TEKNIK
IMPLEMENTASI
5 S/ 5R
Khusus
(Seiketsu/ Rawat/ Pemantapan )
LATAR BELAKANG & POLA PEMIKIRAN
Penerapan Program 5 / R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin),
Sebagai landasan utama Penerapan Program
Budaya Kerja
di Perusahaan.
SE Gubernur Jawa Timur Nomor :
065/213/041/2010, tgl. 6 Januari 2010
“FOLOSOFI SISTEM MUTU”
TULIS APA YG KAMU KERJAKAN
(Write what you do)
KERJAKAN APA YG KAMU TULIS
(Do it what you write)
LAKUKAN PERBAIKAN TERUS
MENERUS
(Continue Improvement )
PENGERTIAN
Seiketsu =
Rawat =
Pemantapan
Seiketsu =
Rawat =
Pemantapan
Mempertahankan
hasil-hasil yg telah
dicapai pada 3R
sebelumnya dengan
membakukannya
( Standarisasi )
dalam suatu sistem
Pengendalian
Mempertahankan
hasil-hasil yg telah
dicapai pada 3R
sebelumnya dengan
membakukannya
( Standarisasi )
dalam suatu sistem
Pengendalian
TEKNIK
IMPLEMENTASI
Ringkasan
Seiketsu =
Rawat =
Pemantap
an
Ringkasan
Seiketsu =
Rawat =
Pemantap
an
I. Maksud
1. Menjaga peralatan tertata rapi dan bersih
demikian juga dgn manusia dan aspek-2 yg
berhubungan dgn ketidakteraturan
II. Tujuan
1. Menggunakan manajemen standarisasi dlm
melestarikan 5R
2. Terlihat inovasi dari manajemen shg
ketidakberesan akan terlihat
III. Aktivitas
1. Terlihat inovasi dari manajemen
2. Deteksi dan tindakan lebih awal
3. Alat-2 ( manual ) untuk pembuatan standar
perawatan 5R
4. Membuat kode-2 warna
IV. Prinsip
1. Manajemen visual dan standarisasi 5R
I. Maksud
1. Menjaga peralatan tertata rapi dan bersih
demikian juga dgn manusia dan aspek-2 yg
berhubungan dgn ketidakteraturan
II. Tujuan
1. Menggunakan manajemen standarisasi dlm
melestarikan 5R
2. Terlihat inovasi dari manajemen shg
ketidakberesan akan terlihat
III. Aktivitas
1. Terlihat inovasi dari manajemen
2. Deteksi dan tindakan lebih awal
3. Alat-2 ( manual ) untuk pembuatan standar
perawatan 5R
4. Membuat kode-2 warna
IV. Prinsip
1. Manajemen visual dan standarisasi 5R
TEKNIK
IMPLEMENTASI
Implementasi
Seiketsu =
Rawat =
Pemantapan
Implementasi
Seiketsu =
Rawat =
Pemantapan
I. Prinsip Implementasi
1. Penerapan Visual Control/ Kontrol
Visual
2. Standar Kerja Terperaga di Tempat
Kerja
3. Label/ Atribut Kerja
4. Rambu Keselamatan Kerja
5. Tanda Batas Stok di Tempat Kerja
6. Indikator Warna
7. Sistem Lampu Peraga
II. Langkah Penerapan
1. Penentuan Butir Kendali
2. Penetapan Kondisi tak Wajar
3. Rancangan Mekanisme Pantau
4. Tindak Lanjut Penyimpangan
5. Pemeriksaan Berkala
I. Prinsip Implementasi
1. Penerapan Visual Control/ Kontrol
Visual
2. Standar Kerja Terperaga di Tempat
Kerja
3. Label/ Atribut Kerja
4. Rambu Keselamatan Kerja
5. Tanda Batas Stok di Tempat Kerja
6. Indikator Warna
7. Sistem Lampu Peraga
II. Langkah Penerapan
1. Penentuan Butir Kendali
2. Penetapan Kondisi tak Wajar
3. Rancangan Mekanisme Pantau
4. Tindak Lanjut Penyimpangan
5. Pemeriksaan Berkala
PERTAMA
PRINSIP
IMPLEMENTASI
SEIKETSU/RAWAT
1
Penerapan
Visual Control/
Kontrol Visual
1
Penerapan
Visual Control/
Kontrol Visual
I. Mengusahakan agar Tempat Kerja yg sdh
menjadi baik dpt selalu terpelihara
II. Ditempat kerja yg terawat, kerawanan dan
penyimpangan dpt segera dikenali, shg
berbagai masalah dpt dicegah sedini mungkin.
Contoh :
• Peminjaman brg yg tdk dikembalikan
ketempat semula
• Perlakuan salah thd brg shg menjadi cacat
• Lebih fatal lagi kalau terjadi tabrakan kereta
brg karena salah jalur.
( Jangan bernafsu menyalahkan )
Kesalahan dan Penyimpangan oleh manusia
terjadi dimana saja.
Ada dua dalih utama yg selalu dikemukakan yitu
* TDK TAHU dan LUPA*
( Kesalahan terjadi kemungkinan tdk ada
petunjuk yg jelas dan memadai. )
I. Mengusahakan agar Tempat Kerja yg sdh
menjadi baik dpt selalu terpelihara
II. Ditempat kerja yg terawat, kerawanan dan
penyimpangan dpt segera dikenali, shg
berbagai masalah dpt dicegah sedini mungkin.
Contoh :
• Peminjaman brg yg tdk dikembalikan
ketempat semula
• Perlakuan salah thd brg shg menjadi cacat
• Lebih fatal lagi kalau terjadi tabrakan kereta
brg karena salah jalur.
( Jangan bernafsu menyalahkan )
Kesalahan dan Penyimpangan oleh manusia
terjadi dimana saja.
Ada dua dalih utama yg selalu dikemukakan yitu
* TDK TAHU dan LUPA*
( Kesalahan terjadi kemungkinan tdk ada
petunjuk yg jelas dan memadai. )
PENERAPAN
VISUAL
CONTROL
Kasus
Kesalah
an
Lanjutan
Visual
Control
(1)
Kasus
Kesalah
an
Lanjutan
Visual
Control
(1)
Mesin mulai dijalankan oleh operator, wajarnya
mesin berjalan lancar, karena operator cukup ahli,
tetapi nyatanya gangguan muncul dan mesin
menjadi rusak. Pasalnya mesin sedang diperbaiki
oleh petugas pemeliharaan mesin dan beberapa
komponen belum dikencangkan kembali.
Siapa yg salah ?
