6. Kembalinya Belanda udah direncanakan sejak tepatnya 3 April 1944, di
Australia dibentuk sebuah lembaga bernama Nederland Indische Civile
Administratie (NICA). Yang ditugaskan untuk menjadi pemerintah sipil di
negara Hindia-Belanda.
NICA merupakan pemerintah sipil Hindia-Belanda.
Terus, pas 10 Desember 1944, Belanda minta bantuan ke Amerika untuk jadi
polisi yang melakukan operasi sipil dan operasi militer itu lho. Maka dibuatlah
perjanjian yang namanya Civil Affairs Agreement.
Pas 10 Desember 1944 itu Douglas MacArthur (Jenderal Besar Angkatan
Darat Amerika) dan Johannes van Mok (Gubernur Jenderal Hindia-Belanda)
melakukan pertemuan dimana Belanda minta pertolongan ke Amerik
2. PROSES REVOLUSI INDONESIA
7. Karena resahnya bangsa Indonesia terhadap Belanda yang mau kembali menduduki
Indonesia, maka dilakukanlah 3 perundingan pertama Indonesia-Belanda.
Yaitu perundingan Philip Christinson, perundingan Hooge Veluwe dan perundingan yang
menghasilkan keputusan. Yaitu perundingan Linggarjati.
Singkatnya perundingan Linggarjati yang terlaksana pada 15 November 1946 menyatakan
kalau secara de facto, Sumatera, Jawa, dan Madura merupakan wilayah Republik Indonesia
Serikat yang secara langsung akan dipimpin bersamaan dengan ratu Belanda.
Tapi Belanda melancarkan serangan yang menyebabkan dilanggarnya perjanjian Linggarjati.
Serangan tersebut biasa kita kenal sebagai Agresi Militer 1 yang terjadi pada 20 Juli 1947.
Yaitu operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera. Dari situlah mulai banyak perundingan
dan konferensi serta peperangan yang kita kenal sampai saat ini.
Kayak Perjanjian Roem-Royen, Konferensi Meja Bundar, Palagan Ambarawa, dan masih
banyak lagi.
Pada intinya, peristiwa-peristiwa di atas jadi pemicu masa revolusi kemerdekaan bangsa
Indonesia untuk meraih kembali kemerdekaannya.
Berhasil atau nggak ya? Berhasil dong! Indonesia berhasil mengusir kembali Belanda setelah
Konferensi Meja Bundar pada 23 Agustus 1949 hingga 2 November 1949 di Den Haag,
Belanda.
9. 1.dr. Wahidin Soedirohoesodo
Lahirnya Budi Utomo diawali dengan pertemuan antara pendiri Budi Utomo
dengan dr. Wahidin Soedirohoesodo. Saat itu, dr. Wahidin mencetuskan ide untuk
mencerdaskan bangsa melalui 'studiefonds' atau dana pendidikan agar tidak mudah
diadu oleh penjajah.
Sedangkan Soetomo dan kawannya juga memiliki rasa nasionalisme perjuangan
yang tinggi. Gagasan mereka pun cocok untuk digabungkan.
Setelah rangkaian diskusi, akhirnya perhimpunan Budi Utomo dibentuk. R.
Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji Tirtonegoro, Gondo Soewarno,
Soelaiman, Angka Prodjosoedirdjo, M. Soewarno, Mohammad Saleh, dan RM.
3.TOKOH
10. Sementara Soekarno dan Hatta menjalin kerja sama dengan Jepang, Sjahrir membangun
jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis. Sjahrir yakin Jepang tak mungkin memenangkan
perang. Oleh karena itu, kaum pergerakan mesti menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan
di saat yang tepat. Simpul-simpul jaringan gerakan bawah tanah kelompok Syahrir adalah kader-
kader PNI Baru yang tetap meneruskan pergerakan dan kader-kader muda yakni para
mahasiswa progresif.
Sastra, seorang tokoh senior pergerakan buruh yang akrab dengan Sjahrir, menulis:
Situasi objektif itu pun makin terang ketika Jepang makin terdesak oleh pasukan Sekutu. Sjahrir
mengetahui perkembangan Perang Dunia dengan cara sembunyi-sembunyi mendengarkan
berita dari stasiun radio luar negeri. Kala itu, semua radio tak bisa menangkap berita luar negeri
karena disegel oleh Jepang. Berita-berita tersebut kemudian ia sampaikan ke Hatta. Sembari itu,
Sjahrir menyiapkan gerakan bawah tanah untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang.
Sjahrir yang didukung para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan
kemerdekaan pada 15 Agustus karena Jepang sudah menyerah. Sjahrir siap dengan massa
gerakan bawah tanah untuk melancarkan aksi perebutan kekuasaan sebagai simbol dukungan
rakyat. Soekarno dan Hatta yang belum mengetahui berita menyerahnya Jepang, tidak
merespon secara positif. Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang yang ada di
Indonesia, dan proklamasi itu mesti sesuai prosedur lewat keputusan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk oleh Jepang. Sesuai rencana PPKI,
kemerdekaan akan diproklamasikan pada 24 September 1945. Sikap Soekarno dan Hatta
tersebut mengecewakan para pemuda, sebab sikap itu berisiko kemerdekaan RI dinilai sebagai
hadiah Jepang dan RI adalah buatan Jepang. Guna mendesak lebih keras, para pemuda pun
menculik Soekarno dan Hatta pada 16 Agustus. Akhirnya, Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus.
SUTAN SJAHRIR
12. Ir. Soekarno
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks
proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama
dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah
merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk
merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke
Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia
yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan
diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran
(Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu
membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa
ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan
Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah
Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat
Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus
romusha.
IR. SOEKARNO
14. Moh.Hatta
Saat-saat mendekati Proklamasi pada 22 Juni 1945, Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) membentuk panitia kecil yang
disebut Panitia Sembilan dengan tugas mengolah usul dan konsep para
anggota mengenai dasar negara Indonesia. Panitia kecil itu beranggotakan 9
orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Anggota lainnya Bung Hatta,
Mohammad Yamin, Achmad Soebardjo, A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir,
Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Tjokrosujoso.
Kemudian pada 9 Agustus 1945, Bung Hatta bersama Bung Karno dan
Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat (Vietnam) untuk dilantik sebagai
Ketua dan Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Badan ini bertugas melanjutkan hasil kerja BPUPKI dan menyiapkan
pemindahan kekuasaan dari pihak Jepang kepada Indonesia. Pelantikan
dilakukan secara langsung oleh Panglima Asia Tenggara Jenderal Terauchi.
Puncaknya pada 16 Agustus 1945, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok hari
dimana Bung Karno bersama Bung Hatta diculik kemudian dibawa ke sebuah
rumah milik salah seorang pimpinan PETA, Djiaw Kie Siong, di sebuah kota
kecil Rengasdengklok
MOH.HATTA
16. Memperkenalkan sistem pemerintahan baru
Pada masa berlangsungnya Revolusi Kemerdekaan, Indonesia sempat
menerapkan sistem pemerintahan baru, yaitu sistem parlementer. Hal ini
tercantum dalam Maklumat 3 November 1945, yang berisikan memberi
kesempatan kepada rakyat untuk membentuk partai-partai politik.
Melaksanakan demokrasi
Pada masa Revolusi Kemerdekaan, pelaksanaan demokrasi terbilang terbatas.
Kekuasaan eksekutif dipegang langsung oleh Presiden, yaitu Soekarno, yang
bisa membentuk kabinetnya sendiri. Sementara itu, Indonesia masih belum
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam unsur legislatif.
4.PENGARUH REVOLUSI
INDONESIA