SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
1
Tugas Makalah Filsafat Olahraga
“Model Hermenautika dalam Riset Ilmu Keolahragaan”
Dosen pengampu
Dr.Made Pramono,M.Hum
ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
SEMESTER GENAP 2016/2017
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah pada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Pada kesempatan ini saya telah menyelesaikan makalah dengan judul “Model
hermeneutika dalam riset ilmu keolahragaan”. Dalam makalah ini akan saya sampaikan
hubungan antara pancasila dan sistem pendidikan secara meluas.
Kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan makalah saya selanjutnya semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan khusunya bagi pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surabaya, 27 Februari 2017
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................1
Daftar Isi ........................................................................................................................2
Bab I: PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ...........................................................................................4
b. Rumusan Masalah......................................................................................5
Bab II: PEMBAHASAN
a. Pengertian hermineutika ........................................................................6
b. Tokoh yang berperan dalam model herminautika .................................8
Bab III: PENUTUP
Kesimpulan.....................................................................................................14
Daftar Pustaka..............................................................................................................15
4
ABSTRACT
The nature of science is always evolving and the association between the disciplines with
other disciplines. Hermeneutics is often grouped within the philosophy of language, although
he could also claim to be separate disciplines. Hermeneutics at least organized into three
entities is very important, namely (1) any signs, messages are often in the form of a text
message, (2) there must be a group of recipients who wonder or feel "foreign" to the
message. (3) the existence of intermediaries or messengers between the two sides. there are
six definitions of hermeneuitika modern which also marks the historical development of
hermeneutics itself, namely hermeneutics as a theory of exegesis of the Bible, hermeneutics
as a method of philological, hermeneutics as the science of understanding of linguistics,
hermeneutics as a foundation methodology geisteswissenschaften, hermeneutics as
phenomenology of Dasein and understanding of the existential, hermeneutic as system
interpretation.
5
I. Pendahuluan
A.Latar belakang
Salah satu ciri khas filsafat dewasa ini adalah perhatiannya kepada bahasa. Tentu saja,
bahasa bukan merupakan tema baru dalam filsafat. Minat untuk masalah-masalah yang
menyangkut bahasa telihat sepanjang sejarah filsafat, sudah sejak permulaannya di Yunani.
Namun demikian, perhatian filosofis untuk bahasa itu belum pernah begitu umum, begitu luas
dan begitu mendalam seperti dalam abad ke-20. Dikatakan pula bahwa pada zaman ini bahasa
memainkan peranan yang dapat dibandingkan dengan being (ada) dalam filsafat klasik dulu.
Karena terdapat kemiripan tertentu, yaitu keduanya bersifat universal. Hanya saja being
adalah universal dari sudut objektif: “ada” meliputi segala sesuatu; apa saja merupakan being.
Sedangkan bahasa adalah universal dari sudut subjektif: bahasa meliputi segala sesuatu yang
dikatakan dan diungkapkan.; makna atau arti hanya timbul dalam hubungan dengan
bahasa. Bahasa adalah tema yang dominan dalam filsafat Eropa kontinental maupun filsafat
Inggris dan Amerika. Di mana-mana dapat kita saksikan the linguistic turn; di mana-mana
refleksi filosofis berbalik kepada bahasa. Dan tidak sedikit aliran mengambil bahasa sebagai
pokok pembicaraan yang hampir eksklusif, seperti misalnya hermeneutika, strukturalisme,
semiotika, dan filsafat analitis.
Teori tentang asal-usul bahasa telah lama menjadi obyek kajian para ahli, sejak dari
kalangan psikolog, antropolog, filsuf maupun teolog, sehingga lahirlah sub-sub ilmu dan
filsafat bahasa, di antaranya yaitu hermeneutika. Sifat ilmu pengetahuan adalah selalu
berkembang dan berkaitan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain.
Hermeneutika sering dikelompokkan dalam wilayah filsafat bahasa, meskipun ia bisa juga
mengklaim sebagai disiplin ilmu tersendiri. Khususnya hermeneutika yang semula sangat
dekat kerjanya dengan Biblical Studies, dengan munculnya buku Truth and Method (1960)
oleh Hans-Geor Gadamer, maka hermeneutika mengembangkan mitra kerjanya pada semua
cabang ilmu. Gadamer mendasarkan klaimnya pada argumen bahwa semua disiplin ilmu,
termasuk ilmu alam, mesti terlibat dengan persoalan understanding yang muncul antara
hubungan subyek dan obyek.
Hermeneutika adalah kata yang sering didengar dalam bidang teologi, filsafat, bahkan
sastra. Hermeneutik Baru muncul sebagai sebuah gerakan dominan dalam teologi Protestan
6
Eropa, yang menyatakan bahwa hermeneutika merupakan “titik fokus” dari isu-isu teologis
sekarang. Martin Heidegger tak henti-hentinya mendiskusikan karakter hermeneutis dari
pemikirannya. Filsafat itu sendiri, kata Heidegger, bersifat (atau harus bersifat)
“hermeneutis”.
B.Rumusan Masalah
1.Pengertian Hermeneutika?
2.Tokoh yang berperan penting dalam model hermeneutika?
7
II.PEMBAHASAN
A. Pengertian Hermeneutik
Akar permulaan hermenēuein dan hermēnia bisa ditemukan dalam Organon, Peri
hermēneias karya Aristoteles, yang diterjemahkan dengan “On Interpretation” . Kata ini juga
ditemukan dalam Oedipus at Colunus karya Plato, juga beberapa karya lainnya dari penulis
awal yang terkenal seperti Xenophon, Plutarch, Euripides, Epicurus, Lucretius, dan Longinus.
Dalam Organon, Peri hermēneias dipaparkan kata-kata yang diucapkan adalah simbol
dari sebuah pengalaman mental, dan kata-kata yang ditulis adalah simbol dari kata-kata yang
diucapkan. Tulisan ini dipercaya menjadi titik tolak bagi dimulainya pembahasan
hermeneutika di era klasik.
Ada dua dimensi besar dalam hermeneutik yaitu hermeneutika intensionalisme dan
hermeneutika gadamerian. Intensioanalisme diawali sejak hermeneutika romantisis dengan
tokohnya Schleiermacher. Pokok pikiran Hermeneutika intensional ini adalah bahwa makna
adalah maksud atau instensi produsernya. Dengan kata lain, makna kata sesungguhnya telah
ada di balik kata itu sendiri. Makna telah menanti, dan tinggal ditemukan oleh penafsirnya,
dan itu adalah tugas pembaca untuk mencarinya.
Menurut hermeneutika intensionalisme, makna adalah niat atau kemauan yang
diwujudkan dalam suatu tindak atau produknya seperti teks misalnya, sehingga makna sudah
ada dan hanya akan keluar jika diinterpretasikan. Pengertian ini didasarkan pada arti
“makna” (meinen), yang menunjukkan arti bahwa makna suatu teks, tindak, hubungan, dan
seterusnya adalah sesuatu yang ada dalam pikiran produsen, yang kemudian dikeluarkan
melalui suatu tindak seperti memproduk teks. Dengan kata lain makna telah ada dan menanti
untuk dipahami. Makna hanya berasal dari aktifitas produsen teks, bukan dari aktifitas orang
lain, termasuk aktifitas interpretasi penafsir. Dengan kata lain, pembaca atau penafsir harus
memahami teks yang ia baca, dan pembaca atau penafsir dapat menangkap konsepsi
pengarang mengenai fakta situasinya, keyakinan, dan keinginannya, namun dengan catatan
penafsir harus menemukan alasan pelaku bersikap seperti yang diperlihatkan.
8
Sedangkan hermeneutika gadamerian dengan tokohnya Hans-Georg Gadamer
memberikan defenisi berbeda tentang makna. Makna dalam hermeneutika gadamerian bukan
