SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Pertemuan 3 FASE – FASE ZAT MURNI Dr. I Made Astra, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Outline ,[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta   |  www.unj.ac.id  |
02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
STANDAR KOMPETENSI ,[object Object],[object Object],02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
SIFAT KOLIGATIF  adalah Sifat zat yang  hanya  dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut dalam larutan Sifat Koligatif Larutan terdiri dari 4 (empat) macam : 3.  Penurunan Titik Beku (   Tf ) 4. Tekanan Osmotik (    ) 1.  Penurunan Tekanan Uap (  P) 2. Kenaikan Titik Didih (  Tb) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
PENURUNAN TEKANAN UAP (   P ) Semua cairan memiliki kecenderungan untuk menguap, sehingga semua cairan akan memiliki tekanan uap Tekanan uap  adalah kecenderungan dari suatu molekul cairan untuk meninggalkan lingkungan cairannya 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Molekul – Molekul Cairan murni
Dalam suatu keadaan tertentu, pada suatu cairan akan terbentuk suatu sistem kesetimbangan antara cairan dan uapnya. Besarnya kemampuan molekul cairan untuk meninggalkan molekul cairannya pada keadaan ini disebut   Tekanan Uap Jenuh Pelarut Murni (P 0 ) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Jika ke dalam suatu pelarut murni dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap, maka proses pergerakan molekul-molekul cairan untuk meninggalkan lingkungan cairannya menjadi terhalang sehingga banyaknya molekul-molekul cairan yang menguap akan berkurang. Akibatnya tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni. Karena itu dikatakan terjadi penurunan tekanan uap. Simbol  Penurunan Tekanan Uap Larutan adalah   P  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Partikel zat terlarut Partikel pelarut Jumlah partikel pelarut yang menguap sedikit
Semakin banyak partikel zat terlarut dalam suatu pelarut, maka Penurunan Tekanan Uap Jenuh larutan (   P ) dari tekanan uap pelarut murninya akan semakin besar dan Tekanan uap jenuh larutan ( P ) akan semakin kecil. Yang berarti pula bahwa ; Tekanan uap jenuh pelarut murni ( P o  ) akan selalu lebih besar dari Tekanan uap jenuh larutannya ( P ) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Hubungan antara jumlah partikel zat terlarut dengan besar penurunan tekanan uap yang   diakibatkannya dinyatakan dengan   Hukum Raoult   “  Besar Penurunan Tekanan Uap jenuh  suatu  larutan berbanding lurus dengan  Tekanan  uap Jenuh pelarut murni  dan  fraksi mol zat  terlarutnya  “ . Dirumuskan :  P   =  P 0  .  X terlarut  P  = Penurunan Tekanan uap  jenuh larutan. P 0   = Tekanan uap jenuh  pelarut murni X terlarut  = Fraksi mol zat terlarut 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Persamaan Roult ini hanya berlaku pada larutan nonelektrolit. Untuk Larutan elektrolit, persamaan Raoult harus dikalikan lagi dengan  Faktor Van’t Hoff   ( i ) Dimana ;  i  =  1 + (n – 1)  n = jumlah ion    = derajat ionisasi Sehingga Untuk larutan elektrolit berlaku persamaan :  P   =  P 0  .  X terlarut   .  i Hal ini didasari fakta bahwa, pada jumlah mol yang sama, larutan elektrolit selalu memiliki jumlah partikel yang lebih banyak dibanding larutan nonelektrolit 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Besarnya Penurunan Tekanan Uap Larutan ( Δ   P )   merupakan selisih dari Nilai Tekanan uap Jenuh Pelarut murni (P 0 ) dan Tekanan uap jenuh larutan (P), atau : Δ P  =  P 0   -  P Dari uraian sebelumnya, diketahui bahwa :  P  =  P 0  .  X terlarut  ,  sehingga persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut : P  =  P 0   -  P 0  .  X terlarut   atau P = P 0  ( 1 – X terlarut  ) Karena ;  1  -  X terlarut  =  X pelarut  , maka persamaan dapat dituliskan sebagai berikut : P  =  P 0   .  X  pelarut 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh Soal 1  : ,[object Object],[object Object],A.  0,2 B. 0,1 C. 0,02 D.  0,01 2. Larutan 18 gram suatu zat non elektrolit dalam 90 gram air diketahui memiliki tekanan uap jenuh sebesar 25 mmHg. Jika pada keadaan ini, tekanan uap jenuh air sebesar 25,5 mmHg, Massa molekul relatif zat tersebut adalah …. A.  342 B.  180 C.  90 D.  60 3.  Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 3 gram asam asetat, CH 3 COOH (Mr = 60) dilarutkan ke dalam 180 gram air. Pada keadaan ini, tekanan uap jenuh air murni sebesar 20,1 mmHg. Jika dalam air asam asetat terionisasi 60%, maka larutan ini akan memiliki tekanan uap jenuh sebesar ….(mmHg) A.  19,94 B.  20,00 C.  20,10 D.  21,00 Kembali 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
KENAIKAN TITIK DIDIH LARUTAN (   Tb ) Apakah Pengertian  “  Mendidih “  ? ,[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],Jika Tekanan udara di luar sistem lebih besar dari tekanan udara dalam sistem, maka proses terlepasnya molekul-molekul cairan dari lingkungan cairannya akan terhalang oleh partikel-partikel udara dari luar sistem. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
TEKANAN UDARA LUAR TEKANAN UDARA LUAR  >  TEKANAN UAP CAIRAN 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
