Studi ini meneliti pengaruh menonton animasi Rainbow terhadap penurunan skala nyeri pada anak usia prasekolah saat prosedur invasif di rumah sakit. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata skor nyeri menurun secara signifikan setelah menonton animasi tersebut."
1. 193
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
MENONTON ANIMASI RAINBOW MENURUNKAN SKALA NYERI SAAT
PROSEDUR INVASIF ANAK USIA PRASEKOLAH
Watching Rainbow Animation Less Pain Scores Undergoing Invasif Prosedure In
Preschool Age
Eka Rokhmiati Wahyu Purnamasari, Nurul Aprilyanti
Program Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
(email: eka.rokhmiati@gmail.com/081388989926)
ABSTRAK
Rasa Nyeri merupakan sensari sensori dan emosional bagi setiap orang.
Prosedur invasif merupakan tindakan yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri
yang dirasakan setiap anak akan memiliki pengalaman berbeda. Pengalaman tersebut
akan menimbulkan trauma bagi anak, jika tidak diantisipasi dengan baik. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui menonton animasi Rainbow terhadap skala nyeri
prosedur invasif pada anak usia prasekolah 4-6 tahun di Ruang IGD Rumah Sakit
PMI Bogor. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperimental dengan
menggunakan metode pre-test dan post-test. Jumlah sampel 30 anak usia pra sekolah.
Intrumen penelitian menggunakan lembar observasi Faces Pain Scale dan uji
statistik t dependen. Ada perbedaan secara bermakna skala nyeri prosedur invasif
sebelum dan sesudah pemberian Rainbow dengan p-value sebesar 0,000. Ada
perbedaan secara bermakna yaitu penurunan skala nyeri prosedur invasif sebelum
dan sesudah pemberian Rainbow. Menonton animasi Rainbow pada anak prasekolah
dapat meminimalkan distraksi saat dilakukan pemasangan infus dan pemberian obat
melalui slang infus untuk mengurangi nyeri secara bertahap dengan dampingan
orangtua
Kata kunci: rainbow, nyeri, prosedur invasif
ABSTRACT
Pain is sensory and emotional individual. Infusion made pain sense and
traumatic experiance . Pain. Trauma have to control and anticipate to reduce
traumatic experiance. More effectice distraction pain. The purpose of this study was
to determine wacht animasi "Rainbow" on the scale of invasive prosedure in 4-6
years old preschoolers in the emergency room at PMI Bogor Hospital. This study
uses a quasi experimental design using one group pre-test and post-test methods. The
number of samples is 30 pre-school age children. Research instruments using
observation sheets faces pain scale and statistical tests using the dependent t test.
The results showed that there were significant differences in the pain scale for
invasive prosedure before and after watch Rainbow animation with a t value of
14.021 with a p-value of 0.000. There were significant differences scores pain scale
ivasive prosedures before and after watch Rainbow animation. Expected to be able
watch Rainbow animation when infusion and giving parenteral were placed to
reduce scores pain felt with support parent.
Keywords: rainbow, pain, invasive prosedure
2. 194
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
PENDAHULUAN
Dirawat dirumah sakit merupakan
hal yang memberikan trauma pada
anak, sehingga perlu adanya
pendampingan dari orangtua (Erwin
Kurniasih, 2015). Pengalaman dirawat
dipengaruhi oleh berbagai aspek.
Pengalaman, usia anak, stress dan
tenaga kesehatan memberikan
stressor, jika tidak ditangani dengan
baik mengakibatkan stress pada anak.
Reaksi stress dipicu disebabkan
beberapa faktor seperti perpisahan,
kehilangan kontrol, cedera dan nyeri
(Purbasari & Siska, 2019). Guna
meminimalnya kehilangan kontrol
atau tempretantrum pada anak usia
prasekolah perlu adanya pendidikan
informal dan dukungan keluarga
(Rokhmiati and Ghanesia, 2019).
