Tugas mata kuliah Perbankan Syariah membahas beberapa topik penting seperti definisi mudharabah, perbedaan mudharabah muthlaqah, muqayyadah dan musytarakah, landasan syar'i mudharabah, rukun transaksi mudharabah, definisi pembiayaan musyarakah, perbedaan musyarakah dan mudharabah, rukun transaksi musyarakah, perbedaan musyarakah menurun dan permanen, perbedaan revenue sharing, profit sharing dan
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Tugas perbankan syariah UAS
1. TUGAS
MATA KULIAH PERBANKAN SYARIAH
Dosen : Shinta Melzatia, SE. M.Ak
Disusun oleh :
Devia Rizki Wulandari 43216120263
Nurul Fitrah Ramadhani 43216120257
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2107
2. BAB 7
1. Jelaskan definisi mudharabah ?
Jawab:
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu berpegian untuk urusan dagang.
Disebut juga qiradh yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti potongan, karena
pemilik memotong hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil
menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung
oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence, dan violatian oleh
pengelola dana.
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang
berdarsarkan kepercayaan, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana.
Mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing, pemilik dana yang
merupakan investor disebut beneficial ownership, atau sleeping partner, dan pengelola
dana disebut managing trustee atau laboor partner.
Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh ikut
campur dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan pemilik dana
tersebut, kecuali sebatas memberikan saran dan melakukan pengawasan pada pengelolaan
dana.
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk
bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau imbalan
tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan syariah.
2. Jelaskan perbedaan antara mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah
dan mudharabah musytarakah ?
Jawab:
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dengan pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau objek investasi.
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dengan pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dengan pemilik dana memberikan
kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
3. 3. Dalam kondisi apakah masing-masing mudharabah murhalaqah, mudharabah
muqayyadah dan mudharabah musytarakah cocok diterapkan ?
Jawab:
Mudharabah muthlaqah dapat diterapkan pada kondisi nasabah membebaskan mudharib
mengusahakan dananya, sehingga mudharib dapat dengan leluasa mengelola dana tanpa
ada batasan walaupun pastinya dana yang dikelola harus dibidang yang halal dan sesuai
dengan kaidah-kaidah syariah.
Mudharabah muqqayadah dapat diterapkan dalam kondisi nasabah menetapkan batasan-
batasan kepada mudharib, batasan-batasan yang dimaksudkan yaitu mengenai dana,
lokasi, cara dan/atau objek investasi.
Mudharabah musytarakah dapat diterapkan dalam kondisi nasabah hanya menitipkan
dananya kepada bank untuk disimpan secara aman.
4. Apakah landasan syar’i dibolehkannya transaksi mudharabah ?
Jawab:
Dalil Al-quran landasan akad mudharabah yaitu :
Surah Al-Jumu’ah ayat 10 artinya ”apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kami beruntung
Surah Al-Baqarah ayat 283 artinya ”jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah
tidak secara tunai) sedang kami tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang), akan tetapi jika sebagian kamu
memercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah
kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian, Dan barang siapa yang
menyembunyikan, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
5. Jelaskan rukun transaksi mudharabah ?
Jawab:
Rukun akad mudharabah ada 4 yaitu :
Pelaku
Objek mudharabah dibagi lagi menjadi 2 yaitu modal dan kerja (usaha)
Ijab kabul
Nisbah keuntungan
4. BAB 8
1. Jelaskan definisi pembiayaan musyarakah ?
Jawab:
Definisi investasi musyarakah menurut dewan syariah nasional MUI dan PSAK No. 106
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana
tersebut meliputi kas atau asset non kas yang diperkenankan syariah. Para mitra bersama-
sama menyediakan dana untuk mendanai usaha tertentu dalam musyarakah baik usaha
yang sudah berjalan maupun yang baru.
2. Jelaskan perbedaan antara transaksi dengan skema musyarakah dan yang dengan
skema mudharabah ?
Jawab:
Skema Musyarakah :
Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank dengan akad musyarakah untuk
mendapatkan tambahan modal
Antara nasabah dan bank saling berkontribusi dalam usaha ini
Dalam hal ini kedua belah pihak saling bekerja sama
Bank melakukan pembiayaan modal kepada nasabah dan dikelola
menurut keahlian masing masing nasabah. keduanya bekerja sama dalam
melakukan suatu proyek yang keuntungannya dibagi berdasarkan sesuai
kesepakatan.
