1. Laporan praktikum kimia tentang kalor penguapan sebagai energi pengaktifan.
2. Tujuan praktikum adalah mengetahui energi pengaktifan etanol pada berbagai suhu dan hubungannya dengan laju penguapan.
3. Hasilnya menunjukkan bahwa laju penguapan etanol berbanding terbalik dengan waktu dan berbanding lurus dengan suhu.
1. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Mata Kuliah : PRAKTIKUM KINETIKA DAN KESETIMBANGAN KIMIA
KALOR PENGUAPAN SEBAGAI ENERGI PENGAKTIFAN
OLEH :
NAMA : 1. ADILA MAWADDAH (4173331001)
2. ESRA JULIANA HARIANJA (4172131015)
3. LINDA ROSITA (4173131020)
JURUSAN : KIMIA
PROGRAM : S-1 PENDIDIKAN
KELOMPOK : VII (TUJUH)
TGL PELAKSANAAN : 01 APRIL 2019
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2. I. JUDUL PERCOBAAN : KALOR PENGUAPAN SEBAGAI ENERGI PENGAKTIFAN
II. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mengetahui energi pengaktifan suhu zat cair (etanol) yang mudah menguap.
2. Mengetahui pengaruh suhu dalam proses penguapan.
3. Mengetahui hubungan waktu dengan laju penguapan.
III. TINJAUAN TEORITIS
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan
benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu, karna suhu
adalah ukuran dalam satuan drajat panas. Kalor merupakan energi panas yang satuannya
adalah kalori, 1 kalori setara dengan banyakny akalori yang dibutuhkan oleh 1 gram air untuk
menaikan temperature 10C, sesuai dengan suhu mutlak yaitu 14,5 0C s/d 15,5 0C.
Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Penguapan juga dipandang
sebagai suatu reaksi di mana yang berperan sebagai zat cair adalah pereaksi sedangkan hasil
reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan dan perubahan energi penguapan
adalah kalor reaksi dan perubahan entalpi yang dibutuhkan atau dilepaskan pada penguapan 1
mol zat dalam fase cair menjadi 1 mol zat dalam fase gas pada titik didih nya.
Contohnya dapat dilihat dari reaksi pemanasan air pada system terbuka berikut ini:
H2O(l) H2O(g) ΔH = + 44 kJ
Selanjutnya, karena penguapan dapat dipandang sebagai proses yang hanya terdiri atas
satu tahap, maka kalor penguapan dapat dipandang sebagai energi pengaktifan reaksi
penguapan. Berdasarkan perumpamaan ini, kalor penguapan dapat diukur dengan cara yang
lazim digunakan untuk energi pengaktifan. Pengukuranenergi pengaktifan dilakukan dengan
mengukur laju reaksi pada berbagai suhu dan dengan menggunakan persamaan
Arrhenius berikut:
Log k = log A (E / 2,303 RT)
Keterangan :
K = tetapan laju reaksi pada suhu konstan T
A = suatu tetapan
3. E = energi pengaktifan
R = tetapan gas ideal
T = suhu mutlak
Dengan demikian, kalor penguapan dapat diperoleh dengan mengukur
laju penguapan pada berbagai suhu dan dengan mengartikan E sebagai kalor penguapan
(Nasruddin MN, 2013).
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki suatu zat. Secara umum untuk
mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suatu benda
tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang di kandung sangat besar, begitu juga
sabaliknnya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan
yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung
pada tiga faktor yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis) perubahan suhu. Proses untuk
mencapai keadaan transisi kompleks membutuhkan energi yang disuplai dari luar sistem.
Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi. Pada reaksi endoterm ataupun eksoterm,
keduanya memiliki energi aktivasi yang positif, karena keadaan transisi kompleks memiliki
tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan (Vogel, 1994).
Proses penguapan merupakan proses penting didalam pembuatan gula. Pada dasarnya
permintaan panas dipabrik gula terjadi pemanasan nira, eveaporasi, dan kristalisasi. Semua
proses diatas dibutuhkan untuk proses produksi, namun evaporasi ditekankan dalam aspek
integrasi ternal karena merpukan proses dengan konsumsi energi terbesar (Storia, 2016).
Perhitungan laju penguapan dapat dihitung setelah diketahui selisih selama proses
penguapan berlangsung. Laju penguapan dihitung menggunakan rumus Toledo dimana W=
laju penguapan (mL.jam-1) mw = luas evaporator dalam x selisih beda tinggi air laut (mm3),
t= waktu (jam) (tyas, et al, 2014).
PENGERTIAN ENERGI AKTIVASI
Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus dipenuhi agar reaksi dapat berjalan.
