Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenile ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di padang lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan Barat). Pengambilan sampel juvenil ikan diambil dengan small beam trawl di lima stasiun penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling method. Selanjutnya pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter. Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat 683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesiesi. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74 dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies. Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80 %.
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...Mujiyanto -
Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove yaitu sebagai tempat pemijahan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan, rimata, serangga, burung, reptil dan amphibi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni hingga bulan Desember 2012, sampel diperoleh untuk mewakili sampel pada musim Timur, musim Peralihan Timur ke Barat dan pada musim Barat. Juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove, dikoleksi dengan jaring dengan ukuran mata jaring 500 µ, jarring lempar ukuran mata jaring 2 inchi, alat pancing serta serok (seser) ikan. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan di ekosistem mangrove Pulau Parang terdiri dari Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan Xylocarpus moluccensis. Komposisi jenis juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove yang dikoleksi selama tiga musim berturut-turut berjumlah 14 jenis, yang tergolong ke dalam 11 famili dan 13 genus. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 0,056 – 1,557 pada kategori sedang, keseragaman juvenil ikan berkisar antara 0,035 – 0,926 berada dalam kondisi yang stabil dan dominansi berkisar antara 0,236 – 0,985 artinya terdapat beberapa jenis juvenil ikan yang mendominasi di stasiun penelitian.
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Taman Nasional Karimunjawa tersusun atas 3 komponen ekosistem utama, yaitu; ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove. Ketiganya merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme, sebagai tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground), ataupun tempat memijah (spawning ground). Di antara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota laut. Cacing laut (kelas Polychaeta) merupakan salah satu biota yang berasosiasi dengan padang lamun. Polychaeta berperan penting sebagai makanan hewan perairan dasar seperti ikan dan udang, pemakan hasil dekomposisi serasah lamun, pemakan bangkai, atau sebagai pemakan bahan organik partikulat, dan sangat baik sebagai indikator perairan karena memiliki jenis dan cara hidup yang sangat beragam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013 pada 3 lokasi di Pulau Parang (P. Kembar, Batu Merah, dan P. Kumbang). Metode yang digunakan dalam pengamatan lamun adalah metode visual menggunakan transek kuadran 1x1 m, sedangkan pengambilan sampel Polychaeta dilakukan menggunakan PVC corer (d = 6 cm, t = 50 cm). Sampel yang diperoleh disaring menggunakan saringan berukuran 0,5 mm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin (10%) yang dicampur dengan Rose Bengal (1 gram/20 liter) untuk memberikan warna pada sitoplasma sehingga memudahkan pemilahan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 jenis Polychaeta dari 15 famili dan 967 individu. Indeks Keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori sedang dengan kisaran 2.22 – 2.86. Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0.69 – 0.88,yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0.08 – 0.15 yang menunjukkan bahwa komunitas Polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang cenderung stabil, dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
Echinodermata memiliki peran penting dalam ekologi laut yang hidup di dasar perairan yang berperan dalam menjaga tingkat kesuburan sedimen dan merupakan deposit feeder. Larva dan biota dewasa dari echinodermata juga merupakan bahan pasokan makanan bagi biota lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji populasi echinodermata di daerah perairan padang lamun pulau Parang, Karimunjawa dimana sampel diidentifikasi secara visual langsung dengan bantuan transek 5x5 meter menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laganum laganum dan Holothuria atra merupakan spesies yang mendominasi di setiap stasiun pengamatan diduga karena cocok dengan kondisi lingkungan. Spesies yang ditemukan pada lokasi Pulau Kembar, Pulau Kumbang, Legon Boyo, Batu Merah cukup bervariasi dengan jumlah spesies tinggi, sedangkan pada Pulau Nyamuk hanya ditemukan sedikit.
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Kawasan Pulau Parang adalah gugusan pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem laut yang dinilai masih baik, salah satunya adalah ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagai daerah memijah, daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi ikan-ikan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi, struktur komunitas juga keterkaitan antara faktor lingkungan dengan keberadaan larva ikan di ekosistem lamun di Kawasan Pulau Parang. Penelitian dilakukan di 5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau Kumbang, Pulau Nyamuk dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September 2012 dan Desember 2012 sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan musim barat. Sampling larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm yang ditarik sejauh 50 m sejajar pantai. Larva ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 375 individu, yang terdiri dari 14 famili dengan dominasi famili Gerreidae (68%), Gobiidae (10,13%), Labridae (8,27%), Blennidae (5,6%) dan Atherinidae (3,47%). Hasil analisa indeks biologi secara temporal, keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ada di musim peralihan (1,742), nilai keseragaman (E) rendah (0,312) dan nilai dominansi 0,498. Secara spasial, keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di Legonboyo (1,294), Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947). Selama kegiatan penelitian berlangsung kualitas perairan suhu 28,5 o C - 31,14 o C; salinitas 29,5 o / oo - 34 o / ; pH 7,5 – 8; DO 3,37 ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036 mg/L; Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Hasil analisa PCA (Principal Component Analysis) terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Parameter perairan nitrit hampir diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap kelimpahan larva ikan.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...Mujiyanto -
Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove yaitu sebagai tempat pemijahan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan, rimata, serangga, burung, reptil dan amphibi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni hingga bulan Desember 2012, sampel diperoleh untuk mewakili sampel pada musim Timur, musim Peralihan Timur ke Barat dan pada musim Barat. Juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove, dikoleksi dengan jaring dengan ukuran mata jaring 500 µ, jarring lempar ukuran mata jaring 2 inchi, alat pancing serta serok (seser) ikan. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan di ekosistem mangrove Pulau Parang terdiri dari Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan Xylocarpus moluccensis. Komposisi jenis juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove yang dikoleksi selama tiga musim berturut-turut berjumlah 14 jenis, yang tergolong ke dalam 11 famili dan 13 genus. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 0,056 – 1,557 pada kategori sedang, keseragaman juvenil ikan berkisar antara 0,035 – 0,926 berada dalam kondisi yang stabil dan dominansi berkisar antara 0,236 – 0,985 artinya terdapat beberapa jenis juvenil ikan yang mendominasi di stasiun penelitian.
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Taman Nasional Karimunjawa tersusun atas 3 komponen ekosistem utama, yaitu; ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove. Ketiganya merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme, sebagai tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground), ataupun tempat memijah (spawning ground). Di antara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota laut. Cacing laut (kelas Polychaeta) merupakan salah satu biota yang berasosiasi dengan padang lamun. Polychaeta berperan penting sebagai makanan hewan perairan dasar seperti ikan dan udang, pemakan hasil dekomposisi serasah lamun, pemakan bangkai, atau sebagai pemakan bahan organik partikulat, dan sangat baik sebagai indikator perairan karena memiliki jenis dan cara hidup yang sangat beragam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013 pada 3 lokasi di Pulau Parang (P. Kembar, Batu Merah, dan P. Kumbang). Metode yang digunakan dalam pengamatan lamun adalah metode visual menggunakan transek kuadran 1x1 m, sedangkan pengambilan sampel Polychaeta dilakukan menggunakan PVC corer (d = 6 cm, t = 50 cm). Sampel yang diperoleh disaring menggunakan saringan berukuran 0,5 mm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin (10%) yang dicampur dengan Rose Bengal (1 gram/20 liter) untuk memberikan warna pada sitoplasma sehingga memudahkan pemilahan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 jenis Polychaeta dari 15 famili dan 967 individu. Indeks Keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori sedang dengan kisaran 2.22 – 2.86. Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0.69 – 0.88,yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0.08 – 0.15 yang menunjukkan bahwa komunitas Polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang cenderung stabil, dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
Echinodermata memiliki peran penting dalam ekologi laut yang hidup di dasar perairan yang berperan dalam menjaga tingkat kesuburan sedimen dan merupakan deposit feeder. Larva dan biota dewasa dari echinodermata juga merupakan bahan pasokan makanan bagi biota lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji populasi echinodermata di daerah perairan padang lamun pulau Parang, Karimunjawa dimana sampel diidentifikasi secara visual langsung dengan bantuan transek 5x5 meter menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laganum laganum dan Holothuria atra merupakan spesies yang mendominasi di setiap stasiun pengamatan diduga karena cocok dengan kondisi lingkungan. Spesies yang ditemukan pada lokasi Pulau Kembar, Pulau Kumbang, Legon Boyo, Batu Merah cukup bervariasi dengan jumlah spesies tinggi, sedangkan pada Pulau Nyamuk hanya ditemukan sedikit.
