Dokumen tersebut membahas tentang rekonsiliasi obat, monitoring efek terapi, dan farmakovigilens. Topik utama mencakup proses rekonsiliasi obat untuk mencegah kesalahan obat, penggunaan kartu follow up untuk memantau efektivitas terapi dan kepatuhan pasien, serta tujuan dan metode pelaporan untuk memonitor efek samping obat.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan
Umum:
• 1. Peserta mampu melakukan rekonsiliasi obat
• 2. Peserta mampu melakukan Monitoring Efek Terapi
• 3. Peserta mampu melakukan Farmakovigilent
Tujuan
Khusus:
• 1. Peserta mampu melakukan rekonsiliasi 1
• 2. Peserta mampu melakukan rekonsiliasi 2
• 3. Peserta mampu melakukan rekonsiliasi 3
• 4. Peserta mampu melakukan monitoring Efek Terapi
menggunakan Follow up
• 5. Peserta mampu melakukan pelaporan Frmakovigelent
5. Pengertian
Rekonsiliasi Obat merupakan proses
membandingkan instruksi pengobatan
dengan Obat yang telah didapat pasien,
untuk mencegah terjadinya kesalahan
Obat (medicationerror) seperti Obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan
dosis atau interaksi Obat
A
D
M
INISTRATION & CONT
R
O
L
*
N
A
T
I
O
N
A
L
A
GENCY FOR FOO
D
A
N
D
D
R
U
G
*
14. Bentuk Form.Rekonsiliasi III
Nama Pasien :
Nomor RM :
Tgl Mulai Dirawat :
YA TIDAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tembusan : Pasien/Keluarga Pasien
Paraf :
( )
Apoteker yang Menyerahkan obat
RUTE
FREK
UENSI
NAMA OBAT
NO.
OBAT YANG DIBAWA PULANG OLEH PASIEN
EDUKASI
OBAT
Jakarta,
JUMLAH DOSIS
FORM REKONSILIASI OBAT III
17. Pengertian
Kartu Follow Up ART adalah kartu
yang digunakan untuk
mendokumentasikan setiap
perkembangan klinis pasien ART,
riwayat penggunaan ARV, riwayat
penggunaan obat lainnya, riwayat
adherence pasien, riwayat KTD/ESO/
Interaksi antar obat ARV dengan obat
lain, riwayat pengambilan ART
A
D
M
INISTRATION & CONT
R
O
L
*
N
A
T
I
O
N
A
L
A
GENCY FOR FOO
D
A
N
D
D
R
U
G
*
19. Kartu Follow up ART
Variabel Petunjukpencatatan Kapan Siapa
Nama pasien Tuliskan Nama pasien minimal 2 kata
Pertama kali
diberikan ARV
Farmasi
Nomor Rekam Medis Nomor rekam medis dari fasilitas perawatan HIV dan ART
Pertama kali
diberikan ARV
Farmasi
Nomor Registrasi
Nasional
Nomor registrasi nasional setelah didiagnosa HIV positif dan mulai ART
(start)
Pertama kali
diberikan ARV
Farmasi
Alamat dan No telp
pasien
Alamat lengkap domisili pasien ART dan nomor telephon atau nomor telp
seluler pasien ART yang aktif
Pertama kali
diberikan ARV
Farmasi
Nama Pendamping
Minum Obat (PMO)
Nama pendamping minum obat pasien minimal 2 kata (jika ada)
Pertama kali
diberikan ARV
Farmasi
Hubungan PMO Hubungan pendamping minum obat dengan pasien
Pertama kali
diberikan ARV
Farmasi
Alamat dan nomor
telephon PMO
Alamat lengkap domisili pendamping minum obat (PMO) pasien ART dan
nomor telephon atau nomor telp seluler PMO pasien ART yang aktif
Pertama kali
diberikan ARV
Farmasi
Regimen ARV yang
diberikan
Tuliskan regimen ARV yang diberikan pasien (2NRTI+1NNRTI/PI) dan
tulistanggal pertama kali pasien diberikanregimen ARV.
