1. MAKALAH PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN KELAS
RANGKAP (RPKR)
UNTUK MEMENUHI TUGAS PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Yang dibina oleh :
Dra.Murtiningsih, M.Pd
Oleh:
KELOMPOK 1 :
Arum Sekar Banowati (140151601263)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
Agustus 2016
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya terutama dalam pembentukan makalah
tentang “Penyusunan Rencana Pembelajaran Kelas Rangkap ”, sehingga dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada Ibu
Murtiningsih, yang telah membimbing dan memberi arahan kepada kami dalam
penyusunan makalah, serta pihak-pihak yang telah memberi kritik maupun saran
yang berguna dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk membantu memahami tentang Penyusunan
Rencana Pembelajaran Kelas Rangkap. Makalah ini perlu dibaca oleh para
mahasiswa fakultas pendidikan karena dapat membantu para calon guru untuk
memahami cara menyusun rencana pembelajaran kelas rangkap dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih perlu disempurnakan lagi. Karena ini,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca.
Hormat kami,
Penyusun.
3. ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 1
C. Tujuan............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Analisis Struktur Kurikulum Sd Dan Prosedur Dasar Pengembangan
Pembelajaran Kelas Rangkap ...................................................... 2
B. Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar Dan Kegiatan
Pembelajaran Kelas Rangkap ....................................................... 16
C. Evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap ......................... 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 23
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 26
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang penyusunan Rencana
Pembelajaran Kelas Rangkap (RPKR). Dalam menyusun rencana PKR ini sangat
penting bagi terselenggaranya program PKR di SD. Ada yang menegaskan bahwa
rencana yang baik menjamin setidaknya tercapainya 50% tujuan program. Untuk
memberikan kemudahan dalam upaya menguasai semua kemampuan tersebut,
dalam makalah ini akan membahas sebagai berikut:
1. Analisis struktur kurikulum SD dan prosedur dasar pengembangan
pembelajaran kelas rangkap
2. Perumusan indikator, penataan pengalaman belajar, dan kegiatan
pembelajaran kelas rangkap
3. Pemanfaatan evaluasi program pembelajaran kelas rangkap
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menyusun rencana PKR?
2. Apa yang harus kita ketahui dalam menyusun PKR?
C. Tujuan
1. Dapat menganalisis karakteristik kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) SD
2. Dapat merumuskan indikator dari kompetensi dasar
3. Dapat merumuskan pengalaman belajar dan kegiatan pembelajaran
4. Dapat menjelaskan manfaat evaluasi program PKR
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANALISIS STRUKTUR KURIKULUM SD DAN PROSEDUR DASAR
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
1. Analisis Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar Pembelajaran
Kelas Rangkap
Istilah kurikulum kini telah menjadi menjadi istilah teknis dalam ilmu
pendidikan yang secara umum diartikan sebagai program pendidikan yang
harus ditempuh untuk mendapatkan status dan kemampuan tertentu. Setiap
jenjang pendidikan (pendidikan dasar, menengah, dan tinggi) pasti memiliki
kurikulum atau program pendidikan yang sengaja dibuat. Mulai tahun 1994
untuk jenjang pendidikan dasar telah ditetapkan kurikulum pendidikan dasar
1994. Karena pendidikan dasar terdiri atas pendidikan Sekolah Dasar 6 tahun
dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP 3 tahun). SD dan SLTP
memiliki kurikulum masing-masing.
Pada tahun 2004 secara terbatas mulai dirintis penerapan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai upaya penyempurnaan Kurikulum 1994
dan Suplemen tahun 1999. Dengan diundangkannya Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas
No. 20 tahun 2003) konsep KBK diteruskan dalam wadah pengembangan
kurikulum yang terdesantralisasi. Mulai tahun 2006, mulai diterapkan secara
bertahap pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan sebagai
pelaksana dari Pasal 37 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Mulai tahun 2006,
6. 3
model Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) dikembangkan dan
dilaksanakan secara bertahap berkelanjutan pada setiap kabupaten/kota.
