Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan dasar asuh dan asih pada neonatus. Kebutuhan asuh meliputi nutrisi, kebersihan, pakaian, dan kesehatan. Kebutuhan asih meliputi kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri, dan dukungan. Dokumen juga membahas mengenai jenis-jenis imunisasi dasar yang diberikan pada bayi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
A. KEBUTUHAN DASAR ASUH PADA NEONATUS
Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber
daya manusia dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia
masa depan dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkuitas dimasa yang
akan datang, sehingga ank perlu disiapkan agar anak bisa tumbuh
dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya
(IDAI,2006).
Pertumbuhan dan pekembangan anak dimulai sejak lahir
hingga mencapai dewasa. Pertumbuhan ditandai oleh perubahan
ukuran badan anak, dari kecil menjadi besar dan semakin
besar.sedangkan perkembangan dtandai dengan kemampuan, yaitu
kemampuan terbatas pada waktu lahir seperti tersenyum, berbicara,
berjalan,berlari, dan bergaul dikemudian hari (Depkes RI, 2004).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat , Tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan
perkembangan (Depkes, 2011).
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilakuseseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk
sikap berperan serta dalam pembangunan salah satunya diwujudkan
dalam peran aktifnya menjadi kader kesehatan sebagai wujud
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya.
(Notoatmodjo, 2007)
2. 2
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat
pemahaman juga meningkat serta tepat dalam pengambilan sikap.
Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia
baik pikiran, perasaan, maupun sikapnya . Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula.Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang
diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek
tersebut (Syahrani, Santoso, & Sayono, 2012).
B. Kebutuhan Dasar Asih Pada Neonatus
Kebutuhan yang dipenuhi dari rasa kasih sayang dan luapan
emosi.Orang tua terkadang melupakan pentingnya binaan tali kasih
sayang (asih) antara anak dan orang tua dibentuk sejak anak masih di
dalam kandungan hal ini akan dapat dirasakan juga oleh anak
(Soetjiningsih, 1995).
Kebutuhan asih juga dapat memberikan rasa aman jika
dapat terpenuhi dengan cara kontak fisik dan psikis sedini mungkin
dengan ibu. Pemenuhan kebutuhan asih dipenuhi dengan tidak
mengutamakan hukuman pada anak dengan kemarahan, namun
orang tua dapat lebih banyak memberikan contoh bagi anak dengan
penuh kasih sayang menggolongkan kebutuhan asih menjadi
beberapa yaitu :
1. Kasih Sayang Orang Tua
3. 3
Kasih sayang merupakan sebuah perwujudan kebutuhan
asih yang dapat memberikan ketentraman secara psikologis pada
anak, Anak berusaha mendapatkan cinta, kasih sayang, dan
perhatian dari orang tuanya
2. Rasa Aman dan Nyaman
Faktor lingkungan menyebabkan anak mengalami
perubahan perubahan yang dapat membuat anak merasa
terancam.
3. Harga Diri
Bayi dan anak memiliki kebutuhan harga diri dan ingin
merasa dihargai .Anak selalu ingin merasa dihargai dalam tingkah
lakunya. Anak merasa berbeda dengan orang lain disekitarnya
4. Dukungan atau Dorongan
Dukungan dan dorongan dari lingkungan sangat diperlukan
oleh anak dalam pengambangan dirinya dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang dapat berjalan lambat atau cepat bergantung
dari internal individu dan lingkungan Faktor-faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
efek besar terhadap tumbuh kembang anak. Pemenuhan kebutuhan anak
tersebut terdiri dari kebutuhan dasar asuh, asah, dan asih yang bertujuan
agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya secara
fisik, mental, dan sosial (Sulistiyani, 2006).
1.2 RUMUSAN MASSALAN
1. apa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar asuh dan asih pada
neonatus ?
2. Apa sajakah kebutuhan auh neonatus ?
3. Bagaimana proses tipe pola asuh orang tua ?
4. Apa yang dimaksud dengan kebutuha asih neonatus ?
5. Apa saja kebutuhan asih pada masa neonatus ?
4. 4
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa Dapat memahami kebutuhan dasar asuh dan asih pada
neonatus
2. Mahasiswa mengerti mengenai kebutuhan asuh pada neonatus
3. Mahasiswa mangerti Bagaimana tipe-tipe pola asuh orang tua
4. Mahasiwa paham dengan kebutuhan asih neonatus
5. Mahasiswa megerti apa saja kebutuhan asih pada masa neonatus
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEBUTUHAN ASUH NEONATUS
Kebutuhan-kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang yang
optimal meliputi Asuh, Asih, yaitu, Meliputi kebutuhan sandang, pangan,
papan seperti: imunisasi, nutrisi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian,
pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain
dan beristirahat. Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu
perlu memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan yang
bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan nutrisi
yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan
pertama (ASI Eksklusif).
