 128.553,5 12,64 Sumber: BPS Diolah Kemenperin Neraca perdagangan produk industri non-migas adalah US$ -21,51 miliar atau mengalami defisit. Sedangkan total secara keseluruhan, neraca perdagangan nasional selama Januari- November 2012 juga defisit, yaitu US$ -1,33miliar. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 21
  • 22. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 22 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
  • 23. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional BAB 3 Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian melaksanakan program-program prioritas nasional maupun prioritas kementerian, berdasarkan Kepres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012, Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, serta melaksanakan program-program lainnya dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri nasional (akselerasi industrialisasi), dengan capaian utama adalah sebagai berikut. 3.1 KINERJA PROGRAM PRIORITAS NASIONAL Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 23 1. Revitalisasi Industri Pupuk a. Penyediaan gas sebagai bahan baku industri pupuk: 1) Persetujuan perpanjangan kontrak pasokan gas pabrik PT. Pusri Palembang (Pusri III, IV, dan IB) dari PT. Pertamina EP sebesar 166 MMSCFD untuk periode 2013-2017. 2) Terealisasinya pasokan gas PT. Pupuk Iskandar Muda tahun 2012 sebanyak 8 Cargo. b. Revitalisasi Industri Pupuk Urea: 1) Terselesaikannya Basic Engineering Design pabrik Kaltim-5. Progres proyek s/d akhir November 2012 mencapai 32,4%. Pabrik direncanakan beroperasi pada 2014. 2) Persetujuan tambahan pasokan gas pabrik Pusri IIB dari PT. Pertamina EP sebesar 17 MMSCFD untuk periode 2013-2017. 3) Penandatanganan Letter of Agreement (LoA) untuk perpanjangan MoA alokasi pasokan gas pabrik Ammonia Urea II PT. PKG dari lapangan Cepu yang berlaku s/d Desember 2013. c. Pengembangan pabrik pupuk organik: telah dibangun Pabrik Pupuk Organik di 4 (empat) Kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Banyuasin 2. Revitalisasi Industri Gula a. Telah direalisasikan bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan di 5 Perusahaan Gula (PTPN IX, X, XI, PT. RNI 1 dan PT. RNI 2) dengan total 46 Pabrik Gula dengan nilai bantuan Rp. 49,8 Miliar.
  • 24. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 24 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 b. Bantuan langsung mesin/peralatan pada tahun 2012 diberikan kepada 5 Perusahaan Gula (PTPN IX, X, XII, PT. PG Rajawali 1, PT. PG Rajawali 2) dengan nilai sebesar Rp. 152,4 Miliar, sebanyak 57 item mesin peralatan. c. Telah selesai dilakukan Audit Teknologi terhadap 20 PG eksisting terpilih. d. Rencana pembangunan 3 PG baru di Banyuwangi, Blitar dan Lamongan dengan kapasitas 5.000 TCD expandable 8.000 TCD oleh Konsorsium PTPN XI dan PTPN XII. e. Bimbingan dan konsultasi Sistem Manajemen Mutu terhadap 16 PG eksisting terpilih. 3. Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit a. Telah ditetapkannya Kawasan Industri Sei Mangkei (KISM) sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP No 29 tahun 2012; b. Terlaksananya promosi investasi industri hilir kelapa sawit di dalam negeri (Jakarta & Pekanbaru) serta Asia (Dubai) dan Eropa (Jerman & Rusia)
  • 25. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional c. Telah disusun FS Pembangunan Tangki Timbun Curah Cair di Maloy, Kalimantan Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 25 Timur. d. Terselesaikannya kajian Pembangunan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Gelombang II (second wave) di Kalbar, Kalteng dan Papua. e. Peningkatan utilisasi kapasitas produksi minyak goreng, dari 45% menjadi 75%. 4. Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) a. Penetapan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi dan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di 42 daerah; b. Pengkajian Kompetensi Inti Industri Daerah di 11 daerah dan Kajian Pengelolaan Pusat Inovasi KEK Sei Mangkei; c. Pembangunan Gedung Pusat Inovasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan Kawasan Industri Palu; d. Pengadaan Peralatan Laboratorium dan Meubelair untuk Pusat Inovasi KEK Sei Mangkei, peralatan uji untuk Pusat Inovasi Industri Palu, Peralatan Industri Rotan di Katingan, serta mesin/peralatan proses pengolahan & peralatan uji rumput laut di Tual – Maluku Tenggara; e. Tersusunnya MasterPlan KEK Tangguh, serta MasterPlan Kawasan Industri: Tanjung Buton, Majalengka, Kulonprogo, Gresik, Karawang, Gresik Utara, Jeneponto, Sei Bamban, Bangka; f. Tersusunnya Rencana Strategis (Renstra) KEK Tanjung Api-Api dan Batu Licin, serta Renstra Kawasan Industri Kariangau; g. Tersusunnya Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial Pengembangan KEK Lamongan dan Kawasan Industri Jombang; h. Tersusunnya Detail Engineering Design (DED) KEK Bitung (Sulut).