TEKANAN UDARA LUAR Jika ke dalam sistem cairan ditambahkan kalor/energi, maka tekanan uap sistem akan meningkat, hingga suatu saat akan melewati nilai tekanan udara pada lingkungannya. Suatu keadaan dimana tekanan uap sistem lebih besar dari tekanan uap lingkungan, itulah yang disebut  MENDIDIH Dan suhu dimana nilai P sistem tepat > nilai P lingkungan disebut  TITIK DIDIH 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Anda Ingin Memasak sayur : Cara I  : Cara  II : MANAKAH YANG PALING CEPAT MATANG ?? 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Adanya Partikel zat terlarut dalam suatu pelarut, menyebabkan terhalanginya proses pergerakan molekul cairan menuju permukaan atau meninggalkan lingkungan cairannya. Sehingga pada proses pemanasan cairan, ketika suhu sistem sama dengan suhu didih normal pelarutnya, larutan belum akan mendidih, dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi lagi untuk memulai proses pendidihan. Semakin banyak partikel zat terlarut yang terlarut dalam pelarut, maka  Kenaikan titik didih larutan (  Tb)  akan semakin besar, yang berakibat,  Titik didih Larutan (Tb Larutan )  akan semakin tinggi. Hubungan antara banyaknya partikel zat terlarut dengan Nilai kenaikan titik didih larutan dinyatakan dengan persamaan :  Tb = Kb x m ( Untuk larutan nonelektrolit ) Untuk larutan elektrolit, berlaku persamaan :  Tb = Kb x m x i Titik Didih Larutan (Tb Larutan ) = Tb Pelarut murni  +   Tb   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
 Tb =  Kenaikan titik didih larutan  (  0 C ) Kb =  Tetapan kenaikan titik didih molal larutan (  0 C/molal) m =  molalitas larutan i =  faktor Van’t Hoff  ( 1 + ( n – 1 )    ) Tetapan Kenaikan Titik Didih molal ( Kb ) menunjukkan besarnya kenaikan titik didih yang terjadi setiap 1 molal larutan. Misalnya :  kenaikan titik didih molal air adalah 0,52  0 C/m.  Hal ini berarti bahwa  air akan mengalami kenaikan titik didih sebesar 0,52  0 C untuk setiap 1 molal larutannya. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
2. Besar kenaikan titik didih dari larutan C 6 H 12 O 6  36 %  adalah …. ( Mr C 6 H 12 O 6  = 180  ,  Kb air = 0,52  0 C/m ) A.  1,625 B. 1,650 C. 0,825 D. 0,412 1. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 1,8 gliserol ( Mr = 90) ke dalam 200 gram etanol. Jika titik didih etanol murni = 78  0 C, dan kenaikan titik didih molal etanol ; 0,6  0 C/m. Pada suhu berapakah larutan tersebut akan mendidih ? A. 78,02 B. 78,04 C. 78,06 D. 78,10 Contoh Soal 2 : MBULI 3. Untuk mendapatkan larutan yang mendidih 101,04  0 C  , banyaknya NaCl ( Mr = 58,5 ) yang harus dilarutkan ke dalam 500 gram air adalah ….  ( Kb air = 0,52  0 C/m) A. 14,625 gr B. 29,25 gr C. 58,5 gr D. 117 gr 4. Agar diperoleh larutan yang titik didihnya sama dengan larutan 12 gram urea (Mr = 60) dalam 250 gram air. Banyaknya glukosa (Mr = 180) yang harus dilarutkan ke dalam 500 gram air adalah …. (Kb air = 0,52  0 C/m) A.  18 gram B. 36 gram C. 45 gram D. 72 gram 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN   (   T F  ) Air dapat berada dalam 3 (tiga) fase zat, yaitu fase cair, gas dan padat.  Apakah Perbedaan yang terdapat pada ketiga fase air tersebut ?   Kondisi yang membedakan antara fase padat,   cair, dan gas pada suatu cairan adalah jarak antara partikel (molekul – molekul) cairan. Pada fase gas, molekul – molekul zat berada pada jarak yang sangat renggang.  Dan pada keadaan cair, molekul-molekul zat berada pada jarak yang relatif lebih rapat dibandingkan dengan keadaan gas (uap). 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
PROSES PEMBEKUAN CAIRAN MURNI Proses pembekuan suatu cairan terjadi jika molekul-molekul cairan berada pada jarak yang sangat rapat. Kondisi ini dapat dicapai jika energi kinetik molekul diperkecil dengan cara menurunkan suhu. Pada jarak yang cukup dekat, antara molekul-molekul cairan akan terbentuk ikatan antar molekul dan cairan akan memadat. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Kecilnya nilai energi Kinetik menyebabkan gaya ikat antar molekul semakin besar
Adanya partikel zat terlarut dalam suatu pelarut, menyebabkan terhambatnya proses pembekuan suatu cairan, sehingga agar proses pembekuan dapat terjadi pada kondisi ini, dibutuhkan suhu yang lebih rendah lagi dari suhu pembekuan (titik beku) pelarut murninya (terjadi penurunan titik beku,   T F ) Semakin Banyak partikel zat terlarut dalam suatu pelarut, maka penurunan titik beku (  T F ) yang diakibatkan akan semakin besar, dan titik beku larutan (T f Larutan ) akan semakin rendah. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Hubungan antara banyaknya partikel zat terlarut dengan Nilai Penurunan titik beku larutan dinyatakan dengan persamaan :  Tf = Kf x m ( Untuk larutan nonelektrolit ) Untuk larutan elektrolit, berlaku persamaan :  Tf = Kf x m x i Titik Beku Larutan (Tf Larutan ) = Tf Pelarut murni  -   Tf   Tf =  Penurunan titik beku larutan  (  0 C ) Kf =  Tetapan Penurunan titik beku   molal larutan (  0 C/molal) m =  molalitas larutan i =  faktor Van’t Hoff  ( 1 + ( n – 1 )    ) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
CONTOH SOAL 3 ,[object Object],A. – 4,28 B. – 4,24 C. – 4,22 D. – 4,20 2. Agar diperoleh larutan yang membeku pada suhu – 0,25  0 C, banyaknya K 2 SO 4  yang harus dilarutkan ke dalam 500 gram air. Jika pada keadaan ini, nilai tetapan penurunan titik beku molal air sebesar 1,86  0 C   /molal. Adalah ..... gram  (Ar K = 39, S = 32 O = 16 ) A. 1,86 B. 3,89 C. 11,69 D. 17,40 3. Larutan 1,5 gram suatu zat nonelektrolit dalam 250 gram air, membeku 0,186  0 C di bawah titik beku air murni. Jika Kf air = 1,86  0 C/molal. Maka Massa molekul relatif zat tersebut adalah ….  A. 342 B. 180 C. 90 D. 60 4. Suatu larutan glukosa (dalam air ) membeku pada suhu – 3,6  0 C. Jika Kf air = 1,8 0C/m , Kb air = 0,5  0 C/m.  larutan tersebut akan mendidih pada suhu ….  (  0 C )   ( Mr . Glukosa = 180 ) A. 100,1 B. 100,5 C. 101 D. 101,8 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Hubungan antara Penurunan Tekanan Uap (  P), Kenaikan Titik Didih (  Tb) dan Penurunan Titik Beku Larutan (  Tf) dapat dinyatakan dalam Diagram  Tekanan  versus  Suhu  ( Diagram PT ). 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