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan salah satunya diwujudkan dalam
peran aktifnya menjadi kader kesehatan sebagai wujud tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungannya. (Notoatmodjo, 2007)
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman
juga meningkat serta tepat dalam pengambilan sikap. Pendidikan akan
berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia baik pikiran,
perasaan, maupun sikapnya (Mairusnita, 2007).
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan
rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non
formal. Pengetahuan
6. 6
seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak
aspek positif dari objek
1. Kebutuhan imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius
yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya. Imunisasi dasar adalah
pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu
tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.
(Depkes RI, 2005).
A. Definisi Imunisasi
Secara khusus,imunisasi merupakan antigen bagian protein kuman
atau racun yang jika masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai
reaksinya tubuh harus memiliki zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti
yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat anti terhadap racun
kuman disebut antitoksin.Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi
maka tubuh akan membentuk antibody untuk melawan bibit penyakit yang
menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody tersebut bersifat spesifik yang
hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk ke dalam tubuh
dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya.
Sepanjang tahun pertama kehidupannya, bayi akan mendapat
imunisasi rutin. Imunisasi merupakan salah satu prosedur yang
menimbulkan nyeri karena sebagian besar imunisasi diberikan melalui
penyuntikan. Rasa nyeri tersebut merupakan suatu masalah yang harus
Diatasi, karena rasa nyaman yang diterima bayi sangat penting guna
perkembangan rasa percaya, yang merupakan salah satu tugas
perkembangan pada usia bayi. Menurut teori Erikson, Hal ini memicu
dilakukan studi-studi yang berkaitan dengan upaya meningkatkan rasa
nyaman selama masa bayi, diantaranya termasuk studi mengen ai upaya
untuk menurunkan nyeri akibat prosedur yang dilakukan terhadap bayi.
7. 7
Beberapa hasil studi manajemen nyeri menemukan cara dalam
menurunkan nyeri imunisasi pada bayi, yaitu dengan menggunakan terapi
farmakologi dan nonfarmakologi.
Studi mengenai intervensi untuk menurunkan nyeri selama
vaksinasi pada bayi, mendapatkan hasil bahwa bayi yang berusia dibawah
6 bulan dan mendapatkan ASI serta anak yang berusia 6-48 bulan dan
menggunakan sukrosa dan lidokainprilokain secara signifikan menurunkan
durasi waktu menangis dan skor nyeri dibandingkan dengan kelompok
control (Dilli, Kucuk & Dallar, 2008).
Penelitian serupa masih jarang ditemukan di Indonesia. Penelitian
yang pernah dilakukan oleh Devaera (2006), menilai efikasi larutan
glukosa oral sebagai analgesik pada bayi baru lahir yang mengalami
prosedur invasive minor. Hasil yang didapatkan yaitu peningkatan laju
jantung, penurunan saturasi oksigen, dan skala nyeri pada kelompok
intervensi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok control.
Penelitian lain menyatakan bahwa intervensi non-farmakologi
seperti sweet oral solutions, terbukti sukses menurunkan nyeri. Namun
ASI yang berisi laktosa 7% juga memiliki beberapa efek dalam
menurunkan nyeri dan hal ini masih didiskusikan serta membutuhkan
penelitian random mengenai ASI sebagai upaya mencegah dan
mengatasi nyeri pada neonatus (Scholin, 2003). Penelitian yang
dilakukan oleh Carbajal, Veerapen, Couderc, Jugie & Ville (2003),
menemukan bahwa ternyata ASI cukup efektif dalam menurunkan respon
nyeri selama prosedur invasif minor pada bayi neonatus cukup bulan.
Neuspiel (2003),
B. Tujuan imunisasi
Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program
imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian
pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah. Adapun tujuan program
imunisasi dimaksud bertujuan. yakni untuk menurunkan angka kesakitan
8. 8
dan kematian bayi akibat Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I). Penyakit dimaksud antara lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk
rejam), Measles (campak), Polio dan Tuberculosis.
C. Sasaran Program Imunisasi
Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut :
1. Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG,
DPT, Polio, Campak dan Hepatitis-B.
2. Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin
(catin) untuk mendapatkan imunisasi TT.
3. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk
mendapatkan imunisasi DPT.
4. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI
untuk mendapatkan imunisasi TT anak-anak SD kelas II dan kelas
III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).
D. Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan
oleh penyakit menular yang sering berjangkit;
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit;
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara
pentingnya pemberian imunisasi dapat mempengaruhi dalam siklus hidup
E. Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar
Berikut ini adalah jenis-jenis vaksin yang di berikan dalam pemberian
imunisasi.