  • 26. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 26 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 3.2 KINERJA PROGRAM PRIORITAS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral a. Industri Furniture 1) Telah dilaksanakan pelatihan di bidang desain dan teknologi proses produksi furniture di Jawa Tengah, Pidie Aceh, Katingan Kalteng dan Palu Sulawesi Tengah sebanyak 100 orang. 2) Telah dilakukan promosi dan pameran dalam rangka pengembangan pasar furniture didalam negeri maupun luar negeri antara lain : a) The International Furnishing Show IMM Cologne (Jerman) b) High Point Market, Nort Carolina (Amerika Serikat) c) The China International Furniture Expo di Shanghai (China) d) International Furniture Fair Indonesia (IFFINA) 2012 di Jakarta International Expo e) The27 Trade Expo Indonesia 2012 di Jakarta International Expo f) Pameran Produk Furniture dan Interior di Plaza Industri 3) Telah dilakukan pengembangan Disain melalui kegiatan lomba disain furniture yang diikuti oleh 179 Desainer serta dilakukan klinik disain di sentra industri furniture rotan di Cirebon yang diikuti sebanyak 25 perusahaan dan Klinik Disain di sentra industri furniture kayu di Jepara yang diikuti sebanyak 30 perusahaan. 4) Telah disusunnya RSNI Furniture sebayak 6 judul. 5) Telah dilakukannya kajian Feasibility Study (FS) pengembangan industri rotan didaerah sumber bahan baku rotan di Sulawesi Barat. b. Industri Hilir Karet 1) Pembangunan pabrik ban Hankook kapasitas 5,3 juta ban KBM roda 4 per tahun dan 840 ribu ban truk/radial pertahun dengan nilai investasi USD 1,1 miliar di Jawa Barat. 2) Tersusunnya kajian pengembangan industri karet terpadu di Sei Bamban yang direncanakan akan terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus, Sei Mangkei;
  • 27. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 3) Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri karet dengan 30 pemangku Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 27 kepentingan (stake holder). 4) Koordinasi peningkatan konservasi energi industri karet remah (crumb rubber). 5) Pelatihan peningkatan konservasi energi industri karet remah di Palembang. 6) Fasilitasi pengembangan industri karet karet hilir untuk meningkatkan kemampuan pembuatan kompon karet dan produksi vulkanisir ban melalui bantuan mesin pengolahan barang karet di Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat. c. Industri Hilir Kakao 1) Pencanangan Hari Kakao Indonesia yang ditetapkan pada setiap tanggal 16 September. 2) Bantuan mesin dan peralatan industri pengolahan cokelat di Padang Pariaman. 3) Pelaksanaan talkshow dalam rangka peningkatan konsumsi cokelat dalam negeri di Padang, Sumatera Barat. 4) Penyusunan Rancangan SNI Cokelat dan Produk-Produk Cokelat 5) Penyusunan Business Plan Pengembangan Kakao di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat 6) Fasilitasi dan sinkronisasi pengembangan klaster industri pengolahan kakao. 7) Peningkatan konsumsi kakao nasional per kapita per tahun sebesar 40% dari 250 gram tahun 2011 menjadi 350 gram tahun 2012. d. Industri Rumput Laut 1) Penyusunan Roadmap pengembangan industri rumput laut. 2) Pengembangan industri pengolahan rumput laut melalui bantuan mesin peralatan pengolahan rumput laut di 7 (tujuh) provinsi (NTB, NTT, Maluku, Sulsel, Sultra, Sulteng, dan Malut).
  • 28. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional e. Industri Logam Dasar 1) Industri Baja 28 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 a) Telah beroperasinya PT Meratus Jaya Iron & Steel secara komersial yang berlokasi di Batulicin, Provinsi Kalimantan Selatan yang mengolah Bijih Besi menjadi Sponge Iron dengan kapasitas 315 ribu ton per tahun dengan nilai investasi sebesar Rp 1,17 Triliun. b) Telah beroperasinya PT. Indoferro secara komersial yang berlokasi di Cilegon, Provinsi Banten yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 500ribu ton/ tahun dan Nickel Pig Iron dengan kapasitas 250ribu ton/ tahun dengan nilai investasi sebesar USD 110 juta. c) Telah dilakukannya Ground BreakingPT. Batulicin Steel pada bulan Juli 2012 yang rencananya akan memproduksi baja dasar sebesar 3 juta ton/ tahun dengan nilai investasi sebesar USD 1,5 Milyar termasuk Pembangunan Pembangkit Listrik (Power Plant) dengan kapasitas 100 MW dengan rincian Besi Beton sebesar 1 juta ton/tahun dan Ferro Nickel sebesar 600 ribu ton/ tahun pada tahap awal serta H-Beam Steel dan Pelat Baja sebesar 2 juta ton/ tahun pada tahap selanjutnya. d) Rencana pembangunan Pabrik Pengolahan Pasir Besi menjadi Pig Iron (Main Concentrator Plant dan Pig Iron Plant) di Kulon Progo, Provinsi DI Yogjakarta yang akan dilakukan oleh PT. Jogja Magasa Iron dengan kapasitas 1juta ton/ tahun dan nilai investasi sebesar USD 1,2 Milyar. e) Rencana investasi PT. Sebuku Lateritic Iron & Steel untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 3juta ton per tahun di Sebuku, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 1 Milyar. f) Rencana investasi PT. Delta Prima Steel untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Sponge Iron dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,2 Milyar.
  • 29. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 29 2) Industri Aluminium a) Rencana pembangunan Smelter Grade Alumina (SGA) di Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan kapasitas 1,2juta ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD 1 Milyar yang ditargetkan beroperasi pada Kuartal I Tahun 2016. b) Rencana pembangunan Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Provinsi Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan kapasitas 300ribu ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD 450Juta yang saat ini sedang dalam proses konstruksi. c) Rencana investasi PT. Nalco untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Aluminium Ingot dengan kapasitas 500ribu ton per tahun di Kutai, Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai investasi sebesar Rp. 4 Milyar. 3) Industri Tembaga a) Rencana investasi PT. Nusantara Smelting untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Katoda Tembaga dengan kapasitas 200ribu ton per tahun di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta. b) Rencana investasi PT. Indosmelt untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Katoda Tembaga dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta. 4) Industri Nikel a) Telah dilakukannya Ground Breaking PT. FeNi Halmahera Timur yang rencananya akan memproduksi Nickel sebesar 27ribu ton/tahun di Halmahera, Provinsi Maluku Utara dengan nilai investasi sebesar USD 1,6 Milyar yang ditargetkan beroperasi pada Kuartal IV Tahun 2014. b) Rencana investasi PT. Antam untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Nickel Pig Iron dengan kapasitas 120ribu ton per tahun di Mandiodo, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi sebesar USD 400Juta.
  • 30. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 30 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 c) Rencana investasi PT. Weda Bay Nickel untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi Nickel dengan kapasitas 65ribu ton per tahun dan Cobalt dengan kapasitas 3,5ribu ton per tahun di Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta. f. Industri Semen 1) Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Gresik Group: a) Unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat oleh PT. Semen Gresik yang direncanakan mulai beroperasi pada awal tahun 2013; b) Unit pabrik baru PT. Semen Gresik di Tuban, Jawa Timur (Tuban IV) dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun, telah beroperasi pada pertengahan tahun 2012; c) Unit pabrik baru PT. Semen Tonasa di Pangkep, Sulawesi Selatan (Tonasa V) dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun, akan beroperasi pada awal tahun 2013. 2) Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Bosowa: a) Unit penggilingan semen di Banyuwangi, Jawa Timur dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun. Pembangunan dimulai bulan Mei 2012, dan direncanakan selesai pada tahun 2013; b) Unit pabrik baru di Maros, Sulawesi Selatan dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun. Pembangunan dimulai bulan November 2012, direncanakan selesai pada tahun 2014. 3) Realisasi pembangunan pabrik baru oleh PT. Holcim Indonesia di Tuban, Jawa Timur, dengan kapasitas 1,7 juta ton per tahun. Saat ini dalam proses konstruksi pabrik dan direncanakan selesai pada tahun 2014.
