SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kita mendengar seorang pasien tiba – tiba menderita shock setelah
diberikan obat atau ada petugas medis yang dilaporkan ke polisi karena salah
memberikan obat kepada pasiennya. Kejadian seperti itu sangat merugikan kepada
kedua belah pihak baik petugas medis maupun pasiennya. Oleh karena itu, perlu
adanya suatu upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus akibat adanya
penggunaan/ pemakaian obat yang tidak sesuai.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah kriteria penggunaan obat rasional ?
2. Bagaimana akibat kesalahan penggunaan obat yang tidak rasional ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui kriteria pengguanaan obat rasional.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kesalahan penggunaan obat yang tidak rasional.
2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Obat Rasional
Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat
sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada
periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan
masyarakat (WHO,1985).
Obat adalah bahan atau panduan bahan- bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan, diagnosis, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan
kontrasepsi termasuk produk biologi. Sampai saat ini obat merupakan salah satu
komponen yang tidak tregantukan dalam pelayanan kesehatan. Dengan demikian obat
memiliki fungsi social dan seharusnya diutamakan dibandingkan dengan obat sebagai
komoditas perdagangan.
Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu.
Persyaratan Penggunaan obat rasional
Menurut WHO 1985 pengobatan rasional bila:
a. Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya.
b. Untuk periode yang adekuat.
c. Dengan harga yang paling murah untuknya dan masyarakat.
Secara praktis penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria:
1. Tepat diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan terpaksa
mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga
tidak akan sesuai dengan seharusnya.
2. Sesuai dengan indikasi penyakit
3
Ketepatan indikasi berkaitan dengan penentuan perlu tidaknya suatu obat
diberiakan pada suatu kasus tertentu (Sastramihardja, 1997).
3. Tepat pemilihan obat.
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan
dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang memiliki efek terapi
sesuai dengan spectrum penyakit. Berkaiatan dengan pemilihan kelas terapi dan jenis
obat berdasarkan pertimabangan manfaat, keamanan, harga, dan mutu. Sebagai
acuannya bisa digunakan buku pedoman pengobatan. (Sastramiharja 1997).
4. Tepat Dosis
Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang
terapi yang sempit misalnya theofilin akan sangat berisiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlau kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang
diharapkan (Anomia 2006).
5. Tepat cara pemberian
Tepat cara pemberian yaitu obat antacid seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.
Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membentuk
ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorbsi dan menurunkan efektifitasnya. Cara
pemberian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetik, yaitu cara atau rute
pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian, sampai ke
pemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti pasien, aman dan efektif untuk
pasien.
6. Tepat interval waktu pemberian
Cara memberikan obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar
mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat perhari (misalnya
4 kali sehari) maka semakin rendah tingkat ketaatan pasien untuk minum obat.
7. Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat itu harus sesuai dengan penyakitnya masing- masing.
Untuk tuberculosis lama pemberian paling singkat 6 bulan. Lama pemberian
kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari.
4
8. Waspada terhadap efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping yaitu efek yang tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. karena itu muka
merah setelah pemberian atropine bukan alergi tetapi efek samping sehubungan
vasodilatasi pembuluh darah di wajah.
9. Penilaian terhadap kondisi pasien
Ketepatan penilaian diperlukan terhadap kontraindikasi, pengaruh faktor
konstitusi penyakit penyerta dan riwayat alergi, respon individu terhadap efek obat
sangat beragam, misalnya pada penderita kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida
sebaiknya dihindarkan karena resiko terjadinya nefrotoksik pada kelompok ini secara
bermakna.
10. Tepat Informasi
Ketepatan informasi menyangkut informasi cara penggunaan obat, efek samping
obat dan cara penanggulangannya serta pengaruh kepatuhan terhadap hasil
pengobatan. Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
dalam menunjang keberhasilan terapi.
11. Tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut
Tepat tindak lanjut maksudnya pada saat memutuskan pemberian terapi harus
sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien
tidak sembuh atau mengalami efek samping. Jika terjadi seperti ini maka dosis obat
perlu ditinjau ulang atau bisa saja obatnya diganti.
12. Obat yang Efektif, aman, dan mutu terjamin dan terjangkau
Untuk efektif, aman, dan terjangkau digunakan obat – obat dalam daftar obat
essensial. Pemilihan batt dalam daftar obat essensial didahulukan dengan
mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan harganya oleh para pakar dibidang
pengobatan dan klinis.
