Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia mulai dari Perang Padri, Sumpah Pemuda, BPUPKI, hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
1. Tugas kelompok
Perjuangan pahlawan dalam meraih kemerdekaan bangsa Indonesia
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2 :
1. AZ-ZAHRAMAHITA VISA DHIBA ( 07 )
2. PANJI TRIANA AYUNI ( 22 )
3. SHABRINA AURELLIAN W. P. ( 26 )
4. TASYA NUURA PRADIPTA ( 29 )
Perlawanan kaum Padri
A.Masa perjuangan
Perang Padri terjadi selama kurun waktu 35 tahun. Perang ini terjadi antara kaum
Adat dengan kaum Padri. Tepatnya pada tahun 1803-1838. Kaum Padri dipimpin oleh
seorang ulama bernama Tuanku Imam Bonjol.
B.Perjuangan melawan
Perjuangan melawan pasukan Belanda yang menjajah bumi pertiwi
C.Ringkasan perjuangan
Sejarah perjuangan Perang Padri secara singkat:
-Perselisihan ini dimanfaatkan Belanda dengan politik adu domba sehingga terjadi
perang saudara
-Belanda menggunakan siasat benteng yaitu membangun benteng Fort de Kock yang
menyimbolkan telah dikuasai daerah tsb
-Kaum adat akhirnya bersatu dengan kaum ulama melawan Belanda
-Persatuan ini merisaukan Belanda yang akhirnya mengeluarkan pernyataan yang
disebut Plakat panjang dengan isi:
1.Tanam paksa dengan kerja paksa bagi rakyat Minangkabau
2.Kepala Kepala daerah akan digaji
3.Belanda bertindak penengah
-Dibawah pimpinan Letkol Michiels Belanda menyerang dan menaklukkan Bonjol
dengan ditangkapnya Imam Bonjol Diasingkan ke Cianjur-Ambon-Manado
2. -Imam Bonjol wafat dan dimakamkan di Pinelang,Manado
Sejarah perjuangan Perang Padri secara lengkap:
Perang Padri terjadi antara kaum Padri dan kaum Adat pada tahun 1803-1838
di Sumatera Barat. Kaum Padri adalah kaum Islam yang menjalankan segala hal
sesuai syariat Islam. Selain kaum Padri, terdapat kaum Adat. Kaum Adat melakukan
hal yang berbalik 180° dari kaum Padri. Mereka suka mencuri, berjudi, berzina,
mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Suatu saat kaum Padri merasa tidak dihargai
dengan sikap kaum Adat. Akhirnya, kaum Padri memutuskan perang terhadap kaum
Adat yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Peperangan pecah antara kaum Padri
dengan kaum Adat pada 1803. Kaum Adat semakin terdesak dalam peperangan.
Akhirnya, pada tahun 1821 kaum Adat mengadakan perjanjian dengan Belanda, untuk
memberi mereka sebagian wilayah bila dapat mengalahkan kaum Padri. Peperangan
berlanjut antara kaum Adat yang dibantu Belanda dengan kaum Padri. Belanda
awalnya kewalahan dalam memerangi kaum Padri. Kemudian, mereka mendatangkan
bala bantuan. Sehingga, kaum Padri semakin terdesak. Perlu waktu yang lama hingga
akhirnya Belanda dapat menguasai benteng Bonjol pada Oktober 1837. Mereka pun
berhasil menangkap Tuanku Imam Bonjol pada 25 Oktober 1837. Diapun diasingkan
ke Lota, Minahasa.
Biografi Singkat Tuanku Imam Bonjol
Bernama asli Muhammad Shahab. Lahir pada 1 Januari 1772. Ayahnya adalah
seorang ulama besar, begitupun dengannya. Memiliki gelar Peto Syarif, Malin Basa,
dan Tuanku Imam Bonjol. Beliau menjadi pemimpin kaum Padri dalam perang Padri.
Dan beliau wafat pada 8 November 1864, di Lota, Minahasa tempat pengasingannya.
3. SUMPAH PEMUDA
Sumpah Pemuda merupakan salah satu dari dua tonggak utama yang menandai
lahirnya pergerakan kemerdekaan Indonesia. Berdirinya Boedi Oetomo pada tahun
1908 dan Sumpah Pemuda pada 1928 menjadi awal kebangkitan nasional dimana
kesadaran rakyat sebagai orang Indonesia mulai tumbuh. Boedi Oetomo dan
Sumpah Pemuda sendiri merupakan dampak dari politik etis yang dipelopori dan
diperjuangkan Douwes Dekker atau Multatuli.