P T A B C E G I J PADAT CAIR GAS F  –  I  : garis beku pelarut Ttk F : Titik beku Pelarut I  –  G : garis didih pelarut Ttk G : Titik didih pelarut F H D Ttk I : Titik  Tripel  menunjukkan kesetimbangan fasa : padat – cair - gas  Titik ini juga menunjukkan nilai tekanan uap pelarut murni Jika ke dalam pelarut dimasukkan suatu zat terlarut, maka akan terjadi penurunan tekanan uap dari I ke J. Titik beku akan bergeser dari F ke E (dengan nilai A) dan titik didih akan bergeser dari G ke H (dengan nilai D). E  –  J : Garis beku larutan Ttk E : Titik beku Larutan J – H : Garis didih larutan Ttk H : Titik didih larutan Dari diagram ini, dapat disimpulkan bahwa adanya Penurunan tekanan uap (  P), menyebabkan terjadinya penurunan titik beku (  Tf) dan kenaikan titik didih (  Tb)  DIAGRAM  P T 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
TEKANAN OSMOTIK LARUTAN Ikan asin diawetkan dengan menggunakan  garam.  Mengapa  garam  dapat mengawetkan ikan ? Benarkah pandangan yang menyatakan bahwa agar tanaman tumbuh subur dan berbuah lebat, tanaman tersebut harus diberikan pupuk  sebanyak-banyaknya ? Osmosis  adalah  proses perpindahan molekul cairan (pelarut) dari larutan yang konsentrasinya rendah ke larutan yang konsentrasinya lebih tinggi melalui membran semi permeabel. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Tekanan Osmotik (    ) adalah Tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya proses osmosis 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Hubungan antara jumlah partikel dengan besar tekanan osmotik suatu larutan dinyatakan melalui persamaan : Tekanan Osmotik (    ) =  M . R . T a. Untuk Larutan Non elektrolit b. Untuk Larutan elektrolit Tekanan Osmotik (    ) =  M . R . T . i Dimana :    =  Tekanan Osmotik Larutan  ( atm) M = Molaritas Larutan ( mol/ liter ) R = Tetapan gas umum, ( 0,082 liter atm/mol K ) T = Suhu, Kelvin (K) i = Faktor Van’t Hoff  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Jika 2 (dua) larutan ( misalnya larutan A dan larutan B ) dibandingkan berdasarkan nilai tekanan osmotiknya masing-masing, maka akan diperoleh 3 (tiga) keadaan :  1. Larutan A  Hipertonik  terhadap larutan B Keadaan ini diperoleh jika tekanan osmotik larutan A lebih tinggi daripada tekanan osmotik larutan B     A  >     B  2.  Larutan A  Isotonik  terhadap larutan B Keadaan ini diperoleh jika tekanan osmotik larutan A sama dengan tekanan osmotik larutan B     A  =     B   3.  Larutan A  Hipotonik  terhadap larutan B Keadaan ini diperoleh jika tekanan osmotik larutan A lebih rendah daripada tekanan osmotik larutan B     A  <     B  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
SOAL 4 ,[object Object],2. Berapa gram MgCl 2  ( Ar Mg = 24, Cl = 35,5 ) yang harus terlarut dalam 500 mL larutannya pada suhu 30  0 C   agar diperoleh larutan dengan tekanan osmotik sebesar 6,2 atm ?  3. Agar diperoleh larutan yang isotonik terhadap larutan 6 gram urea (Mr = 60) yang bervolume 500 mL, berapa gram sukrosa, C 12 H 22 O 11  (Mr = 342) yang harus terlarut dalam 100 mL larutannya pada suhu 27  0 C.  4. Dalam 250 mL suatu larutan terlarut 11,7 gram NaCl (Mr = 58,5) dan 18 gram glukosa (Mr = 180). Tentukan tekanan osmotik larutan tersebut pada suhu 27  0 C.  [  4,88 atm  ] [  3,95 gr  ] [  6,84 gr   ] [  49,2  atm  ] 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
REAKSI REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA PENYETARAAN PERSAMAAN REAKSI REDOKS ,[object Object],[object Object],[object Object],I. Metode Setengah Reaksi ( Ion Elektron ) Metode Setengah reaksi dibedakan menjadi 2 (dua) cara penyetaraan berdasarkan kondisi (suasana) reaksi , yaitu  Suasana Asam,  dan   Suasana Basa. a. Penyetaraan dalam suasana asam : Penyetaraan dalam kondisi ini dapat dilakukan dengan tahapan : 1) Tuliskan reaksi redoks dalam bentuk  persamaan reaksi ion.  Jika reaksi masih dalam  bentuk molekuler, maka senyawa-senyawa dalam reaksi harus diionkan terlebih dahulu, dan yang tertulis dalam persamaan reaksi hanya ion-ion yang unsurnya mengalami perubahan bilok, dengan catatan  Molekul Unsur  dan  senyawa Oksida  tidak perlu diionkan 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
2) Setarakan jumlah unsur yang biloknya berubah disisi kiri dan kanan reaksi 3) Bagi reaksi menjadi 2 (dua) bagian setengah reaksi. Penyetaraan dilakukan per-bagian. 4) Perhatikan  jumlah unsur O   di kedua sisi reaksi. Jika jumlahnya berbeda, samakan dengan menambahkan  H 2 O  pada sisi reaksi yang kekurangan sebanyak kekurangan unsur O, dan pada sisi yang lain tambahkan ion  H +  sebanyak atom H akibat penambahan H 2 O. 5)  Hitung muatan total  pada kedua sisi reaksi. Setarakan muatan dengan menambahkan elektron (  e  –   ) pada sisi reaksi yang muatan totalnya lebih besar sebanyak  selisih muatan  antara kedua sisi.  Lakukan Proses yang sama untuk setengah reaksi yang lain. 6) Perhatikan jumlah elektron pada kedua bagian setengah reaksi. Jika tidak sama,  samakan jumlah elektron  dengan mengali setengah reaksi dengan bilangan tertentu atau dengan perkalian silang. 7) Jumlahkan kedua bagian setengah reaksi. Jika pada kedua sisi reaksi terdapat  zat yang sama , kalau  jumlahnya sama  maka keduanya dihilangkan. Dan jika jumlahnya  Berbeda , maka zat yang jumlahnya  lebih sedikit  dihilangkan dengan mengurangi jumlah zat yang lebih banyak. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
CONTOH : Cu (s)   +  HNO 3 (aq)      Cu(NO 3 ) 2 (aq)   +  NO (g)   +  H 2 O  (l) Cu + H +  NO 3  –   Cu 2+  2 NO 3  –  + NO + H 2 O Cu + NO 3   –  Cu 2+ + NO I. Cu  Cu 2+ II.  NO 3  –   NO +  2  e  –  +  2  H 2 O +  4 H + +  3 e  –  I. Cu  Cu 2+ +  2  e  –  II.  NO 3  –   NO +  2  H 2 O +  4 H + +  3 e  –  x  3 x  2 Pada kedua bagian setengah reaksi terdapat perbedaan jumlah elektron. Sehingga menjadi : I. 3 Cu  3 Cu 2+ +  6  e  –  II.  2 NO 3  –   2 NO +  4  H 2 O +  8 H + + 6 e  –  3 Cu  +  6 NO 3  –  +  8 H  +      3 Cu  2+  +  2 NO +  4 H 2 O 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
TERIMA KASIH 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |

More Related Content

What's hot

metode tekanan maksimum gelembung
metode tekanan maksimum gelembungmetode tekanan maksimum gelembung
metode tekanan maksimum gelembungzaramalia33
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiRihlatul adni
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Utami Irawati
 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik Ida Farida Ch
 
Larutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanLarutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanDokter Tekno
 
Aes(Atomic Emission Spectroscopy)
Aes(Atomic Emission Spectroscopy)Aes(Atomic Emission Spectroscopy)
Aes(Atomic Emission Spectroscopy)Munaw2802
 
Kinetika kimia (pertemuan 3)
Kinetika kimia (pertemuan 3)Kinetika kimia (pertemuan 3)
Kinetika kimia (pertemuan 3)Utami Irawati
 
Kimia fisik 2 Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2  Potensial kimia pptKimia fisik 2  Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2 Potensial kimia pptDaniel Marison
 
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...guest1fb560
 
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation risyanti ALENTA
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Dede Suhendra
 
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)yusbarina
 
Contoh pembacaan spektrum infra merah
Contoh pembacaan spektrum infra merahContoh pembacaan spektrum infra merah
Contoh pembacaan spektrum infra merahIlham Saputra
 
Pemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iiiPemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iiiKustian Permana
 
Presentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv visPresentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv visAdha Ningrum
 

What's hot (20)

analisa kation golongan 1
analisa kation golongan 1analisa kation golongan 1
analisa kation golongan 1
 
metode tekanan maksimum gelembung
metode tekanan maksimum gelembungmetode tekanan maksimum gelembung
metode tekanan maksimum gelembung
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)
 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik
 
Larutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanLarutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutan
 
Aes(Atomic Emission Spectroscopy)
Aes(Atomic Emission Spectroscopy)Aes(Atomic Emission Spectroscopy)
Aes(Atomic Emission Spectroscopy)
 
Spektroskopi (pendahuluan)
Spektroskopi (pendahuluan)Spektroskopi (pendahuluan)
Spektroskopi (pendahuluan)
 
Kinetika kimia (pertemuan 3)
Kinetika kimia (pertemuan 3)Kinetika kimia (pertemuan 3)
Kinetika kimia (pertemuan 3)
 
Kimia fisik 2 Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2  Potensial kimia pptKimia fisik 2  Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2 Potensial kimia ppt
 
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
 
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
 
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
 
Contoh pembacaan spektrum infra merah
Contoh pembacaan spektrum infra merahContoh pembacaan spektrum infra merah
Contoh pembacaan spektrum infra merah
 
Larutan - Kimia Dasar
Larutan - Kimia DasarLarutan - Kimia Dasar
Larutan - Kimia Dasar
 
Simetry
SimetrySimetry
Simetry
 
Pemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iiiPemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iii
 
Presentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv visPresentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv vis
 
Titrasi redoks
Titrasi redoksTitrasi redoks
Titrasi redoks
 

Viewers also liked

Pert 2 koefisien clebsh gordan
Pert 2 koefisien clebsh gordanPert 2 koefisien clebsh gordan
Pert 2 koefisien clebsh gordanjayamartha
 
Pendahuluan Fisika Material (14)
Pendahuluan Fisika Material (14)Pendahuluan Fisika Material (14)
Pendahuluan Fisika Material (14)jayamartha
 