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Kawasan Pulau Parang adalah gugusan pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem laut yang dinilai masih baik, salah satunya adalah ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagai daerah memijah, daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi ikan-ikan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi, struktur komunitas juga keterkaitan antara faktor lingkungan dengan keberadaan larva ikan di ekosistem lamun di Kawasan Pulau Parang. Penelitian dilakukan di 5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau Kumbang, Pulau Nyamuk dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September 2012 dan Desember 2012 sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan musim barat. Sampling larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm yang ditarik sejauh 50 m sejajar pantai. Larva ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 375 individu, yang terdiri dari 14 famili dengan dominasi famili Gerreidae (68%), Gobiidae (10,13%), Labridae (8,27%), Blennidae (5,6%) dan Atherinidae (3,47%). Hasil analisa indeks biologi secara temporal, keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ada di musim peralihan (1,742), nilai keseragaman (E) rendah (0,312) dan nilai dominansi 0,498. Secara spasial, keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di Legonboyo (1,294), Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947). Selama kegiatan penelitian berlangsung kualitas perairan suhu 28,5 o C - 31,14 o C; salinitas 29,5 o / oo - 34 o / ; pH 7,5 – 8; DO 3,37 ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036 mg/L; Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Hasil analisa PCA (Principal Component Analysis) terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Parameter perairan nitrit hampir diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap kelimpahan larva ikan.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstract: Semarang bay is a bay that stretches from Kendal to Demak. This bay has some vital habitats such as estuaries and mangroves that very importance for nursery ground of aquatic organisms such as fish larvae. Fish larvae is dependent by the environment, especially their movement and migration. However human factors such as industrial activities, harbours, residential area, farms and ponds disembogue in this bay. Sampling was conducted between September and October 2014 at 15 stations. Sampling was carried out every two weeks using bongo net (mesh size of 0.2 mm) which was drawn by boat with average speeds of 0.5 m/s for 10 minutes. Identification of fish larvae carried out in Environmental dan Fisheries Resources Management Laboratory, Diponegoro University. 5890 fish larvaes from 22 family were caught and were dominated by Lactarius (36.01%), Stoleporus (28.30%), Atherinomorus (9.80%), Engraulis (7.22%) and Mugil (4.96 %). A small number of fish larvae caught (below 1%) were identified as Gobiopterus, Paramoncanthus, Tylosurus, Leiognathus, Strongylura and Dinematichthyini. Lactarius, Atherinomorus, Stolephorus, Engraulis and Mugil were found in almost every stations. An abundance of fish larvae was found in station E1, C1, D1 and A1, stations that were close to estuaries and mangrove vegetation. The type and number of fish larvae was quite varied, this is related to the migration of fish and having appropriate environmental conditions for growth. The existence of fish larvae are also influenced by the currents that distribute them. PCA analysis results indicate that the total variance explained was 63.56% with an abundance of fish larvae being related to depth, salinity, abundance of zooplankton and phytoplankton and current speed.
Keywords: pelagic fish larvae, composition, distribution, bay
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni - Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Juwi (Selar boops). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan gill net. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Juwi (2.903) jantan dan (2.556) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Juwi bersifat isometrik dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Juwi adalah 1.089 dan 0.507, berkategori seimbang. TKG ikan Juwi diperoleh I, II-IV, 17 ekor ikan betina ber-TKG IV dan 25 ekor untuk ikan jantan. Fekunditas ikan berkisar antara 327 - 623 butir pada TKG IV, dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi hanya satu kali dalam 1 (satu) musim. Hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah berbanding 1:1, menunjukkan kondisi seimbang. Ikan Juwi (S. boops) termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Juwi.
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...Mujiyanto -
Analisa dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan beronang (Siganus virgatus) yang tertangkap oleh nelayan di kepulauan Karimunjawa pada bulan April, Juli, Oktober, dan November 2011. Jumlah total contoh ikan sebanyak 81 ekor, dengan kisaran ukuran panjang 13,5 – 21 cm dan berat 33 – 170 gram. Hasil menunjukkan bahwa ikan beronang termasuk herbivora. Makanan utamanya tumbuhan (98,28 %), makanan tambahan adalah fitoplankton (0,22 %) dan detritus (1,50%).
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan JuniDesember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan eksperiment gill net ukuran 11/4 inchi. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Bolo-bolo (2.142) jantan dan (3.552) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Bolobolo bersifat isometri dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Bolo-bolo adalah 0.926 dan 0.481. TKG ikan Bolo-bolo diperoleh II-IV, 33 ekor ikan betina ber-TKG III dan IV, kisaran panjang antara 7.99cm, berat 4-8gram pada TKG III dan 7.2-10.5cm, 2-12gram pada TKG IV. Fekunditas ikan berkisar antara 233-424 butir pada TKG III dan 220-2530 butir pada TKG IV, telur rata-rata 1256 TKG III serta 17131 TKG IV, dengan diameter telur menunjukan pemijahan yang berbeda antara 1 individu dan individu yang lain yaitu ada yang terjadi hanya satu kali dan ada yang terjadi tiga kali (3 puncak). Sex rasio ikan jantan dan betina adalah 1:1 menunjukan kondisi dalam keadaan seimbang. Ikan Bolo-bolo termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan Kepulauan Karimunjawa masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Bolo-bolo.
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Monitoring Sebaran dan Tutupan Komponen Dasar Terumbu Karang Serta Identifikasi Batas Wilayah pada DPL (Daerah Perlindungan Laut) Desa Patikarya di Wilayah Kerja COREMAP II
Kabupaten Selayar
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstract: Semarang bay is a bay that stretches from Kendal to Demak. This bay has some vital habitats such as estuaries and mangroves that very importance for nursery ground of aquatic organisms such as fish larvae. Fish larvae is dependent by the environment, especially their movement and migration. However human factors such as industrial activities, harbours, residential area, farms and ponds disembogue in this bay. Sampling was conducted between September and October 2014 at 15 stations. Sampling was carried out every two weeks using bongo net (mesh size of 0.2 mm) which was drawn by boat with average speeds of 0.5 m/s for 10 minutes. Identification of fish larvae carried out in Environmental dan Fisheries Resources Management Laboratory, Diponegoro University. 5890 fish larvaes from 22 family were caught and were dominated by Lactarius (36.01%), Stoleporus (28.30%), Atherinomorus (9.80%), Engraulis (7.22%) and Mugil (4.96 %). A small number of fish larvae caught (below 1%) were identified as Gobiopterus, Paramoncanthus, Tylosurus, Leiognathus, Strongylura and Dinematichthyini. Lactarius, Atherinomorus, Stolephorus, Engraulis and Mugil were found in almost every stations. An abundance of fish larvae was found in station E1, C1, D1 and A1, stations that were close to estuaries and mangrove vegetation. The type and number of fish larvae was quite varied, this is related to the migration of fish and having appropriate environmental conditions for growth. The existence of fish larvae are also influenced by the currents that distribute them. PCA analysis results indicate that the total variance explained was 63.56% with an abundance of fish larvae being related to depth, salinity, abundance of zooplankton and phytoplankton and current speed.
Keywords: pelagic fish larvae, composition, distribution, bay
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni - Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Juwi (Selar boops). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan gill net. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Juwi (2.903) jantan dan (2.556) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Juwi bersifat isometrik dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Juwi adalah 1.089 dan 0.507, berkategori seimbang. TKG ikan Juwi diperoleh I, II-IV, 17 ekor ikan betina ber-TKG IV dan 25 ekor untuk ikan jantan. Fekunditas ikan berkisar antara 327 - 623 butir pada TKG IV, dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi hanya satu kali dalam 1 (satu) musim. Hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah berbanding 1:1, menunjukkan kondisi seimbang. Ikan Juwi (S. boops) termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Juwi.