Bagi kita sebagai guru, terlepas dari kurikulum dengan model apapun yang
dipakai, kurikulum merupakan pedoman dalam melaksanakan proses
pendidikan. Di dalam kurikulum dirumuskan tujuan pendidikan dasar, mata
pelajaran yang diberikan, beban waktu belajar yang disediakan, dan
pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Adanya kurikulum
sebagai dokumen tertulis belum menjamin terjadinya proses pembelajaran.
Oleh karena itu sebagai guru SD mutlak wajib memahami kurikulum Sekolah
Dasar. Selain itu, sebagai guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan
baik, kita harus menguasai prosedur dasar pengembangan pembelajaran.
Dengan cara itu kurikulum sebagai rumusan tertulis akan dapat diwujudkan
menjadi proses belajar murid. Perlu kita garis bawahi bahwa kurikulum
disusun memang untuk mewujudkan tercapainya tujuan belajar murid.
a. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sebagai pengganti Kurikulum SD 1994, Permendiknas No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi, dan Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006,
Kurikulum untuk Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar (KTSP SD/MI)
memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Kelompok Mata Pelajaran
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 ayat (1) kurikulum untuk jenis
7. 4
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah berlaku pengelompokkan mata pelajaran sebagai berikut:
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
Masing-masing kelompok memiliki cakupan isi seperti dikutip dari
Standar Isi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) pada table 5.1
Table 5.1
Cakupan Kelompok Mata Pelajaran
No. Kelompok Mata
Pelajaran
Cakupan
1. Agama dan Akhlak
Mulia
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau
moral, sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
2. Kewarganegaraan
dan Kepribadian
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan
kesadaran dan wawasan peserta didik akan, status,
hak dan kewajibannya dalam kehidupan
8. 5
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan
kebangsaan, jiwa, dan pratiotisme bela Negara,
penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,
kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab
social, ketaatan pada hokum, ketaatan membayar
pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi,
dan nepotisme
3. Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk
mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan
kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang
kritis, kreatif, dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SMP/MTS/SMPLB dimaksudkan
untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membudayakan
berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknoloogi pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan
untuk memperoleh lanjut ilmu pengetahuan dan
9. 6
teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah
secara kritis, kreatif, dan mandiri.
Kelompk mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SMK/MAK dimaksudkan untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
membentuk kompetensi, kecakapan, dan
kemandirian kerja.
4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan
untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan,
mengeksprsesikan dan kemampuan mengapresiasi
keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi
dan mengekspresikan keindahan serta harmoni
mancakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam
kehidupan individual sehingga mampu menikmati
dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan
kebersamaan yang harmonis.
5. Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan
kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk
meningkatkan potensi fisik serta menanamkan
spotivitas dan kesadaran hidup sehat.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan
kesehatan pada SMP/MTS/SMPLB dimaksudkan
untuk meningkatkan potensi fisik serta
10. 7
membudayakan sikap sportivitas, dan kesdara hidup
sehat.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama,
dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran sikap, dan
perilaku hidup sehat yang bersifat individual
ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan
seperti keterbatasan dari perilaku seksual bebas,
kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah,
muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk
mewabah.
Selain tujuan dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai bagian
dari kerangka dasar kurikulum, ditetapkan beberapa pengembangan
kurikulum sebagai berikut:
2) Prinsip pengembangan kurikulum
Menurut Standar Isi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006), KTSP
jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan
komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi
serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
11. 8
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya
Prinsip pertama dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.” Hal ini mengandung makna bahwa pengembangan potensi
peserta didik dalam konteks lingkungannya merupakan kepedulian utama.
b) Beragam dan terpadu
Prinsip kedua dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan
jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan
adat istiadat, serta status social ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan local, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.” Hal ini
mengandung makna bahwa antar substansi kurikulum dikembangkan secara
saling berkaitan, dan secara keseluruhan kurikulum dikembangkan secara
berdiversifikasi atau dengan keragaman yang bervariasi.
