Standar kompetensi lulusan dan mengajar merupakan hal penting dalam pendidikan. Dokumen ini membahas tentang tujuan dan standar kompetensi dalam pembelajaran, meliputi tingkatan tujuan pendidikan, hubungan antara tujuan dan kompetensi, kualifikasi standar kompetensi lulusan, dan standar kompetensi mata pelajaran biologi. Dokumen ini juga membahaskan mengenai pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran dan kon
1. 1
Tugas kelompok 1
TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI
MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran)
Oleh:
Kelas B/VI
Asma Palupi : 1211060128
Fitri Mulyana : 1211060062
M. Widi Irawansyah: 1211060196
Wiwit Nurhasanah : 1211060033
Dosen: Supriyadi, M.Pd
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2015
2. 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................... ............ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
2.1 Tujuan dan Standar Kompetensi.........................................................
a. Pentingnya Perumusan Tujuan...........................................................
b. Tingkatan Tujuan ................................................................................
c. Tujuan dan Kompetensi.......................................................................
d. Standa Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan..............................
e. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran Biologi..................
f. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ..................................................
2.2 Mengajar dan Belajar dalam Standar Proses Pendidikan................
a. Konsep Dasar Mengajar ......................................................................
b. Perlunya Paradigma Tentang Mengajar ...........................................
c. Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan .......................
d. Teori-Teori Belajar ..............................................................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud manusia bahwa
manusia bagaimanapum juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara
kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan
berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi.
Dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang di sengaja, ada
istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksoi yang berlangsung
dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu
interaksi edukatif perlu dibedakan dari interkasi yang lain. Dalam arti yang lebih
spesifik pada bidang pengajaran, dikenal adanya istilah interaksi belajar-mengajar.
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, standar proses pendidikan (SPP)
memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab bagaimanapun idealnya standar isi
dan standar lulusan serta standar-standar lainnya, tanpa di dukung oleh standar
proses yang memadai, maka standar-standar tersebut tidak akan memiliki nilai apa-
apa. Dalam konteks itulah standar proses pendidikan merupakan hal yang harus
mendapat perhatian bagi pemerintah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini akan di kaji mengenai
tujuan dan standar kompetisi mengajar dan belajar dalam standar proses
pendidikan.
1.2 Rumusan Makalah
Adapun rumusan masalah yang di munculkan adalah:
1. Apa pentingnya perumusan tujuan dalam pembelajaran?
2. Bagaimana tingkatan tujuan pendidikan secara umum dan khusus?
3. Bagaimana tujuan dan kompetensi dalam konteks pembelajaran?
4. Apa saja kualifikasi standar kompetensi lulusan satuan pendidikan?
4. 4
5. Apa saja standar kompetensi kelompok mata pelajaran biologi?
6. Bagaimana merumuskan tujuan dalam pembelajaran?
7. Bagaimana mengajar dan belajar dalam standar proses pendidikan?
8. Apa saja konsep dasar mengajar?
9. Apa perlunya perlunya perubahan paradigma tentang mengajar?
10. Apa makna mengajar dalam standar proses pendidikan?
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
1.3 Tujuan dan Standar Kompetensi
A. Pentingnya Perumusan Tujuan
Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan
yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang
dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Oleh sebab itu, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang
harus dilakukan dalam merancang sebuah program pembelajaran.
Mengajar bukan hanya proses menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
dan bukan hanya sekedar ceramah yang diukur oleh seberapa banyak materi itu
telah disampaikan kepada siswa, melainkan mengajar adalah proses untuk
mencapai tujuan. Dengan demikian, kriteria keberhasilan diukur oleh bagaimana
aktivitas siswa untuk mempelajari bahan pelajaran serta seberapa banyak materi
yang telah dikuasainya itu mampu mempengaruhi pola pikir siswa.1
Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu
program pembelajaran yaitu :
1. Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas
keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil
manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan itu
merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran.
2. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan
belajr siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam
melaksanakan aktivitas belajar.
3. Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesai sistem pengajaran
1
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung :
Kencana. 2006. h. 63
6. 6
4. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-
batas dan kualitas pembelajaran.