Operator tdk tahu bahwa mesin dlm perbaikan Atau
Petugas Pemeliharaan mesin lupa mengencangkan
baut dan tdk memasang rambu
•MESIN DALAM PERBAIKAN *
Untuk mengatasi terjadinya kesalahan tsb perlu
membuat visual control sistem dgn memasang :
rambu, papan petunjuk, standar kerja, standar
inspeksi, pedoman kerja, kartu informasi, label,
indikator, lampu peringatan, dan berbagai peralatan
petunjuk lainnya. Semuanya itu untuk
menyampaikan informasi yg dibutuhkan dlm
bekerja.
Mesin mulai dijalankan oleh operator, wajarnya
mesin berjalan lancar, karena operator cukup ahli,
tetapi nyatanya gangguan muncul dan mesin
menjadi rusak. Pasalnya mesin sedang diperbaiki
oleh petugas pemeliharaan mesin dan beberapa
komponen belum dikencangkan kembali.
Siapa yg salah ?
Operator tdk tahu bahwa mesin dlm perbaikan Atau
Petugas Pemeliharaan mesin lupa mengencangkan
baut dan tdk memasang rambu
•MESIN DALAM PERBAIKAN *
Untuk mengatasi terjadinya kesalahan tsb perlu
membuat visual control sistem dgn memasang :
rambu, papan petunjuk, standar kerja, standar
inspeksi, pedoman kerja, kartu informasi, label,
indikator, lampu peringatan, dan berbagai peralatan
petunjuk lainnya. Semuanya itu untuk
menyampaikan informasi yg dibutuhkan dlm
bekerja.
PERTAMA
PRINSIP
IMPLEMENTASI
SEIKETSU/RAWAT
2
Standar Kerja
Terperaga
Di
Tempat Kerja
2
Standar Kerja
Terperaga
Di
Tempat Kerja
I. Standar Kerja Penting untuk menunjukkan cara
kerja yg benar terutama bagi operator.
II. Standar Kerja perlu untuk mengingatkan
operator lama agar mereka selalu bekerja benar.
III. Manajemen dgn mudah dpt menemukan
penyimpangan bila standar kerja terperaga di
tempat kerja ada.
IV. Standar kerja yg terperaga meningkatkan
konsentrasi pekerja
V. Standar Kerja sebaiknya dibuat jangan terlalu
rumit, cukup dgn membuat butir standar
tentang urutan kerja, waktu kerja, dan alat kerja
yg digunakan dan diusahakan yg membuat para
karyawan atas petunjuk pimpinan.
I. Standar Kerja Penting untuk menunjukkan cara
kerja yg benar terutama bagi operator.
II. Standar Kerja perlu untuk mengingatkan
operator lama agar mereka selalu bekerja benar.
III. Manajemen dgn mudah dpt menemukan
penyimpangan bila standar kerja terperaga di
tempat kerja ada.
IV. Standar kerja yg terperaga meningkatkan
konsentrasi pekerja
V. Standar Kerja sebaiknya dibuat jangan terlalu
rumit, cukup dgn membuat butir standar
tentang urutan kerja, waktu kerja, dan alat kerja
yg digunakan dan diusahakan yg membuat para
karyawan atas petunjuk pimpinan.
PERTAMA
PRINSIP
IMPLEMENTASI
SEIKETSU/
RAWAT
3
Label/
Atribut
Kerja
3
Label/
Atribut
Kerja
I. Label pengenal pd setiap benda akan
menghilangkan kerancuan, kebingungan dan
ketidak pastian.
II. Satu benda/ brg yg terletak rancu di tempat
kerja, merupakan penyimpangan prinsip rapi.
III. Pengembalian benda/brg hrs ke tempat semula,
bila tdk tdpt label pengenal, kemana akan di
kembalikan? Dgn label pengenal, semua orang
mendapat informasi untuk bertindak
IV. Label/ atribut kerja dpt meningkatkan banyak
hal di tempat kerja contoh : penggunaan kartu
pengenal, topi, pakaian seragam APD,
diharapkan dpt dipancarkan informasi ttg siapa
dan apa yg dikerjakan, dari unit kerja mana dsb.
I. Label pengenal pd setiap benda akan
menghilangkan kerancuan, kebingungan dan
ketidak pastian.
II. Satu benda/ brg yg terletak rancu di tempat
kerja, merupakan penyimpangan prinsip rapi.
III. Pengembalian benda/brg hrs ke tempat semula,
bila tdk tdpt label pengenal, kemana akan di
kembalikan? Dgn label pengenal, semua orang
mendapat informasi untuk bertindak
IV. Label/ atribut kerja dpt meningkatkan banyak
hal di tempat kerja contoh : penggunaan kartu
pengenal, topi, pakaian seragam APD,
diharapkan dpt dipancarkan informasi ttg siapa
dan apa yg dikerjakan, dari unit kerja mana dsb.
PERTAMA
PRINSIP
IMPLEMENTASI
SEIKETSU/
RAWAT
4
Rambu
Keselamatan
Kerja
4
Rambu
Keselamatan
Kerja
I. Penerapan rambu yg
memadai hrs diterapkan, lalu
lintas dua arah misalnya
mengandung resiko,
bagaimana hal itu dpt diatur,
demikian juga tempat
penyimpanan brg mudah
terbakar
II. Tanda peringatan tentang
mesin yg sedang diperbaiki
jangan diabaikan
I. Penerapan rambu yg
memadai hrs diterapkan, lalu
lintas dua arah misalnya
mengandung resiko,
bagaimana hal itu dpt diatur,
demikian juga tempat
penyimpanan brg mudah
terbakar
II. Tanda peringatan tentang
mesin yg sedang diperbaiki
jangan diabaikan
PERTAMA
PRINSIP
IMPLEMENTASI
SEIKETSU/
RAWAT
5
Tanda Batas
Stok di
Tempat Kerja
5
Tanda Batas
Stok di
Tempat Kerja
I. Persediaan atau stok dpt habis
tanpa disadari, akibatnya
kemacetan produksi bisa terjadi.
II. Sebaliknya, stok juga dpt
menumpuk terlalu banyak dan
mengganggu proses kerja
III. Tanda batas stok dpt diterapkan
guna menunjukkan batas
maksimum dan minimum stok,
shg kelancaran produksi lebih
terjamin.
I. Persediaan atau stok dpt habis
tanpa disadari, akibatnya
kemacetan produksi bisa terjadi.
II. Sebaliknya, stok juga dpt
menumpuk terlalu banyak dan
mengganggu proses kerja
III. Tanda batas stok dpt diterapkan
guna menunjukkan batas
maksimum dan minimum stok,
shg kelancaran produksi lebih
terjamin.
