SlideShare a Scribd company logo
1 of 81
BIROKRASI DAN
KAJIAN POLITIK
Oleh : Muh. Firyal Akbar, S.IP,M.Si
DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata Kuliah ini memberikan penjelasan
mengenai konsep Birokrasi, Pendekatan
dalam Birokrasi, Hubungan Birokrasi
dengan Pelayanan Publik dan hal-hal
yang berkaitan antara birokrasi dan
Politik
 Melalui Mata Kuliah Birokrasi dan
Kajian Politik ini mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan dinamika tentang
konsep birokrasi serta kaitannya dengan
pelayanan publik dan politik.
BAGIAN 1: Pengertian dan Konsep
Birokrasi
Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata Biro
(meja) dan Kratein (pemerintahan), yang jika
disintesakan berarti pemerintahan Meja.
Pendapat lain mengenai “Birokrasi” berasal dari kata
“bureau”. Kata “bureau” berasal dari Perancis yang
kemudian diasimilasi oleh Jerman. Artinya adalah
meja atau kadang diperluas jadi kantor. Sebab itu,
terminologi birokrasi adalah aturan yang dikendalikan
lewat meja atau kantor
Birokrasi adalah "setiap organisasi yang
berskala besar yang terdiri atas para pejabat
yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah
untuk melaksanakan (to implement) kebijakan-
kebijakan yang telah diambil oleh para
pengambil keputusan (decision makers).
Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem
rasional atau struktur yang terorganisir yang
dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan
adanya pelaksanaan kebijakan publik yang
efektif dan efisien.
Birokrasi juga dioperasikan oleh serangkaian
aturan serta prosedur yang bersifat tetap.
Terdapat rantai komando berupa hirarki
kewenangan di mana tanggung jawab setiap
bagian-bagiannya 'mengalir' dari 'atas' ke
'bawah.' Selain itu, birokrasi juga disebut
sebagai badan yang menyelenggarakan Civil
Service (pelayanan publik).
Di masa kontemporer, birokrasi adalah "mesin"
yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ada di
organisasi baik pemerintah maupun swasta. Pada
pucuk kekuasaan organisasi terdapat sekumpulan
orang yang menjalankan kekuasaan secara kurang
birokratis, dan dalam konteks negara, mereka
misalnya parlemen atau lembaga
kepresidenan.Selain itu Konsep-konsep birokrasi
secara awam lekat dengan stempel “tak efektif”,
“lambat”, “kaku”, bahkan “menyebalkan.” Stempel-
stempel seperti ini pada satu sisi menemui sejumlah
kebenarannya pada fakta lapangan. Namun,
sebagian lain merupakan stereotipe yang
sesungguhnya masih dapat diperdebatkan
keabsahannya.
Dengan demikian maka Istilah Birokrasi dalam
masyarakat dimaknai secara diametral
(bertentangan satu sama lain yang tidak
mungkin mencapai titik temu):
1. Secara Positif: Birokrasi sebagai alat yang
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
tertentu. Dengan adanya alat yang efisien
dan efektif ini maka tujuan suatu organisasi
(privat maupun publik) lebih mudah tercapai.
2. Secara Negatif: Birokrasi sebagai alat untuk
memperoleh, mempertahankan dan
melaksanakan kekuasaan. Birokrasi adalah
sesuatu yang penuh dengan kekakuan
(inflexibility) dan kemandegan struktural
(structural static), tatacara yang berlebihan
(ritualism) dan penyimpangan sasaran
(pervesion goals), sifat pengabaian (alienation)
serta otomatis (automatism) dan menutup diri
Definisi Birokrasi Menurut Para Pakar
(1)
Farel Heady (1989):
Birokrasi adalah struktur tertentu yang memiliki
karakteristik tertentu: hierarki, diferensiasi dan
kualifikasi atau kompetensi. Hierarkhi bekaitan
dengan struktur jabatan yang mengakibatkan
perbedaan tugas dan wewenang antar anggota
organisasi. Diferensisasi yang dimaksud adalah
perbedaan tugas dan wewenang antar anggota
organisasi birokrasi dalam mencapai tujuan.
Sedangkan kualifikasi atau kompetensi maksudnya
adalah seorang birokrat hendaknya orang yang
memiliki kualifikasi atau kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan
wewenangnya secara profesional.
Definisi Birokrasi Menurut Para Pakar
(2)
Hegel :
Birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi
organiik yang netral di dalam struktur sosial dan
berfungsi sebagai penghubung antara negara
yang memanifestasikan kepentingan umum, dan
masyarakat sipil yang mewakili kepentingan
khusus dalam masyarakat. Hegel melihat, bahwa
birokrasi merupakan jembatan yang dibuat untuk
menghubungkan antara kepentingan masyarakat
dan kepentingan negara yang dalam saat-saat
tertentu berbeda. Oleh sebab itu peran birokrasi
menjadi sangat strategis dalam rangka
menyatukan persepsi dan perspektif antara
negara (pemerintah) dan masyarakat sehingga
tidak terjadi kekacauan.
Definisi Birokrasi Menurut Para Pakar
(3)
Blau dan Meyer :
Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan
kekakuan (inflexibility) dan kemandegan
struktural (structural static), tata cara yang
berlebihan (ritualism) dan penyimpangan
sasaran (pervesion goals), sifat pengabaian
(alienation) serta otomatis (automatism) dan
menutup diri terhadap perbedaan pendapat
(constrain of dissent). Dengan demikian Blau
dan Meyer melihat bahwa birokrasi adalah
sesuatu yang negatif yang hanya akan menjadi
masalah bagi masyarakat.
Definisi Birokrasi Menurut Para Pakar
(4)
Almond and Powell (1966):
The Governmental Bureaucracy is a group of
formally organized offices and duties, lnked in a
complex grading subordinates to the formal
roler maker (Birokrasi Pemerintahan adalah
sekumpulan tugas dan jabatan yang terorganisir
secara formal berkaitan dengan jenjang yang
kompleks dan tunduk pada pembuat peran
formal)
Klasifikasi Birokrasi (1)
Birokrasi menurut Evers, dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga kategori yaitu:
1. Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme
prosedur pemerintahan dan aparat administrasi
publik.
2. Birokrasi dipandang sebagai bentuk organisasi
yang membengkak dan jumlah pegawai yang besar.
3. Birokrasi dipandang sebagai perluasan
kekuasaan pemerintah dengan maksud mengontrol
kegiatan masyarakat.
Klasifikasi Birokrasi (2)
Lee, mengklasifikasikan Birokrasi ke dalam birokrasi
terbuka, campuran, dan tertutup.
1. Birokrasi Terbuka : Dicirikan dengan aksesibilitas
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dalam pemberian pelayanan.
2. Birokrasi Tertutup : Dicirikan dengan Sistem yang
ketat, yang hanya dipunyai oleh para kalangan elite,
orang-orang yang dapat bergabung adalam mereka
yang telah melalui seleksi yang ketat
3. Birokrasi Campuran : Dicirikan dengan
Fleksibilitas ketika aparatur/birokrat dianggap kurang
mampu dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
sehingga diperlukan bantuan dari para expert untuk
mengatasi masalah tersebut.
BAGIAN 2: Konsep Birokrasi Max Webber
dan Martin Albrow
 Max Weber adalah sosok yang dikenal sebagai
bapak birokrasi. Birokrasi dianggap oleh Weber
sebagai tidak rasional. Banyak pengangkatan
pejabat yang mengacu pada political-will
pimpinan Dinasti. Akibatnya banyak pekerjaan
negara yang “salah-urus” atau tidak mencapai
hasil secara maksimal. Atas dasar
“ketidakrasional” itu, Weber kemudian
mengembangkan apa yang seharusnya (ideal
typhus) melekat di sebuah birokrasi.
Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang
ideal menyertakan delapan karakteristik struktural,
yakni :
Pertama, aturan-aturan yang disahkan, regulasi,
dan prosedur yang distandarkan dan arah
tindakan anggota organisasi dalam pencapaian
tugas organisasi. Weber menggambarkan
pengembangan rangkaian kaidah dan panduan
spesifik untuk merencanakan tugas dan
aktivitas organisasi.
Tipe Ideal Birokrasi Webber (1)
 Kedua, spesialisasi peran anggota organisasi
memberikan peluang kepada divisi pekerja
untuk menyederhanakan aktivitas pekerja dalam
menyelesaikan tugas yang rumit. Dengan
memecah tugas-tugas yang rumit ke dalam
aktivitas khusus tersebut, maka produktivitas
pekerja dapat ditingkatkan.
 Ketiga, hirarki otoritas organisasi formal dan
legitimasi peran kekuasaan anggota organisasi
didasarkan pada keahlian pemegang jabatan
secara individu, membantu mengarahkan
hubungan intra personal di antara anggota
organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas
organisasi.
Tipe Ideal Birokrasi Webber (2)
 Keempat, pekerjaan personil berkualitas
didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka
miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas
yang dibebankan kepada mereka. Para manajer
harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja
secara logis, dan individu yang berkualitas dapat
diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya
demi perusahaan.
 Kelima, mampu tukar personil dalam peran
organisasi yang bertanggung jawab memungkinkan
aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu
yang berbeda. Mampu tukar ini menekankan
pentingnya tugas organisasi yang relatif untuk
dibandingkan dengan anggota organisasi tertentu
yang melaksanakan tugasnya-tugasnya.
Tipe Ideal Birokrasi Webber (3)
Keenam, impersonality dan profesionalisme dalam
hubungan intra personil di antara anggota
organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja
tugas organisasi. Menurut prinsipnya, anggota
organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan
organisasi dan mengutamakan tujuan dan
kebutuhan sendiri.
 Ketujuh, uraian tugas yang terperinci harus
diberikan kepada semua anggota organisasi sebagai
garis besar tugas formal dan tanggung jawab
kerjanya. Pekerja harus mempunyai pemahaman
yang jelas tentang keinginan perusahaan dari
kinerja yang mereka lakukan.
 Kedelapan, rasionalitas dan predictability dalam
aktivitas organisasi dan pencapaian tujuan
organisasi membantu meningkatkan stabilitas
perusahaan. Menurut prinsip dasarnya, organisasi
harus dijalankan dengan kaidah dan panduan
pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.
Tipe Ideal Birokrasi Webber (4)
Martin Albrow adalah sosiolog dari Inggris. Ia
banyak menulis seputar pandangan para ahli
seputar konsep birokrasi Weber. Akhirnya, ia
sendiri mengajukan beberapa konsepsinya
seputar birokrasi. Albrow membagi 7 cara
pandang mengenai birokrasi. Ketujuh cara
pandang ini dipergunakan sebagai pisau analisa
guna menganalisis fenomena birokrasi yang
banyak dipraktekkan di era modern
Tipe Birokrasi Martin Albrow (1)
Ketujuh konsepsi birokrasi Albrow adalah :
1. Bureaucracy as Rational Organization
Birokrasi sebagai Organisasi Rasional. Dalam pengertian
ini birokrasi dimaknai sebagai suatu organisasi yang
rasional dalam melaksanakan setiap aktivitasnya. Setiap
tindakan birokrasi hendaknya mengacu pada
pertimbangan-pertimbangan rasional.
2. Bureaucracy as Rule by Official
Birokrasi sebagai Aturan yang dijalankan oleh para
pejabat. Birokrasi merupakan seperangkat aturan yang
dijalankan oleh para pejabat dalam rangka memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan itu dibuat
