Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi wa'd dan wakaf/qordh. Wa'd adalah janji untuk melaksanakan sesuatu di masa depan yang dapat digunakan dalam beberapa transaksi syariah seperti ijarah dan murabahah. Wakaf adalah menahan harta dan memberikan manfaatnya untuk Allah, dimana kepemilikan beralih kepada Allah."
2. Akuntansi Wa’d
Wa’d sendiri dapat diartikan sebagai janji dari suatu pihak ke pihak yang lain untuk
melaksanakan sesuatu, dalam hal ini janji yang dimaksud adalah janji untuk
melaksanakan sesuatu di masa yang akan datang yang bisa diterangkan dalam
beberapa transaksi syariah seperti : wa’d yang ada pada transaksi ijarah,
murabahah, dalam sukuk, dalam repo surat berharga syariah dan juga dalam
transaksi lindung nilai syariah. Wa’d berbeda dengan akad, karena di dalam wa’d
belum muncul hak dan kewajiban seperti di dalam akad yang telah muncul hak dan
kewajiban jika akad tersebut terjadi. Wa’d akan menimbulkan sebuah hak dan
kewajiban jika telah dilaksanakan dalam sebuah akad.
3. KETENTUAN WA’D
Ketentuan khusus terkait dengan pihak yang melakukan Wa’d adalah sebagai berikut :
a. Harus seorang muslim
b. Harus cakap hukum
c. Jika belum cakap hukum maka harus diwakilkan dengan wali yang mengerti tentang
transaksi yang diperjanjikan
d. Memiliki kemampuan dan kewenagan daalam mewujudkan Wa’d atau sesuatu yang
perjanjikan.
Ketentuan terkait pelaksanaan Wa’d adalah sebagai berikut :
a. Wa’d harus dinyatakan secara tertulis dalam kontrak perjanjian
b. Wa’ad harus dikaitkan dengan syarat yang harus dipenuhi dan dilaksanakan
c. Obyek yang dijanjikan tidak bertentangan dengan syariah Islam
d. Syarat yang menjadi point dalam perjanjian tidak bertentangan dengan syariah Islam
e. Oihak yang dijanjikan sudah memenuhi syarat perjanjian.
4. PENGAKUAN DAN PENGUNGKAPAN WA’D
Pengakuan
Pengakuan Wa’d adalam perlakukan akuntansi berlaku hal sebagaimana berikut :
a. Wa’d diakui pada saat entitas menerima Wa’d dari entitas lainnya,akan tetapi untuk
pengakuan aset dan liabilitasnya masih belum diakui karena belum adanya akad, sehingga
belum dapat dimunculkan di Laporan Keuangan.
b. Pengakuan atas aset dan liabilitas diakui pada saat akad terjadi berdasarkan wa’d yang telah
terjadi sebelumnya.
Pengungkapan
Pengungkapan Wa’d yang bertujuan untuk memberikan informasi yang memungkinkan kepada
pengguna akuntansi terkait informasi keuangan, tetapi tidak terbatas pada :
a. Uraian mengenai kesepakatan pokok dalam wa’d termasuk jenis, nilai, jangka waktu dan pihak
lawan
b. Tujuan, kebijakan, dan pengelolaan risiko yang muncul dari wa’d
c. Dampak potensi wa’d tergadap aset. liabilitas, penghasilan dan beban pada akhir periode
d. Analisis mengenai dampak terhadap aset, liabilitas, penghasilan dan beban pada saat akad
dilakukan atas dasar wa’d
5. PENERAPAN WA’D PADA PRODUK KEUANGAN SYARIAH
• Wa’d dapat digunakan dalam transaksi keuangan syariah seperti pada beberapa transaksi
berikut ini :
a. IMBT dapat menggunakan wa’d dalam transaksinya karena pada saat awal akad ada
sebuah perjanjian tentang pemindahan kepemilikan dari aset yang diijarahkan jika akad
ijarah tersebut berakhir
b. Wafa’ yakni jual beli dimana terdapat janji atau kesepakatan untuk menjual kembali
barang yang telah dibeli kepada penjual pada masa yang akan datang, sehingga dalam hal
ini wa’d juga dapat digunakan. Contoh wafa’ adalah Repo Surat Berharga Syariah
• Sale and Lease Back adalah sebuah akad untuk menjual kemudian barang yang telah
dijual tersebut disewakan kembali kepada orang yang menjualnya, sehingga wa’d dapat
diguankan dalam transaksi ini untuk menjamin bahwa barang tersebut akan disewakan
setelah transaksi jual beli terjadi.