  • 31. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 4) Realisasi pembangunan pabrik oleh investor baru: a) State Development and Investment Cooperation (SDIC) di Manokwari, Papua Barat dengan kapasitas 1 juta ton per tahun, saat ini dalam proses pembebasan lahan. b) Anhui Conch Cement Co., Ltd. di Tanjung, Kalimantan Selatan dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun, saat ini dalam proses pembebasan lahan. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 31 g. Industri Petrokimia & Kimia Hilir 1) Pembangunan Center of Excellence Industri Petrokimia di Banten dengan progres mencapai 30%. 2) Pembangunan pabrik butadiena PT. Petrokimia Butadiene Indonesia kapasitas 150 ribu ton/tahun dan investasi Rp 1,5 T di Banten 3) Pengembangan investasi PT. Chandra Asri dengan kapasitas produksi 1 juta ton olefin/tahun dan nilai investasi Rp 1,7 T di Banten. 4) Pembangunan pabrik kosmetika PT. L’Oreal Indonesia di Cikarang, dengan nilai investasi Rp 1,25 Triliun, kapasitas produksi 200 juta unit/tahun dan menyerap tenaga kerja lebih dari 1.700 orang. 5) Pembangunan pabrik Acrylic Acid kapasitas 80.000 ton/th dan Super Absorbent Polyer kapasitas 90.000 ton/th, PT. Nippon Shokubai Indonesia dan nilai investasi USD 332 juta. 6) Pembangunan RCC Off Gas to Propylene Project (ROPP) di Balongan kapasitas 180 ribu ton/th oleh PT. Pertamina dan PT. Chandra Asri dan nilai vestasi USD 270 juta 7) Persetujuan alokasi gas untuk pengembangan pusat industri petrokimia di Teluk Bintuni Papua Barat tahap I sebesar 180 MMSCFD untuk pembangunan pabrik pupuk urea kapasitas 2juta ton/th.
  • 32. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 32 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 h. Industri Garam 1) Intensifikasi lahan dengan pemasangan Geomembrane pada meja kristalisasi di Kabupaten Sumenep, Madura; 2) Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Pengolahan Garam Beryodium melalui Intensifikasi Lahan di Kabupaten Sampang dan Pamakasan, Madura; 3) Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Pengolahan Garam Beryodium melalui Ekstensifikasi Lahan 349 Ha di Teluk Kupang. 2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor a. Industri Tekstil, Produk Tekstil, dan Alas Kaki 1) Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi permesinan industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit sebanyak 161 perusahaan dengan nilai bantuan sekitar Rp 145 Milyar dan investasi yang tercipta mencapai Rp 1,68 triliun. 2) Sebanyak 9 perusahaan Industri TPT, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit masih dalam waiting list sebagai peserta restrukturisasi dengan perkiraan nilai bantuan sebesar Rp 15,52 Milyar. 3) Perluasan investasi dan pembangunan pabrik baru PT. Indorama Polyester Industries di Karawang, dengan total nilai investasi US$ 400 juta. 4) Telah dilatih tenaga kerja siap pakai di industri garmen dan alas kaki sebanyak 10.000 orang di Jateng, Jatim, dan Jabar. b. Industri Penghasil Barang Modal (Industri Permesinan, termasuk Listrik) 1) Pemberian bantuan mesin/peralatan ke Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas dan Alat Kesehatan; 2) Verifikasi capaian TKDN dalam Proyek Pembangunan Infrastruktur
  • 33. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional Ketenagalistrikan (Proyek PLTU 10000 MW Tahap II); 3) Promosi kemampuan industri alat berat (termasuk komponen) dalam rangka pengembangan akses pasar dalam negeri dan luar negeri; 4) Penyusunan Peraturan Teknis (Pertek) dalam rangka mendukung Program Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 33 Konversi BBM ke BBG; 5) Pengembangan kelembagaan (Alsintan Center) di daerah-daerah potensial pertanian di Sumbar, Kallbar dan Kaltim. 6) Penambahan investasi baru di bidang industri permesinan antara lain PT Caterpillar Indonesia produksi alat berat (dump truck) di Pulau Batam sebesar USD 165 juta; PK Manufacturing investasi sebesar USD 21 juta di daerah Karawang untuk produksi komponen alat berat; dan PT Hitachi Manufacturing di Karawang investasi sebesar USD 10 juta untuk produksi komponen alat berat. c. Industri Perkapalan 1) Pengembangan prototype produk industri maritim melalui desain kapal Berbasis Pantai. 2) Peningkatan kapasitas SDM melalui diklat dan sertifikasi pengelasan kapal, pengelasan bawah air, pelatihan coating dan pengelasan non-ferro sebanyak 140 orang. 3) Penambahan investasi baru di bidang industri pekapalan sebesar Rp. 800 milyar di Lamongan, serta perluasan dan pengembangan perusahaan sebesar Rp 354,77 Milyar di Surabaya, Banyuwangi, dan Semarang. 4) Telah siap operasionalnya galangan kapal PT. Lamongan Marine Industri di Lamongan, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp 300 Milyar.