13. Tepat Penyerahan obat
Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan
pasien sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotik atau tempat penyerahan
5
obat di puskesmas, apoteker atau asisten apoteker atau petugas penyerah obat akan
melaksanakan perintah dokter atau peresep yang ditulis pada lembar resep ubntuk
kemudian diberikan kepada pasien.
14. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan
Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan maksudnya
pemberian obat dalam jangka waktu lama tanpa informasi/ supervisi tentu saja akan
menurunkan ketaatan penderita. Kegagalan pengobatan tuberkulosis secara nasional
menjadi salah satu bukti bahwa terapi jangka panjang tanpa disertai informasi/
supervisi yang memadai tidak akanpernah memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada pasien berikut:
a. Jenis atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak.
b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering.
c. Jenis sediaan obat terlalu beragam
d. Pemberian obat dalam jangka panjang.
e. Pasien tidak mendapatkan informasi atau penjelasan yang cukup mengenai
cara minum atau menggunakan obat.
f. Timbul efek samping (Anonima, 2006).
Masalah penggunaan obat yang tidak rasional masih cukup menonjol di beberapa
pusat pelayanan kesehatan. Di samping berakibat pada pemborosan biaya,
ketidakrasionalan penggunaan obat juga meningkatkan risiko terjadinya efek
samping. Dampak lainnya adalah berupa ketergantungan pasien terhadap pemberian
antibiotik yang selanjutnya secara luas akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi
bakteri akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada populasi. Dampak negatif
penggunaan obat yang tidak rasional sangat beragam dan bervariasi tergantung dari
jenis ketidakrasionalan penggunaannya. Dampak negatif ini dapat saja hanya dialami
oleh pasien (efek samping dan biaya yang mahal) maupun oleh populasi yang lebih
luas (resistensi kuman terhadap antibiotika tertentu) dan mutu pelayanan pengobatan
secara umum.
6
Untuk mengatasi masalah penggunaan obat yang tidak rasional diperlukan
beberapa upaya perbaikan, baik di tingkat provider yaitu pembuat resep (prescriber)
dan penyerah obat (dispenser) dan pasien/ masyarakat (consumer) hingga sistem
kebijakan obat nasional. Masih kurang tertatanya sistem informasi pengobatan dari
dokter ke pasien menjadi salah satu masalah dalam proses terapi. Di satu sisi salah
satu alasan dokter mengapa tidak rasional adalah akibat tekanan dan permintaan
pasien terhadap obat tertentu (misalnya penggunaan injeksi). Sementara itu di pihak
pasien sebenarnya tidak pernah ada keberatan terhadap setiap proses pengobatan yang
dilakukan oleh dokter. Dengan demikian, selama dokter dapat memberikan informasi
yang benar kepada pasien maka tidak mungkin pasien berniat mendikte dokter
apalagi memaksakan kehendak untuk mendapatkan jenis terapi tertentu.
WHO mengadvokasikan 12 intervensi kunci untuk mempromosikan penggunaan obat
yang lebih rasional:
a. Pembentukan badan nasional multidisiplin untuk mengkoordinasikan
peraturan penggunaan obat
b. Penggunaan panduan klinis
c. Pengembangan dan penggunaan daftar obat esensial nasional
d. Pembentukan komite obat dan terapeutik di daerah dan rumah sakit
e. Memasukkan pelatihan farmakoterapi berbasis pemecahan masalah dalam
kurikulum sarjana
f. Melanjutkan edukasi medis mencakup pelayanan sebagai persyaratan lisensi
g. Supervisi, audit, dan umpan balik
h. Penggunaan informasi independen mengenai obat
i. Edukasi publik mengenai obat
j. Hindari insentif finansial tanpa alasan
k. Penggunaan regulasi yang cocok dan diperkuat
l. Ekspenditur pemerintah yang cukup untuk memastikan adanya obat dan staff
7
B. Dampak Penggunaan Obat yang tidak rasional
Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat beragam dan
bervariasi tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya. Dampak negatif ini
dapat saja hanya dialami oleh pasien (efek samping dan biaya yang mahal) maupun
oleh populasi yang lebih luas seperti resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu,
dan mutu pelayanan pengobatan secara umum.
1. Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan.
Salah satu dampak penggunaan obat yang tidak rasional adalah peningkatan
angka morbiditas dan mortalitas penyakit. Contohnya pada penderita diare akut non
spesifik umumnya sering mendapat antibiotik dan obat injeksi, sementara pemberian
oralit yang lebih dianjurkan, umumnya kurang dilakukan. Padahal diketahui bahwa
resiko terjadinya dehidrasi pada anak yang diare dapat membahayakan keselamatan
jiwa anak yang bersangkutan. Hal yang sama juga terjadi pada penderita ISPA non
pneumonia pada anak yang umumnya mendapatkan antibiotik yang sebenarnya tidak
diperlukan. Sementara itu pada anak yang jelas menderita pneumonia akhirnya justru
tidak mendapatkan terapi yang adekuat, karena antibiotik yang ada telah habis
digunakan untuk mereka yang tidak memerlukannya. Dengan demikian tidaklah
mengherankan apabila hingga saat ini angka kematian bayi dan balita akibat ISPA
dan diare masih cukup tinggi di Indonesia.
2. Dampak terhadap biaya pengobatan.
Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian obat untuk keadaan
yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat, jelas merupakan pemborosan dan
sangat membebankan pasien. Di sini termasuk pula peresepan obat yang mahal
padahal alternatif obat yang lain dengan manfaat dan keamanan sama dan harga lebih
murah tersedia. Contohnya ketidakrasionalan seperti ini adalah pemberian antibiotik