6. Wa’d pada produk Repo Surat Berharga Syariah dan juga pada Lindung Nilai Syariah atau
Nilai Tukar.
1. Repo Surat Berharga Syariah (SBS)
Repo surat berharga syariah menggunakan akad wafa’ dalam transaksinya, dimana pihak
pertama menjual surat berharga sayariah kepada pihak kedua yang nantinya akan dibeli
kemnbali oleh pihak pertama pada masa yang akan datang, sehingga wa’d yang terjadi
adalah pihak kedua melakukan wa’d kepada pihak pertama untuk menjual SBS yang
pernah dibelinya. Akad yang terjadi pada saat transaksi pertama adalah akad jual beli
seperti biasanya, sedangkan untuk transaksi kedua sebelum terjadi akad maka ada wa’d
antara pihak kedua dan pertama dimana di dalam tercatum harga jual yang disepakati
oleh kedua pihak jika akad jual beli terjadi pada masa yang akan datang.
7. Berikut ini adalah pengakuan, pengukuran dan penyajian dari REPO Surat Berharga Syariah :
a. Nilai untuk jual beli surat berharga mengacu pada harga pasar yang telah disepakati
b. Akad untuk transaksi pertama dan kedua merupakan akan lepas yang terpisah satu dengan yang
lainnya,sehingga tidak saling berkaitan,setelah akad pertama terjadi baru diperbolehkan untuk
melakukan akad transaksi yang kedua
c. Untungan atau kerugian yang diakui oleh pihak pertama berasal dari selisih neto dari nilai
perolehan dengan nilai yang tercatat dalam SBS
d. Klasifikasi pihak kedua dalam transaksi Repo SBS pada transaksi jual beli pertama adalah: diukur
melalui nilai perolehannya, diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lainnya dan
diukur dari nilai wajar melalui laba rugi
e. Pada transaksi kedua, pihak pertama mengakui dan mengukur SBS sebagai berikut: jika SBS diakui
dari nilai wajar melalui laba rugi, maka SBS diukur pada nilai wajarnya dan selisih antara jumlah
yang dibayarkan dengan nilai wajar diakui sebagai laba rugi. Jika SBS diakui dari nilai wajar melalui
pendapatan komprehensif lainnya, maka SBS dikur dari nilai wajar ditanbah biaya transaksi dan
selisih antara nilai yang dibayarkan dengan nilai wajar diakui sebagai laba rugi.
8. Ilustarsi Penjurnalan Untuk Repo SBS
Transaksi Penjual (Pihak Pertama) Pembeli (Pihak Kedua)
Saat transaksi 1
(terjadi wa’d)
Db Kas
Db Laba Rugi (Diskonto)
Cr SBS
Cr Laba Rugi (Premium)
Db Kas
Db Laba Rugi (Diskonto)
Cr SBS
Cr Laba Rugi (Premium)
Menerima Imbal Hasil Tidak ada jurnal Db Kas
Cr Laba Rugi
Saat Transaksi ke 2 (penjual
membeli kembali)
Db Sukuk
Db Laba Rugi (premium)
Cr Kas
Cr Laba Rugi (diskonto)
Db Sukuk
Db Laba Rugi (premium)
Cr Kas
Cr Laba Rugi (diskonto)
9. 1. Lindung Nilai Syariah/ Nilai Tukar
Transaksi lindung nilai syariah hanya terbatas pada lindung nilai tukar dan menggunakan
ketentuan serta proses yang sesuai dengan syariah. Lindung nilai tukar dapat digunakan untuk
melindungai nilai tukar pada aset atau liabilitas yang diakui, komitmen pasti yang masih belum
diakui, perkiraan transaksi besar yang mungkin terjadi dan pada investasi neto di kegiatan
usaha luar negeri.