terletak pada instensi produsernya, melainkan pembacanya itu sendiri. Makna itu belum ada
ketika sebuah kata diucapkan atau ditulis, dan segera muncul ketika kata itu didengarkan atau
dibaca.
Konsep ini menemukan titik kulminasinya pada Gadamer yang menyatakan bahwa
sekali teks hadir di ruang publik, ia telah hidup dengan nafasnya sendiri. Hermeneutika tidak
lagi bertugas menyingkap makna objektif yang dikehendaki pengarangnya, tetapi adalah
untuk memproduksi makna yang seluruhnya memusat pada kondisi historisitas dan sosialitas
pembaca. Gagasan ini dengan sendirinya menyangkal origin. Dengan kata lain ia menolak
suatu realitas di balik fenomena, realitas sumber, realitas terakhir. Dengan demikian, untuk
memperoleh makna sebuah kata, kalimat atau teks tidak diperlukan lagi maksud original-nya.
Hermeneutika secara etimologis, berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermenēuein
yang berarti menafsirkan atau menginterpretasi, kata benda hermēnia diterjemahkan
penafsiran atau interpretasi. Kedua kata ini, diasosiasikan pada Dewa Hermes seorang utusan
yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Hermes adalah simbol
seorang duta yang dibebani misi menyampaikan pesan sang dewa.
Dalam mediasi dan proses penyampaian pesan yang ditugaskan pada Hermes, dari kata
kerja hermenēuein ditarik tiga bentuk makna dasar dalam pengertian aslinya, yaitu to express
(mengungkapkan), to assert (menjelaskan), dan to say (menyatakan). Makna-makna tersebut
bisa diwakilkan dengan bentuk kata kerja Inggirs “to interpret”, yang membentuk makna
independen dan signifikan bagi interpretasi. Oleh karenanya, interpertasi mengacu ke 3 (tiga)
persoalan berbeda yaitu pengucapan lisan, penjelasan yang masuk akal, dan penerjemahan
dari bahasa lain.
Berhasil atau tidaknya misi tergantung cara bagaimana pesan itu disampaikan. Indikasi
keberhasilan, manusia yang awalnya tidak tahu, menjadi mengetahui makna pesan yang
disampaikan. Tugas menyampaikan pesan ini juga berarti harus mengalihbahasakan ucapan
para dewa ke dalam bahasa yang dapat ditangkap intelegensia manusia. Pengalihbahasaan
merupakan bentuk lain dari penafsiran. Dari sini kemudian pengertian kata hermeneutika
memiliki kaitan dengan sebuah penafsiran atau interpretasi.
9
Kehadiran hermeneutika dipengaruhi oleh beberapa faktor, dalam analisis Werner, ada
tiga sebab yang paling mendominasi pengaruh terhadap pembentukan hermeneutika, dari
masa interpretasi bibel hingga saat ini. Ketiga yang dimaksud Werner terbut yaitu (1)
Masyarakat yang terpengaruh mitologi Yunani, (2) Masyarakat Yahudi dan Kristen yang
mengalami masalah dengan teks kitab “suci” agama mereka, dan (3) Masyarakat Eropa
zaman pencerahan (Enlightenment) yang berusaha lepas dari otoritas keagamaan dan
membawa hermeneutika keluar konteks keagamaan.
Richard E. Palmer (2005) menyimpulkan enam defenisi hermeneutika, keenam definisi
tersebut merupakan urutan fase sejarah yang menunjuk suatu peristiwa atau pendekatan
penting dalam persoalan interpretasi yang berkenaan dengan hermeneutika.
“Sejak awal kemunculannya, hermeneutika menunjuk pada ilmu interpretasi, khususnya
prinsip-prinsip eksegesis tekstual, tetapi bidang hermeneutika telah ditafsirkan (secara
kronologisnya) sebagai: (1) teori eksegesis Bibel, (2) metodologi filologi umum, (3) ilmu
pemahaman linguistic, (4) fondasi metodologis geisteswissenschaften, (5) fenomenologi
esistensi dan pemahaman eksistensial, dan (6) sitem interpretasi, baik recollektif maupun
iconoclastic, yang digunakan manusia untuk meraik makna di balik mitos dan simbol”
(Palmer 2005: 38)
Definisi yang disebut Palmer tersebut mewakili berbagai dimensi yang sering disoroti
dalam hermeneutika. Setiap definisi membawa nuansa yang berbeda, namun dapat
dipertanggungjawabkan dari setiap penafsiran terutama penafsiran teks, defenisi tersebut
dapat disebut pendekatan Bibel, filologis, saintifik, geisteswissenschaften, eksistensial, dan
kultural. Setiap defenisi merepresentasikan sudut pandang dari mana hermeneutika dilihat,
melahirkan pandangan-pandangan yang berbeda-beda namun memberi ruang bagi tindakan
interpretasi, khususnya teks.
B.Tokoh dibelakang Hermeneutika
Perubahan perspektif dan perkembangan hermeneutika tidak terlepas dari peran tokoh
besar di baliknya. Setiap tokoh membawa pengaruh dan corak yang berbeda dengan dengan
tokoh-tokoh sebelumnya. Sumaryono (1999) dan Palmer (2005) menyebutkan beberapa
tokoh tersebut.
a. Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher (1768 -1834)
10
Tokoh hermeneutika romantisis, memperluas pemahaman hermeneutika dari sekedar
kajian teologi (teks bible) menjadi metode memahami dalam pengertian filsafat.
Schleiermacher menyebutkan, dalam upaya memahami wacana ada unsur penafsir, teks,
maksud pengarang, konteks historis, dan konteks kultural.
F.D.E Schleiermacher ditempatkan sebagai tokoh Hermeneutik membedakan
hermeneutik dalam pengertian sebagai ilmu atau seni memahami dengan hermeneutik yang
mendefinisikan sebagai studi tentang memahami itu sendiri ( Richard E. Palmer, 1969 : 40 ).
Scleiermacher menulis sebagai berikut: Semenjak seni berbicara dan seni memahami
berhubungan satu sama lain, maka berbicara hanya merupakan sisi luar dari berpikir ,
Hermeneutik adalah bagian dari seni berfikir itu dan oleh karenanya bersifat filosofis (
Schleiermacher, 1977 : 97 ). Penerapan hermeneutik sangatlah luas yaitu dalam bidang
teologis, filosofis, sebab merupakan ” bagian dari seni berfikir “. Pertama- tama buah pikiran
kita mengerti, baru kemudian kita ucapkan. Inilah alasannya Schleiermacher menyatakan
bahwa bicara kita berkembang seiring dengan buah pikiran kita. Namun bila saat berfikir kita
merasa perlu untuk membuat persiapan dalam mencetuskan buah pikiran kita, maka pada saat
itulah disebut sebagai ” Transformasi berbicara yang internal dan orisinal dan karenanya
interpretasi menjadi penting”.
b. Wilhelm Dilthey (1833 -1911)
Hermeneutika metodis, ia beragumentasi bahwa proses pemahaman hermeneutika
bermula dari pengalaman, kemudian mengekspresikan nya. Pengalaman hidup manusia
merupakan sebuah neksus struktural yang mempertahankan masa lalu sebagai sebuah
kehadiran masa kini.
Dia melihat hermeneutika adalah inti disiplin yang dapat digunakan sebagai fondasi
bagi geisteswissenschaften Wilhelm Dilthey adalah seorang filosof, kritikus sastra, dan
sejarawan asal Jerman. Baginya hermeneutika adalah “tehnik memahami ekspresi tentang
kehidupan yang tersusun dalam bentuk tulisan”. Oleh karena itu ia menekankan pada
peristiwa dan karya-karya sejarah yang merupakan ekspresi dari pengalaman hidup di masa
lalu. Untuk memahami pengalaman tersebut intepreter harus memiliki kesamaan yang intens
dengan pengarang. Bentuk kesamaan dimaksud merujuk kepada sisi psikologis
Schleiermacher.
11
Dilthey berusaha membumikan kritiknya ke dalam sebuah transformasi psikologis.
Namun karena psikologi bukan merupakan disiplin historis, usaha-usahanya ia hentikan, Ia
menolak asumsi Schleiermacher bahwa setiap kerja pengarang bersumber dari prinsip-prinsip
yang implisit dalam pikiran pengarang. Ia anggap asumsi ini anti-historis sebab tidak
mempertimbangkan pengaruh eksternal dalam perkembangan pikiran pengarang.
c. Edmund Husserl (1889 -1938)
Hermeneutika fenomenologis, ia beranggapan bahwa pemahaman teks harus dibiarkan
berdiri sendiri tanpa adanya prasangka dan perspektif dari dari penafsir. Oleh sebab itu,
menafsirkan sebuah teks berarti secara metodologis mengisolasikan teks dari semua hal yang
tidak ada hubungannya, termasuk bias-bias subjek penafsir dan membiarkannya
mengomunikasikan maknanya sendiri pada subjek.
d. Martin Heidegger (1889 -1976)
Hermeneutika dialektis, menjelaskan tentang pemahaman sebagai sesuatu yang muncul