  • 34. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 34 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 d. Industri Otomotif 1) Peningkatan investasi baru PT. Denso Indonesia dengan nilai Rp 1,3 Trilliun. 2) Sampai bulan Oktober 2012, produksi KBM Roda-4 mencapai 888 ribu unit dan sampai dengan bulan Oktober 2012 Produksi KBM Roda-2 mencapai 5,9 Juta unit. 3) Dalam rangka pengembangan Low Cost Green Car (LCGC), terjadi peningkatan investasi (perluasan dan pembangunan pabrik baru) oleh PT. Toyota Motor, PT. Astra Daihatsu Motor, PT Honda Prospect Motor, PT. Suzuki Indomobil dan PT. Nissan dengan total investasi sebesar US$ 2,2 Milyar untuk industri perakitan dan US$ 2,3 Milyar untuk industri komponen, yang diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 7.000 orang untuk industri perakitan, 8.000 orang untuk industri komponen, dan 10.000 orang untuk after-sales service. e. Industri Elektronika dan Telematika 1) Ekspor produk industri elektronika dan telematika pada periode Januari– September 2012 sebesar US$ 9,38 miliar, atau meningkat sebesar 16,74% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, dengan negara tujuan utama yaitu: Singapura, Jepang, Amerika, Hongkong, China, Jerman, Belgia dan Korea Selatan. 2) Sampai triwulan dua tahun 2012 telah terjadi investasi sebesar US$ 328 Juta. Dan diperkirakan pada tahun 2012 ini akan menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 6.300 orang. 3) Panasonic Manufacturing Indonesia, Sharp, Samsung, dan LG telah dipilih sebagai basis produksi untuk kulkas di ASEAN, khusus untuk LG Indonesia telah dijadikan basis produksi untuk mengisi pasar Australia, Kuba dan Rusia. 4) Dalam rangka penerapan standard produk, telah difasilitasi penguatan terhadap
  • 35. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional infrastruktur/lab uji di Balai Besar Bahan & Barang Teknik (B4T) Bandung, dan Balai Riset dan Strandardisasi (Baristand) Surabaya. Sampai saat ini telah diterapkan SNI produk untuk Lampu CFL (Lampu Hemat Energi), Baterai Primer, Pompa Air, TV CRT, Setrika listrik. Sedangkan untuk produk Lemari Es, Pendingin Ruangan (AC), dan Mesin Cuci sudah notifikasi WTO untuk diberlakukan secara wajib. 3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) a. Telah dilakukan pengembangan IKM melalui pendekatan klaster di 43 Kabupaten/ Kota, melalui: FGD klaster, dampingan tenaga ahli, bimbingan teknis dan desain, bantuan mesin/peralatan, pelatihan-pelatihan, dan partisipasi pameran dan promosi. b. Telah dilakukan pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP di 62 sentra di 55 Kab/ Kota, melalui: pelatihan teknis, dampingan tenaga ahli, bantuan mesin/peralatan, dan partisipasi pameran produk OVOP. c. Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi mesin/ peralatan kepada 106 IKM dengan nilai bantuan Rp 9,32 milyar serta fasilitasi peningkatan pelayanan IKM kepada 19 UPT. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 35
  • 36. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 36 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 d. Telah dilatih sebanyak 2.199 calon wirausaha baru IKM di 28 provinsi, pelatihan di bidang garment sebanyak 380 orang sebagai antisipasi moratorium pengiriman TKI ke luar negeri, serta pelatihan peningkatan kemampuan teknis dan manajemen kepada 1.866 perajin (IKM). e. Telah difasilitasi pendaftaran HKI sebanyak 123 merk, 1 hak cipta, 2 paten, 3 desain industri, serta berpartisipasi pada Forum Koordinasi HKI yang diselenggarakan oleh PM-HKI Kementerian Perindustrian dan POLRI di Manado dan Medan. f. Telah difasilitasi sertifikasi sistem mutu yang diterapkan oleh IKM sebanyak 40 paket Halal, 8 paket HACCP/SNI, 12 paket Barcode, 9 Ce-Mark, 30 GMP. g. Terealisasinya penyaluran KUR di IKM sampai dengan Agustus 2012 sebesar Rp 617,1 miliar (industri pengolahan), atau IKM berkontribusi sebesar 3% dari total penyaluran KUR. 3.3 KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN LAINNYA 1. Fasilitasi Pemanfaatan Tax Holiday a. Telah dilakukan kajian dan verifikasi serta disampaikan usulan kepada Menteri Keuangan terhadap 2 (dua) pemohon Tax Holiday: 1) PT. Unilever Oleochemical Indonesia (PT. UOI), dengan nilai investasi USD 133 juta; 2) PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PT. PBI), dengan nilai investasi USD 150juta. b. Keputusan pemanfaatan fasilitas Tax Holiday oleh 2 Perusahaan tersebut, tinggal menunggu terbitnya Keputusan Menteri Keuangan. 2. Fasilitasi Pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) a. Telah dilakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dalam penerbitan PMK terkait Pemberian BMDTP dengan total Pagu BMDTP Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 428,62 Milyar b. Rencana Impor Barang (RIB) dengan fasilitas BMDTP sudah mencapai Rp. 186,30 Milyar c. Realisasi Pemanfaatan fasilitas BMDTP s/d Nopember 2012 mencapai 36% dari total Pagu BMDTP 2012 dengan estimasi sekitar 70% dari RIB. 3. Pengamanan Industri melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri a. Dalam rangka pengamanan industri dalam negeri terkait penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif, sedang dilakukan revisi Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pengamanan Obyek Vital Industri. b. Revisi Permenperin tersebut mencakup perubahan lampiran terkait perusahaan industri yang termasuk Daftar Obyek Vital Industri. c. Telah dilakukan verifikasi administrasi dan lapangan serta diusulkan Perusahaan dan Kawasan Industri untuk menjadi Obyek Vital Nasional Sektor Industri sebagai berikut: 1) 39 Perusahaan di 13 sektor industri; 2) 10 Kawasan Industri.
  • 37. BAB III Kinerja Program Pengembangan Industri Nasional 4. Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peraturan Teknis Konverter Kit Dalam mendukung program Konversi BBM ke BBG untuk kendaraan bermotor, Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 70 Tahun 2012 yang mewajibkan setiap produk tabung dan converter kit memiliki sertifikat UN ECE R67, UN ECE R110, dan/atau ISO 15500. Untuk menunjang penerapan spesifikasi teknis/standar tersebut, diperlukan investasi yang ditujukan untuk menambah fasilitas uji yang dimiliki oleh laboratorium uji sehingga laboratorium uji dalam negeri dapat terakreditasi oleh KAN. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 37 5. Perumusan SNI Tahun 2012 telah disusun RSNI sebanyak 106 buah, sedangkan selama 3 (tiga) tahun terakhir telah disusun sebanyak 307 buah RSNI, untuk 11 Kelompok industri, yaitu: permesinan, alsintan, elektronika dan rumah tangga, tekstil, kulit dan alas kaki, makanan, minimunan dan tembakau, logam, karet dan plastik, dan kertas. 6. Lembaga Penguji Kesesuaian Tahun 2012 Kementerian Perindustrian telah menerbitkan 37Permenperin untuk penunjukan LPK bagi 79 SNI wajib, dan sampai dengan tahun 2012 telah ditetapkan 45 LPK untuk mendukung pemberlakuan SNI. 7. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Upaya untuk penurunan GRK, telah diterbitkan; Peraturan Menteri Perindustrian No. 12/M-IND/PER/1/2012 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengurangan Emisi CO2Industri Semen Indonesia; pedoman dan teknis konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di sektor Industri (11 pedoman).
