SlideShare a Scribd company logo
1 of 66
PRINSIP DALAM
PEMBERIAN OBAT
Peran nakes dalam penggunaan
obat di RS
Medication error
PRESCRIBING 39%
TRANSCRIPTION 12%
DISPENSING 11%
ADMINISTERING 38%
Handwriting
Omission
Error
Terlambat/terlalu cepat
memberikan obat periode
berikutnya
Wrong Rate Error
Kecepatan tetesan obat infus
kurang atau berlebih
Unauthorized Drug
Error
Pasien membeli antibiotika
tanpa resep
Extra Dose
Error
Dosis ganda
Wrong Dose Error
Dosis lebih besar atau lebih kecil
dari yang diresepkan dokter
Wrong Route
Error
Cara pemberian keliru
Medication ErrorGORI ERROR
Feinberg, JL, ed. Med Pass Survey.. ASCP 1993
Wrong Time Error Interval pemberian obat keliru
Wrong Drug
Preparation Error
• Suspensi tidak dikocok,
• sediaan slow release
dijadikan puyer,
• incompatible,
• inadequate product
packaging
Wrong
Administration
Technique Error
• Injeksi tanpa metode steril,
• menggerus obat secara keliru
Deteriorated Drug
Error
Obat rusak, kadaluarsa, obat
tidak disimpan di lemari es
Medication Error
PRINSIP 7 BENAR
• Benar Pasien
• Benar Obat
• Benar Dosis
• Benar Cara/Rute Obat
• Benar Waktu
• Benar Informasi
• Benar Dokumentasi
BENAR PASIEN
Positive
Identification
GELANG RISIKO
BENAR OBAT
• Nama dagang dan generik
• Waspada LASA dan high alert
Drugs with similar names
Losec
(omeprazole)
Coumadin
(anticoagulant)
Taxol
(paclitaxel, anticancer)
Zebeta
(beta blocker)
Seldane
(terfenadine)
Norvir
(Ritonavir-protease inhibitor)
Lasix
(furosemide)
Kemadrin
(antiparkinson)
Paxil
(paroxetine, antidepressant)
Diabeta
(sulfonamide)
Feldene
(NSAIDs)
Retrovir
(zidovudine)
Look Alike Sound Alike
LASA (Look Alike Sound Alike)
NORUM (Nama Obat Rupa Mirip)
LAS
A
Tugas:
Observasi di fasyankes dan sekitar anda
1.Cari obat yang cenderung LASA
2.Cari obat yang high alert
BENAR OBAT
Sblm memberi obat, label pada botol atau kemasan obat
harus diperiksa tiga kali:
1. Saat membaca permintaan obat dan botol atau
kemasan obat diambil dari rak
2. Label botol atau kemasan obat dibandingkan dgn
obat yang diminta/sebelum menuang obat
3. Saat botol atau kemasan obat tersebut dikembalikan
ke rak/setelah menuang obat
BENAR DOSIS
• Cek Dosis
• Perhatikan satuan dosis.
• Sendok teh – sendok makan
BENAR CARA/RUTE
PEMBERIAN
• Obat dpt diberikan mll sejumlah rute yg berbeda.
• Faktor : keadaan umum px, kecepatan respon yg
diinginkan, sifat kimia fisika obat, dan tempat kerja
yg diinginkan.
• Obat dpt diberikan oral, parenteral, topikal, rektal
atau inhalasi.
BENAR WAKTU
• Obat yg memiliki efektivitas ttt untuk mencapai atau
mempertahankan kadar di dalam darah yg memadai,
terutama harus diberikan pada waktu yg tetap.
• Sebelum makan  1 jam sebelum makan (ab)
• Tetrasiklin menjadi senyawa khelat yg tidak larut jika
diberikan bersama susu.
Benar informasi
• Tanggung jawab perawat
• Hak pasien
Benar Dokumentasi
Sesegera mungkin
Meliputi nama obat, dosis, rute (t4 suntikan),
waktu, taggal, inisial atau ttd perawat dan
reaksi pasien.
Setelah diberikan, harus dicatat dosis, rute,
waktu, dan oleh siapa obat itu diberikan.
Pasien menolak?
Akibat penundaan
Konsep cara pengelolaan obat
Distribusi Obat
meliputi kegiatan pengendalian persediaan barang, penyimpanan
transportasi serta penyelesaian ke pabeanan.
Tujuan Distribusi
a) Menjamin ketersediaan obat
b) Memelihara mutu obat
c) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
d) Menjaga kelangsungan persediaan
e) Memperpendek waktu tunggu
f) Pengendaliaan persediaan
g) Memudahkan pencarian dan pengawasan waktu tunggu
h) Memudahkan pencarian dan pengawasan
Penyimpanan Obat
secara umum
Display penyimpanan obat di Apotek:
a. Alfabetis
b. Farmakologi
c. Bentuk sediaan
d. Kombinasi
Penyimpanan Narkotika
Ketentuan lemari penyimpanan narkotika :
1. Dibuat dari kayu atau bahan lain yang kuat
2. Mempunyai kunci yang kuat
3. Jika ukuran lemari kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari
harus dibuat pada tembok atau lantai
4. Dibuat dalam 2 bagian, bagian I untuk menyimpan morfin,
petididn dan garam-garamnya. Bagian II untuk menyimpan
narkotika untuk kebutuhan sehari-hari
Penyimpanan Psikotropika
Dalam lemari yang terpisah dengan obat/komoditi lainnya
Ketentuan Penyimpanan
Barang/Obat
1) Perlu diperhatikan lokasi dari tempat penyimpanan di
gudang dan menjamin bahwa barang/obat yang
disimpan mudah diperoleh dan mengaturnya sesuai
penggolongan, kelas terapi/khasiat obat sesuai abjad.
2) Perlu diperhatikan untuk obat dengan syarat
penyimpanan khusus, obat thermolabiel dan obat yang
punya batas kadaluarsa.
Pencatatan Barang
1. Kartu Stock
2. Kartu Stelling
Penggunaan
Bentuk pelayanan obat di Apotek
1. Penjualan bebas
2. Penjualan OWA
3. Penjualan berdasarkan resep dokter
Bentuk-bentuk Ketidakrasionalan Pemakaian Obat
• Peresepan boros (Extravagant), yaitu peresepan obat yang lebih
mahal padahal ada alternatif yang lebih murah dengan manfaat dan
keamanan yang sama. Termasuk peresepan yang terlalu berorientasi
pada pengobatan simptomatik sehingga mengurangi alokasi obat-
obat yang lebih vital.
• Peresepan berlebih (Over prescribing), yaitu terjadi bila dosis obat,
lama pemberian atau jumlah obat yang diresepkan melebihi
ketentuan dan obat yang sebenarnya tidak diperlukan.
• Peresepan yang salah (Incorrect prescribing), yaitu mencakup
pemakaian obat untuk indikasi yang keliru, pemberian obat ke
pasien salah dan pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi
lain yang diderita bersamaan.
lanjutan
• Peresepan majemuk (Multiple prescribing), yaitu pemakaian dua
atau lebih kombinasi obat padahal sebenarnya cukup diberikan
obat tunggal saja. Termasuk pengobatan terhadap semua gejala
yang muncul tanpa mengarah ke penyakit utama.
• Peresepan kurang (Under prescribing), yaitu terjadi kalau obat yang
diperlukan tidak diresepkan, dosis tidak cukup atau lama
pemberian terlalu pendek (Santoso, 1989).
Pemusnahan Obat
• Obat/bahan padat, dengan cara ditanam
• Obat/bahan cair, dengan cara diencerkan terlebih dahulu
• Atau dititipkan ke RS, Dinkes
Pemusnahan Narkotika dalam
UU No.22 tahun 1997
Pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal:
1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan
persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi
2. Kadaluarsa
3. Tidak memenuhi persyaratan digunakan pada
pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan
ilmu pengetahuan
4. Berkaitan dengan tindak pidana
Macam-macam
Laporan Obat di Apotek
1. Laporan statistik resep dan OGB
Dibuat rangkap 4 dan dibuat tiap bulan. Bertujuan
mengetahui tingkat penggunaan OGB
dibandingkan obat lainnya
2. Laporan Narkotika
Rangkap 4 dan dibuat tiap bulan
3. Laporan Psikotropika
Rangkap 4 dan dibuat tiap bulan
lanjutan
4. Laporan monitoring obat
memuat nama-nama obat yang mengalami kerusakan
dan tidak memenuhi persyaratan dilaporkan ke
Dinkes
5. Laporan OWA
penggunaan OWA tidak perlu dilaporkan, tetapi
didalam pencatatannya disertai catatan-catatan.
Laporan Narkotika
Laporan Psikotropika
PENYIAPAN OBAT DARI IFRS / POS OBAT KE PASIEN.
• Lingkungan sehat & kondusif (aman, tenang, terang), membantu
keakuratan proses.
• Baca dg teliti label/etiket obat 3 kali.
I : membaca permintaan obat & mengambil wadah/kemasan dari
rak obat.
II : label/etiket wadah/kemasan dicocokkan dg isi obatnya sebelum
dituang.
III : setelah menuang obat & mengemballikan wadah obat ke rak.
tujuan : menghindari kesalahan pengambilan obat karena banyak obat
yg namanya hampir sama.
con : aminopirin – aminofilin; nichoviton – nichobion;
betason – betason N; minoksidil – minoksiklin.
• Lanj…
• Jika label/etiket obat tidak terbaca, rusak, hilang, tidak tertulis,
segera kembalikan ke IFRS.
• Jika isi obat dalam kemasan tidak sesuai dg yg tertulis dalam
etiket, rusak, bau, berubah warna, retur/kembalikan ke IFRS.
• Jika nama obat yg tertulis dalam resep/MR tidak sama dg obat
yg tersedia, konfirmasi dg apoteker.
Con : cefat 500 mg – qidrof 500 mg.
• Atur obat dalam baki/kereta obat sesuai urutan
kamar/bed/pasien yg paling sedikit/mudah menggunakan
obat.
• Jaga keamanan baki/kereta obat.
• Saat obat diberikan, ingat kembali riwayat pengobatan pasien
(penyakit, nama obat, cara kerja obat & kemungkinan ESO yg
timbul).
Bagaimana jika perawat salah memberikan obat ?
• Segera mengakui kesalahan
• Hubungi dokter / laporkan kepada institusi terkait
• Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan
& tindakan pencegahan guna mencegah terulangnya kesalahan
yg sama / kesalahan lainnya.
• Dokumentasikan dg benar pd MR / form khusus kekeliruan :
penjelasan kesalahan & langkah yg sudah diambil untuk
mengatasinya.
RESEP
Adalah permintaan tertulis dari dokter/drg/drh kepada
Apoteker untuk membuat &/ menyerahkan obat kepada
pasien.
• Yg berhak menulis resep :
- dokter
- dokter gigi
- dkter hewan
• Yg berhak membuat/meracik obat yg tertulis di resep :
- apoteker
- asisten apoteker dibawah pengawasan apoteker.
Dalam resep harus tertulis :
1. Nama, alamat, no. ijin praktek dr / drg / drh.
2. Tempat & tanggal penulisan resep.
3. Supersriptio
- tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
- R/ = “recipe” = ambillah!
- falsafah dalam penulisan resep →keyakinan & kekuatan
prescriber.
- sebaiknya ditulis tangan dg penuh keyakinan.
4. Inscriptio / invocatio
- nama setiap obat & komposisinya.
- tujuan : membantu menyembuhkan & mengurangi penyakit
pasien.
- pedoman : 6T1W (tepat pasien, tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat
pemilihan obat, tepat dosis regimen, tepat evaluasi & waspada ES).
- nama obat dalam resep :
- diawali huruf besar
- nomenclatur generik (INN).
- ditulis jelas, lengkap, atau dg singkatan resmi.
INH = Isoniazida
HCT = Hidroklorothiazida
Vas.alb. = vaselin album
paraf.liq. = parafin liqiudum
• Lanj…
• Dosis obat ditulis dg angka bulat diikuti satuan (100 mg; 50 ml).
• Sebaiknya dihindari angka pecahan & desimal.
(0,2 g →200 mg ; ½ g →500 mg).
• Dosis obat yg tidak lazim, cantumkan “qr” (quantitum rectum =
jumlahnya sudah tepat) dibelakang nama obat.
mis : antalgin 650 mg qr.
5. Subscriptio
• Perintah untuk dibuatkan bentuk sediaan obat yg diinginkan &
jumlah obat yg diminta.
• mfla →pulv / sol / susp / emul / caps / cr.
• mfla = misce fac lege artis = campur & buatlah menurut /
sesuai dg seninya.
• Jika pasien tidak menyukai BSO yg tertulis dalam resep,
konsultasikan dg prescriber.
• Jumlah obat yg diminta ditulis dg angka romawi
(I,II,III,IV,V,X,L,C)
• Untuk narkotika & psikotropika sebaiknya ditulis dg huruf.
6. Signatura
• Aturan pemakaian obat yg tertulis dalam resep.
• Aturan pemakaian obat harus ditulis dg jelas & mudah dibaca.
• Contoh signatura dg bahasa latin yg lazim ditulis dalam resep :
• ac ante coenam sebelum makan
• ad auris dextra telinga kanan
• bdd bis de die sehari dua kali
• bddc bis de die cochlear sehari dua kali satu sendok makan
• c cohclear sendok makan, 15 ml
• cth cochlear these sendok teh, 5 ml
• dc durante coenam selagi makan
• dtd da tales dosis berikanlah dg takaran sebanyak itu
7. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep.
8. Pasien
- nama pasien ditulis lengkap
- anak/lansia : dg umur & BB
- alamat & no. telepon
- pelaporan narkotika & psikotropika
- pelaporan OWA
- nama sama
- salah obat →melacak
- menghindari penyalahgunaan obat
Resep Narkotika
• n.i. = Ne Iterasi / tidak boleh diulang
• Ditulis nama pasien, tidak boleh m.i. = mihi ipsi = untuk
dipakai sendiri, alamat pasien harus jelas
• Signatura jelas, tidak boleh s.u.c. = signa usus cognitus = sudah
tahu pakainya
COPIE RESEP / SALINAN RESEP
• Adalah salinan tertulis dari suatu resep
• Sinonim : apograph, exemplum, afschrift
• Ditulis oleh apoteker / AA dg sepengetahuan apoteker.
• Ditandatangani oleh apoteker.
• Salinan resep selain memuat semua keterangan yg termuat dalam R/ asli,
harus memuat :
1. Nama & alamat apotek
2. nama & no. SP / SIK APA (Apoteker Pengelolah Apotek)
3. tanda tangan / paraf APA (bagian bawah sebelah kanan)
4. tanda “det” = detur (untuk obat yg sudah diserahkan)
tanda “nedet” = ne detur (untuk obat yg belum diserahkan)
tanda “det orig” = detur originalae (sudah diberikan sesuai dg resep