dan sudah ada mendahului kognisi. Oleh sebab itu, pembacaan atau penafsiran selalu
merupakan pembacaan ulang atau penafsiran ulang.
Pemikiran Heidegger sangat kental dengan nuansa fenomenologis, meskipun akhirnya
Heidegger mengambil jalan menikung dari prinsip fenomenologi yang dibangun Husserl.
Fenomenologi Husserl lebih bersifat epistemologis karena menyangkut pengetahuan tentang
dunia, sementara fenomenologi Heidegger lebih sebagai ontologi karena menyangkut
kenyataan itu sendiri. Heidegger menekankan, bahwa fakta keberadaan merupakan persoalan
yang lebih fundamental ketimbang kesadaran dan pengetahuan manusia, sementara Husserl
cenderung memandang fakta keberadaan sebagai sebuah datum keberadaan.
e. Hans-Georg Gadamer (900-2002)
Hermeneutika dialogis, baginya pemahaman yang benar adalah pemahaman yang
mengarah pada tingkat ontologis, bukan metodologis. Kebenaran dapat dicapai bukan melalui
12
metode, tetapi melalui dialektika dengan mengajukan banyak pertanyaan. Dengan demikian,
bahasa menjadi medium sangat penting bagi terjadinya dialog.
Gadamer merumuskan hermeneutika filosofisnya dengan bertolak pada empat kunci
heremeneutis (1) kesadaran terhadap “situasi hermeneutik”, (2) situasi hermeneutika ini
kemudian membentuk “pra-pemahaman” pada diri pembaca yang tentu mempengaruhi
pembaca dalam mendialogkan teks dengan konteks. Pembaca harus selalu merevisinya agar
pembacaannya terhindar dari kesalahan, (3) setelah itu pembaca harus menggabungkan antara
dua horizon, horizon pembaca dan horizon teks. Keduanya harus dikomunikasikan agar
ketegangan antara dua horizon yang mungkin berbeda bisa diatasi. Pembaca harus terbuka
pada horizon teks dan membiarkan teks memasuki horizon pembaca. Sebab, teks dengan
horizonnya pasti mempunyai sesuatu yang akan dikatakan pada pembaca. Interaksi antara dua
horizon inilah yang oleh Gadamer disebut “lingkaran hermeneutik”. (4) menerapkan “makna
yang berarti” dari teks, bukan makna objektif teks.
Filsafat hermeneutika Gadamer meniscayakan wujud kita berpijak pada asas
hermeneutis, dan hermeneutika berpijak pada asas eksistensial manusia. Ia menolak segala
bentuk kepastian dan meneruskan eksistensialisme Heidegger dengan titik tekan logika
dialektik antara aku (pembaca) dan teks/karya
f. Jurgen Habermas (1929)
Hermeneutika kritis, menyebutkan bahwa pemahaman didahului oleh kepentingan.
Yang menentukan horison pemahaman adalah kepentingan sosial yang melibatkan
kepentingan kekuasaan interpreter. Setiap bentuk penafsiran dipastikan ada bias dan unsur
kepentingan politik, ekonomi, sosial, suku, dan gender.
Di dalam teks tersimpan kepentingan pengguna teks. Karena itu, selain horizon
penafsir, teks harus ditempatkan dalam ranah yang harus dicurigai. Menurut Habermas, teks
bukanlah media netral, melainkan media dominasi. Karena itu, ia harus selalu dicurigai. Bagi
Habermas pemahaman didahului oleh kepentingan. Yang menentukan horizon pemahaman
adalah kepentingan sosial (social interest) yang melibatkan kepentingan kekuasaan (power
interest) sang interpereter
13
g. Jean Paul Gustave Ricoeur (1913-2005)
Ia selalu menekankan betapa pentingnya memperhatikan simbol-simbol yang hidup di
masyarkaat. Ricoeur menjelaskan tentang simbol-simbol dengan menggunakan simbol
kejahatan dan juga menerangkan asal-usul dari kejahatan itu dengan menggunakan mitos-
mitos. Kenyataan selalu tidak akan pernah lepas dari simbol-simbol yang harus di tafsirkan.
Seperti halnya bahasa yang diterjemahkan dalam kata-kata, itu semua harus diterjemahkan
agar manusia menemukan makna sesungguhnya. “Setiap teks mempunyai 3 macam otonomi,
yaitu, intensi atau maksud pengarang, situasi cultural dan kondisi social pengadaan teks, serta
untuk siapa teks itu dimaksudkan” (Sumaryono, 1999,109)
Paul Richour mendefinisikan hermeneutika yang mengacu balik pada fokus eksegesis
tekstual sebagai elemen distingtif dan sentral dalam hermeneutika. Hermeneutika adalah
proses penguraian yang beranjak dari isi dan makna yang nampak ke arah makna terpendam
dan tersembunyi. Objek interpretasi, yaitu teks dalam pengertian yang luas, bisa berupa
simbol dalam mimpi atau bahkan mitos-mitos dari simbol dalam masyarakat atau sastra.
Hermeneutika harus terkait dengan teks simbolik yang memiliki multi makna (multiple
meaning); ia dapat membentuk kesatuan semantik yang memiliki makna permukaan yang
betul-betul koheren dan sekaligus mempunyai signifikansi lebih dalam. Hermeneutika adalah
sistem di mana signifikansi mendalam diketahui di bawah kandungan yang nampak. Konsep
yang utama dalam pandangan Ricoeur adalah bahwa begitu makna obyektif diekspresikan
dari niat subyektif sang pengarang, maka berbagai interpretasi yang dapat diterima menjadi
mungkin. Makna tidak diambil hanya menurut pandangan hidup (worldview) pengarang, tapi
juga menurut pengertian pandangan hidup pembacanya. Sederhananya, hermeneutika adalah
ilmu penafsiran teks atau teori tafsir.
h. Jürgen Habermas (1929)
Hermenutika dekonstruksionis, mengingatkan bahwa setiap upaya menemukan makna
selalu menyelipkan tuntutan bagi upaya membangun relasi sederhana antara petanda dan
penanda. Makna teks selalu mengalami perubahan tergantung konteks dan pembacanya.
14
C. Kesimpulan
Hermeneutika setidaknya disusun dalam tiga kesatuan yang sangat penting, yaitu (1)
adanya tanda, pesan berita yang kerap berbentuk teks, (2) harus ada sekelompok penerima
yang bertanya-tanya atau merasa “asing” terhadap pesan itu. (3) adanya perantara atau kurir
antara kedua belah pihak.
Ada dua dimensi besar dalam hermeneutika yaitu hermeneutika intensionalisme dan
hermeneutika gadamerian. Kedua saling berbeda dalam meletakan posisi makna: di
“produksi” atau di “pemirsa”. Mediasi dan proses membawa pesan “agar dipahami” yang
diasosikan dengan Dewa Hermes terkandung di dalam tiga bentuk makna dasar dari
hermēneuien dan hermēneia dalam penggunaan aslinya. Tiga bentuk ini menggunakan
bentuk kata kerja dari hermēneuein, yaitu: to say, to explain, dan to translate atau to
interpret.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adian, Donny Gahral. 2002. Pilar-pilar Filsafat Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.
Adian, Donny Gahral. 2005. Percik Pemikiran Kontemporer: Sebuah Pengantar
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Bleicher, Josef. 2003. Hermeneutika Kontemporer. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Delgaauw, Bernard. 2001. Filsafat Abad 20, terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Hadiwijono, Hasan. 1993. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Cet. Ke 9. Yogyakarta:
Kanisius
Jazim Hamidi. 2005. Hermeneutika Hukum. Yogyakarta: UII Press.
Muhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Reka Sarasin.
Muslih, Moh.. 2005. Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar, Paradigma dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar.
Palmer, Richard E. 2005. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, Terj.
Masnur Heri Damanhuri Muhammad, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Poespoprodjo, W. 2004. Hermeneutika, Bandung: Pustaka Setia.
Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hermeneutika antara Intersionalisme dan
Gadamerian, Jogjakarta: Ar-Ruzmedia.
Sutrisno, et.al.. 2005. Para Filusuf Penentu Gerak Zaman, Yogyakarta: Kanisius.
Sutrisno, Mudji. 2004. “Rumitnya Pencarian Diri Kultural” dalam Hermeneutika
Pascakolonial: Soal Identitas. Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (editor),
Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Supriyono, J. 2004. “Mencari Identitas Kultur Keindonesiaan,” dalam Hermeneutika
Pascakolonial: Soal Identitas. Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (ed.), Yogyakarta:
Yayasan Kanisius.