Skema Mudharabah:
Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank untuk memperoleh modal usaha
Bank memberikan modal sebesar 100% untuk dikelola oleh nasabah yang
memiliki keahlian tertentu
Ketika akad berlangsung telah ditentukan proporsi bagi hasilnya
Jika terjadi kerugian ketika menjalankan usaha yang bukan merupakan kelalaian
nasabah maka kerugian ditanggung oleh bank
Setelah proses usaha berjalan lalu keuntungan dibagi sesuai ketentuan nisbah.
selain itu nasabah juga mengembalikan modal pokok terhadap bank.
3. Jelaskan rukun transaksi musyarakah ?
5. Jawab:
Rukun akad musyarakah ada 4 yaitu:
Pelaku terdiri atas para mitra
Objek musyarakah berupa modal dan kerja
Ijab Kabul / serah terima
Nisbah keuntungan
4. Jelaskan perbedaan antara musyarakah menurun dengan musyarakah permanen ?
Jawab:
Perbedaan pada ketentuan penyertaan dana oleh mitra usaha dimana akad musyarakah
menurun bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra
lainnya sehingga pada suatu saat kepemilikan atas usaha akan didapati oleh satu pihak
saja, sedangkan akad musyarakah permanen penyertaan dana oleh mitra usaha selalu
tetap hingga berakhirnya akad.
5. Jelaskan perbedaan antara revenue sharing, profit sharing, dan gross profit
sharing. Jelaskan juga kelebihan dan kelemahan masing-masing metode bagi hasil
tersebut ?
Jawab:
Perbedaan revenue sharing, profit sharing dan gross profit sharing pada perhitungan
keuntungan yang dibagikan. Revenue sharing menggunakan perhitungan pembagian
keuntungan atas dasar penjualan atau kegiatan usaha pada tahun berlangsung tanpa
dikurangi beban-beban. Sedangkan pada profit sharing pembagian keuntungan didasari
perhitungan pendapatan dikurangi beban-beban. Lain pula dengan gross profit sharing
pembagian keuntungan didasari perhitungan pendapatan dengan dikurangi harta pokok
dan dikurangi beban-beban.
Kelebihan dan kekurangan masing-masing system
Kelebihan :
Revenue sharing memiliki kelebihan nasabah akan selalu untung (tidak ada resiko
kerugian), pembagian keuntungan stabil.
Profit sharing memeliki kelebihan pembagian keuntungan disesuaikan dengan
kondisi usaha sehingga bisa saja pembagian keuntungan sangat besar.
Gross profit sharing diperuntukan bagi usaha mikro sehingga dapat dijangkau
oleh kalangan menangah kebawah dan terdapat kemudahan dalam perhitungan
pembagian
Kekurangan :
Revenue sharing laba yang dibagikan selalu sama walaupun kondisi usaha sedang
maju-majunya.
Profit sharing terdapat kemungkinan rugi dan pembagian keuntungan fluktuatif
6. Gross profit sharing tidak dapat dijangkau investor besar
7. BAB 10
1. Jelaskan definisi jual beli dengan skema salam ?
Jawab:
Secara bahasa, transaksi (akad) digunakan berbagai banyak arti, tetapi secara keseluruhan
kembali pada bentuk ikatan atau hubungan terhadap dua hal. Yaitu As-Salam atau disebut
juga As-Salaf yaitu istilah dalam bahasa arab yang mengandung makna “penyerahan”.
Sementara para fuqaha’ menyebutnya dengan al-Mahawi’ij (barang-barang mendesak)
karena ia sejenis jual beli barang yang tidak ada di tempat, sedangkan dua pokok yang
melakukan transaksi jual beli mendesak.
Salam merupakan transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Maka dari itu barang diserhkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara
tunai. Barang yang diperjualbelikan belum ada pada saat transaksi dan harus diproduksi
terlebih dahulu, seperti produk-produk pertanian dan produk-produk fungible adalah
barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya.
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan menggunakan akad salam ?