Peristiwa sumpah pemuda dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang
hingga kini diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Berawal dari inisiatif para
pelajar Indonesia yaitu PPPI (Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia) serta para
cendekiawan Indonesia yang bercita-cita menyatukan seluruh organisasi pemuda di
Indonesia, pertemuan-pertemuan demi mewujudkan cita-cita tersebut pun
dilakukan.
Pertemuan pertama pun dilakukan pada tahun 1926, hingga akhirnya
mendapatkan hasil pada tanggal 20 Februari 1927. Pertemuan kedua pun
dilaksanakan pada Mei tahun 1928. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan ketiga
pada tanggal 12 Agustus 1928. Pertemuan ketiga ini merupakan pertemuan terakhir
yang dihadiri oleh seluruh barisan organisasi pemuda yang ada di Indonesia.
Pertemuan itu pun menghasilkan keputusan bahwasanya akan dilaksanakannya
kongres pada bulan Oktober mendatang dengan susunan panitia yang diambil dari
setiap organisasi pemuda yang ada. Setiap organisasi memiliki masing-masing satu
jabatan. Selain organisasi PPPI, banyak organisasi pemuda yang ikut terlibat
diantaranya yaitu Jong Java, Jong Celebes, Jong Soemantranen Bond serta
organisasi lainnya.
Adapun susunan kepanitiaan pada Kongres Pemuda II tersebut adalah:
❖ Sugondo Djojopuspito perwakilan dari PPPI sebagai ketua kongres.
❖ RM Joko Marsaid perwakilan Jong Java sebagai wakil ketua kongres.
❖ Muhammad Yamin perwakilan dari Jong Soematranen Bond sebagai sekretaris.
❖ Amir Sjarifudin perwakilan Jong Bataks Bond sebagai bendahara.
❖ Johan Mohammad Cai perwakilan Jong Islamieten Bond sebagai pembantu I.
❖ R. Katjasoengkana perwakilan Pemoeda Indonesia sebagai pembantu II.
❖ R.C.I Sendoek perwakilan dari Jong Celebes sebagai pembantu III.
❖ Johannes Leimana perwakilan Jong Ambon sebagai pembantu IV.
❖ Moh. Rochjani Su’ud perwakilan Pemoeda Kaoem Betawi sebagai pembantu V.
Sumpah Pemuda merupakan ikrar yang menegaskan cita cita berdirinya
Negara Indonesia. Ikrar ini sebenarnya merupakan hasil dari Kongres Pemuda II
4. yang diadakan di Batavia Oktober tahun 1928 selama 2 hari yakni tanggal 27 hingga
28 oktober.
Kongres Pemuda II dilaksanakan dalam 3 rapat, berturut-turut di gedung
KatholiekeJongenlingen Bond (KJB), gedung Oost-Java Bioscoop dan rapat penutup
di gedung Indonesische Clubgebouw. Lagu Indonesia Raya dilantunkan pada acara
penutupan namun tanpa syair, hanya diminkan dengan biola oleh WR Supratman. Lagu
tersebut disambut baik oleh pemuda.
Kemudian kongres Pemuda II ini ditutup dengan mengumumkan hasil kongres
yang ditulis oleh Moh. Yamin yang awalnya dibacakan oleh Soegondo lalu kemudian
dijelaskan secara rinci oleh Moh. Yamin.
Rumusan hasil Kongres Pemuda II tersebut saat itu disebut Sumpah Pemuda.
Adapun isinya dalam ejaan yang belum disempurnakan sebagai berikut:
Pertama: “Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang
satoe, tanah Indonesia.”
Kedoea: “Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa
Indonesia.”
Ketiga: “Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia.”
BPUPKI
BPUPKI atau badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pihak jepang pada tanggal 29 april 1945.
Badan ini dibentuk dengan alasan mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia
supaya mau membantu bangsa jepang dengan menjanjikan kemerdekaan bagi Bangsa
Indonesia.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang:
Dokuritsu Junbi Cosakaiatau dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai) adalah sebuah
badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepangpada tanggal
29 April 1945bertepatan dengan hari ulang tahun KaisarHirohito.
Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia
dengan menjanjikan bahwa Jepangakan membantu proses kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI beranggotakan 63 orang yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningratdengan
wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso.