B. Tingkatan Tujuan
Dilihat dari hirarkisnya tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat umum
sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur. Tujuan pendidikan dibagi
menjadi empat yaitu2
:
1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
TPN adalah tujuan umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan
pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan
pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik
pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal maupun
nonformal. TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan
pendidikan.
Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai
pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3, yang
merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
2. Tujuan Institusional (TI)
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang
harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan
program disuatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan
2
Loeloek Endah Purwati, Sofan Amri. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustaka. 2013. h. 44
7. 7
antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi
lulusan setiap jenjang pendidikan. Seperti misalnya standar kompetensi pendidikan
dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.
Berikut contoh tujuan institusional, seperti yang tertuang dalam peraturan
Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal
26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikian lebih lanjut.
3. Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau
mata pelajaran. Tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus
dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam
suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan
untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.
Pada peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,
kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan menengah terdiri atas :
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
4. Tujuan Pembelajaran atau Instruksional (TP)
Tujuan pembelajaran atau instruksional merupakan tujuan yang paling khusus.
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan
8. 8
sebagai kemampuan yang harus dimili oleh oleh anak didik setelah mereka mempelajari
bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.3
C. Tujuan dan Kompetensi
Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang
harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompetensi adalah
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.
Dalam kompetensi sebagai tujuan, didalamnya terdapat beberapa aspek, yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap
individu.
3. Kemahiran (skill), yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara
praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4. Nilai (value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh individu.
5. Sikap (antitude) yaitu pandang individu terhadap sesuatu.
6. Minat (interest), yaitu kecerdasan individu untuk melakukan suatu perbuatan.
Kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum itu bersifat komplek. Tujuan yang
ingin dicapai dalam kompetensi ini bukan hanya sekedar pemahaman akan materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat
mempengaruhi cara bertindak dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Klasifikasi kompetensi mencangkup :
1. Kompetensi lulusan, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh
pesertaa didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan
pendidikan tertentu. Misalnya, kompetensi lulusan SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA dan SMK. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi lulusan
termasuk tujuan institusional.
3
Wina Sanjaya. Op.Cit h. 68
9. 9
2. Kompetensi Standar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak
didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang
pendidikan yang diikutinya. Misalnya, kompetensi yang harus dicapai oleh mata
pelajaran IPA di SD. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi dasar termasuk
pada tujuan kurikuler.
3. Kompetensi Dasar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik
dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada
jenjang pendidikan tertentu. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi dasar
termasuk pada tujuan pembelajaran.
D. Standar Kompetensi Lulusan Satuan
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa : Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebuah pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Dalam pasal 1 ayat 2 Satandar
Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata
pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.4
Kompetensi adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan
peserta didik setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Standar Kompetensi adalah
suatu ukuran kompetensi yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu
proses dalam satuan pendidika tertentu. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
E. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran Biologi
Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi bertujuan:
Mengembangkan logika, kemampuan berfikir dan analisis peserta didik. Pada
satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui tujuan
dan/atau kegiatan bahasa, Matematika, Ilmu pengetahuan alam, ilmu
4
Loeloek Endah Purwati, Sofan Amri, Op.Cit. h. 78
10. 10
pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi,
serta muatan lokal yang relevan.
Standar kompetensi pada mata pelajaran biologi pada jenjang
SMA/MA/SMALB/Paket C yakni:
1. Memahami hakikat biologi sebagai ilmu.
2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup.
