SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
PengertianFilsafat
Secara etimologis kata filsafat dalam bahasa Yunani adalah philosophia,
yaitu gabungan dari dua kata philia atau philen yang berarti cinta atau mencintai
dan sophos yang berarti kebijaksanaan. Sementara dalam bahasa Inggris, filsafat
berasal dari kata philosophy yang bisa diartikan sebagai mencintai kebajikan.
Secara terminologis, dalam Kamus Filsafat (Loren Bagus, 1996:42)
dijelaskan beberapa pengertian pokoktentang filsafat menurut kalangan filosof,
yaitu: Pertama, filsafat merupakan upaya spekulatif untuk menyajikan suatu
pandangan sistematik serta lengkap tentang suatu realitas; Kedua, merupakan
upaya melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata; Ketiga, filsafat
merupakan upaya menentukan batas-batas dan jangkauan dari pengetahuan baik itu
tentang sumber, hakikat,, keabsahan, dan nilainya; Keempat, penyelidikan kritis
atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh
berbagai bidang pengetahuan; Keenam, filsafat merupakan disiplin ilmu yang
berupaya untuk membantu melihat apa yang dikatakan dan untuk mengatakan apa
yang dilihat.
Endang Saifuddin Anshari (1987: 83) mengutip pernyataan Al Farabi bahwa
pengertian filsafat adalah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Sedangkan Sumarno, Karimah, dan Damayani dalam buku Filsafat dan Etika
Komunikasi (2004: 13-14) pengertian filsafat dapat dibedakan menjadi:
1. Filsafat sebagai suatu sikap. Filsafat merupakan sikap terhadap kehidupan dan
alam semesta.Bagaimana manusia yang berfilsafat dalam menyikapi hidup dan
alam sekitarnya.
2. Filsafat sebagai suatu metoda. Berfilsafat artinya berpikir secara reflektif, yakni
berpikir dengan memerhatikan unsure di belakang objek yang menjadi pusat
pemikirannya.
3. Filsafat sebagai kumpulan persoalan. Befilsafat artinya berusaha untuk
memecahkan persoalan-persoalan hidup.
4. Filsafat merupakan sistem pemikiran. Socrates, Plato, atau Aristoteles
merupakan tokoh filsafat yang menghasilkan sistem pemikiran yang menjadi acuan
dalam menjawab persoalan, sebagai metode, dan cara bersikap kenyataan.
5. Filsafat merupakan analisis logis. Filsafat berarti berbicara tentang bahasa dan
penjelasan makna-makna yang terkandung dalam kata dan pengertian.Hampir
setiap filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti istilah dan pemakaian
bahasa.
6. Filsafat merupakan suatu usaha memperoleh pandangan secara menyeluruh.
Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai macam
ilmu serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh.
Sementara Muntasyir dan Munir (2002: 3) memberikan klasifikasi
pengertian tentang filsafat, sebagai berikut :
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya
filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan
pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang
alam (arti spekulatif).
4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris.
5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian
dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
2.2 PengertianFenomenologi
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang
mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomenologi dalam filsafat
biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti dari
pada fenomena ini. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich
Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman.Dalam bukunya Neues
Organon (1764).ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata. Dalam pendekatan
sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu
yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk
mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita
alami. G.W.F. Hegel dan Edmund Husserl adalah dua tokoh penting dalam
pengembangan pendekatan filosofis ini.
Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon. Kata ini berasal dari
bahasa Yunani Phainein berarti menunjukkan. Dari kata ini timbul
kata Pheinomenon berarti yang muncul dalam kesadaran manusia. Dalam
fenomenologi, ditetapkan bahwa setiap gambaran pikir dalam pikiran sadar
manusia, menunjukkan pada suatu hal keadaan yang
disebut intentional (berdasarkan niat atau keinginan).
Secara harfiah, fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang
menganggap bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Fenomenalisme juga adalah suatu metode pemikiran. Fenomenologi merupakan
sebuah aliran yang berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk mengerti yang
sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan
kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan
merangsang alat inderawi yang kemudian diterima oleh akal ( otak ) dalam bentuk
pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Penalaran inilah
yang dapat membuat manusia mampu berpikir secara kritis.
Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai subyek
memaknai obyek-obyek di sekitarnya. Ketika berbicara tentang makna dan
pemaknaan yang dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya. Pada intinya,
bahwa aliran fenomenologi mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita
ketahui sekarang ini merupakan pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya
melalui hal-hal yang pernah kita lihat, rasa, dengar oleh alat indera kita.
Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran murni yang
dialami manusia.
2.3 Tokoh-tokohFenomenologi
1. Edmund Husserl (1859-1938)
Menurut Husserl, memahami fenomenologi sebagai suatu metode dan ajaran
filsafat. Sebagai metode, Husserl membentangkan langkah-langkah yang harus
diambil agar sampai pada fenomeno yang murni. Untuk melakukan itu, harus
dimulai dengan subjek (manusia) serta kesadarannya dan berusaha untuk kembali
pada kesadaran murni. Sedangkan sebagai filsafat, fenomenologi memberikan
pengetahuan yang perlu dan essensial tentang apa yang ada. Dengan kata lain,
fenomenologi harus dikembalikan kembali objek tersebut.
Metode fenomenologi menurut Husserl, menekankan satu hal penting yaitu,
penundaan keputusan. Penundaan keputusan harus ditunda (epoche) atau dikurung
(bracketing) untuk memahami fenomena. Pengetahuan yang kita miliki tentang