Mekanisme lindung nilai tukar adalah sebagai berikut :
a. Transaksi lindung nilai sederhana yaitu dengan menggunakan skema Forward Agreement
dimana kedua belah pihak saling berjanji untuk melaksanakan transaksi spot denan jumlah
tertentu pada masa yang akan datang dengan nilai tukar yang disepakati pada saat kesepakatan
awal.
Pengakuan, pengukuran dan Penyajian lindung nilai sederhana adalah sebagai berikut :
1. Aset dan liabilitas yang diterima hanya melalui wa’d tidak akan diakui
2. Para pihak mengungkapkan informasi yang disyaratkan pada PSAK 11 termasuk informasi
kuantitatif wa’d
3. Nilai mata uang asing menggunakan kurs spot tanggal pelaksanaan, dan selisih dengan nilai
rupiah diakui sebagai komponen di laba rugi
10. b. Transaksi lindung nilai kompleks yaitu dengan menggunakan skema rangkaian
transaksi spot dan forward agreement yang diikuti dengan transaksi spot pada
saat jatuhtempo serta penyelesaianya berupa serah terima mata uang.
Pengakuan, pengukuran dan Penyajian lindung nilai kompleks adalah sebagai
berikut :
1. Saat transaksi spot terjadi maka semua pihak yang terlibat menggunakan kurs
spot pada tanggal pelaksanaan dan selisihnya dengan rupiah diakui sebagai
komponen dalam laba rugi
2. Aset yang belum diterimakan tidak diakui sebagai aset atau liabilitas
3. Semua pihak mengakui informasi yang diisyaratkan pada PSAK 111
4. Pada saat dilaksanakan maka perlakukan disamakan ketika terjadi transaksi
spot
c. Transaksi lindung melalui bursa komoditi syariah yaitu dengan skema
rangkaian transaksi jual beli komoditi dalam mata uang rupiah yang diikuti
dengan jual beli komoditi dalam mata uang asing dan penyerahannya berupa
serah terima mata uang pada saat jatuh tempo.
11. CONTOH SOAL
PT. Amanah memiliki sukuk dengan jumlah tercatat Rp. 500 (nilai nominal Rp.
500) yang bertransaksi repo (dijual dan berjanji dibeli kembali) dengan PT. Berkah
atas sukuk dengan kesepakatan sebagai berikut:
1. PT. Amanah menjual sukuk ke PT. Berkah seharga Rp. 490 (Diskonto) pada 1
April 2018.
2. PT. Amanah berjanji (Wa’d) akan membeli kembali sukuk tersebut dari PT.
Berkah, dan PT. Berkah berjanji (Wa’d) akan menjual kembali sukuk tersebut ke
PT. Amanah, pada harga kesepakatan sebesar Rp. 500 pada 15 Mei 2018.
3. PT. Berkah menjual (akad) sukuk ke PT. Amanah seharga Rp. 500 pada 15 Mei
2019.
4. PT. Berkah mengklasifikasikan sukuk sebagai ‘diukur pada nilai wajar yang
dimasukkan ke dalam komprehensif lainnya’ selama periode kepemilikan antara
1 April sampai 15 Mei 2018.
Nilai wajar sukuk pada 1 April, 30 April, dan 15 Mei 2018 masing-masing Rp. 511,
Rp. 513, dan Rp. 515. Kupon sukuk sebesar Rp. 10 diterima pada 30 April 2018.
Jatuh tempo sukuk pada 31 Desember 2020.
12. Pengertian Wakaf
Bahasa : “waqafa”: menahan, menahan harta
untuk diwakafkan
Etimologi : menahan harta dan memberikan
manfaatnya di jalan Allah
kepemilikan berpindah kepada Allah SWT, maka
ia bukan milik pewakaf dan juga bukan milik
penerima wakaf. Sehingga atas harta wakaf tidak
dapat dijual, dihibahkan, diwariskan atau apapun
yang dapat menghilangkan kewakafannya.