3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati
4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan
energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
5. Memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan
6. Memahami Keterkaitan Antara Strktur Dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Dan
Hewan Serta Penerapannya Dalam Konteks Saling Temas
7. Menjelaskan Struktur Dan Fungsi Organ Manusia Dan Hewan Tertentu ,
Kelainan/Penyakit Yang Mungkin Terjadi Serta Implikasinya Pada
Salingtemas
8. Melakukan percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.
9. Memahami pentingnya proses metabolisme pada organisme.
10. Memahami konsep dasar dan prinsip-prinsip heriditas serta implikasinya
pada salingtemas
F. Merumuskan Tujuan Pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang
diharapkan dapat dimiliki siswa setelah merka melakukan proses pembelajaran tertentu.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur ABCD yaitu audience
(siapa yang harus memiliki kemampuan), behaviore (perilaku yang bagaimana yang
diarapkan dapat dimiliki), condition (dalam kondisi dan situasi yang bagaimana subjek
dapat menunjukan kiemapuan sebagai hasil belajar yang telah diperolenya dan Degree
(kualitas atau kuantitas tingka laku yang diharapkan dicapai sebagai batas minimal
secara lengkap). Contohh rumusan tujuan pembelajaran diberikan berikut ini:
Aspek kognitif
11. 11
a. Siswa kelas 3 smp diharapkan:
b. Dapat menunjukan komponen-komponen organ tubuh manusia bagian
dalam,
c. Melalui media torso yang ditunjukan kepadanya
d. Sesuai dengan urutan dan kedudukannya dengan baik dan benar.
Aspek keterampilan (psikomotorik)
a. Siswa smp kelas 2 diharapkan dapat.
b. Dapat mengoperasikan mikroskop sesuai prosedur dengan baik dan benar.
c. Jika diberikan instruksi praktikum dapat melakukan dengan baik.
Aspek sikap (Afektif)
Siswa smp kelas 2 diharapkan:
a. Menunjukan keberanian untuk mengungkapkan pendapat.
b. Jika ditanya mengenai suatu permasalahan di lingkungan sekitar mampu
memberikan tanggapan dan solusi dengan cakap.
c. Dari contoh-contoh rumusan tujuan di atas maka tampak bahwa hasil belajar
yang diharapkan adalah berupa kompetensi yang terukur dan observable,
sehingga setiap guru bisa menilai keberhasilan pencapaian tujuan.
G. Konsep dasar mengajar
1. Mengajar sebagai Proses Menyampaikan Materi Pelajaran.
Secara deskripstif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi
atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap
sebagai proses mentransfer ilmu. Kata mentransfer dalam konteks ini diartikan sebagai
proses menyebarluaskan, seperti menyebarluaskan atau memindahkan api. Ketika api
dipindakan atau disebarluaskan, maka api itu tidaklah menjadi kecil akan tetapi menjadi
semakin besar. Untuk proses mengajar, sebagai proses menyampaikan pengetahuan,
akan lebih tepat jika diartikan dengan menanamkan ilmu pengetahuan seperti yang
12. 12
dikemukakan smith (1987) bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau
keterampilan (teaching is imparty knowledge or skill)5
.
Menurut umum mengajar diartikan sebnagai usaha guru untuk menyampaikan
dan menanamkan pengetahuan kepada anak didik. Kenyataan mengajar yang lebih
menekankan transfer of knowledge, inilah justru banyak berkembang disekolah-sekolah.
Kebanyakan guru dan orang tua wali sudah merasa puas kalau anak didik mendapat
nilai baik pada hasil ulangannya. Jadi yang penting dalam hal ini siswa dituntut
mengetahui pengetahuan yang telah diajarkan oleh gurunya yang penting adalah
kecerdasan otaknya, bagaimana perilaku dan sikap mental anak didik jarang
mendapatkan perhatian. Padahal tujuan belajar secara esensial disamping untuk
mendapatkan pengetahuan, jugs untuk meningkatkan keterampilan dan pembinaan sikap
mental. Maka tidak cukup mengajar dilakukan dengan sifat transfer of knowledge,
mengajar harus sekaligus mendidik. Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya baik secara jasmani maupun rohani.6
Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahhuan maka
mengajar mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut;
a. Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)
Dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peranan sangat penting.
Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada
tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu guru sebagai perencana, sebagai
penyampai informasi, dan guru sebagai evaluator. Sebagai perencana pengajaraan
sebelum proses pengajaran guru harus mjenyiapkan materi pelajaran apa yang harus
disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, dan media apa yang harus digunakan.
Dalam melaksanakan perannya sebagai penyampai informasi, sering guru
mengggunakan metode cerama sebagai metode utama, sedangkan sebagai evaluator
guru juga berperan dalam menentukan alat evaluasi keberhasilan pengajaran.
