Makalah ini membahas tentang haji dan umrah. Dijelaskan pengertian haji dan umrah, syarat-syarat, rukun-rukun, dan cara pelaksanaannya. Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan setidaknya satu kali seumur hidup bagi Muslim yang mampu.
1. Page 1
MAKALAH FIQH
HAJI & UMROH
Dibuat oleh: Kelompok 3
1. Shafira Azizah (21901083064)
2. Nurliana (21901083066)
3. Roviatul Hasanah (21901083071)
4. Risa Amelia (21901083061)
5. Wildanatul I (21901083067)
6. Fadia Nur A (21901083068)
7. Muhammad Anirut (21901083069)
8. Kurnia Yurika P (21901083063)
9. Annisa syonia R (21901083062)
10.Amelia aziziyah A (21901083070)
11.Mila Rosida (21901083065)
Dosen Pembimbing:
Abdul Hamid Aly, S.Pd., M.pd
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
2. Page 2
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
LAMPIRAN BIODATA/FOTO
1. Nama:Annisa Syonia Rayhani
Npm :21901083062
Daerah asal:Malang
2. Nama :Mila Rosida
Npm :21901083065
Daerah asal:Bojonegoro
3. Nama :Aziziyah Amalia Adnan
Npm :21901083070
Daerah asal:Jakarta utara
4. Nama:Fadia Nur Anisa
Npm: 21901083068
Daerah asal:Madura
5. Nama: Wildanatul Isnaini
Npm: 21901083067
Daerah asal:Malang
3. Page 3
6. Nama:Shafira Azizah
Npm: 21901083064
Daerah asal:Blitar
7. Nama: Kurnia Yurika Prameswara
Npm: 21901083063
Daerah asal:Mojokerto
8. Nama:Risa Amelia
Npm: 21901083061
Daerah Asal:Gresik
9. Nama:Muhammad Anirut Lanang subagio
Npm: 21901083069
Daerah asal:Malang
10. Nama:Roviatul Hasanah
Npm:21901083071
Daerah Asal:Situbondo
5. Page 5
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ .....................1
LAMPIRAN BIODATA...........................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................... .........................3
KATA PENGANTAR................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................5
C. TUJUAN............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. PENGERTIAN HAJI.........................................................................................6
B. SYARAT-SYARAT WAJIB HAJI &UMROH.................................................6
C. RUKUN HAJI................................................................................................... 7
D. WAJIB HAJI......................................................................................................8
E. SUNNAH HAJI& UMROH..............................................................................9
F. PENGERTIAN UMROH.................................................................................10
G. RUKUN UMROH............................................................................................11
H. CARA PELAKSANAAN HAJI& UMROH....................................................12
I. BEBERAPA LARANGAN HAJI & UMROH................................................13
J. HIKMAH HAJI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.............................14
K. PERMASALAHAN KONTEMPORER HAJI................................................15
BAB III PENUTUP........................................................................................... .....................16
KESIMPULAN....................................................................................... ....................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................1
6. Page 6
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah fiqih dengan judul
"Haji dan Umroh" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam bertugas mendidik jasmani manusia, mensucikan jiwa manusia, dan
membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan aqidah
yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah kita akan menjadi orang yang
beruntung.Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji adalah salah satunya, yang
merupakan rukun iman yang kelima. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya
7. Page 7
menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun juga semangat
dan harta.
Dalam mengerjakan haji, kita menempuh jarak yang demikian jauh untuk mencapai
Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah dengan sanak
keluarga dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani.
Untuk memperdalam pengetahuan kita, penulis mencoba memberi penjelasan secara
singkat mengenai pengertian haji dan umrah, tujuan yang ingin kita capai dalam haji dan
umrah, dasar hukum perintah haji dan umrah, syarat, rukun dan wajib haji dan umrah serta
hal-hal yang dapat membatalkan haji dan umrah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Haji?
2. Apakah syarat-syarat Haji dan Umrah?
3. Apakah rukun-rukun Haji?
4. Apakah Wajib Haji?
5. Apakah sunnah Haji dan Umrah?
6. Apakah pengertian Umrah?
7. Apakah rukun Umrah itu?
8. Bagaimana Cara Melaksanakan Haji dan Umrah
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memaparkan pengertian haji.
2. Untuk memaparkan syarat-syarat Haji dan Umrah.
3. Untuk memaparkan rukun-rukun Haji.
4. Untuk memaparkan Wajib Haji.
5. Untuk memaparkan sunnah Haji dan Umrah.
6. Untuk memaparkan pengertian Umrah.
7. Untuk memaparkan rukun Umrah itu.
8. Untuk memaparkan cara melaksanakan Haji dan Umrah.
9. Untuk memaparkan larangan ketika Ihram.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Haji atau Hiji menurut arti bahasa bermakna “menuju atau menyengaja”, atau banyak-
banyak menuju kepada sesuatu yang diangungkan. Sedang syara’ adalah menuju Ka’bah
untuk menunaikan ibadah. Seperti yang akan diterangkan berikut ini. Ibadah haji termasuk
salah satu syari’at para Nabi terdahulu.
