Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-Organisasi Publik (Bagian 3)
Tanda dan gejalah eliminasi sisa metabolisme
1. TANDA DAN GEJALAH ELIMINASI SISA METABOLISME
Eliminasi sisa metabolisme merupakan pembuangan sampah dari proses
metabolisme tubuh. Beberapa jenis sampah metabolisme yang dibuang oleh tubuh
antara lain, air, CO2, urea, dan lain-lain. Sistem tubuh yang berperan dalam proses
pembuangan tersebut yaitu, sistem pernapasan, integumen, hepar, endokrin, dan
renal. Apabila sistem yang terlibat dalam eliminasi terganggu, maka terjadi
perubahan pola eliminasi.
Sistem pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa inspirasi
(menghirup udara O2) dan ekspirasi (menghembuskan CO2). Menurut Syaifuddin
(2011:382), sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam
paru. Sementara itu menurut Guyton & Hall (2007:37), tujuan dari pernapasan
adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida.
Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dibagi menjadi empat fungsi utama :
(1) ventilasi paru,
(2) difusi oksigen dan karbondioksida,
(3) pengangkutan oksigen dan karbondioksida, dan
(4) pengaturan ventilasi.
Sistem pernapasan berperan dalam pembuangan karbondioksida dan air.
Pembuangan ini juga dipengaruhi oleh fungsi kardiovaskuler. Misalnya,pada
seseorang yang mempunyai gangguan pompa jantung kiri di mana kemampuan
jantung untuk menerima pengembalian darah yang berasal dari paru-paru
mengalami hambatan. Hal tersebut menyebabkan tekanan hidrostatik paru-paru
akan naik dan cairan keluar ke intersitial jaringan paru-paru. Akibatnya terjadilah
edema paru-paru. Kondisi ini akan mengganggu proses difusi dan compliance
paru-paru,sehingga terjadilah gangguan eliminasi CO2 (Asmadi, 2008:91).
2. a. Sistem Integumen (Kelenjar Keringat)
Sistem integumen mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh dan
jaringan aksesoris lainnya, termasuk kuku, rambut,dan kelenjar. Syaifuddin
(2011:48) mengatakan bahwa kulit berhubungan dengan selaput lendir yang
melapisi rongga lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat
dan kelenjar mukosa.
Kelenjar keringat merupakan kelenjar tubular bergelung tidak bercabang,
terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, gland penis, dan
gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan
telapak kaki. Terdapat dua macam kelenjar keringat,yaitu : Kelenjar keringat ekrin
yang tersebar di seluruh kulit tubuh kecuali kulup penis, bagian dalam telinga
luar,telapak tangan, telapak kaki, dan dahi; kelenjar keringat apokrin merupakan
kelenjar keringat yang besar hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit puting susu,
kulit sekitar alat kelamin, dan dubur (Syaifuddin, 2011:57). Sedangkan, dalam
kamus saku kedokteran Dorland (2012:476), sweat gland (Kelenjar keringat)
merupakan kelenjar yang menyekresikan keringat,dijumpai pada lapisan dermis
atau subkutan, salurannya bermuara dipermukaan tubuh.
Keringat yang dihasilkan ini berasal dari isi pembuluh darah yang berada
di sekitar kelenjar keringat tersebut. Keringat ini mengandung
air,garam,urea,asam urat,dan sisa metabolisme lainnya. Pengeluaran keringat ini
dipengaruhi oleh temperatur. Di mana peningkatan temperatur akan menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sel dan kemudian akan meningkatkan
pembentukan keringat. Selain itu,pengeluaran keringat juga dipengaruhi oleh
hipotalamus melalui sistem saraf otonom yang mengaktifkan saraf
simpatis,sehingga kelenjar keringat pun menjadi lebih aktif (Asmadi, 2008 : 91).
b. Sistem Hepar
Hati (hepar) merupakan kelenjar aksesori terbesar dalam tubuh, berwarna
cokelat, dan beratnya 1000-1800 gram. Hati terletak di dalam rongga perut
sebelah kanan atas di bawah diafragma (Syaifuddin, 2011:546).