More Related Content

What's hot

Konsep Dasar Memahami Hermeneutika.docx
Konsep Dasar Memahami Hermeneutika.docxKonsep Dasar Memahami Hermeneutika.docx
Konsep Dasar Memahami Hermeneutika.docxMaulanamoel
 
Hermeneutika ready to show
Hermeneutika ready to showHermeneutika ready to show
Hermeneutika ready to showmkippuw
 
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anHermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anIffa Tabahati
 
Teologi dan musik tafsir narai
Teologi dan musik tafsir naraiTeologi dan musik tafsir narai
Teologi dan musik tafsir naraiLenta Simbolon
 
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasiHakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasimawan fadlli
 
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmuPerspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmuIchan32
 
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasiSyarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasiSyarifudin Amq
 
W4D1-FILSAFAT PANCASILA
W4D1-FILSAFAT PANCASILAW4D1-FILSAFAT PANCASILA
W4D1-FILSAFAT PANCASILAlatifstpp
 
Aliran keilmuan fenomenologi
Aliran keilmuan fenomenologiAliran keilmuan fenomenologi
Aliran keilmuan fenomenologiAhmadEfendi17
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologirochiel13
 
Fenomenologi dan interaksionisme simbolik
Fenomenologi dan interaksionisme simbolikFenomenologi dan interaksionisme simbolik
Fenomenologi dan interaksionisme simbolikHariyadi Saja
 
Pancasila sbg sistem filsafat
Pancasila sbg sistem filsafatPancasila sbg sistem filsafat
Pancasila sbg sistem filsafatDAYURIKA
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatAinul Fikri
 

What's hot (20)

Hermeneutik pengantar
Hermeneutik pengantarHermeneutik pengantar
Hermeneutik pengantar
 
Konsep Dasar Memahami Hermeneutika.docx
Konsep Dasar Memahami Hermeneutika.docxKonsep Dasar Memahami Hermeneutika.docx
Konsep Dasar Memahami Hermeneutika.docx
 
Hermeneutika ready to show
Hermeneutika ready to showHermeneutika ready to show
Hermeneutika ready to show
 
Definisi hermeneutika
Definisi hermeneutikaDefinisi hermeneutika
Definisi hermeneutika
 
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anHermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
 
Teologi dan musik tafsir narai
Teologi dan musik tafsir naraiTeologi dan musik tafsir narai
Teologi dan musik tafsir narai
 
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasiHakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
 
Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa
Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisaMetode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa
Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmuPerspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
 
Landasan Filsafat Kependidikan
Landasan Filsafat KependidikanLandasan Filsafat Kependidikan
Landasan Filsafat Kependidikan
 
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasiSyarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, map theory dakwah dan komunikasi
 
W4D1-FILSAFAT PANCASILA
W4D1-FILSAFAT PANCASILAW4D1-FILSAFAT PANCASILA
W4D1-FILSAFAT PANCASILA
 
Analisis pohon komunikasi
Analisis pohon komunikasiAnalisis pohon komunikasi
Analisis pohon komunikasi
 
Aliran keilmuan fenomenologi
Aliran keilmuan fenomenologiAliran keilmuan fenomenologi
Aliran keilmuan fenomenologi
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologi
 
Fenomenologi dan interaksionisme simbolik
Fenomenologi dan interaksionisme simbolikFenomenologi dan interaksionisme simbolik
Fenomenologi dan interaksionisme simbolik
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
Pancasila sbg sistem filsafat
Pancasila sbg sistem filsafatPancasila sbg sistem filsafat
Pancasila sbg sistem filsafat
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 

Viewers also liked

4 ESO Academics - Unit 05 - Exercises 4.5.1 - Systems of Linear Equations.
4 ESO Academics - Unit 05 - Exercises 4.5.1 - Systems of Linear Equations.4 ESO Academics - Unit 05 - Exercises 4.5.1 - Systems of Linear Equations.
4 ESO Academics - Unit 05 - Exercises 4.5.1 - Systems of Linear Equations.Gogely The Great
 
CONTABILIDAD SISTEMATIZADA I CUC-PEDRO Y SANDY
CONTABILIDAD SISTEMATIZADA I CUC-PEDRO Y SANDY CONTABILIDAD SISTEMATIZADA I CUC-PEDRO Y SANDY
CONTABILIDAD SISTEMATIZADA I CUC-PEDRO Y SANDY sandy zapateiro
 
Método de soplado 2 eva final
Método de soplado 2 eva finalMétodo de soplado 2 eva final
Método de soplado 2 eva finalEva_Tecno
 
Undangan Pembekalan Tutor dan MTK Ampuan TTM Pendas 20171
Undangan Pembekalan Tutor dan MTK Ampuan TTM Pendas 20171Undangan Pembekalan Tutor dan MTK Ampuan TTM Pendas 20171
Undangan Pembekalan Tutor dan MTK Ampuan TTM Pendas 20171upbjjbandung
 
Electronic Final Pieces
Electronic Final PiecesElectronic Final Pieces
Electronic Final PiecesMorganRedman
 
Envasado al vacío 22
Envasado al vacío 22Envasado al vacío 22
Envasado al vacío 22Eva_Tecno
 
Elastómeros
ElastómerosElastómeros
ElastómerosEva_Tecno
 
Грдото пајче
Грдото пајчеГрдото пајче
Грдото пајчеOU 11 Oktomvri
 
Lmcp 1532 tugasan 5
Lmcp 1532 tugasan 5Lmcp 1532 tugasan 5
Lmcp 1532 tugasan 5CHEW leeyee
 
Γλώσσα Γ΄. Επανάληψη 10ης ενότητας:΄΄Άνθρωποι και μηχανές΄΄
Γλώσσα Γ΄. Επανάληψη 10ης ενότητας:΄΄Άνθρωποι και μηχανές΄΄Γλώσσα Γ΄. Επανάληψη 10ης ενότητας:΄΄Άνθρωποι και μηχανές΄΄
Γλώσσα Γ΄. Επανάληψη 10ης ενότητας:΄΄Άνθρωποι και μηχανές΄΄Χρήστος Χαρμπής
 
Presentasion sobre las herramientas 2.0
Presentasion sobre las herramientas 2.0Presentasion sobre las herramientas 2.0
Presentasion sobre las herramientas 2.0Isidora Gomez Gomez
 
Ppt filsafat olahraga corry widya
Ppt filsafat olahraga corry widyaPpt filsafat olahraga corry widya
Ppt filsafat olahraga corry widyaCorry Widya
 