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...Mujiyanto -
Analisa dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan beronang (Siganus virgatus) yang tertangkap oleh nelayan di kepulauan Karimunjawa pada bulan April, Juli, Oktober, dan November 2011. Jumlah total contoh ikan sebanyak 81 ekor, dengan kisaran ukuran panjang 13,5 – 21 cm dan berat 33 – 170 gram. Hasil menunjukkan bahwa ikan beronang termasuk herbivora. Makanan utamanya tumbuhan (98,28 %), makanan tambahan adalah fitoplankton (0,22 %) dan detritus (1,50%).
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan JuniDesember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan eksperiment gill net ukuran 11/4 inchi. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Bolo-bolo (2.142) jantan dan (3.552) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Bolobolo bersifat isometri dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Bolo-bolo adalah 0.926 dan 0.481. TKG ikan Bolo-bolo diperoleh II-IV, 33 ekor ikan betina ber-TKG III dan IV, kisaran panjang antara 7.99cm, berat 4-8gram pada TKG III dan 7.2-10.5cm, 2-12gram pada TKG IV. Fekunditas ikan berkisar antara 233-424 butir pada TKG III dan 220-2530 butir pada TKG IV, telur rata-rata 1256 TKG III serta 17131 TKG IV, dengan diameter telur menunjukan pemijahan yang berbeda antara 1 individu dan individu yang lain yaitu ada yang terjadi hanya satu kali dan ada yang terjadi tiga kali (3 puncak). Sex rasio ikan jantan dan betina adalah 1:1 menunjukan kondisi dalam keadaan seimbang. Ikan Bolo-bolo termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan Kepulauan Karimunjawa masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Bolo-bolo.
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Monitoring Sebaran dan Tutupan Komponen Dasar Terumbu Karang Serta Identifikasi Batas Wilayah pada DPL (Daerah Perlindungan Laut) Desa Patikarya di Wilayah Kerja COREMAP II
Kabupaten Selayar
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
Kawasan barat kepulauan karimunjawa memiliki ekosistem terumbu karang dalam kondisi baik. Hal ini menjadikan kawasan tersebut memiliki potensi besar dalam bidang sumberdaya perikanan. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang berfungsi sebagai tempat mencari makan, tempat pembiakan dan pembesaran bagi berbagai macam organisme perairan terutama ikan. Ikan-ikan akan merasa nyaman berada di ekosistem terumbu karang disebabkan tersedianya makanan dalam jumlah yang banyak dan adanya perlindungan dari pemangsa sehingga ikan dapat berkembang biak dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan telur serta larva ikan di perairan terumbu karang kawasan barat Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni, September dan Desember 2012 dengan menyisir kolom perairan terumbu karang menggunakan larvanet mesh size 500µ yang ditarik kapal dengan kecepatan 2 knot selama 10 menit sejajar garis pantai. Hasil tangkapan selama penelitian didominasi oleh telur ikan 26856 butir (96,43%) sementara larva ikan yang tertangkap sebanyak 981 individu (3,57%) yang terdiri dari larva ikan non-ekonomis sebanyak 636 individu dari 18 famili (2,34%) dan larva ikan ekonomis sebanyak 287 individu (1,02%). Bulan September merupakan bulan puncak pemijahan dengan angka kelimpahan telur ikan berkisar 830 – 13326 ind/1000m3 dan kelimpahan larva ikan berkisar antara 14 – 366 ind/1000 m3
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Secara fisiologi penyelaman, manusia tidak diciptakan untuk beradaptasi dengan lingkungan bawah perairan baik perairan tawar maupun laut, tetapi manusia dapat menciptakan suatu alat untuk beradptasi dengan lingkungan perairan. Alat tersebut dinamakan SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus). Peralatan Scuba merupakan peralatan penyelaman yang disempurnakan oleh Yves Couteau dan Emile Gagnan pada tahun 1943, dan sampai sekarang masih dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan baik berupa tingkat keselamatan dan berbagai aksesoris pendukung lainnya.
Perkembangan penyelaman Scuba di Indonesia sampai saat sekarang boleh dikatakan sangat mengembirakan, terutama untuk penyelaman olah raga dan wisata bahari. Akan tetapi penyelaman di bidang lainnya, seperti halnya penyelaman komersial dan penyelaman ilmiah masih sangat terbatas. Dan tak jarang pekerjaan dan proyek-proyek bawah air di Indonesia masih didominasi oleh penyelam-penyelam asing.
Manfaat lain penyelaman scuba adalah, seseorang penyelam dapat mengembangkan ilmu-ilmu kelautan sesuai dengan bidangnya seperti halnya dalam bidang arsitektur atau teknik sispil, dia dapat mengembangkan untuk membuat konstruksi-konstruksi atau penambangan lepas pantai(off shore). Dibidang kedokteran seorang penyelam dapat mengembagkan Hyperbarik (fisika dan fisiologi penyelaman, serta medical aspek). Sedangkan untuk masyarakat ilmiah, penyelam dapat melakukan kegiatan penelitian-penelitian yang dilakukan dapat mengembangkan dan mengungkapkan potensi sumberdaya hayati laut yang terdapat dalam suatu perairan, terutama ilmu biologi, geologi, arkeologi dan kelautan lainnya.
Sebagian ahli penyelaman mengatakan bahwa penyelaman Scuba merupakan salah satu aktivitas atau olah raga yang beresiko tinggi baik bagi kesehatan maupun bagi keselamatan pribadi pelakunya. Tentunya bila kegiatan tersebut tidak dilakukan melalui prosedur yang benar. Karena itu pendidikan dan pelatihan penyelaman Scuba harus dikelola sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dengan sistem yang jelas dengan program-programnya, terukur dan terorganisir pelaksanaannya. Dengan demikian akan dimungkinkan diadakannya monitoring, evaluasi guna mencapai hasil yang optimal.
Scientific Diving Club bertujuan untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan lebih dengan mengorientasikan kegiatannya pada selam ilmiah yang mendukung, memperlancar dan menerapkan selam ilmiah secara bertanggung jawab.
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Mujiyanto -
Perikanan dan usaha dalam bidang ekonomi telah dilaksanakan dan terintegrasi pada sumber daya pantai dan laut. Usaha-usaha seperti itu dapat berakibat pada kondisi kehidupan masyarakat pantai, keanekaragaman hayati, dan beberapa fungsi ekosistem di laut. Strategi konservasi terhadap sumber daya di dalam laut saat ini sedang dibutuhkan. Salah satu strategi yang ditawarkan adalah menetapkan Marine Coastal Protected Areas (MCPAs). MCPAs dapat dibentuk dengan mengikuti beberapa pertimbangan, sebagai contoh: persetujuan dari masyarakat dan para pemanfaat sumberdaya lain (stakeholders), yang secara langsung atau secara tidak langsung menggunakan wilayah pantai, kondisi dan kepekaan beberapa jenis terhadap adanya perubahan-perubahan lingkungan, dan yang paling penting adalah usaha untuk memonitor dan mengevaluasi perlindungan laut, melaksanakan program secara terus menerus. Strategi melalui manajemen MCPAs diharapkan bisa untuk menyelamatkan dan melindungi ketersediaan sumber daya pantai dan laut, khususnya pada sektor perikanan, dengan memerhatikan rendahnya ekonomi nelayan tradisional di Indonesia.
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan ...Mujiyanto -
Karakteristik minyak mentah mempunyai perbedaan sesuai dengan sumbernya. Dimana minyak olahan berbeda karakteristik sesuai proses pengolahan, dan apabila tumpah pada ekosistem maka kelakuan fisik kimia minyak bersifat site-specific. Kekhususan tempat tersebut menentukan pendekatan pengendalian resiko pencemaran dan pilihan teknologi remediasi (melokalisasi dan mengambil semaksimal mungkin tumpahan minyak dari laut).
Permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan pesisir dan laut merupakan isu yang penting untuk ditangani mengingat besarnya ketergantungan terhadap sumber daya pesisir dan laut serta luasnya dampak yang diakibatkan pencemaran tersebut. Untuk itu perlu dilakukan langah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap berbagai kegiatan yang dapat memacu terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan laut. Terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan perairan adalah pembungan limbah yang tidak terolah sempurna atau bahkan tidak diolah sama sekali ke perairan.
Pemerintah bIndonesia harus mampu untuk mengupayakan terciptanya sistem struktur hukum dan peraturan perundangan yang yang transparan, sehingga dalam pemanfaatan sumberdaya alam harus dilakukan dengan bijaksana dan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Mujiyanto -
Kawasan konservasi laut merupakan areal laut yamg sangat luas yang dikelola dengan sistem zonasi, adapun zonasi tersebut antara lain zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari, zona pemanfaatan komersial terbatas, zona perlindungan ketat habitat dan zona pengembangan kepariwisataan. Tujuan dari makalah ini adalah mengidentifikasi status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi habitat terumbu karang yang merupakan bagian dari zona pemanfaatan zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari di Pulau Rakit dan Pulau Ganteng, Teluk Saleh Kabupaten Subawa Besar. Dengan menggunakan pendekatan survei sosial. Rensponden diambil dari secara purposive sampling dengan jumlah 10 % n+1 dari data total populasi. Alat analisis yang digunakan meliputi alat analisis keuntungan, perimbangan manfaat dan biaya (revenue cost ratio), dan produktifitas kerja. Nilai CPUE masing-masing alat tangkap dominan adalah pancing (650 kg/unit/trip), bubu (1,24 kg/unit/trip), jaring tarik (75 kg/unit/trip), bagan perahu (650 kg/unit/trip), dan rawai (10 kg/unit/trip). Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan di lokasi penelitian cukup menguntungkan, dimana alat tangkap rawai dasar memiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi. Sedangkan alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkap yang memiliki produktifitas kerja paling tinggi.
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Mujiyanto -
Hasil analisis produksi biologis sumberdaya ikan pelagis di perairan laut jawa periode tahun 1976-1983 didapatkan nilai MSY sebesar 101.194 ton/tahun. Hasil analisis bio-ekonomi dalam pemanfaatan suberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa didapatkan nilai MEY sebesar 91.924 kg/tahun, dengan jumlah hasil tangkapan per satuan upaya menggunakan alat tangkap purse seine sebesar 24,23 ton/kapal/tahun. Batas Maximum Economic Yield sebesar 91.923 ton/tahun dengan jumlah unit alat tangkap efisien guna mendapatkan keuntungan yang sesuai sebesar 2.915 unit. Alat tangkap purse siene merupakan alat tangkap pilihan untuk menangkapan sumberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa.
Tindakan dalam pertimbangan dalam pemilihan suatu teknologi yang tepat untuk diterapkan di dalam pengembangan perikanan sangat diperlukan. Pertimbangan-pertimbangan yang akan digunakan dalam pemilihan teknologi dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan (TPIRL), teknologi penangkapan ikan secara teknis, ekonomis, mutu dan pemasaran menguntungkan serta kegiatan penangkapan ikan yang berkelanjutan.
Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...Mujiyanto -
PCA pada dasarnya bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) dimensinya.
PCA dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali atau yang biasa disebut dengan principal component.
Setelah beberapa komponen hasil PCA yang bebas multikolinearitas diperoleh, maka komponen-komponen tersebut menjadi variabel bebas baru yang akan diregresikan atau dianalisa pengaruhnya terhadap variabel tak bebas (Y) dengan menggunakan analisis regresi.
Principal Component Analysis (PCA) dapat mengatasi masalah pelanggaran asumsi klasik multikolinearitas tanpa perlu membuang variabel bebas yang berkolinear tinggi. Sehingga setelah diperoleh variabel bebas baru dari hasil reduksi, dapat meramalkan pengaruh dari variabel bebas (contoh : pendapatan) terhadap variabel tak bebas (contoh : konsumsi) melalui analisis regresi linier.
Dengan metode PCA, kita akan mendapatkan variabel bebas baru yang tidak berkorelasi, bebas satu sama lainnya, lebih sedikit jumlahnya daripada variabel asli, akan tetapi bisa menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli atau yang bisa memberikan kontribusi terhadap varian seluruh variabel.
Belajar analisis regresi dan korelasi dengan menggunakan soft ware SPSS 15 Diperlukan ketelitian dalam memasukkan data yang akan dianalisis.
Don't worry, statistik itu mudah kok.
Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...Mujiyanto -
Tutupan karang hidup yang ada di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta sangat rendah. Salah satu upaya yang dilakukan dalam pemulihan ekosistem terumbu karang tersebut adalah rekayasa habitat terumbu buatan di perairan sekitar Pulau Kotok Kecil dan Pulau Harapan. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi ikan karang dan biota penempel pada terumbu buatan sebagai indikator awal pemulihan ekosistem terumbu karang di perairan P. Kotok Kecil dan P. Harapan. Pengamatan dilakukan pada empat unit terumbu buatan yang diletakkan di dasar perairan pada kedalaman 8 – 13 m. Modul terumbu buatan terbuat dari bahan beton berkerangka besi, berbentuk kubus berongga yang tersusun dalam formasi piramida. Sebuah unit terumbu buatan tersusun dari 70 buah modul yang diikat antar satu dengan yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan ikan di sekitar terumbu buatan bertambah dibandingkan jumlah ikan sebelum ada unit terumbu buatan. Kelimpahan ikan berkisar 307 – 818 individu per unit terumbu buatan. Hasil sensus visual menunjukkan adanya ikan hias seperti Neopomacentrus sp
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Mujiyanto -
Perkembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Djuanda berkembang sangat pesat, yaitu pada tahun 1991 sejumlah 502 unit KJA, tahun 1999 berkembang menjadi 2.195 unit, dan tahun 2005 telah mencapai 4.577 unit KJA, sedangkan jumlah unit KJA yang diijinkan berdasarkan SK Bupati Purwakarta Nomor 06/2000 tahun 2000 adalah 2.100 unit. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi besarnya peremajaan ikan yang terlepas dari kegiatan budidaya ikan dalam KJA di Waduk Ir. H. Djuanda. Penelitian ini dilakukan setiap bulan selama tahun 2006, dan pengamatan dilakukan dengan du acara, yaitu: (1) pengamatan langsung melalui identifikasi jenis ikan dan (2) pengukuran panjang total benih ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peremajaan ikan mas yang terlepas dari sistem budidaya ikan dalam KJA rata-rata mencapai 4,9 % dan ikan nila rata-rata mencapai 2,4%. Bersama dengan benih ikan yang tidak dikehendaki maksimum sebanyak 10,4 % (untuk benih yang berasal dari daerah Sukabumi), dan 13,5% (untuk benih ikan yang berasal dari daerah Subang.
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...Mujiyanto -
Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi dan termasuk kedalam spesies terancampunah (endangered species). Perairan Kepulauan Sembilan merupakan salah satu perairan yang memiliki kondisi terumbu karang yang cukup baik dan disekitarnya terdapat jarring apung tempat pembesaran dan penampungan ikan napoleon hasil tangkapan nelayan disekitar Kepulauan Sembilan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan keberadaan ikan napoleon di Perairan Kepulauan Sembilan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013, dengan menggunakan metode survey lapangan. Penentuan lokasi penelitian sesuai dengan tempat nelayan melakukan penangkapan ikan napoleon yaitu daerah Marempu, Latoiya, Bungimpare dan Makodang yang berada di sekitar Pulau Sembilan. Luasan terumbu karang disekitar lokasi penelitian dihitung berdasarkan hasil interpretasi citra satellite Landsat 8 OLI yang diakuisisi pada bulan April 2013. Hasil sensus visual di wilayah Marempu dengan luas sapuan area 1,7 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 6,3 individu/ha dengan kondisi terumbu karang berdasarkan persen tutupan karang hidup berkisar antara 15-60%. Di sekitar lokasi Bungimpare dengan luas sapuan 0,9 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 5,5 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 30-60%. Wilayah Makodang dengan luas sapuan 1,3 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 0,8 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 60%. Sementara itu hasil sensus visual di wilayah Latoiya tidak ditemukan ikan napoleon.