aslinya), untuk resep asli dg tanda “iter” (diulang).
5. no.resep & tanggal pembuatan
6. pada bagian bawah R/ sebelah kanan ditulis :
ETIKET
• Label yg berisi petunjuk atau aturan penggunaan obat yg harus disertakan /
ditempel pada kemasan / wadah obat (yg dibeli dg resep) pada saat
dispensing.
• Warna etiket :
1.Putih → untuk obat dalam : obat yg digunakan melalui mulut masuk
kerongkongan → perut .
2. Biru → untuk obat luar : obat yg digunakan melalui mata, hidung,
telinga, vagina, rektum, sediaan parenteral, obat kumur, dan
topikal.
• Etiket Putih / Obat Dalam, dicantumkan :
a. Nama & alamat apotek
b. Nama & no. SP/SIK APA
c. No. R/ & tanggal pembuatan R/
d. Nama pasien
e. Aturan pemakaian
f. Tanda lain : kocok dulu, harus habis, tidak boleh diulang tanpa R/ dr.
g.paraf pembuat.
• Etiket Biru / Obat Luar, dicantumkan :
a. nama & alamat apotek
b. nama & no SP/SIK APA
c. no. R/ & tanggal pembuatan
d. nama pasien
e. nama & jumlah obat
f. aturan pemakaian
g. tulisan “obat luar”
h. tanda lain : obat gosok, obat kumur, kocok dulu
Dosis Obat
• Dosis toksik : dosis yg menimbulkan gejala keracunan
• Dosis minimal : dosis terkecil yg masih mempunyai efek
terapetik
• Dosis maksimal : dosis terbesar yg mempunyai efek terapetik,
tanpa gejala/efek toksik
• Dosis terapetik : dosis diantara dosis minimal &
maksimal,dipengaruhi oleh : umur, BB, jenis
kelamin, waktu pemberian obat, cara pemberian
obat kecepatan ekskresi, kombinasi obat, luas
permukaan badan, penyakit.
• Dosis lazim : dosis rata-rata yg biasanya (lazim)
memberikan efek yg diinginkan.
• Dosis letal : dosis yg mungkin cukup untuk mematikan.
USIA
1. Lansia
• usia > 65 tahun, sensitif obat karena sirkulasi darah <<,
albumin darah <<, fungsi hati & ginjal turun, eliminasi lambat.
• Ex : antikoagulan & fenilbutazon (obat encok) krn albumin
darah <<, pengikatan obat-protein <<, obat bebas >>, shg
keracunan.
• Ex : obat tidur (barbiturat, nitrazepam),opioid, psikotropika →
kerusakan umum pada SSP/sel-sel otak, shg terjadi
peningkatan kepekaan obat-obat yg bekerja pada SSP.
• Ex : digoksin, insulin, adrenalin adalah obat pd dosis biasa
→keracunan pd lansia.
• Dosis lansia : < dasis biasa
• Usia 65 – 74 tahun : dosis biasa – 10%
• Usia 75 – 84 tahun : dosis biasa – 20%
• Usia 85 tahun >> : dosis biasa – 30%
2. Anak kecil / pediatri
• Bayi baru lahir (neonatus) : > rentan obat → fungsi hati , ginjal &
sistem enzim belum berkembang.
• Ex : kloramfenikol → grey baby sindrom
• Perhitungan dosis pediatri, sbb :
I. Berdasarkan usia
I.A. Rumus Young
usia anak antara 1 – 12 tahun
dosis anak =
n = usia (tahun)
D = dosis dewasa
n x D
n + 12
I.B. Rumus Augsberger
m = usia (bulan) ; n = usia (tahun) ; D = dosis dewasa
II. Berdasarkan berat badan / rumus Clark
W = berat badan (kg) ; D = dosis dewasa
Usia 2 – 12 bulan = (m + 13)% x D
Usia 1 – 11 tahun = (4n + 20)% x D
Usia 12 – 16 tahun = (5n + 10)% x D
W x D
68
III. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
(body surface area = BSA)
• Metode ini adalah yang paling tepat karena ada korelasi langsung antara
luas permukaan tubuh dengan kecepatan metabolisme obat.
tinggi badan (cm) ; BB = berat badan (kg); BSA (m²)
BSA (m²) = (tinggi badan x BB)
3600
Dosis anak = BSA (m²) x dosis dewasa
1,73 (kg)
Perhitungan dosis
• Satuan berat : 1 kg = 1000 g (gram)
1 g = 1000 mg (miligram)
1 mg = 1000 mcg (mikrogram)
• Satuan volume : 1 L (liter) = 1000 ml (mililiter)
• Konversi gram ke mg (sebaliknya) :
1 g = 1000 mg
2 g = (2 x 1000) mg = 2000 mg
1,23 g= (1,23 x 1000) mg = 1230 mg
1050 mg = 1050 : 1000 g = 1,05 g
• Menyatakan persentase dg istilah kuantitatif
- sediaan padat : gram (mg) - sediaan cair : ml
- ex : krim 1%
1% = 1 g : 100 g = 0,01 g/g = 0,01 g/g x 1000 mg = 10 mg/g
Perhitungan Dosis Tablet/kapsul/
Obat Cair/injeksi
I. Tablet / kapsul
• Rumus 1.
• ex : berapa tablet digoxin diperlukan untuk mendapatkan dosis
0,125 mg ? 1 tablet = 62,5 mcg digoksin
jwb : 0,125 mg = (0,125 x 1000) mcg = 125 mcg
= {125 mcg : 62,5 mcg} x 1 = 2 tablet
II. Obat cair/injeksi
• Rumus 2.
• ex : seorang perawat diinstruksikan untuk menyuntik 150 mg penisilin V. tersedia
flakon dg label 125 mg/5 ml. berapa ml harus diberikan?
jwb : X = {150 mg : 125 mg} x 5 ml = 6 ml
Jumlah yg diminta = dosis yg diminta x 1 tablet
dosis yg tersedia
X = dosis yg diminta x volume yg tersedia
dosis yg tersedia
• Lanj…
• Rumus 3.
• ex : diperlukan larutan betadin 1 : 2000, tersedia larutan 20%.
berapa banyak larutan betadin 20% untuk membuat 2 liter betadin 1
: 2000 ?
jwb : 20% = 20/100 = 1/5 2 L = 2000 ml
X = {1/2000} : {1/5} x 2000 ml
= {1/2000} x {5/1} x 2000 ml
= {5 x 2000} : 2000 ml
= 5 ml
X = konsentrasi yg diminta x jumlah yg diminta
konsentasi yg tersedia
Perhitungan dosis dewasa (dalam R/)
R/ Ephedrin HCl 40 mg dalam F.I. dosis max (DM) untuk :
CTM 5 mg Ephedrin HCl : 50 mg/150 mg
Antalgin 250 mg CTM : 40 mg/hari
Codein HCl 75 mg ! (paraf) Codein HCl : 60 mg/300 mg
Sacch. lact.q.s. Per kuur / pk : sekali pakai
m.f. pulv. dtd. No. XX per etmoral/pet : sehari
s.t.dd.pulv.I
pro : Tn. Joyo (dewasa)
Jwb: perhitungan dosis
- pk efedrin Hcl : 40 mg
- pet : 40 x 3 = 120 mg
- pk CTM : 5 mg
- pet : 5 x 3 = 15 mg
- pk Codein Hcl : 75 mg
• Lanj…
• Penimbangan / perhitungan jumlah tablet yg diambil :
sediaan yg ada : - efedrin 25 mg
- CTM 4 mg
- antalgin 500 mg
- codein HCl 10 mg
• Efedrin Hcl = {40 mg : 25 mg} x 20 = 32 tablet
• CTM = {5 mg : 4 mg} x 20 = 25 tablet
• Antalgin = {250 mg : 500 mg} x 20 = 10 tablet
• Codein Hcl = {75 mg : 10 mg} x 20 = 150 tablet !
Perhitungan kecepatan infus
1. Berapa kecepatan aliran diperlukan untuk memasukkan 500 ml dextrosa 5%
dalam air selama 8 jam ? Larutan itu memberi 15 tetes/ml.
jwb : a). 8 jam = 8 x 60 menit = 480 menit
b). Menghitung kecepatan yg dibutuhkan dalam ml per menit.
Jika 500 ml harus diberikan dalam 480 menit & y ml diberikan
dalam 1 menit :
y = {500 : 1} ml x {1 : 480} menit = 1 ml
c). Konversi ke tetes/menit
kecepatan pemberian = 1ml/menit. Larutan mengandung
15 tetes/ml, maka jumlah tetes per menit = 1 x 15 tetes/menit
atau 15 tetes/menit.