3. Hepar (Liver) merupakan kelenjar besar berwarna merah gelap pada
bagian atas perut sebelah kanan, tepat di bawah diafragma. Fungsinya antara lain
sebagai tempat penyimpanan dan filtrasi darah, sekresi empedu, konvensi gula
menjadi glikogen, dan banyak aktivitas metabolik lainnya (Kamus Saku
Kedokteran Dorland, 2012:632).
Jati (2007:128) mengatakan bahwa hati berfungsi sebagai penhgstur
keseimbangan nutrien dalam darah dan sebagai organ yang menyekresikan
empedu. Hepar juga berperan dalam pembuangan sampah metabolisme. Kelainan
pada hepar akan mengakibatkan hepar tidak mempu untuk membuang sisa
nitrogen. Asam amino,yang akan digunakan sebagai energi,harus mengalami
proses deaminasi dengan dibuangnya gugus amin (NH3) yang merupakan
nitrogen. NH3 ini tidak bisa begitu saja dibuang oleh tubuh, tetapi harus di proses
dulu di hepar menjadi ureum, urea. Sampah inilah yang akhirnya dibuang melalui
keringat dan ginjal (urine) (Asmadi, 2008 : 91).
c. Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-
zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
merupakan kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya
langsung masuk ke dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar
tanpa melewati duktus (saluran) (Syaifuddin, 2011:248). Hasil sekresi kelenjar
tersebut dinamakan hormon endokrin.
Hormon endokrin di bawa oleh sistem sirkulasi ke seldi seluruh tubuh,
yang meliputi sistem saraf pada beberapa keadaaan tempat hormon tersebut
berikatan dengan reseptor dan memulai berbagai reaksi (Guyton&Hall,
2007:951).
Sistem endokrin juga berperan dalam eliminasi sampah metabolisme
melalui pengaturan jumlah air dan natrium yang diabsorbsi kembali oleh ginjal
yang berkaitan dengan jumlah cairan tubuh. Selain itu, sistem endokrin juga
berperan dalam pengaturan final urine. Pengaturan final urine ini diatur oleh tiga
jenis hormon yaitu antidiuretik hormon (ADH),renin,dan aldosteron.
4. d. Sistem Renal
Ginjal (ren) merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis,
berwarna cokelat kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vetebral
posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam
(Potter&Perry, 2005:1679). Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan ginjal kiri karena hati menduduki ruang di bagian kanan lebih luas
(Asmadi, 2008:91). Setiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, dan
tebal 2,5 cm. Sementara itu, berat ginjal pria dewasa 150-170 gram dan wanita
115-155 gram (Syaifuddin, 2009:286).
Sistem renal merupakan nama lain sistem perkemihan. Menurut
Syaifuddin (2009:285), sistem perkemihan adalah suatu sistem yang di dalamnya
terhadi penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan
oleh tubuh. Zat ini akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine.
Potter&Perry (2005:1679) mengatakan eliminasi urine tergantung kepada fungsi
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari
darah untuk membentuk urine.
Proses pembentukan urine menurut Syaifuddin (2011:463), sebagai berikut:
a. Proses Filtrasi
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan
yang bebas protein dari kapiler ke glomerulus dan kapsula bowman.
Kebanyakan zat dalam plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein.
Proses filtrasi (ultrafiltrasi) terjadi pada glomerulus. Proses ini
terjadi karena permukaan averen lebih besar dari permukaan everen
sehingga terjadi penyerapan darah. Setiap menit kira-kira 1200 ml darah,
terdiri dari 450 ml sel darah dan 660 ml plasma masuk ke dalam kapiler
glomerulus.
5. b. Proses Absorbsi
Penyerapan kembali sebagian besar terhadap glukosa, natrium,
klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif yang
dikenal dengan obligator reabsorpsi dan terjadi pada tubulus atas. Dalam
tubulus ginjal, cairan filtrasi dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh
direabsorpsi.
