SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 1
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 2
PEMIKIRAN DAKWAH BUYA HAMKA
Oleh: Syarifudin
1. LATARBELAKANG MASALAH
Gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka dalam berbagai disiplin ilmu telah
memberikan pencerahan bagi wawasan pemikiran dakwah di Indonesia mulai dari
umur 17 tahun sampai akhir hayatnya pada umur 73 tahun.1
Gagasan ini menjadi
kekayaan referensi cara pandang dalam pengembangan sistem informasi dakwah
dewasa ini.2
Secara substantif kajian dakwah Buya Hamka pada tataran implementatif
memiliki ruang lingkup kajian meliputi objek material dan objek formal.
Objek material ilmu dakwah adalah prilaku keislaman yang bersumber dari
Alquran dan Sunnah, sedangkan objek formalnya adalah aspek spesifik prilaku Dai dan
Muballigh dalam melakukan tabligh, irsyat, tad}bir dan tat}wir.3
Aspek formal ilmu
dakwah ini jika dilihat dari seting sosial gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka
secara ilmiah memiliki kedua objek tersebut di atas.
Sebelum menjelajahi lebih mendalam pemikiran dakwah Buya Hamka alangkah
baiknya penulis deskripsikan lebih awal terminologi yang penulis gunakan dalam
melihat naskah dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 sebagai
indikator untuk mengungkap gagasan apa saja yang tersirat dalam naskah dakwah
Buya Hamka berdasarkan seting sosial pada masa itu. Untuk mengetahui seting
sosial dakwah Buya Hamka penulis dijembatani oleh teori psikologi sosial Gordon
W. Allport yang dikutip Ahmadi bahwa untuk mempelajari karakter pola pikir
1
Syafi’i Ma’rif, Gerakan Dakwah Muhammadiyah (Artikel Ilmiah Diakses pada Website pemuda
muhammadiyah pusat) alamat website.www.http//dakwah_pembaharuan.go.id diakses pada tanggal 21
Oktober 2010, Jam 13:20. Wit.
2
Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai
Paradigma (Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 370
3
Sukridi Sambas, Pokok-Pokok Wilayah Kajian Ilmu Dakwah dalam Aep Kusnawan, (Bandung:
Pustaka Bani Qurasy, 2004), h.135.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 3
seseorang masa itu diperlukan psikologi sosial dalam proses memahami,
mengekprsikan, dan mempublikasikan pikiran, perasaan seseorang. 4
Pemikiran psikologi Gordon W. Allport ini juga relevan dengan pandangan
Gadamer yang dikutip E. Sumaryono tentang kriteria untuk menggunakan teori
hermeutika sebagai media penapsir dalam sebuah teks.5
Begitupula pandangan ilmuan
Prancis Paul Ricoer ( 1973) yang ahli dibidang fenomenologi dan Hermeneutika
mengatakan untuk menungkap lapisan makna sebuah teks perlu memahami ilmu
psikologi dan sejarah sebagai ilmu bantu dalam mengurai lapisan-lapisn makna yang
tersembunyi dalam sebuah teks.6
Selain teori seting social perlu penulis deskripsikan teori untuk memahami
makna sebuah teks. Seperti teori Hermeneutika Hans George Gadamer, Teori Filologi,
dan Teun Van Dijk yang dikutip oleh Alex Sobur bahwa ada 6 kriteria dalam
memahami makna sebuah teks.7
Enam kriteria teknik memahami teks terdiri dari
unsur-unsur tematik, skematik, semantik, sintaktik, stilisika, dan restoris.
Pada prinsipnya banyak teori yang ditawarkan oleh para ahli seting sosial untuk
mengungkap makna sebuah teks tetapi penulis hanya memilih dua yakni teori seting
sosial dan teori metode mengungkap makna teks.8
Kedua teori inilah yang penulis
gunakan untuk menjelajahi makna naskah pemikiran dakwah Buya Hamka dalam
tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai dari halaman 6467-6476.
Gambaran secara holistik dalam naskah dakwah Buya Hamka membicarakan
tentang kelebihan dan taktik menjadi seorang pewaris Nabi (Dai dan Muballigh).
4
H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial: Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999), h. 4
5
E. Sumaryono, Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat, (Cet.I; Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.
100.
6
Paul Ricoeur, Fenomenologi Eksistensial, yang diterjemahkan oleh: K. Bertens (Cet. I; Jakarta:
Gramedia, 1987), h.6.
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk menganalisis wacana Analsis
Semiotik dan Analisis Framing (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 74
8
Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan teori
Komunikasi (Cet. I;Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 33.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 4
Pewaris Nabi yang dimaksudkan dalam naskah dakwah yang penulis fahami adalah
para Dai dan Muballigh sebagai garda terdepan dalam melakukan publikasi keislaman
berdasarkan Alquran dan sunnah memiliki kemuliyaan jika dapat berprilaku budi
pekerti yang luhur serta menciptakan seting sosial masyarakat yang beradab. Dalam
konteks keindonesiaan tokoh dakwah yakni M. Natsir, Buya Hamka, dan Sukarno
telah menorehkan pikirannya dalam sejarah dakwah di Indonesia.
Pada tahun 1964 seting sosial yang digelar oleh Buya Hamka dan Soekarno
terjadi benturan pemikiran dan nampaknya tak bisa diperbaiki lagi. Buya Hamka,
yang tadinya memandang Soekarno sebagai anak muda penuh kharisma dan semangat,
kini memandangnya telah kebablasan. Pernah suatu ketika Soekarno menyatakan
pandangannya dalam sebuah sidang, kemudian ia mengatakan, Inilah ash-shiraath al-
mustaqiim (jalan yang benar). Buya menimpali, Bukan, itu adalah ash-shiraat ila al-
jahiim (jalan menuju Neraka Jahim). 9
Dari benturan peristiwa itu Sukarno kurang respek lagi pada Buya Hamka,
sehingga berakhir pada kebencian, dan emosional yang tidak terkendali. Asumsi
Presiden Sukarno bahwa Buya Hamka dikhawatrikan dapat mengganggu perjalanan
roda pemerintahan sehingga sebagai pengendali kekuasaan Negara Sukarno
menjebloskan Buya Hamka ke dalam penjara. Di penjarah inilah kreatifitas Buya
Hamka sebagai jurnalis menulis karya menumentalnya tafsir Al-Azhar.
Karya tafsir Al-Azhar inilah yang menjadi fokus kajian pada makalah ini tentang
gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka. Adapun yang menjadi permasalahan pokok
dalam makalah ini adalah bagaimana gagasan, pemikiran dakwah Buya Hamka dalam
tafsir Al-Azhar Juz ke 24 khususnya halaman 6467-6476.
9
Akmal Sjafril, Analisis terhadap kekuasaan Pemerintah: Sejarah telah membuktikan bahwa
seringkali penegak keadilan itulah yang membengkokkan keadilan. Kalau sudah demikian, rumit sekali
masalahnya. Kini, reputasi kepolisian sudah semakin memprihatinkan. Benar-tidaknya pandangan ini
memang kasuistik sifatnya, namun stigma negatif semacam itu memang telah melekat pada kepolisian.
Tidak heran jika banyak yang curiga bahwa yang dialami oleh Buya Hamka dulu itulah yang kini sedang
dialami oleh sebagian aktifis Muslim yang dituduh teroris. Aksi-aksi terorisme di Indonesia, menurut
sebagian rakyat Indonesia, tidak lebih dari rekayasa intelijen. Tidak jauh beda dengan fitnah yang
dialami Buya dahulu.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 5
2. PERMASALAHAN
Untuk lebih mendalam penulis membagi topik permasalah di atas menjadi tiga
sub masalah pokok sebagai berikut:
a. Bagaimana geonologi pemikiran dakwah Buya Hamka?
b. Bagaimana seting sosial penulisan tafsir Al-Azahar Buya Hamka?
c. Bagaimana pokok-pokok pemikiran dakwah Buya Hamka?
3. DESKRIPSI NASKAH
A. Geonologi Keilmuan Penulisan Naskah
Geonologi pemikiran dakwah Buya Hamka dari keturunan ulama besar di
Minangkabau(Sumatra Barat) yang ditunjang dengan lingkungan Pesantren sehingga
melahirkan sosok Buya Hamka. Penulis fahami bahwa ekpresi geonologi pemikiran
seseorang tampak dalam bentuk karya-laryanya berupa tulisan dan lisannya
(prilakunya).10
Hal ini sesuai pendapat Thibaut dan Kelley yang dikutip Philips
bahwa ekpresi geonologi pemikiran seseorang dapat dilihat dari apa yang dia ucapkan
dan apa yang ia tulis.11
Buya Hamka dan sahabatnya M. Natsir. Memiliki peran yang
cukup signifikan dalam pengembangan dakwah di Indonesia.
Sebagai sahabat dapat disimak petikan puisi yang dituliskannya secara khusus
untuk Pak Natsir, puisi yang ditulis Buya Hamka pada tanggal 13 November 1957
setelah mendengar uraian Pidato Natsir yang dengan tegas menawarkan kepada
10
Rujukan: Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet: II; Jakarta: Yayasan Nurul Islam,
1979) h. 90. Di akse pada situs Buya Hamka www.http//hamka.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010 16:
12 wit. ibid
11
Philips Costanso, Theories of Psikologi (New York: McGrow Hill Book Co, 1970),
diterjemahkan oleh: Sarlito Wirawan Sarwono, dengan Judul: Teori-Teori Psikologi Sosial (Cet. VII;
Jakarta: PT. Rajawali Grafindo, 2002), h. 241
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 6
Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar negara RI.12
Kepada
Saudaraku M. Natsir
Meskipun bersilang keris di leher, Berkilat pedang di hadapan matamu Namun yang
benar kau sebut juga benar, Cita Muhammad biarlah lahir, Bongkar apinya sampai
bertemu, Hidangkan di atas persada nusa, Jibril berdiri sebelah kananmu Mikail
berdiri sebelah kiri, Lindungan Ilahi memberimu tenaga, Suka dan duka kita
hadapiSuaramu wahai Natsir, suara kaum-mu Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham Hidup dan mati bersama-sama Untuk menuntut Ridha
Ilahi dan aku pun masukkan Dalam daftarmu …….! .13
Dari deskripsi naskah di atas alangkah baiknya penulis berikan skema gambar
geonologi Guru, pendidikan dan jabatan yang pernah dijabat oleh Buya Hamka. Hal
ini untuk lebih mudah memahami peran dakwah Buya Hamka di Indonesia.
12
Rujukan: Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet: II; Jakarta: Yayasan Nurul Islam,
1979) h. 90. Di akse pada situs Buya Hamka www.http//hamka.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010 16:
12 wit. ibid
13
Sahib Budi Ahmad, Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet. II; Jakarta: Yayasan
Nurul Islam, 1979), h. 23.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 7
1. Seting sosial
Pertentangan antara kubu Islam dan komunis telah hampir mencapai
klimaksnya. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang membawa ideologi komunis
(sekaligus atheis) bergandengan rapat dengan Presiden Soekarno. Golongan Islam
telah benar-benar dipinggirkan, Selain Buya Hamka juga M. Natsir, yang pernah
menjadi kartu truf bagi Soekarno dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam
negeri, telah diasingkan dari panggung politik.
Benturan pemikiran antara Buya Hamka dan Sukarno Pada tahun 1964
perdebatan Sukarno dan Buya Hamka tidak dapat disatukan lagi sehingga dengan
kekuatan keuasaan Buya Hamka baru saja pulang sehabis mengisi pengajian ibu-ibu.
Sesampainya di rumah, beliau beristirahat sejenak, sementara Ummi Siti Raham,
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 8
istrinya, tidur di kamar karena sedang tidak sehat.14
Sekonyong-konyong datanglah
beberapa orang polisi berpakaian preman yang menunjukkan surat perintah
penangkapan terhadap dirinya. Jadi saya ditangkap? ujar Buya Hamka yang masih
diliputi keheranan, berkata pelan-pelan agar tidak mengejutkan istrinya. Rusydi, anak
beliau, membereskan pakaian secukupnya untuk beliau bawa.15
Suara gaduh akhirnya membangunkan sang istri yang juga tidak tahu
mestiberkomentar apa menanggapi penangkapan itu. Buya Hamka hanya merangkul
bahunya, menghiburnya agar tetap tegar. Kepada istri dan anak-anaknya, Buya Hamka
berpesan bahwa insya Allah penangkapannya takkan lama, karena ia sendiri merasa
tak pernah berbuat salah.16
Tidak ada informasi ke mana beliau dibawa, hanya ada
pesan bahwa keluarganya boleh menghubungi Mabes Polri untuk informasi lebih
lanjut. Maka dibawalah Buya Hamka ke dalam sebuah mobil yang segera melesat,
entah ke mana. Setelah mobil menghilang dari pandangan, pingsanlah Ummi Siti
Raham.
Selama beberapa waktu lamanya, tidak ada kabar sama sekali tentang Buya
Hamka. Tidak ada yang tahu di mana beliau ditahan, apa tuduhannya, bahkan masih
hidup atau tidaknya pun entah. Sampai akhirnya ada berita bahwa keluarga boleh
mengunjunginya di Sukabumi, barulah istri dan kesepuluh anaknya dapat bertemu. Di
bawah pengawasan para penjaga yang berwajah sangar, Buya Hamka sempat
menyelundupkan pesan ke salah satu anak laki-lakinya, Para penjaga ini sama dengan
Gestapo Nazi Secarik surat juga sempat disisipkan untuk dibaca oleh keluarganya di
rumah.17
14
Sahib Budi Ahmad, Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka…….ibid., h. 23.
15
Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Hakikat Sistem Politik Islam, (Yogyakarta: PLP2M, 1987),
h. 43.
16
Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Hakikat Sistem Politik Islam,…….ibid.,, h. 46.
17
Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Pustaka panjimas, 1984), h.16
diakse pada website buya_hamka www.http.go.id diakses pada tanggal 17 -10- 2010 jam 21: 23.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 9
Terkejutlah keluarganya membaca pesan Buya Hamka, sebagaimana Buya
Hamka juga terkejut ketika pertama kali interogatornya memberi tahu tuduhan-
tuduhan yang ditimpakan kepada dirinya. Terlibat dalam rapat rahasia
menggulingkan Presiden, menerima uang empat juta (tidak jelas mata uangnya) dari
Perdana Menteri Malaysia, memberikan kuliah yang bersifat subversif, dan berbagai
kejahatan lainnya.
Pada tahun 1966, bersamaan dengan hancurnya kekuasaan PKI dan
pemerintahan Soekarno, Buya Hamka dibebaskan. Semua tuduhan pada dirinya
dihapuskan. Setelah peristiwa itu, tak pernah terdengar Buya Hamka menuntut balas
atas kezaliman yang telah dialaminya. Dalam pendahuluannya untuk Tafsir Al-Azhar,
Buya Hamka mengatakan bahwa kejadian itu sangat besar hikmahnya, karena tafsir
yang hanya selesai sedikit setelah dikerjakan bertahun-tahun ternyata bisa tuntas
dalam masa dua tahun di penjara.18
Di penjara itu pula Buya Hamka mendapat banyak
waktu untuk melahap buku-buku yang ingin dibacanya, dan larut dalam ibadah shalat
malam dan tilawah. Buya Hamka hidup seperti biasa, tanpa memendam dendam,
bahkan sampai membuat anaknya, Rusydi, merasa gemas bukan kepalang ketika
beliau menitikkan air mata ketika mendengar Soekarno telah wafat.19
Banyak orang
memintanya agar tidak menshalatkan Soekarno, akan tetapi beliau pergi juga, bahkan
menjadi imam shalat jenazahnya. Begitulah Buya Hamka.
Berikut ini kerangka alur pikir penulis dalam melakukan studi naskah pada
gagasan dakwah Buya Hamka yang tersurat dalam tafsinya juz ke24 mulai dari
halaman 6466-6476.
18
Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Pustaka panjimas, 1984), h.16
diakse pada website buya_hamka www.http.go.id diakses pada tanggal 17 Oktober 2010 jam 21: ibid.
19
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta : UI Press,
1993), h. 43.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 10
Skema bahan bacaan Buya Hamka yang menjadikan sosok Buya Hamka sebagai Tokoh
Dakwah yang mendapatkan penghargaan akademik dari Negara Mesir dan Universitas
Kebangsaan Malasiya.
2. Deskripsi Naskah Dakwah Buya Hamka.
Deskripsi gambar skema geonologi pendidikan non formal Buya Hamka di atas
memberikan proposisi bahwa secara keilmuan Buya Hamka memiliki wawasan dan
gagasan yang komprehensip tentang dakwah. Gagasan ini menarik jika penulis
berikan terminologi yang penulis gunakan dalam melihat model dakwah Buya Hamka
khususnya tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6466-6476. Untuk mengetahui mind set
seting sosial dakwah Buya Hamka.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 11
Untuk mengungkap makna yang tersurat dan tersirat dalam tafsir Al-Azhar juz
ke 24 halaman 6466-6476, Penulis dijembatani oleh teori psikologi sosial Gordon W.
Allport yang dikutip Ahmadi.20
Dan deskripsikan teori untuk memahami naskah
menggunakan teori Teun Van Dijk yang dikutip oleh Alex bahwa ada 6 kriteria
(tematik, skematik, semantik, sintaktik, stilisika, restoris).21
Teori psikologi sosial di atas sebagai pisau analisis dalam mengungkap seting
sosial gagasan dakwah Buya Hamka pada zamannya. Pada prinsipnya banyak teori
sosial yang ditawarkan para ahli dalam mengugkap gagasan dakwah Buya Hamka