PERTAMA
PRINSIP
IMPLEMENTASI
SEIKETSU/
RAWAT
6
Indikator
Warna
6
Indikator
Warna
I. Banyak alat ukur dan pemamtau yg
terdapat di pabrik, seperti pengukur
temperatur dll
II. Alat ini dipasang untuk pengendalian
namun karyawan dpt saja mengabaikan,
karena tak tahu batas kewajaran alat tsb.
III. Indikator warna atau tanda dpt dilekatkan
langsung pd gelas penunjuk, misal warna
hijau menyatakan kondisi wajar, warna
kuning berarti waspada dan merah berarti
hrs segera ditangani.
IV. Indikator warna juga dpt diterapkan untuk
papan kontrol produksi atau papan status
persediaan
I. Banyak alat ukur dan pemamtau yg
terdapat di pabrik, seperti pengukur
temperatur dll
II. Alat ini dipasang untuk pengendalian
namun karyawan dpt saja mengabaikan,
karena tak tahu batas kewajaran alat tsb.
III. Indikator warna atau tanda dpt dilekatkan
langsung pd gelas penunjuk, misal warna
hijau menyatakan kondisi wajar, warna
kuning berarti waspada dan merah berarti
hrs segera ditangani.
IV. Indikator warna juga dpt diterapkan untuk
papan kontrol produksi atau papan status
persediaan
PERTAMA
PRINSIP
IMPLEMENTASI
SEIKETSU/
RAWAT
7
Sistem
Lampu
Peraga
7
Sistem
Lampu
Peraga
I. Sistem lampu dpt digunakan untuk
menunjukkan kondisi tdk wajar di tempat
kerja
II. Operator yg membutuhkan bantuan
segera ( misal dari petugas forklift ) dpt
menekan tombol untuk menyalakan suatu
lampu peraga.
III. Berbagai jenis lampu peraga dpt
diterapkan untuk berbagai fungsi seperti :
permintaan pengiriman brg, permintaan
pelayanan perbaikan mesin, permintaan
bantuan forklift, permintaan bantuan kerja,
adanya kesalahan produksi dari proses
sebelumnya dll berbagai informasi dpt
disampaikan melalui sistem lampu peraga.
I. Sistem lampu dpt digunakan untuk
menunjukkan kondisi tdk wajar di tempat
kerja
II. Operator yg membutuhkan bantuan
segera ( misal dari petugas forklift ) dpt
menekan tombol untuk menyalakan suatu
lampu peraga.
III. Berbagai jenis lampu peraga dpt
diterapkan untuk berbagai fungsi seperti :
permintaan pengiriman brg, permintaan
pelayanan perbaikan mesin, permintaan
bantuan forklift, permintaan bantuan kerja,
adanya kesalahan produksi dari proses
sebelumnya dll berbagai informasi dpt
disampaikan melalui sistem lampu peraga.
II. LANGKAH PENERAPAN SEIKETSU/ RAWAT:
Langkah
( 1 )
Penentuan
Butir
Kendali
Langkah
( 1 )
Penentuan
Butir
Kendali
1. Aneka ragam butir kendali ( Control item ) yg hrs
dikuasai , dari sangat sederhana hanya sekedar
memasang rambu, sampai sistem kontrol paling
rumit seperti sistem otomatis.
2. Butir kendali yg akan diperagakan perlu digali
dari pemikiran para karyawan. Mereka hendaknya
diajak serta memikirkan manajemen informasi
ditempat kerjanya. Selanjutnya prioritas dari tiap
butir kendali dipertimbangkan. Kajilah sasaran
pemantauan, pertimbangkan kaitannya dgn
kebutuhan operasional dan mulailah dari yg
sederhana
Contoh : Form/ check list, pelumas, label,
penyimpanan tool, penyimpanan alat ukur,
gudang part, limit sample ( cacat, reject, bau, dll )
display, signal, instruksi kerja/ proses.
1. Aneka ragam butir kendali ( Control item ) yg hrs
dikuasai , dari sangat sederhana hanya sekedar
memasang rambu, sampai sistem kontrol paling
rumit seperti sistem otomatis.
2. Butir kendali yg akan diperagakan perlu digali
dari pemikiran para karyawan. Mereka hendaknya
diajak serta memikirkan manajemen informasi
ditempat kerjanya. Selanjutnya prioritas dari tiap
butir kendali dipertimbangkan. Kajilah sasaran
pemantauan, pertimbangkan kaitannya dgn
kebutuhan operasional dan mulailah dari yg
sederhana
Contoh : Form/ check list, pelumas, label,
penyimpanan tool, penyimpanan alat ukur,
gudang part, limit sample ( cacat, reject, bau, dll )
display, signal, instruksi kerja/ proses.
II. LANGKAH PENERAPAN SEIKETSU/ RAWAT:
Langkah
( 2 )
Penetapan
Kondisi
tak
Wajar
Langkah
( 2 )
Penetapan
Kondisi
tak
Wajar
1. Kondisi wajar dan tak wajar dari butir kendali
terpilih ditetapkan kemudian diselidiki
2. Kriteria wajar tak wajar hendaknya dirumuskan
secara seksama. Pertimbangkan dgn melibatkan
semua pihak shg pengertian seragam dpt
disepakati
3. Beberapa model penetapan wajar dan tak wajar
contoh :
Penerapan simbol stiker warna untuk
menunjukkan kontrol minyak pelumas,
label/tanda saat menangani proses pekerjaan
yg rumit, tanda /stiker untuk menunjukkan
pemeriksaan peralatan dlm masa penilaian,
taqnda yg menunjukkan suhu mesin, tanda yg
menunjukkan tanggungjawab dll.
1. Kondisi wajar dan tak wajar dari butir kendali
terpilih ditetapkan kemudian diselidiki
2. Kriteria wajar tak wajar hendaknya dirumuskan
secara seksama. Pertimbangkan dgn melibatkan
semua pihak shg pengertian seragam dpt
disepakati
3. Beberapa model penetapan wajar dan tak wajar
contoh :
Penerapan simbol stiker warna untuk
menunjukkan kontrol minyak pelumas,
label/tanda saat menangani proses pekerjaan
yg rumit, tanda /stiker untuk menunjukkan
pemeriksaan peralatan dlm masa penilaian,
taqnda yg menunjukkan suhu mesin, tanda yg
menunjukkan tanggungjawab dll.
II. LANGKAH PENERAPAN SEIKETSU/ RAWAT:
Langkah
( 3 )
Rancangan
Mekanisme
Pantau
Langkah
( 3 )
Rancangan
Mekanisme
Pantau
1. Merancang bagaimana pemantauan visual
umumnya dirancang dgn teknik canggih,
namun hindari kecenderungan ber- canggih2,
terlebih bila pemantauan dsr blm dpt
diterapkan, cara sederhana hendaklah
diutamakan yg penting mekanisme pantau
mudah dipahami dan dpt menimbulkan
kesiagaan tanggapan segera.