14. Perbedaan Wakaf & Infak/Sadaqah
Menyerahkan kepemilikan
suatu barang kepada orang lain
Hak milik atas barang
dikembalikan kepada Allah
Obyek wakaf tidak boleh
diberikan atau dijual kepada
pihak lain
Manfaat barang biasanya
dinikmati untuk kepentingan
sosial
Obyek wakaf biasanya kekal
zatnya
Pengelolaan obyek wakaf
diserahkan kepada
administratur yang disebut
nadzir/mutawalli
Menyerahkan kepemilikan
suatu barang kepada pihak lain
Hak milik atas barang diberikan
kepada penerima
shadaqah/hibah
Obyek shadaqah/hibah boleh
diberikan atau dijual kepada
pihak lain
Manfaat barang dinikmati oleh
penerima shadaqah/hibahObyek
shadaqah/hibah tidak harus
kekal zatnya
Pengelolaan obyek
shadaqah/hibah diserahkan
kepada sipenerima
15. Sejarah Wakaf
Pada masa Rasulullah
”kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam.
Orang Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar,
sedangkan orang-orang Anshar mengatakan adalah wakaf
Rasulullah saw (Asy-Syaukani:129).
16. Sejarah Wakaf
Masa Dinasti Islam
- dinasti Umayyah didirikan lembaga wakaf khususnya administrasi
wakaf pertama kali di Mesir dibawah pengawasan hakim.
- dinasti Abbasiyah, Administrasi pengelolaan wakaf dilakukan oleh
lembaga Independen disebut dengan ”shadr al-Wuquf”
- Dinasti Ayubbiyah, mewakafkan tanah-tanah baitul mal bagi
kemaslahatan umat
17. Sejarah Wakaf
- Al Mamluk sistem pendidikan dan pembangunan perpustakaan
umum meningkat pesat karena peranan wakaf.
- Dinasti Utsmani, pencatatan wakaf, sertifikasi wakaf, cara
pengelolaan wakaf, upaya mencapai tujuan wakaf dan
melembagakan wakaf dalam upaya realisasi wakaf dari sisi
adminstrasi dan perundang-perundangan.
18. Jenis Wakaf
Berdasarkan Peruntukan
1. Wakaf ahli (wakaf Dzurri/wakaf ’alal aulad) yaitu wakaf yang
diperuntukkan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam
lingkungan keluarga, dan lingkungan kerabat sendiri.
2. Wakaf Khairi (kebajikan) adalah wakaf yang secara tegas untuk
kepentingan agama (keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan
umum).
19. Jenis Wakaf
Berdasarkan Jenis Harta
1. benda tidak bergerak:
- Hak atas tanah : hak milik, strata title, HGB/HGU/HP
- Bangunan atau bagian bangunan atau satuan rumah susun
- Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
- Benda tidak bergerak lain
2. benda bergerak selain uang, terdiri dari:
- Benda dapat berpindah
- Benda dapat dihabiskan dan yang tidak dapat dihabiskan
- Air dan Bahan Bakar Minyak
- Benda bergerak karena sifatnya yang dapat diwakafkan
-Benda bergerak selain uang
- surat berharga
- hak atas Kekayaan Intelektual:
- hak atas benda bergerak lainnya
3. benda bergerak berupa uang (Wakaf tunai, cash waqf)
20. Jenis Wakaf
Berdasarkan Waktu:
- muabbad , wakaf yang diberikan untuk selamanya
- mu’aqqot, wakaf yang diberikan dalam jangka waktu
tertentu
Berdasarkan penggunaan harta yang diwakafkan
- mubasyir/dzati; harta wakaf yang menghasilkan
pelayanan masyarakat dan bisa digunakan secara
langsung seperti madrasah dan rumah sakit) .
- mistitsmary, yaitu harta wakaf yang ditujukan untuk
penanaman modal dalam produksi barang-barang dan
pelayanan yang dibolehkan syara’ dalam bentuk apapun
kemudian hasilnya diwakafkan sesuai keinginan
pewakaf.