9. 9
1. Vaksin BCG ( Bacillius Calmette Guerine ) Diberikan pada umur
sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas,
Departemen Kesehatan Menganjurkan pemberian BCG pada umur
antara 0-12 bulan.
2. Hepatitis B. Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi
hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif
untukmemutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari
ibu pada bayinya.
3. DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus). Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan
( DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu ) dengan
interval 4-8 minggu.
4. Polio, Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program
pengembangan imunisasi ( PPI ) sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan yang tinggi.
5. Campak, Rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-
kutan dalam, pada umur 9 bulan.
Pemenuhan imunisasi tersebut harus terpenuhi secara maksimal, tanpa
terlewati
2. Kebutuhan Nutrisi
kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi melalui air susu ibu
(ASI) yang mengandung komponen paling seimbang. Pemberian ASI
eksklusif berlangsung hingga enam bulan tanpa adanya makanan
pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan oleh bayi. Selain itu sistem pencernaan bayi usia 0-6 bulan
belum mampu mencerna makanan padat.
Disebutkan bahwa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
merupakan ‘golden age periode’ dari pertumbuhan dan perkembangan
anak yang sangat menentukan kehidupan anak selanjutnya. Periode
tersebut tidak hanya dimulai sejak lahir, namun dimulai sejak usia nol
kehamilan sampai usia 2 tahun.
10. 10
Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan tersebut, yang dimulai sejak
masa kehamilan hingga menyusui sampai usia anak 2 tahun, merupakan
waktu ketika organ-organ penting bayi mulai terbentuk, terutama pada
masa di dalam kandungan (pranatal). Bersamaan dengan itu juga, bayi
mulai dapat merasakan stimulus yang diberikan dari luar, merekam dan
menirukan komunikasi serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
ibunya yang akan ia bawa hingga seterusnya.
Komposisi ASI berbeda dengan susu sapi. Perbedaan yang penting
terdapat pada konsentrasi protein dan mineral yang lebih rendah dan
laktosa yang lebih tinggi. Lagi pula rasio antara protein whey dan kasein
pada ASI jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rasio tersebut pada susu
sapi. Kasein di bawah pengaruh asam lambung menggumpal hingga lebih
sukar dicerna oleh enzim-enzim. Protein pada ASI juga mempunyai nilai
biologi tinggi sehingga hamper semuanya digunakan tubuh. Dalam
komposisi lemak, ASI mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh
yang esensiil dan mudah dicerna, dengan daya serap lemak ASI
mencapai 85-90 %.
A. Fisiologi Laktasi
Produksi ASI didalam payudara dan pengeluaran ASI melalui
payudara ke bayi dikendalikan secara hormonal. Hormon yang esensial
untuk produksi ASI adalah prolaktin (yang disekresikan oleh kelenjar
hipofisis anterior didalam otak). Kadar hormon prolaktin meningkat selama
kehamilan, tetapi hormon kehamilan lain (yang berasal dari plasenta)
menekan kerja prolaktin saat kehamilan masih berlangsung. Setelah
kehamilan berakhir dan bayi, plasenta, serta membran telah dilahirkan,
hormon kehamilan secara bertahap menurun dan kadar prolaktin mulai
efektif dalam memproduksi ASI karena kadar dan kerjanya yang selama
ini ditekan, berangsur-angsur semakin berkurang. Suplai darah ke
payudara meningkat dan kandungannya yang esensial untuk produksi ASI
11. 11
diekstrak dari darah maternal. Sel asinus membengkak oleh molekul
protein dan globulus lemak, dan produk akhirnya diperah ke dalam tubulus
laktiferus sehingga siap mengeluarkan ASI untuk bayi.
Hormon yang bertanggung jawab atas pengeluaran ASI adalah
oksitosin (yang disekresikan oleh hipofisis posterior di dalam otak).
Hormon ini distimulasi oleh isapan bayi pada payudara yang
menyebabkan refleks tidak terbatas di dalam kelenjar hipofisis dan
oksitosin dilepaskan. ASI, selanjutnya mengalir ke ampula dan kemudian
ke bayi melalui ujung puting yang merupakan akhir dari duktus laktiferus.
Mekanisme ini sering kali disebut sebagai refleks “let-down”.
Keberlangsungan laktasi bergantung pada suplai dan kebutuhan.
Bayi yang diberikan ASI akan menstimulasi produksi ASI secara
berkelanjutan dan semakin sering bayi mengisap ASI, semakin banyak
ASI akan diproduksi. Dengan mekanisme ini, mudah dipahami mengapa
seorang ibu yang menyusui anak kembar akan mampu memproduksi
cukup ASI untuk memuaskan kedua bayinya.