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
12. 9
Prinsip ketiga dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan atas
dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang
secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.” Hal ini mengandung
makna bahwa kurikulum harus difungsikan sebagai wahana pendidikan
untuk mengakomodasikan dinamika perkembangan pemikiran dan praktek
dalam dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d) Relevan dengan kebutuhan hidup
Prinsip keempat dinyatakan bahwa “pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.” Hal ini mengandung makna bahwa kurikulum
harus bersifat fungsional, dalam pengertian hasil belajar yang dihasilkan
harus memberi bekal kepada peserta didik untuk melanjutkan pendidikan
dan menjalani kehidupan nyata di lingkungannya.
e) Menyeluruh dan berkesinambungan
Prinsip kelima dinyatakan bahwa “substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar
13. 10
semuan jenjang pendidikan.” Hal ini mengandung makna bahwa kurikulum
harus menjadi wahana pengembangan kompetensi secara utuh dan
menyeluruh yang didukung oleh semua mata pelajaran yang satu dengan
yang lainnya memiliki saling keterkaitan.
f) Belajar sepanjang hayat
Prinsip keenam dinyatakan bahwa “kurikulum diarahkan kepada
proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antar
unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.” Hal ini mengandung makna
bahwa isi dan proses kurikulum harus memungkinkan peserta didik mampu
dan mau belajar untuk belajar terus menerus.
g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Prinsip ketujuh dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan moto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Hal ini mengandung makna bahwa
kurikulum dikembangkan sebagai wahana pendidikan ke Indonesiaan yang
mampu merekat keberagaman untuk membangun persatuan Indonesia.
3) Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
14. 11
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan
dinyatakan perlunya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Prinsip pertama dinyatakan bahwa “pelaksanaan kurikulum
didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini
peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu,
serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara
bebas, dinamis dan menyenangkan.” Prinsip ini secara operasional
membuat terlaksananya kurikulum yang memungkinkan peserta didik
mencapai ketuntasan kompetensi secara optimal.
b) Prinsip kedua dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
i. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa
ii. Belajar untuk memahami dan menghayati
iii. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
iv. Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain
v. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.”
Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksananya kurikulum
yang memungkinkan peserta didik mencapai kualitas proses dan hasil
belajar dalam suatu keutuhan pilar belajar.
15. 12
c. Prinsip ketiga dinyatakan bahwa “pelaksanaan kurikulum
memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi
ketuhanan, keindividuan, kesosialan,dan moral.” Prinsip ini secara
operasional menuntut terlakasananya kurikulum yang memungkinkan
peserta didik mencapai ketuntasan kompetensi secara optimal sesuai
dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
d. Prinsip keempat dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dalam
suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima
dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri
handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tuladha (di
belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun
semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan ).”
Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksananya kurikulum yang
memungkinkan peserta didik membangun budaya belajar mandiri,
kreatif dan mewarisi keteladanan.
e. Prinsip kelima dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber
belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi
guru (semua yang terjadi,, tergelar, dan berkembang di masyarakat
dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan
16. 13
sumber belajar, contoh dan teladan).” Prinsip ini secara operasional
menuntut terlaksananya kurikulum yang memungkinkan peserta didik
mencapai ketuntasan kompetensi secara optimal dengan
memanfaatkan keanekaragaman proses, dan sumber yang tersedia
dalam lingkungan terbuka.
f. Prinsip keenam dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan
daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan
kajian secara optimal.” Prinsip ini secara operasional menuntut
terlaksananya kurikulum memungkinkan peserta didik dapat belajar
secara efektif dengan memanfaatkan semua dimensi lingkungannya.
g. Prinsip ketujuh dinyatakan bahwa “kurikulum yang mencakup
seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan,
dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis
serta jenjang pendidikan.” Prinsip ini secara operasional menuntut
terlaksananya kurikulum koheren atau harmonis dan
sistematik/bersistem.
4) Struktur Kurikulum SD/MI
Dalam standar isi dinyatakan bahwa “Struktur kurikulum SD/MI
meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan kelas VI.
Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan
17. 14
dan standar kompetensi mata pelajaran” yang berpedoman pada ketentuan
sebagai berikut:
a) Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak
dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi
muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan muatan pelajaran yang harus diasuh oleh
guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi atau
dibimbing olej konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan
pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,
belajar dan pengembangan karier peserta didik.
b) Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA
Terpadu dan IPS Terpadu”
c) Pembelajaran pada kelas I,II dan III dilaksanakan melalui pendekatan
tematik, sedangkan pada kelas IV, V dan VI dilaksanakan melalui
pendekatan mata pelajaran.
d) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan Pendidikan
18. 15
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan.
e) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit
f) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38
minggu.