  • 38. BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian 38 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
  • 39. BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian BAB 4 Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian Selain kinerja program pengembangan industri prioritas nasional, Kementerian Perindustrian juga menjalankan berbagai program pendukung yang berorientasi pelayanan kepada masyarakat, peningkatan akuntabilitas kinerja, transparansi dan pengelolaan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Beberapa capaian utama kinerja kelembagaan Kementerian Perindustrian antara lain sebagai berikut. 4.1 Audit Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian berhasil mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK atas audit Laporan Keuangan tahun 2011, yang telah diraih secara berturut-turut selama 4 (empat) tahun sejak 2009. Hal tersebut bisa dicapai karena pelaksanaan “Rencana Aksi mempertahankan Opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian” yang secara konsisten dan sungguh-sungguh menjadi komitmen dan dilaksanakan pimpinan tertinggi dan seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Perindustrian. Rencana Aksi mempertahankan opini WTP atas Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian Tahun 2011 antara lain melalui: 1. Menyelesaikan Temuan Atas Laporan Keuangan Tahun 2011 dan Tahun Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 39 Sebelumnya. 2. Meningkatkan Kemampuan Sistem Manajemen Keuangan. 3. Penjaminan Mutu (Quality assurance) oleh Pengawas Internal. 4.2 Reformasi Birokrasi Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian telah memperoleh pembayaran tunjangan kinerja (remunerasi) dikarenakan upaya Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan Reformasi Birokrasi sejak tahun 2005. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2012 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Perindustrian, serta sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor: SR-275/MK.02/2012 tanggal 24 Oktober 2012 perihal persetujuan prinsip pemberian tunjangan kinerja bagi pegawai di 20 K/L. 4.3 Akuntabilitas Kinerja Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian PAN dan
  • 40. BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian 40 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 RB melakukan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dari hasil evaluasi akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB, Kementerian Perindustrian mendapat nilai 69,21 dengan predikat penilaian “B“ atau naik sebesar 8,46 poin dibandingkan tahun 2011 yang masih mendapat predikat “CC”. Penilaian dilakukan terhadap 5 (lima) komponen, yaitu: 1. Perencanaan Kinerja, 2. Pengukuran Kinerja, 3. Pelaporan Kinerja, 4. Evaluasi Kinerja, dan 5. Capaian Kinerja. 4.4 Keterbukaan Informasi Publik Kementerian Perindustrian berhasil meraih penghargaan sebagai Badan Publik Pusat Terbaik I dalam pelaksanaan Undang-Undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat, dan penghargaan diserahkan langsung oleh Wakil Presiden tanggal 28 September 2012 di Istana Wakil Presiden Jakarta. Kementerian Perindustrian dinilai berhasil dalam mengimplementasikan pasal 9 UU Keterbukaan Informasi Publik, yaitu informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala. Penghargaan itu diberikan dalam rangka peringatan hari Hak Untuk Tahu Internasional (International Right to Know Day) yang diperingati setiap tanggal 28 September sebagai upaya mempromosikan hak-hak masyarakat untuk mengetahui informasi dari badan publik. Acara ini diselenggarakan Komisi Informasi Pusat. Pemeringkatan ini dilakukan melalui seleksi terhadap 98 badan publik dan 33 propinsi yang dipantau website-nya melalui monitoring dan evaluasi oleh Komisi Informasi Pusat. 4.5 Anugerah Media Humas (AMH) Kementerian Perindustrian berhasil meraih Juara Umum pada Perhelatan Tahunan Anugerah Media Humas (AMH) 2012 tanggal 6 November di Makassar. Acara yang dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring ini diselenggarakan oleh Bakohumas Pusat yang bertujuan untuk memberikan apresiasi, sekaligus menjadi tolok ukur kinerja humas pemerintah dan sebagai upaya memotivasi praktisi humas dalam melaksanakan tugasnya. 1. Majalah Media Industri Majalah Media Industri yang diterbitkan Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perindustrian meraih Juara I Kategori Penerbitan Media Internal Kelompok Kementerian/LPNK dan Perguruan Tinggi Negeri. Kriteria penilaian meliputi: keterbukaan informasi, substansi program kehumasan, komposisi informasi, edukasi, opini dan hiburan, jenis rubrikasi, kelengkapan dan sistematika penulisan, kreativitas penulisan dan teknik tata letak (cover, body copy, teknik penyuntingan gambar, teknik foto).