Cara bayi melekat ke payudara, dan oleh sebab itu, cara bayi mengisap
sangat penting untuk keberlangsungan laktasi. Mulut bayi harus menutupi
sebagian besar areola, dan dengan melakukan ini, gusi akan memberi
tekanan di dalam payudara sehingga memaksa ASI keluar ke permukaan
payudara. Hanya dengan mengisap puting tidak akan membuat bayi
menstimulasi payudara untuk memproduksi suplai ASI yang adekuat, dan
di sebagian besar kasus, akan menimbulkan ketidaknyamanan dan
kerusakan pada puting jika dilakukan dalam waktu berkepanjangan. Jika
seorang ibu melaporkan rasa tidak nyaman selama menyusui, atau
merasa “terlalu nyeri” untuk menyusui, hal ini sebagian besar disebabkan
oleh pelekatan yang kurang baik, dan ibu harus diberikan bantuan dan
dukungan untuk mengatasi hal ini.
12. 12
Bayi juga harus disusui dari satu payudara untuk satu kali
pemberian ASI hingga selesai. Sebelumnya, diduga bahwa hal ini
dilakukan agar bayi memperoleh fore milk (susu lapisan terluar) dan hind
milk (lapisan susu di bawah fore milk) yang kaya nutrisi pada setiap kali
menyusu. Akan tetapi, riset yang dilakukan oleh Ramsay (2005)
menyatakan bahwa tidak ASI bagian fore dan hind, tetapi kandungan ASI
berubah untuk menyesuaikan kebutuhan bayi. Hal ini sesuai dengan
temuan lain mengenai kandungan ASI, dan jugs penelitian yang dilakukan
oleh beberapa produsen makanan buatan. Jika bayi tetap lapar setelah
menyusu dari satu payudara, tetapi telah melepaskannya, praktik yang
baik adalah menyarankan agar bayi disusui di payudara yang lain untuk
menyelesaikan pemberian ASI (NICE, 2006), tetapi mereka mulai dengan
payudara kedua untuk pemberian makan (menyusui) komplet selanjutnya.
Misalnya:
Menyusui pertama: payudara kanan diberikan untuk menyusui -
bayi melepaskan payudara kanan, tetapi tampak tetap ingin
menyusu – tawarkan payudara kiri – bayi menyusu dan akan
tertidur;
Menyusui kedua: payudara kiri diberikan untuk menyusui.
B. Metode Kanguru
Angka kematian neo-natal di kota Semarang pada tahun 2011 yaitu
12,5 per 1000 kelahiran hidup. Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang ( RSUD ) kejadian BBLR pada tahun 2012 sebanyak 212 bayi
BBLR, dimana bayi BBLR terse-but ada yang dirawat diruang perinato-
logi maupun di PICU/NICU dengan diagnosa BBLR ataupun BBLR
dengan komplikasi tertentu seperti asfiksia, kelainan konginetal lainnya.
Perawatan bayi BBLR biasanya dengannguru intermitten ini sudah
mu -lai diajakan pada ibu yang mempunyai bayi BBLR, yang akan pulang
13. 13
saja /sebagai bimbingan kepada orang tua bayi untuk merawat bayi BBLR
dirumah. Pemantauan pertumbuhan bayi berjalan dengan baik dengan
dilakukan pengukuran berat badan bayi BBLR tiap hari. .Peneliti tertarik
untuk menge-tahui adakah perbedaan keefektifan perawatan metode
kanguru intermitten dengan perawatan inkubator dalam me-ningkatkan
berat badan bayi BBLR di RSUD Tugurejo Semarang serta me-ngetahui
gambaran perubahan berat badan BBLR yang dilakukan perawat-an
metode kanguru intermitten dengan perawatan inkubator dan perbedaan
perubahan berat badannya.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah kelompok bayi yang lahir
dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
kehamilannya, baik prematur maupun cukup bulan (DepKes,2008). Pada
BBLR mempu-nyai kesulitan untuk beradaptasi dgn kehidupan ekstra
uterine akibat keti-dakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru,
jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaan-nya Beberapa masalah
gangguan alat pencernaan dan masalah nutrisi pada BBLR antara lain
reflek menelan dan menghisap bayi yang lemah, daya untuk mencerna,
mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan
beberapa mineral tertentu berkurang. Tercu-kupinya kebutuhan nutrisi
dapat dili-hat dari bertambahnya berat badan BBLR (Prawitasari dan
Cahyo, 2010).
C. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi
Meski merupakan fenomena fisiologis normal, terdapat banyak
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI. Hal ini
dapat berkisar dari faktor intrinsik yang berhubungan dengan kondisi
tubuh atau fisik ibu hingga faktor masyarakat atau budaya. Promosi
pemberiann ASI bergantung pada pemahaman praktisi asuhan kesehatan
mengenai faktor ini dan efek yang dapat ditimbulkan pada ibu dan
bayinya.
14. 14
a) Faktor yang diketahui meningkatkan pemberian ASI
Privasi – baik dirumah sakit maupun dirumah. Ibu harus
merasakan aman dilingkungannya
Informasi – dari praktisi asuhan kesehatan, keluarga, teman
sebaya, masyarakat
Kenyamanan – termasuk pola istrahat yang baik untuk ibu
dan posisi menyusui
Pengetahuan – mengapa “Hubungan pengetahuan ibu
tentang ASI Eks-klusif dengan pemberian ASI Perah pada
ibu yang bekerja, ASI adalah yang terbaik” Di RS. Mardi
Rahayu Kudus dan kandungan yang terdapat didalam ASI
dan fungsinya
Penghematan – waktu dan uang dapat dihemat karena tidak
membeli susu formula buatan atau bangun dari tidur untuk
membuat susu formula
Keterikatan – waktu unik yang diluangkan bersama bayi dan
peluang untuk “mengenai” mereka
Manfaat kesehatan – kembali ke citra tubuh sebelum hamil
dengan lebih cepat penurunan risiko kanker payudara dari
ovarium
Kontrasepsi – tingginya kadar hormon proklatin menekan
ovulasi pada ibu yang menyusui ekslusif
Dukungan – dari pasangan, keluarga dan teman serta
kelompok teman sebaya. Pengetahuan “baby cafe” dan
kelompok dukungan sebaya untuk kelompok target seperti,
misalnya ibu usia remaja/ibu yang dikucilkan secara sosial,
tidak boleh diremehkan
15. 15
b) Faktor yang diketahui menghambat pemberian ASI
Nyeri – diketahui menghambat pelepasan oksitosin
sehingga refleks “let-down” terhambat
Saran yang tidak konsisten – banyak ibu menyatakan
alasan ini untuk menjelaskan kesulitan dalam melakukan
pemberian ASI
Penurunan kadar hemoglobin – karena yang buruk
ketidakpatuhan dengan suplementasi zat besi, kehilangan
banyak darah saat pelahiran
Citra tubuh – payudara dilihat sebagai simbol seks, bukan
organ pemberi makan bayi
Pandangan masyarakat – ibu munkin diminta untuk tidak
menyusui di tempat umum
Kurang pengetahuan – 34 persen ibu percaya susu
formula modern sanngat serupa dengan ASI
3. KEBUTUHAN PERSONAL HYGNE
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene yang berarti sehat. Kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis kebersihan diri
atau personal hygiene dan lingkungan merupakan bagian dari kehidupan
kita sehari-hari, oleh karena itu sudah seharusnya kita sebagai manusia
untuk selalu memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan kita agar
terhindar dari berbagai macam penyakit. Beikut ini merupakan tahapan
pemenuhan personal hygne
16. 16
A. Memandikan bayi
Tujuan dari memandikan bayi disini adalah untuk menjaga kebersihan,
memberikan rasa segar, dan memberikan rangsangan pada kulit. Yang
harus diperhatikan pada saat memandikan bayi adalah :
Mencegah kedinginan
Mencegah masuknya air kedalam mulut, hidung dan telinga
Memperhatikan adanya lecet pada pantat, lipatan-lipatan kulit
(ketiak bayi, lipatan paha, dan punggung bayi)
Perlengkapan yang dibutuhkan pada saat memandikan bayi
Ember sedang berisi air hangat kuku
Sabun bayi pada tempatnya
Handuk dan washlap
Pakaian bayi lengkap
B. Personal Hygiene dalam eliminasi
Setiap kali buang air kecil dan besar, bersihkan pada perinealnya
dengan air dan sabun, serta keringkan dengan baik. Karena kotoran bayi
dapat menyebabkan infeksi sehingga harus dibersihkan.
1. Menolong BAB pada Bayi
BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwanakehitaman, hari
3-6 feces tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih
bercampur mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna kekuningan.
Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB agar tidak terjadi iritasi
didaerah genetalia.
2. Menolong BAK pada Bayi
Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama
kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup
nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi
iritasi didaerah genetalia.
pentingnya bayi dalam preoses bab ataupun bak dapat mempengaruhi
keadaan tubuh bayi tersebut.
17. 17
C. Menjaga kebersihan kulit
Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, sebelum mandi
sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi lakukan skin to
skin dan tutpi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam. Sebaiknya bayi
mandi minimal 2 kali sehari, mandikan dengan air hangat dan di tempat
yang hangat.