Komunitas ikan di terumbu karang pulau semak daun kepulauan seribuMujiyanto -
Ikan karang merupakan organisme dengan jumlah biomassa terbesar dan merupakan organisme yang mencolok serta dapat ditemui pada ekosistem terumbu karang. Kelompok ikan adalah taksa terbesar dari kelompok hewan vertebrata yang berasosiasi dengan terumbu karang. Diperkirakan bahwa sebanyak 7000 jenis ikan mendiami terumbu karang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang komposisi jenis dan kelimpahan, keanekaragaman serta keseragaman ikan karang pada musim peralihan I yang biasa dikenal muson pancaroba awal tahun, di Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu. Kegunaan penelitian adalah sebagai informasi dalam upaya pengelolaan, konservasi dan pemanfaatan ikan karang. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2009. Pengambilan data ikan karang menggunakan cara visual sensus dalam mengestimasi populasi ikan karang. Transek dipasang secara permanen pada 2 kedalaman berbeda, kisaran masing-masing kedalaman ±3-4 dan ±10-11 meter. Hasil pengamatan komunitas ikan karang didapatkan famili ikan karang yang ditemukan yaitu 13 famili yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan fungsinya (target, indikator dan mayor). Dari masing-masing kelompok tersebut kelompok ikan target ditemukan 6 famili dan 14 spesies, ikan indikator 1 famili dan 3 spesies, ikan mayor 6 famili dan 27 spesies. Nilai yang ditunjukkan oleh indeks keseragaman berada pada kisaran tingkat keseragaman jenis ikan karang yang tinggi. Tingginya tingkat keseragaman komunitas ikan karang di perairan Pulau Semak Daun, menunjukkan bahwa tidak ada spesies ikan karang yang mendominasi dengan nilai indeks dominansi di perairan pada kisaran < 0,5 (tidak ada spesies ikan yang mendominasi).
Komunitas perifiton pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau parang kepul...Mujiyanto -
Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi untuk hidup terendam di dalam air laut. Dari perairan Indonesia tercatat 12 spesies lamun. Ekosistem lamun memiliki asosiasi dengan berbagai kelompok organisme. Salah satu di antaranya adalah perifiton, yaitu organisme bersel tunggal yang menempel pada daun lamun. Perifiton adalah bagian dari tingkat trofik yang memiliki peranan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan perifiton pada ekosistem lamun di perairan Pulau Parang, Karimunjawa. Penelitian dilaksanakan di perairan Pulau Parang, Karimunjawa pada bulan Juni, September dan Desember 2012 di 4 (empat) stasiun pengamatan. Dari hasil pengamatan di ekosistem lamun ditemukan 62 genus perifiton. Frekuensi spesies perifiton tertinggi ditemukan di Pulau Kumbang dengan 53, sedangkan paling rendah terdapat di Pulau Kembar sebanyak 29. Spesies perifiton yang mendominasi selama pengamatan adalah Navicula sp dari kelas Bacillariophyceae. Kelimpahan perifiton tertinggi terdapat di Pulau Kumbang (237.000 individu/cm2) dan terendah di Legon Boyo (17.231 individu/cm2). Indeks biologis perifiton selama pengamatan menggambarkan bahwa indeks keanekaragaman (H’) perifiton di kawasan tersebut rendah, sedangkan indeks keseragamannya (E) yang berada dalam kondisi sedang. Indeks dominansi (C) menunjukkan bahwa ada dominansi yang tinggi di kawasan pulau Parang yang disebabkan karena adanya organisme perifiton yang berbembang lebih cepat dibandingkan perifiton lain.
Hubungan antara persentase tutupan karang dengan komunitas ikan karang di kep...Mujiyanto -
Perubahan kondisi terumbu karang yang terjadi dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap lingkungan pada umumnya dapat menyebabkan kondisi sumberdaya ikan dan biota lainnya berubah pula. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara komunitas ikan karang dengan persentase tingkat kehidupan karang di perairan Kepulauan Seribu pada 10 stasiun pengamatan. Pengamatan kesehatan terumbu karang melalui identifikasi tutupan karang dengan metode transek garis atau Line Intercept Transect (LIT). Analisa keragaman hayati ikan karang menggunakan indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi. Hasil pengamatan tentang kondisi karang hidup dan komunitas ikan karang pada 10 stasiun berkisar antara 15.00 persen sampai dengan 81.00 persen, dengan nilai persentase karang hidup tertinggi pada stasiun IX dengan lokasi DPL Utara Pulau Tidung dengan nilai 81.00 persen yang berarti daerah tersebut berada pada kategori persentase karang hidup sangat tinggi, sedangkan nilai persentase tutupan karang terendah terlihat pada stasiun VII tepatnya didaerah Pulau Semak Daun (15.00 persen). Analisis berdasarkan hasil pengamatan sensus visual terhadap komunitas ikan target, indikator dan mayor menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah diantara komunitas ikan-ikan karang terhadap tingkat keberadaan terumbu karang yang ada. Akan tetapi hubungan antara persentasse tutupan karang dengan komunitas ikan karang menunjukkan hasil bahwa peningkatan nilai persentase tutupan karang seiring dengan peningkatan jumlah komunitas ikan yang ada.
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan pulau parang, karimunjawa
1. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-01) 1
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
STRUKTUR KOMUNITAS JUVENIL IKAN PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI
KAWASAN PERAIRAN PULAU PARANG, KARIMUNJAWA
Dian Hapsari
1*
, Muhammad Zainuri
1
, Bambang Yulianto
1
dan Mujiyanto
2
1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
2
Balai Penelitian dan Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan Purwakarta
*E-mail: tuesdayday@gmail.com
Abstrak
Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun
sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih
muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenil
ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa
faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di
padang lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa.
Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan
Barat). Pengambilan sampel juvenil ikan diambil dengan small beam trawl di lima stasiun penelitian
dengan menggunakan metode purposive sampling method. Selanjutnya pengambilan sampel lamun
menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter.
Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat
683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesiesi. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74
dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies.
Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80
%.
Kata kunci: juvenil ikan, Karimunjawa, padang lamun
Pengantar
Taman Nasional Karimunjawa, memiliki potensi kekayaan sumber daya alam tinggi, dan memiliki wilayah
pesisir yang luas yang tersusun atas berbagai ekosistem, seperti ekosistem mangrove, ekosistem
terumbu karang, dan ekosistem padang lamun. Tomascik et al., (1997) menyatakan bahwa fungsi
ekologis yang dijalankan wilayah pesisir dengan berbagai ekosistem tersebut terkait erat dengan
berbagai siklus kehidupan biota laut. Salah satu ekosistem yang mempunyai peran penting dalam
kelangsungan hidup berbagai biota tersebut yaitu ekosistem padang lamun (seagrass beds) (Dorenbosch
et al., 2005).
Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun
sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih
muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenil
ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa
faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di padang
lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa.
Ekosistem padang lamun memiliki berbagai fungsi, baik fisik, ekologis, maupun ekonomis. Padang lamun
secara fisik berperan penting untuk perangkap sedimen yang terlarut di dalam air, dan menstabilkan
sedimen yang terdapat di dasar perairan (McKenzie, 2007). Peran ekologis padang lamun sebagai
nursery ground sangat berperan dalam kelangsungan hidup berbagai biota, seperti invertebrata laut, ikan
dan juga juvenil-juvenil ikan, dimana padang lamun sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan
BP-01
2. 2 Semnaskan_UGM/ Biologi Perikanan (BP-01)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan,31 Agustus 2013
tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan
hidup, menghindari predator dan bertumbuh kembang menjadi individu dewasa (William & Heck, 2001).
Bahan dan Metode
Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan
Barat), di lima stasiun penelitian, yaitu Pulau Kembar, Legon Boyo di Pulau Parang, Watu Merah di Pulau
Parang, Pulau Kumbang dan Pulau Nyamuk dengan menggunakan metode purposive sampling method.