Kondisi rawat di rumah sakit,
merupakan lingkungan baru dan
membuat anak stress. Ketika anak
prasekolah berada dirumah sakit
menjadi sangat tertekan terhadap
lingkungan yang tidak familiar,
prosedur perawatan kesehatan dan
situasi seperti kata-kata aneh yang
digunakan, perlengkapan yang terlihat
menakutkan, orang asing dalam
pakaian yang tidak biasa, misalnya
masker, sikap tenaga kesehatan yang
cenderung tegas dari pada orang biasa
lainnya, serta suara bising dan bau-
bauan yang tidak familiar dan
menakutkan (Azari, Safri and
Rismadefi Woferst, 2015).
Nyeri merupakan sumber utama
stress bagi anak dan keluarga mereka
dan juga penyedia perawatan
kesehatan. Nyeri dapat diartikan
sebagai suatu perasaan tidak nyaman
atau tidak menyenangkan yang sering
dialami oleh individu (Hockenberry,
2005). Nyeri dapat terjadi pada
tindakan prosedur invasif, seperti
pemasangan infus dan pemberian obat
melalui selang infus. Tingkatan nyeri
tergantung pada perkembangan
kognitif , untuk anak yang lebih dari 6
tahun maka penilaian nyeri dapat
diungkapkan atau dilaporkan secara
langsung. Sedangkan untuk anak usia
kurang dari 6 tahun, skala nyeri
prilaku bisa digunakan juga
(Beltramini, Milojevic and Pateron,
2017). Anak pra sekolah akan
bereaksi terhadap tindakan penusukan
bahkan mungkin bereaksi untuk
menarik diri terhadap jarum karena
menimbulkan rasa nyeri yang nyata,
dan menyebabkan takut terhadap
tindakan penusukan (Hockenberry,
2005). Trauma fisik dan psikologis ini
akan menimbulkan persepsi negatif
pada anak tentang rumah sakit.
3. 195
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
Terpaparnya anak pada kejadian
traumatik pada masa kecil akan
memberikan pengalaman yang tidak
menyenangkan atau mengerikan dalam
waktu yang lama, tidak hanya anak-
anak tetapi lingkungan terutama
keluarga juga akan terpengaruh
(Gutgsell et al., 2013). Teknik
pemberian cara non farmakologi
memberikan dampak yang cukup
berarti dalam manajemen nyeri dan
dapat di kontrol oleh anak. Sehingga
dapat digunakan metode
nonfarmakologi atau disertai dengan
metode farmakologi (Aydin, Sahiner
and Ciftci, 2016). Seperti ganti balutan
untuk luka bakar, mengurangi nyeri
pada anak dengan menonton animasi
(Feng et al., 2018).
Tehnik yang digunakan untuk
menurunkan nyeri pada anak usia
prasekolah bervariasi, ada dengan
melakukan terapi komplementer yaitu
menyediakan aromaterapi
(Bikmoradi et al., 2017) atau
permainan boneka (Irani, Eshghizadeh
and Zivari, 2016). Tindakan diatas
adalah untuk mengalihkan dan
menurunkan nyeri pada anak saat
dilakukan prosedur invasif.
Animasi Rainbow, merupakan
aplikasi yang dibuat secara edukatif.
Edukatif disini didalamnya terdapat
cerita, khususnya di label nama-nama
hewan, tumbuhan, buah-buahan dan
lain sebagainya. Media ini dapat
dengan mudah dan tersimpan rapi
dalam gawai. Sehingga orangtua tidak
akan khawatir atau cemas jika anak
menonton rainbow. Sehingga peneliti
tertarik untuk menggunakan aplikasi
Rainbow ini, untuk mengetahui adakah
pengaruh menonton animasi Rainbow
terhadap penurunan skala nyeri saat
prosedur invasif pada anak usia
prasekolah di IGD RS PMI Bogor?
METODE
Penelitian ini menggunakan
metode quasi eksperimental dengan
one group pre-test dan post-test yaitu
perlakuan hanya pada satu
obyek/sampel. Populasi dalam
penelitian ini adalah anak usia
prasekolah yang didampingi bersama
keluarganya. Populasi dan sampel
penelitian sebanyak 30 anak usia
prasekolah 4-6 tahun. Pengambilan
sampel menggunakan total sampling.