fenomena itu harus kita tinggalkan atau lepaskan dulu, agar fenomena itu dapat
menampakkan dirinya sendiri.
Untuk memahami filsafat Husserl ada beberapa kata kunci yang perlu diketahui.
Diantaranya:
1. Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena terkandung
pula nomena(sesuatuyang berada di balik fenomena)
2. Pengamatan adalah aktivitas spiritual atau rohani.
3. Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka da terarah pada subjek
4. Substansiadalah kongkret yang menggambarkan isi dan stuktur kenyataan
dan sekaligus bisa terjangkau.
Usaha untuk mencapai segala sesuatu itu harus melalui reduksi atau penyaringan
yang terdiri dari :
1. Reduksi fenomenologi, yaitu harus menyaring pengalaman-pengalaman
dengan maksud mendapat fenomena dalam wujud semurni-murninya. Dalam artian
bahwa, kita harus melepaskan benda-benda itu dari pandangan agama, adat
istiadat, ilmu pengetahuan dan ideologi.
2. Reduksi eidetis, yaitu dengan menyaring atau penempatan dalam tanda
kurung sebagai hal yang bukan eidos atau intisari atau hakikat gejala atau
fenomena.
3. Reduksi transcendental, yaitu dalam penerapannya berdasarkan subjeknya
sendiri perbuatannya dan kesadaran yang murni.
Namun, menurut para pengikut fenomenologi suatu fenomena tidak selalu harus
dapat diamati dengan indera. Sebab, fenomena dapat juga dilihat atau ditilik secara
ruhani tanpa melewati indera, fenomena tidak perlu suatu peristiwa.
2. Max Scheller (1874-1928)
Scheller berpendapat bahwa metode fenomenologi sama dengan cara
tertentu untuk memandang realitas. Dalam hubungan ini kita mengadakan
hubungan langsung dengan realitas berdasarkan intuisi (pengalaman
fenomenologi).
Menurutnya ada 3 fakta yang memegang peranan penting dalam pengalaman
filsafat. Diantaranya :
1. Fakta natural, yaitu berdasarkan pengalaman inderawi yang menyangkut
benda-benda yang nampak dalam pengalaman biasa.
2. Fakta ilmiah, yaitu yang mulai melepas diri dari penerapan inderawi yang
langsung dan semakin abstrak.
3. Fakta fenomenologis, merupakan isi intuitif yang merupakan hakikat dari
pengalaman langsung.
3. Martin Heidegger (1889-1976)
Menurut Heidegger, manusia itu terbuka bagi dunianya dan sesamanya.
Kemampuan seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal yang ada di luar dirinya
karena memiliki kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan
atau pembicaraan. Bagi heidegger untuk mencapai manusia utuh maka manusia
harus merealisasikan segala potensinya meski dalam kenyataannya seseorang itu
tidak mampu merealisasikannya. Ia tetap sekuat tenaga tidak pantang menyerah
dan selalu bertanggungjawab atas potensi yang belum teraktualisasikan.
Dalam persfektif yang lain mengenai sesosokHeidegger menjadi salah satu
filsafat yang fenomenal yaitu bahwa ia mengemukakan tentang konsep suasana
hati (mood). Seperti yang kita ketahui bahwa dengan suasana hatilah kita diatur
oleh dunia kita, bukan dalam pendirian pengetahuan observasional yang berjarak.
Biasanya, dengan posisi kita yang sedang bersahabat dengan suasana hati, maka
kita akan bisa mengenali diri kita yang sesungguhnya. Karena suasana hati bisa
menjadi tolak ukur untuk mengetahui hakikat diri dengan banyaknya pertanyaan
yang muncul seperti pencarian jati diri siapa kita sesungguhnya, apa kemampuan
kita, dan apa kekurangan atau kelebihan yang kita miliki, bagaimanakah kehidupan
kita yang selanjutnya dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Konsep inilah yang
menguatkan pendapat banyak orang mengenai sesosokorang yang mampu
melihat noumena danphenoumena.
4. Maurice Merlean-ponty (1908-1961)
Sebagaimana halnya Husserl, ia yakin seorang filosof benar-benar harus
memulai kegiatannya dengan meneliti pengalaman. Pengalamannya sendiri tentang
realitas, dengan begitu ia menjauhkan diri dari dua ekstrim yaitu :
Pertama hanya meneliti atau mengulangi penelitian tentang apa yang telah
dikatakan orang tentang realita, dan Kedua hanya memperhatikan segi-segi luar
dari pengalaman tanpa menyebut-nyebut realitas sama sekali.
Walaupun Marlean-Ponty setuju dengan Husserl bahwa kitalah yang dapat
mengetahui dengan sesuatu dan kita hanya dapat mengetahui benda-benda yang
dapat dicapai oleh kesadaran manusia, namun ia mengatakan lebih jauh lagi, yakni
bahwa semua pengalaman perseptual membawa syarat yang essensial tentang
sesuatu alam di atas kesadaran.
Oleh karena itu deskripsi fenomenologi yang dilakukan Marlean-Ponty tidak
hanya berurusan dengan data rasa atau essensi saja, akan tetapi menurutnya, kita
melakukan perjumpaan perseptual dengan alam. Marlean-Porty menegaskan sangat
perlunya persepsiuntuk mencapai yang real.
2.4 Jenis-Jenis TradisiFenomenologi
Inti dari tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian
dalam suasana yang alamiah.Tradisi memandang manusia secara aktif
mengintrepretasikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat memahami
lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan
lingkungannya.Titik berat tradisi fenomenologi adalah Pada bagaimana individu
mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya.
Adapun varian dari tradisi Fenomenologi ini adalah,:
1. Fenomena Klasik, percaya pada kebenaran hanya bisa didapatkan
melalui pengarahan pengalaman, artinya hanya mempercayai suatu
kebenaran dari sudut pandangnya tersendiri atau obyektif.
2. FenomenologiPersepsi, percayapada suatu kebenaran bisa di
dapatkan dari sudut pandang yang berbeda – beda, tidak hanya membatasi
fenomenologi pada obyektifitas, atau bisa dikatakan lebih subyektif.
3. FenomenologiHermeneutik, percaya pada suatu kebenaran yang di
tinjau baik dari aspek obyektifitas maupun subyektifitasnya, dan juga
disertai dengan analisis guna menarik suatu kesimpulan.
2.5 Prinsip DasarFenomenologi
Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologis:
 Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar. Kita akan
mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengan pengalaman itu sendiri.
 Makna benda terdiri dari kekuatan benda dalam kehidupan seseorang.
Bagaimana kita berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi kita.
 Bahasa merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa
yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.