guna mempermudah proses pelayanan publik. Namun
pada kenyataannya aturan tersebut sering disalahgunakn
demi kepentingan pejabat yang bersangkutan. Akibatnya
masyarakat menjadi antipati dengan berbagai aturan
yang dibuat oleh pejabat publik dan cenderung tidak
ditaati.
Tipe Birokrasi Martin Albrow (2)
3. Bureaucracy as Organizational Ineficiency
Birokrasi sebagai Pemborosan yang dilakukan oleh
organisasi. Pemborosan (ineficiency) yang
dimaksudkan adalah pemborosan dalam segi waktu,
tenaga, finansial maupun sumber daya lainnya.
4. Bureaucracy as Public Administration
Birokrasi sebagai Administrasi Publik. Birokrasi
dalam hal ini disama artikan dengan administrasi
publik. Administrasi Publik adalah proses
pengelolaan sumber daya publik untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat.
Birokrasi adalah unsur pelaksana dari administrasi
publik agar tujuan pelayanan kepada masyarakat
tercapai secara efektif, efisien dan rasional.
Tipe Birokrasi Martin Albrow (3)
5. Bureaucracy as Administration by Officials
Birokrasi sebagai Administrasi yang dilaksanakan
oleh para pegawai. Dalam hal ini pemahaman
terhadap makna birokrasi hampir sama dengan
bureaucracy as rule by official dan bureaucracy as
public administration.
6. Bureaucracy as the Organization
Birokrasi sebagai Organisasi. Organisasi yang
dimaksudkan adalah organisasi memiliki struktur
dan aturan-aturan yang jelas dan formal. Organisasi
merupakan suatu sistem kerjasama yang melibatkan
banyak orang, dimana setiap orang mempunyai
peran dan fungsi serta tugas yang saling
mendukung demi tercapainya tujuan organisasi.
Tipe Birokrasi Martin Albrow (4)
7. Bureaucracy as Modern Society
Birokrasi merupakan ciri dari masyarakat modern.
Bagi masyarakat modern keberaturan merupakan
sebuah kemestian. Keberaturan itu dapat dicapai
jika dilaksanakan oleh suatu institusi formal yang
dapat mengendalikan perilaku menyimpang
masyarakat. Institusi formal itu adalah birokrasi.
Tipe Birokrasi Martin Albrow (5)
BAGIAN 3: Fungsi Birokrasi Dalam
Pemerintahan (1)
Michael G. Roskin, meneyebutkan bahwa sekurang-
kurangnya ada 4 fungsi birokrasi di dealam suatu
pemerintahan modern. Fungs-fungsi tersebut adalah :
1. Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi
administrasi, pelayanan, pengaturan, perizinan, dan
pengumpul informasi. Dengan fungsi administrasi
dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah
mengimplementasikan undang-undang yang telah
disusun oleh legislatif serta penafsiran atas UU tersebut
oleh eksekutif. Dengan demikian, administrasi berarti
pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu negara, di
mana kebijakan umum itu sendiri telah dirancang
sedemikian rupa guna mencapai tujuan negara secara
keseluruhan.
2. Pelayanan
Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani
masyarakat atau kelompok-kelompok khusus. Badan
metereologi dan Geofisika (BMG) di Indonesia
merupakan contoh yang bagus untuk hal ini, di mana
badan tersebut ditujukan demi melayani kepentingan
masyarakat yang akan melakukan perjalanan atau
mengungsikan diri dari kemungkinan bencana alam
3. Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya
dirancang demi mengamankan kesejahteraan
masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan
birokrasi biasanya dihadapkan anatara dua pilihan:
Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat
banyak. Badan birokrasi negara biasanya
diperhadapkan pada dua pilihan ini.
Fungsi Birokrasi Pemerintahan (2)
4. Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan
pokok: Apakah suatu kebijaksanaan mengalami
sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat
kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh
pemerintah berdasarkan situasi faktual. Badan
birokrasi, oleh sebab itu menjadi ujung tombak
pelaksanaan kebijaksanaan negara tentu
menyediakan data-data sehubungan dengan dua
hal tersebut.
Fungsi Birokrasi Pemerintahan (3)
BAGIAN 4: Patologi Birokrasi
Menurut Taliziduhu Ndraha, Miftah Thoha, Peter M.
Blau, David Osborne, JW Schoorl), Patologi birokrasi
adalah penyakit, perilaku negatif, atau penyimpangan
yang dilakukan pejabat atau lembaga birokrasi dalam
rangka melayani publik, melaksanakan tugas, dan
menjalankan program pembangunan. Patologi
Birokrasi (Bureaupathology) adalah himpunan dari
perilaku-perilaku yang kadang-kadang disibukkan oleh
para birokrat
Gejala patologi dalam birokrasi, menurut
Sondang P. Siagian, bersumber pada lima
masalah pokok. Pertama, persepsi gaya
manajerial para pejabat di lingkungan birokrasi
yang menyimpang dari prinsip-prinsip
demokrasi. Hal ini mengakibatkan bentuk
patologi seperti: penyalahgunaan wewenang
dan jabatan menerima sogok, dan nepotisme.
Kedua, rendahnya pengetahuan dan
keterampilan para petugas pelaksana berbagai
kegiatan operasional, mengakibatkan
produktivitas dan mutu pelayanan yang rendah,
serta pegawai sering berbuat kesalahan.
Gejala Patologi Birokrasi (1)
Ketiga, tindakan pejabat yang melanggar
hukum, dengan ”penggemukan” pembiayaan,
menerima sogok, korupsi dan sebagainya.
Keempat, manifestasi perilaku birokrasi yang
bersifat disfungsional atau negatif, seperti:
sewenang-wenang, pura-pura sibuk, dan
diskriminatif. Kelima, akibat situasi internal
berbagai instansi pemerintahan yang berakibat
negatif terhadap birokrasi, seperti: imbalan dan
kondisi kerja yang kurang memadai, ketiadaan
deskripsi dan indikator kerja, dan sistem pilih
kasih.
Gejala Patologi Birokrasi (2)
Penanganan Berlarut
Jenis-Jenis Patologi Birokrasi
Penyimpangan Prosedur Penyalahgunaan Wewenang
Praktek KKNMelalaikan Kewajiban
Pemalsuan
Diskriminatif/Politis
Gratifikasi
Bertindak Tidak Layak
Intervensi
Inkompetensi
Kurang Disiplin
Kurang Transparan
Kurang Akuntabel
Bersikap Arogan
Menurut JW Schoorl (1984):
1. Kekurangan Administrator yang cakap
2. Besarnya jumlah aparat birokrasi
3. Luasnya tugas pemerintahan
4. Arogansi Jabatan
5. Sentralisasi dan besarnya kekuasaan birokrasi.
Faktor Penyebab Patologi Birokrasi (1)
Menurut Miftah Thoha, Peter M. Blau dan Marshal
W Meyer , Taliziduhu Ndraha:
1. Lemahnya faktor moral
2. Gaji rendah
3. Sistem rekrutmen dan promosi tidak baik
4. Aturan dan mekanisme kerja belum jelas
5. Birokrasi berpotensi politis
6. Lemahnya pengawasan
Faktor Penyebab Patologi Birokrasi (2)
• Merugikan birokrasi sendiri (krisis
kepercayaan, delegitimasi sosial, dll),
masyarakat, stakeholder, bangsa dan negara.
• Menghambat tercapainya kemajuan,
modernisasi, dan kesejahteraan.
• Memicu kerawanan sosial dan perubahan
sistem secara evolusi dan revolusi.
Implikasi Patologi Birokrasi
 Penguatan Sistem dalam proses pelayanan,
dengan lebih mengutamakan kepuasaan publik
 Pemberian insentif kepada para aparat/birokrat
yang telah berkinerja baik
 Perekrutan para aparat dengan merit sistem
 Pemberian Punishmant bagi pegawai yang
melakukan pelanggaran dan pemberian award bagi
pegawai yang berprestasi
 Perlu control monitoring dan Evaluasi secara
terus menerus terhadap para aparat dalam
pemberian pelayanan
 Penguatan peraturan-peraturan terhadap pegawai
yang memberikan pelayanan yang akan membawa
kepada perubahan mind set.
Cara-cara Mengatasi Patologi Birokrasi
BAGIAN 5: Good Governance &
Clean Government
Kata governance berasal dari kata to govern (yang
berbeda maknanya dengan to command atau to
order) yang artinya memerintah. Istilah Good
Governance telah diterjemahkan dalam berbagai
istilah, misalnya penyelenggaraan pemerintahan
yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), tata-
pemerintahan yang baik (UNDP), pengelolaan
pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab
(LAN).
• Secara konseptual pengertian good (baik) dalam
istilah Good Governance (kepemerintahan yang
baik), mengandung dua pemahaman :
1. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi
keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang
dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam
mencapai tujuan nasional, kemandirian,
pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial;
2. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan
yang efisien dan efektif dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan dimaksud
Good governance menunjuk pada suatu
penyelenggaraan negara yang bertanggung jawab
serta efektif dan efisien dengan menjaga
kesinergisan interaksi konstruktif diantara
institusi negara/pemerintah (state), sektor
swasta/dunia usaha (private sector) dan
masyarakat (society).
Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan
sembilan aspek fundamental dalam good governance
yang harus diperhatikan yaitu :
1. Participation (Partisipasi)
2. Rule of Law (Penegakan Hukum)
3. Transparancy (Transparan)
4. Responsive (Responsif/Tanggap)
5. Concensus (Kesepakatan)
6. Equity (Kesetaraan)
7. Effective & Efficiency (Efektif dan Efisien)
8. Accountability (Akuntabilitas)
9. Visi Strategi
PRINSIP GOOD GOVERNANCE
& CLEAN GOVERMENT (1)
BAGIAN 6: Reiventing
Government (Mewirausahakan
Birokrasi)
Konsep Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing
Government) pertama kali disampaikan oleh David
Osborne dan Ted Gaebler dalam buku mereka yang
berjudul Reinventing Government: How the
enterpreneurial spirit is transforming the public
sektor
Menurut Osborne dan Gebler, mewirausahakan
birokrasi berarti mentransformasikan semangat
wirausaha ke dalam sektor publik. Di era otonomi
daerah, dimana pemerintah di daerah dituntut
untuk bisa mandiri, usaha tersebut dapat
diterapkan agar produktivitas dan efisiensi kerja
Pemda bisa dioptimalkan.
Permasalahan yang sering muncul dalam
memahami reinventing government adalah
adanya anggapan bahwa dengan adanya konsep
mewirausahakan birokrasi tersebut berarti
kantor dinas/ instansi di Pemerintahan dituntut
untuk “berbisnis” agar dapat memberi nilai
tambah untuk pendapatan. Padahal, maksud yang
sebenarnya adalah memberdayakan institusional.
Bukan menciptakan “pengusaha” dalam
lingkungan birokrasi pemerintahan.
1. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus
lebih menjadi pengarah dari pada menjadi
pelaksana.
2. Pemerintah sebagai milik masyarakat harus
lebih memberdayakan masyarakat ketimbang
terus-menerus melayani masyarakat.
Prinsip-Prinsip Reiventing Government (1)
3. Pemerintah sebagai institusi yang berada di
alam kompetisi haruslah menyuntikkan semangat
persaingan ke dalam tubuh aparat dan organisasi
pelayanannya
4. Unit-unit pemerintahan sebagai lembaga yang
bertugas mewujudkan misi harus lebih diberi
kebebasan dalam berkreasi dan berinovasi.
Prinsip-Prinsip Reiventing Government (2)
5. Pemerintah harus lebih mementingkan hasil
yang akan dicapai daripada terlalu memfokuskan
pada faktor masukan (input).
6. Pemerintah sebagai pelayan masyarakat harus
lebih mementingkan terpenuhinya kepuasan