Alat untuk mengukur skala nyeri
menggunakan skala wajah (faces pain
scale), yaitu dengan rentang 0 hingga
10, yang mengekspresikan wajah yang
tersenyum (tidak nyeri) hingga
menangis (nyeri sangat hebat). Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah anak
4. 196
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
dalam kondisi sakit sedang, kesadaran
penuh dan bukan anak yang
mengalami keterlambatan (gangguan
perkembangan). Anak diperbolehkan
menonton animasi Rainbow 5 hingga
10 menit.
Penelitian ini dilaksanakan di
Ruang instalasi Gawat darurat (IGD)
Rumah Sakit PMI Bogor, Jawa Barat.
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Juli-Agustus 2019. Anak sakit yang
datang ke IGD didampingi orangtua
nya saat dilakukan pemasangan infus
dan pemberian obat melalui selang
infus. Peneliti melakukan observasi
face pain scale saat pemasangan infus
dan mencatat skala nyeri nya. Peneliti
meminta orangtua untuk memberikan
gawainya kepada anak yang telah
berisi animasi rainbow untuk ditonton
oleh anak. Selang 5 menit setelah infus
terpasang, anak diberikan obat melalui
selang dan anak tetap diberikan
gawainya. Peneliti melakukan
pencatatan skala nyeri saat obat
dimasukkan melalui selang infus.
Secara bersamaan anak masih
menonton animasi Rainbow.
Peneliti melakukan pengambilan
data, melakukan analisa data yang
digunakan adalah analisa univariat dan
bivariat. Analisa univariat untuk
menganalisis data yang menghasilkan
ditribusi dan presentase dari setiap
variabel. Analisa bivariat adalah
analisa yang dilakukan terhadap dua
variabel yang berkolerasi dengan
mengunakan uji T dependen
HASIL
Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juli-Agustus 2019 kepada anak
usia prasekolah di Rumah sakit PMI
Bogor. Penyajian karakteristik usia
prasekolah dapat ditunjukkan
pada tabel 1.
Berdasarkan tabel 1, hasil
penelitian karakteristik responden
meliputi usia, dari 30 responden,
mayoritas responden berusia 5 tahun
sebanyak 17 orang (57%). Hasil
distribusi frekuensi Skala nyeri Anak usia
prasekolah Sebelum dan Sesudah
Menonton animasi Rainbow dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden (n =30)
Karakteristik Jumlah %
Usia Anak
4 Tahun 9 29
5 Tahun 17 57
6 Tahun 4 14
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 2, Diketahui
bahwa pada kelompok intervensi sebelum
menonton animasi Rainbow didapatkan
sebagian besar responden memiliki rasa
nyeri hebat dengan skor 8 sebanyak 26
orang (88%), kelompok intervensi
5. 197
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
sesudah menonton Rainbow didapatkan
sebagian besar responden mengalami
nyeri ringan 24 orang (80%).
Tabel 2. Gambaran Skala nyeri Anak usia
prasekolah Sebelum dan Sesudah
menonton animasi Rainbow
Skala nyeri
Menonton animasi
Rainbow
Sebelum
(Pre Test)
Sesudah
(Post Test)
N % n %
Ringan 4 12 24 80
Berat 26 88 6 20
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 3, menunjukan
rata-rata skor skala nyeri anak usia
prasekolah sebelum diberikan perlakuan
menonton animasi Rainbow adalah
sebesar 9,83 dengan standar deviasi 4,45
dan rentang nilainya dari 4 sampai dengan
10. Sedangkan rata-rata skor skala nyeri
anak usia prasekolah sesudah diberikan
perlakuan menonton Rainbow adalah
sebesar 3,97 dengan standar deviasi 1,07
dan rentang nilainya dari 3 sampai dengan
6.
Tabel 3. Gambaran rata rata Skala
nyeri Anak usia prasekolah Sebelum dan
Sesudah menonoton Animasi Rainbow
Skala Nyeri Mean
Std.
Deviation
Min-
Max
N
Sebelum
(Pre Test)
9,83 4,45 4-10
30
Sesudah
(Post
Test)
3,97 1,07 3-
6
Sumber: Data Primer 2019
Hasil penelitian diketahui bahwa
rata-rata nilai skala nyeri anak usia
prasekolah kelompok sebelum
intervensi sebesar 9,83 atau skala
nyeri anak usia prasekolah masih
merasakan nyeri berat. Kemudian pada
saat dilakukan intervensi mengalami
penurunan menjadi 3,97 atau skala
nyeri anak usia prasekolah berkurang
atau nyeri ringan. Berdasarkan uji t
dependent, didapatkan nilai t hitung
14,021 dengan p-value sebesar 0,000.
Terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05),
maka keputusan uji adalah Ho ditolak
dan Ha diterima. Dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh secara bermakna
skala nyeri anak usia prasekolah
sebelum dan sesudah menonton
animasi Rainboow.
PEMBAHASAN
Nyeri Sebelum dan Sesudah
Menonton Animasi Rainbow
Adapun pembahasan dari hasil
penelitian terhadap 30 responden yang
menonton animasi Rainbow terhadap
skala nyeri saat tindakan invasif di
Rumah Sakit PMI Bogor berdasarkan
analisa data univariat.
Sebelum menonton aplikasi
Rainbow didapatkan sebagian besar
responden memiliki skala nyeri
6. 198
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
tindakan prosedur invasif yaitu
pemasangan infus merasakan nyeri
hebat 88% pasien anak usia 4-6 tahun,
kemudian sesudah menonton animasi
Rainbow didapatkan sebagian besar
responden memiliki skala nyeri
tindakan prosedur invasif yaitu
memberikan obat melalui selang infus
yang baik sebanyak 80% pasien anak
usia 4-6 tahun. Hasil penelitian
diperoleh rata-rata nilai skala nyeri
prosedur invasif kelompok sebelum
intervensi sebesar 9,83 atau skala
nyeri tindakan prosedur invasif masih
buruk. Kemudian pada saat dilakukan
intervensi mengalami penurunan
menjadi 3,97 atau skala nyeri tindakan
prosedur invasif sudah lebih baik.
Hasil penelitian ini juga diperkuat
oleh penelitian sebelumnya tentang
pengaruh menonton video animasi
dapat menurunkan tingkat kecemasan
pada anak yang akan dilakukan
tindakan operasi (Retnani, Sutini and
Sulaeman, 2019). Bermain video
game, menonton kartun, diperlukan
peran orangtua untuk pendampingan
anak (Inan and Inal, 2019)
Hal serupa juga di perjelas oleh
penelitian pada penggunaan terapi
musik dan video game untuk
menurunkan nyeri. Pemberian metode
ini efektif untk menurunkan nyeri saat
pemasangan infus (Novitasari,
Sulaeman and Purwati, 2019)
Penelitian ini menunjukan adanya
perbedaan sebelum maupun sesudah
setelah diberikan perlakuan tersebut.
Asumsi peneliti, nyeri dipengaruhi
oleh banyak faktor selain secara
farmakologis maupun non
farmakologis pada penderita skala
nyeri tindakan pemasangan infus.
Beberapa faktor tersebut telah
diuraikan dan dijelaskan diatas seperti
faktor umur, jenis kelamin dan gaya
hidup responden yang sebagian besar
adalah pasien anak usia 4-6 tahun.
Peneliti juga mengamati saat
dilakukan prosedur invasif yaitu
pemasangan infus, anak agak kaget
dan menangis dengan kencang
sehingga skala nyeri menjadi tinggi.
Sesudah itu anak diberikan obat
melalui selang infus dengan sambil
menonton animasi Rainbow, anak
menangis akan tetapi sebentar dan
tidak meronta sambil mata anak
melihat ke animasi Rainbow. Tehnik
menonton merupakan pengalihan dari
rasa nyeri anak dengan fokus
menonton animasi Rainbow.