2.6 FenomenologiSebagaiMetode Ilmu
Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati fenomena-
fenomena dalam kemurniannya. Fenomena di sini dipahami sebagai segala sesuatu
yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu
sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan
maupun kenyataan. Yang penting ialah pengembangan suatu metode yang tidak
memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya seperti
penampilannya tanpa prasangka sama sekali.
Seorang fenomenolog hendak menanggalkan segenap teori, praanggapan serta
prasangka, agar dapat memahami fenomena sebagaimana adanya: “Zu den Sachen
Selbst” (kembali kepada bendanya sendiri). Tugas utama fenomenologi menurut
Husserl adalah menjalin keterkaitan manusia dengan realitas.
Bagi Husserl, realitas bukan suatu yang berbeda pada dirinya lepas dari
manusia yang mengamati. Realitas itu mewujudkan diri, atau menurut ungkapan
Martin Heideger, yang juga seorang fenomenolog: “Sifat realitas itu membutuhkan
keberadaan manusia”.
Filsafat fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian yang sebenarnya
dengan cara menerobos semua fenomena yang menampakkan diri menuju kepada
bendanya yang sebenarnya. Usaha inilah yang dinamakan untuk mencapai
“Hakikat segala sesuatu”. Untuk itu, Husserl mengajukan dua langkah yang harus
ditempuh untuk mencapai esensi fenomena, yaitu
metode epoche dan eidetich vision.
Kata epoche berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: “menunda keputusan”
atau “mengosongkan diri dari keyakinan tertentu”. Epoche bisa juga berarti tanda
kurung (bracketing) terhadap setiap keterangan yang diperoleh dari suatu
fenomena yang nampak, tanpa memberikan putusan benar salahnya terlebih
dahulu. Fenomena yang tampil dalam kesadaran adalah benar-benar natural tanpa
dicampuri oleh presupposisipengamat
2.7 Konstribusi FenomenologiTerhadapIlmu Pengetahuan
Memperbincangkan fenomenologi tidak bisa ditinggalkan pembicaraan
mengenai konsep Lebenswelt (“dunia kehidupan”). Konsep ini penting artinya,
sebagai usaha memperluas konteks ilmu pengetahuan atau membuka jalur
metodologi baru bagi ilmu-ilmu sosial serta untuk menyelamatkan subjek
pengetahuan.
Edmund Husserl, dalam karyanya, The Crisis of European Science and
TranscendentalPhenomenology, menyatakan bahwa konsep “dunia kehidupan”
(lebenswelt ) merupakan konsep yang dapat menjadi dasar bagi (mengatasi) ilmu
pengetahuan yang tengah mengalami krisis akibat pola pikir positivistik dan
saintistik, yang pada prinsipnya memandang semesta sebagai sesuatu yang teratur
– mekanis seperti halnya kerja mekanis jam. Akibatnya adalah terjadinya
‘matematisasi alam’, alam dipahami sebagai keteraturan (angka-angka).
Pendekatan ini telah mendehumanisasi pengalaman manusia karena para saintis
telah menerjemahkan pengalaman manusia ke formula-formula impersonal.[7]
Dunia kehidupan dalam pengertian Husserl bisa dipahami kurang lebih dunia
sebagaimana manusia menghayati dalam spontanitasnya, sebagai basis tindakan
komunikasi antar subjek. Dunia kehidupan ini adalah unsur-unsur sehari-hari yang
membentuk kenyataan seseorang, yakni unsur dunia sehari-hari yang ia alami dan
jalani, sebelum ia menteorikannya atau merefleksikannya secara filosofis.
Konsep dunia kehidupan ini dapat memberikan inspirasi yang sangat kaya
kepada ilmu-ilmu sosial, karena ilmu-ilmu ini menafsirkan suatu dunia, yaitu
dunia sosial. Dunia kehidupan sosial ini tak dapat diketahui begitu saja lewat
observasiseperti dalam eksperimen ilmu-ilmu alam, melainkan terutama melalui
pemahaman (verstehen ). Apa yang ingin ditemukan dalam dunia sosial adalah
makna, bukan kausalitas yang niscaya.
Tujuan ilmuwan sosial mendekati wilayah observasinya adalah memahami
makna. Seorang ilmuwan sosial, dalam hal ini, tidak lebih tahu dari pada para
pelaku dalam dunia sosial itu. Oleh karena itu, dengan cara tertentu ia harus masuk
ke dalam dunia kehidupan yang unsur-unsurnya ingin ia jelaskan itu. Untuk dapat
menjelaskan, ia harus memahaminya. Untuk memahaminya, ia harus dapat
berpartisipasi ke dalam proses yang menghasilkan dunia kehidupan itu.
Kontribusi dan tugas fenomenologi dalam hal ini adalah deskripsi atas sejarah
lebenswelt (dunia kehidupan) tersebut untuk menemukan ‘endapan makna’ yang
merekonstruksi kenyataan sehari-hari. Maka meskipun pemahanan terhadap makna
dilihat dari sudut intensionalitas (kesadaran) individu, namun ‘akurasi’
kebenarannya sangat ditentukan oleh aspek intersubjektif. Dalam arti, sejauh mana
‘endapan makna’ yang detemukan itu benar-benar di rekonstruksi dari dunia
kehidupan sosial, dimana banyak subjek sama-sama terlibat dan menghayati.
Demikianlah, dunia kehidupan sosial merupakan sumbangan dari
fenomenologi, yang menempatkan fenomena sosial sebagai sistem simbol yang
harus dipahami dalam kerangka konteks sosio-kultur yang membangunnya. Ini
artinya unsur subjek dilihat sebagai bagian tak terpisahkan dari proses terciptanya
suatu ilmu pengetahuan sekaligus mendapatkan dukungan metodelogisnya.
2.8 Kelebihan dan KekuranganFilsafatFenomenologi
Kelebihan filsafat fenomenoligi diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan
penomena dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka macam teori
dan pandangan.
2. fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan
benar-benar yang objektif.
3. fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak
terpisah dari objek lainnya.
Dengan demikian fenomenologi menuntut pendekatan yang holistik, bukan
pendekatanpartial, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh mengenai objek
yang diamati, hal ini lah yang menjadi kelebihan filsafat ini sehingga banyak
dipakai oleh ilmuan-ilmuan pada saat ini terutama ilmuan sosial, dalam berbagai
kajian keilmuan mereka termasuk bidang kajian agama.
Dari berbagai kelebihan tersebut, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput
dari berbagai kelemahan, seperti :
1. Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif
tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama
ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd.
2. Pengetahuan yang didapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan nilai
(value-bound).