Jawab:
Kelebihan Akad Salam :
Orang yang mempunyai perusahaan sering membutuhkan uang untuk keperluan
perusahaan mereka, bahkan sewaktu-waktu kegiatan perusahaan sampai terhambat
Karena kekurangan bahan pokok. Sedangkan pembeli selain akan mendapat barang yang
sesuai dengan yang diinginkannya, maka ia pun sudah menolong kemajuan perusahaan
saudaranya. Untuk kepentingan itu, Allah swt. Membolehkan akad salam.(Lukman
Hakim, 2012:118)
Kekurangan Akad Salam :
Akan dimanfaatkan oleh orang yang sangat membutuhkan untuk menekan harga kepada
penjual. Sebagaimana islam sangat mengiginkan hambanya untuk mempermudah dan
membantu pihak lain, melakukan eksploitasi pihak lain atas nama syariat dan agama,
untuk itu Nabi mencegah jual beli yang dilakukan oleh orang yang sangat
membutuhkan.(Abdul Sami’ Al-Mishri, 2006:107)
8. 3. Jelaskan perbedaan jual beli salam dengan jual beli murabahah ?
Jawab:
Dalam jual beli salam, perlu ditetapkan periode pengiriman barang, yang dalam
jual beli biasa tidak perlu.
Dalam jual beli salam, komoditas yang tidak dimiliki oleh penjual dapat dijual;
yang dalam jual beli biasa tidak dapat dijual.
Dalam jual beli salam, hanya komoditas yang secara tepat dapat ditentukan
kualitas dan kuantitasnya dapat dijual, yang dalam jual beli biasa, segala
komoditas yang dapat dimiliki bisa dijual, kecuali yang dilarang oleh Al Quran
dan hadits.
Dalam jual beli salam, pembayaran harus dilakukan ketika mebuat kontrak; yang
dalam jual beli biasa, pembayaran dapat ditunda atau dapat dilakukan ketika
pengiriman barang berlangsung
4. Apakah landasan syar’i dibolehkannya transaksi salam ?
Jawab:
Landasan Syariah transaksi Bai’ as-salam terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Dalam
Al-Qur’an dijelaskan pada surat al-Baqarah ayat 282 yang artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[3]tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya....”
Dalam kaitan ayat tersebut, Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayat tersebut dengan
transaksi bai’ as-salam, hal ini tampak jelas dari ungkapan beliau, “Saya bersaksi bahwa
salaf (salam) yang dijamin utuk jangka waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah pada
kitab-Nya dan diizinkan-Nya.” Ia lalu membaca ayat tersebut di atas.[4]
Adapun landasan syar’I dibolehkanya transaksi salam adalah sebagai mana di sebutkan
dalam hadist nabi SAW riwayat ibnu abas berikut:
“barang siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukannya dengan
takaran yang jelas, timbangan yang jelas pula untuk jangka waktu yang diketahui”.
Ketentuan syar’I transaksi salam diatur dalam fatwa DSN nomor 05/DSN-MUI/IV/2000
tentang jual beli salam. Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran,
barang, salam paralel, waktu penyerahan, dan syarat pembatalan kontrak, ketentuan –
ketentuan tersebut akan dalam aspek rukun salam
9. 5. Jelaskan rukun transaksi salam ?
Jawab:
Muslam atau pembeli
Muslam ilaih atau penjual
Modal atau Utang
Muslam Fiih atau Barang
Sighat atau ucapan
10. BAB 11
1. Jelaskan definisi jual beli Istishna ?
Jawab:
Transaksi bai’ al-istisna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat
barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat
barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut
spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah
pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran: apakah pembayaran dilakukan di
muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan
datang.
Menurut jumhur fuqaha, bai’ al-istishna’ merupakan suatu jenis khusus dari bai’ as-
salam. Biasanya, jenis ini dipergunakan dalam bidang manufaktur. Dengan demikian,
ketentuan bai’ al-istishna’ mengikuti ketentuan dan aturan akad bai’ as-salam
2. Jelaskan perbedaan antara jual beli istishna dengan jual beli murabahah dan jual
beli salam ?
Jawab:
Murabahah, salam, dan istishna’ merupakan jenis pembiayaan berdasarkan akad jual beli.
Inti dari pembiayaan berdasarkan pada akad jual beli adalah bahwa nasabah yang
membutuhkan suatu barang tertentu, maka padanya akan menerima barang dari pihak
bank dengan harga sebesar harga pokok ditambah besarnya keuntungan yang dikehendaki
oleh bank (profit margin) dan tentu saja harus ada kesepakatan mengenai harga tersebut
oleh kedua belah pihak. Murabahah merupakan jual beli, dimana barangnya sudah ada,
sedangkan dalam salam dan istishna’ adalah jual beli dengan pemesanan terlebih dahulu.