21. Sasaran dan Tujuan Wakaf
Semangat keagamaan untuk memperoleh Ridha Allah
”dan carilah wasilah (sarana) untuk menuju
kepadanya.”(QS.5:35).
Semangat sosial sbg bukti partisipasi dalam pembangunan
masyarakat
Motivasi keluarga sebagai sarana mewujudkan rasa tanggung
jawab kepada keluarga:
”jika kamu meninggalkan keluargamu dalam keadaan kaya,
itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam
keadaan miskin, sehingga mereka meminta-meminta kepada
orang lain.” (HR Bukhari Muslim)
Dorongan kondisional untuk menyatuni orang yang jauh dari
keluarga
Dorongan naluri
22. Dasar Syariah – Al Quran
”...........perbuatlah kebajikan,supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS.
22:77)
”kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum
kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui.”(QS.3:92).
”perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (Karunianya) lagi Maha
Mengetahui.”(QS.2:261)
23. Dasar Syariah – As Sunnah
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: ”apabila anak Adam (manusia)
meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.”(HR.Muslim).
Dari Ahmad dan Al Bukhari, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW, bersabda:”Barang
siapa mewakafkan seekor kuda di jalan Allah dengan penuh keimanan dan keikhlasan,
maka makannya, fesesnya dan air seninya itu menjadi amal kebaikan dan timbangan di
hari kiamat.”
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, Umar bin Khatab r.a memperoleh tanah (kebun) di
Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW, untuk meminta petunjuk mengenai tanah
tersebut, ia berkata Wahai Rasulullah saya memperoleh tanah di Khaibar, yang belum
pernah saya peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah itu, apa perintah
engkau (kepadaku) mengenainya?, Nabi SAW menjawab, jika mau, kamu tahan
pokoknya dan kamu sedekahkan (hasilnya), Ibnu Umar berkata maka Umar
menyedekahkan tanah itu (dengan mensyaratkan) tanah itu tidak dijual, tidak
dihibahkan, dan tidak diwariskan ia menyedekahkan hasilnya kepada fuqara, kerabat,
riqab (hamba sahaya, orang tertindas), sabilillah, ibnu sabil, dan tamu. Tidak berdosa
dari orang yang mengelola untuk memakan dari (hasil) tanah itu secara ma'ruf (wajar)
dan memberi makan (kepada orang lain) tanpa menjadikannya sebagai harta hak milik.
Rawi berkata, saya menceritakan hadis tersebut kepada Ibnu Sirin, lalu ia berkata
ghaira mutaatstsilin malan' (tanpa menyimpanya sebagai harta hak milik. (H.R. al-
Bukhari, Muslim, al Tharmidzi, al-Nasa'i)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, ia berkata Umar bin Khatab r.a berkata kepada Nabi
SAW, saya mempunyai seratus saham (tanah, kebun) di Khaibar belum pernah saya
mendapatkan harta yang lebih saya kagumi melebihi tanah itu, saya bermaksud
menyedekahkannya' Nabi SAW, berkata' Tahanlah pokoknya dan sedekahkan buahnya
pada sabilillah'. (H.R. al-Nasa'i)
24. Rukun dan Ketentuan Syariah
Pelaku terdiri dari orang yang mewakafkan harta (wakif/pewakaf).
Namun ada pihak yang memiliki peranan penting walaupun diluar
rukun wakaf yaitu pihak yang diberi wakaf/ diamanahkan untuk
mengelola wakaf yang disebut nazhir.
Barang atau harta yang diwakafkan (mauquf bih)
Peruntukan wakaf (mauquf’alaih)
Shighat (pernyataan atau ikrar sebagai suatu kehendak untuk
mewakafkan sebagian harta bendanya termasuk penetapan jangka
waktu dan peruntukan)
25. Pengelola Wakaf
1. melakukan pengelolaan dan pemeliharaan barang yang
diwakafkan,
2. melaksanakan syarat dari pewakaf., boleh dilanggar jika:
– adanya maslahat
– Perkara diajukan pada hakim
3. membela dan mempertahankan kepentingan harta wakaf.