Pada 1 Maret 1945. Karena kedua komando ini berwenang atas daerah Jawa
(termasuk Madura) dan Sumatra. BPUPKI hanya dibentuk untuk kedua wilayah
tersebut, sedangkan di wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur yang dikuasai
komando AL Jepang tidak dibentuk badan serupa.
5. Pendirian badan ini sudah diumumkan oleh Kumakichi Harada pada tanggal 1
Maret 1945, tetapi badan ini baru benar-benar diresmikan pada tanggal 29 April 1945
bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya
mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan
membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 67 orang yang
diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat
dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso.
BPUPKI mengadakan siding sebanyak dua kali siding resmi dan satu kali sidang
tidak resmi. Sidang resmi pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai dengan 1
Juni 1945, membahas tentang dasar negara. Sidang kedua berlangsung tanggal 10
sampai dengan 17 Juli 1945 dengan membahas rancangan Undang-Undang
Dasar.Pada pelaksanaan sidang tidak resmi hanya dihadiri oleh tiga puluh delapan
(38) orang kegiatan ini berlangsung di masa reses antara sidang pertama
dan sidang kedua, tujuannya untuk membahas rancangan Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 yang dipimpin oleh anggota BPUPKI Ir. Soekarno. Sidang BPUPKI
dilaksanakan di gedung ”Chuo Sangi In”, dan kini gedung itu dikenal dengan sebutan
Gedung Pancasila.
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Sebelum pembacaan teks proklamasi pada tanggal 17 agustus 1945, terdapat
peristiwa penting yang tidak boleh dilupakan. Peristiwa penting tersebut merupakan
perjuangan para tokoh atau pejuang kemerdekaan untuk dapat segera
memerdekakan Indonesia.
Dimulai Pada tanggal 12 Agustus 1945, melalui Marsekal Terauchi di Dalat,
Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah
Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Meskipun demikian
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Dua hari
kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat,
Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang.
16 Agustus 1945, gejolak tekanan di latar belakangi oleh para pengikut Sutan
Syahrir yang menginginkan pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia dari Jepang
makin memuncak dan tak terkendali. Pada siang hari mereka berkumpul di rumah
Hatta, dan sekitar pukul 10 malam di rumah Soekarno. Sekitar 15 pemuda menuntut
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul
pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk
memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.
Peristiwa Rengasdengklok
6. Dari perdebatan dengan para tokoh pemuda, termasuk Chaerul Saleh yang
tergabung dalam gerakan bawah tanah, dini hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka
menculik Soekarno (beserta Fatmawati dan Guntur), dan Hatta, di Rengasdengklok,
yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Dalam penculikan
tersebut, bermaksud meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para
pejuang telah siap untuk melawan Jepang.
Pertemuan Soekarno-Hatta dengan Jenderal Yamamoto
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta untuk bertemu
dengan Jenderal Yamamoto, komandan Jepang di Jawa. Dari pertemuan tersebut,
Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu,
dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.
Pembacaan Naskah Proklamasi
Setelah diyakini bahwa situasi memungkinkan untuk membacakan teks
proklamasi, maka Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat
dan menyiapkan teks Proklamasi. Rapat tersebut di rumah Laksamana Maeda,
Soekarno bersama tokoh perjuangan lain menulis naskah proklamasi. Tulisan itu lalu
diketik oleh Sayuti Melik.
Tepat pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 M atau 17 Ramadan 1365 H, pukul
10.00 pagi, 17 Agustus 1945. Bertempat di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan
Timur No.56, Jakarta.
Pembacaan naskah proklamasi yang berlanjut pengibaran Sang Saka Merah
Putih hasil jahitan Fatmawati, menandakan Indonesia merdeka.
Tokoh lain yang sangat berjasa dalam peristiwa pembacaan Proklamasi
diantaranya, tiga pemuda pengibar bendera merah putih pertama yaitu Latif
Hendraningrat, S. Suhut dan Tri Murti.
Kemerdekaan Indonesia yang dibaca oleh Soekarno-Hatta yang kemudian
menjadi Presiden Dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama.
Inilah Isi teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17 – 8 – ’05
Wakil bangsa Indonesia.
Teks Proklamasi mengalami perubahan.
7. Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal dengan
sebutan naskah “Proklamasi Otentik“, adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad
Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),
yang isinya adalah sebagai berikut :
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
PPKI
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II membuka kesempatan bagi bangsa
Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan atas dasar prakarsa sendiri. Lalu
bagaimana dampaknya terhadap keberadaan BPUPKI? Setelah menyelesaikan tugas
BPUPKI dibubarkan, dan sebagai gantinya pada tanggal 7 Agustus 1945 Jepang
mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau
Dokuritsu Zyunbi Iinkai.