Pertama kali
diberikan ARV
Farmasi
Regimen Orisinal , regimen subtitusi (jika ada subtitusi ARV), regimen
switch (jika ada switch ke lini 2), atau tanggal pasien dihentikan ARV
Nomor Nomor urut setiap kali pasien datang ambil obat
Setiap kali
pasien diberikan
ARV oleh
petugas farmasi
Farmasi
Tanggal kunjungan
Tanggal setiap kali pasien diberikan ARV oleh petugas farmasi (apoteker
atau tenaga teknis kefarmasian) sebagai petugas yang memberikan ARV di
fasilitas perawatan HIV dan ART
Setiap kali
pasien diberikan
ARV oleh
petugas farmasi
Farmasi
20. Kartu Follow up ART
Variabel Petunjuk pencatatan Kapan Siapa
No regimen
Nomor berdasarkan regimen ARV yang diberikan ke pasien :
Setiap kali pasien
diberikan ARV oleh
petugas farmasi
Farmasi
1 : untuk regimen orisinal
2 : untik regimen subtitusi pertama
3 : untuk regimen subtitusi kedua kali
4 : untuk regimen switch ke lini ke dua
Status
fungsional
pasien
Beri tanda K/A/B
Setiap kali pasien
diberikan ARV oleh
petugas farmasi
Farmasi
K : Kerja
A : Alert
B : Baring
Status WHO
Stadium HIV berdasarkan WHO (1/2/3/4) berdasarkan rekam medis pasien
atau kartu pasien
Setiap kali pasien
diberikan ARV oleh
petugas farmasi
Farmasi
Jumlah obat
yang diberikan
Jumlah obat ARV yang diberikan oleh petugas farmasi berdasarkan resep
dari dokter
Setiap kali pasien
diberikan ARV oleh
petugas farmasi
Farmasi
Sisa obat bulan
sebelumnya
Jumlah sisa obat ARV bulan sebelumnya (satuan terkecil , misal : tablet
atau kapsul atau kaplet)
Setiap kali pasien
diberikan ARV oleh
petugas farmasi
Farmasi
Adherence (%)
Persentase kepatuhan pasien berdasarkan perhitungan sisa obat / total
obat x 100%
Setiap kali pasien
diberikan ARV oleh
petugas farmasi
Farmasi
Monitoring efek
samping obat
(MESO)
Keluhan yang dirasakan oleh pasien selama mengkonsumsi ARV.
Setiap kali pasien
diberikan ARV oleh
petugas farmasi
Farmasi
Beri tanda (+), jika pasien merasakan adanya keluhan setelah
mengkonsumsi ARV, meliputi : Mual/muntah/gangguan GI, ruam / keluhan
dikulit lainnya, Demam/sakit kepala, Alergi/reaksi hipersensitivitas,
halusinasi/depresi/gangguan di SSP, Nyeri syaraf, Anemia/penurunan Hb,
Peningkatan nilai SGOT/SGPT/gangguan liver, ESO lainnya.
Beri tanda (-), jika pasien tidak mengalami keluhan setelah mengkonsumsi
ARV
21. Cara pengisian
Kartu Follow Up ART
Kartu Follow up ART
Variabel Petunjuk pencatatan Kapan Siapa
Monitoring efektifitas obat
Monitoring atau pemantauan efektifitas ARV , meliputi:
Setiap kali
pasien
diberikan ARV
oleh petugas
farmasi
Farmasi
Berat badan pasien dalam kg (minimal setiap bulanatau
setiap mengambil ARV)
Nilai pemeriksaan CD4 (minial 6, 12 bulan sekali)
Nilai pemeriksaan viral load (minimal 6 – 12 bulan sekali)
Infeksi Oportunistik (IO), sebutkan (jika ada)
Obat lain yang dikonsumsi
Catat obat-obat lain yang rutin atau sedang dikonsumsi
oleh pasien selain ARV dan obat IO
Setiap kali
pasien
diberikan ARV
oleh petugas
farmasi
Farmasi
Misal: obat-obat penyakit kronis, vitamin, suplemen,
herbal, dll
Tanda tangan
Tanda tangan dan nama jelas setelah obat diterima oleh
pasien/keluarga pasien/PMO
Setiap kali
pasien
diberikan ARV
oleh petugas
farmasi
Farmasi
22. Mengapa kita memerlukan
Pharmacovigilance ?
“There are some patients that we cannot help;
there are none whom we cannot harm.”
—Attributed to Arthur L. Bloomfield in BMJ 2004; 329:1-2
26. PENGERTIAN
• Side Effect – Efek yang tidak di inginkan terjadi
pada dosis normal terkait dengan karakter obat
• Efek samping yang serius (ADR) – Setiap
kejadian medis yang tidak diinginkan yang
terjadi pada pemberian dosis berapapun yg
– Menyebabkan kematian
– Mengancam jiwa
– Membutuhkan rawat inap atau
– Memperpanjang masa perawatan atau
– Menyebabkan kecatatan yang menetap
– Menyebabkan teratogenik
27. TUJUAN
Memperbaiki keamanan dan perawatan pasien
terkait penggunaan obat dan alkes.