pelanggan, bukannya memenuhi apa yang menjadi
kemauan birokrasi itu sendiri. Untuk itu, cara-
cara baru dalam memikat pelanggan harus
dilakukan.
Prinsip-Prinsip Reiventing Government (3)
7. Pemerintah sebagai suatu badan usaha harus
pandai mencari uang dan tidak hanya bisa
membelanjakannya. Oleh karena itu, cara-cara
mencari sumber penghasilan yang baru dan
menggalakkan investasi harus selalu menjadi
pemikiran para manajer pemerintahan.
8. Pemerintah sebagai lembaga yang memiliki
daya antisipatif harus mampu mencegah daripada
hanya menanggulangi masalah.
Prinsip-Prinsip Reiventing Government (4)
9. Pemerintah harus menggeser pola kerja
hierarki yang dianut ke model kerja partisipasi
dan kerja sama. Misalnya, rantai organisasi yang
panjang dan ‘gemuk’ harus dikurangi, struktur
organisasi yang tebal harus ditipiskan, dan gugus
kendali mutu harus dikembangkan.
10. Pemerintah sebagai pihak yang berorientasi
pada pasar harus berusaha mengatrol perubahan
lewat penguasaannya terhadap mekanisme pasar.
Prinsip-Prinsip Reiventing Government (5)
BAGIAN 7: Konflik Birokrasi
Di dalam tubuh organisasi maupun
Birokrasi umumnya terdapat bagian-
bagaian atau divisi-divisi. Tidak jarang,
masing-masing dari mereka memiliki
kepentingan yang berbeda
Birokrasi negara dapat saja menjadi medan
tempur di mana dua atau beberapa individu
memperebutkan pengaruh politik ataupun
dukungan politik. Misalnya, birokrasi
pemerintahan daerah Indonesia yang
terkonfigurasi dari paduan dua atau lebih partai
politik memiliki kepentingan berbeda-beda.
Gubernur atau wakil gubernur yang kebetulan
berasal dari dua partai berbeda dapat saja
berkonflik satu sama lain dalam memanajemen
birokrasi.
Michael Klaussner and Mary Ann Groves
menyatakan, konflik baik di dalam maupun antar
organisasi merupakan suatu hal yang lumrah dalam
perjalanan roda administrasi publik. Konflik-konflik
yang mungkin muncul dapat bersifat : interpersonal
(terjadi antar individu dalam organisasi),
antarkelompok antardivisi (antara dua atau lebih
kelompok dalam organisasi), ataupun antarorganisasi
(melibatkan dua atau lebih organisasi).
BAGIAN 8: Faktor- Faktor Politik
Dalam Kinerja Birokrasi
Masalah politik dalam birokrasi negara terjadi pada
tugas utama birokrasi-birokrasi negara. Dalam
proses menjalankan suatu kebijakan, birokrasi-
birokrasi negara tidaklah steril dari lingkungan
politik suatu negara. Berjalan atau stagnannya
implementasi kebijakan negara oleh birokrasi-
birokrasi negara sangat dipengaruhi lingkungan
perpolitikan suatu negara. Pengaruh-pengaruh
tersebut dalam berlangsung dari lingkup internal,
eksternal, resmi, ataupun non resmi.
B. Guy Peters, dimensi pengaruh politik suatu
negara terhadap jalannya administrasi publik yang
dijalankan birokrasi-birokrasi negara, dibagi ke
dalam dua dimensi, yakni :
1. Dimensi Internal-Eksternal
2. Dimensi Formal-Informal
Dimensi Internal
Dimensi pertama : internal, menjelaskan tentang
kegiatan-kegiatan politik di dalam suatu birokrasi
yang berupaya mencari sejumlah masukan dari
kelompok kepentingan, partisan, eksekutif politik, dan
sejumlah besar sumber-sumber lain guna membuat
suatu kebijakan
Dimensi Eksternal
Dimensi Eksternal : Adalah kegiatan-kegiatan politik
birokrasi yang berupaya mencapai pemeliharan dan
perkembangan organisasi.
Dimensi Formal
Dimensi Formal : Adalah kegiatan-kegiatan birokrasi
yang sifatnya resmi yang biasanya menghasilkan
keputusan-keputusan penting terkait akan
dikeluarkan kebijakan oleh para pemimpin.
Dimensi Informal
Dimensi Informal : Adalah Lobi-lobi para birokrat yang
bisa dilakukan dari person to person dalam rangka
upaya perubahan atau penambahan suatu keputusan
Pemerintah.
BAGIAN 9: Posisi Birokrasi Dalam
Pemerintahan
Birokrasi pada intinya merupakan bagian
dari kerja eksekutif. Selaku implementasi
undang-undang, eksekutif memiliki “tangan”
yaitu birokrasi. Birokrasi ini tersebar
menurut departemen-departemen ataupun
kementerian-kementerian yang ada di suatu
Negara.
Dalam sistem presidensil, menteri diangkat secara
prerogative oleh presiden, dan dengan demikian
presiden memiliki kendali atas staf dan kebijakan
yang ada di suatu birokrasi. Dengan lain perkataan,
terdapat suatu “hirarki” antara presiden dengan
birokrasi Negara.
Dalam sistem parlementer menghendaki
pembagian kursi kementerian didasarkan pada
komposisi suara parlemen. Menteri, adalah
anggota parlemen yang tidak bertanggung jawab
kepada presiden tetapi kepada parlemen
Dalam Sitem Pemerintahan diantara keduanya
posisi birokrasi idealnya harus “berdiri” secara
netral agar pelayanan kepada publik tidak hanya
akan dinikmati oleh sebagian saja yang
mempunyai kedekatan dengan yang punya
kekuasaan
BAGIAN 10 : Budaya Politik Dalam
Birokrasi
Perbedaan antar birokrasi setiap Negara,
bahkan antar wilayah di satu Negara, paling
mungkin ditelusuri melalui penyelidikan atas
budaya politik yang berkembang. Budaya ini
mempengaruhi ‘gaya’ dari para birokrat
publik dalam menjalankan fungsinya.
Budaya politik adalah cara lain dalam melakukan
komparasi/perbedaan efektivitas dan efisiensi
kerja antar Negara. Budaya politik ini
mempengaruhi para pejabat publik dalam
melakukan kegiatan birokrasi mereka.
Almond dan Verba telah membagi jenis budaya
politik ke dalam 3 tipe, yaitu : Parokial, Subyek, dan
Partisipan. Pada budaya politik parochial,
warganegara relative jauh dari pemerintah pusat
dan hanya mengakui pemerintah yang dekat dengan
mereka. Pada budaya politik subyek, warganegara
becorak pasif dan memandang pemerintah mereka
dengan curiga. Pada budaya politik partisipan,
warganegara merasa punya peran besar dan berhak
menentukan jalannya pemerintahan.
BAGIAN 10 : Birokrasi Dan
Otonomi Daerah
Guna mencapai keberhasilan
penyelenggaraan otonomi daerah, tentunya
tidak dapat dilepaskan peranan aktif dari
organisasi birokrasi pelaksana otonomi
daerah
Kinerja Birokrasi di Era Otoda tidak lepas dari
keseriusan para pemimpin dan para elite untuk
menciptakan suasana yang baik dalam sistem kerja
para birokrat, tentunya dengan mengedepankan
asas proporsional dan profesionalitas.
Tujuan Otonomi Daerah akan mudah dicapai jika
birokrat daerah tidak berafiliasi dengan para elite
dan tidak menjadikan daerah sebagai “kerajaan-
kerajaan” yang hanya menguntungkan mereka.
Mind set “membangun” dalam melaksanakan
otonomi daerah dengan baik harus dimiliki oleh
para birokrat, dan definisi otoda harus diterapkan
secara sunguh-sunguh.
BAGIAN 12 : Birokrasi Dan
Demokrasi Lokal
Di satu sisi, birokrasi publik menempati posisi
penting dalam administrasi publik yang efektif.
Namun, birokrasi dianggap bersifat legalistik dan
mengabaikan tuntutan serta keinginan warga
negara secara individual. Birokrasi cenderung
diasosiasikan dengan sesuatu yang bersifat hirarkis
bahkan bentuk pemerintahan yang otoritarian. Ini
tetap terjadi meski birokrasi tercipta justru untuk
mengimplementasikan kebijakan yang telah dibuat,
dan seringkali secara demokratis.
Di sisi lain, lembaga pemerintahan yang demokratis
diasumsikan amat responsif pada keinginan publik.
Pemerintahan demokratis berupaya memetakan
pilihan publik ke dalam kebijakan positif bagi warga
negaranya.
Idealnya Birokrasi yang
dijalankan adalah pencerminan
dari keinginan rakyat secara luas
yang mencerminkan sikap
demokratis itu sendiri
Salah satu upaya ke arah pemberdayaan masyarakat
/public adalah dengan demokrasi tingkat local.
Jarak antara konstituen dengan pejabat public
terpilih relative lebih dekat dengan “daerah”
ketimbang “pusat.” Terlebih kini daerah telah punya
kewenangan yang semakin besar dalam
memproduksi dan mengimplementasikan kebijakan
yang punya efek atas masyarakat.
Beberapa prinsip dalam mewujudkan demokrasi
lokal yang baik :
1. Musyawarah untuk Mufakat
2. Pendidikan Politik yang baik dan benar
3. Mind set dalam mewujudkan Pemerintahan
yang baik dan berkesejahtraan sosial
BAGIAN 13: Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan
upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan agar lebih berdaya guna dan berhasil
guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan
dan pembangunan nasional.
Reformasi birokrasi bermakna sebagai sebuah
perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola
pemerintahan Indonesia juga bermakna sebagai
sebuah pertaruhan besar bagi bangsa Indonesia
Beberapa poin langkah-langkah yang perlu
ditempuh untuk menuju reformasi birokrasi.
Langkah internal :
1. Meluruskan orientasi, Reformasi birokrasi
harus berorientasi pada demokratisasi dan bukan
pada kekuasaan. Perubahan birokrasi harus
mengarah pada amanah rakyat karena reformasi
birokrasi harus bermuara pada pelayanan
masyarakat.
2. Memperkuat komitmen, Tekad birokrat untuk
berubah harus ditumbuhkan. Untuk memperkuat
tekad perubahan di kalangan birokrat perlu ada
stimulus, seperti peningkatan kesejahteraan, tetapi
pada saat yang sama tidak memberikan ampun bagi
mereka yang membuat kesalahan atau bekerja tidak
benar.
3. Membangun kultur baru, perlu dilakukan
pembenahan kultur dan etika birokrasi dengan
konsep transparansi, melayani secara terbuka, serta
jelas kode etiknya.
4. Rasionalisasi, Struktur kelembagaan birokrasi
cenderung gemuk dan tidak efisien. Rasionalisasi
kelembagaan dan personalia menjadi penting
dilakukan agar birokrasi menjadi ramping dan
lincah dalam menyelesaikan permasalahan serta
dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di masyarakat, termasuk kemajuan
teknologi informasi.
5. Memperkuat payung hukum, Upaya reformasi
birokrasi perlu dilandasi dengan aturan hukum
yang jelas. Aturan hukum yang jelas bisa menjadi
koridor dalam menjalankan perubahan-
perubahan
6. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, Semua
upaya reformasi birokrasi tidak akan memberikan hasil
yang optimal tanpa disertai sumber daya manusia yang
handal dan profesional. Oleh karena itu untuk
mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang memadai
diperlukan penataan dan sistem rekrutmen kepegawaian,
sistem penggajian, pelaksanaan pelatihan, dan
peningkatan kesejahteraan
Langkah Eksternal :
1. Komitmen dan Keteladanan Para elite Politik
2. Pengawasan Masyarakat
5. Memperkuat payung hukum, Upaya reformasi
birokrasi perlu dilandasi dengan aturan hukum
yang jelas. Aturan hukum yang jelas bisa menjadi
koridor dalam menjalankan perubahan-
perubahan
6. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, Semua
upaya reformasi birokrasi tidak akan memberikan hasil
yang optimal tanpa disertai sumber daya manusia yang
handal dan profesional. Oleh karena itu untuk
mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang memadai
diperlukan penataan dan sistem rekrutmen kepegawaian,
sistem penggajian, pelaksanaan pelatihan, dan
peningkatan kesejahteraan
Birokrasi dan Kajian Politik