3. Jelaskan rukun transaksi istishna ?
Jawab :
Adapun rukun istishna’ sebagai berikut:
Al-‘Aqidain (dua pihak yang melakukan transaksi) harus memunyai hak
membelanjakan harta
Shighat, yaitu segala sesuatu yang menunjukkan aspek suka sama suka dari kedua
belah pihak, yaitu penjual dan pembeli
Objek yang ditransaksikan, yaitu barang produksi
4. Untuk keperluan apakah transaksi istishna sangat cocok untuk digunakan ?
Jawab:
Dalam perkembangannya, ternyata akad istishna lebih mungkin banyak digunakan di
lembaga keuangan syariah dari pada salam. Hal ini disebabkan karena barang yang
11. dipesan oleh nasabahatau konsumen lebih banyak barang yang belum jadi dan perlu
dibuatkan terlebih dahulu dibandingkan dengan barang yang sudah jadi. Secara
sosiologis barang yang sudah jadi telah banyak tersedia di pasaran, sehingga tidak perlu
dipesan terlebih dahulu pada saat hendak membelinya. Oleh karena itu pembiayaan yang
mengimplementasikan istishna’ bisa menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi
masalah pengadaan barang yang belum tersedia.
5. Jelaskan perbedaan antara istishna dengan istishna paralel ?
Jawab:
Transaksi bai’ al-istisna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat
barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat
barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut
spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah
pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran: apakah pembayaran dilakukan di
muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan
datang.
Menurut jumhur fuqaha, bai’ al-istishna’ merupakan suatu jenis khusus dari bai’ as-
salam. Biasanya, jenis ini dipergunakan dalam bidang manufaktur. Dengan demikian,
ketentuan bai’ al-istishna’ mengikuti ketentuan dan aturan akad bai’ as-salam
Istishna’ Paralel adalah sebuah bentuk akad Istishna’ antara nasabah dan bank syariah,
kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah, bank syariah memerlukan
pihak lain sebagai Shani’.
Istishna’ parallel dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Bank sebagai penjual dalam akad istishna’ dapat membuat akad istishna’ paralel
dengan pihak lainnya dengan Bank bertindak sebagai pembeli;
(2) kewajiban dan hak dalam kedua akad istishna’ tersebut harus terpisah;
(3) pelaksanaan kewajiban salah satu akad Istishna’ tidak boleh tergantung pada
akad istishna’ paralel atau sebaliknya;
(4) Jika bank yang bertindak sebagai pembeli dalam akad istishna’ paralel harus
memenuhi kewajibannya kepada pihak lainnya apabila nasabah dalam akad istishna’
tidak memenuhi akad istishna’;
(5) Dalam hal pembayaran dilakukan secara angsuran, harus dilakukan secara
proporsional
(6) Bank selaku mustashni’ tidak diperkenankan untuk memungut MDC (margin during
construction) dari nasabah (shani’) karena hal ini tidak sesuai dengan prinsip syariah;
(7) Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad istishna’.
(8) Ketentuan istishna’ berlaku pula pada istishna’ paralel.
12. BAB 12
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ijarah.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu
sendiri. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya
barang, pada ijarah objek transaksinya adalah barang maupun jasa.
Rukun Ijarah
Menurut ulama’ Hanafiyah rukun ijarah adalah ijab dan qabul, dengan menggunakan
kalimat: al-Ijarah, al-Isti’jar, al-Ikra’ dan al-Iktira’. Akan tetapi menurut jumhur ulama’
rukun Ijarah ada empat:
Orang yang berakad (Muajir atau penyewa dan musta’jir atau yang menyewakan
barang).
Sighat (ijab dan qabul)
Ujrah (ongkos sewa)
Manfa’ah (Manfaat)
Jenis Ijarah Menurut Objeknya
Berdasarkan obyeknya, Ijarah terdiri dari:
a. Ijarah dimana obyeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil, sewa rumah,
dsb.
b. Ijarah dimana obyeknya adalah manfaat dari tenaga seorang seperti jasa
konsultan, pengacara, buruh, kru, jasa guru/dosen,dll.
2. Jelaskan perbedaan antara ijarah dengan ijarah muntahiya bittamlik.
a. Dari segi objeknya.
Bila dilihat dari segi objek yang disewakan, leasing hanya berlaku untuk sewa
menyewa barang saja.