PPKI adalah panitia yang bertugas melanjutkan hasil kerja BPUPKI setelah
BPUPKI dibubarkan Jepang pada 7 Agustus 1945. Selain itu, PPKI juga bertugas
meresmikan pembukaan atau preambule dan batang tubuh UUD 1945. PPKI
diresmikan oleh Jendral Terauchi pada 9 Agustus 1945 di Kota Ho Chi Minh,
Vietnam. Peresmian ini dihadiri oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr.
Radjiman Wedyodiningrat.
PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno, dengan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua.
Anggotanya sendiri berjumlah 21 orang yang merupakan tokoh utama pergerakan
nasional Indonesia. Anggota PPKI terdiri dari berbagai etnis Nusantara, meliputi 12
orang etnis Jawa, 3 orang etnis Sumatera, 2 orang etnis Sulawesi, 1 orang etnis
Kalimantan, 1 orang etnis Nusa Tenggara, 1 orang etnis Maluku, dan 1 orang etnis
Tionghoa.
Yang termasuk anggota PPKI antara lain: Mr. Soepomo, Dr. Radjiman
Wedyodiningrat, R. P. Soeroso, Soetardjo Kartohadikoesoemo, Kiai Abdoel Wachid
Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandardinata, Abdoel Kadir, Pangeran
Soerjohamidjojo, Pangeran Poerbojo, Dr. Mohammad Amir, Mr. Abdul Maghfar, Mr.
8. Teuku Mohammad Hasan, Dr. GSSJ Ratulangi, Andi Pangerang, A.H. Hamidan, I
Goesti Ketoet Poedja, Mr. Johannes Latuharhary, Drs. Yap Tjwan Bing. Kemudian,
tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, anggota PPKI bertambah lagi 6 orang,
yaitu: Achmad Soebardjo, Sajoeti Melik, Ki Hadjar Dewantara, R.A. A.
Wiranatakoesoema, Kasman Singodimedjo, Iwa Koesoemasoemantri.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melakukan persidangan di bekas Gedung
Road van Indie di Jalan Pejambon. Dalam sidang tersebut, dalam hitungan belasan
menit terjadi permusyawarahan antara kelompok yang berbeda pendapat mengenai
sila pertama Pancasila yang tertuang dalam pembukaan Piagam Jakarta. Kelompok
keagamaan non-Muslim dari Timur dan kelompok kaum keagamaan penganut ajaran
kebatinan serta golongan nasionalis keberatan terhadap tujuh kata itu, sehingga
mereka meminta kelapangan hati para tokoh dari kelompok Islam agar bersedia
dilakukan bengubahan. Pada akhirnya permusyawarahan itu berhasil membujuk pihak
tokoh-tokoh golongan Islam agar bersedia menghapuskan tujuh kata sila pertama
Pancasila yang tertuang dalam Piagam Jakarta atau Jakarta Charter dan
menggantinya.
Setelah itu, Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang PPKI
melakukan pembacaan tentang empat perubahan hasil kesepakatan dan kompromi
atas perbedaan pendapat para golongan tersebut. Hasil sidang tersebut adalah:
Kata “Muqaddimah” yang merupakan kata bahasa Arab pada preambule
Undang-Undang Dasar diganti dengan kata “Pembukaan”.
Pada Pembukaan alenia keempat, berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi
“Ketuhanan yang Maha Esa”. Ini sekaligus mengganti sila pertama Pancasila.
Pada Pembukaan alenia keempat, kalimat “Menurut Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab” diganti menjadi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Ini sekaligus
mengganti sila kedua Pancasila.
Pasal 6 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia asli
dan beragama Islam” diganti menjadi “Presiden adalah orang Indonesia asli”.
Sidang pertama PPKI menyepakati hasil antara lain:
Melakukan pengesahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Setelah
sebelumnya terjadi sedikit perubahan di dalamnya.
Memilih, menetapkan, dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden pertama
Indonesia. Keputusan akhirnya ditetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta
sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk sementara waktu, presiden dibantu oleh komite bernama KNIP (Komite
Nasional Indonesia Pusat) sebelum DPR dan MPR dibentuk.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan sidang kedua PPKI. Hasil sidang kedua
tersebut menghasilkan:
Membentuk kabinet yang terdiri atas 12 Kementrian dan 4 Mentri Negara.