seperti teori Max Weber yang dikutip Ahmad bahwa perubahan sosial itu disebabkan
oleh faktor ekonomi, hukum, psikologi, dan agama.22
Talcott Parson dikutip Wulan
bahwa perubahan struktur masyarakat dipengaruhi oleh adanya pola pikir baru yang
diberlakukan kepada masyarakat.23
Ibnu Khaldun dalam teorinya bahwa perubahan
sosial terjadi jika adanya pemikiran besar yang ada pada diri seseorang dalam sebuah
masyarakat sehingga dapat merubah ekpresi sosial masyarakat.24
Paradigma teori para ahli di atas, hemat penulis dalam mengungkap gagasan
dakwah Buya Hamka dalam bacaan naskah penulis memilih teori seting sosial Gordon
W. Allport dan Teun Van Dijk sebagai instrumen untuk mengungkap gagasan dakwah
Buya Hamka yang penulis baca dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6466-6476.
Peran Buya Hamka dalam melakukan pencerahan umat di Indonesia dipengaruhi
oleh berbagai macam keilmuan seperti, sastra, tasawuf, dan studi Islam lainnya yang
20
H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial: Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999),h. 4
21
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk menganalisis wacana Analsis
Semiotik dan Analisis Framing (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 74
22
Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Menegnai
Paradigma (Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 370
23
C. Dewi Wulan Sari, Sosiologi: Konsep dan teori (Cet. I; Bandung: PT. Refika Aditama, 2009),
h.150-151
24
C. Dewi Wulan Sari, Sosiologi: Konsep dan teori.... ibid., h.150-151
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 12
membentuk kepribadiannya.25
Keberanian, keihlasan dipengaruhi oleh genetik
ayahnya Haji Karim alias Haji Rasul sebagai pembaharu Islam di Minangkabau.
Berikut ini penulis deskripsikan naskah asli yang direstorasi pada percetakan di
Singapura offset. Gagasan Dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24
mulai dari halaman 6467-6476. Buku ini, telah direstorasi fontnya dari dari mesin
ketik ke komputer dengan menggunakan font transliterasi.
B. Naskah
1. Corak Pemikiran dakwah.
Corak atau haluan pemikiran dakwah dari penafsirnya, seperti halnya dalam
Tafsir al-Azhar ini. Dalam penafsirannya Buya Hamka memelihara sebaik mungkin
antara naql dan akal, dirayah dengan riwayah dan tidak semata–mata mengutip atau
menukil pendapat orang terdahulu, tetapi mempergunakan pula tujuan dan
pengamalannya. Oleh sebab itu, Tafsir al-Azhar ini ditulis dalam suasana baru di
negara yang penduduk muslimnya lebih besar jumlahnya daripada penduduk muslim di
negara lain. Maka pertikaian madzhab tidaklah dibawa, juga tidak ta’asub (fanatik)
kepada suatu faham, melainkan mencoba segala upaya mendekati maksud ayat,
menguraikan makna lafadz bahasa Arab ke dalam bahas Indonesia serta memberi
kesempatan orang buat berfikir.
Pemikiran dakwah Hamka menganut madzhab salaf yaitu madzhab Rasulullah
dan para sahabat serta ulama-ulama yang mengikuti jejaknya. Materi dakwah Hamka
ibadah dan aqidah dia memakai pendekatan taslim, artinya menyerahkan dengan tidak
banyak bertanya, melainkan meninjau mana yang lebih baik dan lebih dekat kepada
kebenaran untuk diikuti dan meninggalkan yang jauh menyimpang. Tidaklah Nabi
mengikat dengan satu cara yang sudah nyata tidak akan sesuai dengan perkembangan
zaman. Ijtihad dalam hal ini adalah solusinya dengan jalan bermusyawarah, yakni
25
M. Abdul al-Manar, Pemikiran Hamka: Kajian Filsafat dan Tasawuf (Cet’ II; Jakarta: Prima
Aksara, 2003), h. 98.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 13
memungut suara serta mengambil keputusan atau dalam bahasa sekarang disebut
prosedur sidang. Sebab dalam masyarakat mesti ada syūra.
2. Masalah Syūra
Hamka dalam karyanya tidak memberikan definisi secara jelas tentang syūra. Ia
menjelaskan bahwa Al-Quran dan hadis tidak memberikan informasi detail tentang
bagaimana melakukan syūra. Sebagai bahan pertimbangan Rasulullah dalam hal ini
memakai menteri-menteri utama seperti Abu Bakar, Umar, dan menteri tingkat kedua
yakni Usman dan Ali, kemudian terdapat enam menteri lain, serta satu menteri ahli
musyawarah dari kalangan Anshar. Islam menurut Hamka telah mengajarkan
pentingnya umat mempraktikkan sistem syūra ini. Sementara itu, teknik
pelaksanaanya tergantung pada keadan tempat dan keadaan zaman.
Sementara itu, menurut Hamka dalam Qs: as-Syra ayat 38 mengandung
penjelasan bahwa kemunculan musyawarah disebabkan karena adanya jamaah. Dalam
melakukan shalat diperlukan musyawarah untuk menentukan siapa yang berhak untuk
menjadi imam. Dengan demikian, menurut Hamka dasar dari musyawarah telah
ditanamkan sejak zaman Makah. Sebab, ayat ini (Al-Quran surah as-Syu@ra) diturunkan
di Makah. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa dalam menjalankan musyawarah harus
didasarkan pada asas al-maslah{at. Nabi dalam hal ini menegaskan segala urusan
terkait dengan dunia, misal masalah perang, ekonomi, hubungan antar sesama manusia
dibangun atas dasar dibangun atas dasar timbangan maslahat dan mafsada@t-nya.
Hamka dalam hal ini mengkontekskan ayat Al-Quran tentang syūra dalam
konteks keindonesiaan. Menurutnya, bangsa Indonesia dapat memilih sistem
pemerintahan dalam bentuk apapun untuk menjalankan roda pemerintahan, tetapi
tidak boleh meninggalkan sistem sura yang di dasarkan atas maslahat. Sampai di sini
dapat dikatakan bahwa maslahat adalah prinsip dasar dalam melakukan syūra yang
wajib dilakukan oleh setiap bangsa dan negara.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 14
3. Masalah Negara dan Kepala Negara
Hamka menyatakan bahwa suatu umat adalah semua kaum yang telah terbentuk
menjadi suatu masyarakat atau kelompok, mereka menjadi satu atas dasar persamaan
keyakinan. Adapun tegak berdirinya suatu negara atau kekuasaan dimulai sejak
manusia mengenal bermusyawarah dan bernegara, di mana kekuasaan dari segala
bentuknya adalah milik Allah, yang telah menjadikan manusia sebagai pemimpin atau
khalifah dalam menjalankan kekeuasaan tersebut, yang dibarengi dengan aturan-
aturan yang telah ditentukan Allah dalam nas.
Dalam keyakinan Islam, manusia mengatur negara bersama-sama atas kehendak
Tuhan. Pengangkatan presiden, sultan, raja harus berada di bawah kekuasaan Tuhan
yang dijelaskan dalam nas, Hamka menyebutnya dengan “Demokrasi Taqwa”.
Majunya suatu kelompok masyarakat adalah manakala mereka memegang teguh
peraturan-peraturan Allah, dan runtuhnya masyarakat manakala mereka
meninggalkan-Nya. Tidak ada satupun yang dapat menghalangi keruntuhan itu.
Sementara itu, terkait dengan syarat bagi seorang pemimpin (kepala negara),
Hamka menyatakan ada dua hal yang harus dipenuhi seorang pemimpin. Pertama,
ilmu yakni ilmu tentang kepemimpinan. Kedua, badan, yakni sehat, dan tampan
sehingga memunculkan simpati. Ditambahkan pula bahwa pemimpin tersebut haruslah
orang Islam sendiri, agar tidak menimbulkan instabilitas dan keruntuhan kaum
muslim. Lebih lanjut, Hamka menjelaskan bahwa tugas seorang pemimpin adalah
meramaikan bumi, memeras akal budi untuk mencipta, berusaha, mencari, menambah
ilmu, membangun kemajuan dan kebudayaan, mengatur siasat negeri, bangsa dan
benua.
4. Masalah Hubungan Agama dan Negara
Islam adalah suatu ajaran dari langit, mengandung syari@’at dan ibadah,
mua@malat (kemasyarakatan), dan kenegaraan. Semua datang dari satu sumber, yakni
tauhid. Tauhid tidak boleh dipisahkan, misal hanya melakukan shalat saja, sementara
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 15
kenegaran diambil dari ajaran lain. Jika ada keyakinan lain bahwa ada ajaran lain
untuk mengatur masyarakat yang lebih baik dari Islam, maka kafirlah orang tersebut,
meskipun orang itu masih melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini tidak aneh, sebab
tauhid bagi Hamka adalah pembentuk bagi tegak dan teguhnya suatu bangsa.
Hamka ketika menafsirkan Qs: al-Baqa@rah (2): 283 menyimpulkan bahwa antara
Islam dan negara adalah satu kesatuan, tidak ada yang dapat memisahkan urusan dunia
dan agama bahkan dalam kaitannya dengan masalah urusan muamalah, hubungan
manusia dengan manusia yang lain (hukum perdata). Sebab, Islam menghendaki
hubungan yang lancar dalam segala urusan. Pendapatnya ini juga ditemukan dalam
tulisannya yang lain bahwa dalam sejarah Islam tidak pernah ditemukan pemisahan
antara agama dan negara.
Teori sosiologi menyebutkan, bahwa terdapat pengaruh nilai-nilai sosial
terhadap semua persepsi tentang realitas, teori ini juga menyatakan, bahwa tidak ada
praktik penafsiran (act of commong to understanding) dapat terhindar dari kekuatan
formatif latar belakang (background) dan komunitas paradigma yang dianut oleh
seorang penafsir. Buya Hamka adalah seorang pujangga, ulama, pengarang, dia juga
dikenal sebagai politikus yang berseberangan dengan politik pemerintah waktu itu.
Oleh karena itu, Hamka ketika ia “menziarahi” ayat-ayat politik, ia berusaha
menemukan, mengidentifikasi, dan menafsirkan prinsip-prinsip fundamental dari Al-
Quran dalam kaca mata politik Islam yang dianutnya, tentunya politik yang berbeda
dengan kebijakan politik pemerintah. Hal ini tampak dari pemikirannya tentang
“Demokrasi Taqwa”, dan hubungan antara agama dan negara yang menyatu.
Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertubuhan Muhammadiyah.
Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan
khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928,
beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929,
Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian
beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi
ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 16
Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau
menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di
Yogyakarta pada tahun 1950.
Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat
Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Mukti Ali melantik
Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya
meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh
pemerintah Indonesia. Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 apabila
beliau menjadi anggota parti politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu
menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan
menyertai kegiatan gerila di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka dilantik
sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota
Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955.
Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari
tahun 1964 hingga tahun1966, Hamka telah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno
kerana dituduh pro-Malaysia.
Semasa dipenjarakanlah maka beliau mula menulis Tafsir al-Azhar yang
merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka dilantik
sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis
Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.
Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan,
penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, Hamka menjadi wartawan
beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan
Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan
Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-
Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat,
Panji Masyarakat dan Gema Islam. Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan
karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 17
(5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku
teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli. Hamka pernah menerima
beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah
kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris
Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelaran Datuk Indono dan
Pengeran Wiroguno daripada pemerintah Indonesia.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 18
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 19
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 20
4. ANALISIS NASKAH
A. Pendekatan Filologi
Menurut kamus bahasa Indonesia tahun 2008 filologi adalah Ilmu tentang
kebudayaan manusia, terutama menelaah karya-karya sastra lama atau sumber-sumber
tertulis.26
Dari terminologi ini dapat dikatakan bahwa karya tafisir Buya Hamka no 24
termasuk naskah klasik karena umurnya telah mencapai 50 tahun.
Secara fisik keadaan naskah karya Buya Hamka ini berwarna coklat dengan
cetakan seadanya dengan tidak memiliki kualitas desain cover secara profesional,
dalam artian mencetak dengan tidak menggunakan sparasi warna sebagaimana
perkembangan kualitas cetakan moderen. Tempat percetakan naskah Buya Hamka ini
di Singapura pada tahun 1973 telah direkonstruksi dengan menggunakan teknologi
computer versi 836 yang merupakan produk computer periode DOS (Disk Opertion
System) yang menggunakan versi awal untuk orang Singapura dengan menggunakan
fonts transliterasi.
B. Pendekatan Hermeneutika.
Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuin yang berarti mengartikan,
menginterpretasi,menerjemahkan, dan menafsirkan.27
Hermeneutika adalah jenis ilmu
pengetahuan yang memiliki spesifikasi untuk menapsirkan makna pada sebuah simbol
atau teks.28
Hermeneutika adalah ilmu penapsir yang mengalami perkembangan cukup
signifikan. Fenomena ini tampak pada Perguruan Tinggi di Indonesia cukup banyak
menggunakan ilmu ini sebagai mata kuliah dalam filsafat bahasa.
Perspektif hermeneutika bagi para ahli seperti Paul Ricoeur, George Gadamer
Gabriel Marcel, Husserl, Heideger, Jaspers dan termasuk pemikir hermeneutika dunia
26
Meity Taqdir Qodratillah, et.al., Balai Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional (Cet. I; Jakarta, Balai Bahasa Indonesia 2008) h. 414.
27
Paul Ricoer, The Simbolisme of Evil (Cet. IV; Boston: Beacon Press, 1967), h. 350.
diterjemahkan oleh E. Sumargono dengan Judul: Simbol-Simbol Interaksi dalam Masyarakat, h. 100.
28
Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksarah, 2006), h.80
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 21
Islam seperti Arkoun, memiliki perspektif yang berbeda-beda dalam memahami dan
menerapkan ilmu hermeneutika dalam mengungkap misteri sebuah teks(naskah).29
Hemat penulis perbedaan ini akibat dari pendidikan dan latarbelakang budaya yang
berbeda sehingga konsep tentang hermeneutika dalam penerapannya juga berbeda,
hemat penulis ini adalah sebuah hal yang sifatnya natural determinism. Perbedaan
perspektif para ahli dalam bidang ilmu hermeneutika tersebut memberikan banyak
pilihan bagi penulis untuk memilih perspektif yang relevan dengan capacity
kompetensi keilmuan penulis.
Naskah Buya Hamka yang penulis ingin ekplorasi mulai dari halaman 1667-1678
jadi sekitar 12 halaman paa tafsir Buaya Hamka Juz ke 24 dengan menggunakan
hermeneutika Hans Geroge Gadamer. Gamader memiliki 4 pertanyaan dalam
mengungkap misteri dibalik sebuah naskah yakni: Apa bangunan teks tersebut, Istilah
yang digunakan dalam naskah tersebut, Motivasi dalam menulis naskah tersebut dan
Setting sosial yang mempengaruhi lahirnya sebuah teks, Kompetensi keilmuan.
Geonologi pemikiran dakwah Buya Hamka dalam kajian tafsir ini menurut
pemahaman penulis cenderung dipengaruhi oleh Rasyid Rid}a dan Muhammad Abduh,
dan Jalaluddin Al-Afgani dalam merangkai tafsir al-Azharnya yang ditulis dipenjarah.
Seting sosial sewaktu menulis tafsir Al-Azahar Buya Hamka banyak perasaan duka-
cita yang diselingi kedamaian hikmah yang menyelimuti perasaan sehingga banyak
pikiran yang dapat diekplorasi untuk menjadi bahan renungan dakwah kedepan.
1. Apa bildung (perasaan kebatinan yang dicurahkan dalam naskah): Gadamer
menggunakan istilah bildung meliputi budaya kebatinan, ketajaman pikiran,
gaya dan ekspresi pesan yang tergambar dalam sebuah teks: Perasaan Buya
Hamka yang digambarkan dalam naskah Tafsir Al-Azhar Juz ke 24 halaman
1676 menggambarkan adanya keyakinan yang kokoh sebagai rijal Dakwah
dalam mencapai maqam hikmah QS al-Baqarah (2) : 269
29
ibid
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 22