Contencioso tributario
Contencioso tributarioContencioso tributario
Contencioso tributarionathycrmujik
 
3Com 3C589D-16-0037-001-2
3Com 3C589D-16-0037-001-23Com 3C589D-16-0037-001-2
3Com 3C589D-16-0037-001-2savomir
 
6th march 2017 - What happens according to End time prophecy?
6th march 2017 - What happens according to End time prophecy?6th march 2017 - What happens according to End time prophecy?
6th march 2017 - What happens according to End time prophecy?Thorn Group Pvt Ltd
 

Viewers also liked (20)

Makalah pend.pancasila soni
Makalah pend.pancasila soniMakalah pend.pancasila soni
Makalah pend.pancasila soni
 
4 ESO Academics - Unit 05 - Exercises 4.5.1 - Systems of Linear Equations.
4 ESO Academics - Unit 05 - Exercises 4.5.1 - Systems of Linear Equations.4 ESO Academics - Unit 05 - Exercises 4.5.1 - Systems of Linear Equations.
4 ESO Academics - Unit 05 - Exercises 4.5.1 - Systems of Linear Equations.
 
Masswastingslideshare
MasswastingslideshareMasswastingslideshare
Masswastingslideshare
 
CONTABILIDAD SISTEMATIZADA I CUC-PEDRO Y SANDY
CONTABILIDAD SISTEMATIZADA I CUC-PEDRO Y SANDY CONTABILIDAD SISTEMATIZADA I CUC-PEDRO Y SANDY
CONTABILIDAD SISTEMATIZADA I CUC-PEDRO Y SANDY
 
Método de soplado 2 eva final
Método de soplado 2 eva finalMétodo de soplado 2 eva final
Método de soplado 2 eva final
 
Undangan Pembekalan Tutor dan MTK Ampuan TTM Pendas 20171
Undangan Pembekalan Tutor dan MTK Ampuan TTM Pendas 20171Undangan Pembekalan Tutor dan MTK Ampuan TTM Pendas 20171
Undangan Pembekalan Tutor dan MTK Ampuan TTM Pendas 20171
 
Electronic Final Pieces
Electronic Final PiecesElectronic Final Pieces
Electronic Final Pieces
 
Envasado al vacío 22
Envasado al vacío 22Envasado al vacío 22
Envasado al vacío 22
 
Elastómeros
ElastómerosElastómeros
Elastómeros
 
Грдото пајче
Грдото пајчеГрдото пајче
Грдото пајче
 
La adolescencia
La adolescenciaLa adolescencia
La adolescencia
 
Lmcp 1532 tugasan 5
Lmcp 1532 tugasan 5Lmcp 1532 tugasan 5
Lmcp 1532 tugasan 5
 
Γλώσσα Γ΄. Επανάληψη 10ης ενότητας:΄΄Άνθρωποι και μηχανές΄΄
Γλώσσα Γ΄. Επανάληψη 10ης ενότητας:΄΄Άνθρωποι και μηχανές΄΄Γλώσσα Γ΄. Επανάληψη 10ης ενότητας:΄΄Άνθρωποι και μηχανές΄΄
Γλώσσα Γ΄. Επανάληψη 10ης ενότητας:΄΄Άνθρωποι και μηχανές΄΄
 
Presentasion sobre las herramientas 2.0
Presentasion sobre las herramientas 2.0Presentasion sobre las herramientas 2.0
Presentasion sobre las herramientas 2.0
 
Ppt filsafat olahraga corry widya
Ppt filsafat olahraga corry widyaPpt filsafat olahraga corry widya
Ppt filsafat olahraga corry widya
 
Ppt pkn
Ppt pknPpt pkn
Ppt pkn
 
Ingles
InglesIngles
Ingles
 
Contencioso tributario
Contencioso tributarioContencioso tributario
Contencioso tributario
 
3Com 3C589D-16-0037-001-2
3Com 3C589D-16-0037-001-23Com 3C589D-16-0037-001-2
3Com 3C589D-16-0037-001-2
 
6th march 2017 - What happens according to End time prophecy?
6th march 2017 - What happens according to End time prophecy?6th march 2017 - What happens according to End time prophecy?
6th march 2017 - What happens according to End time prophecy?
 

Similar to Makalah filsafat or soni

filsafat Fenomenologi.docx
filsafat Fenomenologi.docxfilsafat Fenomenologi.docx
filsafat Fenomenologi.docxAyuDiah46
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasOktari Aneliya
 
Masuknya hermeneutika dalam penafsiran
Masuknya hermeneutika dalam penafsiranMasuknya hermeneutika dalam penafsiran
Masuknya hermeneutika dalam penafsiranSida El Nurya
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMila Wati
 
Esensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptxEsensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptxMaryanieMulyono
 
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docxPenjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docxRahmandaArif
 
Bab 1modul pjj
Bab 1modul pjjBab 1modul pjj
Bab 1modul pjjshamrina85
 
Semantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSemantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSaliza M. Ali
 
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docxBahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docxmuchridwan99
 
Tugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatTugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatwindarti aja
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysisjuniato
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysisjuniato
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysisjuniato
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordKaer Bikers
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologippi51
 
Filosofi Penerejemahan
Filosofi PenerejemahanFilosofi Penerejemahan
Filosofi Penerejemahanlinguistikid
 

Similar to Makalah filsafat or soni (20)

filsafat Fenomenologi.docx
filsafat Fenomenologi.docxfilsafat Fenomenologi.docx
filsafat Fenomenologi.docx
 
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA.pptx
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA.pptxBAHAN AJAR HERMENEUTIKA.pptx
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA.pptx
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
 
Masuknya hermeneutika dalam penafsiran
Masuknya hermeneutika dalam penafsiranMasuknya hermeneutika dalam penafsiran
Masuknya hermeneutika dalam penafsiran
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastra
 
Esensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptxEsensial Sesi 2 Semantik.pptx
Esensial Sesi 2 Semantik.pptx
 
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docxPenjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
 
Bab 1modul pjj
Bab 1modul pjjBab 1modul pjj
Bab 1modul pjj
 
Semantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSemantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahan
 
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docxBahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx
 
Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Tugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafatTugas review materi filsafat
Tugas review materi filsafat
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Paper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse AnalysisPaper 1 Discourse Analysis
Paper 1 Discourse Analysis
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologi
 
Filosofi Penerejemahan
Filosofi PenerejemahanFilosofi Penerejemahan
Filosofi Penerejemahan
 
Dasar pendidikan iv
Dasar pendidikan ivDasar pendidikan iv
Dasar pendidikan iv
 
makalah semantik
makalah semantikmakalah semantik
makalah semantik
 

Recently uploaded

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 

Recently uploaded (20)