Termodinamika (4) e jenis_-_jenis_termometer_berdasarkan_besaran_termometricny
Termodinamika (4) e jenis_-_jenis_termometer_berdasarkan_besaran_termometricnyTermodinamika (4) e jenis_-_jenis_termometer_berdasarkan_besaran_termometricny
Termodinamika (4) e jenis_-_jenis_termometer_berdasarkan_besaran_termometricnyjayamartha
 
Termodinamika (1- 2) b diferensial_parsial
Termodinamika (1- 2) b diferensial_parsialTermodinamika (1- 2) b diferensial_parsial
Termodinamika (1- 2) b diferensial_parsialjayamartha
 
Pendahuluan Fisika Material (9)
Pendahuluan Fisika Material (9)Pendahuluan Fisika Material (9)
Pendahuluan Fisika Material (9)jayamartha
 
Fisika Dasar Per.03
Fisika Dasar Per.03Fisika Dasar Per.03
Fisika Dasar Per.03jayamartha
 
Fisika Modern 13 molecules andsolid
Fisika Modern 13 molecules andsolidFisika Modern 13 molecules andsolid
Fisika Modern 13 molecules andsolidjayamartha
 
Elektronika (6)
Elektronika (6)Elektronika (6)
Elektronika (6)jayamartha
 
Termodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
Termodinamika (4) f temperatur_gas_idealTermodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
Termodinamika (4) f temperatur_gas_idealjayamartha
 

Viewers also liked (9)

Pert 2 koefisien clebsh gordan
Pert 2 koefisien clebsh gordanPert 2 koefisien clebsh gordan
Pert 2 koefisien clebsh gordan
 
Pendahuluan Fisika Material (14)
Pendahuluan Fisika Material (14)Pendahuluan Fisika Material (14)
Pendahuluan Fisika Material (14)
 
Termodinamika (4) e jenis_-_jenis_termometer_berdasarkan_besaran_termometricny
Termodinamika (4) e jenis_-_jenis_termometer_berdasarkan_besaran_termometricnyTermodinamika (4) e jenis_-_jenis_termometer_berdasarkan_besaran_termometricny
Termodinamika (4) e jenis_-_jenis_termometer_berdasarkan_besaran_termometricny
 
Termodinamika (1- 2) b diferensial_parsial
Termodinamika (1- 2) b diferensial_parsialTermodinamika (1- 2) b diferensial_parsial
Termodinamika (1- 2) b diferensial_parsial
 
Pendahuluan Fisika Material (9)
Pendahuluan Fisika Material (9)Pendahuluan Fisika Material (9)
Pendahuluan Fisika Material (9)
 
Fisika Dasar Per.03
Fisika Dasar Per.03Fisika Dasar Per.03
Fisika Dasar Per.03
 
Fisika Modern 13 molecules andsolid
Fisika Modern 13 molecules andsolidFisika Modern 13 molecules andsolid
Fisika Modern 13 molecules andsolid
 
Elektronika (6)
Elektronika (6)Elektronika (6)
Elektronika (6)
 
Termodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
Termodinamika (4) f temperatur_gas_idealTermodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
Termodinamika (4) f temperatur_gas_ideal
 

Similar to Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni

Termodinamika (3) d diagram_proses_perubahan_fase_zat_murni
Termodinamika (3) d diagram_proses_perubahan_fase_zat_murniTermodinamika (3) d diagram_proses_perubahan_fase_zat_murni
Termodinamika (3) d diagram_proses_perubahan_fase_zat_murnijayamartha
 
Sifat Koligatif Larutan
 Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutanriza sofia
 
Sifat Koligatif.ppt
Sifat Koligatif.pptSifat Koligatif.ppt
Sifat Koligatif.pptWidiaRahmi2
 
Penurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanPenurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanadinugroho wisnu
 
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolitSifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolit21 Memento
 
Sifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutanSifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutanyunita97544748
 
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-.pptxMateri-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-.pptxRabianti3
 
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit (1).ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit (1).pptsifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit (1).ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit (1).pptNanangWijaya9
 
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.pptsifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.pptEmiLiawati7
 
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.pptsifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.pptDewiSri20
 
Modul sifat koligatif larutan
Modul sifat koligatif larutanModul sifat koligatif larutan
Modul sifat koligatif larutandasi anto
 
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptxMateri-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptxsoufamalita1
 
LARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptLARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptBayuPermana43
 
Sifat koligatifelektrolitdannonelektrolit
Sifat koligatifelektrolitdannonelektrolitSifat koligatifelektrolitdannonelektrolit
Sifat koligatifelektrolitdannonelektrolitEko Supriyadi
 
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolitSifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolitEKO SUPRIYADI
 
kd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
kd_4_larutan-dan-koligatif.pptkd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
kd_4_larutan-dan-koligatif.pptSuhartiSuharti16
 
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan AyubDovaRiady
 

Similar to Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni (20)

Sifat koligatif
Sifat koligatifSifat koligatif
Sifat koligatif
 
Sifat koligatif
Sifat koligatifSifat koligatif
Sifat koligatif
 
Termodinamika (3) d diagram_proses_perubahan_fase_zat_murni
Termodinamika (3) d diagram_proses_perubahan_fase_zat_murniTermodinamika (3) d diagram_proses_perubahan_fase_zat_murni
Termodinamika (3) d diagram_proses_perubahan_fase_zat_murni
 
Sifat Koligatif Larutan
 Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan
 
Sifat Koligatif.ppt
Sifat Koligatif.pptSifat Koligatif.ppt
Sifat Koligatif.ppt
 
Sifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif LarutanSifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif Larutan
 
Penurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanPenurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutan
 
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolitSifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
 
Sifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutanSifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutan
 
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-.pptxMateri-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-.pptx
 
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit (1).ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit (1).pptsifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit (1).ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit (1).ppt
 
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.pptsifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
 
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.pptsifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
sifat-koligatif-elektrolit-dan-non-elektrolit.ppt
 
