Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pengkajian resep, dispensing obat, pelayanan informasi obat, dan pemantauan terapi obat. Dokumen ini juga membahas tentang swamedikasi atau pengobatan sendiri dengan obat-obat tertentu untuk kondisi minor seperti demam, diare, dan alergi. Ada beberapa ketentuan untuk melakukan swamedikasi seperti obat tidak boleh memberikan risiko, tidak memerlukan alat khusus, dan efe
2. 2
Pertemuan Ke- Materi Pokok Pengajar
1 & 2 Pengkajian Resep Pak Walensa
3 & 4 Penerimaan resep dan memberi harga resep Pak Walensa
5 & 7 Disepensing obat Pak Walensa
8 Ujian Tengah Semester
9 & 10 Pelayanan swamedikasi di Apotek Pak Gilang
11 & 12 Pelayanan Informasi Obat (PIO) setting apotek Pak Gilang
13 & 14 Pemantauan Terapi Obat (PTO) setting apotek Pak Gilang
14 & 15 Pengkajian resep, dispensing, PIO sesuai resep
asli dari dokter
Pak Gilang
16 Ujian Akhir Semester (UAS)
Silabus Perkuliahan Farmasi Komunitas Ta 2019/2020
3. » Sesuai dengan standart kompetensi apoteker di apotek yang dimuat
dalam permenkes no 72 th 2016 bahwa seorang apoteker di apotek
memiliki peran yaitu sebagai managerial dan kemampuan yang
cakap dalam pelayanan kepada pasien yaitu farmasi klinis. Lingkup
komunitas tidak hanya apotek, tetapi juga di puskesmas atau klinik
yang diatur dalam Peraturan Mentri kesehatan No.74 tahun 2016
tentang standart pelayanan kefarmasian di Puskesmas
» Minor illness atau suatu kondisi klinik patologi yang tidak urgent
atau darurat
3
Definisi dan Ruang Lingkup
4. Contoh Kasus Minor Illness
4
No Contoh Kasus Sesuai Lokasi Anatomis Penyakit
Kulit dan
Kelamin
Telinga, Hidung,
Tenggorokan dan saluran
nafas
Saluran Cerna Infeksi dan
parasit
Syaraf Alergi dan Imun
1 Skin Rashes Infeksi telinga (telinga
tengah dan telinga luar)
Diare Hay Fever Nyeri Milaria (biang
keringat)
2 Impentigo &
infeksi kulit
Radang tenggorokan Mual dan
muntah
Fever Dermatitis
3 Infeksi saluran
kemih
Batuk (kecuali batuk disertai
dengan darah)
Konstipasi Thrush
4 Vaginal
Discharge
Flu amoebisasis Dispepsia
5 Luka bakar
derajar ringan
Sinusitis Indigesti Ascariasis
6 Acne Tineasis
(jamur)
Kutil (papiloma)
5. 5
Peraturan Dalam Swamedikasi
Pada beberapa beberapa kasus minor illness dapat dilayani tanpa menggunakan resep, hal ini termasuk
dalam salah satu pelayanan kefarmasian yang disebut dengan swamedikasi atau self medication atau
penggunaan obat baik obat bebas atau obat bebas terbatas dalam pengobatan sendiri (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia., 2007).
Sesuai dengan aturan permenkes no 72 tahun (2016) swamedikasi termasuk dalam bagian dispensing obat,
serta diatur juga dalam peraturan menteri kesehatan no 919/Menkes/PER/X/1993 dengan syarat sebagai
berikut:
1. Tidak kontraindikasi pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan pada pasien lansia à dimana
bisa dilihat obat tersebut KI terhadap kriteria pasien tersebut à Medscape, Drug Information
Handbook, Drugs.com
2. Obat yang diberikan oleh apoteker tidak memberikan risiko lebih lanjut terhadap penyakitnya
3. Dalam penggunaannya tidak diperlukan alat atau cara khusus yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga
medis terampil seperti sediaan injeksi
4. Obat yang diberikan adalah obat yang memiliki efek samping ringan/minimal dan dapat
dipertanggungjawabkan khasiatnya untuk pengobatan sendiri
5. Obat yang digunakan dalam swamedikasi harus didukung dengan informasi cara penggunaan, efek
terapi setelah minum obat, efek samping!, interaksi obat!, dan kapan harus menemui dokter
6. Tidak untuk digunakan dalam jangka panjang dan hanya untuk terapi akut
6. Fakta dan Data Penggunaan
Swamedikasi Di Indonesia
6
» Data dari Susenas BPS menunjukkan bahwa lebih dari 60%
masyarakat Indonesia melakukan pengobatan sendiri. Hasil riset
kesehatan Dasar tahun (2013) menunjukkan bahwa 35,2% masyarakat
Indonesia menyimpan obat di rumah tangga, baik diperoleh dari resep
dokter maupun dibeli secara bebas, diantaranya sebesar 27,8% adalah
antibiotik
» Bayak faktor yang mempengaruhi pasien lebih memilih swamedikasi,
diantaranya iklan di televisi (42,7%), tingkat Pendidikan (17%),
pengalaman pengobatan sendiri (51,2%), derajat penyakit (46,4%),
sulit menjumpai dokter (22,5%), tidak ada waktu (11,6%), dan biaya
medis yang terlalu tinggi (11,6%), saran dari teman (27,7%), majalah
(2%) (Jajuli dan Sinuraya., 2018)
7. Jenis Swamedikasi
1. Obat-obat yang dapat diberikan secara swamedikasi diatur
dalam pedoman yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2007) meliputi:
2. Over The Counter (OTC) à Obat bebas dan bebas terbatas
3. Obat Wajib Apotek (OWA) à Peraturan OWA
4. Suplemen à vitamin dan mineral
7
8. 8
Penggolongan Obat
Penggolongan obat menurut Permenkes 917/1993 adalah:
1. Obat Bebas à Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan
garis tepi berwarna hitam
2. Obat Bebas Terbatas à Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM
3. Obat Keras dan Psikotropika à Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek
dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat
4. Obat Narkotika à Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Contoh: Morfin & Petidin