Pengambilan sampel juvenile ikan diambil dengan small beam trawl dengan mesh size badan jaring 0,5
cm, mesh size kantong jaring 0,3 cm,bukaan mulut jaring ke atas 0,3 m dan kesamping 1 m, serta
panjang jaring 2,5 m.
Pengambilan sampel juvenil ikan dilakukan pada saat air mulai pasang dengan kedalaman. Jaring ditarik
secara horisontal atau sejajar dengan pantai sejauh 300 m, bergantung pada tipe dan kondisi pantai dan
padang lamun. Jumlah tarikan ditentukan secara kumulatif (Peristiwady, 1992). Sampel juvenil ikan
diidentifikasi berdasarkan FAO Species Identification Guide For Fishery Purposes (1999). Allen (2000),
dan Kuiter (2001). Analisa struktur komunitas dilakukan dengan menggunakan beberapa indeks (Odum,
1971), yaitu :
∑
∑ ( )
Selanjutnya pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter. Pengamatan
Daerah Tutupan Seagrass (Percent Cover). Pengamatan ini dilakukan dengan cara melihat daerah
tutupan seagrass pada kotak-kotak yang berada dalam alat transek. Pengamatan Jumlah Seagrass.
Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati jumlah masing-masing jenis seagrass yang berada
pada kotak-kotak yang berada di sudut-sudut alat transek. Pengamatan dilakukan setiap satu titik transek
(per 25 meter), kemudian dicatat jumlah masing-masing jenis seagrass yang ditemui. Perhitungan jumlah
segrass ini dilihat dari berapa banyak tangkai (tegakan) masing-masing jenis seagrass pada satu kotak
pengamatan (Short et al., 2004).
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Padang Lamun di Kawasan Perairan Pulau Parang, Juni, September,
Desember 2012.
3. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-01) 3
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Hasil dan Pembahasan
Struktur komunitas padang lamun
Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies tinggi jika kelimpahan spesies yang
ada atau proporsi antar spesies secara keseluruhan sama banyak atau hampir sama banyak (Brower et
al., 1990). Ukurannya pada nilai indeks keanekaragaman (H), indeks keseragaman (E), dan indeks
dominasi (C).
Indeks keanekaragaman adalah ukuran kekayaan spesies dilihat dari jumlah spesies dalam suatu
komunitas dan kelimpahan relatif (jumlah individu tiap spesies). Indeks keseragaman adalah ukuran
jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Semakin merata penyebaran individu/proporsi
antar spesies, maka keseimbangan komunitas akan makin meningkat.
Umumnya apabila suatu komunitas memiliki nilai H dan E tinggi, maka nilai C-nya cenderung rendah;
men&akan kondisi komunitas yang stabil; sebaliknya apabila nilai H dan E rendah, maka nilai C-nya
tinggi, menunjukkan ada dominasi suatu spesies terhadap spesies lain; dan dominasi yang cukup besar
akan mengarah pada kondisi komunitas yang labil atau tertekan (Masrizal & Azhar, 2001).
Gambar 1. Persentase penutupan jenis lamun (%/m
2
) di Pulau Parang, Karimunjawa.
Persentase penutupan spesies lamun di Pulau Parang (Gambar 105) menunjukkan bahwa pesentase
penutupan lamun di Pulau Kembar adalah 99.80%, terdiri dari 7 spesies, yaitu; Cymodocea rotundata
(34.61%), Enhalus acoroides (8.17%), Halodule pinifolia (78%), Halodule uninervis (16.68%), Halophila
ovalis (1.65%), Thalassia hemprichii (30.58%), dan Thallasodendron ciliatum (2.33%).
Total persentase penutupan spesies lamun di stasiun Legon Boyo adalah sebesar 66.82%, yang terdiri
dari 6 spesies yaitu; Cymodocea rotundata (0.56%), Enhalus acoroides (40.39%), Halodule pinifolia
(0.35%), Halodule uninervis (0.28%), Halophila ovalis (5.39%), dan Thalassia hemprichii (19.86%).
Total persentase penutupan spesies lamun di stasiun Watu Merah yaitu sebesar 81.72%, yang terdiri dari
7 spesies yaitu; Cymodocea rotundata (21.83%), Cymodocea serrulata (3.69%), Enhalus acoroides
(13.83%), Halodule pinifolia (1.16%), Halodule uninervis (5.92%), Halophila ovalis (15.95%), dan
Thalassia hemprichii (19.33%).
34.61%
0.56%
21.83%
12.36%
3.69%
2.03%
8.17%
40.39%
13.83%
7.00%
5.78%
0.35%
1.16%
2.68%
16.68%
0.28%
5.92%
23.72%
1.65%
5.39%
15.95%
7.19%
30.58%
19.86%
19.33%
24.64%
0.42%
2.33%
13.60%
Pulau
Kembar
Legon Boyo
Watu Merah
Pulau
Kumbang
Pulau
Nyamuk
Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata Enhalus acoroides
Halodule pinifolia Halodule uninervis Halophila ovalis
4. 4 Semnaskan_UGM/ Biologi Perikanan (BP-01)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan,31 Agustus 2013
Total persentase penutupan spesies lamun di Pulau Kumbang adalah sebesar 72.61%, yang terdiri dari 6
spesies yaitu; Cymodocea rotundata (12.36%), Cymodocea serrulata (2.03%), Halodule pinifolia (2.68%),
Halodule uninervis (23.72%), Halophila ovalis (7.19%), dan Thalassia hemprichii (24.64%).
Total persentase penutupan spesies lamun di Pulau Nyamuk adalah sebesar 21.01%, yang terdiri dari 3
spesies yaitu; Enhalus acoroides (7.00%), Thalassia hemprichii (0.42%), Thallasodendron ciliatum
(13.60%).
Persentase penutupan spesies lamun yang berbeda pada masing-masing stasiun penelitian diduga
disebabkan karena perbedaan karakteristik substrat dan perairan. Short dan Coles (2003), menyatakan
bahwa kerapatan tegakan lamun dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: jenis lamun, kondisi substrat,
musim, pasang surut, kekuatan energi gelombang, k&ungan bahan organik dalam sedimen serta faktor
lingkungan lainnya.
Parameter fisika kimia perairan ekosistem lamun
Parameter perairan yang diperoleh dari masing-masing stasiun penelitian terdiri atas: parameter fisika
dan kimia (Tabel 1).
Tabel 1. Nilai parameter perairan ekosistem lamun bagian barat Kep. Karimunjawa.Keterangan: I. Musim
Timur; II. Musim Peralihan dan III. Musim Barat
Struktur komunitas juvenil ikan
Struktur komunitas juvenil ikan, meliputi: keanekaragaman, dominasi, dan keseragaman jenis juvenil di
perairan ekosistem lamun bagian barat Kepulauan Karimunjawa disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis indeks keanekaragaman (H), indeks dominasi (C), dan indeks keseragaman (E).
Keterangan: I. Musim Timur; II. Musim Peralihan dan III. Musim Barat
Menurut Daget dalam Cappenberg (1996), menyatakan bahwa suatu komunitas dikatakan stabil (prima)
apabila nilai stabilitas (E mendekati 0,8; atau nilai H > 3; apabila nilai H berkisar 1 – 3, maka stabilitas
dinyatakan moderat (sedang) dan apabila nilai H < 1, maka komunitas dinyatakan tidak stabil (Stim dalam
Pirzam & Petrus, 2008).
Berdasarkan Tabel 2. tingkat dominansi (C) tertinggi berada di Pulau Nyamuk yang mempunyai nilai
sebesar 0,69 pada Musim Peralihan, dengan teknik pegambilan sampel secara vertikal, dengan
5. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-01) 5
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
berdasarkan kepada indeks dominansi Simpson, 0,5 < C < 1, maka tingkat dominansinya termasuk
sedang sedangkan pada Musim Timur nilai dominansi tertinggi 0,36. Pada Musim Barat nilai indeks
dominansinya sangat besar mencapai 0,89.