8. Page 8
Haji diwajibkan atas orang yang kuasa ,satu kali seumur hidupnya. Dan ibadah haji itu
wajib segera dikrjakan. Artinya , apabila orang tersebut telah memenuhi syarat-syaratnya,
tetapi masih dilalaikannya juga (tidak dikerjakan pada tahun ini), maka ia berdosa karena
kelalaiannya itu.
Firman Allah Swt:
:عمران ل ا .سبيال عاليه استطا من البيت حج الناس على وهلل
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah ,yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imron: 97)
Sabda Rasulullah Saw :
ح أ رواه .له ض يعر ما يدرى اال كم حد ا ن فا لحج ا الى تعجلوا : وسلم عليه هلل ا صلى النبى قال عباس ابن عنمد
Dari Ibnu Abbas. Nabi Besar Saw, telah berkata, “Hendaklah kamu bersegera mengerjakan
haji karena sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari suatu halangan yang akan
merintanginya.”(Riwayat Ahmad).
B. Syarat-Syarat Wajib Haji dan Umrah
Syarat wajibnya haji dan umrah itu ada tujuh perkara, yaitu :
1. Islam
2. Baligh (sudah dewasa)
3. Berakal sehat
4. Merdeka
“Maka tidak wajib haji bagi orang yang mempunyai sifat bertentangan dengan sifat-sifat
tersebut itu”.
5. Ada bekalnya beserta tempatnya bila memang butuh tempat, sebab kadang-kadang ada juga
yang tidak butuh tempat bekal, sebagaimana orang yang dekat dengan negeri Makkah, dan
disyaratkan pula adanya air di tempat yang biasanya dapat membawa air dengan harga yang
umum.
6. Ada kendaraannya, yakni kendaraan yang pantas untuk dibeli atau disewa. Hal ini jika antara
orang itu dengan negeri Makkah jaraknya dua kali angkatan atau bahkan lebih dari itu, baik
dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau tidak.
Jika antara dia dan negeri Makkah tidak ada dua kali angkatan (perjalanan) sedang orang itu
kuat menempuh dengan berjalan kaki, maka wajib baginya menunaikan haji tanpa kendaraan.
Dan disyaratkan juga bahwa bekal itu tadi lebih setelah untuk membayar hutangnya dan dari
ongkos pembiayaan orang yang menjadi tanggungannya selama waktu perginya dan
pulangnya.
Juga harus sudah lebih untuk mencukupi kebutuhan rumah (dengan biaya yang wajar) juga
lebih dari pembiayaan yang pantas untuk budak yang ada di dalam rumah itu tadi.
7. Keadaan jalannya sunyi, maksudnya ialah keadaan perjalanan menurut perkiraan sangat
aman (tidak ada gangguan) sekiranya masih terdapat benda-benda yang pantas di tiap-
tiap tempat. Jika sekiranya seseorang merasa tidak aman akan dirinya, hartanya atau
kehormatannya maka tidaklah wajib berhaji.
Adapun perkataan mushannif “dan mampu menunaikan” itu tetap ada di dalam sebagian
keterangan. Sedang yang dikehendaki dengan “mampu” ialah suatu keadaan yang tetap
wujud sesudah adanya bekal, dan kendaraan yang pada suatu saat memungkinkan berjalan
sesuai yang dijanjikan.
Jika seseorang itu mampu hanya saja dia butuh memutuskan perjalanan dua kali angkatan
dalam sebagian hari-hari (yang ditempuh), maka baginya tidak wajib haji karena dalam
keadaan sengsara.
9. Page 9
C. Rukun Haji
Rukun-rukun haji itu ada empat, yaitu:
1. Ihram yang disertai dengan niat, yakni niat masuk menuanaikan haji.
2. Wukuf di tanah Arafah, yang dimaksudkan ialah datangnya orang yang ihram haji
dalam Dzulhijjah dengan syarat, bahwa orang yang wukuf itu ahli ibadah, tidak gila dan
tidak pula ayan.
Waktu wukuf (di tanah Arafah) itu berlangsung terus sampai datangnya fajar hari raya
Qurban yang tanggal 10 Dzulhijjah.
3. Thawaf di Baitullah (Ka’bah) sebanyal 7 kali putaran. Thawaf tersebut dimulai dari arah
Hajar Aswad, seluruh badannya ditepatkan (ketika memulai) pada Hajar Aswad itu.
Seandainya seseorang memulai thawaf selain di Hajar Aswad, maka thawafnya ini tidak ada
artinya.
Syarat Thawaf :
a. Menutup aurat,
b. Suci dari hadas dan najis,
c. Ka’bah hendaknya di sebelah kiri orang yang thawaf,
d. Permulaan thawaf itu hendaknya dari Hajar Aswad,
e. Thawaf itu hendaklah tujuh kali
f. Thawaf itu hendaklah di dalam masjid karena Rasulullah saw melakukan thawaf di masjid.