Memperbaiki aspek kesehatan masyarakat dan
keamanan pasien dalam kaitan dengan
penggunaan obat
Berkontribusi pada evaluasi manfaat, efektivitas
dan resiko dari pemberian obat
Mendorong penggunaan obat yang rasional
Mendeteksi frekwensi efek samping yg
sebelumnya diketahui , interaksi obat dan hal
lain terkait pengobatan
Efek samping yang tadinya belum ada
28. METODA PELAPORAN
Spontaneous Reporting
System (SRS)
• dilakukan dengan cara
melakukan follow up aktif
terhadap pasien setelah
diberikan obat samping
dilakukan secara sukarela
oleh nakes dan industry
farmasi kepada pembuat
kebijakan
• Sangat tergantung pada
motivasi nakes
• Murah dan sering
digunakan
Cohort Event Monitoring
(CEM)
• dilakukan dengan cara
melakukan follow up aktif
terhadap pasien setelah
diberikan obat
• digunakan untuk
memantau secara intensif
penggunaan suatu obat.
• Informasi KTD/ESO
diperoleh dengan
bertanya langsung
kepada pasien, atau
skrining dari rekam medik
pasien di suatu fasyankes
Targeted Spontaneous
Reporting (TSR)
• metode farmakovigilans
yang pada prinsipnya
menggabungkan SRS
dengan CEM
• Target obat yang dipantau
ditentukan pada
penggunaan di populasi
khusus
• Dilaporkan KTD/ESO
yang terjadi terkait
dengan penggunaan obat
yang menjadi target
pemantauan
• bermanfaat untuk
program kesehatan
masyarakat yang
mengharuskan untuk
dilakukan pemantauan
KTD/ESO dalam jangka
waktu yang lama.
29. Spontaneous Reporting System (SRS)
Kelebihan
Administrasi lebih sederhana dan
membutuhkan lebih sedikit tenaga.
Biaya murah.
Memiliki potensi untuk mengidentifikasi
masalah yang sangat jarang yang
berhubungan dengan penggunaan
obat.
Pusat farmakovigilans dan tenaga
kesehatan pada umumnya lebih
mengenal metode ini.
Meliputi pemantauan terhadap seluruh
obat-obatan yang dipasarkan.
Kekurangan
Data yang dikumpulkan tidak lengkap, baik
secara kualitas maupun kuantitas.
Kemungkinan adanya KTD/ESO tidak
dilaporkan, sementara untuk KTD/ESO yang
dilaporkan datanya terlalu luas/tidak
spesifik.
Data terbatas sehingga risiko tidak terukur
dan tidak dapat menetapkan faktor risiko.
Terdapat bias yang besar dalam pelaporan.
Kematian akibat KTD/ESO tidak terdata
dengan lengkap.
Diperlukan studi lanjutan untuk memperoleh
data yang akurat misalnya pada populasi
khusus seperti ibu hamil dan anak-anak
serta informasi khusus lainnya
30. Cohort Event Monitoring (CEM)
Kelebihan
Diperoleh data KTD/ESO yang
lengkap untuk obat tertentu.
Efektif dalam mengidentifikasi sinyal.
Diperoleh hubungan antara
manifestasi KTD/ESO dengan faktor
risiko.
Dapat dilakukan perbandingan profil
keamanan antar obat yang akurat.
Dapat mendeteksi lack of eficacy atau
medication error dan pengobatan yang
tidak sesuai, interaksi obat, serta
terjadinya resistensi atau penggunaan
obat palsu.
Dapat diperoleh data penyebab
kematian dan angka kematian karena
KTD/ESO.
Kekurangan
Metode membutuhkan lebih banyak
tenaga untuk mendapatkan informasi
awal dan melakukan tindak lanjut
pengobatan.
Membutuhkan lebih banyak biaya
dibandingkan SRS.
Kemungkinan pasien tidak melakukan
pengobatan lanjutan sehingga tidak
dapat ditindaklanjuti.
Memerlukan tenaga ahli dalam
pendataan KTD/ESO sehingga
diperlukan pelatihan.
Tidak dapat mendeteksi KTD/ESO
yang sangat jarang.
31. Targeted Spontaneous Reporting (TSR)
Kelebihan
Lebih sederhana, biaya lebih murah dan
membutuhkan sedikit tenaga dibandingkan
CEM.
TSR menunjukkan pemantauan rutin dari
pasien.