2. Penerapan peragaan fisik sederhana :
papan peraga atau kartu dpt dilakukan sbg
pilihan awal sederhana
3. Selanjutnya bila tuntutan tempat kerja
menghendaki, dpt diterapkan peragaan
elektronik berupa lampu peraga atau sirine.
1. Merancang bagaimana pemantauan visual
umumnya dirancang dgn teknik canggih,
namun hindari kecenderungan ber- canggih2,
terlebih bila pemantauan dsr blm dpt
diterapkan, cara sederhana hendaklah
diutamakan yg penting mekanisme pantau
mudah dipahami dan dpt menimbulkan
kesiagaan tanggapan segera.
2. Penerapan peragaan fisik sederhana :
papan peraga atau kartu dpt dilakukan sbg
pilihan awal sederhana
3. Selanjutnya bila tuntutan tempat kerja
menghendaki, dpt diterapkan peragaan
elektronik berupa lampu peraga atau sirine.
II. LANGKAH PENERAPAN SEIKETSU/ RAWAT:
Langkah
( 4 )
Tindak
Lanjut
Penyimpang
an
Langkah
( 4 )
Tindak
Lanjut
Penyimpang
an
1. Bila keadaan tak wajar atau penyimpangan
terjadi dan disyaratkan oleh mekanisme pantu,
maka tindak lanjut hrs segera dilaksanakan
( Pikirkan perkiraan ttg jenis tindak lanjut )
2. Ketidakwajaran umumnya diatasi segera
dgn penghentian produksi dan mencari
penyebab ketidakwajaran tsb.
( Bila kita mengamati lebih lanjut dan melakukan
pengkajian menyeluruh banyak penyimpangan yg
dpt diramalkan, maka dipersiapkan tindak
lanjutnya)
Bila tindak lanjut itu sdh dibakukan, seringkali dpt
pula ditemukan mekanisme lanjut yg terkait pd
mekanisme pantau shg tercipta sistem otomatis
anti salah (poka yoke - Jepang) berdasarkan
konsepsi proses yg berkecerdasan.
1. Bila keadaan tak wajar atau penyimpangan
terjadi dan disyaratkan oleh mekanisme pantu,
maka tindak lanjut hrs segera dilaksanakan
( Pikirkan perkiraan ttg jenis tindak lanjut )
2. Ketidakwajaran umumnya diatasi segera
dgn penghentian produksi dan mencari
penyebab ketidakwajaran tsb.
( Bila kita mengamati lebih lanjut dan melakukan
pengkajian menyeluruh banyak penyimpangan yg
dpt diramalkan, maka dipersiapkan tindak
lanjutnya)
Bila tindak lanjut itu sdh dibakukan, seringkali dpt
pula ditemukan mekanisme lanjut yg terkait pd
mekanisme pantau shg tercipta sistem otomatis
anti salah (poka yoke - Jepang) berdasarkan
konsepsi proses yg berkecerdasan.
II. LANGKAH PENERAPAN SEIKETSU/ RAWAT:
Langkah
( 5 )
Pemeriksa
an
Berkala
Langkah
( 5 )
Pemeriksa
an
Berkala
1. Dapatkah kita mengandalkan mekanisme pantau
yg diterapkan, tiap saat ?
2. Yakinkah anda bahwa kontrol visual akan
bekerja pada saatnya ?
3. Adakah tanggapan karyawan bila kontrol visual
bekerja ?
Semua itu perlu diperiksa scr berkala
( mekanisme kontrol visual akan sia-2 bila manajemen
dan karyawan masih bersikap tak peduli )
Pemeriksaan berkala dan lembar periksa : untuk
menjaga berbagai kontrol visual.
Tugas pemeriksaan bagi karyawan hrs diatur karena
karyawanlah yg nantinya akan memelihara
keberesan di tempat kerjanya
Patrol manajemen dpt menanyakan pd karyawan ttg
standar kerja dan mekanisme yg diterapkan.
Manajemen juga dpt memperagakan kebijakan
persh scr jelas ( pd dsr-nya karyawan haus
informasi )
1. Dapatkah kita mengandalkan mekanisme pantau
yg diterapkan, tiap saat ?
2. Yakinkah anda bahwa kontrol visual akan
bekerja pada saatnya ?
3. Adakah tanggapan karyawan bila kontrol visual
bekerja ?
Semua itu perlu diperiksa scr berkala
( mekanisme kontrol visual akan sia-2 bila manajemen
dan karyawan masih bersikap tak peduli )
Pemeriksaan berkala dan lembar periksa : untuk
menjaga berbagai kontrol visual.
Tugas pemeriksaan bagi karyawan hrs diatur karena
karyawanlah yg nantinya akan memelihara
keberesan di tempat kerjanya
Patrol manajemen dpt menanyakan pd karyawan ttg
standar kerja dan mekanisme yg diterapkan.
Manajemen juga dpt memperagakan kebijakan
persh scr jelas ( pd dsr-nya karyawan haus
informasi )
Diagram Seiketsu /
RawatSeiso
Bersih per-area , sudah ada peta , label , dan tanggung jawab
SIEKETSU = STANDARISASI
Pemilahan
• Operasi buka
almari
• Operasi harta
karun
• Patroli label
merah
• Adakah prosedur
untk menyingkirkan
brng yg tdk di
perlukan ?
Penataan
• Mencegah
perlebihan
persediaan
• Apakah peraturan
peminjaman,
pengambilan dan
penyimpanan
barang / alat sdh di
patuhi ?
Bersih
• Mengatasi sumber
kotor
• Mencegah debu
melekat
• Mencegah
rembesan cairan
dan minyak
• Mencegah
kebocoran
Mempertahankan
kondisi optimum
• Mekanisme kendali
visual
• Mekanisme anti
salah
• Pemeriksaan
berkala
HAL-2 APA YG PERLU
DIPERHATIKAN DAN
DILAKSANAKAN UNTUK
MENJAGA
KESINAMBUNGAN
KEGIATAN 5S
Yg perlu
diperhatikan
Yg perlu
diperhatikan
1. Adanya rencana induk pelaksanaan
5S
2. Adanya susunan organisasi
pelaksana 5S
3. Adanya kotak alat atau sudut 5S
( 5SToolbox)
4. Adanya kompetisi 5S antar
departemen
5. Adanya kegiatan 5S mengenai
visible for Evefyone.
1. Adanya rencana induk pelaksanaan
5S
2. Adanya susunan organisasi
pelaksana 5S
3. Adanya kotak alat atau sudut 5S
( 5SToolbox)
4. Adanya kompetisi 5S antar
departemen
5. Adanya kegiatan 5S mengenai
visible for Evefyone.