2. Prosedur Dasar Pengembangan Kerangka Rencana Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari instrucsional berasal dari
kata instruction yang secara khusus diartikan sebagai upaya menciptakan
kondisi yang memungkinkan seseorang belajar. Istilah instruksional
merupakan serapan dari kata instrucsional dari kini secara bertukar-tukar
dipakai istilah pembelajaran. Jadi istilah pengembangan instruksional sama
dengan pengembangan pembelajaran.
Prosedur dasar pengembangan instruksional merupakan desain atau cetak
biru pembelajaran. Tahun 1975 istilah ini disebut Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional(PPSI). Sebagai suatu prosedur disain instruksional
merupakan langkah yang sistematis untuk menyusun rencana atau persiapan
pembelajaran dan bahan pembelajaran. Jadi produk dari disain instruksional
dapat berupa persiapan pembelajaran, modul, bahan tutorial dan bentuk
sarana pedagogis lainnya.
Proses pengembangan pembelajaran secara konseptual terkait erat pada
unsur-unsur dasar kurikulum yakni tujuan, materi pelajaran, pengalaman
belajar dan penilaian hasil belajar (Tyler: 1954, Taba: 1962). Dikaitkan
dengan Standar Isi 2006, pembelajaran terkait pada proses pemberian
19. 16
fasilitasi untuk menguasai Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang ada
dalam Struktur Kurikulum SD.
B. PERUMUSAN INDIKATOR, PENATAAN PENGALAMAN BELAJAR
DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
1. Pengemasan Pengalaman Belajar Dalam Rangka PKR
Untuk mengemas pengalaman belajar dalam rangka PKR, maka
haruslah kita mengetahui standar isi dengan muatannya dari berbagai mata
pelajaran pada tiap tingkatan kelas. Jika kita akan melakukan PKR untuk
mata pelajaran sama dengan tingkatan kelas berbeda, maka pengembangan
standar isi dan penjabaran muatan nilai atau moral yang akan kita buat
rumusan pengalaman belajarnya kita sandingkan untuk dikaji penjabaran
KDnya menjadi beberapa indikator dengan pijakan muatan mata pelajarannya
untuk tingkatan kelas yang berbeda sesuai tujuan Intruksionalnya sehingga
tersusunlah pengalaman belajar yang bisa kita terapkan pada tingkatan-
tingkatan kelas.
Ada beberapa prinsip (teoritis) yang harus diperhatikan dalam
menetapkan topik pembelajaran dalam PKR, yaitu :
- Berorientasi kepada tujuan
- Disesuaikan dengan karakteristik murid (kelas, usia, kemapuan)
- Disesuaikan dengan kemampuan pengelolaan guru
- Layak sarana pendukung
- Tidak bersifat dipaksakan.
20. 17
KTSP SD di Indonesia menganut model yang berorientasi kepada
kompetensi. Keseluruhan kegiatan perencanaan, pembelajaran, dan penilaian
harus bertolak dari tujuan dan tertuju pada pencapaian tujuan yang telah
dirumuskan. Tujuan pendidikan memiliki banyak aras (banyak tingkat) mulai
dari aras tertinggi tujuan pendidikan nasional sampai ke tujuan instruksional
khusus yang terendah, semua tujuan yang lebih rendah harus menunjang
ketercapaian tujuan yang lebih tinggi. Artinya ada saling ketergantungan dan
telah menjadi kesepakatan dan komitmen keterikatan profesional kita sebagai
guru.
Perumusan tujuan pembelajaran yang telah dikenal dan dipahami saat
ini adalah konsep penggugusan tujuan (Bloom Taxonomy) dengan rambu-
rambunya guna tercapai hasil pembelajaran yang ingin kita lihat setelah
pembelajaran suatu topik berakhir sesuai dengan tujuan terkait “dampak
instruksional atau Instructional Effect”(Bruce Joyce & Marsha Weil;1986).
Sesuai konsep Bloom tujuan pendidikan dapat diguguskan ke dalam
tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Ketiga ranah ini bukan
sesuatu yang terpisah satu sama lain, akan tetapi memiliki keunikan atau
kekhususan, komonalitas atau kesamaan umum.