More Related Content

What's hot

Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMas Yono
 
Sejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat KomunikasiSejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat KomunikasiEm Tibyan
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmuifa lutfita
 
Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013Damar Firdaus
 
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiCabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiIntelektual Aceh
 
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)ELce PurWandarie
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)
Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)
Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)KuliahMandiri.org
 
Syarifudin, fenomenologi
Syarifudin, fenomenologiSyarifudin, fenomenologi
Syarifudin, fenomenologiSyarifudin Amq
 
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuanFilsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuanIthaa Napashaa Part II
 
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi IlmuMakalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmusayid bukhari
 
Dasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanDasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanMuhammad Ihsan
 

What's hot (19)

Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
Hermeneutika
HermeneutikaHermeneutika
Hermeneutika
 
Dasar pendidikan iv
Dasar pendidikan ivDasar pendidikan iv
Dasar pendidikan iv
 
Sejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat KomunikasiSejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat Komunikasi
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmu
 
Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013
 
2 dasar dasar pengetahuan
2 dasar dasar pengetahuan2 dasar dasar pengetahuan
2 dasar dasar pengetahuan
 
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiCabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
 
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
Ontologi (Metafisika, Asumsi, dan Peluang)
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
 
Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)
Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)
Jurnal Filsafat UGM Vol 18, no 1 (2008)
 