RAJIN
K3
1. Komitmen/Konsisten
Pimp. Persh
2. P2K3 Solid
3. TK. Butuh K3
5R
• Ringkas
• Rapi
• Resik
• Rawat
• Rajin
Sukses K3
OHSAS
18000
SMK3
(PP No. 50 thn 2012)
SERTIFIKASI
ALUR SUKSES K3
JADIKANLAH
Tempat
kerjamu
Tempat
kerjamu
SEBAGAI
TEMPAT
MENGUKIR
PRESTASI
SEBAGAI
TEMPAT
MENGUKIR
PRESTASI
SEKIANSEKIAN
TERIMA
KASIH
TERIMA
KASIH

Teknik Implementasi 5 s 5r seiketsu

  • 1.
  • 2.
    LATAR BELAKANG &POLA PEMIKIRAN Penerapan Program 5 / R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin), Sebagai landasan utama Penerapan Program Budaya Kerja di Perusahaan. SE Gubernur Jawa Timur Nomor : 065/213/041/2010, tgl. 6 Januari 2010
  • 3.
    “FOLOSOFI SISTEM MUTU” TULISAPA YG KAMU KERJAKAN (Write what you do) KERJAKAN APA YG KAMU TULIS (Do it what you write) LAKUKAN PERBAIKAN TERUS MENERUS (Continue Improvement )
  • 4.
    PENGERTIAN Seiketsu = Rawat = Pemantapan Seiketsu= Rawat = Pemantapan Mempertahankan hasil-hasil yg telah dicapai pada 3R sebelumnya dengan membakukannya ( Standarisasi ) dalam suatu sistem Pengendalian Mempertahankan hasil-hasil yg telah dicapai pada 3R sebelumnya dengan membakukannya ( Standarisasi ) dalam suatu sistem Pengendalian
  • 5.
    TEKNIK IMPLEMENTASI Ringkasan Seiketsu = Rawat = Pemantap an Ringkasan Seiketsu= Rawat = Pemantap an I. Maksud 1. Menjaga peralatan tertata rapi dan bersih demikian juga dgn manusia dan aspek-2 yg berhubungan dgn ketidakteraturan II. Tujuan 1. Menggunakan manajemen standarisasi dlm melestarikan 5R 2. Terlihat inovasi dari manajemen shg ketidakberesan akan terlihat III. Aktivitas 1. Terlihat inovasi dari manajemen 2. Deteksi dan tindakan lebih awal 3. Alat-2 ( manual ) untuk pembuatan standar perawatan 5R 4. Membuat kode-2 warna IV. Prinsip 1. Manajemen visual dan standarisasi 5R I. Maksud 1. Menjaga peralatan tertata rapi dan bersih demikian juga dgn manusia dan aspek-2 yg berhubungan dgn ketidakteraturan II. Tujuan 1. Menggunakan manajemen standarisasi dlm melestarikan 5R 2. Terlihat inovasi dari manajemen shg ketidakberesan akan terlihat III. Aktivitas 1. Terlihat inovasi dari manajemen 2. Deteksi dan tindakan lebih awal 3. Alat-2 ( manual ) untuk pembuatan standar perawatan 5R 4. Membuat kode-2 warna IV. Prinsip 1. Manajemen visual dan standarisasi 5R
  • 6.
    TEKNIK IMPLEMENTASI Implementasi Seiketsu = Rawat = Pemantapan Implementasi Seiketsu= Rawat = Pemantapan I. Prinsip Implementasi 1. Penerapan Visual Control/ Kontrol Visual 2. Standar Kerja Terperaga di Tempat Kerja 3. Label/ Atribut Kerja 4. Rambu Keselamatan Kerja 5. Tanda Batas Stok di Tempat Kerja 6. Indikator Warna 7. Sistem Lampu Peraga II. Langkah Penerapan 1. Penentuan Butir Kendali 2. Penetapan Kondisi tak Wajar 3. Rancangan Mekanisme Pantau 4. Tindak Lanjut Penyimpangan 5. Pemeriksaan Berkala I. Prinsip Implementasi 1. Penerapan Visual Control/ Kontrol Visual 2. Standar Kerja Terperaga di Tempat Kerja 3. Label/ Atribut Kerja 4. Rambu Keselamatan Kerja 5. Tanda Batas Stok di Tempat Kerja 6. Indikator Warna 7. Sistem Lampu Peraga II. Langkah Penerapan 1. Penentuan Butir Kendali 2. Penetapan Kondisi tak Wajar 3. Rancangan Mekanisme Pantau 4. Tindak Lanjut Penyimpangan 5. Pemeriksaan Berkala
  • 7.
    PERTAMA PRINSIP IMPLEMENTASI SEIKETSU/RAWAT 1 Penerapan Visual Control/ Kontrol Visual 1 Penerapan VisualControl/ Kontrol Visual I. Mengusahakan agar Tempat Kerja yg sdh menjadi baik dpt selalu terpelihara II. Ditempat kerja yg terawat, kerawanan dan penyimpangan dpt segera dikenali, shg berbagai masalah dpt dicegah sedini mungkin. Contoh : • Peminjaman brg yg tdk dikembalikan ketempat semula • Perlakuan salah thd brg shg menjadi cacat • Lebih fatal lagi kalau terjadi tabrakan kereta brg karena salah jalur. ( Jangan bernafsu menyalahkan ) Kesalahan dan Penyimpangan oleh manusia terjadi dimana saja. Ada dua dalih utama yg selalu dikemukakan yitu * TDK TAHU dan LUPA* ( Kesalahan terjadi kemungkinan tdk ada petunjuk yg jelas dan memadai. ) I. Mengusahakan agar Tempat Kerja yg sdh menjadi baik dpt selalu terpelihara II. Ditempat kerja yg terawat, kerawanan dan penyimpangan dpt segera dikenali, shg berbagai masalah dpt dicegah sedini mungkin. Contoh : • Peminjaman brg yg tdk dikembalikan ketempat semula • Perlakuan salah thd brg shg menjadi cacat • Lebih fatal lagi kalau terjadi tabrakan kereta brg karena salah jalur. ( Jangan bernafsu menyalahkan ) Kesalahan dan Penyimpangan oleh manusia terjadi dimana saja. Ada dua dalih utama yg selalu dikemukakan yitu * TDK TAHU dan LUPA* ( Kesalahan terjadi kemungkinan tdk ada petunjuk yg jelas dan memadai. )
  • 8.