  • 41. BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian 2. Website Kementerian Perindustrian EDISI 2 - 2012 MADE IN INDONESIA • Soci Mas • Permata Hijau Group • Natur • Mustika Ratu • Inaco • Teh Kepala Djenggot • Cimory • Garudafood • Sumber Yalasamudra • Rumah Abon • Jus-Sirup Buah Lie Lie • Bandung Yoghurt • Ratna Bakery & Cake • Manik The Beadz • Bambu Kaligrafi • Mahanagari TEKNOLOGI • Langit Impian Animasi • Penyulingan Air Laut APA DAN SIAPA • Ecogreen Oleochemical Tonggak Bangkitnya Industri Pertahanan Lokal REPUBLIC OF INDONESIA INDUSTRY F A C T S & F I G U R E S MINISTRY OF INDUSTRY OF INDONESIA 2012 Website Kemenperin (www.kemenperin.go.id) juga mendapatkan penghargaan Juara I Kategori Pelayanan Informasi Melalui Website. Kriteria yang dinilai: kemudahan akses informasi publik, ketersediaan kontak dan informasi, ketersediaan informasi publik, penempatan informasi berdasarkan teknik yang benar, keterbacaan, dan desain grafis yang sesuai harapan pengguna. Sampai dengan bulan November 2012, jumlah hit pada Website Kemenperin mencapai 8,76 juta, dengan rata-rata sebesar 796.024 hit per bulan. Jumlah artikel yang telah dipublikasikan adalah 4.882 buah. Sebagian besar merupakan berita-berita yang terkait dengan industri (65%), foto kegiatan Menteri Perindustrian (17%), dan siaran pers (6%). Jumlah permintaan data yang dilayani secara online tercatat 139.858 kali, dengan jumlah data yang diberikan sebanyak 7,15 juta record. Tiga jenis data yang paling sering diminta adalah direktori perusahaan (76%), data ekspor impor (11%), direktori eksportir (6%). Kedua penghargaan tersebut (Majalah Media Industri dan Website Kemenperin) mengantarkan Kementerian Perindustrian menjadi Juara Umum dalam Anugerah Media Humas (AMH) tahun 2012 tersebut. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 41 No. 02.2012 MINISTRY OF INDUSTRY REPUBLIC OF INDONESIA 2010
  • 42. BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian 42 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 4.6 Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Realisasi anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2012 sampai dengan tanggal 26 Desember 2012 adalah sebesar Rp 2,21 triliun atau 88,62% dari total Pagu Anggaran tahun 2012 sebesar Rp 2,49 triliun. Prognosa (perkiraan) penyerapan anggaran sampai tanggal 31 Desember 2012 mencapai 90,03%, dengan rincian berdasarkan unit eselon I sebagai berikut. Tabel 4.1 Realisasi dan Prognosa Anggaran Tahun 2012 Per Unit Eselon I Unit Pagu Anggaran Realisasi s.d 26/12/2012 Prognosa s.d. 31/12/2012 Rp.Juta (Rp Juta) (%) (Rp Juta) (%) Sekretariat Jenderal 625.346 541.192 86,54 567.226 90,17 Ditjen Industri Agro 337.541 308.604 91,43 285.222 84,50 Ditjen Basis Industri Manufaktur 399.503 371.299 92,94 361.316 90,44 Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi 170.725 142.578 83,51 138.321 81,02 Ditjen Industri Kecil dan Menengah 308.870 251.095 81,29 274.864 88,99 Inspektorat Jenderal 43.607 41.131 94,32 42.748 98,03 Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri 457.055 416.513 91,13 438.010 95,83 Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri 104.336 96.911 92,88 95.217 91,26 Ditjen Kerjasama Industri Internasional 50.329 43.760 86,95 45.321 90,05 JUMLAH 2.497.312 2.213.083 88,62 2.248.245 90,03 Ket: Prognosa dibuat sebelum tanggal 26 Desember 2012, sehingga realisasi sebagian unit eselon I telah melampaui prognosa. Realisasi penyerapan anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2012 relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh: 1. Persiapan pelaksanaan Anggaran yang lebih baik; 2. Pelaksanaan lelang yang dilakukan lebih awal sebelum tahun anggaran berjalan; 3. Disiplin waktu dalam proses pelaksanaan anggaran sesuai Disbursment Plan; 4. Memprioritaskan penggunaan mekanisme pembayaran langsung/LS. Perbandingan realisasi anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2009-2012 ditunjukkan oleh grafik berikut.
  • 43. BAB IV Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian Grafik 4.1 Perkembangan Realisasi Anggaran Tahun 2009-2012 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN TAHUN 2009-2012 2009 2010 2011 2012 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 Anggaran 1.766.598 1.693.281 2.328.911 2.497.312 Realisasi 1.444.870 1.490.022 1.918.196 2.213.083 % 81,79 88,00 82,36 88,62 Ket: Realisasi Tahun 2012 per 26 Desember 2012 90 88 86 84 82 80 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 43 Ket: Realisasi Tahun 2012 per 26 Desember 2012 78 -
  • 44. BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 44 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
  • 45. BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 BAB 5 Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN INDUSTRI NON MIGAS TAHUN 2013 Di tengah berbagai kondisi yang dihadapi sektor industri non migas, masih ada peluang untuk mempertahankan kinerja pertumbuhan dan ekspor industri non migas, agar tetap meningkat sampai akhir tahun 2012. Peluang tersebut terutama adanya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang yang pertumbuhannya akan meningkat pada 2012 (proyeksi World Bank). Sementara itu, di dalam negeri masih terjadi peningkatan investasi di sektor industri baik PMA maupun PMDN. Nilai investasi PMA pada Januari-September 2012 mencapai US$ 8,59 milyar atau meningkat sebesar 65,85% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 47,09% dari total investasi PMA. Sedangkan nilai investasi PMDN pada Januari-September 2012 mencapai Rp 38,11 triliun atau meningkat sebesar 40,19% dari periode yg sama tahun sebelumnya. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 58,02% dari total investasi PMDN. Peluang pertumbuhan ini juga didukung oleh adanya beberapa sektor tersier yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada Triwulan I-III 2012 (pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,29%, perdagangan, hotel & restoran sebesar 8,02%, serta bangunan/konstruksi sebesar 7,45%) yang dapat dimanfaatkan oleh sektor industri dalam penyediaan produk-produkpendukungnya. Berdasarkan kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri non migas sebesar 6,75% pada tahun 2012 (sesuai dengan Renstra Kementerian Perindustrian 2010-2014) dan memproyeksikan pertumbuhan industri non migas sebesar 7,13% pada tahun 2013. Target dan proyeksi pertumbuhan industri non-migas tersebut lebih tinggi dari target dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 6,50% pada tahun 2012 dan 6,70% pada tahun 2013. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 45