5
Ibid. 95-96.
6
Sardiman. Interaksi dan motivasi belajar mengajar.. PT Raja gravindo. Persada. Jakarta. 2011.
h. 52-53.
13. 13
b. Siswa sebagai objek belajar
Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran menempatkan
siswa sebagai objek yang harus menguasai pelajaran. Peran siswa adalah sebagai
penerima informasi yang diberikan guru. Jenis informasi dan pengetahuan yang harus
dipelajari terkadang tidak berpijak dari kebutuhan siswa baik dari segi pengembangan
bakat maupun dari minat siswa.
Pendidikan pada dasarnya adala proses pengembangan potensi peserta didik.
Oleh karena itu pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan potensi
tesebut. Di dalam proses belajar mengajar guru sebagai pengajar dan siswa sebagai
subjek belajar dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan,
kemampuan, sikap, dan tata nilai, serta sifat-sifat pribadi agar prose situ dapat
berlangsung secara efektif dan efesien.7
c. Kegiatan pengajaran terjaadi pada tempat dan waktu tertentu
Proses pengajaran berlangsung pada tempat tertentu, misalnya terjadi didalam
kelas dengan penjadwalan yang ketat sehingga siswa hanya belajar manakala ada kelas
yang telah di desain sedemikian rupa sebagai tempat belajar.
d. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.
Keberhasilan suatu proses pengajaran di ukur dari sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Oleh karena itu kriteria
keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang
digunakan adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan
secara periodic.
2. Mengajar sebagai Proses Mengatur Lingkungan
Pandangan lain mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan
harapan agar siswa belajar. Terdapat beberapa karakteristik dari jonsep mengajar
sebagai proses mengatur lingkungan itu.
a. Mengajar Berpusat pada Siswa (Student Centered)
7
Sardiman, Op. Cit, h. 19.
14. 14
Mengajar tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh
siswa itu sendiri. Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya
sendiri. Dengan demikian peran guru berubah dari peran sumber belajar menjadi peran
sebagai fasilitator. Tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu
criteria keberhasilan proses mengajar tidak di ukur dari sejau mana siswa telah
menguasai materi pelajaran, tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan
proses belajar. Disini guru tidak lagi berperan sebagai sumber belajar tetapi berperan
sebagai orang yang membibing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar.
Inilah makna proses pembelajaran berpusat pada siswa.
b. Siswa sebagai Subject Belajar.
Dalam konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan, siswa tidak
dianggap organisme yang pasif yang hanya sebagai penerima infomasi, akan tetapi
dipandang sebagai organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang.
c. Proses Pembelajaran Berlangsung di Mana Saja.
Proses pembelajaran berlangsung dimana saja, kelas bukanlah satu-satunya
tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan sifat metri pelajaran.
d. Pembelajaran Berorientasi pada Pencapaian Tujuan
Tujuan pembelajaran bukanla penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses
untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk
itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode cermah,
tetapi menggunakan berbagai metode. Seperti diskusi, penugasan, kunjungan objek-
objek tertentu dan lain sebagainya.
H. Perlunya Perubahan Paradigm tentang Mengajar
Pandangan mengajar bukan hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan,
karena itu dianggap tidak sesuai lagi dengan keadaan. Minimal ada tiga alasan penting.
Alasan inilah yang kemudian menuntut perlu terjadinya perubaan paradiqma belajar,
15. 15
dari mengajar dari sebatas menyampaikan materi kepada pengajar sebagai proses
pengatur lingkungan.
1) Siswa bukan orang dewasa dalam mini, tetapi mereka adalah organisme yang
sedang berkembang. Agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarakan dan
membimbing mereka agar tumbu dan berkembang secara optimal. Oleh karena
itulah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi
yang memungkinkan setiap siswa dapat dengan muda mendapatkan berbagai
informasi, tugas, dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit namun justru
semakin komplek. Guru bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi
yang dibutuhkan, akan tetapi harus mempu menyeleksi berbagai informasi,
seingga dapat menunjukkan pada siswa informasi yang dianggap perlu dan
penting dalam bagi keidupan mereka. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai
sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus berperan
sebagai pengelola sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri.
2) Ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak
mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Begitu hebatnya
perkembangan limu biologi, ilmu ekonomo, hokum, dan lain sebagainya dalam
bidang teknologi, semua dibalik kehebatan itu, bersumber dari apa yang kita
sebut sebagai pengetahuan. Bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal
informasi, mengahafal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi
dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.
3) Penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman
baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Bahwa manusia adalah
organisme yang memiliki potensi seperti yang dikembangkan oleh aliran
kognitif holistik. Potensi itulah yang akan menentukan prilaku manusia.oleh
karena itu, proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, tetapi usaha
mengembangkan potensi yang dimiliki.
16. 16
Ketiga hal diatas, menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar jangan
diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, atau memberikan
stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses
mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang
dimiliki.
I. Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan
Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur
lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering di
istilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar
mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan.
Makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan ditunjukkan oleh
beberapa ciri yang dijelaskan berikut :
1) Pembelajaran adalah Proses Berpikir
Dalam proses pembelajaran La Costa (1985) mengklasifikasikan mengajar
berpikir menjadi tiga, yaitu teaching of thinking, teaching for thinking, dan
teaching about thinking.
Teaching of thinking adalah proses pembelajaran yang diarahkan untuk
pembentukan keterampilan mental tertentu, mislnya keterampilan berpikir kritis,
berpikir kreatif dsb. Dengan demikian jenis pembelajaran ini lebih menekannkan
kepada aspek tujuan pembelajaran.
Teaching for thinking adalah proses pembelajaran yang diarahkan pada usaha
menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap perkembangan
kognitif. Jenis pembelajaran ini lebih menitik beratkan kepada proses
menciptakan situasi dan lingkungan tertentu, contohnya menciptakan suasana
keterbukaan yang demokratis, menciptakan iklim yang menyenangkan sehingga
memungkinkan siswa bisa berkembang secara optimal.
17. 17
Thinking about thinking adalah adalah pembelajaran yang diarahkan pada upaya
untuk membantu agar siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya. Jenis
pembelajaran ini lebih menekannkan kepada metodologi yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
2) Proses pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunakan otak secara
maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu
otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki spesialisasi
dalam kemampuan-kemampuan tertentu.
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional. Sisi ini
sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran
abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi
verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta,
fenetik serta simbolis (De Porter 1992).
Cara kerja otak kanan berifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara
berpikirnya sesuai dengan cara-cara unruk mengetahui yang bersifat nonverbal
seperti perasaaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan,
kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna,
kreativitas, dan visualisasi.
3) Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak
pernah terbatas pada dinding kelas. Halm ini berdasarkan pada asumbsi bahwa
sepanjang kehidupan manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan
yang ingin dicapainya.
Prinsip belajar sepanjang hayat sejalan dengan empat pilar pendidikan unversal
seperti yang dirumuskan UNESCO (1996), yaitu : (1) learning to know, yang
berarti juga learning to learn (2) learning to do (3) learning to be (4) learning to
live together.
18. 18
Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar
itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan
tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar.
Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar
mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar
untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat
diperlukan dalam era persaingan glonal.
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk
manusia yang menjadi dirinya sendiri. Dengan kata lain, belajar untuk
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang
memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
Learning to live together adalah belajar adalah belajar untuk bekerja sama. Hal
ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarat global
dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin
bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.
Teori-teori belajar
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan. Menurut Hilgard belajar adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun lingkungan
alamiah. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Terjadinya perubahan perilaku
berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia menurut pandangan John Locke
dan hakikat manusia menurut Leibnitz. Menurut John Locke, manusia itu merupakan
organisme yang pasif. Menganggap manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa
kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya, sehingga muncul aliran
belajar behavioristik-elementeristik. Leibnitz beranggapan bahwa manusia adalah
organisme yang aktif, manusia adalah sumber dari semua kegiatan. Pada hakikatnya
manusia bebas untuk berbuat, dan membuat suatu pilihan. Titik pusat kebebasan ini
adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah ekspresi
19. 19
yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat
pribadi. Hakikat manusia menurut pandangan Leibnitz melahirkan aliran belajar
kognitif-holistik.