Pengaruh Pemberian Animasi
Rainbow Terhadap Nyeri
Analisa bivariat pada penelitian
ini membahas tentang pengaruh media
7. 199
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
animasi Rainbow terhadap skala nyeri
tindakan pemasangan infus pada anak
usia 4-6 tahun di Rumah Sakit PMI
Bogor berdasarkan analisa data
bivariat. Penelitian ini terdapat 30
anak usia 4-6 tahun yang menonton
animasi Rainbow.
Dari analisa statistik pengaruh
menonton animasi Rainbow terhadap
skala nyeri tindakan invasif pada anak
usia 4-6 tahun dengan jumlah
responden 30 orang responden
diperolah dengan hasil uji t dependent,
didapatkan nilai t hitung 14,021
dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat
bahwa p-value 0,000 < (0,05) yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima, ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan
secara bermakna skala nyeri tindakan
prosedur invasif sebelum dan sesudah
menonton animasi Rainbow.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori bahwa tindakan pemasangan
infus dan pemberian obat melalui
selang infus, merupakan salah satu
tindakan pengobatan yang dapat
menimbulkan nyeri Namun untuk
anak-anak khususnya anak usia
sekolah hal ini bisa menimbulkan
stress situasional dan kecemasan yang
mengarahkan pada pengalaman yang
tidak menyenangkan. Sebagai seorang
perawat sebaiknya mampu membantu
pasien khususnya anak untuk dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri
yang dirasakan. Salah satunya dengan
cara memberikan tindakan
nonfarmakologik seperti menonton
animasi Rainbow untuk mengurangi
rasa nyeri tersebut. Teori gate control
dari mengusulkan bahwa impuls nyeri
dapat diatur atau dihambat oleh
mekanisme pertahanan disepanjang
sistem saraf pusat. Teori ini
menyatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat
sebuah pertahanan tertutup. Upaya
menutup pertahanan tersebut
merupakan dasar teori menghilangkan
nyeri (Ropero Peláez and Taniguchi,
2016)
Penelitian ini juga sejalan dengan
pendapat Potter bahwa pada anak usia
1-7 tahun, didapatkan anak dengan
teknik distraksi pasif seperti menonton
lebih teralihkan dan tingkat distresnya
lebih rendah dibandingkan dengan
anak dengan teknik distraksi aktif saat
dilakukan pengambilan sampel darah
melalui vena. Hasil penelitian
menyatakan respon nyeri anak saat
perawat melakukan pemasangan infus
berupa menangis, berteriak, menarik
bagian tubuh yang diinjeksi, dan
menolak dilakukan tindakan/prosedur
8. 200
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
(Fatmawati, Syaiful and Ratnawati,
2019).
Anak dengan usia 4-6 tahun,
sebagian besar anak menunjukkan
ketakutan yang lebih sedikit atau
resistensi yang lebih terbuka terhadap
nyeri dibandingkan dengan anak yang
lebih kecil. Secara umum mereka telah
mempelajari metode koping untuk
menghadapi rasa tidak nyaman seperti
dengan berpegangan erat,
mengepalkan tangan atau
mengatupkan gigi. Selain itu mereka
merasa malu jika harus menunjukkan
tanda-tanda resistensi yang terbuka
seperti menangis, menendang atau
mencoba melarikan diri terutama jika
diilihat oleh teman sebayanya
(Sukarni, 2019).
Pengalaman nyeri merupakan
pengalaman tersendiri bagi setiap
orang. Nyeri bersifat subyektif.
Pengalaman nyeri merupakan
pengalaman sensori dan emosional.
Jenis nyeri ada beberapa seperti akut,
kronik, neuropati, peradangan dan
kanker (Kaye et al., 2019).
Asumsi peneliti bahwa prosedur
invasif, yaitu pemasangan infus dan
pemberian obat melalui selang infus,
merupakan nyeri akut. sehingga jika
nyeri pemasangan infus dan
pemberian obat dapat di distraksi oleh
animasi Rainbow, maka rasa dapat
teralihkan, sehingga membuat anak
melupakan sesaat rasa nyeri tersebut.
Jika nyerinya teratasi dengan cepat
dan adekuat, individu mungkin lebih
sedikit memiliki ketakutan terhadap
nyeri dimasa mendatang dan mampu
mentoleransinya dengan baik.
