1. ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP
PROBABILITAS KEBANGKRUTAN (GAGAL BAYAR)
PERUSAHAAN BATUBARA DI INDONESIA
Kelompok : Muhammad Yusuf
: Ghulam Fathul Amri
: Budi Irian
2. ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh debt equity ratio (DER), gross profit margin (GPM),
net profit margin (NPM), Time Interest Earned (TIE) dan current ratio (CR) terhadap probabilitas kebangkrutan/ gagal bayar
perusahaan batubara di Indonesia. perusahaan pertambangan periode 2016 sampai 2018. Penelitian ini menggunakan data panel
model untuk mengestimasi model koefisien. Hasil penelitian diperoleh bahwa gross profit margin, EBIT/Interest dan Current
Ratio berpengaruh signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan. Sedangkan debt equity ratio dan net profit margin tidak
berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan kebangkrutan pada perusahaan tambang batubara Indonesia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
3. LATAR BELAKANG
Fenomena anjloknya harga batubara beberapa tahun terakhir ini berdampak pada bisnis yang benar-benar terpuruk. Kini, banyak
perusahaan tambang batu bara tidak memilih beroperasi daripada harus membuang banyak biaya dan margin sangat tipis.
Sebagai salah satu sektor utama penggerak perekonomian negara, melemahnya harga saham di sector pertambangan dapat
mengindikasikan turunnya ekspektasi dan kepercayaan investor terhadap kinerja perseroan di sektor pertambangan.
Beberapa text book menyatakan bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kondisi fundamental
perusahaan, hukum penawaran dan permintaan, suku bunga, fluktuasi nilai tukar, dana asing di bursa, berita dan rumor, dividen,
keuntungan perusahaan, dan faktor lain. Dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor fundamental atau internal
dan eksternal.
Sedangkan faktor fundamental merupakan faktor yang berhubungan dengan kinerja perusahaan itu sendiri. Faktor fundamental sendiri
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, dimana salah satu yang umum digunakan sebagai alat analisis
untuk memperkirakan harga saham. Faktor fundamental termasuk rasio keuangan. Beberapa analis menggunakan rasio ini untuk
memperkirakan harga saham di pasar. Rasio keuangan dapat mencakup rasio likuiditas, probabilitas, dan aktivitas
4. LATAR BELAKANG
Seiring dengan fluktuasi harga saham dan ketidakpastian HBA, menyebabkan pelaku usaha di sector pertambangan mengajukan berbagai
pinjaman kepada perbankan untuk melanjutkan kegiatan usahanya.
Risiko kegagalan suatu perusahaan dapat dilihat dari tiga jenis informasi, yaitu laporan keuangan perusahaan, harga pasar hutang dan
ekuitas, penilaian penilaian dana terhadap prospek dan risiko perusahaan (Ceosbie dan Bohn 2003) Pengukuran risiko kegagalan dengan
menggunakan rasio keuangan.
Selanjutnya (Altman, 1968); menggunakan model diskriminan untuk mengklasifikasikan perusahaan yang gagal atau mampu membayar
hutang yang disebut Altman Z-Score
Selanjutnya (Altman, 1968); menggunakan model diskriminan (discriminant analysis) untuk mengklasifikasikan perusahaan yang gagal
atau mampu membayar hutang yang disebut Altman Z-Score Model.
5. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti adalah tertarik untuk meneliti tentang
kemungkinan gagal bayar, menggunakan model Merton dan mengembangkan
model tersebut, yang peneliti gunakan untuk mendapatkan keuntungan dari
perusahaan pertambangan batubara yang sahamnya ditransaksikan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama 6 tahun terakhir, 2013-2018
6. RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
Bagaimana kinerja perusahaan dalam membayar piutangnya dan menetukan estimasi
probabilitas gagal bayar yang akan menyebabkan kebangkrutan, termasuk rasio apa saja
yang paling berpengaruh terhadap probabilitas gagal bayar perusahaan batubara.
Mengetahui kinerja perusahaan dalam membayar piutangnya dan menentukan estimasi
jika terdapat probabilitas gagal bayar pada perusahaan yang dapat menyebabkan
kebangkrutan. Selain itu, untuk mengetahui rasio apa saja yang paling berpengaruh
terhadap probabilitas gagal bayar perusahaan batubara
7. TINJAUAN TEORITIS
• Dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan terkadang sulit untuk didefinisikan.
• Faktor internal dalam kebangkrutan sektor usaha terdiri dari faktor finansial dan non
finansial yang bersumber dari dalam perusahaan itu sendiri.
• Prediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan oleh pihak
eksternal seperti investor, kreditor, auditor, pemerintah, dan pemilik perusahaan.