Terjemahnya:
Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan
As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah).
Penapsiran Buya Hamka dalam ayat ini memiliki relevansi dengan kondisi
sosial ketika ditangkap oleh Presiden Sukarno sebagai penguasa dan Hamka
sebagai pelaku dakwah. Untuk menegakkan dakwah ditengah-tengah penguasa
yang Kejam dengan mempertahankan kekuasaannya juga memiliki konsep
dakwah, sementara Dai dan Muballigh juga memiliki konsep dakwah. Hemat
penulis penapsiran yang dapat penulis ungkapkan dalam naskah tafsir Juz 24
adalah: perlunya seorang dai ahli dibidang kaidah-kaidah usul piqh. Pekerjaan
yang mulia di dunia ini adalah dakwah dan pengembangan ilmu dakwah jika
kerap kali menggunakan pedang gunakanlah pedang demi tegaknya panji-panji
kemerdeakaan Islam. Hemat penulis usaha dakwah dewasa ini perlu modifikasi
dan kemasan pengembangan dan sifatnya pemberdayaan ekonomi, kesehatan
dan pendidikan, ketiga ini sebagai materi dakwah yang perlu penajaman serta
pembinaan sebagai usaha untuk mensejahterakan umat dari keterpurukan ke 3
sebab terjadinya disharmonisasi.
2. Bagaimana rasa bahasa yang diginakan dalam naskah: rasa bahasa yang
digunakan Hamka sangat kompleks, berbau sastra, dialeg minang, dan
nasionalisme Islam keindoensiaan yang kental dalam rasa bahasa yang di
ekspresikan dalam tulisannya. Estetika memanfaatkan simbol bahasa dalam
meletakkan kata demi kata, kalimat demi kalimat yang dapat memacu adrenalin
pembaca. Gaya bahasa dapat membawa pembaca dari hal yang abstrak ke
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 23
suasana yang sifatnya realitas dengan menggunakan perumapamaan (Amstal)
yang mudah dicernah oleh otak manusia. Hemat penulis model ini dapat
dijasidikan sebagai bekal bagi praktisi Dai dan Muballigh atau motiovator dalam
memberikan sugesti bagi pekerja untuk lebih giat dan kreatif dalam menjalani
tugas kesehariannya.
3. Motivasi dalam menulis naskah tersebut dan Setting sosial yang mempengaruhi
lahirnya sebuah teks: Motivasi dalam menulis tafsir ini adalah cita-cita yang
lama terpendam dan dipenjarahlah ekprsei itu disalurkan dengan berpendapat
bahwa jika Tuhan memberikan hikmah pada seseorang dimanapun ia berada dan
dalam kondisi apa pun tetap menjadi sebuah kaljauhar bagi dirinya dan orang
lain. Hemat penulis motivasi menulis tapsir al-Azhar karena konpetensi yang
diberikan oleh ulama dari Kairo Universitas al-Azhar semata-mata
pengembangan keilmuan dan pencerahan kepada umat pentinnya mengungkap
pesan-pesan dari Al-quran yang belum maksimal dipublikasikan oleh ulama
Indonesia pada masa tersebut. Buya Hamka merangkai pesan yang penulis
fahami dalam naskah dakwah Buya Hamka adalah dalam tafsir Al-Azhar juz ke
24 halaman 6467 terdiri dari: Perkataan yang baik, Amal Shaleh, Keteladanan
dalam perbuatan, Pekerjaan yang paling mulia adalah Dai dan Muballigh,
Keteladanan secara sosial dan spiritual, dan berserah diri pada Allah. Selain itu
Dai dan Muballigh juga perlu ditopang oleh:
1. Kekuasaan: dengan memegang kekuasaan pelaksanaan dakwah dapat efektif
karena ditopang oleh Negara. Teknik publikasi dakwah yang di topang oleh
pemerintah maka sistem dakwah tersebut tetap berjalan sesuai perencanaan
seperti program Dakwah yang dilakukan oleh Kementrian Agama sekarang
ini.
2. Kekuatan: Materi keilmuan dan analisis sistem informasi dakwah ditopang
oleh kekuatan ekonomi yang mapan dan pemilihan informasi yang jitu pada
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 24
mad’u. Desain sistem informasi dakwah yang kokoh akan melahirkan
tingkat penyerapan yang menggembirakan.
3. Budipekerti: hemat penulis fahami dari Buya Hamka dalam gagasan
Dakwahnya lebih mengedepankan perbuatan daripada lidah. Perbuatan yang
dapat memberikan keteladanan merupakan model dakwah bi al-hal yang
menurut Buya Hamka lebih efektif dibanding model Dakwah yang lain.
Usaha yang paling baik dari segala yang terbaik.
4. Taktik: menurut Buya Hamka “Dan tidaklah sama di antara kebaikan dengan
kejahatan, tangkislan dengan cara yang lebih baik.” seorang Dai dan
Muballigh ada beberapa hal yang perlu menjadi pondasi sifat seorang Dai dan
Muballigh a). Melakukan dakwah menyeru kepada manusia kepada Allah. b).
Beramal yang shaleh dan. c). Selalu melatih diri sendiri bahwa untuk
kejayaan diri dalam hubungan dengan Allah jangan lupa berserah diri kepada
Allah karena orang berserah diri itu adalah Islam yang sejati.30
Hemat penulis Buya Hamka memiliki kecerdasan intelektual, dari bacaan
penulis dalam menjelajahi naskah Buya Hamka. kaitanya dengan penafsiran Al-
Quran, manusia memiliki kemampuan membuka cakrawala atau perspektif, terutama
dalam memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang mengandung z}anni al-dila@lah
(unclear ststement). Dari sini tidak dapat disangsikan terdapat penafsiran yang
beragam terkait dengan masalah publikasi dakwah dan politik antara lain: pertama,
yang menyatakan bahwa Al-Quran memuat ayat-ayat yang menjadi landasan etik
moral dalam membangun sistem sosial politik dan gerakan dakwah. Kedua, Al-Quran
sebagai sumber paling otoritatif bagi ajaran Islam, sepanjang terkait dengan masalah
politik tidak menyediakan prinsip-prinsip yang jelas, demikian pula dengan as-sunnah.
Ketiga, terdapat penafsiran yang menyatakan Al-Quran mengandung aturan berbagai
30
Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t), h. 6471.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 25
dimensi kehidupan umat manusia di dalamnya termasuk mengatur sistem informasi
dakwah dan mengatur sistem pemerintahan Islam.
C. Pendekatan Hermenetika
Pengertian hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneou atau
hermeneuin berarti: mengingterpretasikan, menerjemahkan dan menafsirkan.31
Pendekatan hermeneutika ini salah satu disiplin ilmu yang menyelediki dan ilmu
tafsiran untuk mengungkap pesan dibalik teks. Dalam kajian bermacam-macam model
penggunaannya tapi dalam kajian ini penulis memilih datu satu tokoh Hemeneutika
dari Jerman pada abad ke 20 yang popoler pada tahun 1900 yaitu Hans George
Gadamer.
Konsep Hemeneutika Hans George Gadamer ini dalam mengungkap sebuah
fakta yang dikutip oleh E. Sumargono sebagai berikut: 1). Taste (Selera/Gaya masa
itu), 2). Etika dan Estetik: Padangan etika pada masa teks itu dikonstruksi, 3). Sensus
Commusmis: (Pandangan yang mendasari seorang individu atau komunitas bagaimana
mereka menafsirkan peristiwa masa lampau dan masa akang datang. 4). Bildung
(Meliputi Sejarah, Budaya, setting sosial, Dunia eksternal dan internal, style).
Dari keempat kriteria konsep Hemeneutika Gadamer yang penulis fahami dari
cara kerja Hermenetika dan daya ekplanasi sebagai berikut:
1. Bildung (Meliputi Sejarah, Budaya, setting sosial, Dunia eksternal dan internal,
style).
a. Aspek sejarah keilmuan Hamka dalam kitab tafsirnya dipengeruhi oleh
Rasyid Rida dan Muhammad Abduh, karena pada masa Buya Hamka
Kitab Tafsira yang berperan di Asia Tenggara adalah dua Ulama besar itu
yaitu Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh.
31
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa Makna dan Tanda (Cet.
I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.165
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 26
b. Aspek Setting sosial: Problematika sosial pada saat Buya Hamka menulis
karya itu berada dalam penjarah. Paktor yang mendasari Buya Hamka
masuk penjarah akibat tidak sepaham (Soal Politik) dengan pemerintahan
Sukarno. Perbedaan pandangan ini semakin keras ketika ada pertemuan
dengan presiden Sukarno Buya Hamka dengan suara agak keras
mengeluarkan pendapat yang dapat merusak reputasi Presiden Sukarno
sehingga Buya Hamka dijebloskan kedalam penjarah.
c. Aspek Peran dunia eksternal dan Intrernal: Peran Buya Hamka pada masa
itu memiliki kekuatan politik dari Timur tengah, Pemerintahan Malesya
akibat jaringan inteketual dan masyarakat Indonesia karena mantan
menteri agama. Hemat penulis tentang pengaruh Buya Hamka di luar dan
dalam negeri cukup signifikan sehingga Presiden Sukarno merasa
terganggu dan dapat berbahaya terhadap jalannya roda pemerintahannya
sehingga dengan sikap kekerasannya menjebloskan Buya Hamka ke dalam
penjarah. Dalam dalam penjarah inilah Buya Hamka menulis tafsir Al-
Azhar. Penekanan Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman
6467-6476 yang penulis fahami adalah: Kekuasaan, kekuatan, taktik dan
Budipekerti. 32
Tekanan (aksentuasi) 4 kalimat di atas tang ditekankan
oleh Buya Hamka dalam naskah dakwah. Pesan yang penulis fahami dalam
naskah dakwah Buya Hamka adalah kecerdasan seorang calon Dai dan
Muballigh memberikan aksentuasi pada kalimat tertentu untuk merespon
naluri pendengar (mad’u). Penekanan kalimat menurut Buya Hamka
tersebut relevan dengan sejarah dakwah Rasulullah yang erat kaitannya
keahlian seorang Dai dan Muballigh dalam menyampaikan pesan dakwah
perlu ada tekanan pada kalimat-kalimat tertentu. Kriteria pemilihan calon
32
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing ….op. cit., h.75.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 27
Dai dan Muballigh untuk penyebaran informasi keislaman ada hadis
Rasulullah diriwayatkan oleh Bukhari dalam hadis berikut ini.
Artinya:
Sewaktu Rasulullah saw. mengutus Mu’az ke Negeri Yaman, beliau berpesan
kepadanya: Wahai Mu’az engkau akan mendatangi suatu kaum yang ahli kitab.
Yang pertama kali harus engkau sampaikan kepada mereka adalah ajakan untuk
mengesakan Allah swt. setelah mereka menerima ajakanmu itu, maka beritahukan
kepada mereka Allah mewajibkan atas diri mereka melakukan s}alat sehari semalam
(5 kali). Bila mereka sudah mau melaksanakan shalat semalam lima kali, maka
beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah swt. mewajibkan atas diri mereka
membayar zakat. Yakni harta zakat yang diambil dari orang-orang kaya, kemudian
diberikan kepada orang-orang yang fakir di antara mereka. Kalau yang demikian
sudah dilaksanakan, maka jagalah mereka engkau perangi serta hormatilah mereka,
dan jagalah harta benda serta darah keturunannya. (HR. Bukhari).34
Hadis Rasulullah saw di atas yang diriwayatkan oleh Bukhari, hemat penulis
relevan dengan taktik dakwah Buya Hamka pada hal 6471. Rasulullah saw. memilih
Mu’az ke Yaman kenapa bukan sahabat lain? Hal ini dapat memberikan banyak
inspirasi dibalik hadis tersebut, yang mempertegas bahwa pemilihan kata dan kalimat
dalam berdakwah. Menurut analisis penulis bahwa Mu’az memiliki kompetensi
komunikasi qaulan layyinan, qaulan baliggah dan tingkat keilmuan yang memaDai
33
Muhammad bin Idris Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 2 (Cet. III; Beirut: Dar
Ibn Kastsir, 1407 H-1987 M), h. 529.
34
Muhammad bin Idris Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 2………ibid. h.529
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 28
dalam melakukan ajakan dakwah kepada ahli kitab disaat itu, sehingga Rasulullah
saw. memilih Mu’az sebagai penerima amanah tersebut.
Inspirasi hadis di atas dalam naskah Buya Hamka pada halaman 6471 ada 3
prinsip yang menjadi indikator sebagai calon kader dakwah yakni: 1. Melakukan
dakwah kepada manusia, 2. Beramal yang shaleh (prilaku keteladanan sebagai
komunikasi non verbal) atau dapat di istilakan dakwah bi al-Hal. 3. Berserah diri
adalah kunci kader dakwah (muslim sejati).35
Penekanan gagasan dakwah Buya Hamka pada halaman 6471 juga memberikan
makna bahwa kader dakwah itu tidak semulus perjalanan yang menyenangkan, tetapi
kerap kali juga mendapat rintangan, hambatan jika mendakwakan ajaran-ajaran
kenabian. Menurut Buya Hamka yang penulis pahami bahwa rintangan itu perlu ada
pemetaan problem solving yang jelas dengan melakukan upaya menangkis
permasalahan yang buruk dengan kelembutan budi pekerti yang luhur. Jangan ada
kecendrungan karena berada pada posisi yang benar kader dakwah seenaknya
menyerang pihak yang salah dengan membabi buta, menurut Buya Hamka ini tidak
memiliki landasan yang kuat.
Budi pekerti yang luhur adalah kekuatan dakwah yang spektakuler gagasan
dakwah Buya Hamka tersebut dapat dilihat pada halaman 6472 dalam naskah dakwah
Buya Hamka dia datang dengan benci maka sambutlah dengan rasa kasih sayang.
Seorang Dai dan Muballigh dapat menjadikan pedoman ini sebagai motivasi yang
kokoh jika ingin berhasil dalam melakukan dakwah.
Allah bersabda maka tiba-tiba terjadilan orang-orang yang di antara engkau dengan
dia itu tadinya ada permusuhan, seolah-olah teman yang setia (ujung ayat 34).36
Seting sosial tantangan ini dapat mengambil pelajaran pada kekuatan psikologi
Rasululah saat hijrah ke Madinah mendapat tantangan dari pihak Quraisy yang
dipimpin Abu Sofyan sebagai pendekar Qurasy yang hebat pada masanya. Pada
35
Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t),…..op. cit., h. 6471.
36
Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t),…..ibid., h. 6472.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 29
mulanya Abu Sofyan menganggap enteng tentara Rasulullah tetapi setelah Rasulullah
memperlihatkan kekuatannya oleh pamannya Abbas, lalu Abu Sofyan melihat yang
membentengi Rasulullah kiri dan kanan ada 10.000 tentara Islam. Kekuatan ini secara
psikologi Abu Sofyan menjawab begitu besar tentara mu ya Ibnu Abbas. Ibnu Abbas
menjawab ini bukan kerajaan anakku tetapi tetanra Allah. Karena melihat seting sosial
yang didesain Rasulullah sehingga Abu Sofyan mengatakan kepada Ibnu Abbas paman
Rasulullah “kalau sudah demikian adanya maka pada hari ini saya mengucapkan tiada
Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Kekuatan kelembutan budipekerti menurut Buya Hamka ini terinspirasi dari
desain keteladanan Rasulullah saw. menjadi Abu Sofyan sebagai orang Qurasy yang
menentang Rasulullah menjadi teman dan bahkan dia yang memimpin dakwah di
medang perang. Hikmah dari peristiwa ini Buya Hamka pernah memberikan selembar
pesan saat berada penjara kepada keluarganya dan kerabatnya bahwa menegakkan
kebenaran membutuhkan kekuatan budipekerti yang luhur yang dapat memberikan
kekuatan yang dahsyat, hindari pertentangan perbanyak teman sebarkan kebenaran
dengan cara-cara yang bijak.
Hemat penulis pesan yang tersirat yang ingin disampaikan oleh Buya Hamka
kepada pembaca bahwa cara yang ia tempuh dengan melakukan konprontasi dengan
presiden Sukarno melawan arus kekuasaan tidak efektif dalam menyebarkan
kebenaran. Orang yang memiliki jiwa pemarah, cepat naik darah, temperamen tinggi
sehingga kehilangan pedoman, jiwa terganggu oleh napsu syetan, pendendam, khianat,
mengeluarkan kata-kata yang tidak baik ada adalah tanda kekerdilan jiwa.37
Hemat
penulis yang dapat difahami dalam Naskah dakwah Buya Hamka ini jika hal ini terjadi
pada kader Dai dan Muballigh maka ini adalah musibah yang membutuhkan penyucian
diri dengan melakukan penyerahan diri dan bertobat pada Allah sebagai pengendali
kekuatan kerohanian setiap umat manusia.
37
Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t),…..ibid., h. 6475.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 30
Kekuatan kerohanian ini muncul hemat penulis lahir dari ekspresi seseorang jika
telah melalui proses rintangan dan tantangan. Kematangan fisik dan kerohanian
manusia pada usia 40 tahun ke atas sebagaimana Buya Hamka pada umur 17 tidak
sama karakter tulisannya setelah berumur 55 tahun keatas. Hal ini tampak dalam
tulisanya dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24.
Menurut ilmu psikologi kepribadian Gardner Murphy yang kutip oleh Sumadi
bahwa pada umur 40 tahun ke atas manusia cenderung pada penyucian jiwa.38
Dalam
artian pada umur ini naluri manusia lebih dekat pada Tuhannya. Ekpresi yang keluar
dari mulutnya cenderung lebih lembut dan bijak dalam menyikapi setiap permasalahan
tidak emosional seperti umur dibawah 40 tahun.
Inilah hikmah Rasulullah di angkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun. Karena
teori kepribadian Gardner Murphy yang kutip oleh Sumadi menunjukkan bahwa organ
tubuh secara anatomi mengatur metabolisme tubuh untuk lebih pada perbuatan-
perbuatan yang baik. Adrenalin berkerja secara positif lebih kencang jika dibarengi
dengan kekuatan zikir.
Hal ini juga diperkuat oleh ahli sel dan DNA dari jepang Kazuo bahwa pada saat
umur 40 tahun ke atas kinerja sel yang berjumlah 63 trillyun akan berkerja menuju
pusat penyerahan kepada Tuhannya secara otomatis sehingga tampak pada prilaku
manusia pada hal-hal yang sifatnya rohani.39
2. Sensus Commusmis: (Pandangan yang mendasari seorang individu atau
komunitas bagaimana mereka menafsirkan peristiwa masa lampau dan masa
akang datang. Geonologi pendidikan dan pemikiran dakwah Buya Hamka dalam
kajian tafsir ini menurut pemahaman penulis cenderung dipengaruhi oleh Rasyid
38
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Cet. I; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), h.
346-347.
39
Kazuo Murakami, The Divine Code life: Awaken Your Genes & Discover Hidden Talents (New
York: Beyond Publishing, 2006) diterjemahkan oleh: Winny Prasetyoati dengan Judul: Tuhan dalam
Gen Kita (Cet. VI; Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2008), h. 31.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 31
Rid}a dan Muhammad Abduh, dan Jalaluddin Al-Afgani. Ketiga pemikir ini
memberikan kontribusi pemikiran dalam merangkai pemikiran Buya Hamka.
Seting sosial sewaktu menulis tafsir Al-Azahar Buya Hamka berada dalam
penjarah dan banyak waktu melakukan perenungan tentang menjadi kader-kader
dakwah yang telah dilalui dan kader dakwah kedepan. Buya Hamka dari rasa bahasa
penulis fahami beliau inginkan pentingnya pemimpin dakwah memiliki jiwa tegar dan
berprilaku budipekerti yang luhur.
Gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai
dari halaman 6467-6476 dapat difahami dengan menggunakan sebuah teori untuk
mendekati makna yang tersurat dan tersirat dalam teks. Penulis menggunakan teori
Teun Van Dijk yakni memahami dan memaknai teks dan teori Gordon W. Allport
seting sosial yang berlaku secara makro dan mikro. Dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24
mulai dari halaman 6467-6476. memahami teks dakwah Buya Hamka dalam tekstual
dan Kontekstual.
Secara harfiah tema berarti: sesuatu yang diuraikan. Tema juga berarti pokok
peristiwa yang penting.40
Tema dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24
mulai dari halaman 6467-6476 terdiri Gagasan Pemikiran Dakwah, Kekuasaan,
Kekuatan, Budipekerti, dan Taktik. Teknik memaknai teks secara skematik ini
adalah mempelajari bentuk struktur dan unsur-unsur sebuah teks.41
Naskah gagasan
dakwah Buya Hamka dirangkai dengan menggunakan bahasa yang cukup mudah
difahami. Gagasan dakwah Buya Hamka dilandasi oleh QS Fushilat(41): 33 dan
diakhiri ayat 42. Dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6467-6476.42
Buya Hamka
membuka pembahasannya dengan mengutip ayat QS Fushilat(41): 33
40
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h.75.
41
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing …ibid., h.76.
42
Ahmad Syafi’i Ma’arif, “Posisi Sentral al-Qur'an dalam Studi Islam”, dalam Taufik Abdullah
Al-Ah}ām al-Sult}āniyyah (Beiru@t: Dār al-Fikr, t.t.), hlm. 3.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 32
43
Terjemahnya:
Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, dan beramal yang shalih, dan berkata: "Sesungguhnya aku ini Termasuk
orang-orang yang menyerah diri.44
Terjemahan ayat Alquran yang digunakan Buya Hamka ada perbedaan pemilihan
kata dan kalimat dengan Terjemah Alquran perkata type hijaz: Syamila Alquran tahun
2007. Tetapi dalam kajian ini penulis memilih terjemahan Buya Hamka dalam
menerjemahkan QS Fushilat(41): 33 sebagai pembuka dalam tulisan Buya Hamka
sama dengan M. Natsir Fiqhud Da’wah M.Natsir mengutip ayat tersebut tanpa
komentar.45
Ayat ini dikutip oleh kedua tokoh dakwah tersebut hemat penulis bukan
untuk sekedar menambah halaman buku tetapi menjadikan ayat ini sebagai landasan
normatif terhadap implementasi dakwahnya.
Gagasan Dakwah ini, hemat penulis masih sangat relevan untuk dijadikan
sebagai kekayaan cara pandang dan khazanah intelektual bagi Dai dan Muballigh
dewasa ini. Karena era moderen identik dengan sifat-sifat materialisme lebih
mendominasi pola hidup sebagian kader dakwah.46
Kondisi faktual ini, hemat penulis
terjadi perubahan model dakwah pada masa Buya Hamka mulai tahun 1927-1981 saat
Buya Hamka wafat. Secara substansi gagasan dakwah Buya Hamka sama pada masa
sekarang ini. Tetapi yang berbeda adalah jiwa militansi dan semangat juang dakwah
yang berbeda. Kalo Hamka kaya dengan referensi dalam berdakwah pada masa modern
ini Dai dan Muballigh lebih pada selebritis (penghibur) bukan sang pencerah.
43
Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemah Perkata Type Hijaz:Syamila
Alquran, (Cet. Jakarta: Sigma, 2007), h.480.
44
Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t), h. 6466.
45
Thoir Luth, M. Natsir Dakwah dan Pemikirannya (Cet. I;Jakarta: Gema Insani Press, 1999),
h. 65
46
Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009),
h.216.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 33
Teknik mengetahui sebuah naskah dapat difahami adalah memudahkan
pemilihan kata yang dapat diketahui apa makna dibalik teks.47
Naskah dakwah Buya
Hamka jika dijelajahi melalui pendekatan semantik ada beberapa hal yang menjadi
prioritas menjadi Dai dan Muballigh yang penulis fahami dari halaman 6467-6471
yang sejati yakni:
 Dakwah adalah misi dari semua Nabi dan Rasul, hal ini menunjukkan bahwa
kriteria manusia yang terbaik dari yang baik adalah menjadi kader dakwah
dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan mengawali pembahasannya
mengutip QS Fussilat (41): 33. Iintinya adalah orang yang baik adalah manusia
sejati adalah orang yang dalam perkataannya mengandung nilai dakwah yang
dapat memberikan pencerahan pada dirinya dan anak adam yang lain.
 Pernyataan orang kafir pada hal. 6467 faragraf ke 2 menyatakan terus terang
bahwa hati mereka tertutup, telinga mereka tersumbat dan ada dinding yang
membatasi. Hemat penulis makna yang dapat diambil dari pernyataan Buya
Hamka disini adalah siapa saja yang memiliki hati tertutup, jiwa yang kering
dengan nilai-nilai kemanusian, kerohanian maka orang yang seperti ini wajib
hukumnya mendapat pencerahan untuk membangkitkan jiwa kemanusiaan
yang sejati. Adapun manusia sejati yang penulis maksudkan dalam makalah ini
adalah manusia yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan dalam QS Fussilat ayat
(41): 33.
 Berserah diri yang dimaksudkan adalah meneguhkan hati, istiqamah memiliki
suasana kebatinan yang kokoh terhadap ancaman yang datang dari dalam dan
dari luar.
 Sebelum berdakwah perteguh Kepribadian: Makna yang penulis fahami dalam
Naskah Dakwah Buya Hamka disini adalah Perteguh pendirian dengan
berbagai referensi keilmuan yang mapan, tidak gentar/mundur walau setapak
47
Abdul Khaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: edisi revisi (Cet. I; Jakarta:PT. rineka
Cipta, 2009), h12
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 34
dari akidah yang telah diyakini walaupun disuguhkan kekayaan dunia yang
melimpah, keteguhan hati dan keyakinan yang kokoh akan melahirkan jiwa
pemberani, tidak takut menghadapi bahaya dan dapat menghilangkan rasa
sedih jika penderitaan telah menimpah. Pemikiran Buya Hamka ini, pernah
dikutip oleh Sukarno saat memberikan pidato kenegaraan pada tahun 1951
di istana kepresidenan yang penulis transkrip lewat audio visual arsip
Nasional.
Tuhan kekal dan abadi, Tuhan satu dan kepercayaan kepada tuhan yang
satu inilah, Tauhid inilah, yang api yang berkobar-kobar dan menyala-
nya dalam Alquran itu, dan jika Alquran itu pula telah berkobar-kobar
dan menyala-nyala pula dalam dadanya seorang manusia maka manusia
seperti yang dikatan oleh saudara Buya Hamka adalah manusia yang
tidak takut mati.48
3. Etika dan Estetik: Padangan etika pada masa teks itu dikonstruksi
Terminologi stilistika berasal dari kata style (gaya bahasa) yang digunakan Buya
Hamka untuk menyatakan maksudnya.49
Gaya bahasa yang digunakan Buya Hamka
yang tertuang dalam naskah ini, penulis fahami adalah tidak seperti tulisanya pada
Novel tenggelamnya kapal Van Der Wicjk yang lebih banyak menggunakan kata dan
kalimat sastra dalam mengungkapkan peristiwa tenggelamnya kapal Van Der Wicjk.
Tetapi penulis fahami Buya Hamka lebih menggunakan bahasa populer yang santun
dan mengarah pada bahasa layyinan (kelembutan). Hal itu tampak dengan membuka
tulisannya dengan mengutip ayat Fussilat (41): 33-42 yang memberikan informasi
kepada pembaca menggunakan bahasa yang lembut dalam menyeru kepada kebaikan.
Gaya bahasa Buya Hamka juga sangat realistis seperti pada halaman 6471
faragraf ke 4 baris terakhir bahwa jika mendapat serangan dalam berdakwah
48
Arsip Nasional Sukarno, Transkrip Audio Visual Pidato Presiden RI Pertama, Pada peringatan
Maulid Nabi Muhammad saw. di Istana mederka Jakarta pada tahun 1951.
49
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing …op.cit., h.76.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 35
“tangkislah dengan cara yang lebih baik” kata tangkislah hemat penulis adalah pilihan
kata yang tepat dan cukup populer ditelinga masyarakat Indonesia. Model pemilihan
gaya bahasa Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 ini mudah difahami oleh
pembaca. Hal ini tampak pada naskah tulisan Buya Hamka menempatkan kata dan
kalimat sesuai daya serap pembaca. Gaya bahasa dalam naskah Dakwah Buya Hamka
dijadikan sebagai media untuk menyampaikan maksudnya kepada pembaca.
Pesan kontekstual Buya Hamka dalam sebuah pesan teks juga perlu
diperhatikan ekspresi dan metafora narasi yang digunakan.50
Dari teknik ini Buya
Hamka menggambarkan apa adanya tidak bertele-tele tetapi langsung pada pokok
yang dikaji. Penulis merasakan bahasanya tidak hiperbolik (berlebihan). Buya Hamka
mengekspresikan pikiran dan gagasan dakwahnya dalam bentuk bahasa yang
sederhana dan tidak tergesa-gesa.
Gaya gahasa bahasa Buya Hamka cenderung pada penggambaran dengan gaya
kisah pada perumpamaan dakwah Raslullah sebagai ibrah (Pelajaran). Pesan yang
ingin disampaikan Buya Hamka kepada kader-kader dakwah adalah kalau Rasulullah
saw saja mendapat rintangan dan tantangan dalam berdakwah apalagi seperti manusia
biasa para Dai dan Muballigh sebagaimana Buya Hamka di dalam penjara. Ini
menggambarkan bahwa sebagai calon Dai dan Muballigh perlu manusia-manusia
pilihan yang memiliki profesionalisme, kekuatan metodologis, spiritualitas, jiwa yang
kokoh pantang menyerah dan budiperkerti yang luhur.
Seorang Dai dan Muballigh harus memiliki jiwa sanubari dan motivasi yang suci
sebagaimana digambarkan Buya Hamka dengan mengutip ayat QS Fussilat (41): 42
Buya Hamka menutup pokok bahasan tentang takntik dakwah dengan ayat Fussilat
(41): 42.