Istilah aktivasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Svante Arhenius dan dinyatakan dalam
satuan kilojoule/ mol. Terkadang suatu reaksi kimia membutuhkan energi aktivasi yang
teramat sangat besar, maka dari itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung
4. dengan pasokan energi yang lebih rendah. Hukum laju adalah persamaan yang menyatakan
laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang ada, termasuk produk.Dalam
metode laju awal, yang sering kali digunakan bersama-sama dengan metode isolasi, laju di
ukur pada awal reaksi untuk beberapa reaktan dengan konsentrasi awal yang berbeda-beda.
Hukum laju awal untuk reaksi yang terisolasi adalah (Atkins, 1996):
V0 = k[A]0
Log V = Log k + log [A]0
Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus dipenuhi agar reaksi dapat berjalan.
Istilah energi aktifasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Svante Arrhenius dan dinyatakan
dalam satuan kilo jule per mol. Terkadang suatu reaksi kimia membutuhkan energi aktivasi
yang teramat sangat besar, maka dari itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat
berlangsung dengan pasokan energi yang lebih rendah (Casttelan, 1982).
IV. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
NO Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Beaker gelas 500 ml 1 buah
2 Cawan porselen - 1 buah
3 Thermometer - 1 buah
4 Stopwatch - 1 buah
5 Pipet tetes - 1 buah
B. BAHAN
No Nama Bahan Rumus
Kimia
Konsentrasi Wujud Warna Jumlah
1 Etanol C6H5OH - Cair Bening 5 ml
2 Air H2O - Cair Bening 450 ml
V. PROSEDUR KERJA
Cawan Porselen
5. Suhu 600C = 1 menit 42 detik
Suhu 650C = 1 menit 30 detik
Suhu 700C = 1 menit 15 detik
Suhu 750C = 1 menit 6 detik
Suhu 800C = 50 detik
VI. HASIL PERCOBAAN/REAKSI-REAKSI/PEMBAHASAN
A. TABEL HASIL PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Suhu 600C 1 menit 42 detik
2 Suhu 650C 1 menit 30 detik
3 Suhu 700C 1 menit 15 detik
4 Suhu 750C 1 menit 6 detik
5 Suhu 800C 50 detik
Suhu Log 1/t (x) Log 1/T (y)
Suhu 600C -2,0457 s-1 0,003 K-1
Diletakkandiatas penangasair
Diletakkanpadatemperature tertentudan
tetap
Ditetesi 1ml zat cair etanol
Diukurwaktusampai zat menguap
Dilakukanpadasuhuyangberbeda
6. Suhu 650C -2 s-1 0,0295 K-1
Suhu 700C -1,88 s-1 0,00291 K-1
Suhu 750C -1,82 s-1 0,00287 K-1
Suhu 800C -1.69 s-1 0,00283 K-1
B. REAKSI-REAKSI
C2H5(aq) + O2(g) 2CO2(g) + 3H2O (g)
C. PERHITUNGAN
1. Suhu Penguapan
600C = 333 K
1/T = 1/333
= 0,003 K-1
650C = 338 K
1/T = 1/338
= 0,0295 K-1
700C = 343 K
1/T = 1/343
= 0,00291 K-1
750C = 348 K
1/T = 1/348
= 0,00287 K-1
800C = 353 K
1/T = 1/353
= 0,00283 K-1
2. Waktu Penguapan
Log K = Log 1/t
Log 1/t = Log 1/102 s
= Log 0.009 s-1
= -2,0457 s-1
7. Log K = Log 1/t
Log 1/t = Log 1/90 s
= Log 0.01 s-1
= -2 s-1
Log K = Log 1/t
Log 1/t = Log 1/75 s
= Log 0.013 s-1
= -1,88 s-1
Log K = Log 1/t
Log 1/t = Log 1/66 s
= Log 0.015 s-1
= -1,82 s-1
Log K = Log 1/t
Log 1/t = Log 1/50 s
= Log 0.02 s-1
= -1.69 s-1
3. Menentukan Energi Aktivasi
Y = ax + b
Y = -6,674x + 431,8
R2 = 0.498
Slope = a
Slope = -6,674
Intersep = b = 431,8
Slope = -Ea/2,303 R
-6,674 = -Ea/2,303 (8,314)
Ea = 127,78
8. A = 10intersep
A = 10431,8
A = 6,30
K = Ae-Ea/RT
K = 6,30 x e6,67
K = 788,39
D. PEMBAHASAN
Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Penguapan juga dipandang
sebagai suatu reaksi di mana yang berperan sebagai zat cair adalah pereaksi sedangkan
hasil reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan dan perubahan energi
penguapan adalah kalor reaksi dan perubahan entalpi yang dibutuhkan atau dilepaskan
pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi 1 mol zat dalam fase gas pada titik
didihnya.