Sunnah Thawaf:
a. Mengusap dan mencium (mengecup) Hajar Aswad
b. Mengusap rukun Yamani
c. Berjalan kaki
d. Tanpa alas kaki
e. Berselendang (kedua ujungnya terletak di pundak kiri dan bagian tengahnya terletak di
bawah bagian ketiak kanan) di dalam thawaf yang ada lari kecilnya. (Pria)
f. Lari kecil (di dalam thawaf yang akan disambung dengan sa’i) pada putaran ke- 1, 2 dan 3.
(Pria)
g. Mengucapkan do’a-do’a dari Nabi SAW di dalam thawaf
h. Shalat sunnat thawaf 2 rakaat seteleh selesai thawaf. (Dapat dilakukan sesudah beberapa
minggu, walaupun tidak di dalam Masjidil Haram. Tapi, yang lebih utam di belakang Maqam
Ibrahim).
Macam-macam thawaf :
a) Thawaf qudum (thawaf ketika baru sampai) sebagai shalat tahiyatul masjid.
b) Thawaf Ifadah (thawaf rukun haji).
c) Thawaf Wada’ (thawaf ktika akan meninggalkan makkah.
d) Thawaf Tahallul (penghalalan barang yang haram ketika ihram.
e) Thawaf Nadzar (thawaf yang dinazarkan)
f) Thawaf sunah
10. Page
10
4. Sa’i antara Shafa dan Marwah sebanyak kali.
Adapun syaratnya Sa’i, yaitu hendaknya seseorang memulai pada permulaan Sa’inya dari
Shafa dan mengakhirinya di Marwah. Dan dihitung perginya orang dari Shafa ke Marwah
satu kali, kemudian kembalinya dari Marwah ke Shafa dihitung lagi satu kali.
“Shafa” dengan dibaca pendek, pengertiannya ialah bagian pinggir dari bukit Abi Qubaisy,
sedang “Marwah” dengan dibaca fat-hah mimnya artinya itu nama bagi suatu tempat yang
sudah terkenal di negeri Makkah.
Dan masih ada lagi beberapa rukun haji, seperti mencukur atau menggunting rambut. Hal ini
jika memang saya menjadikan masing-masing dari keduanya sebagai ibadah (rukun) dan
demikian itu adalah pendapat yang masyhur.
Jika aku berkata, bahwa sesungguhnya masing-masing dari keduanya itu sebagai usaha
memperbolehkan perkara yang dilarang, maka keduanya bukanlah termasuk dari golongan
rukun-rukun haji.
Sunnah Sa’i:
a. Suci dari kedua hadas dan suci dari najis
b. Menutup aurat
c. Naik ke atas trap (jalan tanjakan) Shafa dan Marwah
d. Lari kecil antara dua tanda Pal/Lampu Hijau (bagi pria)
e. Membaca do’a dan dzikir yang datang dari Nabi Muhammad SAW.
f. Berturut-turut antara pelaksanaan Thawaf 7 kali dan disambung Sa’i, dan berturut-turut
antara Sa’i yang satu dengan yang berikutnya.
Tetapi ada Qoul Mashur yang berpendapat bahwa dalam rukun haji itu juga mencakup
mencukur rambut dan tertib. Pendapat ini diambil dari kitab Fathul Qarib Mujib :
المشهور وهو نسكا منهما كال جعلنا والتفصيران الحلق لحج ا من وبقى
D. Wajib Haji
Perkataan wajib dan rukun biasanya berarti sama, tetapi di dalam urusan haji ada
perbedaan sebagai berikut :
Rukun : sesuatu yang tidak sah haji melainkan dengan melakukannya, dan ia tidak boleh diganti
dengan “dam” (menyembelih kambing).
Wajib : sesuatu yang perlu dikerjakan ,tetapi sahnya haji tidak bergantung padanya, dan boleh
diganti dengan mnyembelih binatang.
1) Ihram dan miqat.
2) Berhenti di Muzdalifah sesudah tengah malam.
3) Melontar Jumrah Aqobah.
4) Melontar tiga jumrah.
5) Bermalam di mina.
6) Thawaf wada’.
7) Menjauhkan diri dari semua larangan atau yang diharamkan.
E. Sunah Haji dan Umrah
Adapun sunah-sunah haji dan umrah itu ada tujuh yaitu:
11. Page
11
a) Mengerjakan Ifrad, yaitu mendahulukan mengerjakan ihram haji daripada ihram umrah,
yakni seseorang mengerjakan ihram haji dahulu dari miqatnya haji, sesudah selesai
mengerjakan haji kemudian hendaknya keluar dari Makkah menuju tanah halal (miqat) yang
lebih dekat. Lalu ihram umrah disertai mengerjakan amalan-amalan dalam umrah. Jika
seseorang membaliknya (umrah dahulu baru haji), maka tidak dapat dikatakan ifrad.