4. melunasi utang wakaf dengan menggunakan pendapatan
atau hasil produksi harta wakaf tersebut.
5. menunaikan hak-hak mustahik dari harta wakaf, tanpa
menundanya, kecuali terjadi sesuatu yang mengakibatkan
pembagian tersebut tertunda.
26. Yang Boleh Dilakukan Nazhir
menyewakan harta wakaf
menanami tanah wakaf
membangun pemukiman di atas tanah wakaf untuk
disewakan
mengubah kondisi harta wakaf menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi para fakir miskin dan mustahik,
27. Yang Tidak Boleh Dilakukan Nazhir
dominasi atas harta wakaf,
berutang atas nama wakaf
menggadaikan harta wakaf
mengizinkan seseorang menggunakan harta wakaf tanpa bayaran,
kecuali dengan alasan hukum
meminjamkan harta wakaf kepada pihak yang tidak termasuk dalam
golongan peruntukkan wakaf.
29. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN WAKAF
Pengakuan Wakaf
Pengakuan wakaf tertuang dalam PSAK 112 tentang Akuntansi Wakaf yang
mengatur tentang bagaimana pengakuan obyek wakaf. Obyek wakaf menurut
PSAK 112 baru akan diakui dalam laporan keuangan jika memenuhi syarat :
a. Telah terjadi pengalihan kendali atas aset wakaf secara hukum
b. Telah terjadi pengalihan kendali atas wakaf secara manfaat ekonomis
dari aset wakaf tersebut
Kedua syarat tersebut berlaku keduanya dan biasanya tercantum dalam ikrar
wakaf yang telah dilakukan, jika hanya salah satu yang memenuhi unsur,
maka obyek wakaf belum dapat diakui sebagai aset. Misal aset wakaf belum
ada pengalihan kendali secara hukum tetapi aset tersebut telah dipergunakan
atau dimanfaatkan, maka aset wakaf belum dapat diakui sebagai aset, tetapi
hanya dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, dana atau
aset wakaf bisa diakui jika kedudukan atas obyek wakaf telah jelas secara
hukum dan telah di ikrarkan.
30. Selain pengakuan untuk aset, didalam PSAK 112
juga mengatur tentang identifikasi jenis aset wakaf
awal yang akan diakui dalam laporan keuangan
berdasarkan manfaatnya. Pengakuan untuk wasiat
wakaf hanya akan diakui sebagai aset jika wakif
telah meninggal dunia, begitu juga tentang wakaf
yang dijanjikan (wa’d) hanya akan diakui sebagai
aset wakaf jika obyek wakaf yang diperjanjikan
telah diikrarkan dan pengalihan kendalia atas
obyek tersebut telah sah secara hukum.
31. Pengakuan Wakaf Temporer
Pengakuan atas wakaf secara temporer (jangka waktu tertntu) juga diatur didalam PSAK 112. PSAK
112 menjelaskan bahwa aset wakaf temporer adalah aset wakaf dalam bentuk kas yang diserahkan
oleh wakif kepada nazhir dan dikembangkan dalam jangka waktu tertentu. Entitas wakaf (nazhir)
mengelola dan mengembangkan obyek wakaf dan mengakui sebagai liabilitas, karena entitas wakaf
wajib mengembalikan aset yang diwakafkan jika jangka waktu yang disepakati telah berakhir sesuai
dengan ikrar yang dilakukan
Penyusutan Dan Amortisasi Aset Wakaf
Penyusutan akan aset wakaf, untuk aset tetap seperti tanah, bangunan dan kendaraan disusutkan dan
diamortisasi berdasarkan ketentuan umum penyusutan aset. Beban dari penyusutan tersebut dicarat
sebagai bagian dari beban penyaluran manfaar kepada mauquf alaih
32. Pengakuan Atas Hasil Pengelolaan dan Pengembangan Obyek Wakaf
Pengembangan dan pengelolaan atas obyek wakaf bertujuan untuk memberikan nilai lebih atas obyek
wakaf yang diserahkan. Dengan pengembangan dan pengelolaan tersebut maka akan dihasilkan
manfaat yang lebih besar berupa pendapatan atau penghasilan yang nantinya akan berguna lebih
besar lagi untuk kepentingan mauquf alaih. PSAK 112 mengatur bahwa hasil neto pengembangan dan
pengelolaan aset wakaf adalah hasil dari penngembangan dan pengelolaan setelah dikurangi beban
yang timbul dari pengembangan dan pengembangan tersebut. Hasil neto pengembangan dan
pengelolaan aset wakaf termasuk selisih pelepasan aset yang bersumber dari aset awal wakaf. Sebagai
contoh, missal diawafkan saham sebanyak 2000 lembar saham, maka hasil dari saham berupa deviden
digunakan untuk memambah pembelian saham sebanyak 200 saham baru, jika dilakukan pelepasan
atau penjualan aset saham tersebut, pelepasan untuk 200 saham tambahan keuntungannya diakui
sebagai bagian dari penghasilan pengelola wakaf.