Logika2
Logika2Logika2
Logika2
 
Syarifudin, fenomenologi
Syarifudin, fenomenologiSyarifudin, fenomenologi
Syarifudin, fenomenologi
 
MATERI 1 - Pengantar Filsafat Ilmu
MATERI 1 - Pengantar Filsafat IlmuMATERI 1 - Pengantar Filsafat Ilmu
MATERI 1 - Pengantar Filsafat Ilmu
 
Sumber Pengetahuan
Sumber PengetahuanSumber Pengetahuan
Sumber Pengetahuan
 
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuanFilsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
Filsafat sebagai landasan ilmu pengetahuan
 
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi IlmuMakalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
 
Dasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanDasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar Pengetahuan
 

Similar to PengertianFenomenologiSecaraSingkat

PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptheri146962
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Alfis Khisoli
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriDimasBimaAndika
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)UIN Surabaya
 
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docxPenjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docxRahmandaArif
 
FENOMENOLOGI(1).pptx
FENOMENOLOGI(1).pptxFENOMENOLOGI(1).pptx
FENOMENOLOGI(1).pptxZainal78
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptEFENDIDIANSYAH
 
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_sKelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_slilisnurkhafida
 
FENOMENOLOGI.pptx
FENOMENOLOGI.pptxFENOMENOLOGI.pptx
FENOMENOLOGI.pptxrisca18
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okRizal Fahmi
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanvian rahayu
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxfebry66
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
EpistemologiMzHendra
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanAnnisa Fauzia
 

Similar to PengertianFenomenologiSecaraSingkat (20)

Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
METAFISIKA.pptx
METAFISIKA.pptxMETAFISIKA.pptx
METAFISIKA.pptx
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
 
filsafat, ilmu dan pengetahuan
 filsafat, ilmu dan pengetahuan filsafat, ilmu dan pengetahuan
filsafat, ilmu dan pengetahuan
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
 
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docxPenjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
Penjelasan tentang Falsafah Kesatuan Ilmu (Artikel).docx
 
FENOMENOLOGI(1).pptx
FENOMENOLOGI(1).pptxFENOMENOLOGI(1).pptx
FENOMENOLOGI(1).pptx
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_sKelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
 
FENOMENOLOGI.pptx
FENOMENOLOGI.pptxFENOMENOLOGI.pptx
FENOMENOLOGI.pptx
 
Fenomenologis
FenomenologisFenomenologis
Fenomenologis
 
Epistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran okEpistemologi makna & kebenaran ok
Epistemologi makna & kebenaran ok
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
filsafat ilmu B1
filsafat ilmu B1filsafat ilmu B1
filsafat ilmu B1
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 