    PENERAPAN VISUAL CONTROL Kasus Kesalah an Lanjutan Visual Control (1) Kasus Kesalah an Lanjutan Visual Control (1) Mesin mulai dijalankanoleh operator, wajarnya mesin berjalan lancar, karena operator cukup ahli, tetapi nyatanya gangguan muncul dan mesin menjadi rusak. Pasalnya mesin sedang diperbaiki oleh petugas pemeliharaan mesin dan beberapa komponen belum dikencangkan kembali. Siapa yg salah ? Operator tdk tahu bahwa mesin dlm perbaikan Atau Petugas Pemeliharaan mesin lupa mengencangkan baut dan tdk memasang rambu •MESIN DALAM PERBAIKAN * Untuk mengatasi terjadinya kesalahan tsb perlu membuat visual control sistem dgn memasang : rambu, papan petunjuk, standar kerja, standar inspeksi, pedoman kerja, kartu informasi, label, indikator, lampu peringatan, dan berbagai peralatan petunjuk lainnya. Semuanya itu untuk menyampaikan informasi yg dibutuhkan dlm bekerja. Mesin mulai dijalankan oleh operator, wajarnya mesin berjalan lancar, karena operator cukup ahli, tetapi nyatanya gangguan muncul dan mesin menjadi rusak. Pasalnya mesin sedang diperbaiki oleh petugas pemeliharaan mesin dan beberapa komponen belum dikencangkan kembali. Siapa yg salah ? Operator tdk tahu bahwa mesin dlm perbaikan Atau Petugas Pemeliharaan mesin lupa mengencangkan baut dan tdk memasang rambu •MESIN DALAM PERBAIKAN * Untuk mengatasi terjadinya kesalahan tsb perlu membuat visual control sistem dgn memasang : rambu, papan petunjuk, standar kerja, standar inspeksi, pedoman kerja, kartu informasi, label, indikator, lampu peringatan, dan berbagai peralatan petunjuk lainnya. Semuanya itu untuk menyampaikan informasi yg dibutuhkan dlm bekerja.
  • 9.
    PERTAMA PRINSIP IMPLEMENTASI SEIKETSU/RAWAT 2 Standar Kerja Terperaga Di Tempat Kerja 2 StandarKerja Terperaga Di Tempat Kerja I. Standar Kerja Penting untuk menunjukkan cara kerja yg benar terutama bagi operator. II. Standar Kerja perlu untuk mengingatkan operator lama agar mereka selalu bekerja benar. III. Manajemen dgn mudah dpt menemukan penyimpangan bila standar kerja terperaga di tempat kerja ada. IV. Standar kerja yg terperaga meningkatkan konsentrasi pekerja V. Standar Kerja sebaiknya dibuat jangan terlalu rumit, cukup dgn membuat butir standar tentang urutan kerja, waktu kerja, dan alat kerja yg digunakan dan diusahakan yg membuat para karyawan atas petunjuk pimpinan. I. Standar Kerja Penting untuk menunjukkan cara kerja yg benar terutama bagi operator. II. Standar Kerja perlu untuk mengingatkan operator lama agar mereka selalu bekerja benar. III. Manajemen dgn mudah dpt menemukan penyimpangan bila standar kerja terperaga di tempat kerja ada. IV. Standar kerja yg terperaga meningkatkan konsentrasi pekerja V. Standar Kerja sebaiknya dibuat jangan terlalu rumit, cukup dgn membuat butir standar tentang urutan kerja, waktu kerja, dan alat kerja yg digunakan dan diusahakan yg membuat para karyawan atas petunjuk pimpinan.
  • 10.
    PERTAMA PRINSIP IMPLEMENTASI SEIKETSU/ RAWAT 3 Label/ Atribut Kerja 3 Label/ Atribut Kerja I. Label pengenalpd setiap benda akan menghilangkan kerancuan, kebingungan dan ketidak pastian. II. Satu benda/ brg yg terletak rancu di tempat kerja, merupakan penyimpangan prinsip rapi. III. Pengembalian benda/brg hrs ke tempat semula, bila tdk tdpt label pengenal, kemana akan di kembalikan? Dgn label pengenal, semua orang mendapat informasi untuk bertindak IV. Label/ atribut kerja dpt meningkatkan banyak hal di tempat kerja contoh : penggunaan kartu pengenal, topi, pakaian seragam APD, diharapkan dpt dipancarkan informasi ttg siapa dan apa yg dikerjakan, dari unit kerja mana dsb. I. Label pengenal pd setiap benda akan menghilangkan kerancuan, kebingungan dan ketidak pastian. II. Satu benda/ brg yg terletak rancu di tempat kerja, merupakan penyimpangan prinsip rapi. III. Pengembalian benda/brg hrs ke tempat semula, bila tdk tdpt label pengenal, kemana akan di kembalikan? Dgn label pengenal, semua orang mendapat informasi untuk bertindak IV. Label/ atribut kerja dpt meningkatkan banyak hal di tempat kerja contoh : penggunaan kartu pengenal, topi, pakaian seragam APD, diharapkan dpt dipancarkan informasi ttg siapa dan apa yg dikerjakan, dari unit kerja mana dsb.
  • 11.
    PERTAMA PRINSIP IMPLEMENTASI SEIKETSU/ RAWAT 4 Rambu Keselamatan Kerja 4 Rambu Keselamatan Kerja I. Penerapan rambuyg memadai hrs diterapkan, lalu lintas dua arah misalnya mengandung resiko, bagaimana hal itu dpt diatur, demikian juga tempat penyimpanan brg mudah terbakar II. Tanda peringatan tentang mesin yg sedang diperbaiki jangan diabaikan I. Penerapan rambu yg memadai hrs diterapkan, lalu lintas dua arah misalnya mengandung resiko, bagaimana hal itu dpt diatur, demikian juga tempat penyimpanan brg mudah terbakar II. Tanda peringatan tentang mesin yg sedang diperbaiki jangan diabaikan
  • 12.
    PERTAMA PRINSIP IMPLEMENTASI SEIKETSU/ RAWAT 5 Tanda Batas Stok di TempatKerja 5 Tanda Batas Stok di Tempat Kerja I. Persediaan atau stok dpt habis tanpa disadari, akibatnya kemacetan produksi bisa terjadi. II. Sebaliknya, stok juga dpt menumpuk terlalu banyak dan mengganggu proses kerja III. Tanda batas stok dpt diterapkan guna menunjukkan batas maksimum dan minimum stok, shg kelancaran produksi lebih terjamin. I. Persediaan atau stok dpt habis tanpa disadari, akibatnya kemacetan produksi bisa terjadi. II. Sebaliknya, stok juga dpt menumpuk terlalu banyak dan mengganggu proses kerja III. Tanda batas stok dpt diterapkan guna menunjukkan batas maksimum dan minimum stok, shg kelancaran produksi lebih terjamin.
  • 13.