b) Membaca talbih, di dalam membaca talbih disunnahkan untuk memperbanyak selama dalam
ihram dan juga disunnahkan mengeraskan suaranya. Adapun lafadznya tablih yaitu sebagai
brikut:
“Labbaika Allahumma labbaikala syariika laka labbaika. Innal Hamda Wan Nikmata laka
wal Mulka laa syarika laka”
Ketika telah selesai dari membaca talbih maka hendaknya dilanjutkan dengan membaca
shalawat Nabi dan bermohon kepada Allah SWT, agar dapat masuk surga dan mendapatkan
ridhanya serta terpelihara dari api neraka.
c) Thawaf Qudum, thawaf ini dikhususkan kepada orang yang haji sewaktu memasuki Makkah
sebelum Wuquf di ‘Arafah. Bagi orang yang umrah ketika dia thawaf karena umrahnya,
maka cukuplah mengerjakan thawaf qudum ini.
d) Bermalam di Muzdalifah, selanjutnya bahwa bermalam di Muzdalifah ini terhitung masuk
beberapa sunnah haji adalah sesuai dengan isi pembicaraan Imam Rafi’i, tetapi menurut
Imam Nawawi hal itu termasuk ziyadah (tambahannya) kitab Raudlah dan Syarah kitab
Muhadzab, yakni bahwa bermalam di Muzdalifah itu termasuk wajib.
e) Mengerjakan shalat dua rakaat karena thawaf yakni sesudah selesai dari mengerjakan thawaf.
Shalat dua rakaat itu hendaknya dilakukan di belakang makam Ibrahim a.s.
Dan hendaknya merendahkan suara bacaan dalam dua rakaat shalat itu (di waktu siang) dan
mengeraskannya di waktu malam. Apabila orang itu tidak mengerjakan shalat dua rakaat di
belakang Ibrahim, maka boleh mengerjakannya di Hijir Isma’il, jika tidak dapat maka boleh
di Masjidil Haram dan jika di Masjidil Haram tidak dapat, maka boleh melakukannya di
tempat yang dikehendaki dari tanah Haram dan lainnya.
f) Bermalam di Mina. Imam Rafi’i sudah mengesahkan hal ini, tetapi bagi Imam Nawawi
tersebut di dalam ziyadah kitab raudlah mengatakan bahwa bermalam di Mina itu wajib.
g) Mengerjakan thawaf wada’ ketika hendak keluar dari tanah Makkah, baik dari pergi untuk
mengerjakan ibadah haji atau tidak karena menuanaikan ibadah haji, sekalipun jarak
bepergiannya itu jauh atau dekat.
Keterangan mushannif tersebut yakni disunnahkannya Thawaf Wada’ adalah merupakan
pendapat yang terunggul, tetapi menurut pendapat yang lebih jelas mengatakan bahwa
Thawaf Wada’ itu wajib hukumnya.
Sebagaimana keterangan yang terdapat dalam kitab Syarah Muhadz-dzab, bahwa jika wajib
bagi orang laki-laki untuk tidak memakai pakaian yang terdapat jahitan dan tidak terdapat
sulaman dan ikatan pada pakaian seperti sepatu.
Hendaknya orang tersebut memakai kain dan selendang yang keduanya berwarna putih dan
dalam keadaan masih baru. Jika seandainya tidak ada kain yang baru, maka yang penting
keduanya dalam keadaan suci.
F. Pengertian Umrah
Hukum umrah adalah fardu’ain atas tiap-tiap orang laki-laki atau perempuan , sekali
seumur hidup, seperti haji.
Firman Allah Swt :
َوِ ِِل َةَرَمُعْلاَو َجَحْلاا وُّمِت َا
12. Page
12
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karna Allah.” (Al-Baqarah : 196)
Sabda Rasulllah saw :
ِء اَسِالن َلَع ْلَه ِهللا ُل ْوُسَر اَي : ْتَل اَق ةَشِئ اَع ْنَعَل د اَه ِج َّنِهْيَلَع ْمَعَن َل اَق ؟ ٍداَه ِج ْنِمَقَات
ُةَرْمُعْلاَو ُّجَحْلا َهْيَف َل
Dari Aisyah. Ia bertanya kepada Rasulullah saw, “Adakah wajib atas perempuan berjihad?”
Jawaban beliau, “Ya ,tetapi jihad mereka bukan peperangan ,melainkan mengerjakan haji dan
umrah.” (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah).
G. Rukun Umrah
Adapun rukun-rukunnya umrah itu ada tiga perkara sebagaimana menurut sebagian
keterangan, tetapi menurut sebagaian keterangan lain rukun-rukun umrah itu ada empat
perkara yaitu:
a) Ihram
b) Thawaf
c) Sa’i
d) Mencukur atau menggunting rambut (menurut salah satu dari dua pendapat).
“Mengikuti salah satu dari dua pendapat itu adalah lebih unggul, seperti keterangan yang baru
saja disebutkan di muka. Jika tidak mengikuti maka berarti mencukur atau menggunting
rambut itu tidak termasuk dalam rukun-rukunnya umrah”.