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 

Makalah filsafat or soni

  • 1. 1 Tugas Makalah Filsafat Olahraga “Model Hermenautika dalam Riset Ilmu Keolahragaan” Dosen pengampu Dr.Made Pramono,M.Hum ILMU KEOLAHRAGAAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SEMESTER GENAP 2016/2017
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini saya telah menyelesaikan makalah dengan judul “Model hermeneutika dalam riset ilmu keolahragaan”. Dalam makalah ini akan saya sampaikan hubungan antara pancasila dan sistem pendidikan secara meluas. Kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan makalah saya selanjutnya semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan khusunya bagi pembaca sekalian. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Surabaya, 27 Februari 2017 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI Kata Pengantar...............................................................................................................1 Daftar Isi ........................................................................................................................2 Bab I: PENDAHULUAN a. Latar Belakang ...........................................................................................4 b. Rumusan Masalah......................................................................................5 Bab II: PEMBAHASAN a. Pengertian hermineutika ........................................................................6 b. Tokoh yang berperan dalam model herminautika .................................8 Bab III: PENUTUP Kesimpulan.....................................................................................................14 Daftar Pustaka..............................................................................................................15
  • 4. 4 ABSTRACT The nature of science is always evolving and the association between the disciplines with other disciplines. Hermeneutics is often grouped within the philosophy of language, although he could also claim to be separate disciplines. Hermeneutics at least organized into three entities is very important, namely (1) any signs, messages are often in the form of a text message, (2) there must be a group of recipients who wonder or feel "foreign" to the message. (3) the existence of intermediaries or messengers between the two sides. there are six definitions of hermeneuitika modern which also marks the historical development of hermeneutics itself, namely hermeneutics as a theory of exegesis of the Bible, hermeneutics as a method of philological, hermeneutics as the science of understanding of linguistics, hermeneutics as a foundation methodology geisteswissenschaften, hermeneutics as phenomenology of Dasein and understanding of the existential, hermeneutic as system interpretation.
  • 5. 5 I. Pendahuluan A.Latar belakang Salah satu ciri khas filsafat dewasa ini adalah perhatiannya kepada bahasa. Tentu saja, bahasa bukan merupakan tema baru dalam filsafat. Minat untuk masalah-masalah yang menyangkut bahasa telihat sepanjang sejarah filsafat, sudah sejak permulaannya di Yunani. Namun demikian, perhatian filosofis untuk bahasa itu belum pernah begitu umum, begitu luas dan begitu mendalam seperti dalam abad ke-20. Dikatakan pula bahwa pada zaman ini bahasa memainkan peranan yang dapat dibandingkan dengan being (ada) dalam filsafat klasik dulu. Karena terdapat kemiripan tertentu, yaitu keduanya bersifat universal. Hanya saja being adalah universal dari sudut objektif: “ada” meliputi segala sesuatu; apa saja merupakan being. Sedangkan bahasa adalah universal dari sudut subjektif: bahasa meliputi segala sesuatu yang dikatakan dan diungkapkan.; makna atau arti hanya timbul dalam hubungan dengan bahasa. Bahasa adalah tema yang dominan dalam filsafat Eropa kontinental maupun filsafat Inggris dan Amerika. Di mana-mana dapat kita saksikan the linguistic turn; di mana-mana refleksi filosofis berbalik kepada bahasa. Dan tidak sedikit aliran mengambil bahasa sebagai pokok pembicaraan yang hampir eksklusif, seperti misalnya hermeneutika, strukturalisme, semiotika, dan filsafat analitis. Teori tentang asal-usul bahasa telah lama menjadi obyek kajian para ahli, sejak dari kalangan psikolog, antropolog, filsuf maupun teolog, sehingga lahirlah sub-sub ilmu dan filsafat bahasa, di antaranya yaitu hermeneutika. Sifat ilmu pengetahuan adalah selalu berkembang dan berkaitan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain. Hermeneutika sering dikelompokkan dalam wilayah filsafat bahasa, meskipun ia bisa juga mengklaim sebagai disiplin ilmu tersendiri. Khususnya hermeneutika yang semula sangat dekat kerjanya dengan Biblical Studies, dengan munculnya buku Truth and Method (1960) oleh Hans-Geor Gadamer, maka hermeneutika mengembangkan mitra kerjanya pada semua cabang ilmu. Gadamer mendasarkan klaimnya pada argumen bahwa semua disiplin ilmu, termasuk ilmu alam, mesti terlibat dengan persoalan understanding yang muncul antara hubungan subyek dan obyek. Hermeneutika adalah kata yang sering didengar dalam bidang teologi, filsafat, bahkan sastra. Hermeneutik Baru muncul sebagai sebuah gerakan dominan dalam teologi Protestan
  • 6. 6 Eropa, yang menyatakan bahwa hermeneutika merupakan “titik fokus” dari isu-isu teologis sekarang. Martin Heidegger tak henti-hentinya mendiskusikan karakter hermeneutis dari pemikirannya. Filsafat itu sendiri, kata Heidegger, bersifat (atau harus bersifat) “hermeneutis”. B.Rumusan Masalah 1.Pengertian Hermeneutika? 2.Tokoh yang berperan penting dalam model hermeneutika?
  • 7. 7 II.PEMBAHASAN A. Pengertian Hermeneutik Akar permulaan hermenēuein dan hermēnia bisa ditemukan dalam Organon, Peri hermēneias karya Aristoteles, yang diterjemahkan dengan “On Interpretation” . Kata ini juga ditemukan dalam Oedipus at Colunus karya Plato, juga beberapa karya lainnya dari penulis awal yang terkenal seperti Xenophon, Plutarch, Euripides, Epicurus, Lucretius, dan Longinus. Dalam Organon, Peri hermēneias dipaparkan kata-kata yang diucapkan adalah simbol dari sebuah pengalaman mental, dan kata-kata yang ditulis adalah simbol dari kata-kata yang diucapkan. Tulisan ini dipercaya menjadi titik tolak bagi dimulainya pembahasan hermeneutika di era klasik. Ada dua dimensi besar dalam hermeneutik yaitu hermeneutika intensionalisme dan hermeneutika gadamerian. Intensioanalisme diawali sejak hermeneutika romantisis dengan tokohnya Schleiermacher. Pokok pikiran Hermeneutika intensional ini adalah bahwa makna adalah maksud atau instensi produsernya. Dengan kata lain, makna kata sesungguhnya telah ada di balik kata itu sendiri. Makna telah menanti, dan tinggal ditemukan oleh penafsirnya, dan itu adalah tugas pembaca untuk mencarinya. Menurut hermeneutika intensionalisme, makna adalah niat atau kemauan yang diwujudkan dalam suatu tindak atau produknya seperti teks misalnya, sehingga makna sudah ada dan hanya akan keluar jika diinterpretasikan. Pengertian ini didasarkan pada arti “makna” (meinen), yang menunjukkan arti bahwa makna suatu teks, tindak, hubungan, dan seterusnya adalah sesuatu yang ada dalam pikiran produsen, yang kemudian dikeluarkan melalui suatu tindak seperti memproduk teks. Dengan kata lain makna telah ada dan menanti untuk dipahami. Makna hanya berasal dari aktifitas produsen teks, bukan dari aktifitas orang lain, termasuk aktifitas interpretasi penafsir. Dengan kata lain, pembaca atau penafsir harus memahami teks yang ia baca, dan pembaca atau penafsir dapat menangkap konsepsi pengarang mengenai fakta situasinya, keyakinan, dan keinginannya, namun dengan catatan penafsir harus menemukan alasan pelaku bersikap seperti yang diperlihatkan.