Pengaruh suhu dalam proses penguapan bergantung pada massa benda (m) dan jenis
benda/ kalor jenis benda (c) dan perubahan suhu. Oleh karena itu hubungan banyaknya
kalor massa zat, kalor jenis zat dan perubahan zat.
Kalor dapat mengubah suhu benda bahwa semua benda dapat melepas dan menerima
kalor, benda yang bersuhu tinggi dari lingkungannya akan cenderung melepaskan kalor
demikian sebaliknya benda yang bersuhu rendah dari lingkungannya akan cenderung
menerima kalor untuk menstabilkan kondisi dengan lingkungan disekitarnya. Suhu zat
akan berubah ketika zat tersebut melepas atau menerima kalor.
Dalam suatu proses penguapan terjadi pemutusan ikatan antara molekul-molekul dari
fase cair ke fase gas, energi yang diperlukan untuk itu disebut kalor penguapan atau
entalpi penguapan yang bergantung pada suhu, semakin tinggi suhu pada lingkungan,
maka etanol akan semakin cepat menguap dikarenakan energi ikatannya semakin cepat
putus sedangkan jika suhu pada lingkungan rendah maka maka etanol akan semakin lama
menguap dikarenakan energi ikatannya semakin lama putus.
9. Pada percobaan yang telah dilakukan, air dipanaskan hingga mencapai suhu yang
ditentukan. Kemudian 1 ml etanol diteteskan ke cawan porselen lalu diletakkan diatas
penangas air yang telah dibuat. Dihitung waktu hingga etanol habis menguap. Pada
praktikum ini, bertujuan untuk menentukan energi aktivasi dari suatu penguapan. Energi
aktivasi dapat ditentukan dengan mengolah data dari grafik hubungan 1/T dan ln K
berdasar persamaan Arhenius yang didapat dari dasar teori.
Pada hasil pengamatan diperoleh data bahwa untuk suhu yang tinggi waktu yang
dibutuhkan untuk menguap sedikit ini mengindikasikan bahwa laju penguapan berbanding
terbalik dengan waktunya, dan berbanding lurus dengan suhu. Perubahan suhu umumnya
mempengaruhi harga tetapan laju K, jika suhu dinaikkan maka harga K akan meningkat
dan sebaliknya. Dari harga K tersebut maka akan dapat dihitung energi aktivasi.
Cepat lambatnya proses penguapan dapat dibantu dengan beberapa faktor sebagai berikut :
a. Memanaskan Zat Cair
Pemanasan pada zat cair dapat meningkatkan volume ruang gerak zat cair sehingga
ikatan-ikatan antara molekul zat cair menjadi tidak kuat dan akan mengakibatkan
semakin mudahnya molekul zat cair tersebut melepaskan diri dari kelompoknya yang
terdeteksi sebagai penguapan. Contohnya pakaian basah dijemur di tempat yang
mendapat sinar matahari lebih cepat kering dari pada dijemur di tempat yang teduh.
b. Memperluas Permukaan Zat Cair
Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat berlangsung secara serentak akan
tetapi bergiliran dimulai dari permukaan zat cair yang punya kesempatan terbesar
untuk melakukan penguapan. Dengan demikian untuk mempercepat penguapan kita
juga bisa melakukannya dengan memperluas permukaan zat cair tersebut. Contohnya
air teh panas dalam gelas akan lebih cepat dingin jika dituangkan ke dalam cawan atau
piring
c. Mengurangi Tekanan pada Permukaan Zat Cair
Pengurangan tekanan udara pada permukaan zat cair berarti jarak antar partikel udara
di atas zat cair tersebut menjadi lebih renggang. Akibatnya molekul air lebih mudah
terlepas dari kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara partikel-partikel udara
tersebut. Hal yang sering terjadi di sekitar kita adalah jika kita memasak air di dataran
tinggi akan lebih cepat mendidih daripada ketika kita memasak di dataran rendah.
10. d. Jumlah Kalor Ketika Melebur dan Menguap
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran pada kegiatan sebelumnya, bahwa es
yang terus-menerus diberi panas akan berubah wujudnya dari padat sampai mencair
semuanya. Peristiwa itu disebut melebur atau mencair. Suatu zat melebur pasti
memerlukan kalor. Banyaknya kalor tampak pada perubahan suhu yang terus
meningkat. Ketika es melebur suhunya tidak mengalami perubahan. Suhu tetap ketika
melebur disebut titik lebur. Sekalipun suhunya tetap pada saat melebur, tetapi kalornya
terus meningkat.