Kemudian untuk tingkat keseragaman (E) di Musim Timur yaitu 1,75 pada Musim Peralihan di Legon
Boyo, Pulau Parang dengan nilai 1,79, dengan berdasarkan kepada indeks keseragaman jenis E > 0,6,
sedangkan pada Musim Barat yaitu 0,84, maka keseragamannya termasuk tinggi dan mempunyai
keseimbangan populasi yang besar.
Nilai indeks keanekaragaman tertinggi pada penelitian yang dilakukan di Musim Timur lebih tinggi yaitu
4,74 pada Pulau Kembar, dib&ingkan dengan penelitian kedua yang dilakukan pada Musim Peralihan
dengan nilai keanekaragaman tertinggi 4,32 pada Musim Peralihan, sedangkan pada Musim Barat nilai
H’ menjadi 1,34. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pasang surut yang lebih rendah pada Musim Peralihan
yaitu pada musim peralihan sehingga keanekaragaman spesiesnya lebih kecil dib&ingkan dengan
penelitian di Musim Timur yang kondisi pasang surutnya lebih tinggi yaitu pada musim timur, sehingga
keanekaragamannya lebih tinggi, selanjutnya pada Musim Barat yang sudah masuk kedalam Musim
Barat nilai H’ semakin rendah ini dikarenakan kondisi iklim yang sangat berbeda (mendung, hujan dan
berangin) dib&ing saat sampling Musim Timur dan September(cenderung cerah, perairan tenang).
Komposisi Jenis Juvenil Ikan
Berdasarkan tabel kehadiran juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di Pulau Kembar, Legon Boyo
(bagian barat P.Parang), Watu Merah (bagian timur P.Parang), Pulau Kumbang dan Pulau Nyamuk yang
dilakukan pada Musim Timur dan Musim Peralihan 2012, terdapat 16 Famili juvenil ikan yang terdiri atas
42 spesies, dengan total individu mencapai 515 ekor. Kehadiran juvenil ikan tertinggi terdapat di Pulau
Kembar pada Musim Timur dengan total individu 65 ekor, sedangkan pada Musim Peralihan (secara
sejajar dengan garis pantai) total individunya hanya 44 ekor.
Keberadaan dari berbagai jenis juvenile ikan di Padang lamun ini terkait dengan peran ekologis padang
lamun sebagai nursery ground sangat berperan dalam kelangsungan hidup berbagai biota, seperti
invertebrata laut dan juga juvenil-juvenil ikan, dimana daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat
yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup,
menghindari predator dan bertumbuh kembang menjadi individu dewasa (William & Heck, 2001).
Tomascik et al (1997) menyatakan bahwa kebanyakan ikan penghuni padang lamun merupakan
penghuni musiman. Sedangkan nilai ekonomi tertinggi dari ikan lamun sesungguhnya bukan dari segi
ukuran ikan, namun dari kelimpahan jenus ikan terutama pada tahap juvenile yang menggunakan padang
lamun sebagai daerah asuhan. Hal ini terbukti dengan kemunculan spesies juvenil yang lebih banyak,
dib&ingkan dengan spesies ikan dewasa.
Menurut Nagelkerken et al. (2002) jika habitat pengasuhan (nursery) juvenile-juvenil ikan di padang
lamun ini sangat terkait dengan produksi perikanan dari ekosistem terumbu karang, maka padang lamun
juga harus dikelola dengan baik untuk mempertahankan nilai produksi, karena hasil produksi perikanan
dari ekosistem terumbu karang sangat penting untuk kelangsungan hidup jutaan orang seluruh dunia.
Pada ekosistem lamun di Pulau Parang, Pulau Kembar, Pulau Nyamuk dan Pulau Kumbang ini
didominasi oleh juvenile-juvenil ikan dari family Serraidae, Lutjanidae dan Siganidae, dimana menurut
Merryanto, (2000) jenis-jenis ikan karang diantaranya yaitu dari family Serranidae, Lutjanidae, dan
Siganidae, merupakan ikan konsumsi penting di Indonesia.
Keberadaan suatu spesies di tiap lokasi pun sangat berhubungan erat dengan substrat dasar dan juga
faktor fisika laut, seperti kecepatan arus, gelombang, juga pasang surut. Juvenile-juvenil ikan merupakan
salah satu biota yang bergantung kepada padang lamun. Hal ini terkait dengan siklus hidup mereka,
terutama pada siklus nursery ground. Banyak spesies-spesies ikan yang menggunakan padang
lamun.yang memiliki produktivitas primer yang tinggi. Juvenil-juvenil ikan bergantung pada padang lamun
karena lamun itu sendiri dan habitat yang berasosiasi(makroalga), memberikan perlindungan yang efektif
dari predasi dan juga ketersedian sumber makanan yang berlimpah. (Adams et al., 2004). Banyak
spesies ikan yang menggunakan padang lamun sebagai daerah asuhan semasa fase juvenile, sebelum
6. 6 Semnaskan_UGM/ Biologi Perikanan (BP-01)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan,31 Agustus 2013
mereka melakukan migrasi ke terumbu karang, selanjutnya saat juvenil-juvenil ikan sudah dewasa
mereka akan bermigrasi ke habitat dewasa, dan mereka tidak akan kembali ke habitat saat fase juvenil.
Komposisi jenis dan persentase jumlah juvenil ikan yang tertangkap di semua lokasi penelitian secara
lengkap disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase Komposisi Jenis Juvenil Ikan pada Ekosistem Lamun Kawasan Perairan Pulau
Parang, Karimunjawa.
Family/Spesies Pulau
Kembar
Legon
Boyo
Watu
Merah
Pulau
Kumbang
Pulau
Nyamuk
Apogonidae
Cheilodipterus quinquelineatus 0,00% 0,00% 3,70% 0,00% 0,00%
Apogon angustatus 0,00% 0,00% 1,85% 0,00% 0,00%
Apogon fraenatus 0,00% 4,55% 1,26% 3,96% 0,00%
Apogon ceramensis 22,22% 0,00% 6,38% 1,28% 0,00%
Balistidae
Acreichthys tomentosus 3,08% 26,52% 0,00% 0,00% 2,63%
Blenidae
Petroscirtes variabilis 16,62% 0,00% 2,60% 1,89% 15,96%
Cirripectes castaneus 0,00% 11,21% 0,71% 0,00% 0,00%
Gobidae
Istigobius rigilius 4,62% 4,55% 24,19% 2,43% 53,33%
Bathygobius bravoi 4,66% 21,21% 0,63% 32,56% 75,17%
Labridae
Halichoeres richmondi 4,71% 18,64% 23,16% 2,52% 0,00%
Halichoeres schwartzii 0,00% 0,00% 3,70% 0,00% 0,00%
Halichoeres argus 1,39% 9,55% 2,05% 0,63% 0,00%
Halichoeres bicolor 13,94% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Halichoeres sp. 1,39% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Coris batuensis 1,54% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Lutjanidae
Lutjanus biguttatus 17,46% 18,18% 0,00% 1,80% 13,33%
Lutjanus fulviflamma 10,77% 0,00% 0,71% 4,50% 0,00%
Lutjanus rufolineatus 0,00% 0,00% 0,63% 1,53% 0,00%
Lutjanus decussatus 18,46% 8,33% 8,89% 8,18% 7,89%
Lutjanus kasmira 0,00% 10,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Lutjanus bengalensis 3,08% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Lutjanus carponotatus 19,85% 3,33% 0,00% 0,00% 0,00%
Lutjanus boutton 0,00% 0,00% 0,00% 3,60% 0,93%
Lutjanus sp 1,39% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Mullidae
Upeneus tragula 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 2,63%
Parupeneus barberinus 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Nemipteridae
7. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-01) 7
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Komposisi spesies seperti ini adalah temporer yaitu Halichoeres richmondi (23,16 %), H. argus (9,55 %),
dan H. bicolor (13,94 %) dikenal sebagai resident species padang lamun (Peristiwady, 2006). Hal ini
karena ukuran populasi setiap spesies berubah menurut waktu oleh pengaruh faktor natalitas, mortalitas,
imigrasi dan emigrasi (Atmowidi, 2004 ). Pada setiap lokasi padang lamun yang diteliti berhubungan
langsung dengan ekosistem terumbu karang sehingga ada migrasi bolak – balik yang sangat intens oleh
spesies – spesies ikan karang, umumnya yang juvenil, bergerombol dan berpopulasi besar seperti
Apogon spp., Lutjanus spp dan lainnya (D′Avanzo & Musante dalam Effendi, 2009). Pada penelitian ini,
spesies Apogon sp ditemukan di semua lokasi, kecuali pada padang lamun di pulau Nyamuk,
dikarenakan ekosistem padang lamun di daerah ini tidak berhubungan langsung dengan ekosistem
karang. Hal ini terkait sesuai dengan Apogon margaritophorus yang dikenal sebagai penghuni ekosistem
terumbu karang (Allen, 1997) adalah yang dominan peringkat pertama di padang lamun Tanjung Merah,
Bitung dengan kelimpahan relatifnya 29,10 %; sedangkan Halichoeres schwartzi (9,54 %) pada peringkat
ke 3 (Manik, 2007). Adanya perbedaan spesies predominan di lokasi – lokasi tersebut diduga berkaitan
dengan masa rekruitmennya di padang lamun, karena yang tertangkap umumnya masih stadia juvenil
(2,5 – 3,3 cm TL).