4. Kebutuhan Lingkungan (Tempat Tinggal)
Rumah merupakan tempat yang menjadi tujuan akhir seseorang.
Rumah dijadikan sebagai tempat berlindung dari cuaca dan kondisi
lingkungan sekitar, menyatukan keluarga, meningkatkan tumbuh kembang
kehidupan seseorang. Rumah yang sehat akan meningkatkan kualitas
kesehatan fisik dan psikologis penghuninya. Kriteria rumah sehat menurut
WHO dalam Wicaksono (2009) yaitu:
a. Rumah harus dapat digunakan untuk terlindung dari hujan, panas,
dingin, dan untuk tempat istirahat
b. Rumah memiliki bagian untuk tempat tidur, memasak, mandi,
mencuci, dan kebutuhan buang air
c. Rumah dapat melindungi penghuninya dari kebisingan dan bebas
dari pencemaran
d. Rumah dapat melindungi penghuninya dari bahan bangunan yang
berbahaya
e. Rumah dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi
penghuninya dan tetangga
f. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi
penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
Keadaan tempat tinggal yang layak dengan konstruksi bangunan yang
tidak berbahaya bagi penghuninya juga merupakan faktor yang
mempengaruhi secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan
anak. Jumlah penghuni rumah yang tidak berdesak-desakan akan
18. 18
menjamin kesehatan penghuninya. Adanya ventilasi dan cahaya yang
masuk ke dalam rumah juga merupakan hal yang penting bagi syarat
rumah sehat rumah memiliki pengaruh sangat besar terhadap
perkembangan anak. Sebagai salah satu contohnya apabila rumah
lembab akan menjadi faktor pencetus anak menderita penyakit paru-paru,
namun jika di dalam rumah terdapat elemen-elemen alam, akan
memberikan inspirasi orang yang berada di dalamnya.
5. Pakaian
Kebutuhan rasa aman dan nyaman yang diberikan pada anak
dapat diberikan melalui pemenuhan kebutuhan pakaian pada anak.
Pakaian merupakan sebuah bentuk perlindungan dan kehangatan yang
diberikan untuk mencegah dan melindungi anak dari berbagai benda yang
dapat membahayakan anak. Pakaian juga dapat meningkatkan percaya
diri anak dalam lingkungan sosialnya.
6. Jenis Pelayanan Kesehata ndan pemeriksaan Pada Bayi Baru
Lahir
A. Pelayanan kesehatan
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman
Asuhan Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan
asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau
perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam
ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi
dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24
jam). Asuhan bayi baru lahir meliputi:
a) Pencegahan infeksi (PI)
b) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
c) Pemotongan dan perawatan tali pusat
d) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6
jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan
tubuh bayi.
19. 19
f) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis
tunggal di paha kiri
g) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha
kanan
h) Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata
antibiotika dosis tunggal
i) Pemeriksaan bayi baru lahir
j) Pemberian ASI eksklusif
B. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama. Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama
dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan
di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang
memeriksa.
2.2 TIPE-TIPE POLA ASUH ORANGTUA
Berikut adalah beberapa tipe – tipe pola asuh yang orang tua
dalam proses pengasuhan yaitu :
1. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh yang cuek
terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan
seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat,
pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya. Biasanya pola
pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua
yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang
akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan
begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau
20. 20
tumbuh dan berkembang menjadi apa.Anak yang diasuh orangtuanya
dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak
yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki
kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul,
kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil
maupun sudah dewasa.
2. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat
pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai
aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu
perasaan sang anak. Orang tua akanemosi dan marah jika anak
melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang
tuanya. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak
dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati
orang-tua yang telah membesarkannya. Anakyang besar dengan teknik
asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid/selalu berada
dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang beradadi luar rumah,
benci orangtua, dan lain-lain, tetapi di balik itu biasanya anak hasil didikan
ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang
tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3. Pola asuh otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang
memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi
berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan
dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh
yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-
anaknya. Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup
ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua,
menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi,
berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.
21. 21
2.3 DEFINISI KEBUTUHAN ASIH PADA NEONATUS
Kebutuhan yang dipenuhi dari rasa kasih sayang dan luapan
emosi.Orang tua terkadang melupakan pentingnya binaan tali kasih
sayang (asih) antara anak dan orang tua dibentuk sejak anak masih di
dalam kandungan hal ini akan dapat dirasakan juga oleh anak
(Soetjiningsih, 1995).
Kebutuhan asih merupakan kebutuhan bayi guna mendukung
perkembangan emosi, kasih sayang, dan spiritual anak (Soetjiningsih dan
Roesli dalam Sulistiyani, 2010).