Asumsi peneliti bahwa masih ada
4 orang anak yang mengalami nyeri
berat pada saat pemasangan infus
meskipun telah dilakukan untuk
menonton animasi Rainbow pada
anak. Rata-rata yang mengalami nyeri
berat ini adalah anak-anak dengan
umur 4 dan 5 tahun. Hal ini
disebabkan karena anak pada umur
tersebut lebih takut terhadap
keberadaan mereka di rumah sakit dan
petugas sehingga mereka agak sulit
untuk dibujuk untuk menenangkannya.
sama Butuh waktu yang agak lama
untuk membujuk anak dan
menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan. Belum lagi anak harus
diajarkan berulang-ulang cara
menonton dan melakukan permainan
animasi Rainbow pada saat
pemasangan infus sehingga anak
kurang mampu melakukan permainan
yang diajarkan secara maksimal.
Meskipun masih ada seorang anak
dengan umur 6 tahun yang mengalami
9. 201
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
nyeri berat pada saat pemasangan
infus setelah menonton animasi
Rainbow. Hal ini disebabkan karena
anak tersebut pernah di rawat di rumah
sakit sebelumnya dan pernah
mengalami tindakan pemasangan infus
dan pada saat itu tidak ada tindakan
dari petugas untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan sehingga anak tersebut
tahu bahwa pemasangan infus akan
menimbulkan nyeri (Bolock.N.B
2019). Hal ini menjelaskan bahwa rasa
nyeri saat prosedur invasif dapat
berkurang, teralihankan (distraksi)
dengan tehnik menonton animasi
Rainbow saat dilakukan prosedur
invasif pemasangan infus dan
pemberian obat melalui selang infus.
KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah ada perbedaan secara bermakna
skala nyeri tindakan pemasangan infus
sebelum dan sesudah pemberian media
animasi Rainbow dengan p-value
sebesar 0,000. Agar dapat melakukan
menerapkan media animasi Rainbow
diperlukan keseriusan dalam
bimbingan bermain Rainbow pada saat
pemasangan infus untuk menurunkan
nyeri terutama pada anak usia pra
sekolah sehingga mampu
meminimalisasi hospitalisasi dan
trauma pada anak terhadap rumah
sakit. Penggunaan animasi Rainbow
ini juga terprogram khusus untuk anak
usia prasekolah. Animasi Rainbow
yang sifatnya mendidik bagi
pertumbuhan dan perkembangannya,
walaupun harus di dirawat di Rumah
Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Aydin, D., Sahiner, N. C. and Ciftci,
E. K. (2016) ‘Comparison of the
effectiveness of three different
methods in decreasing pain
during venipuncture in children:
ball squeezing, balloon inflating
and distraction cards’, Journal of
Clinical Nursing, 25(15–16), pp.
2328–2335. doi:
10.1111/jocn.13321.
Azari, M., Safri and Rismadefi
Woferst (2015) ‘Gambaran
Skala Nyeri Pada Anak Dengan
Menggunakan Skala Nyeri
FLACC SCALE Saat Tindakan
Invasif’, JOM Vol 2 No 2,
Oktober 2015, 2(37), pp. 1–31.
doi: 10.12816/0013114.
Beltramini, A., Milojevic, K. and
Pateron, D. (2017) ‘Pain
assessment in newborns, infants,
and children’, Pediatric Annals,
46(10), pp. e387–e395. doi:
10.3928/19382359-20170921-
03.
Bikmoradi, A. et al. (2017) ‘Effect of
inhalation aromatherapy with
lavender essence on pain
associated with intravenous
catheter insertion in preschool
children: A quasi-experimental
10. 202
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
study’, Complementary
Therapies in Clinical Practice.
Elsevier Ltd, 28, pp. 85–91. doi:
10.1016/j.ctcp.2017.05.008.
Bolock.N.B, freund. . and (2019)
‘Assessing a Child ’ s’, AJN,
119(5).