    PERTAMA PRINSIP IMPLEMENTASI SEIKETSU/ RAWAT 6 Indikator Warna 6 Indikator Warna I. Banyak alatukur dan pemamtau yg terdapat di pabrik, seperti pengukur temperatur dll II. Alat ini dipasang untuk pengendalian namun karyawan dpt saja mengabaikan, karena tak tahu batas kewajaran alat tsb. III. Indikator warna atau tanda dpt dilekatkan langsung pd gelas penunjuk, misal warna hijau menyatakan kondisi wajar, warna kuning berarti waspada dan merah berarti hrs segera ditangani. IV. Indikator warna juga dpt diterapkan untuk papan kontrol produksi atau papan status persediaan I. Banyak alat ukur dan pemamtau yg terdapat di pabrik, seperti pengukur temperatur dll II. Alat ini dipasang untuk pengendalian namun karyawan dpt saja mengabaikan, karena tak tahu batas kewajaran alat tsb. III. Indikator warna atau tanda dpt dilekatkan langsung pd gelas penunjuk, misal warna hijau menyatakan kondisi wajar, warna kuning berarti waspada dan merah berarti hrs segera ditangani. IV. Indikator warna juga dpt diterapkan untuk papan kontrol produksi atau papan status persediaan
  • 14.
    PERTAMA PRINSIP IMPLEMENTASI SEIKETSU/ RAWAT 7 Sistem Lampu Peraga 7 Sistem Lampu Peraga I. Sistem lampudpt digunakan untuk menunjukkan kondisi tdk wajar di tempat kerja II. Operator yg membutuhkan bantuan segera ( misal dari petugas forklift ) dpt menekan tombol untuk menyalakan suatu lampu peraga. III. Berbagai jenis lampu peraga dpt diterapkan untuk berbagai fungsi seperti : permintaan pengiriman brg, permintaan pelayanan perbaikan mesin, permintaan bantuan forklift, permintaan bantuan kerja, adanya kesalahan produksi dari proses sebelumnya dll berbagai informasi dpt disampaikan melalui sistem lampu peraga. I. Sistem lampu dpt digunakan untuk menunjukkan kondisi tdk wajar di tempat kerja II. Operator yg membutuhkan bantuan segera ( misal dari petugas forklift ) dpt menekan tombol untuk menyalakan suatu lampu peraga. III. Berbagai jenis lampu peraga dpt diterapkan untuk berbagai fungsi seperti : permintaan pengiriman brg, permintaan pelayanan perbaikan mesin, permintaan bantuan forklift, permintaan bantuan kerja, adanya kesalahan produksi dari proses sebelumnya dll berbagai informasi dpt disampaikan melalui sistem lampu peraga.
  • 15.
    II. LANGKAH PENERAPANSEIKETSU/ RAWAT: Langkah ( 1 ) Penentuan Butir Kendali Langkah ( 1 ) Penentuan Butir Kendali 1. Aneka ragam butir kendali ( Control item ) yg hrs dikuasai , dari sangat sederhana hanya sekedar memasang rambu, sampai sistem kontrol paling rumit seperti sistem otomatis. 2. Butir kendali yg akan diperagakan perlu digali dari pemikiran para karyawan. Mereka hendaknya diajak serta memikirkan manajemen informasi ditempat kerjanya. Selanjutnya prioritas dari tiap butir kendali dipertimbangkan. Kajilah sasaran pemantauan, pertimbangkan kaitannya dgn kebutuhan operasional dan mulailah dari yg sederhana Contoh : Form/ check list, pelumas, label, penyimpanan tool, penyimpanan alat ukur, gudang part, limit sample ( cacat, reject, bau, dll ) display, signal, instruksi kerja/ proses. 1. Aneka ragam butir kendali ( Control item ) yg hrs dikuasai , dari sangat sederhana hanya sekedar memasang rambu, sampai sistem kontrol paling rumit seperti sistem otomatis. 2. Butir kendali yg akan diperagakan perlu digali dari pemikiran para karyawan. Mereka hendaknya diajak serta memikirkan manajemen informasi ditempat kerjanya. Selanjutnya prioritas dari tiap butir kendali dipertimbangkan. Kajilah sasaran pemantauan, pertimbangkan kaitannya dgn kebutuhan operasional dan mulailah dari yg sederhana Contoh : Form/ check list, pelumas, label, penyimpanan tool, penyimpanan alat ukur, gudang part, limit sample ( cacat, reject, bau, dll ) display, signal, instruksi kerja/ proses.
  • 16.
    II. LANGKAH PENERAPANSEIKETSU/ RAWAT: Langkah ( 2 ) Penetapan Kondisi tak Wajar Langkah ( 2 ) Penetapan Kondisi tak Wajar 1. Kondisi wajar dan tak wajar dari butir kendali terpilih ditetapkan kemudian diselidiki 2. Kriteria wajar tak wajar hendaknya dirumuskan secara seksama. Pertimbangkan dgn melibatkan semua pihak shg pengertian seragam dpt disepakati 3. Beberapa model penetapan wajar dan tak wajar contoh : Penerapan simbol stiker warna untuk menunjukkan kontrol minyak pelumas, label/tanda saat menangani proses pekerjaan yg rumit, tanda /stiker untuk menunjukkan pemeriksaan peralatan dlm masa penilaian, taqnda yg menunjukkan suhu mesin, tanda yg menunjukkan tanggungjawab dll. 1. Kondisi wajar dan tak wajar dari butir kendali terpilih ditetapkan kemudian diselidiki 2. Kriteria wajar tak wajar hendaknya dirumuskan secara seksama. Pertimbangkan dgn melibatkan semua pihak shg pengertian seragam dpt disepakati 3. Beberapa model penetapan wajar dan tak wajar contoh : Penerapan simbol stiker warna untuk menunjukkan kontrol minyak pelumas, label/tanda saat menangani proses pekerjaan yg rumit, tanda /stiker untuk menunjukkan pemeriksaan peralatan dlm masa penilaian, taqnda yg menunjukkan suhu mesin, tanda yg menunjukkan tanggungjawab dll.
  • 17.