Kebutuhan asih juga dapat memberikan rasa aman jika dapat terpenuhi
dengan cara kontak fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu.
Pemenuhan kebutuhan asih dipenuhi dengan tidak mengutamakan
hukuman pada anak dengan kemarahan, namun orang tua dapat lebih
banyak memberikan contoh bagi anak dengan penuh kasih sayang .
2.4 MACAM-MACAM KEBUTUHAN ASIH NEONATUS
1. Kasih Sayang Orang Tua
Kasih sayang merupakan sebuah perwujudan kebutuhan asih
yang dapat memberikan ketentraman secara psikologis pada anak,
Anak berusaha mendapatkan cinta, kasih sayang, dan perhatian dari
orang tuanya. Sumber cinta dan kasih sayang dari seorang bayi adalah
orang tuanya terutama pada ibu melalui komunikasi dari kata-kata yang
diucapkan dan perlakuan ibu pada anaknya (Sujono dan Sukarmin,
2009).
Terpenuhinya kebutuhan kasih sayang akan membuat perasaan
anak bahagia, tenteram, dan aman. Terpenuhinya kebutuhan kasih
sayang juga tercermin dari hubungan yang terjalin dengan baik antara
orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar (Hidayat, 2007).
22. 22
2. Rasa Aman dan Nyaman
Faktor lingkungan menyebabkan anak mengalami perubahan
perubahan yang dapat membuat anak merasa terancam. Anak yang
sedang berada pada kondisi terancam mengalami ketidakpastian dan
ketidakjelasan, sehingga anak membutuhkan dukungan dari orang tua
yang dapat mengurangi rasa takut yang dihadapi anak. Rasa aman dan
nyaman dapat terwujud dengan kehangatan dan rasa cinta dari orang tua,
serta kestabilan keluarga dalam mengendalikan stres (Sujono dan
Sukarmin, 2009).
Kebutuhan rasa aman dan nyaman juga ditunjukkan dengan
penerimaan anak oleh orang tua, pemenuhan segala kebutuhan anak,
anak selalu diperhatikan, didukung dengan hubungan yang baik dalam
sebuah keluarga (Hidayat, 2007).
3. Harga Diri
Bayi dan anak memiliki kebutuhan harga diri dan ingin merasa
dihargai .Anak selalu ingin merasa dihargai dalam tingkah lakunya. Anak
merasa berbeda dengan orang lain disekitarnya, sehingga anak juga
butuh dihargai . Anak selalu ingin mendapat tempat dihati keluarganya
dan selalu ingin diperhatikan oleh orang-orang disekelilingnya .
4. Dukungan atau Dorongan
Dukungan dan dorongan dari lingkungan sangat diperlukan oleh
anak dalam pengambangan dirinya, karena dengan adanya dukungan
atau dorongan dari orang disekitarnya terutama keluarga akan menjadi
motivasi besar bagi anak menjadi lebih baik lagi Dukungan dan dorongan
yang diberikan oleh orang tua dengan melakukan stimulasi pada anak
untuk melalui tahap perkembangannya dengan optimal. Orang tua yang
dapat memberikan dukungan pada anak akan membentuk anak yang
memiliki kepercayaan diri (Soetjiningsih, 1995).
5. Rasa Memiliki
Bayi dan anak memiliki kebutuhan rasa memiliki seperti halnya
pada orang dewasa. Anak merasa segala sesuatu yang telah dimilikinya
23. 23
harus dijaga agar tidak diambil oleh orang lain. Rasa memiliki membuat
individu untuk menggabungkan diri dengan orang lain dan dapat diterima
oleh orang lain.
6. Kebutuhan untuk mendapatkan pengalaman dan kesempatan
Pengalaman merupakan suatu hal yang berharga bagi anak. Anak
akan merasa lebih percaya diri dan merasakan kesuksesan dari
pengalaman yang didapatkannya, dan digunakan dalam kehidupannya
sehari-hari. Pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh anak perlu
mendapatkan penghargaan agar dapat membuat anak menjadi lebih
berkembang, Orang tua juga perlu memberikan kesempatan untuk anak
mengeksplorasi lingkungannya. Orang tua harus belajar mengetahui
batasan tertentu untuk membiarkan anak, sehingga anak memiliki
kesempatan mengembangkan kreatifitasnya dan tidak selalu dilarang oleh
orang tuanya.
7. Mandiri
Kemandirian merupakan kemampuan untuk berusaha dan
berupaya dengan diri sendiri, Kemandirian juga dapat diartikan sebagai
sebuah kemampuan untuk memikirkan, merasakan, dan melakukan
sesuatu sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian
menurut Harvighurst terdiri dari aspek intelektual (kemauan seseorang
untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri), aspek sosial
(kemauan untuk membina hubungan dengan orang lain disekitarnya),
aspek emosi (kemauan mengelola emosinya sendiri), aspek ekonomi
(kemauan untuk mengelola kebutuhan ekonominya). Salah satu bentuk
kemandirian yang telah ditunjukkan anak adalah kemauan anak untuk
mengeksplorasi lingkungan sejak bayi.