9. Obat Bebas Terbatas
» Obat bebas terbatas biasanya sama dengan obat bebas karena bisa dibeli
langsung tanpa menggunakan resep, namun dapat dibedakan mejadi 6 sesuai
aturan yang tercantum pada kemasan
9
10. 10
OWA (Obat Wajib Apotek)
Ø OWA atau Obat Wajib Apotek pada dasarnya adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker kepada pasien tanpa resep. Beberapa peraturan tentang OWA:
1. Kepmenkes no 347 tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek, yang berisi daftar obat wajib apotek
No.1
2. Kepmenkes no 924 tahun 1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.2
3. Kepmenkes No 925 tahun 1993 tentang perubahan golongan OWA No.1, memuat perubahan
golongan obat terhadap daftar OWA No.1, beberapa obat yang semula OWA berubah menjadi
obat bebas terbatas dan obat bebas
4. Kepmenkes No 1176 tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3
Ø Penyerahan OWA oleh apoteker kepada pasien harus memenuhi ketentuan:
1. Memenuhi ketentuan dan Batasan tiap OWA à kekuatan/potensi, maksimal jumlah obat yang
diserahkan, dan pasien sudah pernah menggunakannya dengan resep
2. Membuat catatan informasi pasien dan obat yang diserahkan à dalam pasien medical record
apotek (contohnya)
3. Memberikan informasi kepada pasien agar aman digunakan
23. Penggunaan Obat Yang Rasional
23
Syarat obat obat dikatakan rasional menurut WHO adalah 14 T à
minimal ada 6 T yaitu:
» Tepat Indikasi
» Tepat Obat
» Tepat Dosis
» Tepat cara pemberian
» Tepat lama pemberian
» Waspada efek samping
24. 1. Tepat Indikasi
24
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik,
misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian,
pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi
gejala adanya infeksi bakteri.
Bila pemeriksa tidak jeli untuk menanyakan adanya darah dalam feses,
maka bisa saja diagnosis yang dibuat menjadi kolera. Untuk yang
terakhir ini obat yang diperlukan adalah tetrasiklin. Akibatnya
penderita amoebiasis di atas terpaksa mendapat tetrasiklin yang sama
sekali bukan antibiotik pilihan untuk amoebiasis.
25. 2. Tepat Obat
25
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus
yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
Contoh: Gejala demam terjadi pada hampir semua kasus infeksi dan
inflamasi. Untuk sebagian besar demam, pemberian parasetamol lebih
dianjurkan, karena disamping efek antipiretiknya, obat ini relatif
paling aman dibandingkan dengan antipiretik yang lain. Pemberian
antiinflamasi non steroid (misalnya ibuprofen) hanya dianjurkan untuk
demam yang terjadi akibat proses peradangan atau inflamasi.
26. 3. Tepat Dosis
26
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh
terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan,
khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang
sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin
tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
27. 4. Tepat Cara Pemberian
27
Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.
Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu,
karena akan membentuk ikatan kelat, sehingga menjadi
tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivtasnya
28. 4. Tepat Cara Pemberian
28
Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.
Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu,
karena akan membentuk ikatan kelat, sehingga menjadi
tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivtasnya
29. 5. Tepat Lama Pemberian
29
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya
masingmasing. Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama
pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama pemberian
kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari.
Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari
yang seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil
pengobatan.
30. 6. Waspada Efek Samping
30
» Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek
tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis
terapi, karena itu muka merah setelah pemberian atropin bukan
alergi, tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh
darah di wajah.
» Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari
12 tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang
sedang tumbuh.
32. Tugas
1. Mencari masing-masing 1 contoh golongan obat bebas, bebas terbatas, keras merk apa saja sesuai dengan kriteria
minor illness
2. Sebutkan dan jelaskan indikasi spesifik obat tersubut lengkap dengan:
a.Komposisi g. Cara penyimpanan obat
b.Informasi cara kerja obat h. Mekanisme kerja obat
c.Aturan pakai dan berapa lama durasi penggunaan obat i. Potensi efek samping yang terjadi
d. Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas) j. Interaksi dengan makanan
e. Perhatian
f. Nama produsen
3. Tugas dikerjakan dalam bentuk makalah dengan format
a. Halaman judul terdiri dari Judul, nama pembuat makalah, logo kampus, nama perguruan tinggi, prodi, tahun
b. Format penulisan margin atas 3 cm, kanan 3 cm, kiri 4 cm, spasi 1,5 diprint ukuran A4
c. Font yang digunakan Times New Roman ukuran 12
d. jangan lupa diberikan judul
4. Pengumpulan maksimal Sabtu jam 07.00 WIB di google class
32