pada ISFA non pneumonia. Dari studi yang dilakukan oleh PPSDK-F (Proyek
Pengkajian Sumber Daya Kesehatan- Komponen Farmasi) di 2 provinsi di Indonesia
tahun 1992-1994 dijumpai bahwa lebih dari separuh biaya obat yang dikonsumsi
8
pasien puskesmas adalah untuk antibiotik. Tingginya konsumsi antibiotik (terutama
untuk kasus-kasus ISPA non Pneumonia) tentui saja mempengaruhi anggaran obat
yang tersedia.
Peresepan antibiotik bukannya keliru, tetapi sebaiknya memproritaskan
pemberiannya untuk penyakit-penyakit yang benar-benar memerlukannya (yang jelas
terbukti sebagai infeksi bakteri) akan sangat berarti dalam menurunkan morbiditas
dan mortalitas penyakit infeksi. Oleh karena itu jika pemberiannya selektif, maka
pemborosan anggaran dapat dicegah dan dapat direalokasikan untuk penyakit atau
intervensi lain yang lebih prioritas. Dengan demikian mutu pelayanan kesehatan
dapat lebih dijamin.
Disamping itu pnggunaan obat rasional akan berdampak pada pengurangan
anggaran terhadap obat di sarana pelayanan kesehatan dasar. Seandainya praktek
penggunaan penggunaan obat rasional dilaksanakan secara sistematis dan konsisten
diperkirakan anggaran untuk pembelian obat disarana kesehatan dasar bisa dikurangi
sampai 30 %.
3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek lain yang tidak
diharapkan.
Dampak lain dari ketidakrasionalan penggunaan obat adalah meningkatnya resiko
terjadinya efek samping dan efek lain yang tidak diharapkan, baik untuk pasien
maupun untuk masyarakat.
Bebersapa data berikut mewakili dampak negatif yang terjadi akibat penggunaan
obat yang tidak rasional :
• Kebiasaan memberikan obat dalam bentuk injeksi akan meningkatkan resiko
terjadinya syok anafilaksis.
• Resiko terjadinya efek samping onbat meningkat secara konsisten dengan
makin banyaknya jenis obat yang diberikan kepada pasien. Keadaan ini
semakin nyata pada usia lanjut. Pada kelompok umur ini kejadian efek
samping dialami oleh 1 (satu) diantara 6 penderita usia lanjut yang dirawat
di rumah sakit.
9
• Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotik merupakan salah satu akibat
dari pemakaian antibiotik yang berlebihan (over prescribing), maupun
pemberian yang bukan indikasi (misalnya infeksi yang disebabkan oleh
virus).
4. Dampak terhadap mutu keterediaan obat.
Dari studi data yang dilakukanoleh Bagian Farmakologi FK UGM bekerjasama
dengan Ditjen Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI pada tahun 1997-
1998ditemukan bahwa leboih dari 80% pasien dengan keluhan demam,batuk dan
pilek mendapatkan antibiotik untuk rata-rata 3 hari pemberian,.Dari praktek
pengobatan tersebut tidaklah mengherankan bahwa yang sering dikeluhkan di
puskesmas adalah tidak cukupnya ketersediaan antibiotik. Akibatnya jika suatu saat
ditemukan pasien yang benar-benar menderita infeksi bakter, antibiotik yang
dibutuhkan sudah tidak tersedia lagi. Yang terjadi selanjutnya adalah pasien terpaksa
diberikan antibiotik lain yang bukan obat pilihan utama (drug of choice) dari infeksi
tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat yang tidak rasional:
1. Pembuat resep (dokter), dokter yang kurang pengetahuan, ketrampilan dan tidak
percaya diri, pengalaman praktek sehari-hari yang keliru, aktivitas promosi yang
bias dari industri farmasi, tekanan permintaan dari pasien, generalisasi
pengobatan penyakit, waktu diagnosa yang terbatas.
2. Pasien/masyarakat; ketidaktahuan terapi pengobatan, pengalaman sebelumnya
yang salah (misalnya, pasien yang pernah mengalami diare dan sembuh setelah
disuntik maka saat diare lagi maka pasien pun minta disuntik)
3. Sistem perencanaan dan pengelolaan obat
4. Kebijaksanaan obat dan pelayanan kesehatan
5. Lain-lain misalnya informasi dan iklan obat, persaingan praktek dan memberikan
pengobatan yang sesuai dengan permintaan pasien.
10
Penggunaan obat yang tidak rasional dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa:
1. Pemberian obat bagi penderita yang tidak memerlukan obat (obat tanpa indikasi)
2. Pemakaian obat yang tidak sesuai indikasi penyakit
3. Pemakaian obat yang tidak sesuai anjuran
4. Obat dengan toksisitas tinggi sementara obat lain yang lebih aman tidak
digunakan
5. Pemakaian obat dengan harga mahal
6. Obat yang belum secara ilmiah terbukti manfaat dan keamanannya
7. Pemakaian obat yang jelas-jelas mempengaruhi kebiasaan atau persepsi keliru
dari masyarakat terhadap pengobatan
11
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggunaan obat rasional harus memperhatikan 14 tepat supaya memberikan
hasil yang maksimal. Selain itu dalam mencegah terjadinya pemberian obat yang
irasional diperlukan kerjasama antara pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk
mendapatkan hasil informasi yang tepat. Pemberian obat secara tidak rasionalpun
mengakibatkan banyak dampak, untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan tenaga
kesehatan yang profesional dan mempunyai ilmu dasar yang mumpuni.
B. SARAN
Memberi edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara
rasional guna mencegah terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan akibat pemberian
obat secara irasional. Edukasi ini diharapkan mampu menciptakan kesadaran
masyarakat tentang pemberian obat secara rasional.
12
Daftar Pustaka:
Penggunaan Obat Rasional, Dep.Kes, 2006
http://klikdokter.com/healthnewstopics/read/2009/03/10/627/penggunaan-obat-
rasional
http://senjaaruna.blogspot.com/2012/05/kriteria-penggunaan-obat-tidak-rasional.html
http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=59&Item
id=9