33. Sedangkan untuk penghasilan neto yang tidak dapat diakui berdasarkan PSAK 112
jika dalam kondisi sebagai berikut :
1. Hasil pengukuran ulang atas aset wakaf
Sebagai contoh seorang pengelola wakaf menerima aset berupa bangunan dengan
nilai perolehan awal senilai Rp 200.000.000 setelah dilakukan penilaian dan
pengukuran ternyata nilai dari aset berubah menjadi Rp 230.000.000. Selisish Rp
30.000.000 dari pengukuran aset tersebut bukan merupakan penghasilan dari
pengembangan dan pengelolaan aset
1. Selisih dari pelepasan aset wakaf
Sebagai contoh seorang wakif mewakafkan hartanya berupa perhiasan emas
seberat 100gr untuk kepentingan pembangunan sekolah yatim piatu, kemudian
nazhir menjual emas tersebut seharga Rp 1.000.000 per gram, sehingga nilai jual
untuk emas tersebut sebesar RP 100.000.000 bukan merupan penghasilan dari
pengembangan dan pengelolaan wakaf, tetapi murni untuk pembangunan sekolah.
34. Imbalan Nazhir
Nazhir adalah pihak yang mengelola wakaf, didalam perundangan diatur
hak untuk nazhir tidak boleh melebihi 10% dari hasil pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf. Didalam PSAK 112, imbalan untuk nazhir
didefiniskan sebagai hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset
wakaf yang telah direalisasikan, berupa kas atau setara kas dalam
periode berjalan, penghasilan neto berupa :
1. Hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf di periode
berjalan
2. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan pengembangan
aset wakaf pada periode yang lalu yang diterima pada peridoe
berjalan
Penyesuaian terhadap aset neto hasil pengelolaan dan pengembangan
aset wakaf periode berjalan yang belum diterima di periode berjalan
35. PENGUKURAN
Pengukuran untuk aset wakaf, di dalam PSAK 112 diukur berdasarkan hal berikut ini :
1. Aset wakaf berupa uang diukur berdasarkan nilai nominal
2. Aset wakaf berupa selain uang diukur berdasarkan pada nilai wajar
Pengukuran untuk aset non tunai jika aset tersebut dapat dinilai secara andal, maka aset wakaf
tersebut dapat diakui dalam laporan keuangan, sedangkan jika aset wakaf tidak dapat dinilai
secara andal, maka aset wakaf tidak dapat dicantumkan didalam laporan keuangan, hanya
dicantumkan didalam catatan atas laporan keuangan. Khusus untuk nilai aset logam mulia, maka
pengukuran menggunakan nilai wajar pada saat tanggal pengukuran, jika terjadi perbedaan nilai
saat pengukuran ulang, baik naik atau turun, maka nilai tersebut diakui sebagai dampak dari
pengukuran ulang aset wakaf.