Sedangkan dalam ijarah objek yang disewakan bisa berupa barang dan jasa/tenaga
kerja.
b. Dari segi metode pembayaran
Leasing hanya memiliki satu metode pembayaran yaitu, pembayaran sewa pada
leasing tidak bergantung kepada kinerja objek yang disewakan.
ijarah, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung
kepada kinerja objek yang disewanya dan ijarah yang pembayarannya tidak
tergantung pada kinerja objeknya.
c. Dari segi perpindahan kepemilikan.
Dalam leasing ada dua jenis perpindahan kepemilikan, yaitu: operating lease dan
financial lease. Dalam operating lease, tidak terjadi perpindahan kepemilikan aset,
baik diawal maupun diakhir. Sedangkan financial lease diakhir periode sewa si
13. penyewa diberikan pilihan untuk membeli atau tidak membeli barang yang disewa
tersebut.
3. Jelaskan rukun transaksi ijarah.
Menurut ulama Hanafiah, rukun ijaroh adalah ijab dan qabul, antara lain dengan
menggunakan kalimat : al – ijaroh, al – isti’jar, al – ikhtira’ dan al – ikra.sedangkan
menurut Ibnu Juzay dalam kitabnya Al-Qowanin Al-Fiqqiyah menerangkan tentang
rukun ijaroh, yakni :
a. Mu’jir (orang/barang yang disewa)
Mu’jir adalah orang yang memberikan upah dan yang menyewakan atau mu’jir
adalah orang yang menggunakan jasa atau tenaga orang lain untuk mengerjakan
suatu pekerjaan tertentu.
b. Musta’jir (orang yang menyewa)
Musta’jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu atau
musta’jir adalah orang yang menyumbangkan tenaganya, atau orang yang menjadi
tenaga kerja dalam suatu pekerjaan dan mereka menerima upah dari pekerjaannya
itu.
c. Objek transaksi (manfaat)
Pekerjaan dan barang yang akan dijadikan objek kerja harus memiliki manfaat
yang jelas, seperti mengerjakan proyek, membajak sawah dan sebagainya.
d. Sighat (ijab dan qabul).
Sighat merupakan suatu bentuk persetujuan dari kedua belah pihak untuk
melakukan ijarah. Ijab merupakan pernyataan dari pihak pertama (mu’jir) untuk
menyewakan barang atau jasa. Sedangkan Qabul adalah jawaban persetujuan dari
pihak kedua untuk menyewakan barang atau jasa yang dipinjamkan oleh mu’jir.
e. Imbalan atau Upah.
Upah sebagaimana terdapat dalam kamus umum Bahasa Indonesia adalah uang
dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar
tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu.
4. Jelaskan bentuk pengawasan syariah pada transaksi ijarah dan IMBT.
a. Memastikan penyaluran dana berdasarkan prinsip ijarah tidak dipergunakan untuk
kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah
b. Memastikan bahwa akad pengalihan kepemilikan dalam IMBT dilakuakn setelah
akad ijarah selesai. Dalam akad ijarah, janji ata wa’ad untuk pengalihan
kepemilikan harus dilakukan pada saat berakhirnya akad.
c. Meneliti pembiayaan berdasarkan prinsip ijarah untuk multijasa menggunakan
perjanjian sebagaimana diatur dalam fatwa yang berlaku tentang multi jasa dan
ketentuan lainnya antara lain ketentuan standar akad.
d. Memastikan besar ujarah atau fee multijasa dengan menggunakan akad ijarah
telah disepakati diawal dan dinatakan dalam bentuk nominal bukan persentase.
14. 5. Jelaskan keuntungan penggunaan transaksi ijarah dibanding jenis akad lainnya.
Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan
jenis akad lainnya yaitu:
Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih fleksibel dalam hal
objek transaksi.
Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung resiko usaha yang lebih
rendah, yaitu adanya pendapatan sewa yang relatif tetap.
15. BAB 13
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dana kebajikan.
Dana kebajikan merupakan dana sosial diluar zakat yang berasal dari masyarakat yang
dikelola oleh bank syariah. Dana kebajikan bisa juga disebut dengan dana qardh. PSAK
59 dan PAPSI menggunakan istilah qardh dan bukan istilah dana kebajikan. Akan tetapi,
pada PSAK 101, istilah ini diganti dengan istilah “Dana Kebajikan”. Tidak ada
keterangan resmi alasan penggantian istilah ini dalam PSAK 101. Akan tetapi, adanya
istilah dana kebajikan memberi fleksibilitas dalam sumber maupun penggunaan dana
tersebut, mengingat istilah qardh lebih tepat digunakan untuk transaksi yang terkait
dengan pinjam meminjam tanpa bunga.