More Related Content

Similar to PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT DISTRIBUSI OBAT RESEP.pptx

412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptxMFerdyYahyaRamadhan
 
Prinsip pemberian obat
Prinsip pemberian obatPrinsip pemberian obat
Prinsip pemberian obatary Camba
 
Materi PKPO dan Medication Error.pdf
Materi PKPO dan Medication Error.pdfMateri PKPO dan Medication Error.pdf
Materi PKPO dan Medication Error.pdficuanakanakicu
 
Medication-error by devi hariyanti p.pptx
Medication-error by devi hariyanti p.pptxMedication-error by devi hariyanti p.pptx
Medication-error by devi hariyanti p.pptxDeviHariyantiPramita1
 
komunikasi-keperawatan-pemberian-obat
 komunikasi-keperawatan-pemberian-obat komunikasi-keperawatan-pemberian-obat
komunikasi-keperawatan-pemberian-obatKurama Maki
 
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptxPEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptxawaldarmawan3
 
Keselamatan Pemakaian Obat.ppt
Keselamatan Pemakaian Obat.pptKeselamatan Pemakaian Obat.ppt
Keselamatan Pemakaian Obat.pptMeliAnti5
 
Pelayanan Farmasi Klinis (150419) (1).pptx
Pelayanan Farmasi Klinis (150419) (1).pptxPelayanan Farmasi Klinis (150419) (1).pptx
Pelayanan Farmasi Klinis (150419) (1).pptxingriddevicarissa
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Yusuf Himawan
 
Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat nisha althaf
 
TABEL ANALISA RESIKO.docx
TABEL ANALISA RESIKO.docxTABEL ANALISA RESIKO.docx
TABEL ANALISA RESIKO.docxcitraaguswar
 
Bersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptx
Bersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptxBersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptx
Bersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptxNevada3
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Lalla Haflah
 