Modul sifat koligatif larutan
Modul sifat koligatif larutanModul sifat koligatif larutan
Modul sifat koligatif larutan
 
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptxMateri-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
 
LARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptLARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.ppt
 
Sifat koligatifelektrolitdannonelektrolit
Sifat koligatifelektrolitdannonelektrolitSifat koligatifelektrolitdannonelektrolit
Sifat koligatifelektrolitdannonelektrolit
 
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolitSifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
Sifat koligatif elektrolit dan non elektrolit
 
kd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
kd_4_larutan-dan-koligatif.pptkd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
kd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
 
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
 

More from jayamartha

Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4jayamartha
 
Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3jayamartha
 
Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2jayamartha
 
Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1jayamartha
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitifjayamartha
 
15-superconductivity
15-superconductivity15-superconductivity
15-superconductivityjayamartha
 
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interactionjayamartha
 
7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductor7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductorjayamartha
 
12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetism12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetismjayamartha
 
12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetism12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetismjayamartha
 
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanicsjayamartha
 
Week4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitifWeek4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitifjayamartha
 
10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bands10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bandsjayamartha
 
7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductor7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductorjayamartha
 
Week-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaranWeek-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaranjayamartha
 
5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductor5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductorjayamartha
 
Week-15 kognitif
Week-15 kognitifWeek-15 kognitif
Week-15 kognitifjayamartha
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitifjayamartha
 

More from jayamartha (20)

Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4
 
Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3
 
Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2
 
Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1
 
P6
P6P6
P6
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitif
 
15-superconductivity
15-superconductivity15-superconductivity
15-superconductivity
 
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
 
7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductor7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductor
 
12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetism12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetism
 
12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetism12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetism
 
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
 
Week4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitifWeek4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitif
 
10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bands10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bands
 
7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductor7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductor
 
Week-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaranWeek-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaran
 
5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductor5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductor
 
Week-15 kognitif
Week-15 kognitifWeek-15 kognitif
Week-15 kognitif
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitif
 
Pert 1-4
Pert 1-4Pert 1-4
Pert 1-4
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni

  • 1. Pertemuan 3 FASE – FASE ZAT MURNI Dr. I Made Astra, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
  • 2.
  • 3. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
  • 4.
  • 5. SIFAT KOLIGATIF adalah Sifat zat yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut dalam larutan Sifat Koligatif Larutan terdiri dari 4 (empat) macam : 3. Penurunan Titik Beku (  Tf ) 4. Tekanan Osmotik (  ) 1. Penurunan Tekanan Uap (  P) 2. Kenaikan Titik Didih (  Tb) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 6. PENURUNAN TEKANAN UAP (  P ) Semua cairan memiliki kecenderungan untuk menguap, sehingga semua cairan akan memiliki tekanan uap Tekanan uap adalah kecenderungan dari suatu molekul cairan untuk meninggalkan lingkungan cairannya 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Molekul – Molekul Cairan murni
  • 7. Dalam suatu keadaan tertentu, pada suatu cairan akan terbentuk suatu sistem kesetimbangan antara cairan dan uapnya. Besarnya kemampuan molekul cairan untuk meninggalkan molekul cairannya pada keadaan ini disebut Tekanan Uap Jenuh Pelarut Murni (P 0 ) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 8. Jika ke dalam suatu pelarut murni dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap, maka proses pergerakan molekul-molekul cairan untuk meninggalkan lingkungan cairannya menjadi terhalang sehingga banyaknya molekul-molekul cairan yang menguap akan berkurang. Akibatnya tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni. Karena itu dikatakan terjadi penurunan tekanan uap. Simbol Penurunan Tekanan Uap Larutan adalah  P 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Partikel zat terlarut Partikel pelarut Jumlah partikel pelarut yang menguap sedikit
  • 9. Semakin banyak partikel zat terlarut dalam suatu pelarut, maka Penurunan Tekanan Uap Jenuh larutan (  P ) dari tekanan uap pelarut murninya akan semakin besar dan Tekanan uap jenuh larutan ( P ) akan semakin kecil. Yang berarti pula bahwa ; Tekanan uap jenuh pelarut murni ( P o ) akan selalu lebih besar dari Tekanan uap jenuh larutannya ( P ) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 10. Hubungan antara jumlah partikel zat terlarut dengan besar penurunan tekanan uap yang diakibatkannya dinyatakan dengan Hukum Raoult “ Besar Penurunan Tekanan Uap jenuh suatu larutan berbanding lurus dengan Tekanan uap Jenuh pelarut murni dan fraksi mol zat terlarutnya “ . Dirumuskan :  P = P 0 . X terlarut  P = Penurunan Tekanan uap jenuh larutan. P 0 = Tekanan uap jenuh pelarut murni X terlarut = Fraksi mol zat terlarut 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 11. Persamaan Roult ini hanya berlaku pada larutan nonelektrolit. Untuk Larutan elektrolit, persamaan Raoult harus dikalikan lagi dengan Faktor Van’t Hoff ( i ) Dimana ; i = 1 + (n – 1)  n = jumlah ion  = derajat ionisasi Sehingga Untuk larutan elektrolit berlaku persamaan :  P = P 0 . X terlarut . i Hal ini didasari fakta bahwa, pada jumlah mol yang sama, larutan elektrolit selalu memiliki jumlah partikel yang lebih banyak dibanding larutan nonelektrolit 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 12. Besarnya Penurunan Tekanan Uap Larutan ( Δ P ) merupakan selisih dari Nilai Tekanan uap Jenuh Pelarut murni (P 0 ) dan Tekanan uap jenuh larutan (P), atau : Δ P = P 0 - P Dari uraian sebelumnya, diketahui bahwa :  P = P 0 . X terlarut , sehingga persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut : P = P 0 - P 0 . X terlarut atau P = P 0 ( 1 – X terlarut ) Karena ; 1 - X terlarut = X pelarut , maka persamaan dapat dituliskan sebagai berikut : P = P 0 . X pelarut 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 13.
  • 14.
  • 15. TEKANAN UDARA LUAR TEKANAN UDARA LUAR > TEKANAN UAP CAIRAN 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 16. TEKANAN UDARA LUAR Jika ke dalam sistem cairan ditambahkan kalor/energi, maka tekanan uap sistem akan meningkat, hingga suatu saat akan melewati nilai tekanan udara pada lingkungannya. Suatu keadaan dimana tekanan uap sistem lebih besar dari tekanan uap lingkungan, itulah yang disebut MENDIDIH Dan suhu dimana nilai P sistem tepat > nilai P lingkungan disebut TITIK DIDIH 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 17. Anda Ingin Memasak sayur : Cara I : Cara II : MANAKAH YANG PALING CEPAT MATANG ?? 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 18. Adanya Partikel zat terlarut dalam suatu pelarut, menyebabkan terhalanginya proses pergerakan molekul cairan menuju permukaan atau meninggalkan lingkungan cairannya. Sehingga pada proses pemanasan cairan, ketika suhu sistem sama dengan suhu didih normal pelarutnya, larutan belum akan mendidih, dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi lagi untuk memulai proses pendidihan. Semakin banyak partikel zat terlarut yang terlarut dalam pelarut, maka Kenaikan titik didih larutan (  Tb) akan semakin besar, yang berakibat, Titik didih Larutan (Tb Larutan ) akan semakin tinggi. Hubungan antara banyaknya partikel zat terlarut dengan Nilai kenaikan titik didih larutan dinyatakan dengan persamaan :  Tb = Kb x m ( Untuk larutan nonelektrolit ) Untuk larutan elektrolit, berlaku persamaan :  Tb = Kb x m x i Titik Didih Larutan (Tb Larutan ) = Tb Pelarut murni +  Tb 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 19.  Tb = Kenaikan titik didih larutan ( 0 C ) Kb = Tetapan kenaikan titik didih molal larutan ( 0 C/molal) m = molalitas larutan i = faktor Van’t Hoff ( 1 + ( n – 1 )  ) Tetapan Kenaikan Titik Didih molal ( Kb ) menunjukkan besarnya kenaikan titik didih yang terjadi setiap 1 molal larutan. Misalnya : kenaikan titik didih molal air adalah 0,52 0 C/m. Hal ini berarti bahwa air akan mengalami kenaikan titik didih sebesar 0,52 0 C untuk setiap 1 molal larutannya. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 20. 2. Besar kenaikan titik didih dari larutan C 6 H 12 O 6 36 % adalah …. ( Mr C 6 H 12 O 6 = 180 , Kb air = 0,52 0 C/m ) A. 1,625 B. 1,650 C. 0,825 D. 0,412 1. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 1,8 gliserol ( Mr = 90) ke dalam 200 gram etanol. Jika titik didih etanol murni = 78 0 C, dan kenaikan titik didih molal etanol ; 0,6 0 C/m. Pada suhu berapakah larutan tersebut akan mendidih ? A. 78,02 B. 78,04 C. 78,06 D. 78,10 Contoh Soal 2 : MBULI 3. Untuk mendapatkan larutan yang mendidih 101,04 0 C , banyaknya NaCl ( Mr = 58,5 ) yang harus dilarutkan ke dalam 500 gram air adalah …. ( Kb air = 0,52 0 C/m) A. 14,625 gr B. 29,25 gr C. 58,5 gr D. 117 gr 4. Agar diperoleh larutan yang titik didihnya sama dengan larutan 12 gram urea (Mr = 60) dalam 250 gram air. Banyaknya glukosa (Mr = 180) yang harus dilarutkan ke dalam 500 gram air adalah …. (Kb air = 0,52 0 C/m) A. 18 gram B. 36 gram C. 45 gram D. 72 gram 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 21. PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN (  T F ) Air dapat berada dalam 3 (tiga) fase zat, yaitu fase cair, gas dan padat. Apakah Perbedaan yang terdapat pada ketiga fase air tersebut ? Kondisi yang membedakan antara fase padat, cair, dan gas pada suatu cairan adalah jarak antara partikel (molekul – molekul) cairan. Pada fase gas, molekul – molekul zat berada pada jarak yang sangat renggang. Dan pada keadaan cair, molekul-molekul zat berada pada jarak yang relatif lebih rapat dibandingkan dengan keadaan gas (uap). 