Kemandirian anak sebagian besar dipengaruhi oleh peran pola
asuh dan lingkungan sekitarnya, bukan pengaruh faktor genetis. Anak
yang mandiri memiliki ciri khas diantaranya anak lebih senang
memecahkan masalahnya sendiri daripada mengkhawatirkan
masalahnya, tidak takut mengambil risiko atas keputusannya, percaya
24. 24
terhadap pemikiran sendiri sehingga anak tidak banyak meminta bantuan
pada orang lain, memiliki kontrol pada dirinya sendiri (Tim Pustaka
Familia, 2006).
Ketiga kebutuhan di atas harus diberikan secara bersamaan sejak
janin hingga anak lahir, karena ketiga kebutuhan di atas saling
berpengaruh. Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan di atas akan
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak berbeda-beda, sehingga
kebutuhan dasar anak harus dipenuhi dengan optimal. Proses tumbuh
kembang dapat berjalan lambat atau cepat bergantung dari internal
individu dan lingkungan Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang secara langsung maupun tidak langsung memberikan efek
besar terhadap tumbuh kembang anak. Pemenuhan kebutuhan anak
tersebut terdiri dari kebutuhan dasar asuh, asah, dan asih yang bertujuan
agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya secara
fisik, mental, dan sosial (Sulistiyani, 2006).
25. 25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
A. Kebutuan Asuh Neonatus
Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya
manusia dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia masa depan
dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang untuk mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkuitas dimasa yang akan datang, sehingga
ank perlu disiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya, Oleh Karena Itu peran orang tua
dalam pengasuhan anaknya sangatlah penting dan dominan dalam
pembentukan generasi yg lebih baik.
B. Kebutuhan Asih Neonatus
Kebutuhan asih ialah Kebutuhan yang dipenuhi dari rasa kasih
sayang dan luapan emosi. Orang tua terkadang melupakan pentingnya
binaan tali kasih sayang (asih) antara anak dan orang tua dibentuk sejak
anak masih di dalam kandungan hal ini akan dapat dirasakan juga oleh
anak Kebutuhan asih merupakan kebutuhan bayi guna mendukung
perkembangan emosi, kasih sayang, dan spiritual anak, dalam proses ini
dukungan dan motivasi serta kasih sayang akan rasa aman yang diterima
oleh bayi sangatlah diperlukan karena proses pembentukan ikatan tali
kasih sayang akan terjalin ketika segala kebutuhan ini tersalurkan dari
orang tua kepada bayi atau anaknya.
3.2 SARAN
Saran kami ialah bagi pembaca Makalah kami dapat memberikan
pengetahuan dan serta dapat menambah wawasan bagi para pembaca
26. 26
makalah kami dan juga menjadi suatu peganggan ataupun sebagai dasar
pembelajaran bagi para pembaca makalah kami.
27. 27
DAFTAR PUSTAKA
Marmi, S.St. Kukuh Rahardjo. 2015. Asuhan neonatus, bayi,balita, dan
prasekolah”. Yogyakarta. : Pustaka pelajar
Sudarti afroh fauziah. 2013. ” Asuhan neonatus resiko tinggi dan
kegawatan”. Yogyakarta : nuha medika
Heraswati, Sri Rahayu, Nur Khafidhoh. 2013. Jurnal kebidanan “efektifitas
perawatan metode kanguru intermitten dalam peningkatan berat badan
bayi berat lahir rendah di RSUD tugurejo semarang tahun 2013”,
Semarang.
Sri Intan Rahayuningsih. 2012. “ Efek Pemberian Asi Terhadap Tingkat
Nyeri Bayi Saat Penyuntikan Imunisasi Di Kota Depok”. Jawa Barat
Angga Saeful Rahmat. 2015. “Hubungan pola asuh dan pendidikan
dengan pengetahuan ibu Tentang keterlambatan tumbuh kembang anak
balita Di puskesmas sukaindah jawa barat ” Bekasi
Dewi Endah Kusumaningtyas, Rifa Caturiningsih, Kudarti. 2013.
“Hubungan pengetahuan ibu tentang asi eksklusif terhadap pemberian asi
perah pada ibu yang bekerja Di RS mardi rahayu kudus” Jawa Tengah.
Siti Tatmainul Qulub. 2016. “Pembentukan Kualitas Anak Pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan Perspektif Hukum Islam”. Surabaya.