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxPPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxNanaNurhasanah5
 

Similar to PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT DISTRIBUSI OBAT RESEP.pptx (20)

412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
 
Prinsip pemberian obat
Prinsip pemberian obatPrinsip pemberian obat
Prinsip pemberian obat
 
Materi PKPO dan Medication Error.pdf
Materi PKPO dan Medication Error.pdfMateri PKPO dan Medication Error.pdf
Materi PKPO dan Medication Error.pdf
 
Medication-error by devi hariyanti p.pptx
Medication-error by devi hariyanti p.pptxMedication-error by devi hariyanti p.pptx
Medication-error by devi hariyanti p.pptx
 
komunikasi-keperawatan-pemberian-obat
 komunikasi-keperawatan-pemberian-obat komunikasi-keperawatan-pemberian-obat
komunikasi-keperawatan-pemberian-obat
 
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptxPEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
 
Keselamatan Pemakaian Obat.ppt
Keselamatan Pemakaian Obat.pptKeselamatan Pemakaian Obat.ppt
Keselamatan Pemakaian Obat.ppt
 
Anisa Ulhusna Putri_2120112274_Pif.pptx
Anisa Ulhusna Putri_2120112274_Pif.pptxAnisa Ulhusna Putri_2120112274_Pif.pptx
Anisa Ulhusna Putri_2120112274_Pif.pptx
 
Sentralisasi obat
Sentralisasi obatSentralisasi obat
Sentralisasi obat
 
Pelayanan Farmasi Klinis (150419) (1).pptx
Pelayanan Farmasi Klinis (150419) (1).pptxPelayanan Farmasi Klinis (150419) (1).pptx
Pelayanan Farmasi Klinis (150419) (1).pptx
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)
 
Konprehensif
Konprehensif Konprehensif
Konprehensif
 
Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat
 
Sentralisasi obat
Sentralisasi obatSentralisasi obat
Sentralisasi obat
 
Swamedikasi
SwamedikasiSwamedikasi
Swamedikasi
 
TABEL ANALISA RESIKO.docx
TABEL ANALISA RESIKO.docxTABEL ANALISA RESIKO.docx
TABEL ANALISA RESIKO.docx
 
Bersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptx
Bersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptxBersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptx
Bersama Apoteker Kenali Dagusibu dan Pelayanan Kefarmasian.pptx
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek
 
Pengenalan resep
Pengenalan resepPengenalan resep
Pengenalan resep
 
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxPPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
 

PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT DISTRIBUSI OBAT RESEP.pptx