Jumlah total air yang diabsorbsi lebih kurang 120 ml/menit, 70-
80% diabsobsi oleh tubulus proksimal, disebut juga reabsorbsi air
obligatori. Sisanya, 20-30% diabsorbsi secara fakultatif dengan bantuan
hormon vasopresin (ADH, hormon antidiuretik) di tubulus distal.
Sebagian kecil sisanya diabsorbsi pada duktus koligen yaitu saluran
tempat bermuaranya tubulus distal.
c. Proses Sekresi
Tubulus ginjal dapat mensekresi atau menambah zat-zat ke dalam
cairan filtrasi selama metabolisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah
besar.
Hasil masing-masing proses pembentukan urine yaitu, urine primer
(filtrat glomerulus) pada proses filtrasi, urine sekunder pada proses
absorbsi dan urine sesungguhnya pada proses sekresi.
Menurut Asmadi (2008:93), ciri-ciri urine normal baik secara sifat
maupun fisik, antara lain:
1) Kejernihan : Urine normal jernih/bening dan bila lama
dibiarkan akan menjadi keruh.
2) Warna : Warna urine dipengaruhi oleh diet, obat-obatan,
kepekatan, dan lain-lain. Secara normal urine berwarna
kuning.
3) Bau : Bau khas urine bila dibiarkan terlalu lama akan
berbau seperti amonia.
4) Berat Jenis : Berat jenis urine bergantung pada jumlah zat
yang terlarut dalam urine.
6. Eliminasi sampah metabolisme lainnya adalah eliminasi bilirubin
yang terkonjugasi yang merupakan sisa pemecahan eritrosit yang sudah
tua (Asmadi, 2008:95). Bilirubin yang terkonjugasi ini disimpan di dalam
empedu dan karena perangsangan pengeluaran kolesistokinin, bilirubin
tersebut masuk ke duodenum. Bilirubin merupakan pigmen yang
memberikan warna cokelat kekuningan pada feses (Jati, 2007:128).
7. TANDA DAN GEJALAH ELIMINASI SISA PENCERNAAN
Faktor fisiologis yang berhubungan dengan fungsi usus dan defekasi
meliputi sistem pencernaan yang normal, kewaspadaan sensorik pada distensi
rektum dan isi rektum, ontrol volunter pada sfingter, serta keadekuatan kapasitas
dan komplians rektal (Doughty, 2006).
Defekasi normal dimulai dengan adanya gerakan pada kolon kiri, yang
menggerakkan feses menuju unus. Saat feses mencapai rektum, distensi
menyebabkan relaksasi sfingter eksternal dan kontraksi otot abdominal, yang
meningkatkan tekanan intrarektal dan mendorong feses keluar (Doughty,
2006).tekanan dapat ditingkatkan untuk mengeluarkan feses melalui kontraksi
volunter otot abdominal sambil menahan ekspirasi yang menutup jalan masuk
udara. Keadaan ini disebut dengan Valsalva manuever, yang membantu jalan
keluar feses.
Klien dengan penyakit kardiovaskuler, glaukoma, peningkatan tekanan
intrakranial, atau memiliki luka baru akibat pembedahan memiliki risiko yang
lebih besar seperti ketidakteraturan jantung dan tekanan darah yang meningkat
tidak boleh melakukan manuver ini dan mengedan untuk mengeluarkan feses.
Buang air besar normal biasanya tidak menimbulkan rasa nyerikarena bentuk
feses yang lembut.
Setiap organisme memerlukan makanan untuk tetap dapat menjaga
kelangsungan hidupnya. Aktivitas makan dilakukan semua makhluk hidup tigak
memandang usia, spesies dan jenis kelamin. Makanan yang dikonsumsi akan
dicerna oleh tubuh melalui beragam proses (Jati, 2007:114).
8. Menurut Syaifuddin (2011:504), sistem organ pencernaan adalah sistem
organ yang menerima makanan, mencerna untuk dijadikan energi nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut.