Tabel Perbedaan Aliran Behavioristik dan Kognitif
Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Kognitif
Mementingkan pengaruh lingkungan Mementingkan apa yang ada dalam diri
Mementingkan bagian-bagian Mementingkan keseluruhan
Mengutamakan Peran reaksi Mengutamakan fungsi kognitif
Hasil belajar terbentuk secara mekanis Terjadi keseimbangan dalam diri
Dipengaruhi oleh pengalaman masa
lalu
Tergantung pada kondisi saat ini
Mementingkan pembentukan kebiasaan Mementingkan terbentuknya struktur
kognitif
Memecahkan masalah dilakukan
dengan cara trial and error
Memecahkan masalah didasarkan
kepada insight
Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan
asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera dengan kecendrungan untuk
bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon (S-R). Teori-teori belajar yang
termasuk kedalam kelompok behavioristik diantaranya:
a. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike.
b. Classical conditioning, dengan tokohnya Palvop.
c. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner.
d. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Hull.
e. Contiguous conditing, yang dikembangkan oleh Guthrie.
Sedangkan, teori-teori yang termasuk kedalam kelompok kognitif holistik
diantaranya:
a. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wertheiner.
b. Teori Medan (Field Theory), dengan tokohnya Lewin.
c. Teori Organismik yang dikembangkan oleh Wheeler.
20. 20
d. Teori Humanistik, dengan tokohnyaMaslow dan Rogers.
e. Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean Piaget.
1. Beberapa teori belajar Behavioristik
a. Teori Belajar Koneksionisme
Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya
berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indera dengan
kecendrungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon. Oleh
karena itulah teori ini juga dinamakan teori stimulus-respon. Terjadinya hubungan
antara stimulus dan respon adalah ketika seorang melirik setangkai bunga melati
yang indah dan harum ditaman, dapat menjadi sebuahy stimulus yang dapat
mengakibatkan munculnya respon untuk memetiknya. Belajar adalah upaya untuk
membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dalam teori
koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar berikut:
a) Hukum kesiapan (Law of readiness)
Hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada
kesiapan dalam diri individu secara lengkap bunyi hukum ini adalah: Pertama,
jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka
tindakan atau respon yang dilakukan akan memberi kepuasan atau orang
tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain. Kedua, jika seseorang
memiliki kesiapan untuk merespon kemudian tidak melakuakannya maka dapat
mengakibatkan ketidak puasan dan akibatnya orang tersebut akan melakukan
tindakan lainnya. Ketiga, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk
merespon maka respon yang diberikan akan mengakibatkan ketidakpuasan.
Implikasi dari hukum ini adalah keberhasilan belajar seseorang sangat
tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.
b) Hukum Latihan (Law of exercise)
Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus
dan respon. Hubungan antara kondisi (perangsang). Dengan tindakan akan
menjadi lebih kuat karena latihan (Law of use) dan koneksi-koneksi itu akan
21. 21
menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan atau dihentikan (Law of
disuse). Semakin sering diulang, maka akan semakin dikuasai pelajaran itu.
c) Hukum akibat (Law of effect)
Kuat lemahnya hubungan stimulus respon tergantung kepada akibat yang
ditimbulkan. Apabila respon yang diberikan seseorang mendatangkan
kesenangan, maka respon tersebut akan dipertahankan atau diulang. Apabila
mengharapkan seseorang untuk mengulangi respon yang sam , maka harus
diupayakan agar menyenangkan dirinya.
b. Teori Belajar Classical Conditioning
Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Untuk
membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulangdengan
melakukan pengondisian tetentu.
c. Operant conditioning
Proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul
sesuai konsekwensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk
mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan. Skinner membedakan dua
jenis perilaku, yaitu : Respondent behavior (perilaku responden) yakni perilaku
yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua gerak
reflek. Dan operant behavior (perilaku operan) yakni perilaku yang tidak di
akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organism.