    II. LANGKAH PENERAPANSEIKETSU/ RAWAT: Langkah ( 3 ) Rancangan Mekanisme Pantau Langkah ( 3 ) Rancangan Mekanisme Pantau 1. Merancang bagaimana pemantauan visual umumnya dirancang dgn teknik canggih, namun hindari kecenderungan ber- canggih2, terlebih bila pemantauan dsr blm dpt diterapkan, cara sederhana hendaklah diutamakan yg penting mekanisme pantau mudah dipahami dan dpt menimbulkan kesiagaan tanggapan segera. 2. Penerapan peragaan fisik sederhana : papan peraga atau kartu dpt dilakukan sbg pilihan awal sederhana 3. Selanjutnya bila tuntutan tempat kerja menghendaki, dpt diterapkan peragaan elektronik berupa lampu peraga atau sirine. 1. Merancang bagaimana pemantauan visual umumnya dirancang dgn teknik canggih, namun hindari kecenderungan ber- canggih2, terlebih bila pemantauan dsr blm dpt diterapkan, cara sederhana hendaklah diutamakan yg penting mekanisme pantau mudah dipahami dan dpt menimbulkan kesiagaan tanggapan segera. 2. Penerapan peragaan fisik sederhana : papan peraga atau kartu dpt dilakukan sbg pilihan awal sederhana 3. Selanjutnya bila tuntutan tempat kerja menghendaki, dpt diterapkan peragaan elektronik berupa lampu peraga atau sirine.
  • 18.
    II. LANGKAH PENERAPANSEIKETSU/ RAWAT: Langkah ( 4 ) Tindak Lanjut Penyimpang an Langkah ( 4 ) Tindak Lanjut Penyimpang an 1. Bila keadaan tak wajar atau penyimpangan terjadi dan disyaratkan oleh mekanisme pantu, maka tindak lanjut hrs segera dilaksanakan ( Pikirkan perkiraan ttg jenis tindak lanjut ) 2. Ketidakwajaran umumnya diatasi segera dgn penghentian produksi dan mencari penyebab ketidakwajaran tsb. ( Bila kita mengamati lebih lanjut dan melakukan pengkajian menyeluruh banyak penyimpangan yg dpt diramalkan, maka dipersiapkan tindak lanjutnya) Bila tindak lanjut itu sdh dibakukan, seringkali dpt pula ditemukan mekanisme lanjut yg terkait pd mekanisme pantau shg tercipta sistem otomatis anti salah (poka yoke - Jepang) berdasarkan konsepsi proses yg berkecerdasan. 1. Bila keadaan tak wajar atau penyimpangan terjadi dan disyaratkan oleh mekanisme pantu, maka tindak lanjut hrs segera dilaksanakan ( Pikirkan perkiraan ttg jenis tindak lanjut ) 2. Ketidakwajaran umumnya diatasi segera dgn penghentian produksi dan mencari penyebab ketidakwajaran tsb. ( Bila kita mengamati lebih lanjut dan melakukan pengkajian menyeluruh banyak penyimpangan yg dpt diramalkan, maka dipersiapkan tindak lanjutnya) Bila tindak lanjut itu sdh dibakukan, seringkali dpt pula ditemukan mekanisme lanjut yg terkait pd mekanisme pantau shg tercipta sistem otomatis anti salah (poka yoke - Jepang) berdasarkan konsepsi proses yg berkecerdasan.
  • 19.
    II. LANGKAH PENERAPANSEIKETSU/ RAWAT: Langkah ( 5 ) Pemeriksa an Berkala Langkah ( 5 ) Pemeriksa an Berkala 1. Dapatkah kita mengandalkan mekanisme pantau yg diterapkan, tiap saat ? 2. Yakinkah anda bahwa kontrol visual akan bekerja pada saatnya ? 3. Adakah tanggapan karyawan bila kontrol visual bekerja ? Semua itu perlu diperiksa scr berkala ( mekanisme kontrol visual akan sia-2 bila manajemen dan karyawan masih bersikap tak peduli ) Pemeriksaan berkala dan lembar periksa : untuk menjaga berbagai kontrol visual. Tugas pemeriksaan bagi karyawan hrs diatur karena karyawanlah yg nantinya akan memelihara keberesan di tempat kerjanya Patrol manajemen dpt menanyakan pd karyawan ttg standar kerja dan mekanisme yg diterapkan. Manajemen juga dpt memperagakan kebijakan persh scr jelas ( pd dsr-nya karyawan haus informasi ) 1. Dapatkah kita mengandalkan mekanisme pantau yg diterapkan, tiap saat ? 2. Yakinkah anda bahwa kontrol visual akan bekerja pada saatnya ? 3. Adakah tanggapan karyawan bila kontrol visual bekerja ? Semua itu perlu diperiksa scr berkala ( mekanisme kontrol visual akan sia-2 bila manajemen dan karyawan masih bersikap tak peduli ) Pemeriksaan berkala dan lembar periksa : untuk menjaga berbagai kontrol visual. Tugas pemeriksaan bagi karyawan hrs diatur karena karyawanlah yg nantinya akan memelihara keberesan di tempat kerjanya Patrol manajemen dpt menanyakan pd karyawan ttg standar kerja dan mekanisme yg diterapkan. Manajemen juga dpt memperagakan kebijakan persh scr jelas ( pd dsr-nya karyawan haus informasi )
  • 20.
    Diagram Seiketsu / RawatSeiso Bersihper-area , sudah ada peta , label , dan tanggung jawab SIEKETSU = STANDARISASI Pemilahan • Operasi buka almari • Operasi harta karun • Patroli label merah • Adakah prosedur untk menyingkirkan brng yg tdk di perlukan ? Penataan • Mencegah perlebihan persediaan • Apakah peraturan peminjaman, pengambilan dan penyimpanan barang / alat sdh di patuhi ? Bersih • Mengatasi sumber kotor • Mencegah debu melekat • Mencegah rembesan cairan dan minyak • Mencegah kebocoran Mempertahankan kondisi optimum • Mekanisme kendali visual • Mekanisme anti salah • Pemeriksaan berkala
  • 21.
    HAL-2 APA YGPERLU DIPERHATIKAN DAN DILAKSANAKAN UNTUK MENJAGA KESINAMBUNGAN KEGIATAN 5S Yg perlu diperhatikan Yg perlu diperhatikan 1. Adanya rencana induk pelaksanaan 5S 2. Adanya susunan organisasi pelaksana 5S 3. Adanya kotak alat atau sudut 5S ( 5SToolbox) 4. Adanya kompetisi 5S antar departemen 5. Adanya kegiatan 5S mengenai visible for Evefyone. 1. Adanya rencana induk pelaksanaan 5S 2. Adanya susunan organisasi pelaksana 5S 3. Adanya kotak alat atau sudut 5S ( 5SToolbox) 4. Adanya kompetisi 5S antar departemen 5. Adanya kegiatan 5S mengenai visible for Evefyone. RAJIN
  • 22.
    K3 1. Komitmen/Konsisten Pimp. Persh 2.P2K3 Solid 3. TK. Butuh K3 5R • Ringkas • Rapi • Resik • Rawat • Rajin Sukses K3 OHSAS 18000 SMK3 (PP No. 50 thn 2012) SERTIFIKASI ALUR SUKSES K3
  • 23.
  • 24.