More Related Content

What's hot

Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Ian Setiawan
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHarles Janang
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanTri Widodo W. UTOMO
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public servicePutra Manurung
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Tatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negaraTatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negaraendahmustika
 
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Dadang Solihin
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakanMuh Firyal Akbar
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)Tri Widodo W. UTOMO
 
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...Siti Sahati
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAFajar Dolly
 
Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanZakiah dr
 

What's hot (20)

Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakanPertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
 
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lain
 
Organisasi Pemerintahan
Organisasi PemerintahanOrganisasi Pemerintahan
Organisasi Pemerintahan
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi PembangunanAdministrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Kebijakan Publik
Kebijakan PublikKebijakan Publik
Kebijakan Publik
 
Materi Kebijakan publik
Materi Kebijakan publikMateri Kebijakan publik
Materi Kebijakan publik
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public service
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Tatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negaraTatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negara
 
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
 
siklus kebijakan publik
siklus kebijakan publiksiklus kebijakan publik
siklus kebijakan publik
 
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
Hubungan antara administrasi negara dan kebijakan publik dalam kaitannya deng...
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
 
Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
 
Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi Kebijakan
 

Similar to Birokrasi dan Kajian Politik

Similar to Birokrasi dan Kajian Politik (20)

04 Teori Organisasi Adm Publik
04 Teori Organisasi   Adm Publik04 Teori Organisasi   Adm Publik
04 Teori Organisasi Adm Publik
 
Birokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weberBirokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weber
 