Erwin Kurniasih (2015) ‘Hubungan
Antara Peran Orang Tua
Dengan Tingkat Stress
Hospitalisasi Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Di
RSUD SOEROTO NGAWI’, 3,
pp. 203–209.
Fatmawati, L., Syaiful, Y. and
Ratnawati, D. (2019) ‘Pengaruh
Audiovisual Menonton Film
Kartun Terhadap Tingkat
Kecemasan Saat Prosedur
Injeksi Pada Anak Prasekolah’,
Journal of Health Sciences,
12(02), pp. 15–29. doi:
10.33086/jhs.v12i02.996.
Feng, Z. et al. (2018) ‘Application of
animated cartoons in reducing
the pain of dressing changes in
children with burn injuries.’,
International journal of burns
and trauma, 8(5), pp. 106–113.
Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu
bmed/30515348%0Ahttp://www
.pubmedcentral.nih.gov/articlere
nder.fcgi?artid=PMC6261918.
Gutgsell, K. J. et al. (2013) ‘Music
therapy reduces pain in palliative
care patients: A randomized
controlled trial’, Journal of Pain
and Symptom Management.
Elsevier Inc, 45(5), pp. 822–831.
doi:
10.1016/j.jpainsymman.2012.05.
008.
Hockenberry, M. J. D. W. (2005)
‘Pediatric nursing.’, Imprint, pp.
13–15. doi: 10.1016/s0022-
3476(49)80215-0.
Inan, G. and Inal, S. (2019) ‘The
impact of 3 different distraction
techniques on the pain and
anxiety levels of children during
venipuncture’, Clinical Journal
of Pain, 35(2), pp. 140–147. doi:
10.1097/AJP.000000000000066
6.
Irani, H., Eshghizadeh, M. and Zivari,
M. (2016) ‘Effect of Doll
Injection Display on Pain
Intensity due to Intramuscular
Injection in Preschool Children’,
Quarterly of Horizon of Medical
Sciences, 22(3), pp. 247–251.
doi:
10.18869/acadpub.hms.22.3.247.
Kaye, A. D. et al. (2019) ‘Update on
the pharmacogenomics of pain
management’,
Pharmacogenomics and
Personalized Medicine, 12, pp.
125–143. doi:
10.2147/PGPM.S179152.
Novitasari, S., Sulaeman, S. and
Purwati, N. H. (2019) ‘Pengaruh
Terapi Musik dan Terapi Video
Game terhadap Tingkat Nyeri
Anak Usia Prasekolah yang
Dilakukan Pemasangan Infus’,
Journal of Telenursing
(JOTING), 1(1), pp. 168–177.
doi: 10.31539/joting.v1i1.510.
Purbasari & Siska (2019) ‘Interaksi
Ibu-Anak Dan Tingkat
Kecemasan Anak Usia
Prasekolah Selama Hospitalisasi
Di Rs. Sumber Kasih Cirebon’,
Journal of Chemical Information
11. 203
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, No.2. September 2020
and Modeling, 53(9), pp. 1689–
1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.0
04.
Retnani, A. D., Sutini, T. and
Sulaeman, S. (2019) ‘Video
Kartun dan Video Animasi dapat
Menurunkan Tingkat
Kecemasan Pre Operasi pada
Anak Usia Pra Sekolah’, Jurnal
Keperawatan Silampari, 3(1),
pp. 332–341. doi:
10.31539/jks.v3i1.837.
Rokhmiati, E. and Ghanesia, H. (2019)
‘Tantrum Pada Anak Usia Pra
Sekolah’, Jurnal Keperawatan
dan Kesehatan Masyarakat
Cendekia Utama, 8(1), p. 92.
doi: 10.31596/jcu.v8i1.309.
Ropero Peláez, F. J. and Taniguchi, S.
(2016) ‘The gate theory of pain
revisited: Modeling different
pain conditions with a
parsimonious
neurocomputational model’,
Neural Plasticity, 2016. doi:
10.1155/2016/4131395.
Sukarni (2019) ‘Pengaruh Guided
Imagery Terhadap Tingkat Nyeri
Pada Anak Usia Sekolah’.