2. Jelaskan perbedaan dana infak dan sedekah pada dana kebajikan dengan dana
infak dan sedekah pada dana ZIS.
Dana infak dan sedekah pada dana kebajikan
Infak dan sedekah yang dimaksud dalam dana kebajikan adalah semua jenis infak
dan sedekah baik yang peruntukannya ditentukan secara khusus oleh pemberi
infak dan sedekah maupun yang tidak. Denda merupakan sanksi berupa uang
yang dikenakan oleh bank syariah kepada nasabah yang mampu, tetapi dengan
sengaja menunda-nunda pembayaran kewajibannya kepada bank syariah. Semua
penerimaan bank syariah dari nasabah yang merupakan denda dimasukkan ke
dalam dana kebajikan.
Dana infak dan sedekah pada dana ZIS
Zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan
(filantropi) dalam konteks masyarakat Muslim. Zakat merupakan kewajiban
bagian dari setiap muslim yang mampu serta menjadi unsure dari Rukun Islam,
sedangkan Infaq dan Shodaqoh merupakan wujud kecintaan hamba terhadap
nikmat dari Allah SWT yang telah diberikan kepadanya sehingga seorang hamba
rela menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan agama baik dalam rangka
membantu sesama maupun perjuangan dakwah Islamiyah.
3. Dari mana sajakah sumber dana kebajikan diperoleh dan bisa digunakan untuk
apa sajakah dana kebajikan?
a. Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
Infak
Sedekah
Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
Pengembalian dana kebajikan produktif
Denda
Pendapatan nonhalal
b. Penggunaan dana kebajikan untuk:
16. Dana kebajikan produktif
Sumbangan
Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum
4. Dari mana sajakah sumber dana ZIS diperoleh dan bisa digunakan untuk apa
sajakah dana ZIS?
Penerimaan untuk dana zakat dapat berasal dari beberapa sumber :
Zakat yang dibayarkan oleh mereka yang wajib untuk membayarkannya
a. Infaq yang dibayarkan seseorang atau organisasi untuk diberikan kepada pihak–
pihak tertentu yang telah dimengerti pihak Amil organisasi ZIS maupun oleh
donaturnya.
b. Transfer dari dana shodaqoh ke dana zakat apabila pada suatu periode dirasakan
penerima zakat masih memerlukan dana yang tidak sedikit sedangkan penerimaan
dari zakat tidak mencukupi, maka dana shodaqah dapat ditransfer untuk
digunakan dalam dana zakat. Selain itu apabila organisasi ZIS beranggapan
bahwa pengadaan suatu aktiva tidak dapat ditolerir jika menggunakan dana zakat,
maka dengan adanya transfer dari dana shodaqah ke dana zakat dapat mengatasi
persoalan semacam itu.
c. Bunga Bank. Penerimaan ini diperoleh apabila organisasi ZIS menyimpan
uangnya dibank. Sebagaimana diketahui, agama Islam melarang pemeluknya
untuk melakukan riba. Sebagian ulama menyebutkan bunga bank sebagai riba.
Namun beberapa ahli hukum Islam kontemporer berpendapat bahwa membagikan
bunga kepada fakir dan miskin adalah boleh, sedangkan bagi penabungnya.
Penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk:
a. Fakir
b. Miskin
c. Riqab
d. orang yang terlilit utang (gharim)
e. muallaf
f. fii sabilillah
g. orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil)
h. amil
5. Jelaskan ketentuan syar’i terkait dengan pinjaman qardh.
Ketentuan yang terkait dengan transaksi pinjaman qardh meliputi berbagai aspek antara
lain:
a. Larangan mensyaratkan tambahan pengembalian atas suatu pinjaman
Dalam pinjaman qardh tidak dibolehkan disyaratkan tambahan pengembalian atas
pinjaman tersebut. Q.S. Al-Baqarah 278-279 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika
17. kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah
dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan
riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula
dianiaya.”