Pengeluaran sisa proses pencernaan disebut eliminasi sisa pencernaan.
Potter & Perry (2005:1739) mengatakan bahwa eliminasi produk sisa pencernaan
yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan
eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem
tubuh lainnya.
Organ yang berkaitan demgam eliminasi siasa pencernaan (eliminasi
sampah digestif adalah kolon atau usus besar.Kolon merupakan bagian bawah
saluran pencernaan yang meliputi sekum, kolon asenden, kolon transversum,
kolon desenden, kolon sigmoid, rektum dan anus. Panjang kolon pada orang
dewasa ± 1,5 meter.
Berikut dijelaskan tentang proses pembentukan feses, eliminasi fekal, pola
defekasi, dan karakteristik feses yang dikutip dari Asmadi (2008).
a. Proses pembentukan feses
Sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Di kolon,
chyme tersebut mengalami proses absorbsi air, natrium, dan kloride.
Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan peristaltik usus. Dari 750
cc chyme tersebut, sekitar150-200 cc mengalami proses reabsorbsi.
Chyme yang tidak diabsorbsi menjadi bentuk semisolid yang disebut
feses. Selain chyme, adanya fermentasi zat makanan yang tidak dicerna
menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya yang
dikenal dengan istilah flatus.
b. Proses eliminasi fekal (defekasi)
Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi
spinchter ani. Kedua faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf
parasimpatis. Gerakan kolon meliputi tiga gerakan yaitu gerakan
9. mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan massa kolon. Gerakan
massa kolon ini dengan cepat mendorong feses dari kolon ke rektum.
Begitu ada feses yang sampai di rektum, maka ujung saraf
sensoris yang berada pada rektum menjadi regang dan terangsang.
Kemudian impuls ini diteruskan ke medula spinalis. Setelah itu,
impuls dikirim ke korteks serebri serta sakral II dan IV. Impuls dikirim
ke korteks serebri agar indivisu menyadari keinginan buang air besar.
Impuls dikirim ke sakral II dan IV, selanjutnya dikirim ke saraf
simpatis untuk mengatur membuka sphincter ani interna. Terbukanya
sphincter ani tersebut menyebabkan banyak feses yang masuk ke
dalam rektum. Kemudian terjadi proses defekasi dengan
mengendornya sphincter ani eksterna dan tekanan yang mendesak
feses bergerak oleh kontraksi otot perut dan diafragma.
c. Pola defekasi
Waktu defekasi dan jumlah feses bersifat individual. Orang
dalam keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali sehari. Pola
defekasi individu juga bergantung pada bowel training yang
dilakukan pada masa kanak-kanak.
Umumnya, jumlah feses bergantung pada jumlah intake
makanan. Namun, secara khusus, jumlah feses sangatlah bergantung
pada kandungan serat dan cairan pada makanan yang dimakan.
10. d. Karakteristik feses
Karakteristik feses pada setiap perkembangan manusia
berbeda. Lihat tabel!
Tabel.1. Karakteristik Feses
Karakteristik Normal Abnormal
Warna Bayi: kuning
Orang Dewasa: cokelat
Putih atau warna tanah liat
Hitam atau warna ter (melena)
Merah
Konsistensi Lunak, berbentuk Cair Padat
Frekuensi
Bervariasi: bayi 4-6 kali sehari
(jika mengonsumsi ASI) atau 1-3
kali sehari; orang dewasa 1 kali
sehari atau 2-3 kali seminggu
Bayi lebih dari 6 kali sehari atau dari
satu kali setiap 1-2 hari; orang
dewasa lebih dari 3 kali sehari atau
kurang dari satu kali seminggu.
Bentuk Menyerupai diameter rektum Berbentuk pensil
Unsur-unsur
Makanan tidak dicerna, bakteri
mati, lemak, pigmen empedu,
sel-sel yang melapisi mukosa
usus dan air
Darah, pus, materi asing, lendir, dan
cacing