  • 2. Peran nakes dalam penggunaan obat di RS
  • 3. Medication error PRESCRIBING 39% TRANSCRIPTION 12% DISPENSING 11% ADMINISTERING 38%
  • 5. Omission Error Terlambat/terlalu cepat memberikan obat periode berikutnya Wrong Rate Error Kecepatan tetesan obat infus kurang atau berlebih Unauthorized Drug Error Pasien membeli antibiotika tanpa resep Extra Dose Error Dosis ganda Wrong Dose Error Dosis lebih besar atau lebih kecil dari yang diresepkan dokter Wrong Route Error Cara pemberian keliru Medication ErrorGORI ERROR Feinberg, JL, ed. Med Pass Survey.. ASCP 1993
  • 6. Wrong Time Error Interval pemberian obat keliru Wrong Drug Preparation Error • Suspensi tidak dikocok, • sediaan slow release dijadikan puyer, • incompatible, • inadequate product packaging Wrong Administration Technique Error • Injeksi tanpa metode steril, • menggerus obat secara keliru Deteriorated Drug Error Obat rusak, kadaluarsa, obat tidak disimpan di lemari es Medication Error
  • 7. PRINSIP 7 BENAR • Benar Pasien • Benar Obat • Benar Dosis • Benar Cara/Rute Obat • Benar Waktu • Benar Informasi • Benar Dokumentasi
  • 10. BENAR OBAT • Nama dagang dan generik • Waspada LASA dan high alert
  • 11. Drugs with similar names Losec (omeprazole) Coumadin (anticoagulant) Taxol (paclitaxel, anticancer) Zebeta (beta blocker) Seldane (terfenadine) Norvir (Ritonavir-protease inhibitor) Lasix (furosemide) Kemadrin (antiparkinson) Paxil (paroxetine, antidepressant) Diabeta (sulfonamide) Feldene (NSAIDs) Retrovir (zidovudine)
  • 13. LASA (Look Alike Sound Alike) NORUM (Nama Obat Rupa Mirip) LAS A
  • 14.
  • 15.
  • 16. Tugas: Observasi di fasyankes dan sekitar anda 1.Cari obat yang cenderung LASA 2.Cari obat yang high alert
  • 17. BENAR OBAT Sblm memberi obat, label pada botol atau kemasan obat harus diperiksa tiga kali: 1. Saat membaca permintaan obat dan botol atau kemasan obat diambil dari rak 2. Label botol atau kemasan obat dibandingkan dgn obat yang diminta/sebelum menuang obat 3. Saat botol atau kemasan obat tersebut dikembalikan ke rak/setelah menuang obat
  • 18. BENAR DOSIS • Cek Dosis • Perhatikan satuan dosis. • Sendok teh – sendok makan
  • 19. BENAR CARA/RUTE PEMBERIAN • Obat dpt diberikan mll sejumlah rute yg berbeda. • Faktor : keadaan umum px, kecepatan respon yg diinginkan, sifat kimia fisika obat, dan tempat kerja yg diinginkan. • Obat dpt diberikan oral, parenteral, topikal, rektal atau inhalasi.
  • 20. BENAR WAKTU • Obat yg memiliki efektivitas ttt untuk mencapai atau mempertahankan kadar di dalam darah yg memadai, terutama harus diberikan pada waktu yg tetap. • Sebelum makan  1 jam sebelum makan (ab) • Tetrasiklin menjadi senyawa khelat yg tidak larut jika diberikan bersama susu.
  • 21. Benar informasi • Tanggung jawab perawat • Hak pasien
  • 22. Benar Dokumentasi Sesegera mungkin Meliputi nama obat, dosis, rute (t4 suntikan), waktu, taggal, inisial atau ttd perawat dan reaksi pasien. Setelah diberikan, harus dicatat dosis, rute, waktu, dan oleh siapa obat itu diberikan. Pasien menolak? Akibat penundaan
  • 23.
  • 24. Konsep cara pengelolaan obat Distribusi Obat meliputi kegiatan pengendalian persediaan barang, penyimpanan transportasi serta penyelesaian ke pabeanan.
  • 25. Tujuan Distribusi a) Menjamin ketersediaan obat b) Memelihara mutu obat c) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab d) Menjaga kelangsungan persediaan e) Memperpendek waktu tunggu f) Pengendaliaan persediaan g) Memudahkan pencarian dan pengawasan waktu tunggu h) Memudahkan pencarian dan pengawasan
  • 26. Penyimpanan Obat secara umum Display penyimpanan obat di Apotek: a. Alfabetis b. Farmakologi c. Bentuk sediaan d. Kombinasi
  • 27. Penyimpanan Narkotika Ketentuan lemari penyimpanan narkotika : 1. Dibuat dari kayu atau bahan lain yang kuat 2. Mempunyai kunci yang kuat 3. Jika ukuran lemari kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari harus dibuat pada tembok atau lantai 4. Dibuat dalam 2 bagian, bagian I untuk menyimpan morfin, petididn dan garam-garamnya. Bagian II untuk menyimpan narkotika untuk kebutuhan sehari-hari
  • 28. Penyimpanan Psikotropika Dalam lemari yang terpisah dengan obat/komoditi lainnya
  • 29. Ketentuan Penyimpanan Barang/Obat 1) Perlu diperhatikan lokasi dari tempat penyimpanan di gudang dan menjamin bahwa barang/obat yang disimpan mudah diperoleh dan mengaturnya sesuai penggolongan, kelas terapi/khasiat obat sesuai abjad. 2) Perlu diperhatikan untuk obat dengan syarat penyimpanan khusus, obat thermolabiel dan obat yang punya batas kadaluarsa.
  • 30. Pencatatan Barang 1. Kartu Stock 2. Kartu Stelling
  • 31. Penggunaan Bentuk pelayanan obat di Apotek 1. Penjualan bebas 2. Penjualan OWA 3. Penjualan berdasarkan resep dokter
  • 32. Bentuk-bentuk Ketidakrasionalan Pemakaian Obat • Peresepan boros (Extravagant), yaitu peresepan obat yang lebih mahal padahal ada alternatif yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama. Termasuk peresepan yang terlalu berorientasi pada pengobatan simptomatik sehingga mengurangi alokasi obat- obat yang lebih vital. • Peresepan berlebih (Over prescribing), yaitu terjadi bila dosis obat, lama pemberian atau jumlah obat yang diresepkan melebihi ketentuan dan obat yang sebenarnya tidak diperlukan. • Peresepan yang salah (Incorrect prescribing), yaitu mencakup pemakaian obat untuk indikasi yang keliru, pemberian obat ke pasien salah dan pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi lain yang diderita bersamaan.
  • 33. lanjutan • Peresepan majemuk (Multiple prescribing), yaitu pemakaian dua atau lebih kombinasi obat padahal sebenarnya cukup diberikan obat tunggal saja. Termasuk pengobatan terhadap semua gejala yang muncul tanpa mengarah ke penyakit utama. • Peresepan kurang (Under prescribing), yaitu terjadi kalau obat yang diperlukan tidak diresepkan, dosis tidak cukup atau lama pemberian terlalu pendek (Santoso, 1989).
  • 34. Pemusnahan Obat • Obat/bahan padat, dengan cara ditanam • Obat/bahan cair, dengan cara diencerkan terlebih dahulu • Atau dititipkan ke RS, Dinkes