Akan tetapi, asal tidak dipersyaratkan pada saat akad, orang yang meminjam
boleh saja mengembalikan lebih dari yang dipinjamnya (bahkan ini dianjurkan
oleh rasul kepada peminjam). Nabi pernah mengembalikan utang unta bakr
dengan unta ruba’ie. Hadis riwayat Bukhari yang artinya:
“Sesungguhnya orang yang terbaik adalah yang paling baik dalam
mengembalikan utang.”
b. Larangan menunda pembayaran pinjaman bagi orang yang mampu
Orang yang meminjam tidak boleh menunda pembayarannya jika dalam keadaan
mampu membayar sebagaimana disebut dalam hadist riwayat Jama’ah yang
artinya:
“penundaan pembayaran oleh orang yang mampu adalah suatu kezaliman.”
c. Perintah meringankan beban orang yang kesulitan membayar pinjaman
Upaya meringankan beban orang yang kesulitan membayar pinjaman dapat
dilakukan dalam bentuk tangguh maupun menghapus pinjaman. Perintah Allah
memberi tangguh orang yang kesulitan membayar pinjaman terdapat dalam Q.S.
Al-Baqarah (2): 280 yang artinya:
“Dan jika ia dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan.”
Sedangkan menghapus pinjaman orang yang kesulitan membayar pinjaman
adalah didasarkan pada hadist Nabi Muhammad saw., riwayat Muslim yang
artinya:
“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat, dan Allah senantiasa menolong hamba-
Nya selama ia suka menolong saudaranya.
d. Pembolehan mengenakan biaya administrasi
Fatwa DSN membolehkan untuk pemberi pinjaman untuk membebankan biaya
administrasi kepada nasabah. (Fatwa Nomor 19 tahun 2009). Dalam penetapan
besarnya biaya administrasi sehubungan dengan pemberian qardh, tidak boleh
berdasarkan perhitungan persentase dari jumlah dana qardh yang diberikan.
e. Pembolehan pengenaan sanksi pada peminjam yang mampu, telah melalaikan
kewajibannya
Berdasarkan Fatwa DSN nomor 19 disebutkan bahwa dalam hal nasabah tidak
menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan
bukan karena ketidakmampuannya, bank syariah dapat menjatuhkan sanksi
kepada nasabah. Sanksi yang dijatuhkan dapat berupa pengadaan denda yang
digunakan sebagai dana kebajikan.
18.
19. BAB 14
1. Transaksi apa sajakah yang menyebabkan terjadinya perubahan perubahan posisi
kas?
a. Pembelian secara tunai
b. Penerimaan piutang usaha
c. Penjualan aktiva secara tunai
d. Pembayaran utang
e. Penarikan modal oleh pemilik
2. Apakah perbedaan akuntansi kas kecil sistem dana tetap dengan sistem dana
berfluktuatif?
Sistem dana tetap adalah sistem yang menetapkan dan menyisihkan dana kas kecil
dengan nilai yang tetap atau tidak berubah tiap periode pengisiannya. Kecuali jika
perusahaan menghendaki perubahan jumlah dana kas kecil. Kondisi tersebut mungkin
terjadi ketika perusahaan merasakan kas kecil yang sudah disisihkan ternyata tidak dapat
memenuhi semua keperluan operasional kecil, sehingga perlu ditambah lagi nilainya.
Atau bisa juga perusahaan merasa dana kas kecil terlalu besar untuk operasional kecil
perusahaan, sehingga perlu dikurangi jumlahnya.
Sistem dana fluktuasi adalah sistem yang menetapkan nilai dana kas kecil sesuai dengan
kebutuhan operasional. Artinya, saldo akun kas kecil ini tidak tetap atau berfluktuasi
sesuai dengan jumlah transaksi kas kecil. Jadi nominal saldonya akan berubah tiap-tiap
periode sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan.
3. Apakah yang dimaksud dengan kliring?
Kliring (dari bahasa Inggris clearing) sebagai suatu istilah dalam dunia perbankan dan
keuangan menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan
untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Kliring sangat
dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia perdagangan jauh lebih cepat daripada waktu
yang dibutuhkan guna melengkapi pelaksanaan aset transaksi. Kliring melibatkan
manajemen dari pascaperdagangan, pra penyelesaian eksposur kredit, guna memastikan
bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun pembeli
maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya.