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat
683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesies. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74
dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies.
Pentapodus setosus 0,00% 5,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Platycephalidae
Euryplatycephalus carbunculus 15,53% 13,64% 1,26% 19,40% 52,63%
Pomacentridae
Abudefduf bengalensis 0,00% 5,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Amphiprion ocellaris 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Scaridae
Scarus ghobban 1,59% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Serranidae
Epinephelus merra 0,00% 10,00% 1,85% 0,00% 0,00%
Epinephelus fasciatus 1,39% 10,00% 0,00% 0,00% 0,93%
Epinephelus sp. 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Epinephelus quoyanus 0,00% 4,55% 0,00% 0,00% 0,00%
Siganidae
Siganus guttatus 64,98% 34,55% 15,72% 15,72% 7,89%
Siganus tetrazona 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Siganus doliatus 0,00% 10,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Siganus virgatus 0,00% 0,00% 0,71% 0,00% 0,00%
Sphyranidae
Sphyraena flavicauda 1,59% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Synanceiidae
Synanceia horrida 1,54% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Syngnathidae
Syngnathoides Biaculeatus 0,00% 4,55% 0,00% 0,00% 0,00%
8. 8 Semnaskan_UGM/ Biologi Perikanan (BP-01)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan,31 Agustus 2013
Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80
%. Perbedaan komposisi dan struktur komunitas juvenil ikan yang tertangkap, antara lain karena
perbedaan kondisi fisik padang lamun (kelebatan dan luas tutupan).
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1) Kepada Program Double Degree Undip-Jepang (BU-
BPKLN) yang telah membiayai pendidikan penulis selama melanjutkan pendidikan di Magister Ilmu
Kelautan pada Universitas Diponegoro, (2) Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan
(BP2KSI), dan semua Tim Peneliti yang membantu pelaksanaan penelitian. Akhir kata penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
biologi perikanan.
Daftar Pustaka
Adams, K. H., Pinborg, L. H., Svarer, C., Hasselbalch, S. G., Holm, S., Haugbol, S., Madsen, K., Frokjaer,
V., Martiny, L., Paulson, O. B., & Knudsen, G. M. (2004). A database of [ F]-altanserin binding
to 5-HT receptors in normal volunteers: normative data & relationship to physiological &
demographic variables.
NeuroImage, 21(3):1105-1113.
Allen, G.R. 1997. Marine fishes of tropical Australia & South East Asia. A field guide for anglers &
divers. Western Australia Wuseum. 292 pp.
Allen GR. 2000. Marine Fishes of Southeast Asia. Hongkong: Periplus Edition (HK Ltd) & WA,
Australia:Western Australian Museum.
Atmowidi, T. 2004. Bahan kuliah ekologi Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 46 hal.
Brower, J.E., J.H. Zar & C.N. von Ende. 1990. Field & laboratory methods for general ecology. 3nd ed.
Wim.C. Brown Co.Pub.Dubuque, Iowa. 237 pp.
Dorenbosch, M., M.C. van Riel, I. Nagelkerken, G. van der Velde. 2004. The relationship of reef fish
densities to the proximity of mangrove & seagrass nurseries. Estuarine, Coastal & Shelf Science
60 (2004) 37-48.
Effendi, E. 2009. Keterkaitan ekosistem di daerah pesisir. http:/www.docstoc.com/docs.
FAO, 1999. The Living Marine Resources of The Western Central Pacific Vol. 4 Bony Fishes Part 2
(Mugilidae to Carangidae). Food & Agriculture Organization Of The United Nations Rome. p p
2069-2790.
Kuiter, RH & Tonozuka. 2001. Indonesian Reef Fishes. Zoonetics. Australia.
Manik, N. 2007. Struktur komunitas ikan di padang lamun Tanjung Merah, Bitung. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia, 33 : 81 – 95.
Masrizal & Azhar. 2001. Kajian komunitas dan keanekaragaman jenis ikan pada ekosistem perairan
sungai di Taman Nasional Kerinci Siblat. Pusat Studi Lingkungan Hidup, UN& Padang.
Naskah Proposal yang diajukan kepada Yayasan KEHATI, Padang : 20 hal.
McKenzie, L.J. 2007. Seagrass-Watch: Guidelines for Philippine Participants. Proceedings of a training
workshop, Bolinao Marine Laboratory, University of the Philippines, 9th – 10th April 2007 (DPI&F,
Cairns). 36pp
9. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-01) 9
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Merryanto, Yohanes. 2000. Struktur Komunitas IKan dan Asosiasinya dengan Padang Lamun di Perairan
Teluk Awur Jepara,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nagelkerken, C. M. Roberts, G. van der Velde, M. Dorenbosch, M. C. van Riel, E. Cocheret de la
Morinière, P. H. Nienhuis. 2002. How important are mangroves & seagrass beds for coral-reef
fish? The nursery hypothesis tested on an isl& scale Department of Animal Ecology &
Ecophysiology, Aquatic Animal Ecology Section, & Department of Environmental Studies,
University of Nijmegen, Toernooiveld 1, 6525 ED Nijmegen.
Odum, E. P. 1971. Fundamentall of ecology. W. B. Saunders Company. Philadelphia-London Toronto.
574 hal
Peristiwady, T. 1992. Studi pendahuluan struktur komunitas ikan di padang lamun Pulau Osi dan Pulau
Marsegu, Seram Barat, Maluku Tengah. Dalam : D.P. Praseno, W.S. Atmadja, I. Soepangat,
Ruyitno & B.S. Soedibjo (Eds.) Perairan Maluku dan Sekitarnya. Balitbang Sumberdaya Laut,
Puslitbang Oseanologi–LIPI, Ambon: 27–38.
Peristiwady, T. 2006. Ikan – ikan laut ekonomi penting di Indonesia. Petunjuk Identifikasi, LIPI Press. 270
hal.
Pirzam, A.M & R.P.M. Petrus. 2008. Hubungan keragaman fitoplankton dengan kualitas air di pulau
Bauluang
Short FT, Coles RG. (eds). 2003. Global Seagrass Research Methods. Amsterdam: Elsevier Science BV.
Short, F.T., McKenzie, L.J., Coles, R.G., Gaeckle, J.L. (2004) SeagrassNet Manual for Scientific
Monitoring of Seagrass Habitat – Western Pacific Edition. (University of New Hampshire, USA;
QDPI, Northern Fisheries Centre, Australia). 71pp.
Tomacik, T., A.J. Mah, A. Nontji & M. K. Moosa 1997. The ecology of the Indonesian Seas. The ecology
of Indonesia series. Vol V!!!.Periplus Edtition (Hk) Ltd, Singapore.
Williams S & Heck KL Jr. 2001. Seagrass community ecology. In: Bertness MD, Gaines S & Hay ME
(eds) Marine Community Ecology, pp 317–337. Sinauer Associates, Inc. (Sunderl&,
Massachusetts)