PengertianFenomenologiSecaraSingkat

  • 1. PengertianFilsafat Secara etimologis kata filsafat dalam bahasa Yunani adalah philosophia, yaitu gabungan dari dua kata philia atau philen yang berarti cinta atau mencintai dan sophos yang berarti kebijaksanaan. Sementara dalam bahasa Inggris, filsafat berasal dari kata philosophy yang bisa diartikan sebagai mencintai kebajikan. Secara terminologis, dalam Kamus Filsafat (Loren Bagus, 1996:42) dijelaskan beberapa pengertian pokoktentang filsafat menurut kalangan filosof, yaitu: Pertama, filsafat merupakan upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang suatu realitas; Kedua, merupakan upaya melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata; Ketiga, filsafat merupakan upaya menentukan batas-batas dan jangkauan dari pengetahuan baik itu tentang sumber, hakikat,, keabsahan, dan nilainya; Keempat, penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan; Keenam, filsafat merupakan disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu melihat apa yang dikatakan dan untuk mengatakan apa yang dilihat. Endang Saifuddin Anshari (1987: 83) mengutip pernyataan Al Farabi bahwa pengertian filsafat adalah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Sedangkan Sumarno, Karimah, dan Damayani dalam buku Filsafat dan Etika Komunikasi (2004: 13-14) pengertian filsafat dapat dibedakan menjadi: 1. Filsafat sebagai suatu sikap. Filsafat merupakan sikap terhadap kehidupan dan alam semesta.Bagaimana manusia yang berfilsafat dalam menyikapi hidup dan alam sekitarnya. 2. Filsafat sebagai suatu metoda. Berfilsafat artinya berpikir secara reflektif, yakni berpikir dengan memerhatikan unsure di belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya. 3. Filsafat sebagai kumpulan persoalan. Befilsafat artinya berusaha untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup. 4. Filsafat merupakan sistem pemikiran. Socrates, Plato, atau Aristoteles merupakan tokoh filsafat yang menghasilkan sistem pemikiran yang menjadi acuan dalam menjawab persoalan, sebagai metode, dan cara bersikap kenyataan. 5. Filsafat merupakan analisis logis. Filsafat berarti berbicara tentang bahasa dan penjelasan makna-makna yang terkandung dalam kata dan pengertian.Hampir setiap filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti istilah dan pemakaian bahasa. 6. Filsafat merupakan suatu usaha memperoleh pandangan secara menyeluruh.
  • 2. Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai macam ilmu serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh. Sementara Muntasyir dan Munir (2002: 3) memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat, sebagai berikut : 1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal). 2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal). 3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif). 4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris. 5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. 2.2 PengertianFenomenologi Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti dari pada fenomena ini. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman.Dalam bukunya Neues Organon (1764).ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata. Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami. G.W.F. Hegel dan Edmund Husserl adalah dua tokoh penting dalam pengembangan pendekatan filosofis ini. Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon. Kata ini berasal dari bahasa Yunani Phainein berarti menunjukkan. Dari kata ini timbul kata Pheinomenon berarti yang muncul dalam kesadaran manusia. Dalam fenomenologi, ditetapkan bahwa setiap gambaran pikir dalam pikiran sadar manusia, menunjukkan pada suatu hal keadaan yang disebut intentional (berdasarkan niat atau keinginan). Secara harfiah, fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Fenomenalisme juga adalah suatu metode pemikiran. Fenomenologi merupakan sebuah aliran yang berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan
  • 3. kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan merangsang alat inderawi yang kemudian diterima oleh akal ( otak ) dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir secara kritis. Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai subyek memaknai obyek-obyek di sekitarnya. Ketika berbicara tentang makna dan pemaknaan yang dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya. Pada intinya, bahwa aliran fenomenologi mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita ketahui sekarang ini merupakan pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya melalui hal-hal yang pernah kita lihat, rasa, dengar oleh alat indera kita. Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran murni yang dialami manusia. 2.3 Tokoh-tokohFenomenologi 1. Edmund Husserl (1859-1938) Menurut Husserl, memahami fenomenologi sebagai suatu metode dan ajaran filsafat. Sebagai metode, Husserl membentangkan langkah-langkah yang harus diambil agar sampai pada fenomeno yang murni. Untuk melakukan itu, harus dimulai dengan subjek (manusia) serta kesadarannya dan berusaha untuk kembali pada kesadaran murni. Sedangkan sebagai filsafat, fenomenologi memberikan pengetahuan yang perlu dan essensial tentang apa yang ada. Dengan kata lain, fenomenologi harus dikembalikan kembali objek tersebut. Metode fenomenologi menurut Husserl, menekankan satu hal penting yaitu, penundaan keputusan. Penundaan keputusan harus ditunda (epoche) atau dikurung (bracketing) untuk memahami fenomena. Pengetahuan yang kita miliki tentang fenomena itu harus kita tinggalkan atau lepaskan dulu, agar fenomena itu dapat menampakkan dirinya sendiri. Untuk memahami filsafat Husserl ada beberapa kata kunci yang perlu diketahui. Diantaranya: 1. Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena terkandung pula nomena(sesuatuyang berada di balik fenomena) 2. Pengamatan adalah aktivitas spiritual atau rohani. 3. Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka da terarah pada subjek 4. Substansiadalah kongkret yang menggambarkan isi dan stuktur kenyataan dan sekaligus bisa terjangkau. Usaha untuk mencapai segala sesuatu itu harus melalui reduksi atau penyaringan yang terdiri dari : 1. Reduksi fenomenologi, yaitu harus menyaring pengalaman-pengalaman dengan maksud mendapat fenomena dalam wujud semurni-murninya. Dalam artian