Pertemuan 2; KONSEP DAN TEORI BIROKRASI.pptx
Pertemuan 2; KONSEP DAN TEORI BIROKRASI.pptxPertemuan 2; KONSEP DAN TEORI BIROKRASI.pptx
Pertemuan 2; KONSEP DAN TEORI BIROKRASI.pptx
 
Makalah birokrasi STIP WUNA
Makalah birokrasi STIP WUNA Makalah birokrasi STIP WUNA
Makalah birokrasi STIP WUNA
 
Makalah birokrasi
Makalah birokrasiMakalah birokrasi
Makalah birokrasi
 
Makalah birokrasi
Makalah birokrasiMakalah birokrasi
Makalah birokrasi
 
Makalah birokrasi
Makalah birokrasiMakalah birokrasi
Makalah birokrasi
 
Pertemuan Ke-7 (Birokrasi).pptx
Pertemuan Ke-7 (Birokrasi).pptxPertemuan Ke-7 (Birokrasi).pptx
Pertemuan Ke-7 (Birokrasi).pptx
 
Makalah birokrasi
Makalah birokrasiMakalah birokrasi
Makalah birokrasi
 
Makalah birokrasi
Makalah birokrasiMakalah birokrasi
Makalah birokrasi
 
Patologi birokrasi dalam pelaksanaan pemerintahan okjen
Patologi birokrasi dalam pelaksanaan pemerintahan okjenPatologi birokrasi dalam pelaksanaan pemerintahan okjen
Patologi birokrasi dalam pelaksanaan pemerintahan okjen
 
Konsep birokrasi albrow
Konsep birokrasi albrowKonsep birokrasi albrow
Konsep birokrasi albrow
 
118276795 etika-pemerintahan-1
118276795 etika-pemerintahan-1118276795 etika-pemerintahan-1
118276795 etika-pemerintahan-1
 
Definisi birokrasi
Definisi birokrasiDefinisi birokrasi
Definisi birokrasi
 
Pertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerja
Pertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerjaPertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerja
Pertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerja
 
Birokrasi
BirokrasiBirokrasi
Birokrasi
 
Bab 1 pengantar organisasi dan latar belakang, Novi Catur Muspita
Bab 1 pengantar organisasi dan latar belakang, Novi Catur MuspitaBab 1 pengantar organisasi dan latar belakang, Novi Catur Muspita
Bab 1 pengantar organisasi dan latar belakang, Novi Catur Muspita
 
Tugas teori organisasi
Tugas teori organisasiTugas teori organisasi
Tugas teori organisasi
 
Pertemuan 2.pptx
Pertemuan 2.pptxPertemuan 2.pptx
Pertemuan 2.pptx
 
Ilmu organisasi
Ilmu organisasiIlmu organisasi
Ilmu organisasi
 

More from Muh Firyal Akbar

Strategi Capacity Building.pptx
Strategi Capacity Building.pptxStrategi Capacity Building.pptx
Strategi Capacity Building.pptxMuh Firyal Akbar
 
2 Model Formulasi Kebijakan
2 Model Formulasi Kebijakan2 Model Formulasi Kebijakan
2 Model Formulasi KebijakanMuh Firyal Akbar
 
Pengertian Kebijakan Publik
Pengertian Kebijakan PublikPengertian Kebijakan Publik
Pengertian Kebijakan PublikMuh Firyal Akbar
 
Sistem dan Prosedur Pelayanan di Desa
Sistem dan Prosedur Pelayanan di DesaSistem dan Prosedur Pelayanan di Desa
Sistem dan Prosedur Pelayanan di DesaMuh Firyal Akbar
 

More from Muh Firyal Akbar (6)

Strategi Capacity Building.pptx
Strategi Capacity Building.pptxStrategi Capacity Building.pptx
Strategi Capacity Building.pptx
 
2 Model Formulasi Kebijakan
2 Model Formulasi Kebijakan2 Model Formulasi Kebijakan
2 Model Formulasi Kebijakan
 
Pengertian Kebijakan Publik
Pengertian Kebijakan PublikPengertian Kebijakan Publik
Pengertian Kebijakan Publik
 
Sistem dan Prosedur Pelayanan di Desa
Sistem dan Prosedur Pelayanan di DesaSistem dan Prosedur Pelayanan di Desa
Sistem dan Prosedur Pelayanan di Desa
 
Sistim Sosial Politik
Sistim Sosial PolitikSistim Sosial Politik
Sistim Sosial Politik
 
Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politikPengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