• Model untuk mengantisipasi adanya financial distress perlu dikembangkan, karena model
ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasi bahkan memperbaiki kondisi
sebelum sampai pada suatu krisis
8. TINJAUAN TEORITIS
Diskusi tentang kebangkrutan, ada bebarapa macam kebangkrutan :
i. Economic failure, suatu kondisi pendapatan perusahaan yang tidak mampu menutupi
seluruh total beban biaya perusahaan, termasuk beban biaya modal.
ii. Business failure, kerugian dalam bisnis karena kesalahan keputusan bisnis atau karena
faktor-faktor ekonomi yang lain. Kegagalan audit (audit failure), adalah kesalahan
auditor dalam memberikan opini atas laporan keuangan karena kecerobohan dalam
melaksanakan tugas audit.
iii. Technical insolvency, kegagalan yang terjadi apabila perusahaan tidak dapat memenuhi
kewaiban pada saat jatuh tempo walaupun total aktivanya melebihi total hutangnya
iv. Insolvency in bankruptcy, kegagalan ketka nilai buku melebihi nilai pasar asset yang
dapat mengarah kepada likuidasi bisnis.
v. Legal bankruptcy, kegagalan perusahaan jika telah diputuskan secara resmi oleh
undang-undang
9. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian tentang pengukuran kemungkinan kebangkrutan telah banyak dilakukan.
Ringkasan Pengukuran risiko kegagalan dimulai oleh (Beaver, 1966); menggunakan model
Univariate yang menggunakan rasio keuangan. Selanjutnya (Altman, 1968); menggunakan
model diskriminan untuk mengklasifikasikan perusahaan yang gagal atau mampu
membayar hutangnya yang dikenal dengan Altman Z-Score Model.
(Merton, 1974); memperkenalkan model kegagalan dengan modifikasi harga opsi Model
Black-Scholes. Merton menyatakan kegagalan perusahaan dapat diperkirakan dengan
menggunakan indikator total aset, ekuitas dan hutang perusahaan. Hutang yang meningkat
dan kurangnya aset yang tidak mampu membayar hutang tersebut mengakibatkan
perusahaan gagal membayar hutang tersebut. Model Merton dimodifikasi oleh KMV
sehingga mode kegagalan perusahaan dikenal sebagai Model KMV
10. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian tentang pengukuran kemungkinan kebangkrutan telah banyak dilakukan.
Ringkasan Pengukuran risiko kegagalan dimulai oleh (Beaver, 1966); menggunakan model
Univariate yang menggunakan rasio keuangan. Selanjutnya (Altman, 1968); menggunakan
model diskriminan untuk mengklasifikasikan perusahaan yang gagal atau mampu
membayar hutangnya yang dikenal dengan Altman Z-Score Model.
(Merton, 1974); memperkenalkan model kegagalan dengan modifikasi harga opsi Model
Black-Scholes. Merton menyatakan kegagalan perusahaan dapat diperkirakan dengan
menggunakan indikator total aset, ekuitas dan hutang perusahaan. Hutang yang meningkat
dan kurangnya aset yang tidak mampu membayar hutang tersebut mengakibatkan
perusahaan gagal membayar hutang tersebut. Model Merton dimodifikasi oleh KMV
sehingga mode kegagalan perusahaan dikenal sebagai Model KMV
11. OBJEK PENELITIAN
DATA/VARIABEL
RASIO KEUANGAN PROBABILITY GAGAL BAYAR
PERUSAHAAN BATUBARA INDONESIA
1. Debt Equty Ratio (DER)
2. Gross Profit Margin (GPM)
3. Net Profit Margin (NPM)
4. Time Interest Earned (TIE)
5. Current Ration (CR)
12. JENIS DATA
ALATANALISIS
SEKUNDER
Penelitian ini akan menggunakan data panel model untuk mengestimasi
hubungan antara debt to equity ratio (DER), gross profit margin (GPM),
net profit margin (NPM), EBIT / Interest (TIE) dan current ratio (CR)
yang mempengaruhi probabilitas kebangkrutan. Kemudian estimasi
Expected Default Frequency menggunakan Model Merton (1974) yang
menyesuaikan model BlackScholes (1973)
MODEL PENELITIAN
Jika nilai aset (V) < hutang (D) di akhir tahun,
maka perusahaan dianggap GAGAL BAYAR.
13. PENGUKURAN VARIABEL
Rasio Likuiditas
Rasio Leverage/ Solvabilitas
Rasio Profitabilitas
Net Profit Margin
Time Interest Earned / EBIT
16. KESIMPULAN
1. Nilai rata-rata Expected Default Frequency (EDF) batubara perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama 2013-2018 adalah 90,81%. Selanjutnya EDF memiliki nilai maksimal 1 dan minimal nilai 0,387
dengan standar deviasi 15,4, nilai Skewness -2.270 dan kurtosis 4.877. Gambar telah menunjukkan Probabilitas
fluktuasi Default Frequency antar perusahaan tinggi, bahkan mendekati 1.
2. Margin laba kotor, EBIT / TIE, dan rasio Lancar memiliki pengaruh negative berdampak signifikan terhadap
probabilitas kebangkrutan pada perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016
sampai 2018. Semakin tinggi rasio yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah pula probabilitas
kebangkrutannya.
3. Debt Equity Ratio dan Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan kemungkinan kebangkrutan/ gagal bayar
perusahaan batu bara di Indonesia.