4. Dalam hal apa saja kliring dilakukan?
Jenis transaksi kliring yang dapat dilakukan:
a. Transfer debet, menggunakan cek, bilyet giro, atau warkat debet lainnya.
b. Transfer kredit, mengisi formulir isian yang disediakan oleh bank kemudian akan
dikirim oleh bank melalui data keuangan elektronik yang disediakan dalam SKNBI
5. Jelaskan objek pajak dan tarif pajak yang terdapat pada bank syariah.
20. Usaha Berbasis Syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya, yaitu : kehalalan
produk, kemaslahatan bersama, menghindari spekulasi, dan riba. Terkait dengan prinsip
menghindari riba, kegiatan pemberian pinjaman yang dilakukan oleh jasa keuangan
dengan mengenakan tingkatbunga tertentu tidak dapat dilakukan oleh usaha berbasis
syariah. Kegiatan tersebut, dalam Usaha Berbasis Syariah dilakukan melalui beberapa
pendekatan antara lain:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam, dan istisna
c. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik dan
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh
Macam-macam pajak syariah:
a. PPn tarif 10%
b. PPh
21. BAB 15
1. Jelaskan tahapan bagi hasil!
Tahapan perhitungan bagi hasil:
a. Menentukan bagi hasil yang akan digunakan
b. Menghitung pendapatan yang akan dibagi hasil
c. Menghitung saldo rata-rata harian sumber dana
d. Menghitung saldo rata-rata harian penyalur dana
e. Distribusi bagi hasil pendapatan kepada masing-masing nasabah sesuai nisbah
yang disepakati
f. Menghitung proporsi bagi hasil pendapatan untuk setiap jenis sumber dana
g. Menghitung pendapatan bagi hasil untuk nasabah dan bank
2. Apakah yang dimaksud dengan revenue sharing, gross profit sharing, dan profit
sharing? Jelaskan perbedaan ketiganya!
a. Revenue sharing berarti proses bagi pendapatan yang dilakukan sebelum
memperhitungkan biaya-biaya operasional yang ditanggung oleh bank, biasanya
pendapatan yang didistribusikan hanyalah pendapatan atas investasi dana, dana tidak
termasuk fee atau komisi atau jasa-jasa yang diberikan oleh bank karena pendapatan
tersebut pertama harus dialokasikan untuk mendukung biaya operasional bank.
b. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total
pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut.
c. Gross profit sharing yang dijadikan dasar perhitngan adalah laba kotor, yakni
penjualan atau pendapatan usaha dikurangi dengan harga pokok penjualan atau biaya
produksi. Dengan skema tersebut pihak-pihak yang berkontrak tidak menghadapi
ketidakpastian disisi biaya penjualan dan biaya umum administrasi.
Perbedaan:
Profit Sharing yaitu sistem bagi hasil yang didasarkan pada hasil bersih dari
pendapatan yang diterima atas kerjasama usaha, setelah dilakukan pengurangan-
pengurangan atas beban biaya selama proses usaha tersebut
Revenue Sharing adalah sistem bagi hasil yang didasarkan kepada total seluruh
pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Gross profit sharing yang dijadikan dasar perhitungan adalah laba kotor, yakni
penjualan/pendapatan usaha dikurangi dengan harga pokok penjualan/biaya
produksi.
22. 3. Apakah dasar bagi hasil yang umum digunakan perbankan syariah di Indonesia
saat ini? Jelaskan kelebihan yang terdapat dalam dasar bagi hasil tersebut sehingga
banyak digunakan dalam praktik perbankan!
Di dalam perbankan syari'ah Indonesia sistem bagi hasil yang diberlakukan adalah sistem
bagi hasil dengan berlandaskan pada sistem revenue sharing. Bank syari'ah dapat
berperan sebagai pengelola maupun sebagai pemilik dana, ketika bank berperan sebagai
pengelola maka biaya tersebut akan ditanggung oleh bank, begitu pula sebaliknya jika
bank berperan sebagai pemilik dana akan membebankan biaya tersebut pada pihak
nasabah pengelola dana.
4. Jelaskan apa yang dimaksud saldo rata-rata harian!
Saldo rata-rata harian mengukur dan menghitung hutang rata-rata per hari dalam siklus
tagihan dan menggunakan jumlah rata-rata tersebut untuk menentukan jumlah bunga atas
hutang untuk bulan tersebut. Setiap institusi keuangan menggunakan cara yang berbeda
dalam melakukan perhitungan ini.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan equivalent rate dan apakah kegunaannya bagi
nasabah penghimpunan?
Equivalent rate adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari (bunga harian),
setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan) dan setiap tahun (bunga
tahunan, untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu, yang
apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan memberikan penghasilan bunga
dalam jumlah yang sama.