  • 35. Pemusnahan Narkotika dalam UU No.22 tahun 1997 Pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal: 1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi 2. Kadaluarsa 3. Tidak memenuhi persyaratan digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan 4. Berkaitan dengan tindak pidana
  • 36. Macam-macam Laporan Obat di Apotek 1. Laporan statistik resep dan OGB Dibuat rangkap 4 dan dibuat tiap bulan. Bertujuan mengetahui tingkat penggunaan OGB dibandingkan obat lainnya 2. Laporan Narkotika Rangkap 4 dan dibuat tiap bulan 3. Laporan Psikotropika Rangkap 4 dan dibuat tiap bulan
  • 37. lanjutan 4. Laporan monitoring obat memuat nama-nama obat yang mengalami kerusakan dan tidak memenuhi persyaratan dilaporkan ke Dinkes 5. Laporan OWA penggunaan OWA tidak perlu dilaporkan, tetapi didalam pencatatannya disertai catatan-catatan.
  • 40.
  • 41. PENYIAPAN OBAT DARI IFRS / POS OBAT KE PASIEN. • Lingkungan sehat & kondusif (aman, tenang, terang), membantu keakuratan proses. • Baca dg teliti label/etiket obat 3 kali. I : membaca permintaan obat & mengambil wadah/kemasan dari rak obat. II : label/etiket wadah/kemasan dicocokkan dg isi obatnya sebelum dituang. III : setelah menuang obat & mengemballikan wadah obat ke rak. tujuan : menghindari kesalahan pengambilan obat karena banyak obat yg namanya hampir sama. con : aminopirin – aminofilin; nichoviton – nichobion; betason – betason N; minoksidil – minoksiklin.
  • 42. • Lanj… • Jika label/etiket obat tidak terbaca, rusak, hilang, tidak tertulis, segera kembalikan ke IFRS. • Jika isi obat dalam kemasan tidak sesuai dg yg tertulis dalam etiket, rusak, bau, berubah warna, retur/kembalikan ke IFRS. • Jika nama obat yg tertulis dalam resep/MR tidak sama dg obat yg tersedia, konfirmasi dg apoteker. Con : cefat 500 mg – qidrof 500 mg. • Atur obat dalam baki/kereta obat sesuai urutan kamar/bed/pasien yg paling sedikit/mudah menggunakan obat. • Jaga keamanan baki/kereta obat. • Saat obat diberikan, ingat kembali riwayat pengobatan pasien (penyakit, nama obat, cara kerja obat & kemungkinan ESO yg timbul).
  • 43. Bagaimana jika perawat salah memberikan obat ? • Segera mengakui kesalahan • Hubungi dokter / laporkan kepada institusi terkait • Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan & tindakan pencegahan guna mencegah terulangnya kesalahan yg sama / kesalahan lainnya. • Dokumentasikan dg benar pd MR / form khusus kekeliruan : penjelasan kesalahan & langkah yg sudah diambil untuk mengatasinya.
  • 44.
  • 45. RESEP Adalah permintaan tertulis dari dokter/drg/drh kepada Apoteker untuk membuat &/ menyerahkan obat kepada pasien. • Yg berhak menulis resep : - dokter - dokter gigi - dkter hewan • Yg berhak membuat/meracik obat yg tertulis di resep : - apoteker - asisten apoteker dibawah pengawasan apoteker.
  • 46. Dalam resep harus tertulis : 1. Nama, alamat, no. ijin praktek dr / drg / drh. 2. Tempat & tanggal penulisan resep. 3. Supersriptio - tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. - R/ = “recipe” = ambillah! - falsafah dalam penulisan resep →keyakinan & kekuatan prescriber. - sebaiknya ditulis tangan dg penuh keyakinan.
  • 47. 4. Inscriptio / invocatio - nama setiap obat & komposisinya. - tujuan : membantu menyembuhkan & mengurangi penyakit pasien. - pedoman : 6T1W (tepat pasien, tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis regimen, tepat evaluasi & waspada ES). - nama obat dalam resep : - diawali huruf besar - nomenclatur generik (INN). - ditulis jelas, lengkap, atau dg singkatan resmi. INH = Isoniazida HCT = Hidroklorothiazida Vas.alb. = vaselin album paraf.liq. = parafin liqiudum
  • 48. • Lanj… • Dosis obat ditulis dg angka bulat diikuti satuan (100 mg; 50 ml). • Sebaiknya dihindari angka pecahan & desimal. (0,2 g →200 mg ; ½ g →500 mg). • Dosis obat yg tidak lazim, cantumkan “qr” (quantitum rectum = jumlahnya sudah tepat) dibelakang nama obat. mis : antalgin 650 mg qr.
  • 49. 5. Subscriptio • Perintah untuk dibuatkan bentuk sediaan obat yg diinginkan & jumlah obat yg diminta. • mfla →pulv / sol / susp / emul / caps / cr. • mfla = misce fac lege artis = campur & buatlah menurut / sesuai dg seninya. • Jika pasien tidak menyukai BSO yg tertulis dalam resep, konsultasikan dg prescriber. • Jumlah obat yg diminta ditulis dg angka romawi (I,II,III,IV,V,X,L,C) • Untuk narkotika & psikotropika sebaiknya ditulis dg huruf.
  • 50. 6. Signatura • Aturan pemakaian obat yg tertulis dalam resep. • Aturan pemakaian obat harus ditulis dg jelas & mudah dibaca. • Contoh signatura dg bahasa latin yg lazim ditulis dalam resep : • ac ante coenam sebelum makan • ad auris dextra telinga kanan • bdd bis de die sehari dua kali • bddc bis de die cochlear sehari dua kali satu sendok makan • c cohclear sendok makan, 15 ml • cth cochlear these sendok teh, 5 ml • dc durante coenam selagi makan • dtd da tales dosis berikanlah dg takaran sebanyak itu
  • 51. 7. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep. 8. Pasien - nama pasien ditulis lengkap - anak/lansia : dg umur & BB - alamat & no. telepon - pelaporan narkotika & psikotropika - pelaporan OWA - nama sama - salah obat →melacak - menghindari penyalahgunaan obat
  • 52. Resep Narkotika • n.i. = Ne Iterasi / tidak boleh diulang • Ditulis nama pasien, tidak boleh m.i. = mihi ipsi = untuk dipakai sendiri, alamat pasien harus jelas • Signatura jelas, tidak boleh s.u.c. = signa usus cognitus = sudah tahu pakainya
  • 53. COPIE RESEP / SALINAN RESEP • Adalah salinan tertulis dari suatu resep • Sinonim : apograph, exemplum, afschrift • Ditulis oleh apoteker / AA dg sepengetahuan apoteker. • Ditandatangani oleh apoteker. • Salinan resep selain memuat semua keterangan yg termuat dalam R/ asli, harus memuat : 1. Nama & alamat apotek 2. nama & no. SP / SIK APA (Apoteker Pengelolah Apotek) 3. tanda tangan / paraf APA (bagian bawah sebelah kanan) 4. tanda “det” = detur (untuk obat yg sudah diserahkan) tanda “nedet” = ne detur (untuk obat yg belum diserahkan) tanda “det orig” = detur originalae (sudah diberikan sesuai dg resep aslinya), untuk resep asli dg tanda “iter” (diulang). 5. no.resep & tanggal pembuatan 6. pada bagian bawah R/ sebelah kanan ditulis :