Birokrasi dan Kajian Politik

  • 1. BIROKRASI DAN KAJIAN POLITIK Oleh : Muh. Firyal Akbar, S.IP,M.Si
  • 2. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata Kuliah ini memberikan penjelasan mengenai konsep Birokrasi, Pendekatan dalam Birokrasi, Hubungan Birokrasi dengan Pelayanan Publik dan hal-hal yang berkaitan antara birokrasi dan Politik  Melalui Mata Kuliah Birokrasi dan Kajian Politik ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dinamika tentang konsep birokrasi serta kaitannya dengan pelayanan publik dan politik.
  • 3. BAGIAN 1: Pengertian dan Konsep Birokrasi Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata Biro (meja) dan Kratein (pemerintahan), yang jika disintesakan berarti pemerintahan Meja. Pendapat lain mengenai “Birokrasi” berasal dari kata “bureau”. Kata “bureau” berasal dari Perancis yang kemudian diasimilasi oleh Jerman. Artinya adalah meja atau kadang diperluas jadi kantor. Sebab itu, terminologi birokrasi adalah aturan yang dikendalikan lewat meja atau kantor
  • 4. Birokrasi adalah "setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri atas para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan (to implement) kebijakan- kebijakan yang telah diambil oleh para pengambil keputusan (decision makers). Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional atau struktur yang terorganisir yang dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan adanya pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.
  • 5. Birokrasi juga dioperasikan oleh serangkaian aturan serta prosedur yang bersifat tetap. Terdapat rantai komando berupa hirarki kewenangan di mana tanggung jawab setiap bagian-bagiannya 'mengalir' dari 'atas' ke 'bawah.' Selain itu, birokrasi juga disebut sebagai badan yang menyelenggarakan Civil Service (pelayanan publik).
  • 6. Di masa kontemporer, birokrasi adalah "mesin" yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ada di organisasi baik pemerintah maupun swasta. Pada pucuk kekuasaan organisasi terdapat sekumpulan orang yang menjalankan kekuasaan secara kurang birokratis, dan dalam konteks negara, mereka misalnya parlemen atau lembaga kepresidenan.Selain itu Konsep-konsep birokrasi secara awam lekat dengan stempel “tak efektif”, “lambat”, “kaku”, bahkan “menyebalkan.” Stempel- stempel seperti ini pada satu sisi menemui sejumlah kebenarannya pada fakta lapangan. Namun, sebagian lain merupakan stereotipe yang sesungguhnya masih dapat diperdebatkan keabsahannya.
  • 7. Dengan demikian maka Istilah Birokrasi dalam masyarakat dimaknai secara diametral (bertentangan satu sama lain yang tidak mungkin mencapai titik temu): 1. Secara Positif: Birokrasi sebagai alat yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya alat yang efisien dan efektif ini maka tujuan suatu organisasi (privat maupun publik) lebih mudah tercapai. 2. Secara Negatif: Birokrasi sebagai alat untuk memperoleh, mempertahankan dan melaksanakan kekuasaan. Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan kekakuan (inflexibility) dan kemandegan struktural (structural static), tatacara yang berlebihan (ritualism) dan penyimpangan sasaran (pervesion goals), sifat pengabaian (alienation) serta otomatis (automatism) dan menutup diri
  • 8. Definisi Birokrasi Menurut Para Pakar (1) Farel Heady (1989): Birokrasi adalah struktur tertentu yang memiliki karakteristik tertentu: hierarki, diferensiasi dan kualifikasi atau kompetensi. Hierarkhi bekaitan dengan struktur jabatan yang mengakibatkan perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi. Diferensisasi yang dimaksud adalah perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi birokrasi dalam mencapai tujuan. Sedangkan kualifikasi atau kompetensi maksudnya adalah seorang birokrat hendaknya orang yang memiliki kualifikasi atau kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya secara profesional.
  • 9. Definisi Birokrasi Menurut Para Pakar (2) Hegel : Birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi organiik yang netral di dalam struktur sosial dan berfungsi sebagai penghubung antara negara yang memanifestasikan kepentingan umum, dan masyarakat sipil yang mewakili kepentingan khusus dalam masyarakat. Hegel melihat, bahwa birokrasi merupakan jembatan yang dibuat untuk menghubungkan antara kepentingan masyarakat dan kepentingan negara yang dalam saat-saat tertentu berbeda. Oleh sebab itu peran birokrasi menjadi sangat strategis dalam rangka menyatukan persepsi dan perspektif antara negara (pemerintah) dan masyarakat sehingga tidak terjadi kekacauan.
  • 10. Definisi Birokrasi Menurut Para Pakar (3) Blau dan Meyer : Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan kekakuan (inflexibility) dan kemandegan struktural (structural static), tata cara yang berlebihan (ritualism) dan penyimpangan sasaran (pervesion goals), sifat pengabaian (alienation) serta otomatis (automatism) dan menutup diri terhadap perbedaan pendapat (constrain of dissent). Dengan demikian Blau dan Meyer melihat bahwa birokrasi adalah sesuatu yang negatif yang hanya akan menjadi masalah bagi masyarakat.
  • 11. Definisi Birokrasi Menurut Para Pakar (4) Almond and Powell (1966): The Governmental Bureaucracy is a group of formally organized offices and duties, lnked in a complex grading subordinates to the formal roler maker (Birokrasi Pemerintahan adalah sekumpulan tugas dan jabatan yang terorganisir secara formal berkaitan dengan jenjang yang kompleks dan tunduk pada pembuat peran formal)
  • 12. Klasifikasi Birokrasi (1) Birokrasi menurut Evers, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu: 1. Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahan dan aparat administrasi publik. 2. Birokrasi dipandang sebagai bentuk organisasi yang membengkak dan jumlah pegawai yang besar. 3. Birokrasi dipandang sebagai perluasan kekuasaan pemerintah dengan maksud mengontrol kegiatan masyarakat.
  • 13. Klasifikasi Birokrasi (2) Lee, mengklasifikasikan Birokrasi ke dalam birokrasi terbuka, campuran, dan tertutup. 1. Birokrasi Terbuka : Dicirikan dengan aksesibilitas masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dalam pemberian pelayanan. 2. Birokrasi Tertutup : Dicirikan dengan Sistem yang ketat, yang hanya dipunyai oleh para kalangan elite, orang-orang yang dapat bergabung adalam mereka yang telah melalui seleksi yang ketat 3. Birokrasi Campuran : Dicirikan dengan Fleksibilitas ketika aparatur/birokrat dianggap kurang mampu dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga diperlukan bantuan dari para expert untuk mengatasi masalah tersebut.
  • 14. BAGIAN 2: Konsep Birokrasi Max Webber dan Martin Albrow  Max Weber adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi. Birokrasi dianggap oleh Weber sebagai tidak rasional. Banyak pengangkatan pejabat yang mengacu pada political-will pimpinan Dinasti. Akibatnya banyak pekerjaan negara yang “salah-urus” atau tidak mencapai hasil secara maksimal. Atas dasar “ketidakrasional” itu, Weber kemudian mengembangkan apa yang seharusnya (ideal typhus) melekat di sebuah birokrasi.
  • 15. Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik struktural, yakni : Pertama, aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan dan arah tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi. Weber menggambarkan pengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan aktivitas organisasi. Tipe Ideal Birokrasi Webber (1)
  • 16.  Kedua, spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada divisi pekerja untuk menyederhanakan aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas yang rumit. Dengan memecah tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut, maka produktivitas pekerja dapat ditingkatkan.  Ketiga, hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan anggota organisasi didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu, membantu mengarahkan hubungan intra personal di antara anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas organisasi. Tipe Ideal Birokrasi Webber (2)
  • 17.  Keempat, pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka. Para manajer harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara logis, dan individu yang berkualitas dapat diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya demi perusahaan.  Kelima, mampu tukar personil dalam peran organisasi yang bertanggung jawab memungkinkan aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu yang berbeda. Mampu tukar ini menekankan pentingnya tugas organisasi yang relatif untuk dibandingkan dengan anggota organisasi tertentu yang melaksanakan tugasnya-tugasnya. Tipe Ideal Birokrasi Webber (3)
  • 18. Keenam, impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil di antara anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi. Menurut prinsipnya, anggota organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan organisasi dan mengutamakan tujuan dan kebutuhan sendiri.  Ketujuh, uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota organisasi sebagai garis besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja harus mempunyai pemahaman yang jelas tentang keinginan perusahaan dari kinerja yang mereka lakukan.  Kedelapan, rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi dan pencapaian tujuan organisasi membantu meningkatkan stabilitas perusahaan. Menurut prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan panduan pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan. Tipe Ideal Birokrasi Webber (4)
  • 19. Martin Albrow adalah sosiolog dari Inggris. Ia banyak menulis seputar pandangan para ahli seputar konsep birokrasi Weber. Akhirnya, ia sendiri mengajukan beberapa konsepsinya seputar birokrasi. Albrow membagi 7 cara pandang mengenai birokrasi. Ketujuh cara pandang ini dipergunakan sebagai pisau analisa guna menganalisis fenomena birokrasi yang banyak dipraktekkan di era modern Tipe Birokrasi Martin Albrow (1)
  • 20. Ketujuh konsepsi birokrasi Albrow adalah : 1. Bureaucracy as Rational Organization Birokrasi sebagai Organisasi Rasional. Dalam pengertian ini birokrasi dimaknai sebagai suatu organisasi yang rasional dalam melaksanakan setiap aktivitasnya. Setiap tindakan birokrasi hendaknya mengacu pada pertimbangan-pertimbangan rasional. 2. Bureaucracy as Rule by Official Birokrasi sebagai Aturan yang dijalankan oleh para pejabat. Birokrasi merupakan seperangkat aturan yang dijalankan oleh para pejabat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan itu dibuat guna mempermudah proses pelayanan publik. Namun pada kenyataannya aturan tersebut sering disalahgunakn demi kepentingan pejabat yang bersangkutan. Akibatnya masyarakat menjadi antipati dengan berbagai aturan yang dibuat oleh pejabat publik dan cenderung tidak ditaati. Tipe Birokrasi Martin Albrow (2)
