Dokumen tersebut memberikan panduan bagaimana menjadi ibu yang baik (ibu yang sholihat, manfaat, aktif, rapi, dan seimbang) dengan cara memposisikan diri sebagai hamba Allah, memahami ajaran agama, meningkatkan pengetahuan, dan mengutamakan kemanfaatan orang lain.
2. Berlalunya moment terindah Ramadhan menghantarkan
kita menjadi pribadi-pribadi yang kembali kepada fitrah.
Apa betul semua menjadi pribadi yang suci? Semuanya
kembali kepada kita bagaimana kita menempa diri di
madrasah ramadhan dan melanjutkan hasil tarbiyah
tersebut dalam kehidupan kita berikutnya. Satu hal
kecil yang sering terlalai dalam ingatan kita adalah
kembali untuk menjadi hamba terbaik dalam pandangan
Allah, menjadi seorang ibu terbaik bagi anak-anak
kita, menjadi istri terbaik suami kita, dan menjadi warga
terbaik dalam perannya di masyarakat.
Menjadikan rumah tangga kita menjadi lebih islami setelah
tertarbiyah selama satu bulan penuh di bulan
keberkahan adalah suatu hal yang layak kita wujudkan.
3. IBU YANG SMART (
SHOLIHAT, MANFAAT, AKTIF, RAPI, TAWAZUN )
Ibu atau dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan
UMMI adalah seorang wanita yang
mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, dan
mendidik serya mengajarkan anak-anaknya agar bisa
membaca, menulis, berbicara, berperasaan, menjadi
pusat dan tempat kembali bagi anak-anaknya dalam
segala urusan.
4. IBU YANG SHOLIHAT
Seorang ibu yang sholihat, kita berdoa agar Allah memudahkan langkah
kita, adalah yang paham betul posisinya. ( dari sebuah taujih oleh
ustadz M. Ibrohim Da`yuh)
1. Di hadapan Allah
2. Dihadapan Rasulullah.
3. Terhadap Al qur`an.
4. Terhadap diri sendiri
5. Kewajiban terhadap rumahnya
6. Kewajiban terhadap masyarakatnya
7. Harus ber-tsaqofah islamiyah yang dalam.
5. Di hadapan Allah Ta`ala
Seorang ibu sholihat mampu memposisikan dirinya di
hadapan Allah sebagai seorang hamba yang pengabdi, ia
sadar betul setiap kegiatan apapun yang dilakukannya
adalah dalam rangka proses untuk menuju sebuah akhir
yang baik, sesungguhnya masalah terbesar seorang
hamba bukanlah masalah kehidupannya melainkan
kematiannya. Sehingga berbekal pulang ke kampung
akhirat adalah suatu sikap yang cerdas.
6. Di hadapan Rasulullah SAW
Seorang ibu sholihat akan memahami bahwa mencintai
rasulullah adalah kebutuhan karena ia sangat ridu akan
syafaat beliau. Sehingga akhlak kita dalam mencintai
Rasulullah adalah dengan mengqudwah perilaku
maupun ucapan beliau.
Membaca sirah nabawiyah untuk lebih mengenal
rasulullah adalah sebuah tuntutan.
7. Terhadap Al Qur`an
Dengan cara tilawah dan tadabur kemudian iltizam
terhadap kandungan Al qur`an. Setiap satu huruf dalam
Al Qur`an bernilai 10 pahala dan dengan membaca al
qur`an kita akan mendapatkan syafaat, maka kita harus
mengamalkan Al Qur`an dalam kehidupan kita sehari-
hari dan menjadikannya sebagai manhaj hidup kita.
8. Terhadap diri sendiri
Bekal untuk menjadi sholihat adalah dengan tazkiyatun
nafs atau penyucian jiwa yaitu :
1. Berbekal dengan ilmu terutama ilmu din
2. Senantiasa berdzikir
3. Senantiasa tadzakur dan tafakur ( mengingat dan
berfikir)
9. Kewajiban terhadap rumahnya
( baitiha)
Menjadikan rumah tangganya rumah tangga Islami
dengan persiapan :
1. Selalu menjaga kedekatannnya dengan Allah Ta`ala.
2. Selalu berusaha menambah ilmu dan ketrampilannya.
( yang mutlak ada ilmu fiqih, kesehatan, dan psikologi
anak.)
3. Pandai mengatur waktu.
4. Menjaga hubungan baik dengan tetangga.
10. Ciri rumah berkah :
1. Selalu dihiasi Qiyamul lail.
2. Selalu dibacakan Al Qur`an.
3. Ada upaya untuk saling menasehati dan
mengingatkan di antara anggota keluarga, sehingga
ketika kita sholihat adalah suatu keniscayaan
menjadikan suami kita sholih, jd perlu kita refresh
kembali bahwa tujuan nikah secara syar ` I ada
4, yaitu mendirikan keluarga islami, membantu
kita ghodul bashar, mendapatkan keturunan
sholih, tercipta ketenangan.
11. IBU YANG MANFAAT
Pribadi yang paling beruntung adalah menjadi
pribadi paling manfaat. Ketika hal ini sudah
melekat dalam diri kita untuk bersikap itsar atau
mengutamakan kepentingan orang lain bukanlah
suatu beban. Kemanfaatan yang kita berikan
adalah kontribusi amal yang akan mengisi
rekening kita kelak, kemanfaatan ini selain
dirasakan oleh anggota keluarga juga harus
diberikan kepada masyarakat, apapun bentuknya
termasuk kaitannya dengan profesi yang kita
geluti.
12. IBU YANG AKTIF
Kita hidup selalu berproses, dan proses inilah yang akan
dinilai di hadapan Allah sekali-kali bukanlah hasilnya.
Sehingga dalam setiap Aktifitas apapun yang kita
lakukan hendaklah dalam rangka penghambaan penuh kita
untuk bisa berakhir baik di penghujungnya.
Menjadi ibu yang aktif berarti kita adalah pribadi yang
optimis yang selalu ingin menaikkan grade untuk menjadi
lebih baik, hal ini untuk menunjang kemanfaatan
kita, dilakukan dengan memperdalam tsaqofah islamiyah
kita sehinggan azzam yang kuat untuk menjadi ibu yang
aktif akan muncul.
13. IBU YANG RAPI
Rapi tidak saja secara performance, meskipun secara
fitrah seorang wanita pengennya selalu tampil
cantik, menawan, dan dikagumi.
Rapi disini lebih ditekankan pada amal atau
kerja, didahului dengan niat yang ikhlas dan ihsan
sehingga akan melahirkan perbuatan yang baik dan
finishingnya pun juga baik.
Kerja yang rapi yang menciptakan perbuatan baik akan
berdampak kecintaan, pahala, dan pertolongan Allah
SWT.
14. IBU YANG TAWAZUN / SEIMBANG
Untuk bisa merealisasi ibu yang
Sholihat, Manfaat, Aktif, Rapi maka harus tawazun.
Secara fitrah manusia itu lurus/hanif sehingga harus
seimbang antara jasad/fisik, akal, dan hati atau ruh.
Jasad dipenuhi dengan gizi tubuh ; makanan dan kesehatan.
Akal dipenuhi dengan gizi akal ; ilmu
Ruh atau hati dipenuhi dengan gizi ruh ; dzikrullah.
Apabila ketiga komponen ini seimbang maka akan tercipta
nikmat lahir batin dan tentu kita akan menjadi HAPPY
MOTHER.
Wallahu `alam.