Terjemahnya:
50
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik
dan Analisis Framing…….. op.cit, h.78.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 36
yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
4. Taste (Selera/Gaya masa itu): selera hamka dalam berdakwah sangat nampak
terhap pengutipan ayat

Terjemahnya:
siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk
orang-orang yang menyerah diri?"
Dai dan Muballigh maka saatnya melakukan perkejaan yang mulia yakni
menyebarkan dan menyemaikan benih-benih pencerahan, kedamaian dan
pembebasan umat dari sifat dan sikap yang menjerumuskan pada kekafiran dan
kegelapan hidup.
Mencari kekuasaan sebagai pondasi kekuatan dakwah: alasan Buya Hamka
ini adalah alasan dengan pendekatan historis. Hemat penulis naskah dakwah pada
hal. 6468 paragraf ketiga menjelaskan bahwa semua para Nabi berhasil karena
didukung oleh kekuasaan seperti: Rasulullah pamannya dan Istrinya, Musa (Istri
Firaun), Harun membangun kekuasaan Bani Israil, kemudian Daud dan Putranya
Sulaiman. Kekuasaan memiliki peran esensial dalam menerapkan pesan-pesan
Tuhan. Calon Dai dan Muballigh harus memiliki ekonomi yang mapan,
keteladanan dan ilmu supranatural sebagai kekuatan ekstra menopang publikasi
dakwah.
Penulis tambahkan untuk era moderen ini perlu Dai dan Muballigh selain
memiliki kompetensi di atas juga perlu memiliki JDG (Jaringan Dakwah Global)
yang terintegrasi dengan semua pemegang kendali kekuasaan. Dalam artian harus
memiliki kerjasama dengan berbagai pihak untuk membangun kerjasama
melakukan perbaikan budipekerti. Dengan menguasai piranti-piranti teknologi
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 37
informasi sebagai media penyiaran dakwah teknologi informasi juga efektif
sebagai teledakwah. Jika hal ini dapat implementasikan maka secara otomatis
publikasi dakwah dapat memberikan pencerahan kepada umat manusia yang lebih
besar dan efektif.
5. KESIMPULAN
a. Geonologi pendidikan dan pemikiran Buya Hamka dari keturunan penggagas
pembaharuan Iskam di Minangkabau (Sumatra Barat). Buya Hamka memiliki
Guru dari berbagai belahan dunia seperti: Eropa, Mesir, Arab Saudi, dan
berpegang pada 4 mazhab (penganut Multi mazhab).
b. Kondisi seting sosial sewaktu menulis Buku ini Buya Hamka berada dalam
penjara akibat terjadi benturan pemikiran yang tidak bisa dipersatukan dengan
Presiden Sukarno, karena Sukarno Buya telah mengusik kekuasaannya maka
Buya dijebloskan dalam penjara.
c. Gagasan pemikiran Dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24
mulai dari halaman 6467-6476 terdiri 4 pokok yaitu: Gagasan Pemikiran
Dakwah: Jiwa yang kokoh, ilmu yang mapan, Kekuasaan, kekuatan
Budipekerti yang luhur, Taktik (metode dakwah).
DAFTAR PUSATAKA
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 38
Abu Abdillah al-Bukhari, Muhammad bin Idris. S{ah}ih} al-Bukhari, juz 2 Cet. III;
Beirut: Dar Ibn Kast}ir, 1407 H-1987 M.
Ali Aziz, Mohammad. Ilmu Dakwah: Edisi Revisi Cet. Jakarta: Prenada Media
Group, 2009.
Ahmadi, H. Abu. Psikologi Sosial: Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT.Rineka Cipta,
1999.
Al-Manar, M. Abdul. Pemikiran Hamka, Kajian Filsafat dan Tasawuf, (Cet.t.c;
Jakarta: Prima Aksara, 1993), h. 32.
Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir. Hakikat Sistem Politik Islam, (Yogyakarta:
PLP2M, 1987.
Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
teori Komunikasi (Cet. I;Yogyakarta: Jalasutra, 2010
Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemah Perkata, Syamila
Alquran, Cet. Jakarta: Sigma, 2008
Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Pustaka panjimas,
1984), h.16 diakse pada website buya_hamka www.http.go.id diakses pada
tanggal 17 Oktober 2010 jam 21: 23.
Hamka, Buya. Tafsir Al-Azhar, Juz le 24. Singapura: t.t),
Luth, Thoir. M.Natsir Dakwah dan Pemikirannya Cet. I;Jakarta: Gema Insani Press,
1999.
Ma’rif, Syafi’i. Gerakan Dakwah Muhammadiyah (Artikel Ilmiah Diakses pada
Website pemuda muhammadiyah pusat) alamat website.www.http//
dakwah_pembaharuan.go.id diakses pada tanggal 21 Oktober 2010, Jam 13:20.
Wit.
Murakami, Kazuo. The Divine Code life: Awaken Your Genes & Discover Hidden
Talents (New York: Beyond Publishing, 2006) diterjemahkan oleh: Winny
Prasetyoati dengan Judul: Tuhan dalam Gen Kita Cet. VI; Jakarta: PT. Mizan
Pustaka, 2008.
Khaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: edisi revisi Cet. I; Jakarta:PT.
Rineka Cipta, 2009.
Rujukan: Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet: II; Jakarta: Yayasan
Nurul Islam, 1979) h. 90. Di akse pada situs Buya Hamka
www.http//hamka.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010 16: 12 wit.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 39
Saifuddin, Achmad Fedyani. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis
Menegnai Paradigma Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
Sukarno, Transkrip Audio Visual Pidato Presiden RI Pertama, Pada peringatan Arsip
Nasional Maulid Nabi Muhammad saw. di Istana mederka Jakarta pada tahun
1951.
Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI
Press, 1993.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian (Cet. I; Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2008.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk menganalisis wacana
Analsis Semiotik dan Analisis Framing Cet. IV; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sjafril, Akmal. Analisis terhadap kekuasaan Pemerintah: Sejarah telah membuktikan
bahwa seringkali penegak keadilan itulah yang membengkokkan keadilan. Pada
tangga 22 Oktober 2007.
Syafi’i Ma’arif, Ahmad. “Posisi Sentral Al-Quran dalam Studi Islam”, dalam Taufik
Abdullah Al-Ah}ām al-Sult}āniyyah Beiru@t: Dār al-Fikr, t.t
Saifuddin, Achmad Fedyani. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis
Menegnai Paradigma Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
Pusat Bahasa,Tim. Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichiar baru Van Hoeve, 1982.
Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 40

More Related Content

What's hot

Islam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanIslam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanBun Faris
 
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
 
Bayani, burhani, irfani dan hubungan dengan khazanah keilmuan pesantren
Bayani, burhani, irfani dan hubungan dengan khazanah keilmuan pesantrenBayani, burhani, irfani dan hubungan dengan khazanah keilmuan pesantren
Bayani, burhani, irfani dan hubungan dengan khazanah keilmuan pesantrenFahriFarghiz
 
Rumusan ki kd pai kls x-xii 03 mei 2013
Rumusan ki kd pai kls x-xii 03 mei 2013Rumusan ki kd pai kls x-xii 03 mei 2013
Rumusan ki kd pai kls x-xii 03 mei 2013Suaidin -Dompu
 
03. rumusan kompetensi dasar agama islam untuk sma smk kelas x xii 19 desembe...
03. rumusan kompetensi dasar agama islam untuk sma smk kelas x xii 19 desembe...03. rumusan kompetensi dasar agama islam untuk sma smk kelas x xii 19 desembe...
03. rumusan kompetensi dasar agama islam untuk sma smk kelas x xii 19 desembe...Platinum Indonesia
 
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakikiIslam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakikiCiMeng Entop
 
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)Aina Sofieyah
 
Buku Harun Yahya : Semangat dan Gairah
Buku Harun Yahya : Semangat dan GairahBuku Harun Yahya : Semangat dan Gairah
Buku Harun Yahya : Semangat dan GairahBMG Training Indonesia
 
Modul 1 metode studi islam smt 4 ahmad panji
Modul 1 metode studi islam smt 4 ahmad panjiModul 1 metode studi islam smt 4 ahmad panji
Modul 1 metode studi islam smt 4 ahmad panjiRaynProduction
 
08. silabus pai kls 8 2013
08. silabus pai kls 8 201308. silabus pai kls 8 2013
08. silabus pai kls 8 2013Abdul Ghufron
 
X gasal 3.-senang-menuntut-ilmu-dan-mengamalkannya
X gasal 3.-senang-menuntut-ilmu-dan-mengamalkannyaX gasal 3.-senang-menuntut-ilmu-dan-mengamalkannya
X gasal 3.-senang-menuntut-ilmu-dan-mengamalkannyaWahyu Mulyana
 

What's hot (20)

Islam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuanIslam dan ilmu pengetahuan
Islam dan ilmu pengetahuan
 
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
 
Pemikiran Fazlur rahman
Pemikiran Fazlur rahmanPemikiran Fazlur rahman
Pemikiran Fazlur rahman
 
Bayani, burhani, irfani dan hubungan dengan khazanah keilmuan pesantren
Bayani, burhani, irfani dan hubungan dengan khazanah keilmuan pesantrenBayani, burhani, irfani dan hubungan dengan khazanah keilmuan pesantren
Bayani, burhani, irfani dan hubungan dengan khazanah keilmuan pesantren
 
Kelas x sma
Kelas x smaKelas x sma
Kelas x sma
 
Rumusan ki kd pai kls x-xii 03 mei 2013
Rumusan ki kd pai kls x-xii 03 mei 2013Rumusan ki kd pai kls x-xii 03 mei 2013
Rumusan ki kd pai kls x-xii 03 mei 2013
 
Islam budha
Islam budhaIslam budha
Islam budha
 
03. rumusan kompetensi dasar agama islam untuk sma smk kelas x xii 19 desembe...
03. rumusan kompetensi dasar agama islam untuk sma smk kelas x xii 19 desembe...03. rumusan kompetensi dasar agama islam untuk sma smk kelas x xii 19 desembe...
03. rumusan kompetensi dasar agama islam untuk sma smk kelas x xii 19 desembe...
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakikiIslam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
 
Ilmu dakwah.
Ilmu dakwah.Ilmu dakwah.
Ilmu dakwah.
 