Dalam perumusan tujuan belajar dalam PKR aras dan gugus topik
memiliki peran sangat penting dalam menetapkan arah tujuan belajar. Karena
rumusan indikator dan pengalaman belajar tujuan harus mencerminkan aras
dan gugus perilaku, guru PKR harus dapat memilih ungkapan perilaku
21. 18
(bentuk kata kerja operasional) yang mewadahi materi yang terkandung
dalam topik yang dipilih sesuai dengan aras dan gugusnya.
2. Cara Memilih Substansi Belajar
Bahan belajar adalah rincian materi yang dapat berupa fakta, konsep,
teori, nilai, prosedur, dan kegiatan belajar yang dijabarkan dari tujuan dan
topik PKR yang telah dipilih.
Untuk dapat melakukan pemilihan materi yang memadai ada syarat-
syarat yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Mendukung ketercapaian kompetensi dasar dan indikator;
2) Berkaitan erat dengan materi sebelumnya;
3) Didukung sarana dan sumber belajar yang tersedia atau dapat disediakan;
4) Sesuai dengan perkembangan mental murid;
5) Menjadi dasar bagi studi lebih lanjut.
3. Cara Menyusun Rancangan Kegiatan Belajar
Yang dimaksud “rancangan atau desain” dalam kegiatan pembelajaran
adalah kerangka pikir yang melukiskan bentuk penataan interaksi (model
pembelajaran) guru – murid - sumber belajar dalam rangka pencapaian tujuan
belajar.
Ada model dasar pembelajaran yang mengaitkan seluruh model
(model Weil Murphy & McGreal;1986). Model dasar ini memiliki lima
langkah sebagai berikut :
22. 19
1) Orientasi atau pendahuluan (guru menetapkan tujuan, langkah, dan materi)
2) Pengembangan (guru menjelaskan konsep atau keterampilan,
mendemonstrasikan model, dan mengecek pengertian murid)
3) Latihan terstruktur (guru memandu kegiatan kelompok murid, memberi
balikan dan murid memberi tanggapan)
4) Latihan terbimbing (murid berlatih memahami konsep baru, guru
memantau, dan selanjutnya murid-murid berlatih di luar kelas)
5) Latihan bebas atau mandiri (guru memeriksa dan membetulkan hasil
latihan di luar kelas dan murid melanjutkan latihan mandiri)
Secara umum ada dua gugus model pembelajaran merangkap kelas,
yakni Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS) dan Proses Belajar Melalui
Kerja Sama (PBMKS).
4. Cara Memilih Sumber dan Media Belajar
Secara sederhana media belajar mencakup bahan dan alat audio
seperti kaset audio dan siaran radio, bahan dan alat visual seperti siaran TV,
gambar, dan diagram, benda tiruan dan benda sesungguhnya yang dipilih
sesuai lingkungan dan tepat guna. Layak lingkungan artinya media yang
dipakai itu tersedia di lingkungan sekitar, sehingga dapat dimanfaatkan oleh
guru atau murid dengan sebaik-baiknya sesuai dengan keadaan. Tepat guna
artinya meskipun media tersebut tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan
ideal tapi masih tetap berfungsi membantu murid untuk belajar.
C. EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
1. Cara Penilaian Terhadap Pelaksanaan PKR
23. 20
1) Mengecek Keterlaksanaan Jadwal
PKR yang baik seharusnya terjadwal dengan baik. Artinya kita sadar dan
siap betul kapan, di kelas mana, dan materi pelajaran mana yang akan
diajarkan di kelas-kelas yang dirangkap. Jadi jadwal harian dan mingguan
sangatlah penting baik bagi guru maupun murid.
2) Mengecek Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas-Kelas yang Dirangkap
Dalam rangka PKR tentunya guru sudah mempersiapkan kegiatan-
kegiatan apa saja yang akan dikerjakan di kelas yang akan dirangkap, dan
kegiatan apa pula yang diharapkan dapat dilakukan oleh murid.
3) Mencatat Materi Pelajaran yang Tidak Sempat Diajarkan
Dalam praktik bisa saja terjadi dimana suatu materi pelajaran tidak
sampai diajarkan karena situasi mendadak. Hal tersebut harus kita catat, agar
minggu yang akan datang materi tersebut tidak lupa diajarkan. Dengan
demikian murid-murid tidak merasa dirugikan.