  • 4. bahwa, kita harus melepaskan benda-benda itu dari pandangan agama, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan ideologi. 2. Reduksi eidetis, yaitu dengan menyaring atau penempatan dalam tanda kurung sebagai hal yang bukan eidos atau intisari atau hakikat gejala atau fenomena. 3. Reduksi transcendental, yaitu dalam penerapannya berdasarkan subjeknya sendiri perbuatannya dan kesadaran yang murni. Namun, menurut para pengikut fenomenologi suatu fenomena tidak selalu harus dapat diamati dengan indera. Sebab, fenomena dapat juga dilihat atau ditilik secara ruhani tanpa melewati indera, fenomena tidak perlu suatu peristiwa. 2. Max Scheller (1874-1928) Scheller berpendapat bahwa metode fenomenologi sama dengan cara tertentu untuk memandang realitas. Dalam hubungan ini kita mengadakan hubungan langsung dengan realitas berdasarkan intuisi (pengalaman fenomenologi). Menurutnya ada 3 fakta yang memegang peranan penting dalam pengalaman filsafat. Diantaranya : 1. Fakta natural, yaitu berdasarkan pengalaman inderawi yang menyangkut benda-benda yang nampak dalam pengalaman biasa. 2. Fakta ilmiah, yaitu yang mulai melepas diri dari penerapan inderawi yang langsung dan semakin abstrak. 3. Fakta fenomenologis, merupakan isi intuitif yang merupakan hakikat dari pengalaman langsung. 3. Martin Heidegger (1889-1976) Menurut Heidegger, manusia itu terbuka bagi dunianya dan sesamanya. Kemampuan seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal yang ada di luar dirinya karena memiliki kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan atau pembicaraan. Bagi heidegger untuk mencapai manusia utuh maka manusia harus merealisasikan segala potensinya meski dalam kenyataannya seseorang itu tidak mampu merealisasikannya. Ia tetap sekuat tenaga tidak pantang menyerah dan selalu bertanggungjawab atas potensi yang belum teraktualisasikan. Dalam persfektif yang lain mengenai sesosokHeidegger menjadi salah satu filsafat yang fenomenal yaitu bahwa ia mengemukakan tentang konsep suasana hati (mood). Seperti yang kita ketahui bahwa dengan suasana hatilah kita diatur oleh dunia kita, bukan dalam pendirian pengetahuan observasional yang berjarak. Biasanya, dengan posisi kita yang sedang bersahabat dengan suasana hati, maka kita akan bisa mengenali diri kita yang sesungguhnya. Karena suasana hati bisa menjadi tolak ukur untuk mengetahui hakikat diri dengan banyaknya pertanyaan yang muncul seperti pencarian jati diri siapa kita sesungguhnya, apa kemampuan
  • 5. kita, dan apa kekurangan atau kelebihan yang kita miliki, bagaimanakah kehidupan kita yang selanjutnya dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Konsep inilah yang menguatkan pendapat banyak orang mengenai sesosokorang yang mampu melihat noumena danphenoumena. 4. Maurice Merlean-ponty (1908-1961) Sebagaimana halnya Husserl, ia yakin seorang filosof benar-benar harus memulai kegiatannya dengan meneliti pengalaman. Pengalamannya sendiri tentang realitas, dengan begitu ia menjauhkan diri dari dua ekstrim yaitu : Pertama hanya meneliti atau mengulangi penelitian tentang apa yang telah dikatakan orang tentang realita, dan Kedua hanya memperhatikan segi-segi luar dari pengalaman tanpa menyebut-nyebut realitas sama sekali. Walaupun Marlean-Ponty setuju dengan Husserl bahwa kitalah yang dapat mengetahui dengan sesuatu dan kita hanya dapat mengetahui benda-benda yang dapat dicapai oleh kesadaran manusia, namun ia mengatakan lebih jauh lagi, yakni bahwa semua pengalaman perseptual membawa syarat yang essensial tentang sesuatu alam di atas kesadaran. Oleh karena itu deskripsi fenomenologi yang dilakukan Marlean-Ponty tidak hanya berurusan dengan data rasa atau essensi saja, akan tetapi menurutnya, kita melakukan perjumpaan perseptual dengan alam. Marlean-Porty menegaskan sangat perlunya persepsiuntuk mencapai yang real. 2.4 Jenis-Jenis TradisiFenomenologi Inti dari tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah.Tradisi memandang manusia secara aktif mengintrepretasikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungannya.Titik berat tradisi fenomenologi adalah Pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Adapun varian dari tradisi Fenomenologi ini adalah,: 1. Fenomena Klasik, percaya pada kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan pengalaman, artinya hanya mempercayai suatu kebenaran dari sudut pandangnya tersendiri atau obyektif. 2. FenomenologiPersepsi, percayapada suatu kebenaran bisa di dapatkan dari sudut pandang yang berbeda – beda, tidak hanya membatasi fenomenologi pada obyektifitas, atau bisa dikatakan lebih subyektif. 3. FenomenologiHermeneutik, percaya pada suatu kebenaran yang di tinjau baik dari aspek obyektifitas maupun subyektifitasnya, dan juga disertai dengan analisis guna menarik suatu kesimpulan.