  • 46. BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 46 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Target pertumbuhan sektor industri non migas pada tahun 2012 dan tahun 2013 selengkapnya pada tabel berikut. Tabel 5.1 Target & Proyeksi Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas NO LAPANGAN USAHA LAJU PERTUMBUHAN PDB TRIWULANAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN PERTUMBUHAN 2011 2012 2012* 2013** I II III IV JUM-LAH I II III Industri Tanpa Migas 5,90 6,80 7,16 7,40 6,83 6,12 6,07 7,27 6,75 7,13 1. Makananm Minuman, dan Tembakau 4,23 9,56 8,58 14,02 9,19 8,17 6,01 10,39 8,15 8,1 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 10,56 8,37 7,43 3,99 7,52 1,41 4,30 5,19 3,75 4,7 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya -0,35 3,34 0,31 -1,76 0,35 -0,86 -8,22 -3,56 2,90 0,8 4. Kertas dan Barang Cetakan 4,34 4,00 -0,74 -1,35 1,50 0,50 -7,44 -6,54 4,90 1,0 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 0,09 6,82 5,94 2,95 3,95 9,19 2,21 15,37 5,75 8,5 6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam 4,47 5,79 8,38 10,04 7,19 6,11 9,22 10,83 4,05 8,3 7. Logam Dasar Besi dan Baja 17,56 14,81 11,09 9,30 13,06 5,57 1,86 9,72 4,00 6,4 8. Alat Angkutan, Mesin, dan Peralatannya 8,94 4,57 7,92 6,63 7,00 6,23 11,67 4,85 7,78 7,7 9. Barang Lainnya 1,20 6,33 6,39 -6,49 1,82 4,21 -6,47 -3,63 6,00 1,0 Produk Domestik Bruto 6,43 6,45 6,46 6,49 6,46 6,32 6,37 6,17 6,50 6,70 Ket: *) Target Renstra Kemenperin; **) Proyeksi (Sumber: BPS Diolah Kemenperin) 5.2 PROGRAM PRIORITAS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 Dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri, Kementerian Perindustrian menjalankan tiga program prioritas, yaitu: (1) Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral, (2) Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor, dan (3) Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Permasalahan serta program dan kebijakan pada masing-masing program adalah sebagai berikut. 1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral a. Permasalahan Yang Dihadapi Tingginya ekspor bahan mentah seperti CPO, kakao, karet, rotan dan barang mineral yang justru menciptakan nilai tambah bagi industri di luar negeri. b. Program dan Kebijakan 1) Domestic Market Obligation (DMO) untuk Mineral dan Batubara 2) Penetapan tarif Bea Keluar (BK) komoditi primer (CPO dan kakao) 3) Penetapan tarif Bea Keluar (BK) untuk 65 jenis bijih mineral 4) Larangan ekspor rotan
  • 47. BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 5) Insentif Tax Holiday bagi 5 bidang industri dan Tax Allowance bagi 37 bidang usaha tertentu dan 39 bidang usaha tertentu di daerah tertentu. 6) Pengembangan Kawasan Industri. 2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 47 a. Permasalahan Yang Dihadapi Ketergantungan bahan baku impor, teknologi yang tertinggal, kualitas SDM yang masih rendah dan membanjirnya produk impor. b. Program dan Kebijakan 1) Pemberian Insentif fiskal (BMDTP, Tax Holiday dan Tax Allowance, pembebasan PPN/PPNBM, serta pembebasan bea masuk impor mesin dan komponen) 2) Restrukturisasi permesinan 3) Peningkatan SDM industri 4) Program: Low Carbon Emission Technology 5) Promosi Investasi dan Produk Industri 6) Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) 3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) a. Permasalahan Yang Dihadapi Ketergantungan bahan baku impor masih tinggi, terbatasnya kemampuan SDM dalam pengembangan desain, serta terbatasnya akses ke sumber pendanaan. b. Program dan Kebijakan 1) Usulan penurunan bea masuk bahan baku perak sebesar 10%, 2) Pembentukan modal ventura, 3) Fasilitasi kemudahan penyediaan bahan baku, 4) Penyediaan tenaga desainer pada industri fesyen, 5) Fasilitasi pameran baik dalam maupun luar negeri, 6) Fasilitasi IKM dalam mendapatkan KUR dan akses ke sumber pendanaan lainnya, 7) Pengembangan dan penguatan Pusat-pusat pengembangan Telematika (RICE/ IBC) di daerah potensial.
  • 48. BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 48 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 5.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI Meskipun diprediksi bisa tumbuh cukup tinggi pada tahun mendatang, namun tantangan bagi sektor industri manufaktur masih sangat besar pada tahun 2013. Disamping belum didukung oleh kondisi infrastruktur yang memadai dan mahalnya biaya investasi, sektor ini juga masih berhadapan dengan berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan daya saing industri. Oleh karena ini, berikut ini adalah beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat direaliasasikan untuk meningkatkan daya saingindustri nasional, antara lain: 1. Optimalisasi Insentif Fiskal: Tax Holiday, Tax Allowance, BMDTP, Pembebasan PPnBM, Pembebasan Bea Masuk; 2. Penyelesaian Hambatan Investasi: Divestasi pada Industri Pengolahan Mineral, Aturan Terkait Limbah B3, tata ruang/RTRW; 3. Optimalisasi pemanfaatan pasar Amerika dan Jepang yang mulai pulih terutama untuk consumer goods dan mencari pasar-pasar tujuan ekspor baru, misalnya Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Latin; 4. Peningkatan upaya pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff barrier, seperti: penerapan SNI Wajib, ketentuan rekomendasi terhadap Importir Produsen untuk baja dan tekstil, serta mengoptimalkan instrumen anti dumping dan safeguards; 5. Dalam mendukung Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), diperlukan adanya sanksi yang tegas kepada unit kerja dalam instansi pemerintah/BUMN/swasta yang tidak memenuhi persyaratan komponen lokal yang dipersyaratkan sehingga penerapan P3DN dapat lebih maksimal. 6. Prioritas penyediaan infrastruktur, terutama dalam mendukung pusat-pusat pertumbuhan industri, seperti percepatan pembangunan perluasan pelabuhan dan jaringan transportasi, baik kereta api maupun jalan tol; 7. Jaminan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan industri dalam negeri, baik sebagai bahan baku maupun energi; 8. Pembentukan Lembaga Pembiayaan Khusus IKM, misal Modal Ventura bagi industri kecil; 9. Barang dan Jasa Termasuk EPC (Engineering Procurement Construction) Dalam Negeri Yang Sudah Proven, Wajib Dipakai oleh Proyek-proyek Pemerintah dan BUMN; 10. Perjanjian Kerjasama Internasional yang dititikberatkan pada Peningkatan Investasi; 11. Perumusan 200 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI); 12. Pemberlakuan penerapan secara wajib SNI dan pertimbangan teknis untuk 109 produk industri (elektronika, furnitur, logam, kimia dasar, kimia hilir, makanan dan minuman, otomotif, dan maritim); 13. Pemberian insentif untuk industri hijau, khususnya penggunaan teknologi ramah lingkungan bagi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), serta industri yang menghasilkan produk ramah lingkungan (eco product).