  • 21. 3. Bureaucracy as Organizational Ineficiency Birokrasi sebagai Pemborosan yang dilakukan oleh organisasi. Pemborosan (ineficiency) yang dimaksudkan adalah pemborosan dalam segi waktu, tenaga, finansial maupun sumber daya lainnya. 4. Bureaucracy as Public Administration Birokrasi sebagai Administrasi Publik. Birokrasi dalam hal ini disama artikan dengan administrasi publik. Administrasi Publik adalah proses pengelolaan sumber daya publik untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat. Birokrasi adalah unsur pelaksana dari administrasi publik agar tujuan pelayanan kepada masyarakat tercapai secara efektif, efisien dan rasional. Tipe Birokrasi Martin Albrow (3)
  • 22. 5. Bureaucracy as Administration by Officials Birokrasi sebagai Administrasi yang dilaksanakan oleh para pegawai. Dalam hal ini pemahaman terhadap makna birokrasi hampir sama dengan bureaucracy as rule by official dan bureaucracy as public administration. 6. Bureaucracy as the Organization Birokrasi sebagai Organisasi. Organisasi yang dimaksudkan adalah organisasi memiliki struktur dan aturan-aturan yang jelas dan formal. Organisasi merupakan suatu sistem kerjasama yang melibatkan banyak orang, dimana setiap orang mempunyai peran dan fungsi serta tugas yang saling mendukung demi tercapainya tujuan organisasi. Tipe Birokrasi Martin Albrow (4)
  • 23. 7. Bureaucracy as Modern Society Birokrasi merupakan ciri dari masyarakat modern. Bagi masyarakat modern keberaturan merupakan sebuah kemestian. Keberaturan itu dapat dicapai jika dilaksanakan oleh suatu institusi formal yang dapat mengendalikan perilaku menyimpang masyarakat. Institusi formal itu adalah birokrasi. Tipe Birokrasi Martin Albrow (5)
  • 24. BAGIAN 3: Fungsi Birokrasi Dalam Pemerintahan (1) Michael G. Roskin, meneyebutkan bahwa sekurang- kurangnya ada 4 fungsi birokrasi di dealam suatu pemerintahan modern. Fungs-fungsi tersebut adalah : 1. Administrasi Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi, pelayanan, pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi administrasi dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah mengimplementasikan undang-undang yang telah disusun oleh legislatif serta penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian, administrasi berarti pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu negara, di mana kebijakan umum itu sendiri telah dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan negara secara keseluruhan.
  • 25. 2. Pelayanan Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau kelompok-kelompok khusus. Badan metereologi dan Geofisika (BMG) di Indonesia merupakan contoh yang bagus untuk hal ini, di mana badan tersebut ditujukan demi melayani kepentingan masyarakat yang akan melakukan perjalanan atau mengungsikan diri dari kemungkinan bencana alam 3. Pengaturan (regulation) Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi mengamankan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan birokrasi biasanya dihadapkan anatara dua pilihan: Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat banyak. Badan birokrasi negara biasanya diperhadapkan pada dua pilihan ini. Fungsi Birokrasi Pemerintahan (2)
  • 26. 4. Pengumpul Informasi (Information Gathering) Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi faktual. Badan birokrasi, oleh sebab itu menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data sehubungan dengan dua hal tersebut. Fungsi Birokrasi Pemerintahan (3)
  • 27. BAGIAN 4: Patologi Birokrasi Menurut Taliziduhu Ndraha, Miftah Thoha, Peter M. Blau, David Osborne, JW Schoorl), Patologi birokrasi adalah penyakit, perilaku negatif, atau penyimpangan yang dilakukan pejabat atau lembaga birokrasi dalam rangka melayani publik, melaksanakan tugas, dan menjalankan program pembangunan. Patologi Birokrasi (Bureaupathology) adalah himpunan dari perilaku-perilaku yang kadang-kadang disibukkan oleh para birokrat
  • 28. Gejala patologi dalam birokrasi, menurut Sondang P. Siagian, bersumber pada lima masalah pokok. Pertama, persepsi gaya manajerial para pejabat di lingkungan birokrasi yang menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi. Hal ini mengakibatkan bentuk patologi seperti: penyalahgunaan wewenang dan jabatan menerima sogok, dan nepotisme. Kedua, rendahnya pengetahuan dan keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan operasional, mengakibatkan produktivitas dan mutu pelayanan yang rendah, serta pegawai sering berbuat kesalahan. Gejala Patologi Birokrasi (1)
  • 29. Ketiga, tindakan pejabat yang melanggar hukum, dengan ”penggemukan” pembiayaan, menerima sogok, korupsi dan sebagainya. Keempat, manifestasi perilaku birokrasi yang bersifat disfungsional atau negatif, seperti: sewenang-wenang, pura-pura sibuk, dan diskriminatif. Kelima, akibat situasi internal berbagai instansi pemerintahan yang berakibat negatif terhadap birokrasi, seperti: imbalan dan kondisi kerja yang kurang memadai, ketiadaan deskripsi dan indikator kerja, dan sistem pilih kasih. Gejala Patologi Birokrasi (2)
  • 30. Penanganan Berlarut Jenis-Jenis Patologi Birokrasi Penyimpangan Prosedur Penyalahgunaan Wewenang Praktek KKNMelalaikan Kewajiban Pemalsuan Diskriminatif/Politis Gratifikasi Bertindak Tidak Layak Intervensi Inkompetensi Kurang Disiplin Kurang Transparan Kurang Akuntabel Bersikap Arogan
  • 31. Menurut JW Schoorl (1984): 1. Kekurangan Administrator yang cakap 2. Besarnya jumlah aparat birokrasi 3. Luasnya tugas pemerintahan 4. Arogansi Jabatan 5. Sentralisasi dan besarnya kekuasaan birokrasi. Faktor Penyebab Patologi Birokrasi (1)
  • 32. Menurut Miftah Thoha, Peter M. Blau dan Marshal W Meyer , Taliziduhu Ndraha: 1. Lemahnya faktor moral 2. Gaji rendah 3. Sistem rekrutmen dan promosi tidak baik 4. Aturan dan mekanisme kerja belum jelas 5. Birokrasi berpotensi politis 6. Lemahnya pengawasan Faktor Penyebab Patologi Birokrasi (2)
  • 33. • Merugikan birokrasi sendiri (krisis kepercayaan, delegitimasi sosial, dll), masyarakat, stakeholder, bangsa dan negara. • Menghambat tercapainya kemajuan, modernisasi, dan kesejahteraan. • Memicu kerawanan sosial dan perubahan sistem secara evolusi dan revolusi. Implikasi Patologi Birokrasi
  • 34.  Penguatan Sistem dalam proses pelayanan, dengan lebih mengutamakan kepuasaan publik  Pemberian insentif kepada para aparat/birokrat yang telah berkinerja baik  Perekrutan para aparat dengan merit sistem  Pemberian Punishmant bagi pegawai yang melakukan pelanggaran dan pemberian award bagi pegawai yang berprestasi  Perlu control monitoring dan Evaluasi secara terus menerus terhadap para aparat dalam pemberian pelayanan  Penguatan peraturan-peraturan terhadap pegawai yang memberikan pelayanan yang akan membawa kepada perubahan mind set. Cara-cara Mengatasi Patologi Birokrasi
  • 35. BAGIAN 5: Good Governance & Clean Government Kata governance berasal dari kata to govern (yang berbeda maknanya dengan to command atau to order) yang artinya memerintah. Istilah Good Governance telah diterjemahkan dalam berbagai istilah, misalnya penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), tata- pemerintahan yang baik (UNDP), pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab (LAN).
  • 36. • Secara konseptual pengertian good (baik) dalam istilah Good Governance (kepemerintahan yang baik), mengandung dua pemahaman : 1. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial; 2. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efisien dan efektif dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan dimaksud
  • 37. Good governance menunjuk pada suatu penyelenggaraan negara yang bertanggung jawab serta efektif dan efisien dengan menjaga kesinergisan interaksi konstruktif diantara institusi negara/pemerintah (state), sektor swasta/dunia usaha (private sector) dan masyarakat (society).
  • 38. Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental dalam good governance yang harus diperhatikan yaitu : 1. Participation (Partisipasi) 2. Rule of Law (Penegakan Hukum) 3. Transparancy (Transparan) 4. Responsive (Responsif/Tanggap) 5. Concensus (Kesepakatan) 6. Equity (Kesetaraan) 7. Effective & Efficiency (Efektif dan Efisien) 8. Accountability (Akuntabilitas) 9. Visi Strategi PRINSIP GOOD GOVERNANCE & CLEAN GOVERMENT (1)
  • 39. BAGIAN 6: Reiventing Government (Mewirausahakan Birokrasi) Konsep Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing Government) pertama kali disampaikan oleh David Osborne dan Ted Gaebler dalam buku mereka yang berjudul Reinventing Government: How the enterpreneurial spirit is transforming the public sektor
  • 40. Menurut Osborne dan Gebler, mewirausahakan birokrasi berarti mentransformasikan semangat wirausaha ke dalam sektor publik. Di era otonomi daerah, dimana pemerintah di daerah dituntut untuk bisa mandiri, usaha tersebut dapat diterapkan agar produktivitas dan efisiensi kerja Pemda bisa dioptimalkan.
  • 41. Permasalahan yang sering muncul dalam memahami reinventing government adalah adanya anggapan bahwa dengan adanya konsep mewirausahakan birokrasi tersebut berarti kantor dinas/ instansi di Pemerintahan dituntut untuk “berbisnis” agar dapat memberi nilai tambah untuk pendapatan. Padahal, maksud yang sebenarnya adalah memberdayakan institusional. Bukan menciptakan “pengusaha” dalam lingkungan birokrasi pemerintahan.
  • 42. 1. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus lebih menjadi pengarah dari pada menjadi pelaksana. 2. Pemerintah sebagai milik masyarakat harus lebih memberdayakan masyarakat ketimbang terus-menerus melayani masyarakat. Prinsip-Prinsip Reiventing Government (1)
  • 43. 3. Pemerintah sebagai institusi yang berada di alam kompetisi haruslah menyuntikkan semangat persaingan ke dalam tubuh aparat dan organisasi pelayanannya 4. Unit-unit pemerintahan sebagai lembaga yang bertugas mewujudkan misi harus lebih diberi kebebasan dalam berkreasi dan berinovasi. Prinsip-Prinsip Reiventing Government (2)
  • 44. 5. Pemerintah harus lebih mementingkan hasil yang akan dicapai daripada terlalu memfokuskan pada faktor masukan (input). 6. Pemerintah sebagai pelayan masyarakat harus lebih mementingkan terpenuhinya kepuasan pelanggan, bukannya memenuhi apa yang menjadi kemauan birokrasi itu sendiri. Untuk itu, cara- cara baru dalam memikat pelanggan harus dilakukan. Prinsip-Prinsip Reiventing Government (3)