Beberapa kewajiban haji selain daripada rukun-rukun umrah itu ada tiga perkara:
Pertama: melakukan Ihram dari batas yang tepat menurut keadaan (masa) dan tempat.
Adapun yang dimaksud dengan “Miqat Zamany” ialah dinisbatkan pada waktu musim haji
yakni: bulan Syawal, Dzul Qa’dah dan 10 malam dari bulan Dzil Hijjah. Sedang bila
dinisbatkan kepada masa Umrah maka sepanjang tahun itu menjadi waktunya menunaikan
Ihram Umrah.
“Miqat Makany” ialah haji bagi orang yang menetap (mukim) di negeri Makkah, baik dia
sebagai penduduk Makkah atau mengembara, maka miqatnya di lingkungan Makkah itu
sendiri.
Bagi orang yang bukan berstatus mukim di negeri Makkah maka:
a) Jika orang itu menghadap dari jurusan Madinah, maka miqatnya ialah di Dzul Hulaifah.
b) Jika menghadap dari jurusan Syam, Mesir, dan Maghribi, maka miqatnya di desa Juhfah.
c) Jika menghadap dari jurusan Tihamatil Yaman, maka miqatnya ialah di Yulamlam.
d) Jika menghadap dari jurusan tanah Najdil Hijaz dan NadjilYaman, maka miqatnya di Bukit
Qarn.
e) Dan jika menghadap dari jurusan tanah Masyriq, maka miqatnya dari Dzatu ‘Iraq.
Kedua: melempar jumrah tiga dengan memulai pada jumrah Ula (Kubra), kemudian jumrah
Wustha dan lalu jumrah ‘Aqabah.
Hendaknya dalam melempar masing-masing jumrah tersebut dengan menggunakan tujuh
buah batu kerikil satu demi satu.
Jika orang melempar jumrah dengan dua buah batu kerikil sekaligus (1 kali lemparan) maka
dihitung satu kali lemparan. Dan seandainya melemparkan dengan 1 batu kerikil untuk tujuh
kali lemparan maka dibilang cukup (syah).
Disyaratkan benda yang dibuat melempar itu berupa “batu” , tidak boleh lainnya seperti luk”
(inten) dan gamping (kapur).
13. Page
13
Ketiga : mencukur rambut atau menggunting. Adapun yang lebih utama bagi orang laki-laki
yaitu mencukur. Sedangkan bagi orang permpuan dengan menggunting saja.
Dalam mencukur rambut paling tidak (paling sedikit) tiga biji rambut kepala dengan
mencukur ,menggunting, mencabut atau mmbakar atau juga dengan memotongnya.
Barang siapa tidak mempunyai rambut pada kepalanya, maka boleh hanya dengan
menjalankan(menggerak-gerakkan) penyukur diatas kepalanya. Tidak dapat menggantikan
rambut selain rambut kepala seperti rambut jenggot.
H. Cara-Cara Pelaksanaan Haji dan Umrah
Ada tiga cara melaksanakan haji dan umrah :
Pertama, Ifrod (yang paling afdol diantara ketiga cara). Yaitu , mengerjakan haji terlebih
dahulu secara sempurna. Apabila telah melakukannya, kembali ke kawasan hill (halal) yakni
diluar kawasan haram, (lalu berihram untuk mengerjakan umrah.
Tempat paling afdhol diluar kawasan haram, untuk melakukan ihram ‘umrah ialah desa al-
jikranah ,kemudian At-tan’im, al-hudaibiyah. Sorang yang melakukan haji secara ifrod , tidak
dibebani dam, kecuali jika ia ingin ber-tathawwu’ (membayar dam secara suka rela demi
memperoleh pahala semata-mata).
Kedua, Qiron yaitu meniatkan haji dan umrah bersama-sama ,dengan mengucapkan :
Labbaika bi hajjatin wa ‘umrotin ma’a (ma’an).
Artinya : Ya Allah aku datang memenuhi perintah-Mu, dengan mengerjakan haji dan umrah
bersama-sama.
Dengan demikian, cukuplah melaksanakan pekerjaan-pekerjaan haji saja. Sedangkan
pekerjaan-pekerjaan umrah, secara otomatis telah gugur dan trgabung dalam pkerjaan-
pekerjaan haji, sama seperti kewajiban berwudlu yang secara otomatis tergabung dalam
pelaksanaan mandi wajib. Hanya saaja, apabila ia berthawaf dan br sa’i sebelum wukuf di
arafah, maka sa’inya itu terhitung sebagai pelaksanaan kewajiban sa’i untuk haji dan umrah,
sedangkan thawafnya tidak terhitung. Sebabnya ialah, karena thawaf yang difardukan dalam
haji, haruslah berlangsung stelah wukuf orang yang melaksanakan haji dan umrah secara
Qiran diharuskan membayar dam (denda) seekor domba. Kecuali apabila ia adalah penduduk
kota makkah, maka tidak ada denda atas dirinya. Hal itu, karna ia tidak dianggap melampaui
miqat. Sedangkan miqatnya ialah Makkah.