  • 8. 8 Sedangkan hermeneutika gadamerian dengan tokohnya Hans-Georg Gadamer memberikan defenisi berbeda tentang makna. Makna dalam hermeneutika gadamerian bukan terletak pada instensi produsernya, melainkan pembacanya itu sendiri. Makna itu belum ada ketika sebuah kata diucapkan atau ditulis, dan segera muncul ketika kata itu didengarkan atau dibaca. Konsep ini menemukan titik kulminasinya pada Gadamer yang menyatakan bahwa sekali teks hadir di ruang publik, ia telah hidup dengan nafasnya sendiri. Hermeneutika tidak lagi bertugas menyingkap makna objektif yang dikehendaki pengarangnya, tetapi adalah untuk memproduksi makna yang seluruhnya memusat pada kondisi historisitas dan sosialitas pembaca. Gagasan ini dengan sendirinya menyangkal origin. Dengan kata lain ia menolak suatu realitas di balik fenomena, realitas sumber, realitas terakhir. Dengan demikian, untuk memperoleh makna sebuah kata, kalimat atau teks tidak diperlukan lagi maksud original-nya. Hermeneutika secara etimologis, berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermenēuein yang berarti menafsirkan atau menginterpretasi, kata benda hermēnia diterjemahkan penafsiran atau interpretasi. Kedua kata ini, diasosiasikan pada Dewa Hermes seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Hermes adalah simbol seorang duta yang dibebani misi menyampaikan pesan sang dewa. Dalam mediasi dan proses penyampaian pesan yang ditugaskan pada Hermes, dari kata kerja hermenēuein ditarik tiga bentuk makna dasar dalam pengertian aslinya, yaitu to express (mengungkapkan), to assert (menjelaskan), dan to say (menyatakan). Makna-makna tersebut bisa diwakilkan dengan bentuk kata kerja Inggirs “to interpret”, yang membentuk makna independen dan signifikan bagi interpretasi. Oleh karenanya, interpertasi mengacu ke 3 (tiga) persoalan berbeda yaitu pengucapan lisan, penjelasan yang masuk akal, dan penerjemahan dari bahasa lain. Berhasil atau tidaknya misi tergantung cara bagaimana pesan itu disampaikan. Indikasi keberhasilan, manusia yang awalnya tidak tahu, menjadi mengetahui makna pesan yang disampaikan. Tugas menyampaikan pesan ini juga berarti harus mengalihbahasakan ucapan para dewa ke dalam bahasa yang dapat ditangkap intelegensia manusia. Pengalihbahasaan merupakan bentuk lain dari penafsiran. Dari sini kemudian pengertian kata hermeneutika memiliki kaitan dengan sebuah penafsiran atau interpretasi.
  • 9. 9 Kehadiran hermeneutika dipengaruhi oleh beberapa faktor, dalam analisis Werner, ada tiga sebab yang paling mendominasi pengaruh terhadap pembentukan hermeneutika, dari masa interpretasi bibel hingga saat ini. Ketiga yang dimaksud Werner terbut yaitu (1) Masyarakat yang terpengaruh mitologi Yunani, (2) Masyarakat Yahudi dan Kristen yang mengalami masalah dengan teks kitab “suci” agama mereka, dan (3) Masyarakat Eropa zaman pencerahan (Enlightenment) yang berusaha lepas dari otoritas keagamaan dan membawa hermeneutika keluar konteks keagamaan. Richard E. Palmer (2005) menyimpulkan enam defenisi hermeneutika, keenam definisi tersebut merupakan urutan fase sejarah yang menunjuk suatu peristiwa atau pendekatan penting dalam persoalan interpretasi yang berkenaan dengan hermeneutika. “Sejak awal kemunculannya, hermeneutika menunjuk pada ilmu interpretasi, khususnya prinsip-prinsip eksegesis tekstual, tetapi bidang hermeneutika telah ditafsirkan (secara kronologisnya) sebagai: (1) teori eksegesis Bibel, (2) metodologi filologi umum, (3) ilmu pemahaman linguistic, (4) fondasi metodologis geisteswissenschaften, (5) fenomenologi esistensi dan pemahaman eksistensial, dan (6) sitem interpretasi, baik recollektif maupun iconoclastic, yang digunakan manusia untuk meraik makna di balik mitos dan simbol” (Palmer 2005: 38) Definisi yang disebut Palmer tersebut mewakili berbagai dimensi yang sering disoroti dalam hermeneutika. Setiap definisi membawa nuansa yang berbeda, namun dapat dipertanggungjawabkan dari setiap penafsiran terutama penafsiran teks, defenisi tersebut dapat disebut pendekatan Bibel, filologis, saintifik, geisteswissenschaften, eksistensial, dan kultural. Setiap defenisi merepresentasikan sudut pandang dari mana hermeneutika dilihat, melahirkan pandangan-pandangan yang berbeda-beda namun memberi ruang bagi tindakan interpretasi, khususnya teks. B.Tokoh dibelakang Hermeneutika Perubahan perspektif dan perkembangan hermeneutika tidak terlepas dari peran tokoh besar di baliknya. Setiap tokoh membawa pengaruh dan corak yang berbeda dengan dengan tokoh-tokoh sebelumnya. Sumaryono (1999) dan Palmer (2005) menyebutkan beberapa tokoh tersebut. a. Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher (1768 -1834)
  • 10. 10 Tokoh hermeneutika romantisis, memperluas pemahaman hermeneutika dari sekedar kajian teologi (teks bible) menjadi metode memahami dalam pengertian filsafat. Schleiermacher menyebutkan, dalam upaya memahami wacana ada unsur penafsir, teks, maksud pengarang, konteks historis, dan konteks kultural. F.D.E Schleiermacher ditempatkan sebagai tokoh Hermeneutik membedakan hermeneutik dalam pengertian sebagai ilmu atau seni memahami dengan hermeneutik yang mendefinisikan sebagai studi tentang memahami itu sendiri ( Richard E. Palmer, 1969 : 40 ). Scleiermacher menulis sebagai berikut: Semenjak seni berbicara dan seni memahami berhubungan satu sama lain, maka berbicara hanya merupakan sisi luar dari berpikir , Hermeneutik adalah bagian dari seni berfikir itu dan oleh karenanya bersifat filosofis ( Schleiermacher, 1977 : 97 ). Penerapan hermeneutik sangatlah luas yaitu dalam bidang teologis, filosofis, sebab merupakan ” bagian dari seni berfikir “. Pertama- tama buah pikiran kita mengerti, baru kemudian kita ucapkan. Inilah alasannya Schleiermacher menyatakan bahwa bicara kita berkembang seiring dengan buah pikiran kita. Namun bila saat berfikir kita merasa perlu untuk membuat persiapan dalam mencetuskan buah pikiran kita, maka pada saat itulah disebut sebagai ” Transformasi berbicara yang internal dan orisinal dan karenanya interpretasi menjadi penting”. b. Wilhelm Dilthey (1833 -1911) Hermeneutika metodis, ia beragumentasi bahwa proses pemahaman hermeneutika bermula dari pengalaman, kemudian mengekspresikan nya. Pengalaman hidup manusia merupakan sebuah neksus struktural yang mempertahankan masa lalu sebagai sebuah kehadiran masa kini. Dia melihat hermeneutika adalah inti disiplin yang dapat digunakan sebagai fondasi bagi geisteswissenschaften Wilhelm Dilthey adalah seorang filosof, kritikus sastra, dan sejarawan asal Jerman. Baginya hermeneutika adalah “tehnik memahami ekspresi tentang kehidupan yang tersusun dalam bentuk tulisan”. Oleh karena itu ia menekankan pada peristiwa dan karya-karya sejarah yang merupakan ekspresi dari pengalaman hidup di masa lalu. Untuk memahami pengalaman tersebut intepreter harus memiliki kesamaan yang intens dengan pengarang. Bentuk kesamaan dimaksud merujuk kepada sisi psikologis Schleiermacher.