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
 
TUGAS-1 TAFSIR TEMATIK OLEH Juliana Munthe. SM IV MD-C FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-1 TAFSIR TEMATIK OLEH Juliana Munthe. SM IV MD-C FDK UINSU 2019/2020TUGAS-1 TAFSIR TEMATIK OLEH Juliana Munthe. SM IV MD-C FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-1 TAFSIR TEMATIK OLEH Juliana Munthe. SM IV MD-C FDK UINSU 2019/2020
 
Buku Harun Yahya : Semangat dan Gairah
Buku Harun Yahya : Semangat dan GairahBuku Harun Yahya : Semangat dan Gairah
Buku Harun Yahya : Semangat dan Gairah
 
makalah PSI kelompok 6
makalah PSI kelompok 6makalah PSI kelompok 6
makalah PSI kelompok 6
 
Modul 1 metode studi islam smt 4 ahmad panji
Modul 1 metode studi islam smt 4 ahmad panjiModul 1 metode studi islam smt 4 ahmad panji
Modul 1 metode studi islam smt 4 ahmad panji
 
TUGAS-1 HADIS TEMATIK OLEH Nazmi Agustian (0101183137). SM IV KPI-D FDK UINSU...
TUGAS-1 HADIS TEMATIK OLEH Nazmi Agustian (0101183137). SM IV KPI-D FDK UINSU...TUGAS-1 HADIS TEMATIK OLEH Nazmi Agustian (0101183137). SM IV KPI-D FDK UINSU...
TUGAS-1 HADIS TEMATIK OLEH Nazmi Agustian (0101183137). SM IV KPI-D FDK UINSU...
 
112 226 abu sahrin - metode hermeneutika alquran
112 226 abu sahrin - metode hermeneutika alquran112 226 abu sahrin - metode hermeneutika alquran
112 226 abu sahrin - metode hermeneutika alquran
 
08. silabus pai kls 8 2013
08. silabus pai kls 8 201308. silabus pai kls 8 2013
08. silabus pai kls 8 2013
 
X gasal 3.-senang-menuntut-ilmu-dan-mengamalkannya
X gasal 3.-senang-menuntut-ilmu-dan-mengamalkannyaX gasal 3.-senang-menuntut-ilmu-dan-mengamalkannya
X gasal 3.-senang-menuntut-ilmu-dan-mengamalkannya
 

Similar to ambon Syarifudin, studi naskah dakwah

pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negarapancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negaraAbd Taj Khalwatiyah
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfDMI
 
Ideologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiIdeologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiyuandakusuma
 
Filsafat Ilmu 2022.pptx
Filsafat Ilmu 2022.pptxFilsafat Ilmu 2022.pptx
Filsafat Ilmu 2022.pptxHariyamanFajar
 
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...Lovita Ivan Hidayatullah S. Pd.I
 
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan TasawufAkhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan TasawufAsma'ul Khusna
 
Teori_Belajar_KH_Dewantara.pptx
Teori_Belajar_KH_Dewantara.pptxTeori_Belajar_KH_Dewantara.pptx
Teori_Belajar_KH_Dewantara.pptxRobinhotTumanggor
 
pancasila sebagai sistem filsafat
pancasila sebagai sistem filsafatpancasila sebagai sistem filsafat
pancasila sebagai sistem filsafatuin suska riau
 
Pergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislamanPergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislamanQowim Musthofa
 
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.pdf
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.pdfPerkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.pdf
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.pdfZukét Printing
 
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.docx
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.docxPerkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.docx
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.docxZukét Printing
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politiknorma 28
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurAna Laku
 
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docxMAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docxYusYusrian
 
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxBUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxMunatarKause
 
Tugas kelompok isbd
Tugas kelompok isbdTugas kelompok isbd
Tugas kelompok isbdnelsangels
 

Similar to ambon Syarifudin, studi naskah dakwah (20)

pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negarapancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
 
Ilmu kalam
Ilmu kalamIlmu kalam
Ilmu kalam
 
Ideologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islamiIdeologi al yasar al islami
Ideologi al yasar al islami
 
Revisi pid klmpk 12
Revisi pid klmpk 12Revisi pid klmpk 12
Revisi pid klmpk 12
 
Filsafat Ilmu 2022.pptx
Filsafat Ilmu 2022.pptxFilsafat Ilmu 2022.pptx
Filsafat Ilmu 2022.pptx
 
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
Makalah fpi a.n lovita ivan hidayatullah (tujuan pendidikan islam di tengah k...
 
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan TasawufAkhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
Akhlak Tasawuf Makalah - Sejarah Perkembangan Tasawuf
 
Teori_Belajar_KH_Dewantara.pptx
Teori_Belajar_KH_Dewantara.pptxTeori_Belajar_KH_Dewantara.pptx
Teori_Belajar_KH_Dewantara.pptx
 
Kyai dan perubahan_sosial
Kyai dan perubahan_sosialKyai dan perubahan_sosial
Kyai dan perubahan_sosial
 
pancasila sebagai sistem filsafat
pancasila sebagai sistem filsafatpancasila sebagai sistem filsafat
pancasila sebagai sistem filsafat
 
Ppt materi 2 pancasila
Ppt materi 2 pancasilaPpt materi 2 pancasila
Ppt materi 2 pancasila
 
Pergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislamanPergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislaman
 
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.pdf
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.pdfPerkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.pdf
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.pdf
 
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.docx
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.docxPerkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.docx
Perkembangan Pemikiran dalam Akhlak Islam.docx
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Corak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qurCorak penafsiran al qur
Corak penafsiran al qur
 
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docxMAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
 
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxBUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
 
Tugas kelompok isbd
Tugas kelompok isbdTugas kelompok isbd
Tugas kelompok isbd
 

More from Syarifudin Amq

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin Amq
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin Amq
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin Amq
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin Amq
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin Amq
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin Amq
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin Amq
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin Amq
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 

More from Syarifudin Amq (20)

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasi
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain cover
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwah
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan media
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
 
Syarifudin,zakat
Syarifudin,zakatSyarifudin,zakat
Syarifudin,zakat
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 