Ketiga Tamattu’, yaitu dengan melakukan ihram umrah lalu melintasi miqot dalam
keadaan ihram, dan setelah selesai umrahnya itu, ia segera bertahallul di Makkah. Dengan
demikian ia dapat bertamattu’ (menikmati) hal-hal yang seharusnya terlarang baginya.
Keringanan ini berlaku baginya sampai saat ia akan memulai ihram hajinya (yakni sampai
menjelang wukuf di Arafah.
Seseorang hanya dapat disebut bertamattu’ karena adanya 4 kondisi :
a. Apabila ia bukan penduduk kawasan Al Masjid Al Haram. Seseorang dapat disebut sebagai
penduduk kawasan al masjid al haram apabila tempat tinggalnya kurang dari jarak yang
memperbolehkannya mengqosor shalatnya (dengan demikian seperti telah disebutkan diatas
ia tidak terkena kewajiban membayar denda apabila tidak memulai ihram dari miqat,
mengingat bahwa miqatnya ialah Makkah itu sendiri).
14. Page
14
b. Apabila ia mendahulukan umrah sebelum haji, dan umrahnya itu dilakukannya dalam bulan-
bulan haji.
c. Apabila ketika ber ihram untuk haji,ia tidak kembali ke miqat asalnya atau miqat lainnya
yang berjarak sama seperti miqat asalnya.
d. Apabila hajinya dan umrah yang dilakukannya dalam rangka mewakili atau menggantikan
kewajiban seseorang tertentu. (dengan demikian jika ia melakukan umrah atas nama
seseorang, kemudian setelah itu mlakukan haji atas nama orang lain, maka ia tidak disebut
sebagai telah ber tamattu’).
Demikian apabila ke empat kondisi tersebut di atas ada pada diri seseorang, maka ia
disebut telah bertamattuk, dan karenanya ia diwajibkan membayar dam (denda) seekor
domba.
Dan sekiranya ia tidak dapat membayar dam seperti itu, maka ia diwajibkan berpuasa
selama tiga hari diantara hari-hari haji , yaitu sebelum yaum an-nahr (hari raya haji) baik
berturut-turut atau terpisah-pisah kemudian setelah ia tiba kembali ke tanah airnya ,ia
diwajiban berpuasa lagi sebanyak tujuh hari sehingga jumlah semuanya sepuluh hari.
Dan sekiranya ia tidak berpuasa tiga hari pada hari-hari haji, maka ia diwajibkan berpuasa
10 hari setelah pulang ketanah airnya, secara berturut-turut atau terpisah-pisah.
Dam (denda) yang diwajibkan karena Qiran sama saja dengan tamattu’. Adapun urutan-
urutan cara haji yang paling afdol ialah Ifrod, kemudian tamattu’, kemudian Qiran.
I. Beberapa Larangan Ketika Ihram
Hal-hal yang tidak boleh dikerjakan oleh orang yang sedang dalam ihram haji atau umrah
ada yang terlarang hanya laki-laki saja, ada yang terlarang bagi perempuan saja, dan pula
terlarang bagi keduanya (laki-laki dan perempuan).
Yang dilarang bagi laki-laki:
a. Dilarang memakai pakaian yang berjahit, baik jahitan biasa atau bersulaman, atau diikatkan
kedua ujungnya. Yang dimaksud adalah tidak boleh memakai pakaian yang melingkungi
badan (seperti kain sarung). Yang diperbolehkan ialah kain panjang, kain basahan / handuk.
Boleh juga memakai kain tersebut kalau karena keadaan yang mendesak, seperti sangat
dingin, atau panas, tetapi ia wajib membayar denda (dam).
b. Dilarang menutup kepala, kecuali karena suatu keperluan, maka diperbolehkan , tetapi ia
wajib membayar denda (dam). Maka kadaannya dibangkitkan seperti sewaktu membaca
talbiyah itu menunjukkan bahwa dilarang menutup kepala itu karena ihram.
Yang dilarang bagi perempuan :
Dilarang menutup muka dan dua telapak tangan, kecuali apabila keadaan mendesak,
maka ia boleh menutup muka dan dua telapak tangnnya , tetapi diwajibkan membayar fidyah.
Yang dilarang bagi keduanya (laki-laki dan perempuan)
1) Dilarang memakai wangi-wangian, baik pada badan maupun pada pakaian. Adapun
ketinggalan bau wangi-wangian yang dipakai sebelum ihram hingga masih tetap tinggal
sesudahnya , tidak berdosa, bahkan Rasulullah SAW, apabila hendak ihram , biasanya beliau
memakai wangi-wangian lebih dahulu.
15. Page
15
2) Dilarang menghilangkan rambut/bulu badan yang lain, begi juga berminyak rambut.
3) Dilarang memotong kuku. Keterangannya dikiaskan pada larangan menghilangkan rambut.
Menghilangkan tiga helai rambut atau tiga kuku , mewajibkan fidiyah yang cukup dengan
syarat pada tempat dan masa yang satu. Mencukur rambut karena udzur seperti sakit
diperbolehkan tetapi wajib membayar fidyah.