  • 6. 2.5 Prinsip DasarFenomenologi Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologis:  Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar. Kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengan pengalaman itu sendiri.  Makna benda terdiri dari kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Bagaimana kita berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi kita.  Bahasa merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu. 2.6 FenomenologiSebagaiMetode Ilmu Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati fenomena- fenomena dalam kemurniannya. Fenomena di sini dipahami sebagai segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun kenyataan. Yang penting ialah pengembangan suatu metode yang tidak memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya seperti penampilannya tanpa prasangka sama sekali. Seorang fenomenolog hendak menanggalkan segenap teori, praanggapan serta prasangka, agar dapat memahami fenomena sebagaimana adanya: “Zu den Sachen Selbst” (kembali kepada bendanya sendiri). Tugas utama fenomenologi menurut Husserl adalah menjalin keterkaitan manusia dengan realitas. Bagi Husserl, realitas bukan suatu yang berbeda pada dirinya lepas dari manusia yang mengamati. Realitas itu mewujudkan diri, atau menurut ungkapan Martin Heideger, yang juga seorang fenomenolog: “Sifat realitas itu membutuhkan keberadaan manusia”. Filsafat fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian yang sebenarnya dengan cara menerobos semua fenomena yang menampakkan diri menuju kepada bendanya yang sebenarnya. Usaha inilah yang dinamakan untuk mencapai “Hakikat segala sesuatu”. Untuk itu, Husserl mengajukan dua langkah yang harus ditempuh untuk mencapai esensi fenomena, yaitu metode epoche dan eidetich vision. Kata epoche berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: “menunda keputusan” atau “mengosongkan diri dari keyakinan tertentu”. Epoche bisa juga berarti tanda kurung (bracketing) terhadap setiap keterangan yang diperoleh dari suatu fenomena yang nampak, tanpa memberikan putusan benar salahnya terlebih
  • 7. dahulu. Fenomena yang tampil dalam kesadaran adalah benar-benar natural tanpa dicampuri oleh presupposisipengamat 2.7 Konstribusi FenomenologiTerhadapIlmu Pengetahuan Memperbincangkan fenomenologi tidak bisa ditinggalkan pembicaraan mengenai konsep Lebenswelt (“dunia kehidupan”). Konsep ini penting artinya, sebagai usaha memperluas konteks ilmu pengetahuan atau membuka jalur metodologi baru bagi ilmu-ilmu sosial serta untuk menyelamatkan subjek pengetahuan. Edmund Husserl, dalam karyanya, The Crisis of European Science and TranscendentalPhenomenology, menyatakan bahwa konsep “dunia kehidupan” (lebenswelt ) merupakan konsep yang dapat menjadi dasar bagi (mengatasi) ilmu pengetahuan yang tengah mengalami krisis akibat pola pikir positivistik dan saintistik, yang pada prinsipnya memandang semesta sebagai sesuatu yang teratur – mekanis seperti halnya kerja mekanis jam. Akibatnya adalah terjadinya ‘matematisasi alam’, alam dipahami sebagai keteraturan (angka-angka). Pendekatan ini telah mendehumanisasi pengalaman manusia karena para saintis telah menerjemahkan pengalaman manusia ke formula-formula impersonal.[7] Dunia kehidupan dalam pengertian Husserl bisa dipahami kurang lebih dunia sebagaimana manusia menghayati dalam spontanitasnya, sebagai basis tindakan komunikasi antar subjek. Dunia kehidupan ini adalah unsur-unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan seseorang, yakni unsur dunia sehari-hari yang ia alami dan jalani, sebelum ia menteorikannya atau merefleksikannya secara filosofis. Konsep dunia kehidupan ini dapat memberikan inspirasi yang sangat kaya kepada ilmu-ilmu sosial, karena ilmu-ilmu ini menafsirkan suatu dunia, yaitu dunia sosial. Dunia kehidupan sosial ini tak dapat diketahui begitu saja lewat observasiseperti dalam eksperimen ilmu-ilmu alam, melainkan terutama melalui pemahaman (verstehen ). Apa yang ingin ditemukan dalam dunia sosial adalah makna, bukan kausalitas yang niscaya. Tujuan ilmuwan sosial mendekati wilayah observasinya adalah memahami makna. Seorang ilmuwan sosial, dalam hal ini, tidak lebih tahu dari pada para pelaku dalam dunia sosial itu. Oleh karena itu, dengan cara tertentu ia harus masuk ke dalam dunia kehidupan yang unsur-unsurnya ingin ia jelaskan itu. Untuk dapat menjelaskan, ia harus memahaminya. Untuk memahaminya, ia harus dapat berpartisipasi ke dalam proses yang menghasilkan dunia kehidupan itu. Kontribusi dan tugas fenomenologi dalam hal ini adalah deskripsi atas sejarah lebenswelt (dunia kehidupan) tersebut untuk menemukan ‘endapan makna’ yang merekonstruksi kenyataan sehari-hari. Maka meskipun pemahanan terhadap makna dilihat dari sudut intensionalitas (kesadaran) individu, namun ‘akurasi’ kebenarannya sangat ditentukan oleh aspek intersubjektif. Dalam arti, sejauh mana
  • 8. ‘endapan makna’ yang detemukan itu benar-benar di rekonstruksi dari dunia kehidupan sosial, dimana banyak subjek sama-sama terlibat dan menghayati. Demikianlah, dunia kehidupan sosial merupakan sumbangan dari fenomenologi, yang menempatkan fenomena sosial sebagai sistem simbol yang harus dipahami dalam kerangka konteks sosio-kultur yang membangunnya. Ini artinya unsur subjek dilihat sebagai bagian tak terpisahkan dari proses terciptanya suatu ilmu pengetahuan sekaligus mendapatkan dukungan metodelogisnya. 2.8 Kelebihan dan KekuranganFilsafatFenomenologi Kelebihan filsafat fenomenoligi diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut : 1. fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan penomena dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka macam teori dan pandangan. 2. fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan benar-benar yang objektif. 3. fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak terpisah dari objek lainnya. Dengan demikian fenomenologi menuntut pendekatan yang holistik, bukan pendekatanpartial, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh mengenai objek yang diamati, hal ini lah yang menjadi kelebihan filsafat ini sehingga banyak dipakai oleh ilmuan-ilmuan pada saat ini terutama ilmuan sosial, dalam berbagai kajian keilmuan mereka termasuk bidang kajian agama. Dari berbagai kelebihan tersebut, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari berbagai kelemahan, seperti : 1. Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd. 2. Pengetahuan yang didapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan nilai (value-bound).