ambon Syarifudin, studi naskah dakwah

  • 1. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 1
  • 2. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 2 PEMIKIRAN DAKWAH BUYA HAMKA Oleh: Syarifudin 1. LATARBELAKANG MASALAH Gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka dalam berbagai disiplin ilmu telah memberikan pencerahan bagi wawasan pemikiran dakwah di Indonesia mulai dari umur 17 tahun sampai akhir hayatnya pada umur 73 tahun.1 Gagasan ini menjadi kekayaan referensi cara pandang dalam pengembangan sistem informasi dakwah dewasa ini.2 Secara substantif kajian dakwah Buya Hamka pada tataran implementatif memiliki ruang lingkup kajian meliputi objek material dan objek formal. Objek material ilmu dakwah adalah prilaku keislaman yang bersumber dari Alquran dan Sunnah, sedangkan objek formalnya adalah aspek spesifik prilaku Dai dan Muballigh dalam melakukan tabligh, irsyat, tad}bir dan tat}wir.3 Aspek formal ilmu dakwah ini jika dilihat dari seting sosial gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka secara ilmiah memiliki kedua objek tersebut di atas. Sebelum menjelajahi lebih mendalam pemikiran dakwah Buya Hamka alangkah baiknya penulis deskripsikan lebih awal terminologi yang penulis gunakan dalam melihat naskah dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 sebagai indikator untuk mengungkap gagasan apa saja yang tersirat dalam naskah dakwah Buya Hamka berdasarkan seting sosial pada masa itu. Untuk mengetahui seting sosial dakwah Buya Hamka penulis dijembatani oleh teori psikologi sosial Gordon W. Allport yang dikutip Ahmadi bahwa untuk mempelajari karakter pola pikir 1 Syafi’i Ma’rif, Gerakan Dakwah Muhammadiyah (Artikel Ilmiah Diakses pada Website pemuda muhammadiyah pusat) alamat website.www.http//dakwah_pembaharuan.go.id diakses pada tanggal 21 Oktober 2010, Jam 13:20. Wit. 2 Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma (Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 370 3 Sukridi Sambas, Pokok-Pokok Wilayah Kajian Ilmu Dakwah dalam Aep Kusnawan, (Bandung: Pustaka Bani Qurasy, 2004), h.135.
  • 3. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 3 seseorang masa itu diperlukan psikologi sosial dalam proses memahami, mengekprsikan, dan mempublikasikan pikiran, perasaan seseorang. 4 Pemikiran psikologi Gordon W. Allport ini juga relevan dengan pandangan Gadamer yang dikutip E. Sumaryono tentang kriteria untuk menggunakan teori hermeutika sebagai media penapsir dalam sebuah teks.5 Begitupula pandangan ilmuan Prancis Paul Ricoer ( 1973) yang ahli dibidang fenomenologi dan Hermeneutika mengatakan untuk menungkap lapisan makna sebuah teks perlu memahami ilmu psikologi dan sejarah sebagai ilmu bantu dalam mengurai lapisan-lapisn makna yang tersembunyi dalam sebuah teks.6 Selain teori seting social perlu penulis deskripsikan teori untuk memahami makna sebuah teks. Seperti teori Hermeneutika Hans George Gadamer, Teori Filologi, dan Teun Van Dijk yang dikutip oleh Alex Sobur bahwa ada 6 kriteria dalam memahami makna sebuah teks.7 Enam kriteria teknik memahami teks terdiri dari unsur-unsur tematik, skematik, semantik, sintaktik, stilisika, dan restoris. Pada prinsipnya banyak teori yang ditawarkan oleh para ahli seting sosial untuk mengungkap makna sebuah teks tetapi penulis hanya memilih dua yakni teori seting sosial dan teori metode mengungkap makna teks.8 Kedua teori inilah yang penulis gunakan untuk menjelajahi makna naskah pemikiran dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai dari halaman 6467-6476. Gambaran secara holistik dalam naskah dakwah Buya Hamka membicarakan tentang kelebihan dan taktik menjadi seorang pewaris Nabi (Dai dan Muballigh). 4 H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial: Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999), h. 4 5 E. Sumaryono, Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat, (Cet.I; Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 100. 6 Paul Ricoeur, Fenomenologi Eksistensial, yang diterjemahkan oleh: K. Bertens (Cet. I; Jakarta: Gramedia, 1987), h.6. 7 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk menganalisis wacana Analsis Semiotik dan Analisis Framing (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 74 8 Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan teori Komunikasi (Cet. I;Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 33.
  • 4. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 4 Pewaris Nabi yang dimaksudkan dalam naskah dakwah yang penulis fahami adalah para Dai dan Muballigh sebagai garda terdepan dalam melakukan publikasi keislaman berdasarkan Alquran dan sunnah memiliki kemuliyaan jika dapat berprilaku budi pekerti yang luhur serta menciptakan seting sosial masyarakat yang beradab. Dalam konteks keindonesiaan tokoh dakwah yakni M. Natsir, Buya Hamka, dan Sukarno telah menorehkan pikirannya dalam sejarah dakwah di Indonesia. Pada tahun 1964 seting sosial yang digelar oleh Buya Hamka dan Soekarno terjadi benturan pemikiran dan nampaknya tak bisa diperbaiki lagi. Buya Hamka, yang tadinya memandang Soekarno sebagai anak muda penuh kharisma dan semangat, kini memandangnya telah kebablasan. Pernah suatu ketika Soekarno menyatakan pandangannya dalam sebuah sidang, kemudian ia mengatakan, Inilah ash-shiraath al- mustaqiim (jalan yang benar). Buya menimpali, Bukan, itu adalah ash-shiraat ila al- jahiim (jalan menuju Neraka Jahim). 9 Dari benturan peristiwa itu Sukarno kurang respek lagi pada Buya Hamka, sehingga berakhir pada kebencian, dan emosional yang tidak terkendali. Asumsi Presiden Sukarno bahwa Buya Hamka dikhawatrikan dapat mengganggu perjalanan roda pemerintahan sehingga sebagai pengendali kekuasaan Negara Sukarno menjebloskan Buya Hamka ke dalam penjara. Di penjarah inilah kreatifitas Buya Hamka sebagai jurnalis menulis karya menumentalnya tafsir Al-Azhar. Karya tafsir Al-Azhar inilah yang menjadi fokus kajian pada makalah ini tentang gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka. Adapun yang menjadi permasalahan pokok dalam makalah ini adalah bagaimana gagasan, pemikiran dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 khususnya halaman 6467-6476. 9 Akmal Sjafril, Analisis terhadap kekuasaan Pemerintah: Sejarah telah membuktikan bahwa seringkali penegak keadilan itulah yang membengkokkan keadilan. Kalau sudah demikian, rumit sekali masalahnya. Kini, reputasi kepolisian sudah semakin memprihatinkan. Benar-tidaknya pandangan ini memang kasuistik sifatnya, namun stigma negatif semacam itu memang telah melekat pada kepolisian. Tidak heran jika banyak yang curiga bahwa yang dialami oleh Buya Hamka dulu itulah yang kini sedang dialami oleh sebagian aktifis Muslim yang dituduh teroris. Aksi-aksi terorisme di Indonesia, menurut sebagian rakyat Indonesia, tidak lebih dari rekayasa intelijen. Tidak jauh beda dengan fitnah yang dialami Buya dahulu.
  • 5. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 5 2. PERMASALAHAN Untuk lebih mendalam penulis membagi topik permasalah di atas menjadi tiga sub masalah pokok sebagai berikut: a. Bagaimana geonologi pemikiran dakwah Buya Hamka? b. Bagaimana seting sosial penulisan tafsir Al-Azahar Buya Hamka? c. Bagaimana pokok-pokok pemikiran dakwah Buya Hamka? 3. DESKRIPSI NASKAH A. Geonologi Keilmuan Penulisan Naskah Geonologi pemikiran dakwah Buya Hamka dari keturunan ulama besar di Minangkabau(Sumatra Barat) yang ditunjang dengan lingkungan Pesantren sehingga melahirkan sosok Buya Hamka. Penulis fahami bahwa ekpresi geonologi pemikiran seseorang tampak dalam bentuk karya-laryanya berupa tulisan dan lisannya (prilakunya).10 Hal ini sesuai pendapat Thibaut dan Kelley yang dikutip Philips bahwa ekpresi geonologi pemikiran seseorang dapat dilihat dari apa yang dia ucapkan dan apa yang ia tulis.11 Buya Hamka dan sahabatnya M. Natsir. Memiliki peran yang cukup signifikan dalam pengembangan dakwah di Indonesia. Sebagai sahabat dapat disimak petikan puisi yang dituliskannya secara khusus untuk Pak Natsir, puisi yang ditulis Buya Hamka pada tanggal 13 November 1957 setelah mendengar uraian Pidato Natsir yang dengan tegas menawarkan kepada 10 Rujukan: Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet: II; Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1979) h. 90. Di akse pada situs Buya Hamka www.http//hamka.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010 16: 12 wit. ibid 11 Philips Costanso, Theories of Psikologi (New York: McGrow Hill Book Co, 1970), diterjemahkan oleh: Sarlito Wirawan Sarwono, dengan Judul: Teori-Teori Psikologi Sosial (Cet. VII; Jakarta: PT. Rajawali Grafindo, 2002), h. 241
  • 6. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 6 Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar negara RI.12 Kepada Saudaraku M. Natsir Meskipun bersilang keris di leher, Berkilat pedang di hadapan matamu Namun yang benar kau sebut juga benar, Cita Muhammad biarlah lahir, Bongkar apinya sampai bertemu, Hidangkan di atas persada nusa, Jibril berdiri sebelah kananmu Mikail berdiri sebelah kiri, Lindungan Ilahi memberimu tenaga, Suka dan duka kita hadapiSuaramu wahai Natsir, suara kaum-mu Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi Ini berjuta kawan sepaham Hidup dan mati bersama-sama Untuk menuntut Ridha Ilahi dan aku pun masukkan Dalam daftarmu …….! .13 Dari deskripsi naskah di atas alangkah baiknya penulis berikan skema gambar geonologi Guru, pendidikan dan jabatan yang pernah dijabat oleh Buya Hamka. Hal ini untuk lebih mudah memahami peran dakwah Buya Hamka di Indonesia. 12 Rujukan: Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet: II; Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1979) h. 90. Di akse pada situs Buya Hamka www.http//hamka.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010 16: 12 wit. ibid 13 Sahib Budi Ahmad, Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet. II; Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1979), h. 23.
  • 7. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 7 1. Seting sosial Pertentangan antara kubu Islam dan komunis telah hampir mencapai klimaksnya. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang membawa ideologi komunis (sekaligus atheis) bergandengan rapat dengan Presiden Soekarno. Golongan Islam telah benar-benar dipinggirkan, Selain Buya Hamka juga M. Natsir, yang pernah menjadi kartu truf bagi Soekarno dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam negeri, telah diasingkan dari panggung politik. Benturan pemikiran antara Buya Hamka dan Sukarno Pada tahun 1964 perdebatan Sukarno dan Buya Hamka tidak dapat disatukan lagi sehingga dengan kekuatan keuasaan Buya Hamka baru saja pulang sehabis mengisi pengajian ibu-ibu. Sesampainya di rumah, beliau beristirahat sejenak, sementara Ummi Siti Raham,
  • 8. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 8 istrinya, tidur di kamar karena sedang tidak sehat.14 Sekonyong-konyong datanglah beberapa orang polisi berpakaian preman yang menunjukkan surat perintah penangkapan terhadap dirinya. Jadi saya ditangkap? ujar Buya Hamka yang masih diliputi keheranan, berkata pelan-pelan agar tidak mengejutkan istrinya. Rusydi, anak beliau, membereskan pakaian secukupnya untuk beliau bawa.15 Suara gaduh akhirnya membangunkan sang istri yang juga tidak tahu mestiberkomentar apa menanggapi penangkapan itu. Buya Hamka hanya merangkul bahunya, menghiburnya agar tetap tegar. Kepada istri dan anak-anaknya, Buya Hamka berpesan bahwa insya Allah penangkapannya takkan lama, karena ia sendiri merasa tak pernah berbuat salah.16 Tidak ada informasi ke mana beliau dibawa, hanya ada pesan bahwa keluarganya boleh menghubungi Mabes Polri untuk informasi lebih lanjut. Maka dibawalah Buya Hamka ke dalam sebuah mobil yang segera melesat, entah ke mana. Setelah mobil menghilang dari pandangan, pingsanlah Ummi Siti Raham. Selama beberapa waktu lamanya, tidak ada kabar sama sekali tentang Buya Hamka. Tidak ada yang tahu di mana beliau ditahan, apa tuduhannya, bahkan masih hidup atau tidaknya pun entah. Sampai akhirnya ada berita bahwa keluarga boleh mengunjunginya di Sukabumi, barulah istri dan kesepuluh anaknya dapat bertemu. Di bawah pengawasan para penjaga yang berwajah sangar, Buya Hamka sempat menyelundupkan pesan ke salah satu anak laki-lakinya, Para penjaga ini sama dengan Gestapo Nazi Secarik surat juga sempat disisipkan untuk dibaca oleh keluarganya di rumah.17 14 Sahib Budi Ahmad, Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka…….ibid., h. 23. 15 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Hakikat Sistem Politik Islam, (Yogyakarta: PLP2M, 1987), h. 43. 16 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Hakikat Sistem Politik Islam,…….ibid.,, h. 46. 17 Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Pustaka panjimas, 1984), h.16 diakse pada website buya_hamka www.http.go.id diakses pada tanggal 17 -10- 2010 jam 21: 23.
  • 9. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 9 Terkejutlah keluarganya membaca pesan Buya Hamka, sebagaimana Buya Hamka juga terkejut ketika pertama kali interogatornya memberi tahu tuduhan- tuduhan yang ditimpakan kepada dirinya. Terlibat dalam rapat rahasia menggulingkan Presiden, menerima uang empat juta (tidak jelas mata uangnya) dari Perdana Menteri Malaysia, memberikan kuliah yang bersifat subversif, dan berbagai kejahatan lainnya. Pada tahun 1966, bersamaan dengan hancurnya kekuasaan PKI dan pemerintahan Soekarno, Buya Hamka dibebaskan. Semua tuduhan pada dirinya dihapuskan. Setelah peristiwa itu, tak pernah terdengar Buya Hamka menuntut balas atas kezaliman yang telah dialaminya. Dalam pendahuluannya untuk Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka mengatakan bahwa kejadian itu sangat besar hikmahnya, karena tafsir yang hanya selesai sedikit setelah dikerjakan bertahun-tahun ternyata bisa tuntas dalam masa dua tahun di penjara.18 Di penjara itu pula Buya Hamka mendapat banyak waktu untuk melahap buku-buku yang ingin dibacanya, dan larut dalam ibadah shalat malam dan tilawah. Buya Hamka hidup seperti biasa, tanpa memendam dendam, bahkan sampai membuat anaknya, Rusydi, merasa gemas bukan kepalang ketika beliau menitikkan air mata ketika mendengar Soekarno telah wafat.19 Banyak orang memintanya agar tidak menshalatkan Soekarno, akan tetapi beliau pergi juga, bahkan menjadi imam shalat jenazahnya. Begitulah Buya Hamka. Berikut ini kerangka alur pikir penulis dalam melakukan studi naskah pada gagasan dakwah Buya Hamka yang tersurat dalam tafsinya juz ke24 mulai dari halaman 6466-6476. 18 Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Pustaka panjimas, 1984), h.16 diakse pada website buya_hamka www.http.go.id diakses pada tanggal 17 Oktober 2010 jam 21: ibid. 19 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta : UI Press, 1993), h. 43.
  • 10. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 10 Skema bahan bacaan Buya Hamka yang menjadikan sosok Buya Hamka sebagai Tokoh Dakwah yang mendapatkan penghargaan akademik dari Negara Mesir dan Universitas Kebangsaan Malasiya. 2. Deskripsi Naskah Dakwah Buya Hamka. Deskripsi gambar skema geonologi pendidikan non formal Buya Hamka di atas memberikan proposisi bahwa secara keilmuan Buya Hamka memiliki wawasan dan gagasan yang komprehensip tentang dakwah. Gagasan ini menarik jika penulis berikan terminologi yang penulis gunakan dalam melihat model dakwah Buya Hamka khususnya tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6466-6476. Untuk mengetahui mind set seting sosial dakwah Buya Hamka.
  • 11. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 11 Untuk mengungkap makna yang tersurat dan tersirat dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6466-6476, Penulis dijembatani oleh teori psikologi sosial Gordon W. Allport yang dikutip Ahmadi.20 Dan deskripsikan teori untuk memahami naskah menggunakan teori Teun Van Dijk yang dikutip oleh Alex bahwa ada 6 kriteria (tematik, skematik, semantik, sintaktik, stilisika, restoris).21 Teori psikologi sosial di atas sebagai pisau analisis dalam mengungkap seting sosial gagasan dakwah Buya Hamka pada zamannya. Pada prinsipnya banyak teori sosial yang ditawarkan para ahli dalam mengugkap gagasan dakwah Buya Hamka seperti teori Max Weber yang dikutip Ahmad bahwa perubahan sosial itu disebabkan oleh faktor ekonomi, hukum, psikologi, dan agama.22 Talcott Parson dikutip Wulan bahwa perubahan struktur masyarakat dipengaruhi oleh adanya pola pikir baru yang diberlakukan kepada masyarakat.23 Ibnu Khaldun dalam teorinya bahwa perubahan sosial terjadi jika adanya pemikiran besar yang ada pada diri seseorang dalam sebuah masyarakat sehingga dapat merubah ekpresi sosial masyarakat.24 Paradigma teori para ahli di atas, hemat penulis dalam mengungkap gagasan dakwah Buya Hamka dalam bacaan naskah penulis memilih teori seting sosial Gordon W. Allport dan Teun Van Dijk sebagai instrumen untuk mengungkap gagasan dakwah Buya Hamka yang penulis baca dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6466-6476. Peran Buya Hamka dalam melakukan pencerahan umat di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai macam keilmuan seperti, sastra, tasawuf, dan studi Islam lainnya yang 20 H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial: Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999),h. 4 21 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk menganalisis wacana Analsis Semiotik dan Analisis Framing (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 74 22 Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Menegnai Paradigma (Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 370 23 C. Dewi Wulan Sari, Sosiologi: Konsep dan teori (Cet. I; Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h.150-151 24 C. Dewi Wulan Sari, Sosiologi: Konsep dan teori.... ibid., h.150-151
  • 12. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 12 membentuk kepribadiannya.25 Keberanian, keihlasan dipengaruhi oleh genetik ayahnya Haji Karim alias Haji Rasul sebagai pembaharu Islam di Minangkabau. Berikut ini penulis deskripsikan naskah asli yang direstorasi pada percetakan di Singapura offset. Gagasan Dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai dari halaman 6467-6476. Buku ini, telah direstorasi fontnya dari dari mesin ketik ke komputer dengan menggunakan font transliterasi. B. Naskah 1. Corak Pemikiran dakwah. Corak atau haluan pemikiran dakwah dari penafsirnya, seperti halnya dalam Tafsir al-Azhar ini. Dalam penafsirannya Buya Hamka memelihara sebaik mungkin antara naql dan akal, dirayah dengan riwayah dan tidak semata–mata mengutip atau menukil pendapat orang terdahulu, tetapi mempergunakan pula tujuan dan pengamalannya. Oleh sebab itu, Tafsir al-Azhar ini ditulis dalam suasana baru di negara yang penduduk muslimnya lebih besar jumlahnya daripada penduduk muslim di negara lain. Maka pertikaian madzhab tidaklah dibawa, juga tidak ta’asub (fanatik) kepada suatu faham, melainkan mencoba segala upaya mendekati maksud ayat, menguraikan makna lafadz bahasa Arab ke dalam bahas Indonesia serta memberi kesempatan orang buat berfikir. Pemikiran dakwah Hamka menganut madzhab salaf yaitu madzhab Rasulullah dan para sahabat serta ulama-ulama yang mengikuti jejaknya. Materi dakwah Hamka ibadah dan aqidah dia memakai pendekatan taslim, artinya menyerahkan dengan tidak banyak bertanya, melainkan meninjau mana yang lebih baik dan lebih dekat kepada kebenaran untuk diikuti dan meninggalkan yang jauh menyimpang. Tidaklah Nabi mengikat dengan satu cara yang sudah nyata tidak akan sesuai dengan perkembangan zaman. Ijtihad dalam hal ini adalah solusinya dengan jalan bermusyawarah, yakni 25 M. Abdul al-Manar, Pemikiran Hamka: Kajian Filsafat dan Tasawuf (Cet’ II; Jakarta: Prima Aksara, 2003), h. 98.
  • 13. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 13 memungut suara serta mengambil keputusan atau dalam bahasa sekarang disebut prosedur sidang. Sebab dalam masyarakat mesti ada syūra. 2. Masalah Syūra Hamka dalam karyanya tidak memberikan definisi secara jelas tentang syūra. Ia menjelaskan bahwa Al-Quran dan hadis tidak memberikan informasi detail tentang bagaimana melakukan syūra. Sebagai bahan pertimbangan Rasulullah dalam hal ini memakai menteri-menteri utama seperti Abu Bakar, Umar, dan menteri tingkat kedua yakni Usman dan Ali, kemudian terdapat enam menteri lain, serta satu menteri ahli musyawarah dari kalangan Anshar. Islam menurut Hamka telah mengajarkan pentingnya umat mempraktikkan sistem syūra ini. Sementara itu, teknik pelaksanaanya tergantung pada keadan tempat dan keadaan zaman. Sementara itu, menurut Hamka dalam Qs: as-Syra ayat 38 mengandung penjelasan bahwa kemunculan musyawarah disebabkan karena adanya jamaah. Dalam melakukan shalat diperlukan musyawarah untuk menentukan siapa yang berhak untuk menjadi imam. Dengan demikian, menurut Hamka dasar dari musyawarah telah ditanamkan sejak zaman Makah. Sebab, ayat ini (Al-Quran surah as-Syu@ra) diturunkan di Makah. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa dalam menjalankan musyawarah harus didasarkan pada asas al-maslah{at. Nabi dalam hal ini menegaskan segala urusan terkait dengan dunia, misal masalah perang, ekonomi, hubungan antar sesama manusia dibangun atas dasar dibangun atas dasar timbangan maslahat dan mafsada@t-nya. Hamka dalam hal ini mengkontekskan ayat Al-Quran tentang syūra dalam konteks keindonesiaan. Menurutnya, bangsa Indonesia dapat memilih sistem pemerintahan dalam bentuk apapun untuk menjalankan roda pemerintahan, tetapi tidak boleh meninggalkan sistem sura yang di dasarkan atas maslahat. Sampai di sini dapat dikatakan bahwa maslahat adalah prinsip dasar dalam melakukan syūra yang wajib dilakukan oleh setiap bangsa dan negara.