4) Dilarang mengakadkan nikah (menikahkan ,menikah atau menjadi wakil dalam akad
pernikahan). Rujuk tidak dilarang, sebab rujuk itu berarti mengekalkan pernikahan, bukan
akad nikah.
5) Dilarang bersetubuh dan pendahuluannya. Bersetubuh itu bukan hanya dilarang, tetapi
memfasidkan haji apabila terjadi sebelum mengerjakan penghalal yang pertama.
6) Dilarang berburu dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Adapun yang
dimakan binatang yang diburu oleh orang lain, tidak ada halangan bagi orang ihram, asal niat
orang yang berburunya bukan untuk orang ihram.
Tahallul (penghalalan beberapa larangan)
Penghalalan beberapa larangan ada tiga perkara :
a. Melontar Jumrah ‘Aqobah pada hari raya.
b. Mencukur atau menggunting rambut.
c. Thawaf yang diiringi dengan sa’i, kalau ia belum sa’i sesudah thawaf qudum.
Apabila dua perkara diantara tiga perkara tersebut telah dikerjakan, halallah baginya baginya
beberapa larangan brikut ini :
a) Memakai pakaian berjahit.
b) Menutup kepala bagi laki-laki dan menutup muka telapak tangan bagi perempuan.
c) Memotong kuku.
d) Memakai wangi-wangian,minyak rambut, dan memotongnya kalau ia belum bercukur.
e) Berburu dan membunuh binatang yang liar.
Maka apabila dikerjakannya satu perkara lagi sesudah dua perkara yang pertama tadi,
hasillah penghalal yang kedua, dinamakan ‘tahallul ke dua’, dan halallah semua larangan
yang belum halal pada tahallul pertama tadi. Sesudah itu ia wajib meneruskan beberapa
pekerjaan haji yang belum dikerjakannya kalau ada, umpamanya melontar ,sedangkan ia
tidak dalam ihram lagi. Adapun penghalal umrah yaitu sesudaah selesai dari semua
pekerjaannya.
Beberapa Jenis Dam (denda) :
1. Dam (denda) tamatu’ atau qiran. Artinya, orang yang mengerjakan haji dan umrah dengan
cara tamatu’ atau qiran, ia wajib membayar denda; dendanya wajib diatur sebagai berikut:
a. Menyembelih seekor kambing yang sah untuk qurban.
b. Kalau tidak sanggup memotong kambing, ia wajib berpuasa 10 hari: 3 hari wajib dikerjakan
sewaktu ihram paling lambat sampai Hari Raya Haji, 7 hari lagi wajib dikerjakan sesudah ia
kembali kenegerinya.
16. Page
16
2. Dam (denda) karena terkepung (terhambat). Orang yang terhalang dijalan tidak dapat
meneruskan pekerjaan haji atau umrah, baik terhalang di Tanah Halal atau di Tanah Haram,
sedangkan tidak ada jalan lain, ia hendaknya tahallul dengan menyembelih seekorkambing
ditempatnya terhambat itu, dan mencukur rambut kepalanya. Menyembelih dan bercukur itu
hendaklah dengan niat tahallul (penghalalan yang halal).
3. Dam (denda) karena mengerjakan salah satu dari beberapa larangan berikut :
a. Mencukur atau menghilangkan tiga helai rambut atau lebih.
b. Memotong kuku.
c. Mamakai pakaian yang berjahit.
d. Memakai minyak rambut.
e. Mamakai minyak wangi baik pada badan ataupun pada pakaian.
f. Pendahuluan bersetubuh sesudah tahallul utama.
Denda kesalahan tersebut boleh memilih antara tiga perkara: menyembelih seekor
kambing yang sah untuk korban, puasa tiga hari, atau bersedekah tiga sa’ (9,3 liter) kepada 6
orang miskin.
4. Dam (denda) karena bersetubuh yang membatalkan haji dan umrah apabila terjadi sebelum
tahallul pertama. Denda itu wajib diatur sbagai berikut: mula-mula wajib menyembelih unta,
karna umar telah berfatwa dengan wajibnya unta. Kalau tidak dapat unta, dia wajib
memotong sapi. Kalau tidak ada sapi, menyembelih 7 ekor kambing. Kalu tidak dapat
kambing, hndaklah dihitung harga unta dan dibelikan makanan, lalu makanan itu
disedekahkan kepada fakir miskin ditanah haram. Kalu tidak dapat makanan, hendaklah
puasa. Tiap-tiap ¼ sa’ dari harga unta tadi, harus puasa 1hari, tempat puasa dimana saja,
tetapi menyembelih unta atau sapi, begitu juga bersdekah mkanan, wajib dilakukan ditanah
haram. Cara tersebut ialah pendapat sebagian ulama’, beralasan fatwa umar. Ulama’ yang
lain berpendapat wajib menyembelih seekos kambing saja, mereka mengambil alasan hadits
mursal yang diriwayatkan oleh abu Dawud.