  • 49. BAB V Sasaran Pertumbuhan dan Program Pengembangan Industri Manufaktur Tahun 2013 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 49
  • 50. BAB VI PENUTUP 50 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
  • 51. BAB VI PENUTUP BAB 6 Penutup Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian Indonesia tetap berlangsung dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada triwulan III tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6,17% (year-on- year/yoy), dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan ke-5 tertinggi di dunia. Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2012 terutama didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi pada Sektor Industri Pengolahan, khususnya Sub-Sektor Industri Non Migas. Pada triwulan III 2012, Sektor Industri Pengolahan mencatat pertumbuhan sekitar 6,36% (yoy), dimana Industri Non Migas mencapai pertumbuhan sebesar 7,27% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, maka Sektor Industri Pengolahan menjadi motor pertumbuhan utama dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III 2012. Pertumbuhan pada triwulan III 2012 ini merupakan pertumbuhan tertinggi yang pernah dicapai Industri Pengolahan Non Migas sejak tahun 2005, dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama. Dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif pada tiga triwulan pertama tahun 2012 pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,50%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (PDB) kumulatif tiga triwulan pertama tahun 2012 yang sebesar 6,29%. Dicapainya pertumbuhan yang cukup tinggi ini jelas merupakan prestasi yang cukup menggembirakan, di tengah masih melambatnya perekonomian dunia. Selain didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor industri secara sangat signifikan menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur hingga saat ini. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 51
  • 52. BAB VI PENUTUP 52 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Dari sisi kinerja program pengembangan industri nasional, Kementerian Perindustrian telah melaksanakan program-program prioritas nasional dengan capaian kinerja yang cukup memenuhi target, di antaranya: (1) Revitalisasi Industri Pupuk dengan terpenuhinya sebagian pasokan gas untuk bahan baku pupuk dan dibangunnya pabrik pupuk organik di 4 (empat) kabupaten, (2) Revitalisasi Industri Gula dengan realisasi bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan pada 46 pabrik gula senilai Rp 49,8 miliar dan bantuan langsung mesin/peralatan kepada 5 perusahaan gula senilai Rp 152,4 miliar, (3) Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit dengan ditetapkannya Kawasan Industri Sei Mangkei (KISM) sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP No 29 tahun 2012, serta (4) Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan capaian pembangunan gedung pusat inovasi KEK Sei Mangkei dan Kawasan Industri Palu. Kementerian Perindustrian juga menjalankan program-program prioritas Kementerian Perindustrian dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri, yang dijabarkan ke dalam tiga kelompok program utama, yaitu: (1) Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral (Industri Furniture, Hilir Karet, Hilir Kakao, Rumput Laut, Logam Dasar, Semen, Petromikia & Kimia Hilir, serta Garam); (2) Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor (Industri TPT dan Alas Kaki, Penghasil Barang Modal, Perkapalan, Otomotif, serta Elektronika & Telematika); dan (3) Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (Pengembangan klaster IKM, Pembinaan OVOP, bantuan mesin/peralatan IKM, pelatihan kewirausahaan & keterampilan industri, fasilitasi HKI & sistem mutu, serta fasilitasi permodalan melalui KUR). Selain kinerja pengembangan industri nasional, beberapa capaian penting juga diperoleh Kementerian Perindustrian dalam kinerja kelembagaan, antara lain: berhasil mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK atas audit laporan keuangan tahun 2011 (sejak 2009), mendapatkan tunjangan kinerja (remunerasi) tahun 2012 atas capaian reformasi birokrasi sejak tahun 2005, mendapatkan predikat “B” atas evaluasi akuntabilitas kinerja oleh Kementerian PAN & RB, meraih penghargaan sebagai Badan Publik Terbaik I dalam pelaksanaan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, mendapatkan Juara Umum dalam Anugerah Media Humas (AMH) 2012 karena memperoleh Juara I Kategori Penerbitan Media Internal Kelompok Kementerian/ LPNK & Perguruan Tinggi Negeri dan Juara I Kategori Pelayanan Informasi Melalui Website. Di tengah berbagai kondisi yang dihadapi sektor industri non migas, masih ada peluang untuk mempertahankan kinerja pertumbuhan industri non migas agar tetap meningkat sampai akhir tahun 2012. Peluang tersebut terutama adanya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang yang pertumbuhannya akan meningkat pada 2012 dan 2013 (proyeksi World Bank). Sementara itu, di dalam negeri masih terjadi peningkatan investasi di sektor industri baik PMA maupun PMDN. Peluang pertumbuhan ini juga didukung oleh adanya beberapa sektor tersier yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada Triwulan I-III 2012 (pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel & restoran, serta bangunan/konstruksi) yang dapat dimanfaatkan oleh sektor industri dalam penyediaan produk-produk pendukungnya.
  • 53. BAB VI PENUTUP Berdasarkan kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri non migas sebesar 6,75% pada tahun 2012 dan memproyeksikan sebesar 7,13% pada tahun 2013. Target dan proyeksi pertumbuhan industri non-migas tersebut lebih tinggi dari target dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 6,50% pada tahun 2012 dan 6,70% pada tahun 2013. Meskipun diprediksi bisa tumbuh cukup tinggi pada tahun mendatang, namun tantangan bagi sektor industri manufaktur masih sangat besar pada tahun 2013. Disamping belum didukung oleh kondisi infrastruktur yang memadai dan mahalnya biaya investasi, sektor ini juga masih berhadapan dengan berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan daya saing industri. Oleh karena ini, Kementerian Perindustrian merekomendasikan beberapa kebijakan untuk meningkatkandaya saingindustri nasional, antara lain: optimalisasi insentif fiskal (tax holiday, tax allowance, BMDTP, pembebasan PPnBM, pembebasan bea masuk), penyelesaian hambatan investasi, optimalisasi pasar ekspor yang mulai pulih dan mencari pasar alternatif, peningkatan upaya pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff barrier, Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), pembangunan infrastruktur, penyediaan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan industri, pembentukan lembaga pembiayaan khusus IKM, perumusan dan pemberlakuan SNI, serta pemberian insentif untuk industri hijau khususnya penggunaan teknologi ramah lingkungan bagi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 53
  • 54. 54 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012
  • 55. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 55
  • 56. KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jalan Gatot Subroto Kav.52-53 Jakarta 12950 T : (021) 5255609 F : (021) 5255609 W : www.kemenperin.go.id