4) Mencatat Kegiatan yang Tertunda
Suatu kegiatan yang telah kita rencanakan bisa tertunda, misalnya karena
kehabisan waktu, atau tidak ada alat, atau kehabisan bahan, atau karena
gangguan lain. Dengan adanya hal seperti, kita tidak perlu khawatir, asal kita
catat dan selanjutnya segera dikerjakan lebih lanjut. Rencanakan kembali
kapan kegiatan yang terpaksa tertunda itu akan kita lanjutkan.
5) Mencatat Tugas-tugas yang Harus Diberikan Kepada Murid Hari Minggu
Berikutnya
24. 21
Maksud kita memberi tugas untuk hari minggu berikutnya adalah memberi
pijakan atau dasar bagi materi yang akan datang dan atau memberi tuntutan
belajar lebih lanjut.
6) Mencatat Pertanyaan Murid yang Belum Sempat Terjawab
Munculnya pertanyaan dari murid mengenai materi pelajaran yang
diajarkan merupakan salah satu ciri bahwa murid belajar. Bila pertanyaan itu
belum terjawab harus kita catat untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya.
Pembelajaran yang berpijak pada atau bertolak dari pertanyaan murid
merupakan salah satu ciri prinsip belajar yang mengaktifkan murid.
7) Mencatat Murid yang Belum Banyak Terlibat Secara Aktif Dalam Belajar
Kita harus memberi perhatian sama banyak kepada murid yang aktif dan
murid yang tidak aktif. Semua murid harus dapat melakukan proses belajar.
Dengan kata lain murid yang tidak aktif harus didorong agar menjadi murid
yang aktif.
8) Menuliskan Hal-hal yang Perlu Anda Perbaiki Dalam PKR
Sesungguhnya PKR bisa terjadi di SD manapun. Tapi yang tidak bisa
dihindari tentunya di SD-SD sekolah kecil atau SD biasa yang jumlah
gurunya lebih kecil dari jumlah kelas.
Oleh karena itu, PKR harus diterima bukan sebagai keterpaksaan tetapi
sebagai suatu tugas profesional. Bila hal itu kita terima sebagai tugas
profesional kita harus selalu menyempurnakan PKR. Maka, guru PKR harus
memahami ilmu dan seni pembelajaran merangkap kelas.
9) Mencatat Hal-Hal yang Memuaskan dan Mengecewakan Anda Sebagai
Guru Dalam PKR
25. 22
Rasa puas dan kecewa harus diterima sebagai suatu keadaan yang wajar
dan tak dapat ditolak salah satunya. Yang penting bagaimana memanfaatkan
keduanya untuk mengorek diri kita.
10) Mengapa harus Mencatat Hal-hal yang Perlu Dibicarakan dengan Guru
Lain?
Salah satu ciri guru profesional ialah memiliki rasa dan sikap kesejawatan
yang kuat. Artinya antara pribadi guru harus tercipta, terpelihara dan terbina
kesejawatan, rasa setugas, setanggung jawab, dan selangkah kerja.