  • 14. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 14 3. Masalah Negara dan Kepala Negara Hamka menyatakan bahwa suatu umat adalah semua kaum yang telah terbentuk menjadi suatu masyarakat atau kelompok, mereka menjadi satu atas dasar persamaan keyakinan. Adapun tegak berdirinya suatu negara atau kekuasaan dimulai sejak manusia mengenal bermusyawarah dan bernegara, di mana kekuasaan dari segala bentuknya adalah milik Allah, yang telah menjadikan manusia sebagai pemimpin atau khalifah dalam menjalankan kekeuasaan tersebut, yang dibarengi dengan aturan- aturan yang telah ditentukan Allah dalam nas. Dalam keyakinan Islam, manusia mengatur negara bersama-sama atas kehendak Tuhan. Pengangkatan presiden, sultan, raja harus berada di bawah kekuasaan Tuhan yang dijelaskan dalam nas, Hamka menyebutnya dengan “Demokrasi Taqwa”. Majunya suatu kelompok masyarakat adalah manakala mereka memegang teguh peraturan-peraturan Allah, dan runtuhnya masyarakat manakala mereka meninggalkan-Nya. Tidak ada satupun yang dapat menghalangi keruntuhan itu. Sementara itu, terkait dengan syarat bagi seorang pemimpin (kepala negara), Hamka menyatakan ada dua hal yang harus dipenuhi seorang pemimpin. Pertama, ilmu yakni ilmu tentang kepemimpinan. Kedua, badan, yakni sehat, dan tampan sehingga memunculkan simpati. Ditambahkan pula bahwa pemimpin tersebut haruslah orang Islam sendiri, agar tidak menimbulkan instabilitas dan keruntuhan kaum muslim. Lebih lanjut, Hamka menjelaskan bahwa tugas seorang pemimpin adalah meramaikan bumi, memeras akal budi untuk mencipta, berusaha, mencari, menambah ilmu, membangun kemajuan dan kebudayaan, mengatur siasat negeri, bangsa dan benua. 4. Masalah Hubungan Agama dan Negara Islam adalah suatu ajaran dari langit, mengandung syari@’at dan ibadah, mua@malat (kemasyarakatan), dan kenegaraan. Semua datang dari satu sumber, yakni tauhid. Tauhid tidak boleh dipisahkan, misal hanya melakukan shalat saja, sementara
  • 15. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 15 kenegaran diambil dari ajaran lain. Jika ada keyakinan lain bahwa ada ajaran lain untuk mengatur masyarakat yang lebih baik dari Islam, maka kafirlah orang tersebut, meskipun orang itu masih melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini tidak aneh, sebab tauhid bagi Hamka adalah pembentuk bagi tegak dan teguhnya suatu bangsa. Hamka ketika menafsirkan Qs: al-Baqa@rah (2): 283 menyimpulkan bahwa antara Islam dan negara adalah satu kesatuan, tidak ada yang dapat memisahkan urusan dunia dan agama bahkan dalam kaitannya dengan masalah urusan muamalah, hubungan manusia dengan manusia yang lain (hukum perdata). Sebab, Islam menghendaki hubungan yang lancar dalam segala urusan. Pendapatnya ini juga ditemukan dalam tulisannya yang lain bahwa dalam sejarah Islam tidak pernah ditemukan pemisahan antara agama dan negara. Teori sosiologi menyebutkan, bahwa terdapat pengaruh nilai-nilai sosial terhadap semua persepsi tentang realitas, teori ini juga menyatakan, bahwa tidak ada praktik penafsiran (act of commong to understanding) dapat terhindar dari kekuatan formatif latar belakang (background) dan komunitas paradigma yang dianut oleh seorang penafsir. Buya Hamka adalah seorang pujangga, ulama, pengarang, dia juga dikenal sebagai politikus yang berseberangan dengan politik pemerintah waktu itu. Oleh karena itu, Hamka ketika ia “menziarahi” ayat-ayat politik, ia berusaha menemukan, mengidentifikasi, dan menafsirkan prinsip-prinsip fundamental dari Al- Quran dalam kaca mata politik Islam yang dianutnya, tentunya politik yang berbeda dengan kebijakan politik pemerintah. Hal ini tampak dari pemikirannya tentang “Demokrasi Taqwa”, dan hubungan antara agama dan negara yang menyatu. Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertubuhan Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi
  • 16. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 16 Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950. Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia. Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 apabila beliau menjadi anggota parti politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerila di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka dilantik sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun1966, Hamka telah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno kerana dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mula menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia. Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, Hamka menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al- Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam. Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar
  • 17. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 17 (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli. Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelaran Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno daripada pemerintah Indonesia.
  • 18. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 18
  • 19. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 19
  • 20. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 20 4. ANALISIS NASKAH A. Pendekatan Filologi Menurut kamus bahasa Indonesia tahun 2008 filologi adalah Ilmu tentang kebudayaan manusia, terutama menelaah karya-karya sastra lama atau sumber-sumber tertulis.26 Dari terminologi ini dapat dikatakan bahwa karya tafisir Buya Hamka no 24 termasuk naskah klasik karena umurnya telah mencapai 50 tahun. Secara fisik keadaan naskah karya Buya Hamka ini berwarna coklat dengan cetakan seadanya dengan tidak memiliki kualitas desain cover secara profesional, dalam artian mencetak dengan tidak menggunakan sparasi warna sebagaimana perkembangan kualitas cetakan moderen. Tempat percetakan naskah Buya Hamka ini di Singapura pada tahun 1973 telah direkonstruksi dengan menggunakan teknologi computer versi 836 yang merupakan produk computer periode DOS (Disk Opertion System) yang menggunakan versi awal untuk orang Singapura dengan menggunakan fonts transliterasi. B. Pendekatan Hermeneutika. Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuin yang berarti mengartikan, menginterpretasi,menerjemahkan, dan menafsirkan.27 Hermeneutika adalah jenis ilmu pengetahuan yang memiliki spesifikasi untuk menapsirkan makna pada sebuah simbol atau teks.28 Hermeneutika adalah ilmu penapsir yang mengalami perkembangan cukup signifikan. Fenomena ini tampak pada Perguruan Tinggi di Indonesia cukup banyak menggunakan ilmu ini sebagai mata kuliah dalam filsafat bahasa. Perspektif hermeneutika bagi para ahli seperti Paul Ricoeur, George Gadamer Gabriel Marcel, Husserl, Heideger, Jaspers dan termasuk pemikir hermeneutika dunia 26 Meity Taqdir Qodratillah, et.al., Balai Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Cet. I; Jakarta, Balai Bahasa Indonesia 2008) h. 414. 27 Paul Ricoer, The Simbolisme of Evil (Cet. IV; Boston: Beacon Press, 1967), h. 350. diterjemahkan oleh E. Sumargono dengan Judul: Simbol-Simbol Interaksi dalam Masyarakat, h. 100. 28 Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksarah, 2006), h.80
  • 21. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 21 Islam seperti Arkoun, memiliki perspektif yang berbeda-beda dalam memahami dan menerapkan ilmu hermeneutika dalam mengungkap misteri sebuah teks(naskah).29 Hemat penulis perbedaan ini akibat dari pendidikan dan latarbelakang budaya yang berbeda sehingga konsep tentang hermeneutika dalam penerapannya juga berbeda, hemat penulis ini adalah sebuah hal yang sifatnya natural determinism. Perbedaan perspektif para ahli dalam bidang ilmu hermeneutika tersebut memberikan banyak pilihan bagi penulis untuk memilih perspektif yang relevan dengan capacity kompetensi keilmuan penulis. Naskah Buya Hamka yang penulis ingin ekplorasi mulai dari halaman 1667-1678 jadi sekitar 12 halaman paa tafsir Buaya Hamka Juz ke 24 dengan menggunakan hermeneutika Hans Geroge Gadamer. Gamader memiliki 4 pertanyaan dalam mengungkap misteri dibalik sebuah naskah yakni: Apa bangunan teks tersebut, Istilah yang digunakan dalam naskah tersebut, Motivasi dalam menulis naskah tersebut dan Setting sosial yang mempengaruhi lahirnya sebuah teks, Kompetensi keilmuan. Geonologi pemikiran dakwah Buya Hamka dalam kajian tafsir ini menurut pemahaman penulis cenderung dipengaruhi oleh Rasyid Rid}a dan Muhammad Abduh, dan Jalaluddin Al-Afgani dalam merangkai tafsir al-Azharnya yang ditulis dipenjarah. Seting sosial sewaktu menulis tafsir Al-Azahar Buya Hamka banyak perasaan duka- cita yang diselingi kedamaian hikmah yang menyelimuti perasaan sehingga banyak pikiran yang dapat diekplorasi untuk menjadi bahan renungan dakwah kedepan. 1. Apa bildung (perasaan kebatinan yang dicurahkan dalam naskah): Gadamer menggunakan istilah bildung meliputi budaya kebatinan, ketajaman pikiran, gaya dan ekspresi pesan yang tergambar dalam sebuah teks: Perasaan Buya Hamka yang digambarkan dalam naskah Tafsir Al-Azhar Juz ke 24 halaman 1676 menggambarkan adanya keyakinan yang kokoh sebagai rijal Dakwah dalam mencapai maqam hikmah QS al-Baqarah (2) : 269 29 ibid
  • 22. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 22   Terjemahnya: Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). Penapsiran Buya Hamka dalam ayat ini memiliki relevansi dengan kondisi sosial ketika ditangkap oleh Presiden Sukarno sebagai penguasa dan Hamka sebagai pelaku dakwah. Untuk menegakkan dakwah ditengah-tengah penguasa yang Kejam dengan mempertahankan kekuasaannya juga memiliki konsep dakwah, sementara Dai dan Muballigh juga memiliki konsep dakwah. Hemat penulis penapsiran yang dapat penulis ungkapkan dalam naskah tafsir Juz 24 adalah: perlunya seorang dai ahli dibidang kaidah-kaidah usul piqh. Pekerjaan yang mulia di dunia ini adalah dakwah dan pengembangan ilmu dakwah jika kerap kali menggunakan pedang gunakanlah pedang demi tegaknya panji-panji kemerdeakaan Islam. Hemat penulis usaha dakwah dewasa ini perlu modifikasi dan kemasan pengembangan dan sifatnya pemberdayaan ekonomi, kesehatan dan pendidikan, ketiga ini sebagai materi dakwah yang perlu penajaman serta pembinaan sebagai usaha untuk mensejahterakan umat dari keterpurukan ke 3 sebab terjadinya disharmonisasi. 2. Bagaimana rasa bahasa yang diginakan dalam naskah: rasa bahasa yang digunakan Hamka sangat kompleks, berbau sastra, dialeg minang, dan nasionalisme Islam keindoensiaan yang kental dalam rasa bahasa yang di ekspresikan dalam tulisannya. Estetika memanfaatkan simbol bahasa dalam meletakkan kata demi kata, kalimat demi kalimat yang dapat memacu adrenalin pembaca. Gaya bahasa dapat membawa pembaca dari hal yang abstrak ke
  • 23. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 23 suasana yang sifatnya realitas dengan menggunakan perumapamaan (Amstal) yang mudah dicernah oleh otak manusia. Hemat penulis model ini dapat dijasidikan sebagai bekal bagi praktisi Dai dan Muballigh atau motiovator dalam memberikan sugesti bagi pekerja untuk lebih giat dan kreatif dalam menjalani tugas kesehariannya. 3. Motivasi dalam menulis naskah tersebut dan Setting sosial yang mempengaruhi lahirnya sebuah teks: Motivasi dalam menulis tafsir ini adalah cita-cita yang lama terpendam dan dipenjarahlah ekprsei itu disalurkan dengan berpendapat bahwa jika Tuhan memberikan hikmah pada seseorang dimanapun ia berada dan dalam kondisi apa pun tetap menjadi sebuah kaljauhar bagi dirinya dan orang lain. Hemat penulis motivasi menulis tapsir al-Azhar karena konpetensi yang diberikan oleh ulama dari Kairo Universitas al-Azhar semata-mata pengembangan keilmuan dan pencerahan kepada umat pentinnya mengungkap pesan-pesan dari Al-quran yang belum maksimal dipublikasikan oleh ulama Indonesia pada masa tersebut. Buya Hamka merangkai pesan yang penulis fahami dalam naskah dakwah Buya Hamka adalah dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6467 terdiri dari: Perkataan yang baik, Amal Shaleh, Keteladanan dalam perbuatan, Pekerjaan yang paling mulia adalah Dai dan Muballigh, Keteladanan secara sosial dan spiritual, dan berserah diri pada Allah. Selain itu Dai dan Muballigh juga perlu ditopang oleh: 1. Kekuasaan: dengan memegang kekuasaan pelaksanaan dakwah dapat efektif karena ditopang oleh Negara. Teknik publikasi dakwah yang di topang oleh pemerintah maka sistem dakwah tersebut tetap berjalan sesuai perencanaan seperti program Dakwah yang dilakukan oleh Kementrian Agama sekarang ini. 2. Kekuatan: Materi keilmuan dan analisis sistem informasi dakwah ditopang oleh kekuatan ekonomi yang mapan dan pemilihan informasi yang jitu pada
  • 24. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 24 mad’u. Desain sistem informasi dakwah yang kokoh akan melahirkan tingkat penyerapan yang menggembirakan. 3. Budipekerti: hemat penulis fahami dari Buya Hamka dalam gagasan Dakwahnya lebih mengedepankan perbuatan daripada lidah. Perbuatan yang dapat memberikan keteladanan merupakan model dakwah bi al-hal yang menurut Buya Hamka lebih efektif dibanding model Dakwah yang lain. Usaha yang paling baik dari segala yang terbaik. 4. Taktik: menurut Buya Hamka “Dan tidaklah sama di antara kebaikan dengan kejahatan, tangkislan dengan cara yang lebih baik.” seorang Dai dan Muballigh ada beberapa hal yang perlu menjadi pondasi sifat seorang Dai dan Muballigh a). Melakukan dakwah menyeru kepada manusia kepada Allah. b). Beramal yang shaleh dan. c). Selalu melatih diri sendiri bahwa untuk kejayaan diri dalam hubungan dengan Allah jangan lupa berserah diri kepada Allah karena orang berserah diri itu adalah Islam yang sejati.30 Hemat penulis Buya Hamka memiliki kecerdasan intelektual, dari bacaan penulis dalam menjelajahi naskah Buya Hamka. kaitanya dengan penafsiran Al- Quran, manusia memiliki kemampuan membuka cakrawala atau perspektif, terutama dalam memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang mengandung z}anni al-dila@lah (unclear ststement). Dari sini tidak dapat disangsikan terdapat penafsiran yang beragam terkait dengan masalah publikasi dakwah dan politik antara lain: pertama, yang menyatakan bahwa Al-Quran memuat ayat-ayat yang menjadi landasan etik moral dalam membangun sistem sosial politik dan gerakan dakwah. Kedua, Al-Quran sebagai sumber paling otoritatif bagi ajaran Islam, sepanjang terkait dengan masalah politik tidak menyediakan prinsip-prinsip yang jelas, demikian pula dengan as-sunnah. Ketiga, terdapat penafsiran yang menyatakan Al-Quran mengandung aturan berbagai 30 Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t), h. 6471.
  • 25. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 25 dimensi kehidupan umat manusia di dalamnya termasuk mengatur sistem informasi dakwah dan mengatur sistem pemerintahan Islam. C. Pendekatan Hermenetika Pengertian hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneou atau hermeneuin berarti: mengingterpretasikan, menerjemahkan dan menafsirkan.31 Pendekatan hermeneutika ini salah satu disiplin ilmu yang menyelediki dan ilmu tafsiran untuk mengungkap pesan dibalik teks. Dalam kajian bermacam-macam model penggunaannya tapi dalam kajian ini penulis memilih datu satu tokoh Hemeneutika dari Jerman pada abad ke 20 yang popoler pada tahun 1900 yaitu Hans George Gadamer. Konsep Hemeneutika Hans George Gadamer ini dalam mengungkap sebuah fakta yang dikutip oleh E. Sumargono sebagai berikut: 1). Taste (Selera/Gaya masa itu), 2). Etika dan Estetik: Padangan etika pada masa teks itu dikonstruksi, 3). Sensus Commusmis: (Pandangan yang mendasari seorang individu atau komunitas bagaimana mereka menafsirkan peristiwa masa lampau dan masa akang datang. 4). Bildung (Meliputi Sejarah, Budaya, setting sosial, Dunia eksternal dan internal, style). Dari keempat kriteria konsep Hemeneutika Gadamer yang penulis fahami dari cara kerja Hermenetika dan daya ekplanasi sebagai berikut: 1. Bildung (Meliputi Sejarah, Budaya, setting sosial, Dunia eksternal dan internal, style). a. Aspek sejarah keilmuan Hamka dalam kitab tafsirnya dipengeruhi oleh Rasyid Rida dan Muhammad Abduh, karena pada masa Buya Hamka Kitab Tafsira yang berperan di Asia Tenggara adalah dua Ulama besar itu yaitu Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh. 31 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa Makna dan Tanda (Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.165
  • 26. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 26 b. Aspek Setting sosial: Problematika sosial pada saat Buya Hamka menulis karya itu berada dalam penjarah. Paktor yang mendasari Buya Hamka masuk penjarah akibat tidak sepaham (Soal Politik) dengan pemerintahan Sukarno. Perbedaan pandangan ini semakin keras ketika ada pertemuan dengan presiden Sukarno Buya Hamka dengan suara agak keras mengeluarkan pendapat yang dapat merusak reputasi Presiden Sukarno sehingga Buya Hamka dijebloskan kedalam penjarah. c. Aspek Peran dunia eksternal dan Intrernal: Peran Buya Hamka pada masa itu memiliki kekuatan politik dari Timur tengah, Pemerintahan Malesya akibat jaringan inteketual dan masyarakat Indonesia karena mantan menteri agama. Hemat penulis tentang pengaruh Buya Hamka di luar dan dalam negeri cukup signifikan sehingga Presiden Sukarno merasa terganggu dan dapat berbahaya terhadap jalannya roda pemerintahannya sehingga dengan sikap kekerasannya menjebloskan Buya Hamka ke dalam penjarah. Dalam dalam penjarah inilah Buya Hamka menulis tafsir Al- Azhar. Penekanan Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6467-6476 yang penulis fahami adalah: Kekuasaan, kekuatan, taktik dan Budipekerti. 32 Tekanan (aksentuasi) 4 kalimat di atas tang ditekankan oleh Buya Hamka dalam naskah dakwah. Pesan yang penulis fahami dalam naskah dakwah Buya Hamka adalah kecerdasan seorang calon Dai dan Muballigh memberikan aksentuasi pada kalimat tertentu untuk merespon naluri pendengar (mad’u). Penekanan kalimat menurut Buya Hamka tersebut relevan dengan sejarah dakwah Rasulullah yang erat kaitannya keahlian seorang Dai dan Muballigh dalam menyampaikan pesan dakwah perlu ada tekanan pada kalimat-kalimat tertentu. Kriteria pemilihan calon 32 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing ….op. cit., h.75.
  • 27. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 27 Dai dan Muballigh untuk penyebaran informasi keislaman ada hadis Rasulullah diriwayatkan oleh Bukhari dalam hadis berikut ini. Artinya: Sewaktu Rasulullah saw. mengutus Mu’az ke Negeri Yaman, beliau berpesan kepadanya: Wahai Mu’az engkau akan mendatangi suatu kaum yang ahli kitab. Yang pertama kali harus engkau sampaikan kepada mereka adalah ajakan untuk mengesakan Allah swt. setelah mereka menerima ajakanmu itu, maka beritahukan kepada mereka Allah mewajibkan atas diri mereka melakukan s}alat sehari semalam (5 kali). Bila mereka sudah mau melaksanakan shalat semalam lima kali, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah swt. mewajibkan atas diri mereka membayar zakat. Yakni harta zakat yang diambil dari orang-orang kaya, kemudian diberikan kepada orang-orang yang fakir di antara mereka. Kalau yang demikian sudah dilaksanakan, maka jagalah mereka engkau perangi serta hormatilah mereka, dan jagalah harta benda serta darah keturunannya. (HR. Bukhari).34 Hadis Rasulullah saw di atas yang diriwayatkan oleh Bukhari, hemat penulis relevan dengan taktik dakwah Buya Hamka pada hal 6471. Rasulullah saw. memilih Mu’az ke Yaman kenapa bukan sahabat lain? Hal ini dapat memberikan banyak inspirasi dibalik hadis tersebut, yang mempertegas bahwa pemilihan kata dan kalimat dalam berdakwah. Menurut analisis penulis bahwa Mu’az memiliki kompetensi komunikasi qaulan layyinan, qaulan baliggah dan tingkat keilmuan yang memaDai 33 Muhammad bin Idris Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 2 (Cet. III; Beirut: Dar Ibn Kastsir, 1407 H-1987 M), h. 529. 34 Muhammad bin Idris Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 2………ibid. h.529