5. Dam (denda) membunuh buruan atau binatang liar. Binatang liat ada yang mempunyai
bandingan atau missal dengan binatang yang jinak, berarti ada binatang jinak yang
keadaannya mirip dngan binatang liar yang terbunuh, dan ada yang tidak. Kalau binatang
yang terbunuh itu mempunyai bandingan, dendanya menymbelih binatang jinak yang
sebanding dengan yang terbunuh. Atau dihitung harganya, dan sebanyak harga itu dibelikan
makanan. Makanan itu disedekahkan kepada fakir miskin di Tanah Haram. Atau puasa
sebanyak harga binatang tadi, tiap-tiap seperempat sa’ makanan berpuasa 1 hari. Bolh
memilih antara 3 perkara tersbut, tetapi menyembelih atau bersedekah makanan wajib
dilakukan di Tanah Haram, sedangkan puasa boleh dimana saja.
Kalau binatang yang terbunuh itu tidak ada bandingannya, dendanya besedekah makanan
sebanyak harga binatang yang terbunuh, kepada fakir miskin di Tanah Haram, atau puasa
tiap-tiap ¼ sa’ 1 hari.
J. Hikmah Haji dan Umroh Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Meningkatkan Disiplin
2. Meningkatkan kualitas diri dalam beribadah
17. Page
17
3. Memunculkan sifat yang sabar
4. Melahirkan rasa solidaritas dan kekeluargaan
5. Meningkatkan Dakwah
6. Bermanfaat Dari Segi Ekonomi.
7. Pelajaran tentang Fungsi Manusia sebagai Pemimpin dan Pelindung Makhluk Tuhan
lainnya.
K. Permasalahan kontemporer Seputar Haji
persoalan utama ibadah haji tersebut adalah daftar tunggu caloh jemaah haji yang
terlalu lama, prosedur pemberangkatan ibadah haji yang masih belum efisien, serta
pengawasan pelaksanaan haji dari Pemerintah yang belum optimal. Ali Taher
menjelaskan, pada persoalan ibadah haji, daftar tunggu calon jemaah haji sangat lama
dan waktunya bervariatif.
Di setiap daerah di Indonesia, katanya, daftar tunggu calon jamaah haji pada kisaran
waktu belasan tahun hingga 20-an tahun, sehingga pada saatnya tiba untuk
melaksanakan haji, usia jamaah haji sudah lanjut, di atas 60 tahun. "Bahkan, di
Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, daftar tunggu calon jamaah haji sudah mencapai
33 tahun. Ini sangat lama," katanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Haji menurut syara’ ialah sengaja mengunjungi Ka’bah (Rumah Suci) untuk melakukan
beberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat yang tertentu.
2. Syarat-syarat Haji dan umrah ialah: Islam, baligh, berakal sehat, merdeka, Ada bekalnya
beserta tempatnya bila memang butuh tempat, ada kendaraannya, keadaan perjalanan
menurut perkiraan sangat aman.
3. Rukun haji yaitu: Ihram yang disertai dengan niat, wukuf di tanah Arafah, Thawaf di
Baitullah (Ka’bah) sebanyak tujuh kali putaran, dan Sa’i antara Shafa dan Marwah sebanyak
kali.
4. Wajib Haji yaitu: Ihram dan miqad, berhenti di Muzdalifah sesudah tengah malam, melontar
Jumrah Aqobah, melontar tiga jumrah, bermalam di mina, thawaf wada’, menjauhkan diri
dari semua larangan atau yang diharamkan.
18. Page
18
5. Sunnah haji ialah: mengerjakan ifrad, membaca talbih, thawaf qudum, bermalam di
Muzdalifah, mengerjakan sholat dua raka’at karena thawaf, bermalam di Mina, mengerjakan
thawaf Wada’.
6. Hukum umrah adalah fardu’ain atas tiap-tiap orang laki-laki atau perempuan , sekali
seumur hidup, seperti haji.
7. Rukun Umrah ialah: ihram, thawaf, sa’i, dan mencukur atau menggunting rambut.
8. Cara-cara melaksanakan haji dan umrah, ialah: ifrad, qiran dan tamattu’.
9. Larangan ketika ihram, yaitu:
Untuk laki-laki yaitu: memakai pakaian berjahit, dan dilarang menutup kepala.
Untuk perempuan yaitu: menutup muka dan dua telapak tangan.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad, Aliy. 1979. Terjemahan Fathul Mu’in Kudus:Menara Kudus.
Amar , Imron Abu. 1982. Fat-hul Qarib, Kudus:Menara Kudus.
Al-Ghazali, Abu Hamid. 1993 Abu Hamid, Rahasia Haji dan Umroh. Bandung:
Karisma
Rasjid , Sulaiman. 2006. Fiqih islam. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.
Taufiqurrochman. 2009. Manasik Haji dan Spiritual. Malang: UIN-Malang Press.
http://ifadiya.blogspot.com/2015/06/makalah-fiqih-tentang-haji.html