26. 23
BAB III
PENUTUP
o Pengembangan potensi peserta didik dalam konteks lingkungannya
merupakan kepedulian utama pengembangan KTSP SD. Antar substansi
kurikulum di SD dikembangkan secara saling berkaitan, dan secara
keseluruhan kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi atau dengan
keragaman yang bervariasi. Kurikulum harus difungsikan sebagai wahana
pendidikan untuk mengakomodasi dinamika perkembangan pemikiran dan
praktek dalam dunia ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
o KTSP SD harus bersifat fungsional, dalam pengertian hasil belajar yang
dihasilkan harus memberi bekal kepada peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan dan menjalani kehidupan nyata di lingkungannya. KTSP harus
menjadi wahana pengembangan kompetensi secara utuh dan menyeluruh
yang didukung oleh semua mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya
memiliki saling keterkaitan. Isi dan proses kurikulum harus memungkinkan
peserta didik mampu dan mau belajar untuk belajar terus menerus. Kurikulum
dikembangkan sebagai wahana pendidikan ke Indonesiaan yang mampu
merekat keberagaman untuk membangun persatuan Indonesia
o Kompetensi dasar, khususnya memiliki muatan pengetahuan, nilai dan sikap,
serta keterampilan (mental/sosial/manual) baik bersifat eksplisit maupun
emplisit. Indikator perilaku dan setiap muatan isi perlu di rumuskan dalam
dalam bentuk rumusan perilaku operasional yang memungkinkan hasil
belajarnya dapat diukur atau dideteksi ketercapaiannya. Setiap satu indikator
atau beberapa indikator, dapat dirumuskan aktivitas belajar yang memerlukan
27. 24
fasilitasi guru agar peserta didik dapat menguasai muatan dari KD tersebut
secara optimal. Rumusan pengalaman belajar pada dasarnya harus menjawab
substansi apa yang perlu dikuasai peserta didik dan bagaimana seyogyanya
peserta didik mencapai penguasaan tersebut dengan dengan atau tanpa
fasilitas guru
o Standar isi merupakan sumber utama dalam menetapkan indikator dan
pengalaman belajar PKR. Dalam menetapkan pengalaman belajar PKR guru
dapat menggunakan kegiatan pemetaan topik dan subtopik menurut arasnya
dan gugusanya. Aras substansi dan pengalaman belajar menunjuk pada
penataan topik yang berbeda untuk tiap kelas dalam satu mata pelajaran atau
integrasi beberapa mata pelajaran. Gugus atau kelompok topik merujuk pada
penataan topik dan subtopik untuk berbagai mata pelajaran. Dalam PKR
orientasi pada aras dan gugus topik perlu dikombinasikan terutama dalam
merencanakan PKR kelas ganda dan mata pelajaran ganda.
o Indikator dirumuskan atas dasar kompetensi dasar dengan memberi isi
perilaku yang digali dari perpaduan aras dan gugus topic. Bahan belajar yang
lebih rinci dijabarkan untuk menggapai kompetensi. Rancangan kegiatan
pembelajaran berfungsi sebagai kerangka pikir dalam menata interaksi guru-
murid-sumber belajar dalam kerangka penggapaian tujuan belajar. Pola dasar
rancangan pembelajaran mencakup kegiatan orientasi, pengembangan, latihan
terstruktur, latihan terbimbing, dan latihan bebas. Model dasar rancangan
pembelajaran dalam situasi PKR mencakup proses belajar arahan sendiri atau
PBAS dan proses belajar melalui kerja sama atau PBMKS yang dapat
diterapkan mulai langkah pengembangan sampai dengan latihan bebas dalam
28. 25
pola dasar pembelajaran. Sumber dana media belajar berperan sangat penting
dalam PKR. Media belajar yang harus digunakan dalam PKR adalah media
belajar yang sesuai dengan lingkungan dan tepat guna.
o Yang perlu dinilai dalam pelaksanaan PKR adalah :
1. Keterlaksanaan jadwal harian
2. Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas-kelas yang dirangkap
3. Materi pelajaran yang tidak dapat diajarkan
4. Kegiatan yang masih tertunda
5. Tugas-tugas murid untuk hari atau minggu berikutnya
6. Pertanyaan murid yang belum sempat dijawab
7. Murid-murid yang belum banyak terlibat dalam proses belajar
8. Hal-hal yang dirasa perlu diperbaiki dalam PKR
9. Hal-hal yang dirasakan masih mengecewakan guru
10. Hal-hal yang dirasa perlu untuk dibicarakan dengan guru lain
29. 26
DAFTAR RUJUKAN
Dahar. R. W. (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga
Daughs, D.R. (1989). Sodia – science. Utoh: Utah State University Press
Daughs, D.R. and Monson, J.A (1989). Science technology, and society. Utah
State University Press
Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Jakarta: Depdikbud
Depdikbud (1991). Petunjuk Teknis Pembinaan SD Terkecil. Jakarta: Dit-Dikdas
Ditjen Dikdasmen
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Petunjuk Pelaksanaan KBM SD
(Kelas II, IV, V, VI). Jakarta: Dit, Dikdas
Republik Indonesia (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara RI
________________ (2005). Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara RI
_________________ (2006). Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi. Jakarta: Depdiknas
_________________ (2006). Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Jakarta: Depdiknas
30. 27
_________________ (2006). Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
Jakarta: Depdiknas
Djalil, A (2009). Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta. Universitas Terbuka