  • 45. 7. Pemerintah sebagai suatu badan usaha harus pandai mencari uang dan tidak hanya bisa membelanjakannya. Oleh karena itu, cara-cara mencari sumber penghasilan yang baru dan menggalakkan investasi harus selalu menjadi pemikiran para manajer pemerintahan. 8. Pemerintah sebagai lembaga yang memiliki daya antisipatif harus mampu mencegah daripada hanya menanggulangi masalah. Prinsip-Prinsip Reiventing Government (4)
  • 46. 9. Pemerintah harus menggeser pola kerja hierarki yang dianut ke model kerja partisipasi dan kerja sama. Misalnya, rantai organisasi yang panjang dan ‘gemuk’ harus dikurangi, struktur organisasi yang tebal harus ditipiskan, dan gugus kendali mutu harus dikembangkan. 10. Pemerintah sebagai pihak yang berorientasi pada pasar harus berusaha mengatrol perubahan lewat penguasaannya terhadap mekanisme pasar. Prinsip-Prinsip Reiventing Government (5)
  • 47. BAGIAN 7: Konflik Birokrasi Di dalam tubuh organisasi maupun Birokrasi umumnya terdapat bagian- bagaian atau divisi-divisi. Tidak jarang, masing-masing dari mereka memiliki kepentingan yang berbeda
  • 48. Birokrasi negara dapat saja menjadi medan tempur di mana dua atau beberapa individu memperebutkan pengaruh politik ataupun dukungan politik. Misalnya, birokrasi pemerintahan daerah Indonesia yang terkonfigurasi dari paduan dua atau lebih partai politik memiliki kepentingan berbeda-beda. Gubernur atau wakil gubernur yang kebetulan berasal dari dua partai berbeda dapat saja berkonflik satu sama lain dalam memanajemen birokrasi.
  • 49. Michael Klaussner and Mary Ann Groves menyatakan, konflik baik di dalam maupun antar organisasi merupakan suatu hal yang lumrah dalam perjalanan roda administrasi publik. Konflik-konflik yang mungkin muncul dapat bersifat : interpersonal (terjadi antar individu dalam organisasi), antarkelompok antardivisi (antara dua atau lebih kelompok dalam organisasi), ataupun antarorganisasi (melibatkan dua atau lebih organisasi).
  • 50. BAGIAN 8: Faktor- Faktor Politik Dalam Kinerja Birokrasi Masalah politik dalam birokrasi negara terjadi pada tugas utama birokrasi-birokrasi negara. Dalam proses menjalankan suatu kebijakan, birokrasi- birokrasi negara tidaklah steril dari lingkungan politik suatu negara. Berjalan atau stagnannya implementasi kebijakan negara oleh birokrasi- birokrasi negara sangat dipengaruhi lingkungan perpolitikan suatu negara. Pengaruh-pengaruh tersebut dalam berlangsung dari lingkup internal, eksternal, resmi, ataupun non resmi.
  • 51. B. Guy Peters, dimensi pengaruh politik suatu negara terhadap jalannya administrasi publik yang dijalankan birokrasi-birokrasi negara, dibagi ke dalam dua dimensi, yakni : 1. Dimensi Internal-Eksternal 2. Dimensi Formal-Informal
  • 52. Dimensi Internal Dimensi pertama : internal, menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan politik di dalam suatu birokrasi yang berupaya mencari sejumlah masukan dari kelompok kepentingan, partisan, eksekutif politik, dan sejumlah besar sumber-sumber lain guna membuat suatu kebijakan
  • 53. Dimensi Eksternal Dimensi Eksternal : Adalah kegiatan-kegiatan politik birokrasi yang berupaya mencapai pemeliharan dan perkembangan organisasi.
  • 54. Dimensi Formal Dimensi Formal : Adalah kegiatan-kegiatan birokrasi yang sifatnya resmi yang biasanya menghasilkan keputusan-keputusan penting terkait akan dikeluarkan kebijakan oleh para pemimpin.
  • 55. Dimensi Informal Dimensi Informal : Adalah Lobi-lobi para birokrat yang bisa dilakukan dari person to person dalam rangka upaya perubahan atau penambahan suatu keputusan Pemerintah.
  • 56. BAGIAN 9: Posisi Birokrasi Dalam Pemerintahan Birokrasi pada intinya merupakan bagian dari kerja eksekutif. Selaku implementasi undang-undang, eksekutif memiliki “tangan” yaitu birokrasi. Birokrasi ini tersebar menurut departemen-departemen ataupun kementerian-kementerian yang ada di suatu Negara.
  • 57. Dalam sistem presidensil, menteri diangkat secara prerogative oleh presiden, dan dengan demikian presiden memiliki kendali atas staf dan kebijakan yang ada di suatu birokrasi. Dengan lain perkataan, terdapat suatu “hirarki” antara presiden dengan birokrasi Negara.
  • 58. Dalam sistem parlementer menghendaki pembagian kursi kementerian didasarkan pada komposisi suara parlemen. Menteri, adalah anggota parlemen yang tidak bertanggung jawab kepada presiden tetapi kepada parlemen
  • 59. Dalam Sitem Pemerintahan diantara keduanya posisi birokrasi idealnya harus “berdiri” secara netral agar pelayanan kepada publik tidak hanya akan dinikmati oleh sebagian saja yang mempunyai kedekatan dengan yang punya kekuasaan
  • 60. BAGIAN 10 : Budaya Politik Dalam Birokrasi Perbedaan antar birokrasi setiap Negara, bahkan antar wilayah di satu Negara, paling mungkin ditelusuri melalui penyelidikan atas budaya politik yang berkembang. Budaya ini mempengaruhi ‘gaya’ dari para birokrat publik dalam menjalankan fungsinya.
  • 61. Budaya politik adalah cara lain dalam melakukan komparasi/perbedaan efektivitas dan efisiensi kerja antar Negara. Budaya politik ini mempengaruhi para pejabat publik dalam melakukan kegiatan birokrasi mereka.
  • 62. Almond dan Verba telah membagi jenis budaya politik ke dalam 3 tipe, yaitu : Parokial, Subyek, dan Partisipan. Pada budaya politik parochial, warganegara relative jauh dari pemerintah pusat dan hanya mengakui pemerintah yang dekat dengan mereka. Pada budaya politik subyek, warganegara becorak pasif dan memandang pemerintah mereka dengan curiga. Pada budaya politik partisipan, warganegara merasa punya peran besar dan berhak menentukan jalannya pemerintahan.
  • 63. BAGIAN 10 : Birokrasi Dan Otonomi Daerah Guna mencapai keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah, tentunya tidak dapat dilepaskan peranan aktif dari organisasi birokrasi pelaksana otonomi daerah
  • 64. Kinerja Birokrasi di Era Otoda tidak lepas dari keseriusan para pemimpin dan para elite untuk menciptakan suasana yang baik dalam sistem kerja para birokrat, tentunya dengan mengedepankan asas proporsional dan profesionalitas.
  • 65. Tujuan Otonomi Daerah akan mudah dicapai jika birokrat daerah tidak berafiliasi dengan para elite dan tidak menjadikan daerah sebagai “kerajaan- kerajaan” yang hanya menguntungkan mereka.
  • 66. Mind set “membangun” dalam melaksanakan otonomi daerah dengan baik harus dimiliki oleh para birokrat, dan definisi otoda harus diterapkan secara sunguh-sunguh.
  • 67. BAGIAN 12 : Birokrasi Dan Demokrasi Lokal
  • 68. Di satu sisi, birokrasi publik menempati posisi penting dalam administrasi publik yang efektif. Namun, birokrasi dianggap bersifat legalistik dan mengabaikan tuntutan serta keinginan warga negara secara individual. Birokrasi cenderung diasosiasikan dengan sesuatu yang bersifat hirarkis bahkan bentuk pemerintahan yang otoritarian. Ini tetap terjadi meski birokrasi tercipta justru untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah dibuat, dan seringkali secara demokratis.
  • 69. Di sisi lain, lembaga pemerintahan yang demokratis diasumsikan amat responsif pada keinginan publik. Pemerintahan demokratis berupaya memetakan pilihan publik ke dalam kebijakan positif bagi warga negaranya.
  • 70. Idealnya Birokrasi yang dijalankan adalah pencerminan dari keinginan rakyat secara luas yang mencerminkan sikap demokratis itu sendiri
  • 71. Salah satu upaya ke arah pemberdayaan masyarakat /public adalah dengan demokrasi tingkat local. Jarak antara konstituen dengan pejabat public terpilih relative lebih dekat dengan “daerah” ketimbang “pusat.” Terlebih kini daerah telah punya kewenangan yang semakin besar dalam memproduksi dan mengimplementasikan kebijakan yang punya efek atas masyarakat.
  • 72. Beberapa prinsip dalam mewujudkan demokrasi lokal yang baik : 1. Musyawarah untuk Mufakat 2. Pendidikan Politik yang baik dan benar 3. Mind set dalam mewujudkan Pemerintahan yang baik dan berkesejahtraan sosial
  • 73. BAGIAN 13: Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.
  • 74. Reformasi birokrasi bermakna sebagai sebuah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan Indonesia juga bermakna sebagai sebuah pertaruhan besar bagi bangsa Indonesia
  • 75. Beberapa poin langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menuju reformasi birokrasi. Langkah internal : 1. Meluruskan orientasi, Reformasi birokrasi harus berorientasi pada demokratisasi dan bukan pada kekuasaan. Perubahan birokrasi harus mengarah pada amanah rakyat karena reformasi birokrasi harus bermuara pada pelayanan masyarakat.
  • 76. 2. Memperkuat komitmen, Tekad birokrat untuk berubah harus ditumbuhkan. Untuk memperkuat tekad perubahan di kalangan birokrat perlu ada stimulus, seperti peningkatan kesejahteraan, tetapi pada saat yang sama tidak memberikan ampun bagi mereka yang membuat kesalahan atau bekerja tidak benar.
  • 77. 3. Membangun kultur baru, perlu dilakukan pembenahan kultur dan etika birokrasi dengan konsep transparansi, melayani secara terbuka, serta jelas kode etiknya. 4. Rasionalisasi, Struktur kelembagaan birokrasi cenderung gemuk dan tidak efisien. Rasionalisasi kelembagaan dan personalia menjadi penting dilakukan agar birokrasi menjadi ramping dan lincah dalam menyelesaikan permasalahan serta dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk kemajuan teknologi informasi.
  • 78. 5. Memperkuat payung hukum, Upaya reformasi birokrasi perlu dilandasi dengan aturan hukum yang jelas. Aturan hukum yang jelas bisa menjadi koridor dalam menjalankan perubahan- perubahan 6. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, Semua upaya reformasi birokrasi tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa disertai sumber daya manusia yang handal dan profesional. Oleh karena itu untuk mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang memadai diperlukan penataan dan sistem rekrutmen kepegawaian, sistem penggajian, pelaksanaan pelatihan, dan peningkatan kesejahteraan
  • 79. Langkah Eksternal : 1. Komitmen dan Keteladanan Para elite Politik 2. Pengawasan Masyarakat
  • 80. 5. Memperkuat payung hukum, Upaya reformasi birokrasi perlu dilandasi dengan aturan hukum yang jelas. Aturan hukum yang jelas bisa menjadi koridor dalam menjalankan perubahan- perubahan 6. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, Semua upaya reformasi birokrasi tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa disertai sumber daya manusia yang handal dan profesional. Oleh karena itu untuk mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang memadai diperlukan penataan dan sistem rekrutmen kepegawaian, sistem penggajian, pelaksanaan pelatihan, dan peningkatan kesejahteraan