36. AKUNTANSI PENGELOLA WAKAF
Pencatatan atau penjurnalan yang dilakukan oleh pengelola wakaf adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan obyek wakaf
- Jika obyek berupa uang
Db Aset wakaf uang xxx
Cr Wakaf uang xxx
- Jika obyek berupa non uang
Db Aset wakaf non uang xxx
Cr Wakaf non uang xxx
a. Pembayaran gaji pengelola
Db Beban gaji xxx
Cr Kas xxx
37. a. Penyaluran dana wakaf
- Jika penyaluran wakaf uang
Db Penyaluran wakaf uang xxx
Cr Kas wakaf uang xxx
- Jika penyaluran berupa barang
Db Aset wakaf non uang xxx
Cr Penambahan wakaf produktif xxx
a. Penghasilan Pengembangan dan Pengelolaan Aset Wakaf
Db Kas wakaf uang xxx
Cr Wakaf uang xxx
a. Penyusutan/amortisasi aset wakaf
Db Beban penyusutan wakaf xxx
Cr Akm Penyusutan wakaf xxx
38. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Entitas wakaf menyajikan aset wakaf temporer yang diterima sebagai liabilitas, hal ini karena aset wakaf temporer
masih harus dikembalikan jika jangka waktu sesuai dengan ikrar telah selesai ditunaikan dan ikrar wakaf dianggap
selesai. Pengungkapan wakaf menurut PSAK 112 yang mengatur mengenai hal hal yang memerlukan pengungkapan
nazhir seperti untuk penerimaan, pengelolaan dan penyaluran wakaf. Secara garis besar, didalam PSAK 112
mengungkapan untuk wakaf meliputi :
1. Penjelasan mengenai nazhir
2. Penjelasan mengenai wakif yang signifikan secara individual
3. Penjelasan sebagai strategi pengelolaan dan pengembangan aset wakaf
4. Penjelasan mengenai peruntukan aset wakaf
5. Penjelasan mengenai imbalan nazhir dan presentasenya dari penghasilan neto pengembangan dan pengelolaan aset
wakaf, dan jika terjadi perubahan diperiode berjalan maka dijelaskan alasan perubahannya
6. Rekonsiliasi untuk perhitungan penentuan imbalan nazhir meliputi : hasil neto pengembangan dan pengelolaan
wakaf pada periode berjalan, hasil neto pengembangan dan pengelolaan wakaf pada periode berjalan yang belum
terealisasi dalam kas dan setara kas, serta penghasilan neto dari pengembangan dan pengelolaan aset wakaf
periode yang lalu yang belum terealisasi dalam bentuk kas dan setara kas pada periode berjalan.
7. Penjelasan mengenai wakaf temporer baik berupa jumlah dan pewakifnya
8. Rincian aset yang diterima dari wakif yang belum menjadi aset karena belum di ikrarkan
9. Penjelasan mengenai wakaf uang yang belum direaliasasi menjadi aset waakaf
10. Penjelasan mengenai aset wakaf yang tertukar dengan aset wakaf lain, dimana didalamnya memuat penjelasan
tentanf aset yang ditukat dan aset penggantinya, serta dasar hukumnya
11. Penjelasan hubungan atar pihak yang berelasi antara wakif, nazhir dan mauquf ‘alaih, dimana didalamnya
mengungkap tentang sifat hubungannya, jumlah dan jenis aset wakaf permanen atau temporer serta presentase
penyaluran manfaat dari total penyaluran manfaat wakaf selama periode berjalan.
39. CONTOH SOAL
PT Amanah adalah perusahan pengelola wakaf. Pada tanggal 10 Januari 2020
menerima wakaf berupa uang dari PT Sinergi sebesar RP 10.000.000, pada tanggal 11
Januari 2020 menerima wakaf berupa kenadaraan dari Pak Amir dengan nilai wajar
Rp 300.000.000. Wakaf uang disalurkan kepada yang berhak senilai RP 5.000.000
pada tanggal 15 Januari dan pada taanggal 20 Januari memperoleh imbal hasil dari
pengembangan dana wakaf uang berupa imbal hasil deposito senilai Rp 1.000.000.
Jika pada akhir periode penyusutan atas kendaraan sebesar Rp 2.000.000. Buatlah
jurnal transaksi PT Amanah!