ANALISIS BAHAN
a. Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
palingtua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH
dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomerkonstitusional dari dimetil eter. Etanol
sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil
(C2H5).
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang
penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
b. Aquadest
Akuades merupakkan pelarut yang baik, terionisasi lemah menjadi ion H+ dan
OH-, memiliki titik beku 0o, titik didih 100opada tekanan 1 atm, tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau .
11. Air adalah senyawa yang berbentuk cair, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, titik didih 100o, titik beku 0o, bentuk alltropnya adalah es (padat) dan
uap (gas), merupakan elektrolit lemah dan terionisasi menjadi H3O+ dan OH-. Air
dihasilkan dari pengoksidaan hidrogen dan banyak digunakan sebagai bahan pelarut
bagi kebanyakan senyawa dan sumber listrik
VII. KESIMPULAN
1. Sampel yang digunakan pada percobaan adalah ethanol. Berdasarkan hasil perhitungan
dari data percobaan, diperoleh energi aktivasi sebesar 127,78.
2. Berdasarkan percobaan, pengaruh suhu dalam proses penguapan yaitu semakin besar
suhu, proses penguapan akan semakin cepat, dan sebaliknya semakin kecil suhu, proses
penguapan akan semakin lambat. Hal ini terbukti dari hasil praktikum yang diperoleh dari
praktikum. Dapat dikatakan bahwa suhu berbanding lurus dengan proses penguapan.
3. Berdasarkan percobaan, hubungan waktu dengan laju penguapan yaitu semakin besar
waktu yang dibutuhkan, maka laju penguapan akan semakin lambat, dan sebaliknya
semakin kecil waktu yang dibutuhkan, maka laju penguapan akan semakin cepat. Hal ini
terbukti dari hasil praktikum yang diperoleh. Dapat dikatakan bahwa waktu dengan laju
penguapan berbanding terbalik.
VIII. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS
1. Suhu Penguapan
600C = 333 K
1/T = 1/333
= 0,003 K-1
650C = 338 K
1/T = 1/338
= 0,0295 K-1
700C = 343 K
1/T = 1/343
= 0,00291 K-1
750C = 348 K
12. 1/T = 1/348
= 0,00287 K-1
800C = 353 K
1/T = 1/353
= 0,00283 K-1
2. Buatlah grafik
3. Menentukan nilai EA
Y = ax + b
Y = -6,674x + 431,8
R2 = 0.498
Slope = a
y = 0.0004x + 0.0011
R² = 0.3796
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0.0035
0.004
0 2 4 6 8
GRAFIK LOG 1/t TERHADAP 1/T
GRAFIK LOG 1/t
TERHADAP 1/T
Linear (GRAFIK LOG 1/t
TERHADAP 1/T)
13. Slope = -6,674
Intersep = b = 431,8
Slope = -Ea/2,303 R
-6,674 = -Ea/2,303 (8,314)
Ea = 127,78
A = 10intersep
A = 10431,8
A = 6,30
K = Ae-Ea/RT
K = 6,30 x e6,67
K = 788,39
IX. DAFTAR PUSTAKA
Castellan Gw, (1982), An Experimental Study Of Forced Convective Transfer From Smoot
Solid Spheres, Journal Of Heat and Mass Transfer, 3(1) : 1059-1067.
Nasruddin, M.N., (2013), Fisika Dasar edisi 2, USUpress, Medan.
Storia, E.A., (2010), Pengaruh Brix Terhadap Karakteristik Dan Pemindahan Panas Pada
Evaporator Robert Sistem Quintable Effect di PG. Gempolkrep, Jurnal Teknik ITS, 5 (1) :
7-14.
Tyas, M.W., Ruslan,A.T., (2014), Analisis Nomografi Suhu, Laju Penguapan Dan Tekanan
Udara Pada Alat Desalinasi Tenaga Surya Dengan Pengaturan Vakum, Jurnal Sumber
Daya Alam Dan Lingkungan, 4(2) : 55-61.
Vogel., (1994), Kimia Kuantitatif Anorganik, Buku kedokteran, Jakarta.
14. LAMPIRAN GRAFIK
y = 0.0004x + 0.0011
R² = 0.3796
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0.0035
0.004
0 1 2 3 4 5 6 7
GRAFIK LOG 1/t TERHADAP 1/T
GRAFIK LOG 1/t TERHADAP
1/T
Linear (GRAFIK LOG 1/t
TERHADAP 1/T)