  • 28. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 28 dalam melakukan ajakan dakwah kepada ahli kitab disaat itu, sehingga Rasulullah saw. memilih Mu’az sebagai penerima amanah tersebut. Inspirasi hadis di atas dalam naskah Buya Hamka pada halaman 6471 ada 3 prinsip yang menjadi indikator sebagai calon kader dakwah yakni: 1. Melakukan dakwah kepada manusia, 2. Beramal yang shaleh (prilaku keteladanan sebagai komunikasi non verbal) atau dapat di istilakan dakwah bi al-Hal. 3. Berserah diri adalah kunci kader dakwah (muslim sejati).35 Penekanan gagasan dakwah Buya Hamka pada halaman 6471 juga memberikan makna bahwa kader dakwah itu tidak semulus perjalanan yang menyenangkan, tetapi kerap kali juga mendapat rintangan, hambatan jika mendakwakan ajaran-ajaran kenabian. Menurut Buya Hamka yang penulis pahami bahwa rintangan itu perlu ada pemetaan problem solving yang jelas dengan melakukan upaya menangkis permasalahan yang buruk dengan kelembutan budi pekerti yang luhur. Jangan ada kecendrungan karena berada pada posisi yang benar kader dakwah seenaknya menyerang pihak yang salah dengan membabi buta, menurut Buya Hamka ini tidak memiliki landasan yang kuat. Budi pekerti yang luhur adalah kekuatan dakwah yang spektakuler gagasan dakwah Buya Hamka tersebut dapat dilihat pada halaman 6472 dalam naskah dakwah Buya Hamka dia datang dengan benci maka sambutlah dengan rasa kasih sayang. Seorang Dai dan Muballigh dapat menjadikan pedoman ini sebagai motivasi yang kokoh jika ingin berhasil dalam melakukan dakwah. Allah bersabda maka tiba-tiba terjadilan orang-orang yang di antara engkau dengan dia itu tadinya ada permusuhan, seolah-olah teman yang setia (ujung ayat 34).36 Seting sosial tantangan ini dapat mengambil pelajaran pada kekuatan psikologi Rasululah saat hijrah ke Madinah mendapat tantangan dari pihak Quraisy yang dipimpin Abu Sofyan sebagai pendekar Qurasy yang hebat pada masanya. Pada 35 Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t),…..op. cit., h. 6471. 36 Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t),…..ibid., h. 6472.
  • 29. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 29 mulanya Abu Sofyan menganggap enteng tentara Rasulullah tetapi setelah Rasulullah memperlihatkan kekuatannya oleh pamannya Abbas, lalu Abu Sofyan melihat yang membentengi Rasulullah kiri dan kanan ada 10.000 tentara Islam. Kekuatan ini secara psikologi Abu Sofyan menjawab begitu besar tentara mu ya Ibnu Abbas. Ibnu Abbas menjawab ini bukan kerajaan anakku tetapi tetanra Allah. Karena melihat seting sosial yang didesain Rasulullah sehingga Abu Sofyan mengatakan kepada Ibnu Abbas paman Rasulullah “kalau sudah demikian adanya maka pada hari ini saya mengucapkan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Kekuatan kelembutan budipekerti menurut Buya Hamka ini terinspirasi dari desain keteladanan Rasulullah saw. menjadi Abu Sofyan sebagai orang Qurasy yang menentang Rasulullah menjadi teman dan bahkan dia yang memimpin dakwah di medang perang. Hikmah dari peristiwa ini Buya Hamka pernah memberikan selembar pesan saat berada penjara kepada keluarganya dan kerabatnya bahwa menegakkan kebenaran membutuhkan kekuatan budipekerti yang luhur yang dapat memberikan kekuatan yang dahsyat, hindari pertentangan perbanyak teman sebarkan kebenaran dengan cara-cara yang bijak. Hemat penulis pesan yang tersirat yang ingin disampaikan oleh Buya Hamka kepada pembaca bahwa cara yang ia tempuh dengan melakukan konprontasi dengan presiden Sukarno melawan arus kekuasaan tidak efektif dalam menyebarkan kebenaran. Orang yang memiliki jiwa pemarah, cepat naik darah, temperamen tinggi sehingga kehilangan pedoman, jiwa terganggu oleh napsu syetan, pendendam, khianat, mengeluarkan kata-kata yang tidak baik ada adalah tanda kekerdilan jiwa.37 Hemat penulis yang dapat difahami dalam Naskah dakwah Buya Hamka ini jika hal ini terjadi pada kader Dai dan Muballigh maka ini adalah musibah yang membutuhkan penyucian diri dengan melakukan penyerahan diri dan bertobat pada Allah sebagai pengendali kekuatan kerohanian setiap umat manusia. 37 Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t),…..ibid., h. 6475.
  • 30. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 30 Kekuatan kerohanian ini muncul hemat penulis lahir dari ekspresi seseorang jika telah melalui proses rintangan dan tantangan. Kematangan fisik dan kerohanian manusia pada usia 40 tahun ke atas sebagaimana Buya Hamka pada umur 17 tidak sama karakter tulisannya setelah berumur 55 tahun keatas. Hal ini tampak dalam tulisanya dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24. Menurut ilmu psikologi kepribadian Gardner Murphy yang kutip oleh Sumadi bahwa pada umur 40 tahun ke atas manusia cenderung pada penyucian jiwa.38 Dalam artian pada umur ini naluri manusia lebih dekat pada Tuhannya. Ekpresi yang keluar dari mulutnya cenderung lebih lembut dan bijak dalam menyikapi setiap permasalahan tidak emosional seperti umur dibawah 40 tahun. Inilah hikmah Rasulullah di angkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun. Karena teori kepribadian Gardner Murphy yang kutip oleh Sumadi menunjukkan bahwa organ tubuh secara anatomi mengatur metabolisme tubuh untuk lebih pada perbuatan- perbuatan yang baik. Adrenalin berkerja secara positif lebih kencang jika dibarengi dengan kekuatan zikir. Hal ini juga diperkuat oleh ahli sel dan DNA dari jepang Kazuo bahwa pada saat umur 40 tahun ke atas kinerja sel yang berjumlah 63 trillyun akan berkerja menuju pusat penyerahan kepada Tuhannya secara otomatis sehingga tampak pada prilaku manusia pada hal-hal yang sifatnya rohani.39 2. Sensus Commusmis: (Pandangan yang mendasari seorang individu atau komunitas bagaimana mereka menafsirkan peristiwa masa lampau dan masa akang datang. Geonologi pendidikan dan pemikiran dakwah Buya Hamka dalam kajian tafsir ini menurut pemahaman penulis cenderung dipengaruhi oleh Rasyid 38 Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Cet. I; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), h. 346-347. 39 Kazuo Murakami, The Divine Code life: Awaken Your Genes & Discover Hidden Talents (New York: Beyond Publishing, 2006) diterjemahkan oleh: Winny Prasetyoati dengan Judul: Tuhan dalam Gen Kita (Cet. VI; Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2008), h. 31.
  • 31. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 31 Rid}a dan Muhammad Abduh, dan Jalaluddin Al-Afgani. Ketiga pemikir ini memberikan kontribusi pemikiran dalam merangkai pemikiran Buya Hamka. Seting sosial sewaktu menulis tafsir Al-Azahar Buya Hamka berada dalam penjarah dan banyak waktu melakukan perenungan tentang menjadi kader-kader dakwah yang telah dilalui dan kader dakwah kedepan. Buya Hamka dari rasa bahasa penulis fahami beliau inginkan pentingnya pemimpin dakwah memiliki jiwa tegar dan berprilaku budipekerti yang luhur. Gagasan pemikiran dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai dari halaman 6467-6476 dapat difahami dengan menggunakan sebuah teori untuk mendekati makna yang tersurat dan tersirat dalam teks. Penulis menggunakan teori Teun Van Dijk yakni memahami dan memaknai teks dan teori Gordon W. Allport seting sosial yang berlaku secara makro dan mikro. Dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai dari halaman 6467-6476. memahami teks dakwah Buya Hamka dalam tekstual dan Kontekstual. Secara harfiah tema berarti: sesuatu yang diuraikan. Tema juga berarti pokok peristiwa yang penting.40 Tema dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai dari halaman 6467-6476 terdiri Gagasan Pemikiran Dakwah, Kekuasaan, Kekuatan, Budipekerti, dan Taktik. Teknik memaknai teks secara skematik ini adalah mempelajari bentuk struktur dan unsur-unsur sebuah teks.41 Naskah gagasan dakwah Buya Hamka dirangkai dengan menggunakan bahasa yang cukup mudah difahami. Gagasan dakwah Buya Hamka dilandasi oleh QS Fushilat(41): 33 dan diakhiri ayat 42. Dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 halaman 6467-6476.42 Buya Hamka membuka pembahasannya dengan mengutip ayat QS Fushilat(41): 33 40 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h.75. 41 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing …ibid., h.76. 42 Ahmad Syafi’i Ma’arif, “Posisi Sentral al-Qur'an dalam Studi Islam”, dalam Taufik Abdullah Al-Ah}ām al-Sult}āniyyah (Beiru@t: Dār al-Fikr, t.t.), hlm. 3.
  • 32. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 32 43 Terjemahnya: Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, dan beramal yang shalih, dan berkata: "Sesungguhnya aku ini Termasuk orang-orang yang menyerah diri.44 Terjemahan ayat Alquran yang digunakan Buya Hamka ada perbedaan pemilihan kata dan kalimat dengan Terjemah Alquran perkata type hijaz: Syamila Alquran tahun 2007. Tetapi dalam kajian ini penulis memilih terjemahan Buya Hamka dalam menerjemahkan QS Fushilat(41): 33 sebagai pembuka dalam tulisan Buya Hamka sama dengan M. Natsir Fiqhud Da’wah M.Natsir mengutip ayat tersebut tanpa komentar.45 Ayat ini dikutip oleh kedua tokoh dakwah tersebut hemat penulis bukan untuk sekedar menambah halaman buku tetapi menjadikan ayat ini sebagai landasan normatif terhadap implementasi dakwahnya. Gagasan Dakwah ini, hemat penulis masih sangat relevan untuk dijadikan sebagai kekayaan cara pandang dan khazanah intelektual bagi Dai dan Muballigh dewasa ini. Karena era moderen identik dengan sifat-sifat materialisme lebih mendominasi pola hidup sebagian kader dakwah.46 Kondisi faktual ini, hemat penulis terjadi perubahan model dakwah pada masa Buya Hamka mulai tahun 1927-1981 saat Buya Hamka wafat. Secara substansi gagasan dakwah Buya Hamka sama pada masa sekarang ini. Tetapi yang berbeda adalah jiwa militansi dan semangat juang dakwah yang berbeda. Kalo Hamka kaya dengan referensi dalam berdakwah pada masa modern ini Dai dan Muballigh lebih pada selebritis (penghibur) bukan sang pencerah. 43 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemah Perkata Type Hijaz:Syamila Alquran, (Cet. Jakarta: Sigma, 2007), h.480. 44 Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz le 24. Singapura: t.t), h. 6466. 45 Thoir Luth, M. Natsir Dakwah dan Pemikirannya (Cet. I;Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 65 46 Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h.216.
  • 33. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 33 Teknik mengetahui sebuah naskah dapat difahami adalah memudahkan pemilihan kata yang dapat diketahui apa makna dibalik teks.47 Naskah dakwah Buya Hamka jika dijelajahi melalui pendekatan semantik ada beberapa hal yang menjadi prioritas menjadi Dai dan Muballigh yang penulis fahami dari halaman 6467-6471 yang sejati yakni:  Dakwah adalah misi dari semua Nabi dan Rasul, hal ini menunjukkan bahwa kriteria manusia yang terbaik dari yang baik adalah menjadi kader dakwah dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan mengawali pembahasannya mengutip QS Fussilat (41): 33. Iintinya adalah orang yang baik adalah manusia sejati adalah orang yang dalam perkataannya mengandung nilai dakwah yang dapat memberikan pencerahan pada dirinya dan anak adam yang lain.  Pernyataan orang kafir pada hal. 6467 faragraf ke 2 menyatakan terus terang bahwa hati mereka tertutup, telinga mereka tersumbat dan ada dinding yang membatasi. Hemat penulis makna yang dapat diambil dari pernyataan Buya Hamka disini adalah siapa saja yang memiliki hati tertutup, jiwa yang kering dengan nilai-nilai kemanusian, kerohanian maka orang yang seperti ini wajib hukumnya mendapat pencerahan untuk membangkitkan jiwa kemanusiaan yang sejati. Adapun manusia sejati yang penulis maksudkan dalam makalah ini adalah manusia yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan dalam QS Fussilat ayat (41): 33.  Berserah diri yang dimaksudkan adalah meneguhkan hati, istiqamah memiliki suasana kebatinan yang kokoh terhadap ancaman yang datang dari dalam dan dari luar.  Sebelum berdakwah perteguh Kepribadian: Makna yang penulis fahami dalam Naskah Dakwah Buya Hamka disini adalah Perteguh pendirian dengan berbagai referensi keilmuan yang mapan, tidak gentar/mundur walau setapak 47 Abdul Khaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: edisi revisi (Cet. I; Jakarta:PT. rineka Cipta, 2009), h12
  • 34. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 34 dari akidah yang telah diyakini walaupun disuguhkan kekayaan dunia yang melimpah, keteguhan hati dan keyakinan yang kokoh akan melahirkan jiwa pemberani, tidak takut menghadapi bahaya dan dapat menghilangkan rasa sedih jika penderitaan telah menimpah. Pemikiran Buya Hamka ini, pernah dikutip oleh Sukarno saat memberikan pidato kenegaraan pada tahun 1951 di istana kepresidenan yang penulis transkrip lewat audio visual arsip Nasional. Tuhan kekal dan abadi, Tuhan satu dan kepercayaan kepada tuhan yang satu inilah, Tauhid inilah, yang api yang berkobar-kobar dan menyala- nya dalam Alquran itu, dan jika Alquran itu pula telah berkobar-kobar dan menyala-nyala pula dalam dadanya seorang manusia maka manusia seperti yang dikatan oleh saudara Buya Hamka adalah manusia yang tidak takut mati.48 3. Etika dan Estetik: Padangan etika pada masa teks itu dikonstruksi Terminologi stilistika berasal dari kata style (gaya bahasa) yang digunakan Buya Hamka untuk menyatakan maksudnya.49 Gaya bahasa yang digunakan Buya Hamka yang tertuang dalam naskah ini, penulis fahami adalah tidak seperti tulisanya pada Novel tenggelamnya kapal Van Der Wicjk yang lebih banyak menggunakan kata dan kalimat sastra dalam mengungkapkan peristiwa tenggelamnya kapal Van Der Wicjk. Tetapi penulis fahami Buya Hamka lebih menggunakan bahasa populer yang santun dan mengarah pada bahasa layyinan (kelembutan). Hal itu tampak dengan membuka tulisannya dengan mengutip ayat Fussilat (41): 33-42 yang memberikan informasi kepada pembaca menggunakan bahasa yang lembut dalam menyeru kepada kebaikan. Gaya bahasa Buya Hamka juga sangat realistis seperti pada halaman 6471 faragraf ke 4 baris terakhir bahwa jika mendapat serangan dalam berdakwah 48 Arsip Nasional Sukarno, Transkrip Audio Visual Pidato Presiden RI Pertama, Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. di Istana mederka Jakarta pada tahun 1951. 49 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing …op.cit., h.76.
  • 35. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 35 “tangkislah dengan cara yang lebih baik” kata tangkislah hemat penulis adalah pilihan kata yang tepat dan cukup populer ditelinga masyarakat Indonesia. Model pemilihan gaya bahasa Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar juz ke 24 ini mudah difahami oleh pembaca. Hal ini tampak pada naskah tulisan Buya Hamka menempatkan kata dan kalimat sesuai daya serap pembaca. Gaya bahasa dalam naskah Dakwah Buya Hamka dijadikan sebagai media untuk menyampaikan maksudnya kepada pembaca. Pesan kontekstual Buya Hamka dalam sebuah pesan teks juga perlu diperhatikan ekspresi dan metafora narasi yang digunakan.50 Dari teknik ini Buya Hamka menggambarkan apa adanya tidak bertele-tele tetapi langsung pada pokok yang dikaji. Penulis merasakan bahasanya tidak hiperbolik (berlebihan). Buya Hamka mengekspresikan pikiran dan gagasan dakwahnya dalam bentuk bahasa yang sederhana dan tidak tergesa-gesa. Gaya gahasa bahasa Buya Hamka cenderung pada penggambaran dengan gaya kisah pada perumpamaan dakwah Raslullah sebagai ibrah (Pelajaran). Pesan yang ingin disampaikan Buya Hamka kepada kader-kader dakwah adalah kalau Rasulullah saw saja mendapat rintangan dan tantangan dalam berdakwah apalagi seperti manusia biasa para Dai dan Muballigh sebagaimana Buya Hamka di dalam penjara. Ini menggambarkan bahwa sebagai calon Dai dan Muballigh perlu manusia-manusia pilihan yang memiliki profesionalisme, kekuatan metodologis, spiritualitas, jiwa yang kokoh pantang menyerah dan budiperkerti yang luhur. Seorang Dai dan Muballigh harus memiliki jiwa sanubari dan motivasi yang suci sebagaimana digambarkan Buya Hamka dengan mengutip ayat QS Fussilat (41): 42 Buya Hamka menutup pokok bahasan tentang takntik dakwah dengan ayat Fussilat (41): 42.  Terjemahnya: 50 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk analisis wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing…….. op.cit, h.78.
  • 36. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 36 yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. 4. Taste (Selera/Gaya masa itu): selera hamka dalam berdakwah sangat nampak terhap pengutipan ayat  Terjemahnya: siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" Dai dan Muballigh maka saatnya melakukan perkejaan yang mulia yakni menyebarkan dan menyemaikan benih-benih pencerahan, kedamaian dan pembebasan umat dari sifat dan sikap yang menjerumuskan pada kekafiran dan kegelapan hidup. Mencari kekuasaan sebagai pondasi kekuatan dakwah: alasan Buya Hamka ini adalah alasan dengan pendekatan historis. Hemat penulis naskah dakwah pada hal. 6468 paragraf ketiga menjelaskan bahwa semua para Nabi berhasil karena didukung oleh kekuasaan seperti: Rasulullah pamannya dan Istrinya, Musa (Istri Firaun), Harun membangun kekuasaan Bani Israil, kemudian Daud dan Putranya Sulaiman. Kekuasaan memiliki peran esensial dalam menerapkan pesan-pesan Tuhan. Calon Dai dan Muballigh harus memiliki ekonomi yang mapan, keteladanan dan ilmu supranatural sebagai kekuatan ekstra menopang publikasi dakwah. Penulis tambahkan untuk era moderen ini perlu Dai dan Muballigh selain memiliki kompetensi di atas juga perlu memiliki JDG (Jaringan Dakwah Global) yang terintegrasi dengan semua pemegang kendali kekuasaan. Dalam artian harus memiliki kerjasama dengan berbagai pihak untuk membangun kerjasama melakukan perbaikan budipekerti. Dengan menguasai piranti-piranti teknologi
  • 37. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 37 informasi sebagai media penyiaran dakwah teknologi informasi juga efektif sebagai teledakwah. Jika hal ini dapat implementasikan maka secara otomatis publikasi dakwah dapat memberikan pencerahan kepada umat manusia yang lebih besar dan efektif. 5. KESIMPULAN a. Geonologi pendidikan dan pemikiran Buya Hamka dari keturunan penggagas pembaharuan Iskam di Minangkabau (Sumatra Barat). Buya Hamka memiliki Guru dari berbagai belahan dunia seperti: Eropa, Mesir, Arab Saudi, dan berpegang pada 4 mazhab (penganut Multi mazhab). b. Kondisi seting sosial sewaktu menulis Buku ini Buya Hamka berada dalam penjara akibat terjadi benturan pemikiran yang tidak bisa dipersatukan dengan Presiden Sukarno, karena Sukarno Buya telah mengusik kekuasaannya maka Buya dijebloskan dalam penjara. c. Gagasan pemikiran Dakwah Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juz ke 24 mulai dari halaman 6467-6476 terdiri 4 pokok yaitu: Gagasan Pemikiran Dakwah: Jiwa yang kokoh, ilmu yang mapan, Kekuasaan, kekuatan Budipekerti yang luhur, Taktik (metode dakwah). DAFTAR PUSATAKA
  • 38. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 38 Abu Abdillah al-Bukhari, Muhammad bin Idris. S{ah}ih} al-Bukhari, juz 2 Cet. III; Beirut: Dar Ibn Kast}ir, 1407 H-1987 M. Ali Aziz, Mohammad. Ilmu Dakwah: Edisi Revisi Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009. Ahmadi, H. Abu. Psikologi Sosial: Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999. Al-Manar, M. Abdul. Pemikiran Hamka, Kajian Filsafat dan Tasawuf, (Cet.t.c; Jakarta: Prima Aksara, 1993), h. 32. Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir. Hakikat Sistem Politik Islam, (Yogyakarta: PLP2M, 1987. Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan teori Komunikasi (Cet. I;Yogyakarta: Jalasutra, 2010 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemah Perkata, Syamila Alquran, Cet. Jakarta: Sigma, 2008 Hamka, Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial, (Jakarta: Pustaka panjimas, 1984), h.16 diakse pada website buya_hamka www.http.go.id diakses pada tanggal 17 Oktober 2010 jam 21: 23. Hamka, Buya. Tafsir Al-Azhar, Juz le 24. Singapura: t.t), Luth, Thoir. M.Natsir Dakwah dan Pemikirannya Cet. I;Jakarta: Gema Insani Press, 1999. Ma’rif, Syafi’i. Gerakan Dakwah Muhammadiyah (Artikel Ilmiah Diakses pada Website pemuda muhammadiyah pusat) alamat website.www.http// dakwah_pembaharuan.go.id diakses pada tanggal 21 Oktober 2010, Jam 13:20. Wit. Murakami, Kazuo. The Divine Code life: Awaken Your Genes & Discover Hidden Talents (New York: Beyond Publishing, 2006) diterjemahkan oleh: Winny Prasetyoati dengan Judul: Tuhan dalam Gen Kita Cet. VI; Jakarta: PT. Mizan Pustaka, 2008. Khaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: edisi revisi Cet. I; Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2009. Rujukan: Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, (Cet: II; Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1979) h. 90. Di akse pada situs Buya Hamka www.http//hamka.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010 16: 12 wit.
  • 39. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 39 Saifuddin, Achmad Fedyani. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Menegnai Paradigma Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006. Sukarno, Transkrip Audio Visual Pidato Presiden RI Pertama, Pada peringatan Arsip Nasional Maulid Nabi Muhammad saw. di Istana mederka Jakarta pada tahun 1951. Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI Press, 1993. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian (Cet. I; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008. Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk menganalisis wacana Analsis Semiotik dan Analisis Framing Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sjafril, Akmal. Analisis terhadap kekuasaan Pemerintah: Sejarah telah membuktikan bahwa seringkali penegak keadilan itulah yang membengkokkan keadilan. Pada tangga 22 Oktober 2007. Syafi’i Ma’arif, Ahmad. “Posisi Sentral Al-Quran dalam Studi Islam”, dalam Taufik Abdullah Al-Ah}ām al-Sult}āniyyah Beiru@t: Dār al-Fikr, t.t Saifuddin, Achmad Fedyani. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Menegnai Paradigma Cet. II; Jakarta: Prenada Media Group, 2006. Pusat Bahasa,Tim. Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichiar baru Van Hoeve, 1982.
  • 40. Studi Naskah Dakwah Buya Hamka Oleh: Syarifudin 40