KTD/ESO lebih fokus sesuai dengan
prioritas.
Form pelaporan seperti yang digunakan
dalam SRS.
Tersedianya data dan insiden yang terukur.
Dapat menggunakan data sistem
farmakovigilans yang sudah tersedia.
Meningkatkan hubungan antara program
kesehatan dan pusat farmakovigilans.
Cenderung untuk mengidentifikasi KTD/ESO
yang belum dikenal sebelumnya atau yang
tidak terduga.
Kekurangan
Kekurangan TSR :
Metode ini tergantung pada
kesediaan individu untuk dipantau
dan dilaporkan, sehingga terdapat
ketidakakuratan jumlah individu
dengan KTD/ESO yang dipantau
dan dilaporkan.
Pelaporan kurang lengkap.
Adanya keterbatasan pengalaman
menggunakan metode TSR dan
teknik perlu diuji di lapangan
33. Siapa yang perlu membuat laporan?
Semua petugas kesehatan termasuk;
Dokter
Dokter gigi
Petugas farmasi
Perawat
Petugas kesehatan masyarakat
Kader kesehatan
Pasien atau kelompok dampingan
Praktisi pengobatan tradisional
Pasien
34. Apa yang harus di laporkan
Semua respon pengobatan yang tidak diinginkan
dan berbahaya yang digunakan pada manusia
Semua yang dicurigai sebagai ADRs
Beberapa negara ada yang meminta laporan secara
spesifik
Reaksi berat
Reaksi yang tidak diinginkan
Reaksi berat yang tidak lazim
Reaksi dari obat baru
Tidak mempunyai efikasi
Obat palsu
Overdosis
Kesalahan pengobatan (medication error)
35. Produk yang dilaporkan
Semua produk kesehatan yang digunakan
pada manusia termasuk:
Vaksin
Obat
Kosmetik
Pengobatan tradisional
Alkes
36. Kapan dilaporkan
Sesegera mungkin – seberapa segera/ idealnya
1x24 jam
Tidak perlu menunggu semua data lengkap,
data tambahan dapat diberikan menyusul
37. Pencatatan dan pelaporan
Yg dilaporkan :
Toksisitas / efek samping obat Arv
Inciden interaksi obat
• KARTU FOLLOW UP ART FARMASIS
• FORMULIR MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
• E-MESO BPOM
DI
42. Alamat Pelaporan PV
Pusat MESO/Farmakovigilans Nasional
Direktorat Pengawasan Distribusi
Produk Terapetik dan PKRT
Badan POM RI
Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat, 10560
No Telp : 021 - 4244 755 ext.111
Fax : 021 - 4288 3485
Email : pv-center@pom.go.id dan
Indonesia-MESO-BadanPOM@hotmail.com
Editor's Notes
The following legal policy documents are available:
National Medicines Policy 2005 (Operational)
NAFDAC Act 1993 as amended (Operational)
Pharmacovigilance regulation (Draft)
Pharmacovigilance policy (Draft in process)
The following legal policy documents are available:
National Medicines Policy 2005 (Operational)
NAFDAC Act 1993 as amended (Operational)
Pharmacovigilance regulation (Draft)
Pharmacovigilance policy (Draft in process)
To ensure no confusion or misunderstanding of the difference between the terms 'serious' and 'severe', the following note of clarification is provided:
The term 'severe' is not synonymous with serious. In the English language, 'severe' is used to describe the intensity (severity) of a specific event (as in mild, moderate or severe);
the event itself, however, may be of relatively minor medical significance (such as severe headache).
Seriousness (not severity) which is based on patient/event outcome or action criteria serves as guide for defining regulatory reporting obligations.
Report the event soon after it occurs. A recent event is easier to report upon (i.e. less work is involved) and the report is more likely to be accurate. Send in the report to the National Center, quickly, preferable within one week.
If possible, take the decision to report whilst the patients is still with you, so that he/she can easily be questioned (by you) about the event and all the details filled in at once on the reporting form.
If you obtain any supplementary data later, e.g. if the same patient develops the reaction again, or if something happens which increases your suspicions or seems to exclude the reaction, please send in a supplementary note immediately.
Four (4) pieces of information constitute this minimum.
They are:
(a) An identifiable source of information
(b) An identifiable patient
(c) An identifiable drug
(d) An identifiable suspect reaction
If any of these essential elements is missing, then such a report is unreliable and may not be useful.
Report of an alleged adverse drug reaction without any other details concerning the patient or the drug(s) should not be sent to the National Centre.