  • 54. ETIKET • Label yg berisi petunjuk atau aturan penggunaan obat yg harus disertakan / ditempel pada kemasan / wadah obat (yg dibeli dg resep) pada saat dispensing. • Warna etiket : 1.Putih → untuk obat dalam : obat yg digunakan melalui mulut masuk kerongkongan → perut . 2. Biru → untuk obat luar : obat yg digunakan melalui mata, hidung, telinga, vagina, rektum, sediaan parenteral, obat kumur, dan topikal. • Etiket Putih / Obat Dalam, dicantumkan : a. Nama & alamat apotek b. Nama & no. SP/SIK APA c. No. R/ & tanggal pembuatan R/ d. Nama pasien e. Aturan pemakaian f. Tanda lain : kocok dulu, harus habis, tidak boleh diulang tanpa R/ dr. g.paraf pembuat.
  • 55. • Etiket Biru / Obat Luar, dicantumkan : a. nama & alamat apotek b. nama & no SP/SIK APA c. no. R/ & tanggal pembuatan d. nama pasien e. nama & jumlah obat f. aturan pemakaian g. tulisan “obat luar” h. tanda lain : obat gosok, obat kumur, kocok dulu
  • 56. Dosis Obat • Dosis toksik : dosis yg menimbulkan gejala keracunan • Dosis minimal : dosis terkecil yg masih mempunyai efek terapetik • Dosis maksimal : dosis terbesar yg mempunyai efek terapetik, tanpa gejala/efek toksik • Dosis terapetik : dosis diantara dosis minimal & maksimal,dipengaruhi oleh : umur, BB, jenis kelamin, waktu pemberian obat, cara pemberian obat kecepatan ekskresi, kombinasi obat, luas permukaan badan, penyakit. • Dosis lazim : dosis rata-rata yg biasanya (lazim) memberikan efek yg diinginkan. • Dosis letal : dosis yg mungkin cukup untuk mematikan.
  • 57. USIA 1. Lansia • usia > 65 tahun, sensitif obat karena sirkulasi darah <<, albumin darah <<, fungsi hati & ginjal turun, eliminasi lambat. • Ex : antikoagulan & fenilbutazon (obat encok) krn albumin darah <<, pengikatan obat-protein <<, obat bebas >>, shg keracunan. • Ex : obat tidur (barbiturat, nitrazepam),opioid, psikotropika → kerusakan umum pada SSP/sel-sel otak, shg terjadi peningkatan kepekaan obat-obat yg bekerja pada SSP. • Ex : digoksin, insulin, adrenalin adalah obat pd dosis biasa →keracunan pd lansia. • Dosis lansia : < dasis biasa • Usia 65 – 74 tahun : dosis biasa – 10% • Usia 75 – 84 tahun : dosis biasa – 20% • Usia 85 tahun >> : dosis biasa – 30%
  • 58. 2. Anak kecil / pediatri • Bayi baru lahir (neonatus) : > rentan obat → fungsi hati , ginjal & sistem enzim belum berkembang. • Ex : kloramfenikol → grey baby sindrom • Perhitungan dosis pediatri, sbb : I. Berdasarkan usia I.A. Rumus Young usia anak antara 1 – 12 tahun dosis anak = n = usia (tahun) D = dosis dewasa n x D n + 12
  • 59. I.B. Rumus Augsberger m = usia (bulan) ; n = usia (tahun) ; D = dosis dewasa II. Berdasarkan berat badan / rumus Clark W = berat badan (kg) ; D = dosis dewasa Usia 2 – 12 bulan = (m + 13)% x D Usia 1 – 11 tahun = (4n + 20)% x D Usia 12 – 16 tahun = (5n + 10)% x D W x D 68
  • 60. III. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (body surface area = BSA) • Metode ini adalah yang paling tepat karena ada korelasi langsung antara luas permukaan tubuh dengan kecepatan metabolisme obat. tinggi badan (cm) ; BB = berat badan (kg); BSA (m²) BSA (m²) = (tinggi badan x BB) 3600 Dosis anak = BSA (m²) x dosis dewasa 1,73 (kg)
  • 61. Perhitungan dosis • Satuan berat : 1 kg = 1000 g (gram) 1 g = 1000 mg (miligram) 1 mg = 1000 mcg (mikrogram) • Satuan volume : 1 L (liter) = 1000 ml (mililiter) • Konversi gram ke mg (sebaliknya) : 1 g = 1000 mg 2 g = (2 x 1000) mg = 2000 mg 1,23 g= (1,23 x 1000) mg = 1230 mg 1050 mg = 1050 : 1000 g = 1,05 g • Menyatakan persentase dg istilah kuantitatif - sediaan padat : gram (mg) - sediaan cair : ml - ex : krim 1% 1% = 1 g : 100 g = 0,01 g/g = 0,01 g/g x 1000 mg = 10 mg/g
  • 62. Perhitungan Dosis Tablet/kapsul/ Obat Cair/injeksi I. Tablet / kapsul • Rumus 1. • ex : berapa tablet digoxin diperlukan untuk mendapatkan dosis 0,125 mg ? 1 tablet = 62,5 mcg digoksin jwb : 0,125 mg = (0,125 x 1000) mcg = 125 mcg = {125 mcg : 62,5 mcg} x 1 = 2 tablet II. Obat cair/injeksi • Rumus 2. • ex : seorang perawat diinstruksikan untuk menyuntik 150 mg penisilin V. tersedia flakon dg label 125 mg/5 ml. berapa ml harus diberikan? jwb : X = {150 mg : 125 mg} x 5 ml = 6 ml Jumlah yg diminta = dosis yg diminta x 1 tablet dosis yg tersedia X = dosis yg diminta x volume yg tersedia dosis yg tersedia
  • 63. • Lanj… • Rumus 3. • ex : diperlukan larutan betadin 1 : 2000, tersedia larutan 20%. berapa banyak larutan betadin 20% untuk membuat 2 liter betadin 1 : 2000 ? jwb : 20% = 20/100 = 1/5 2 L = 2000 ml X = {1/2000} : {1/5} x 2000 ml = {1/2000} x {5/1} x 2000 ml = {5 x 2000} : 2000 ml = 5 ml X = konsentrasi yg diminta x jumlah yg diminta konsentasi yg tersedia
  • 64. Perhitungan dosis dewasa (dalam R/) R/ Ephedrin HCl 40 mg dalam F.I. dosis max (DM) untuk : CTM 5 mg Ephedrin HCl : 50 mg/150 mg Antalgin 250 mg CTM : 40 mg/hari Codein HCl 75 mg ! (paraf) Codein HCl : 60 mg/300 mg Sacch. lact.q.s. Per kuur / pk : sekali pakai m.f. pulv. dtd. No. XX per etmoral/pet : sehari s.t.dd.pulv.I pro : Tn. Joyo (dewasa) Jwb: perhitungan dosis - pk efedrin Hcl : 40 mg - pet : 40 x 3 = 120 mg - pk CTM : 5 mg - pet : 5 x 3 = 15 mg - pk Codein Hcl : 75 mg
  • 65. • Lanj… • Penimbangan / perhitungan jumlah tablet yg diambil : sediaan yg ada : - efedrin 25 mg - CTM 4 mg - antalgin 500 mg - codein HCl 10 mg • Efedrin Hcl = {40 mg : 25 mg} x 20 = 32 tablet • CTM = {5 mg : 4 mg} x 20 = 25 tablet • Antalgin = {250 mg : 500 mg} x 20 = 10 tablet • Codein Hcl = {75 mg : 10 mg} x 20 = 150 tablet !
  • 66. Perhitungan kecepatan infus 1. Berapa kecepatan aliran diperlukan untuk memasukkan 500 ml dextrosa 5% dalam air selama 8 jam ? Larutan itu memberi 15 tetes/ml. jwb : a). 8 jam = 8 x 60 menit = 480 menit b). Menghitung kecepatan yg dibutuhkan dalam ml per menit. Jika 500 ml harus diberikan dalam 480 menit & y ml diberikan dalam 1 menit : y = {500 : 1} ml x {1 : 480} menit = 1 ml c). Konversi ke tetes/menit kecepatan pemberian = 1ml/menit. Larutan mengandung 15 tetes/ml, maka jumlah tetes per menit = 1 x 15 tetes/menit atau 15 tetes/menit.