More Related Content

What's hot

TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLETTABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLETRobby Candra Purnama
 
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.pptPertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.pptErinFarlina
 
Obat sistem endokrin
Obat sistem endokrin Obat sistem endokrin
Obat sistem endokrin Dedi Kun
 
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensiPharmaceutical care untuk penyakit hipertensi
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensiSurya Amal
 
Peran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatanPeran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatanCahya
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical careDokter Tekno
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihTidar University
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiNur Fadillah
 
Studi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsStudi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsMaulana Sakti
 
Spesialite dan Terminologi Kesehatan
Spesialite dan Terminologi KesehatanSpesialite dan Terminologi Kesehatan
Spesialite dan Terminologi KesehatanAbulkhair Abdullah
 
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanLaporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanMaulana Sakti
 
Soal semester 1 farmakologi kelas xi
Soal semester 1 farmakologi kelas xiSoal semester 1 farmakologi kelas xi
Soal semester 1 farmakologi kelas xiapotek agam farma
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaSapan Nada
 

What's hot (20)

TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLETTABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
TABLET DAN METODE PEMBUATAN TABLET
 
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.pptPertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
Pertemuan Ke 5 SWAMEDIKASI.ppt
 
TABLET
TABLETTABLET
TABLET
 
Obat sistem endokrin
Obat sistem endokrin Obat sistem endokrin
Obat sistem endokrin
 
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensiPharmaceutical care untuk penyakit hipertensi
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi
 
Peran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatanPeran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatan
 
pharmaceutical care
pharmaceutical carepharmaceutical care
pharmaceutical care
 
Analisis resep
Analisis resepAnalisis resep
Analisis resep
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benih
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
 
Studi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsStudi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related Problems
 
Spesialite dan Terminologi Kesehatan
Spesialite dan Terminologi KesehatanSpesialite dan Terminologi Kesehatan
Spesialite dan Terminologi Kesehatan
 
Kul ii simplisia
Kul ii simplisiaKul ii simplisia
Kul ii simplisia
 
Pemebrian obat melalui Intravena
Pemebrian obat melalui IntravenaPemebrian obat melalui Intravena
Pemebrian obat melalui Intravena
 
Ppt farmanestika
Ppt farmanestikaPpt farmanestika
Ppt farmanestika
 
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanLaporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
 
Gulma, we know it
Gulma, we know itGulma, we know it
Gulma, we know it
 
sediaan kapsul
sediaan kapsulsediaan kapsul
sediaan kapsul
 
Soal semester 1 farmakologi kelas xi
Soal semester 1 farmakologi kelas xiSoal semester 1 farmakologi kelas xi
Soal semester 1 farmakologi kelas xi
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nada
 

Similar to PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL

412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptxMFerdyYahyaRamadhan
 
Penggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalPenggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalSelvia Agueda
 
Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat nisha althaf
 
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..pptAsepSaepudin211095
 
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs))))))))..pdf
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs))))))))..pdfDRUG RELATED PROBLEMS (DRPs))))))))..pdf
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs))))))))..pdflydiaevangelist15
 
Rational Use of Drug Medicines (POR).pptx
Rational Use of Drug Medicines (POR).pptxRational Use of Drug Medicines (POR).pptx
Rational Use of Drug Medicines (POR).pptxhanik mariana
 
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxPPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxNanaNurhasanah5
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obatnisha althaf
 
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptxFormularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptxAchmadMaqbul1
 
Penggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptxPenggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptxYenny Tanjung
 
Keselamatan Pemakaian Obat.ppt
Keselamatan Pemakaian Obat.pptKeselamatan Pemakaian Obat.ppt
Keselamatan Pemakaian Obat.pptMeliAnti5
 
Pertemuan 2 farmakologi gagal.ppt.......x
Pertemuan 2 farmakologi gagal.ppt.......xPertemuan 2 farmakologi gagal.ppt.......x
Pertemuan 2 farmakologi gagal.ppt.......xssuser72b568
 
Ni Wayan Vebbyani (821419032). DRPs.pdf
Ni Wayan Vebbyani (821419032). DRPs.pdfNi Wayan Vebbyani (821419032). DRPs.pdf
Ni Wayan Vebbyani (821419032). DRPs.pdfNIWAYANVEBBYANI2
 
MAjalah yang baik adalah majalah yang berisi
MAjalah yang baik adalah majalah yang berisiMAjalah yang baik adalah majalah yang berisi
MAjalah yang baik adalah majalah yang berisiRirin279049
 
Formularium RS kel 2.pptx
Formularium RS kel 2.pptxFormularium RS kel 2.pptx
Formularium RS kel 2.pptxVerine1
 

Similar to PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL (20)

412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
 
Penggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalPenggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasional
 
Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat
 
POR .pptx
POR .pptxPOR .pptx
POR .pptx
 
Formularium 2
Formularium 2Formularium 2
Formularium 2
 
Formularium.ppt
Formularium.pptFormularium.ppt
Formularium.ppt
 
Penggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalPenggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasional
 
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
 
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs))))))))..pdf
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs))))))))..pdfDRUG RELATED PROBLEMS (DRPs))))))))..pdf
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs))))))))..pdf
 
Rational Use of Drug Medicines (POR).pptx
Rational Use of Drug Medicines (POR).pptxRational Use of Drug Medicines (POR).pptx
Rational Use of Drug Medicines (POR).pptx
 
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptxPPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
PPT KEL 4 KEAMANAN OBAT DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat
 
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptxFormularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
Formularium obat Rumah Sakit Islam Nyai Ageng Pinatih.pptx
 
Penggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptxPenggunaan Obat Rasional.pptx
Penggunaan Obat Rasional.pptx
 
Keselamatan Pemakaian Obat.ppt
Keselamatan Pemakaian Obat.pptKeselamatan Pemakaian Obat.ppt
Keselamatan Pemakaian Obat.ppt
 
Swamedikasi
SwamedikasiSwamedikasi
Swamedikasi
 
Pertemuan 2 farmakologi gagal.ppt.......x
Pertemuan 2 farmakologi gagal.ppt.......xPertemuan 2 farmakologi gagal.ppt.......x
Pertemuan 2 farmakologi gagal.ppt.......x
 
Ni Wayan Vebbyani (821419032). DRPs.pdf
Ni Wayan Vebbyani (821419032). DRPs.pdfNi Wayan Vebbyani (821419032). DRPs.pdf
Ni Wayan Vebbyani (821419032). DRPs.pdf
 
MAjalah yang baik adalah majalah yang berisi
MAjalah yang baik adalah majalah yang berisiMAjalah yang baik adalah majalah yang berisi
MAjalah yang baik adalah majalah yang berisi
 
Formularium RS kel 2.pptx
Formularium RS kel 2.pptxFormularium RS kel 2.pptx
Formularium RS kel 2.pptx
 

More from Selvia Agueda

penyakit yang disebabkan oleh bakteri
penyakit yang disebabkan oleh bakteripenyakit yang disebabkan oleh bakteri
penyakit yang disebabkan oleh bakteriSelvia Agueda
 
13.0601.0046 diah utami
13.0601.0046 diah utami13.0601.0046 diah utami
13.0601.0046 diah utamiSelvia Agueda
 
13.0601.0045 wisnu abdi santoso
13.0601.0045  wisnu abdi santoso13.0601.0045  wisnu abdi santoso
13.0601.0045 wisnu abdi santosoSelvia Agueda
 
13.0601.0044 fitri jayanti
13.0601.0044  fitri jayanti13.0601.0044  fitri jayanti
13.0601.0044 fitri jayantiSelvia Agueda
 
13.0601.0043 anita mahya
13.0601.0043 anita mahya13.0601.0043 anita mahya
13.0601.0043 anita mahyaSelvia Agueda
 
13.0601.0042 novia sofiyanti
13.0601.0042  novia sofiyanti13.0601.0042  novia sofiyanti
13.0601.0042 novia sofiyantiSelvia Agueda
 
13.0601.0041 saprida apriani
13.0601.0041  saprida apriani13.0601.0041  saprida apriani
13.0601.0041 saprida aprianiSelvia Agueda
 
13.0601.0040 candra satrio
13.0601.0040  candra satrio13.0601.0040  candra satrio
13.0601.0040 candra satrioSelvia Agueda
 
13.0601.0039 dekry anisa wulandari
13.0601.0039 dekry anisa wulandari13.0601.0039 dekry anisa wulandari
13.0601.0039 dekry anisa wulandariSelvia Agueda
 
13.0601.0038 hida dwi ning tyas
13.0601.0038  hida dwi ning tyas13.0601.0038  hida dwi ning tyas
13.0601.0038 hida dwi ning tyasSelvia Agueda
 
13.0601.0037 iin rafiah
13.0601.0037  iin rafiah13.0601.0037  iin rafiah
13.0601.0037 iin rafiahSelvia Agueda
 
13.0601.0036 eka mardiyanti
13.0601.0036 eka mardiyanti13.0601.0036 eka mardiyanti
13.0601.0036 eka mardiyantiSelvia Agueda
 
13.0601.0035 ririn setyowati
13.0601.0035  ririn setyowati13.0601.0035  ririn setyowati
13.0601.0035 ririn setyowatiSelvia Agueda
 
13.0601.0034 rizki ulfa alana
13.0601.0034  rizki ulfa alana13.0601.0034  rizki ulfa alana
13.0601.0034 rizki ulfa alanaSelvia Agueda
 
13.0601.0033 oktavia indri h
13.0601.0033  oktavia indri h13.0601.0033  oktavia indri h
13.0601.0033 oktavia indri hSelvia Agueda
 
13.0601.0032 hasna miftakhul safitri
13.0601.0032  hasna miftakhul safitri13.0601.0032  hasna miftakhul safitri
13.0601.0032 hasna miftakhul safitriSelvia Agueda
 
13.0601.0030 ganda ardi pameling
13.0601.0030  ganda ardi pameling13.0601.0030  ganda ardi pameling
13.0601.0030 ganda ardi pamelingSelvia Agueda
 
13.0601.0029 odji riswanda saputra
13.0601.0029  odji riswanda saputra13.0601.0029  odji riswanda saputra
13.0601.0029 odji riswanda saputraSelvia Agueda
 
13.0601.0028 azizatul laily
13.0601.0028 azizatul laily13.0601.0028 azizatul laily
13.0601.0028 azizatul lailySelvia Agueda
 

More from Selvia Agueda (20)

penyakit yang disebabkan oleh bakteri
penyakit yang disebabkan oleh bakteripenyakit yang disebabkan oleh bakteri
penyakit yang disebabkan oleh bakteri
 
ide mutu
ide mutuide mutu
ide mutu
 
13.0601.0046 diah utami
13.0601.0046 diah utami13.0601.0046 diah utami
13.0601.0046 diah utami
 
13.0601.0045 wisnu abdi santoso
13.0601.0045  wisnu abdi santoso13.0601.0045  wisnu abdi santoso
13.0601.0045 wisnu abdi santoso
 
13.0601.0044 fitri jayanti
13.0601.0044  fitri jayanti13.0601.0044  fitri jayanti
13.0601.0044 fitri jayanti
 
13.0601.0043 anita mahya
13.0601.0043 anita mahya13.0601.0043 anita mahya
13.0601.0043 anita mahya
 
13.0601.0042 novia sofiyanti
13.0601.0042  novia sofiyanti13.0601.0042  novia sofiyanti
13.0601.0042 novia sofiyanti
 
13.0601.0041 saprida apriani
13.0601.0041  saprida apriani13.0601.0041  saprida apriani
13.0601.0041 saprida apriani
 
13.0601.0040 candra satrio
13.0601.0040  candra satrio13.0601.0040  candra satrio
13.0601.0040 candra satrio
 
13.0601.0039 dekry anisa wulandari
13.0601.0039 dekry anisa wulandari13.0601.0039 dekry anisa wulandari
13.0601.0039 dekry anisa wulandari
 
13.0601.0038 hida dwi ning tyas
13.0601.0038  hida dwi ning tyas13.0601.0038  hida dwi ning tyas
13.0601.0038 hida dwi ning tyas
 
13.0601.0037 iin rafiah
13.0601.0037  iin rafiah13.0601.0037  iin rafiah
13.0601.0037 iin rafiah
 
13.0601.0036 eka mardiyanti
13.0601.0036 eka mardiyanti13.0601.0036 eka mardiyanti
13.0601.0036 eka mardiyanti
 
13.0601.0035 ririn setyowati
13.0601.0035  ririn setyowati13.0601.0035  ririn setyowati
13.0601.0035 ririn setyowati
 
13.0601.0034 rizki ulfa alana
13.0601.0034  rizki ulfa alana13.0601.0034  rizki ulfa alana
13.0601.0034 rizki ulfa alana
 
13.0601.0033 oktavia indri h
13.0601.0033  oktavia indri h13.0601.0033  oktavia indri h
13.0601.0033 oktavia indri h
 
13.0601.0032 hasna miftakhul safitri
13.0601.0032  hasna miftakhul safitri13.0601.0032  hasna miftakhul safitri
13.0601.0032 hasna miftakhul safitri
 
13.0601.0030 ganda ardi pameling
13.0601.0030  ganda ardi pameling13.0601.0030  ganda ardi pameling
13.0601.0030 ganda ardi pameling
 
13.0601.0029 odji riswanda saputra
13.0601.0029  odji riswanda saputra13.0601.0029  odji riswanda saputra
13.0601.0029 odji riswanda saputra
 
13.0601.0028 azizatul laily
13.0601.0028 azizatul laily13.0601.0028 azizatul laily
13.0601.0028 azizatul laily
 

PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL

  • 1. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sering kita mendengar seorang pasien tiba – tiba menderita shock setelah diberikan obat atau ada petugas medis yang dilaporkan ke polisi karena salah memberikan obat kepada pasiennya. Kejadian seperti itu sangat merugikan kepada kedua belah pihak baik petugas medis maupun pasiennya. Oleh karena itu, perlu adanya suatu upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus akibat adanya penggunaan/ pemakaian obat yang tidak sesuai. B. Rumusan Masalah 1. Apakah kriteria penggunaan obat rasional ? 2. Bagaimana akibat kesalahan penggunaan obat yang tidak rasional ? C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui kriteria pengguanaan obat rasional. 2. Mahasiswa dapat mengetahui kesalahan penggunaan obat yang tidak rasional.
  • 2. 2 BAB II. PEMBAHASAN A. Obat Rasional Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985). Obat adalah bahan atau panduan bahan- bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan, diagnosis, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Sampai saat ini obat merupakan salah satu komponen yang tidak tregantukan dalam pelayanan kesehatan. Dengan demikian obat memiliki fungsi social dan seharusnya diutamakan dibandingkan dengan obat sebagai komoditas perdagangan. Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan Penggunaan obat rasional Menurut WHO 1985 pengobatan rasional bila: a. Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya. b. Untuk periode yang adekuat. c. Dengan harga yang paling murah untuknya dan masyarakat. Secara praktis penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria: 1. Tepat diagnosis Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan seharusnya. 2. Sesuai dengan indikasi penyakit
  • 3. 3 Ketepatan indikasi berkaitan dengan penentuan perlu tidaknya suatu obat diberiakan pada suatu kasus tertentu (Sastramihardja, 1997). 3. Tepat pemilihan obat. Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang memiliki efek terapi sesuai dengan spectrum penyakit. Berkaiatan dengan pemilihan kelas terapi dan jenis obat berdasarkan pertimabangan manfaat, keamanan, harga, dan mutu. Sebagai acuannya bisa digunakan buku pedoman pengobatan. (Sastramiharja 1997). 4. Tepat Dosis Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit misalnya theofilin akan sangat berisiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlau kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan (Anomia 2006). 5. Tepat cara pemberian Tepat cara pemberian yaitu obat antacid seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorbsi dan menurunkan efektifitasnya. Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetik, yaitu cara atau rute pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian, sampai ke pemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti pasien, aman dan efektif untuk pasien. 6. Tepat interval waktu pemberian Cara memberikan obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat perhari (misalnya 4 kali sehari) maka semakin rendah tingkat ketaatan pasien untuk minum obat. 7. Tepat lama pemberian Lama pemberian obat itu harus sesuai dengan penyakitnya masing- masing. Untuk tuberculosis lama pemberian paling singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari.
  • 4. 4 8. Waspada terhadap efek samping Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. karena itu muka merah setelah pemberian atropine bukan alergi tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh darah di wajah. 9. Penilaian terhadap kondisi pasien Ketepatan penilaian diperlukan terhadap kontraindikasi, pengaruh faktor konstitusi penyakit penyerta dan riwayat alergi, respon individu terhadap efek obat sangat beragam, misalnya pada penderita kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindarkan karena resiko terjadinya nefrotoksik pada kelompok ini secara bermakna. 10. Tepat Informasi Ketepatan informasi menyangkut informasi cara penggunaan obat, efek samping obat dan cara penanggulangannya serta pengaruh kepatuhan terhadap hasil pengobatan. Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi. 11. Tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut Tepat tindak lanjut maksudnya pada saat memutuskan pemberian terapi harus sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping. Jika terjadi seperti ini maka dosis obat perlu ditinjau ulang atau bisa saja obatnya diganti. 12. Obat yang Efektif, aman, dan mutu terjamin dan terjangkau Untuk efektif, aman, dan terjangkau digunakan obat – obat dalam daftar obat essensial. Pemilihan batt dalam daftar obat essensial didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan harganya oleh para pakar dibidang pengobatan dan klinis. 13. Tepat Penyerahan obat Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan pasien sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotik atau tempat penyerahan
  • 5. 5 obat di puskesmas, apoteker atau asisten apoteker atau petugas penyerah obat akan melaksanakan perintah dokter atau peresep yang ditulis pada lembar resep ubntuk kemudian diberikan kepada pasien. 14. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan maksudnya pemberian obat dalam jangka waktu lama tanpa informasi/ supervisi tentu saja akan menurunkan ketaatan penderita. Kegagalan pengobatan tuberkulosis secara nasional menjadi salah satu bukti bahwa terapi jangka panjang tanpa disertai informasi/ supervisi yang memadai tidak akanpernah memberikan hasil seperti yang diharapkan. Ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada pasien berikut: a. Jenis atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak. b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering. c. Jenis sediaan obat terlalu beragam d. Pemberian obat dalam jangka panjang. e. Pasien tidak mendapatkan informasi atau penjelasan yang cukup mengenai cara minum atau menggunakan obat. f. Timbul efek samping (Anonima, 2006). Masalah penggunaan obat yang tidak rasional masih cukup menonjol di beberapa pusat pelayanan kesehatan. Di samping berakibat pada pemborosan biaya, ketidakrasionalan penggunaan obat juga meningkatkan risiko terjadinya efek samping. Dampak lainnya adalah berupa ketergantungan pasien terhadap pemberian antibiotik yang selanjutnya secara luas akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi bakteri akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada populasi. Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat beragam dan bervariasi tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya. Dampak negatif ini dapat saja hanya dialami oleh pasien (efek samping dan biaya yang mahal) maupun oleh populasi yang lebih luas (resistensi kuman terhadap antibiotika tertentu) dan mutu pelayanan pengobatan secara umum.
  • 6. 6 Untuk mengatasi masalah penggunaan obat yang tidak rasional diperlukan beberapa upaya perbaikan, baik di tingkat provider yaitu pembuat resep (prescriber) dan penyerah obat (dispenser) dan pasien/ masyarakat (consumer) hingga sistem kebijakan obat nasional. Masih kurang tertatanya sistem informasi pengobatan dari dokter ke pasien menjadi salah satu masalah dalam proses terapi. Di satu sisi salah satu alasan dokter mengapa tidak rasional adalah akibat tekanan dan permintaan pasien terhadap obat tertentu (misalnya penggunaan injeksi). Sementara itu di pihak pasien sebenarnya tidak pernah ada keberatan terhadap setiap proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter. Dengan demikian, selama dokter dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien maka tidak mungkin pasien berniat mendikte dokter apalagi memaksakan kehendak untuk mendapatkan jenis terapi tertentu. WHO mengadvokasikan 12 intervensi kunci untuk mempromosikan penggunaan obat yang lebih rasional: a. Pembentukan badan nasional multidisiplin untuk mengkoordinasikan peraturan penggunaan obat b. Penggunaan panduan klinis c. Pengembangan dan penggunaan daftar obat esensial nasional d. Pembentukan komite obat dan terapeutik di daerah dan rumah sakit e. Memasukkan pelatihan farmakoterapi berbasis pemecahan masalah dalam kurikulum sarjana f. Melanjutkan edukasi medis mencakup pelayanan sebagai persyaratan lisensi g. Supervisi, audit, dan umpan balik h. Penggunaan informasi independen mengenai obat i. Edukasi publik mengenai obat j. Hindari insentif finansial tanpa alasan k. Penggunaan regulasi yang cocok dan diperkuat l. Ekspenditur pemerintah yang cukup untuk memastikan adanya obat dan staff
  • 7. 7 B. Dampak Penggunaan Obat yang tidak rasional Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat beragam dan bervariasi tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya. Dampak negatif ini dapat saja hanya dialami oleh pasien (efek samping dan biaya yang mahal) maupun oleh populasi yang lebih luas seperti resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu, dan mutu pelayanan pengobatan secara umum. 1. Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan. Salah satu dampak penggunaan obat yang tidak rasional adalah peningkatan angka morbiditas dan mortalitas penyakit. Contohnya pada penderita diare akut non spesifik umumnya sering mendapat antibiotik dan obat injeksi, sementara pemberian oralit yang lebih dianjurkan, umumnya kurang dilakukan. Padahal diketahui bahwa resiko terjadinya dehidrasi pada anak yang diare dapat membahayakan keselamatan jiwa anak yang bersangkutan. Hal yang sama juga terjadi pada penderita ISPA non pneumonia pada anak yang umumnya mendapatkan antibiotik yang sebenarnya tidak diperlukan. Sementara itu pada anak yang jelas menderita pneumonia akhirnya justru tidak mendapatkan terapi yang adekuat, karena antibiotik yang ada telah habis digunakan untuk mereka yang tidak memerlukannya. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila hingga saat ini angka kematian bayi dan balita akibat ISPA dan diare masih cukup tinggi di Indonesia. 2. Dampak terhadap biaya pengobatan. Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian obat untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat, jelas merupakan pemborosan dan sangat membebankan pasien. Di sini termasuk pula peresepan obat yang mahal padahal alternatif obat yang lain dengan manfaat dan keamanan sama dan harga lebih murah tersedia. Contohnya ketidakrasionalan seperti ini adalah pemberian antibiotik pada ISFA non pneumonia. Dari studi yang dilakukan oleh PPSDK-F (Proyek Pengkajian Sumber Daya Kesehatan- Komponen Farmasi) di 2 provinsi di Indonesia tahun 1992-1994 dijumpai bahwa lebih dari separuh biaya obat yang dikonsumsi
  • 8. 8 pasien puskesmas adalah untuk antibiotik. Tingginya konsumsi antibiotik (terutama untuk kasus-kasus ISPA non Pneumonia) tentui saja mempengaruhi anggaran obat yang tersedia. Peresepan antibiotik bukannya keliru, tetapi sebaiknya memproritaskan pemberiannya untuk penyakit-penyakit yang benar-benar memerlukannya (yang jelas terbukti sebagai infeksi bakteri) akan sangat berarti dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi. Oleh karena itu jika pemberiannya selektif, maka pemborosan anggaran dapat dicegah dan dapat direalokasikan untuk penyakit atau intervensi lain yang lebih prioritas. Dengan demikian mutu pelayanan kesehatan dapat lebih dijamin. Disamping itu pnggunaan obat rasional akan berdampak pada pengurangan anggaran terhadap obat di sarana pelayanan kesehatan dasar. Seandainya praktek penggunaan penggunaan obat rasional dilaksanakan secara sistematis dan konsisten diperkirakan anggaran untuk pembelian obat disarana kesehatan dasar bisa dikurangi sampai 30 %. 3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek lain yang tidak diharapkan. Dampak lain dari ketidakrasionalan penggunaan obat adalah meningkatnya resiko terjadinya efek samping dan efek lain yang tidak diharapkan, baik untuk pasien maupun untuk masyarakat. Bebersapa data berikut mewakili dampak negatif yang terjadi akibat penggunaan obat yang tidak rasional : • Kebiasaan memberikan obat dalam bentuk injeksi akan meningkatkan resiko terjadinya syok anafilaksis. • Resiko terjadinya efek samping onbat meningkat secara konsisten dengan makin banyaknya jenis obat yang diberikan kepada pasien. Keadaan ini semakin nyata pada usia lanjut. Pada kelompok umur ini kejadian efek samping dialami oleh 1 (satu) diantara 6 penderita usia lanjut yang dirawat di rumah sakit.
  • 9. 9 • Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotik merupakan salah satu akibat dari pemakaian antibiotik yang berlebihan (over prescribing), maupun pemberian yang bukan indikasi (misalnya infeksi yang disebabkan oleh virus). 4. Dampak terhadap mutu keterediaan obat. Dari studi data yang dilakukanoleh Bagian Farmakologi FK UGM bekerjasama dengan Ditjen Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI pada tahun 1997- 1998ditemukan bahwa leboih dari 80% pasien dengan keluhan demam,batuk dan pilek mendapatkan antibiotik untuk rata-rata 3 hari pemberian,.Dari praktek pengobatan tersebut tidaklah mengherankan bahwa yang sering dikeluhkan di puskesmas adalah tidak cukupnya ketersediaan antibiotik. Akibatnya jika suatu saat ditemukan pasien yang benar-benar menderita infeksi bakter, antibiotik yang dibutuhkan sudah tidak tersedia lagi. Yang terjadi selanjutnya adalah pasien terpaksa diberikan antibiotik lain yang bukan obat pilihan utama (drug of choice) dari infeksi tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat yang tidak rasional: 1. Pembuat resep (dokter), dokter yang kurang pengetahuan, ketrampilan dan tidak percaya diri, pengalaman praktek sehari-hari yang keliru, aktivitas promosi yang bias dari industri farmasi, tekanan permintaan dari pasien, generalisasi pengobatan penyakit, waktu diagnosa yang terbatas. 2. Pasien/masyarakat; ketidaktahuan terapi pengobatan, pengalaman sebelumnya yang salah (misalnya, pasien yang pernah mengalami diare dan sembuh setelah disuntik maka saat diare lagi maka pasien pun minta disuntik) 3. Sistem perencanaan dan pengelolaan obat 4. Kebijaksanaan obat dan pelayanan kesehatan 5. Lain-lain misalnya informasi dan iklan obat, persaingan praktek dan memberikan pengobatan yang sesuai dengan permintaan pasien.
  • 10. 10 Penggunaan obat yang tidak rasional dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa: 1. Pemberian obat bagi penderita yang tidak memerlukan obat (obat tanpa indikasi) 2. Pemakaian obat yang tidak sesuai indikasi penyakit 3. Pemakaian obat yang tidak sesuai anjuran 4. Obat dengan toksisitas tinggi sementara obat lain yang lebih aman tidak digunakan 5. Pemakaian obat dengan harga mahal 6. Obat yang belum secara ilmiah terbukti manfaat dan keamanannya 7. Pemakaian obat yang jelas-jelas mempengaruhi kebiasaan atau persepsi keliru dari masyarakat terhadap pengobatan
  • 11. 11 BAB III. PENUTUP A. KESIMPULAN Penggunaan obat rasional harus memperhatikan 14 tepat supaya memberikan hasil yang maksimal. Selain itu dalam mencegah terjadinya pemberian obat yang irasional diperlukan kerjasama antara pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk mendapatkan hasil informasi yang tepat. Pemberian obat secara tidak rasionalpun mengakibatkan banyak dampak, untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan yang profesional dan mempunyai ilmu dasar yang mumpuni. B. SARAN Memberi edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara rasional guna mencegah terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan akibat pemberian obat secara irasional. Edukasi ini diharapkan mampu menciptakan kesadaran masyarakat tentang pemberian obat secara rasional.
  • 12. 12 Daftar Pustaka: Penggunaan Obat Rasional, Dep.Kes, 2006 http://klikdokter.com/healthnewstopics/read/2009/03/10/627/penggunaan-obat- rasional http://senjaaruna.blogspot.com/2012/05/kriteria-penggunaan-obat-tidak-rasional.html http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=59&Item id=9