  • 11. 11 Dilthey berusaha membumikan kritiknya ke dalam sebuah transformasi psikologis. Namun karena psikologi bukan merupakan disiplin historis, usaha-usahanya ia hentikan, Ia menolak asumsi Schleiermacher bahwa setiap kerja pengarang bersumber dari prinsip-prinsip yang implisit dalam pikiran pengarang. Ia anggap asumsi ini anti-historis sebab tidak mempertimbangkan pengaruh eksternal dalam perkembangan pikiran pengarang. c. Edmund Husserl (1889 -1938) Hermeneutika fenomenologis, ia beranggapan bahwa pemahaman teks harus dibiarkan berdiri sendiri tanpa adanya prasangka dan perspektif dari dari penafsir. Oleh sebab itu, menafsirkan sebuah teks berarti secara metodologis mengisolasikan teks dari semua hal yang tidak ada hubungannya, termasuk bias-bias subjek penafsir dan membiarkannya mengomunikasikan maknanya sendiri pada subjek. d. Martin Heidegger (1889 -1976) Hermeneutika dialektis, menjelaskan tentang pemahaman sebagai sesuatu yang muncul dan sudah ada mendahului kognisi. Oleh sebab itu, pembacaan atau penafsiran selalu merupakan pembacaan ulang atau penafsiran ulang. Pemikiran Heidegger sangat kental dengan nuansa fenomenologis, meskipun akhirnya Heidegger mengambil jalan menikung dari prinsip fenomenologi yang dibangun Husserl. Fenomenologi Husserl lebih bersifat epistemologis karena menyangkut pengetahuan tentang dunia, sementara fenomenologi Heidegger lebih sebagai ontologi karena menyangkut kenyataan itu sendiri. Heidegger menekankan, bahwa fakta keberadaan merupakan persoalan yang lebih fundamental ketimbang kesadaran dan pengetahuan manusia, sementara Husserl cenderung memandang fakta keberadaan sebagai sebuah datum keberadaan. e. Hans-Georg Gadamer (900-2002) Hermeneutika dialogis, baginya pemahaman yang benar adalah pemahaman yang mengarah pada tingkat ontologis, bukan metodologis. Kebenaran dapat dicapai bukan melalui
  • 12. 12 metode, tetapi melalui dialektika dengan mengajukan banyak pertanyaan. Dengan demikian, bahasa menjadi medium sangat penting bagi terjadinya dialog. Gadamer merumuskan hermeneutika filosofisnya dengan bertolak pada empat kunci heremeneutis (1) kesadaran terhadap “situasi hermeneutik”, (2) situasi hermeneutika ini kemudian membentuk “pra-pemahaman” pada diri pembaca yang tentu mempengaruhi pembaca dalam mendialogkan teks dengan konteks. Pembaca harus selalu merevisinya agar pembacaannya terhindar dari kesalahan, (3) setelah itu pembaca harus menggabungkan antara dua horizon, horizon pembaca dan horizon teks. Keduanya harus dikomunikasikan agar ketegangan antara dua horizon yang mungkin berbeda bisa diatasi. Pembaca harus terbuka pada horizon teks dan membiarkan teks memasuki horizon pembaca. Sebab, teks dengan horizonnya pasti mempunyai sesuatu yang akan dikatakan pada pembaca. Interaksi antara dua horizon inilah yang oleh Gadamer disebut “lingkaran hermeneutik”. (4) menerapkan “makna yang berarti” dari teks, bukan makna objektif teks. Filsafat hermeneutika Gadamer meniscayakan wujud kita berpijak pada asas hermeneutis, dan hermeneutika berpijak pada asas eksistensial manusia. Ia menolak segala bentuk kepastian dan meneruskan eksistensialisme Heidegger dengan titik tekan logika dialektik antara aku (pembaca) dan teks/karya f. Jurgen Habermas (1929) Hermeneutika kritis, menyebutkan bahwa pemahaman didahului oleh kepentingan. Yang menentukan horison pemahaman adalah kepentingan sosial yang melibatkan kepentingan kekuasaan interpreter. Setiap bentuk penafsiran dipastikan ada bias dan unsur kepentingan politik, ekonomi, sosial, suku, dan gender. Di dalam teks tersimpan kepentingan pengguna teks. Karena itu, selain horizon penafsir, teks harus ditempatkan dalam ranah yang harus dicurigai. Menurut Habermas, teks bukanlah media netral, melainkan media dominasi. Karena itu, ia harus selalu dicurigai. Bagi Habermas pemahaman didahului oleh kepentingan. Yang menentukan horizon pemahaman adalah kepentingan sosial (social interest) yang melibatkan kepentingan kekuasaan (power interest) sang interpereter
  • 13. 13 g. Jean Paul Gustave Ricoeur (1913-2005) Ia selalu menekankan betapa pentingnya memperhatikan simbol-simbol yang hidup di masyarkaat. Ricoeur menjelaskan tentang simbol-simbol dengan menggunakan simbol kejahatan dan juga menerangkan asal-usul dari kejahatan itu dengan menggunakan mitos- mitos. Kenyataan selalu tidak akan pernah lepas dari simbol-simbol yang harus di tafsirkan. Seperti halnya bahasa yang diterjemahkan dalam kata-kata, itu semua harus diterjemahkan agar manusia menemukan makna sesungguhnya. “Setiap teks mempunyai 3 macam otonomi, yaitu, intensi atau maksud pengarang, situasi cultural dan kondisi social pengadaan teks, serta untuk siapa teks itu dimaksudkan” (Sumaryono, 1999,109) Paul Richour mendefinisikan hermeneutika yang mengacu balik pada fokus eksegesis tekstual sebagai elemen distingtif dan sentral dalam hermeneutika. Hermeneutika adalah proses penguraian yang beranjak dari isi dan makna yang nampak ke arah makna terpendam dan tersembunyi. Objek interpretasi, yaitu teks dalam pengertian yang luas, bisa berupa simbol dalam mimpi atau bahkan mitos-mitos dari simbol dalam masyarakat atau sastra. Hermeneutika harus terkait dengan teks simbolik yang memiliki multi makna (multiple meaning); ia dapat membentuk kesatuan semantik yang memiliki makna permukaan yang betul-betul koheren dan sekaligus mempunyai signifikansi lebih dalam. Hermeneutika adalah sistem di mana signifikansi mendalam diketahui di bawah kandungan yang nampak. Konsep yang utama dalam pandangan Ricoeur adalah bahwa begitu makna obyektif diekspresikan dari niat subyektif sang pengarang, maka berbagai interpretasi yang dapat diterima menjadi mungkin. Makna tidak diambil hanya menurut pandangan hidup (worldview) pengarang, tapi juga menurut pengertian pandangan hidup pembacanya. Sederhananya, hermeneutika adalah ilmu penafsiran teks atau teori tafsir. h. Jürgen Habermas (1929) Hermenutika dekonstruksionis, mengingatkan bahwa setiap upaya menemukan makna selalu menyelipkan tuntutan bagi upaya membangun relasi sederhana antara petanda dan penanda. Makna teks selalu mengalami perubahan tergantung konteks dan pembacanya.
  • 14. 14 C. Kesimpulan Hermeneutika setidaknya disusun dalam tiga kesatuan yang sangat penting, yaitu (1) adanya tanda, pesan berita yang kerap berbentuk teks, (2) harus ada sekelompok penerima yang bertanya-tanya atau merasa “asing” terhadap pesan itu. (3) adanya perantara atau kurir antara kedua belah pihak. Ada dua dimensi besar dalam hermeneutika yaitu hermeneutika intensionalisme dan hermeneutika gadamerian. Kedua saling berbeda dalam meletakan posisi makna: di “produksi” atau di “pemirsa”. Mediasi dan proses membawa pesan “agar dipahami” yang diasosikan dengan Dewa Hermes terkandung di dalam tiga bentuk makna dasar dari hermēneuien dan hermēneia dalam penggunaan aslinya. Tiga bentuk ini menggunakan bentuk kata kerja dari hermēneuein, yaitu: to say, to explain, dan to translate atau to interpret.
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA Adian, Donny Gahral. 2002. Pilar-pilar Filsafat Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra. Adian, Donny Gahral. 2005. Percik Pemikiran Kontemporer: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra. Bleicher, Josef. 2003. Hermeneutika Kontemporer. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. Delgaauw, Bernard. 2001. Filsafat Abad 20, terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana. Hadiwijono, Hasan. 1993. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Cet. Ke 9. Yogyakarta: Kanisius Jazim Hamidi. 2005. Hermeneutika Hukum. Yogyakarta: UII Press. Muhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Reka Sarasin. Muslih, Moh.. 2005. Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar. Palmer, Richard E. 2005. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, Terj. Masnur Heri Damanhuri Muhammad, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Poespoprodjo, W. 2004. Hermeneutika, Bandung: Pustaka Setia. Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hermeneutika antara Intersionalisme dan Gadamerian, Jogjakarta: Ar-Ruzmedia. Sutrisno, et.al.. 2005. Para Filusuf Penentu Gerak Zaman, Yogyakarta: Kanisius. Sutrisno, Mudji. 2004. “Rumitnya Pencarian Diri Kultural” dalam Hermeneutika Pascakolonial: Soal Identitas. Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (editor), Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Supriyono, J. 2004. “Mencari Identitas Kultur Keindonesiaan,” dalam Hermeneutika Pascakolonial: Soal Identitas. Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (ed.), Yogyakarta: Yayasan Kanisius.