Karena perilaku ini pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali,
maka ia Nampak spontan. Contohnya ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan.
Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan. Skinner berpendapat bahwa
untuk membentuk tingkah laku tertentu pelu diurutkan atau dipecah-pecah menjadi
komponen tingkah laku yang spesifik.
2. Teori-teori Belajar Kognitif
a. Teori Gestalt
Belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight yang
merupakan inti dari belajar menurut teori Gestalt, memiliki ciri-ciri:
22. 22
a) Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang
tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi
yang bersangkutan dalam kelompoknya.
b) Insight dipengaruhi atau tergantung pada pengalaman masalalunya yang
relevan.
c) Insight tergantung pada pengaturan dan penyediaan lingkungannya. Simpanse
tidak mungkin dapat meraih pisang yang ada diluar jerujinya apabila tidak
disediakan tongkat.
d) Pengertian merupakan inti dari insight, melalui pengertian individu akan dapat
memecahkan permasalahan. Pengertian itulah yang bisa menjadi kendaraan
dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.
e) Apabila insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk menghadapi
persoalan dalam situasi lain. Disini terdapat semacam transfer belajar, namun
yang di transfer bukanlah materi yang dipelajari, tetapi relasi-relasi dan
generalisasi yang diperoleh melalui insight.
b. Teori Medan
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan dalam struktur kognitif, atau
dalam cara menanggapi kejadian-kejadian dan memberikan makna kepadanya. Jadi,
yang ditekankan dalam belajar adalah proses kognitif bukannya pada produk
tertentu. Mempelajari geometri, misalnya, yang penting adalah menemukan prinsip-
prinsip yang mengorganisasikan bukannya malah menemukan jawaban khusus.
Mempelajari fakta-fakta khusus yang disampaikan oleh proses ini. Oleh sebab itu,
mereka yang mengikuti konsep ini menekankan belajar dan hubungan yang terpadu
bukannya menekankan penguasaan isi khusus.
Motivasi juga penting karena merupakan faktor yang dapat mendorong setiap
individu untuk berprilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu.
Misalnya, nilai merupakan sesuatu yang dapat menjadi daya tarik seseorang
(Motivator). Motivasi bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan,
misalnya pengalaman kesuksesan. Seseorang yang mengalami keberhasilan
mencapai sukses seperti berhasil meraih angka tertinggi dari suatu tes, maka yang
bersangkutan akan termotivasi.
23. 23
c. Teori Konstruktivistik
J. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Mengkonstruksi pengetahuan menurut piaget dilakukan melalui proses asimilasi
dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif
yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses
penyempurnaan skema.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pengkajuan mengenai tujuan dan standar kompetensi mengajar dan
belajar dalam standar proses pendidikan yang dibagi menjadi 10 sub materi dapat
disimpulkan diantaranya yaitu :
1. Tujuan pendidikan dibagi menjadi empat yaitu : Tujuan Pendidikan Nasional,
Tujuan Institusional, Tujuan Kulikuler, dan Tujuan Instruksional atau tujuan
Pembelajaran
2. Dalam kompetensi sebagai tujuan, didalamnya terdapat beberapa aspek, yaitu :
Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif,
Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap
individu, Kemahiran (skill), yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan
secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, Nilai
(value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh individu. , Sikap (antitude)
yaitu pandang individu terhadap sesuatu., Minat (interest), yaitu kecerdasan
individu untuk melakukan suatu perbuatan.
3. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa : Standar
Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan
sebuah pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Dalam
pasal 1 ayat 2 Satandar Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi
24. 24
lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan
minimal mata pelajaran
4. Merumuskan tujuan pembelajaran meliputi aspek kognitif, aspek psikomotorik
dan aspek afektif.
5. Terdapat 2 teori belajar yang terkenal yaitu teori Behaviorisme dan Kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Endah Purwati Loeloek, Amri Sofan. 2013. Panduan Memahami Kurikulum Jakarta:
Prestasi Pustaka
Sanjaya Wina, 2006. Strategi Pembelajara Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Bandung : Kencana
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Gravindo
Persada