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 22. PROSES PEMBEKUAN CAIRAN MURNI Proses pembekuan suatu cairan terjadi jika molekul-molekul cairan berada pada jarak yang sangat rapat. Kondisi ini dapat dicapai jika energi kinetik molekul diperkecil dengan cara menurunkan suhu. Pada jarak yang cukup dekat, antara molekul-molekul cairan akan terbentuk ikatan antar molekul dan cairan akan memadat. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 23. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Kecilnya nilai energi Kinetik menyebabkan gaya ikat antar molekul semakin besar
  • 24. Adanya partikel zat terlarut dalam suatu pelarut, menyebabkan terhambatnya proses pembekuan suatu cairan, sehingga agar proses pembekuan dapat terjadi pada kondisi ini, dibutuhkan suhu yang lebih rendah lagi dari suhu pembekuan (titik beku) pelarut murninya (terjadi penurunan titik beku,  T F ) Semakin Banyak partikel zat terlarut dalam suatu pelarut, maka penurunan titik beku (  T F ) yang diakibatkan akan semakin besar, dan titik beku larutan (T f Larutan ) akan semakin rendah. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 25. Hubungan antara banyaknya partikel zat terlarut dengan Nilai Penurunan titik beku larutan dinyatakan dengan persamaan :  Tf = Kf x m ( Untuk larutan nonelektrolit ) Untuk larutan elektrolit, berlaku persamaan :  Tf = Kf x m x i Titik Beku Larutan (Tf Larutan ) = Tf Pelarut murni -  Tf  Tf = Penurunan titik beku larutan ( 0 C ) Kf = Tetapan Penurunan titik beku molal larutan ( 0 C/molal) m = molalitas larutan i = faktor Van’t Hoff ( 1 + ( n – 1 )  ) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 26.
  • 27. Hubungan antara Penurunan Tekanan Uap (  P), Kenaikan Titik Didih (  Tb) dan Penurunan Titik Beku Larutan (  Tf) dapat dinyatakan dalam Diagram Tekanan versus Suhu ( Diagram PT ). 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 28. P T A B C E G I J PADAT CAIR GAS F – I : garis beku pelarut Ttk F : Titik beku Pelarut I – G : garis didih pelarut Ttk G : Titik didih pelarut F H D Ttk I : Titik Tripel menunjukkan kesetimbangan fasa : padat – cair - gas Titik ini juga menunjukkan nilai tekanan uap pelarut murni Jika ke dalam pelarut dimasukkan suatu zat terlarut, maka akan terjadi penurunan tekanan uap dari I ke J. Titik beku akan bergeser dari F ke E (dengan nilai A) dan titik didih akan bergeser dari G ke H (dengan nilai D). E – J : Garis beku larutan Ttk E : Titik beku Larutan J – H : Garis didih larutan Ttk H : Titik didih larutan Dari diagram ini, dapat disimpulkan bahwa adanya Penurunan tekanan uap (  P), menyebabkan terjadinya penurunan titik beku (  Tf) dan kenaikan titik didih (  Tb) DIAGRAM P T 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 29. TEKANAN OSMOTIK LARUTAN Ikan asin diawetkan dengan menggunakan garam. Mengapa garam dapat mengawetkan ikan ? Benarkah pandangan yang menyatakan bahwa agar tanaman tumbuh subur dan berbuah lebat, tanaman tersebut harus diberikan pupuk sebanyak-banyaknya ? Osmosis adalah proses perpindahan molekul cairan (pelarut) dari larutan yang konsentrasinya rendah ke larutan yang konsentrasinya lebih tinggi melalui membran semi permeabel. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 30. Tekanan Osmotik (  ) adalah Tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya proses osmosis 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 31. Hubungan antara jumlah partikel dengan besar tekanan osmotik suatu larutan dinyatakan melalui persamaan : Tekanan Osmotik (  ) = M . R . T a. Untuk Larutan Non elektrolit b. Untuk Larutan elektrolit Tekanan Osmotik (  ) = M . R . T . i Dimana :  = Tekanan Osmotik Larutan ( atm) M = Molaritas Larutan ( mol/ liter ) R = Tetapan gas umum, ( 0,082 liter atm/mol K ) T = Suhu, Kelvin (K) i = Faktor Van’t Hoff 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 32. Jika 2 (dua) larutan ( misalnya larutan A dan larutan B ) dibandingkan berdasarkan nilai tekanan osmotiknya masing-masing, maka akan diperoleh 3 (tiga) keadaan : 1. Larutan A Hipertonik terhadap larutan B Keadaan ini diperoleh jika tekanan osmotik larutan A lebih tinggi daripada tekanan osmotik larutan B  A >  B 2. Larutan A Isotonik terhadap larutan B Keadaan ini diperoleh jika tekanan osmotik larutan A sama dengan tekanan osmotik larutan B  A =  B 3. Larutan A Hipotonik terhadap larutan B Keadaan ini diperoleh jika tekanan osmotik larutan A lebih rendah daripada tekanan osmotik larutan B  A <  B 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 33.
  • 34.
  • 35. 2) Setarakan jumlah unsur yang biloknya berubah disisi kiri dan kanan reaksi 3) Bagi reaksi menjadi 2 (dua) bagian setengah reaksi. Penyetaraan dilakukan per-bagian. 4) Perhatikan jumlah unsur O di kedua sisi reaksi. Jika jumlahnya berbeda, samakan dengan menambahkan H 2 O pada sisi reaksi yang kekurangan sebanyak kekurangan unsur O, dan pada sisi yang lain tambahkan ion H + sebanyak atom H akibat penambahan H 2 O. 5) Hitung muatan total pada kedua sisi reaksi. Setarakan muatan dengan menambahkan elektron ( e – ) pada sisi reaksi yang muatan totalnya lebih besar sebanyak selisih muatan antara kedua sisi. Lakukan Proses yang sama untuk setengah reaksi yang lain. 6) Perhatikan jumlah elektron pada kedua bagian setengah reaksi. Jika tidak sama, samakan jumlah elektron dengan mengali setengah reaksi dengan bilangan tertentu atau dengan perkalian silang. 7) Jumlahkan kedua bagian setengah reaksi. Jika pada kedua sisi reaksi terdapat zat yang sama , kalau jumlahnya sama maka keduanya dihilangkan. Dan jika jumlahnya Berbeda , maka zat yang jumlahnya lebih sedikit dihilangkan dengan mengurangi jumlah zat yang lebih banyak. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 36. CONTOH : Cu (s) + HNO 3 (aq)  Cu(NO 3 ) 2 (aq) + NO (g) + H 2 O (l) Cu + H + NO 3 –  Cu 2+ 2 NO 3 – + NO + H 2 O Cu + NO 3 –  Cu 2+ + NO I. Cu  Cu 2+ II. NO 3 –  NO + 2 e – + 2 H 2 O + 4 H + + 3 e – I. Cu  Cu 2+ + 2 e – II. NO 3 –  NO + 2 H 2 O + 4 H + + 3 e – x 3 x 2 Pada kedua bagian setengah reaksi terdapat perbedaan jumlah elektron. Sehingga menjadi : I. 3 Cu  3 Cu 2+ + 6 e – II. 2 NO 3 –  2 NO + 4 H 2 O + 8 H + + 6 e – 3 Cu + 6 NO 3 – + 8 H +  3 Cu 2+ + 2 NO + 4 H 2 O 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 37. TERIMA KASIH 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |