Praktikum ekologi perairan dilaksanakan untuk mempelajari ekosistem mangrove, lamun, dan bentos di Pulau Pasaran dan Pantai Ketapang. Jenis mangrove yang ditemukan adalah Avicennia marina dan Rhizopora dengan kerapatan tertinggi 6,6. Satu spesies lamun, Enhalus acoroides, ditemukan dengan VMR 176,48. Enam jenis bentos ditemukan dengan dominansi rendah.
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...Mujiyanto -
Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove yaitu sebagai tempat pemijahan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan, rimata, serangga, burung, reptil dan amphibi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni hingga bulan Desember 2012, sampel diperoleh untuk mewakili sampel pada musim Timur, musim Peralihan Timur ke Barat dan pada musim Barat. Juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove, dikoleksi dengan jaring dengan ukuran mata jaring 500 µ, jarring lempar ukuran mata jaring 2 inchi, alat pancing serta serok (seser) ikan. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan di ekosistem mangrove Pulau Parang terdiri dari Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan Xylocarpus moluccensis. Komposisi jenis juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove yang dikoleksi selama tiga musim berturut-turut berjumlah 14 jenis, yang tergolong ke dalam 11 famili dan 13 genus. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 0,056 – 1,557 pada kategori sedang, keseragaman juvenil ikan berkisar antara 0,035 – 0,926 berada dalam kondisi yang stabil dan dominansi berkisar antara 0,236 – 0,985 artinya terdapat beberapa jenis juvenil ikan yang mendominasi di stasiun penelitian.
Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamunmuhammad halim
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang sangat produktif dan bersifat dinamik. Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun. Padang lamun menyediakan habitat bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari, dkk, 2013).
McKenzie, 2008; Wulandari, 2013, hampir 54 % padang lamun di seluruh dunia telah hilang. Hilangnya padang lamun secara global terjadi sejak tahun 1980, atau bisa dikatakan setiap jamnya lamun seluas 2 lapangan bola hilang.
Padang lamun di Indonesia yang diperkirakan seluas sekitar 30.000 km2 (Nontji, Trismades). Namun di Indonesia ekosistem lamun sudah banyak terancam baik oleh aktivitas alami maupun oleh aktivitas manusia. Penyebab utama hilangnya padang lamun adalah kegiatan manusia termasuk kerusakan secara mekanis (pengerukan dan jangkar), pengendapan, dan pengaruh pembangunan konstruksi daerah pesisir. Hilangnya padang lamun diduga akan terus bertambah akibat tekanan pertumbuhan penduduk di daerah pesisir (Koswara, 2009; Wulandari, dkk, 2013).
Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang lamun baik karena aktivitas alami maupun karena aktvitas manusia, maka perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi padang lamun menjadi lebih baik. Salah satu usaha rehabilitasi padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun. Transplantasi lamun belum banyak berkembang di Indonesia, namun telah berkembang di luar negeri dengan metode dan jenis yang berbeda.
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...Mujiyanto -
Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove yaitu sebagai tempat pemijahan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan, rimata, serangga, burung, reptil dan amphibi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni hingga bulan Desember 2012, sampel diperoleh untuk mewakili sampel pada musim Timur, musim Peralihan Timur ke Barat dan pada musim Barat. Juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove, dikoleksi dengan jaring dengan ukuran mata jaring 500 µ, jarring lempar ukuran mata jaring 2 inchi, alat pancing serta serok (seser) ikan. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan di ekosistem mangrove Pulau Parang terdiri dari Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan Xylocarpus moluccensis. Komposisi jenis juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove yang dikoleksi selama tiga musim berturut-turut berjumlah 14 jenis, yang tergolong ke dalam 11 famili dan 13 genus. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 0,056 – 1,557 pada kategori sedang, keseragaman juvenil ikan berkisar antara 0,035 – 0,926 berada dalam kondisi yang stabil dan dominansi berkisar antara 0,236 – 0,985 artinya terdapat beberapa jenis juvenil ikan yang mendominasi di stasiun penelitian.
Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamunmuhammad halim
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang sangat produktif dan bersifat dinamik. Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun. Padang lamun menyediakan habitat bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari, dkk, 2013).
McKenzie, 2008; Wulandari, 2013, hampir 54 % padang lamun di seluruh dunia telah hilang. Hilangnya padang lamun secara global terjadi sejak tahun 1980, atau bisa dikatakan setiap jamnya lamun seluas 2 lapangan bola hilang.
Padang lamun di Indonesia yang diperkirakan seluas sekitar 30.000 km2 (Nontji, Trismades). Namun di Indonesia ekosistem lamun sudah banyak terancam baik oleh aktivitas alami maupun oleh aktivitas manusia. Penyebab utama hilangnya padang lamun adalah kegiatan manusia termasuk kerusakan secara mekanis (pengerukan dan jangkar), pengendapan, dan pengaruh pembangunan konstruksi daerah pesisir. Hilangnya padang lamun diduga akan terus bertambah akibat tekanan pertumbuhan penduduk di daerah pesisir (Koswara, 2009; Wulandari, dkk, 2013).
Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang lamun baik karena aktivitas alami maupun karena aktvitas manusia, maka perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi padang lamun menjadi lebih baik. Salah satu usaha rehabilitasi padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun. Transplantasi lamun belum banyak berkembang di Indonesia, namun telah berkembang di luar negeri dengan metode dan jenis yang berbeda.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstract: Semarang bay is a bay that stretches from Kendal to Demak. This bay has some vital habitats such as estuaries and mangroves that very importance for nursery ground of aquatic organisms such as fish larvae. Fish larvae is dependent by the environment, especially their movement and migration. However human factors such as industrial activities, harbours, residential area, farms and ponds disembogue in this bay. Sampling was conducted between September and October 2014 at 15 stations. Sampling was carried out every two weeks using bongo net (mesh size of 0.2 mm) which was drawn by boat with average speeds of 0.5 m/s for 10 minutes. Identification of fish larvae carried out in Environmental dan Fisheries Resources Management Laboratory, Diponegoro University. 5890 fish larvaes from 22 family were caught and were dominated by Lactarius (36.01%), Stoleporus (28.30%), Atherinomorus (9.80%), Engraulis (7.22%) and Mugil (4.96 %). A small number of fish larvae caught (below 1%) were identified as Gobiopterus, Paramoncanthus, Tylosurus, Leiognathus, Strongylura and Dinematichthyini. Lactarius, Atherinomorus, Stolephorus, Engraulis and Mugil were found in almost every stations. An abundance of fish larvae was found in station E1, C1, D1 and A1, stations that were close to estuaries and mangrove vegetation. The type and number of fish larvae was quite varied, this is related to the migration of fish and having appropriate environmental conditions for growth. The existence of fish larvae are also influenced by the currents that distribute them. PCA analysis results indicate that the total variance explained was 63.56% with an abundance of fish larvae being related to depth, salinity, abundance of zooplankton and phytoplankton and current speed.
Keywords: pelagic fish larvae, composition, distribution, bay
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Taman Nasional Karimunjawa tersusun atas 3 komponen ekosistem utama, yaitu; ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove. Ketiganya merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme, sebagai tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground), ataupun tempat memijah (spawning ground). Di antara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota laut. Cacing laut (kelas Polychaeta) merupakan salah satu biota yang berasosiasi dengan padang lamun. Polychaeta berperan penting sebagai makanan hewan perairan dasar seperti ikan dan udang, pemakan hasil dekomposisi serasah lamun, pemakan bangkai, atau sebagai pemakan bahan organik partikulat, dan sangat baik sebagai indikator perairan karena memiliki jenis dan cara hidup yang sangat beragam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013 pada 3 lokasi di Pulau Parang (P. Kembar, Batu Merah, dan P. Kumbang). Metode yang digunakan dalam pengamatan lamun adalah metode visual menggunakan transek kuadran 1x1 m, sedangkan pengambilan sampel Polychaeta dilakukan menggunakan PVC corer (d = 6 cm, t = 50 cm). Sampel yang diperoleh disaring menggunakan saringan berukuran 0,5 mm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin (10%) yang dicampur dengan Rose Bengal (1 gram/20 liter) untuk memberikan warna pada sitoplasma sehingga memudahkan pemilahan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 jenis Polychaeta dari 15 famili dan 967 individu. Indeks Keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori sedang dengan kisaran 2.22 – 2.86. Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0.69 – 0.88,yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0.08 – 0.15 yang menunjukkan bahwa komunitas Polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang cenderung stabil, dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...Luhur Moekti Prayogo
Berdasarkan hasil kajian, wilayah yang berpotensi untuk sebaran habitat dugong di beberapa perairan Pulau Bintan yaitu Desa Berakit, Gunung Kijang, Kawal, dan Malang Temu. Parameter yang paling berpengaruh dalam pemodelan sebaran potensi habitat dugoong ini adalah padang lamun, jarak dari sungai, dan kedalaman laut. Habitat yang sangat mendukung kehidupan duyung ini didominasi oleh vegetasi tutupan rumput laut yang merupakan sumber makanan utama duyung.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstract: Semarang bay is a bay that stretches from Kendal to Demak. This bay has some vital habitats such as estuaries and mangroves that very importance for nursery ground of aquatic organisms such as fish larvae. Fish larvae is dependent by the environment, especially their movement and migration. However human factors such as industrial activities, harbours, residential area, farms and ponds disembogue in this bay. Sampling was conducted between September and October 2014 at 15 stations. Sampling was carried out every two weeks using bongo net (mesh size of 0.2 mm) which was drawn by boat with average speeds of 0.5 m/s for 10 minutes. Identification of fish larvae carried out in Environmental dan Fisheries Resources Management Laboratory, Diponegoro University. 5890 fish larvaes from 22 family were caught and were dominated by Lactarius (36.01%), Stoleporus (28.30%), Atherinomorus (9.80%), Engraulis (7.22%) and Mugil (4.96 %). A small number of fish larvae caught (below 1%) were identified as Gobiopterus, Paramoncanthus, Tylosurus, Leiognathus, Strongylura and Dinematichthyini. Lactarius, Atherinomorus, Stolephorus, Engraulis and Mugil were found in almost every stations. An abundance of fish larvae was found in station E1, C1, D1 and A1, stations that were close to estuaries and mangrove vegetation. The type and number of fish larvae was quite varied, this is related to the migration of fish and having appropriate environmental conditions for growth. The existence of fish larvae are also influenced by the currents that distribute them. PCA analysis results indicate that the total variance explained was 63.56% with an abundance of fish larvae being related to depth, salinity, abundance of zooplankton and phytoplankton and current speed.
Keywords: pelagic fish larvae, composition, distribution, bay
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Taman Nasional Karimunjawa tersusun atas 3 komponen ekosistem utama, yaitu; ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove. Ketiganya merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme, sebagai tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground), ataupun tempat memijah (spawning ground). Di antara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota laut. Cacing laut (kelas Polychaeta) merupakan salah satu biota yang berasosiasi dengan padang lamun. Polychaeta berperan penting sebagai makanan hewan perairan dasar seperti ikan dan udang, pemakan hasil dekomposisi serasah lamun, pemakan bangkai, atau sebagai pemakan bahan organik partikulat, dan sangat baik sebagai indikator perairan karena memiliki jenis dan cara hidup yang sangat beragam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013 pada 3 lokasi di Pulau Parang (P. Kembar, Batu Merah, dan P. Kumbang). Metode yang digunakan dalam pengamatan lamun adalah metode visual menggunakan transek kuadran 1x1 m, sedangkan pengambilan sampel Polychaeta dilakukan menggunakan PVC corer (d = 6 cm, t = 50 cm). Sampel yang diperoleh disaring menggunakan saringan berukuran 0,5 mm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin (10%) yang dicampur dengan Rose Bengal (1 gram/20 liter) untuk memberikan warna pada sitoplasma sehingga memudahkan pemilahan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 jenis Polychaeta dari 15 famili dan 967 individu. Indeks Keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori sedang dengan kisaran 2.22 – 2.86. Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0.69 – 0.88,yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0.08 – 0.15 yang menunjukkan bahwa komunitas Polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang cenderung stabil, dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...Luhur Moekti Prayogo
Berdasarkan hasil kajian, wilayah yang berpotensi untuk sebaran habitat dugong di beberapa perairan Pulau Bintan yaitu Desa Berakit, Gunung Kijang, Kawal, dan Malang Temu. Parameter yang paling berpengaruh dalam pemodelan sebaran potensi habitat dugoong ini adalah padang lamun, jarak dari sungai, dan kedalaman laut. Habitat yang sangat mendukung kehidupan duyung ini didominasi oleh vegetasi tutupan rumput laut yang merupakan sumber makanan utama duyung.
Latest android project ideas for engineering students ,Creating an Android Project,41 Latest, top and best android project ideas for final year students,IEEE 2016 android projects
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Mujiyanto -
Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenile ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di padang lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan Barat). Pengambilan sampel juvenil ikan diambil dengan small beam trawl di lima stasiun penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling method. Selanjutnya pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter. Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat 683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesiesi. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74 dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies. Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80 %.
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi perairan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik /
interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya. Dengan demikian ada
beberapa cabang ilmu yang menunjang ekologi yang harus dipahami mahasiswa
misalnya : Klimatologi, Limnologi, Geologi, Fisika, Kimia, Biologi,
Planktonologi dan sebagainya.
Praktikum Ekologi Perairan ini dilaksanakan pada tanggal 10 – 11 Oktober 2015
bertempat di Pulau Pasaran, Bandar Lampung dan Pantai Ketapang, Pesawaran.
Pulau Pasaran adalah sebuah pulau di Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar
Lampung, Lampung, Indonesia. Mempunyai titik koordinat pada peta yaitu
05o27’50” LS dan 105o15’55 BT. Jaraknya 1 km dari Bandar Lampung. Di sana
terdapat pusat pembuatan ikan asin. Pulau ini adalah pulau kecil yang dihuni
penduduk sekitar 140 kepala keluarga dengan luas kurang lebih 8 hektar. Pulau
Pasaran dihubungkan oleh sebuah jembatan ke daratan dengan panjang kurang
lebih 100 meter, tetapi hanya bisa dilewati oleh kendaraan beroda dua.
Pantai Ketapang terletak di Desa Ketapang (Batu Menyan) Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran. Pantai Ketapang terletak paling ujung di Desa
Ketapang. Jarak dari Bandar Lampung sekitar 12 km. Untuk mencapai Pantai
Ketapang waktu yang ditempuh dari pusat Bandar Lampung sekitar satu jam jika
transportasi sedang normal.
Ekosistem perairan memiliki kontribusi dan keterlibatan yang sangat besar dalam
mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki
peran sangat penting bagi kehidupan. Secara ekologis perairan dapat berperan
2. sebagai habitat bagi berbagai jenis biota dan bagian dari berlangsungnya siklus
materi serta aliran energi.
Menurut Romimoharto dan Juwana (2001) bahwa pengelompokkan ini tidak ada
kaitannya dengan jenis menurut klasifikasi ilmiah, ukuran atau apakah mereka
tumbuha-tumbuhan atau hewan, tetapi hanya didasarkan pada kebiasaan hidup
mereka secara umum, seperti gerakan berjalan, pola hidup dan sebaran menurut
ekologi.
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif (Nazir,
1998). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
struktur komunitas plankton di perairan hutan mangrove Pulau Pasaran secara
sistematis dan faktual mengenai fakta - fakta dan sifat - sifat serta hubungannya
dengan fenomena yang diamati meliputi kelimpahan, komposisi, keragaman,
keseragaman, dan dominansi mangrove.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang didapat oleh mahasiswa adalah
1. Mahasiswa mengetahui jenis mangrove yang terdapat pada Pulau Pasaran.
2. Mahasiswa mengetahui nilai keragaman jenis, kerapatan relatif jenis, frekuensi
jenis, frekuensi relatif jenis, penutupan jenis, penutupan relatif jenis dan nilai
penting pada jenis mangrove yang ditemukan di Pulau Pasaran.
3. Mahasiswa mengetahui jenis lamun yang terdapat pada Pantai Ketapang.
4. Mahasiswa mengetahui nilai VMR pada jenis lamun yang terdapat pada Pantai
Ketapang.
5. Mahasiswa mengetahui jumlah jenis benthos yang terdapat pada Pulau Pasaran
dan Pantai Ketapang.
6. Mahasiswa mengetahui indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan
indeks dominan pada benthos yang terdapat pada Pulau Pasaran dan Pantai
Ketapang.
3. II. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Perairan dilaksanakan di Pulau Pasaran, Bandar Lampung dan
Pantai Ketapang, Pesawaran pada hari sabtu dan minggu tanggal 10 – 11 Oktober
2015 pukul 08.00 – 12.00 wib dan 13.00 sampai 15.00 wib.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum beserta kegunaannya adalah :
No Nama Alat Kegunaan
1. Kuadrant transek Digunakan untuk mengambil
benthos,
2. Core sampler Digunakan dalam pengambilan
plakton
3. Plastik zip Digunakan sebagai wadah bentos,
lamun, dan mangrove
4. formalin Digunakan untuk mengawaetkan
bentos
5. Pita meter Digunakan untuk mengukur diameter
mangrove
6. Rol meter Digunakan untuk mengukur jarak
lamun dan mangrove yang akan
diteliti
7. Kertas label Digunakan untuk pemberi tanda pada
sampel yang telah diambil
8. Tali rafia Digunakan untuk membuat kuadran
transek
4. 3.3 Metode Kerja
Pada praktikum kali ini terdapat 3 parameter yang akan di amati yaitu mangrove,
lamun dan bentos. Cara kerja dari parameter mangrove adalah membentangkan
transek ukuran 5x5 m, 3x3 m, dan 1x1 m ditancapkan pada hutan mangrove
kemudian menghitung jumlah tegakan, banyaknya vegetasi, lingkar batang
diamati pada mangrove didalam transek setelah itu daun, bunga dan buah
mangrove diambil sebagai sampel untuk dilakukan identifikasi. Cara kerja dari
parameter lamun adalah membentangkan transek ukuran 10x10m dan 2x2m
ditancapkan pada titik sampling kemudian hitung frekuensi jumlah lamun
didalamnya. Setelah itu, ambil salah satu lamun untuk diidentifikasi. Cara kerja
untuk parameter bentos adalah dengan membentangakan transek yang berukuran
10 x 10 m pada titik sampling yang telah ditentukan. Core sampler ditancapkan
pada substrat yang berada pada titik sampling. Kemudian, bentos yang berada
pada core sampler dimasukkan ke dalam plastik zip lalu beri formalin 10 %.
Parameter yang digunakan terhadap ekosistem mangrove adalah jenis,
kerapatan,sebaran dan keanekaragaman. Untuk parameter lamun yang digunakan
adalah tingkat kepadatan populasi. Dan yang terakhir bentos menggunakan
parameter dominansi, keseragaman, dan keanekaragaman.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan
interpretatif. Analisis data dilakukan secara sistematis, pengambilan sampel,
kemudian memformulasikan secara deskriptif, selanjutnya memproses data
dengan tahapan perhitungan kemudian menyajikan data setelah itu
menyimpulkan.
5. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Ekosistem Mangrove
3.1.1 Sebaran Populasi Mangrove
Wilayah mangrove Pulau Pasaran merupakan wilayah yang cukup mempunyai
kedalaman lumpur dengan kedalaman selutut orang dewasa jika surut dan akan
lebih dalam jika telah mengalami pasang air laut. Kondisi fisik dari hutan
mangrove Pulau Pasaran itu sendiri selain berlumpur dan mempunyai air yang
cukup keruh, disana juga sebaran populasinya cukup merata mengikuti garis
pantai. Pada bagian depan, mangrove yang tumbuh berjenis Avicennia marina.
Sedangkan pada bagian dalam, ditumbuhi oleh mangrove jenis Rhizopora. Akan
tetapi, juga banyak ditemukan sampah yang terbawa arus dalam hutan mangrove
tersebut.
3.1.2 Keragaman Populasi
Spesies
Jum
lah H’ E’ D Di Rdi fi Rfi Ci
Rc
i Ivi
Avicennia 165
0,2
61
0,37
7
0,6
80 6,6
82,5
0%
10
0
% 50%
541
89,8
9
95,
69
%
263,
90%
Rhizopora 35
0,1
06
0,15
4
0,0
30 1,4
17,5
0%
10
0
% 50%
243
8,29
6
4,3
1
%
36,1
0%
200
566
28,1
8
6. Berdasarkan hasil pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa spesies Avicennia
berjumlah 165 pohon dengan indeks keragaman 0,261 , indeks keseragaman 0,377
, indeks dominansi 0,680 , kerapatan jenis 6,6 , kerapatan relatif jenis 82,50 % ,
frekuensi jenis 100% , frekuensi relatif jenis 50%, penutupan jenis 54189,89 ,
penutupan relatif jenis 95,69% , nilai penting 263,90%. Spesies Rhizopora
berjumlah 35 dan 200 pohon dengan indeks keragaman 0,106 , indeks
keseragaman 0,154 , indeks dominansi 0,030 , kerapatan jenis 1,4 , kerapatan
relatif jenis 17,50% , frekuensi jenis 100%, frekuensi relatif jenis 50%, penutupan
jenis 2438,296 dan 56628,18 , penutupan relatif jenis 4,31 %, dan nilai penting
36,10%.
Berdasarkan hasil tabel diatas, dapat disimpulkan juga bahwa hutan mangrove
yang ada pada Pulau Pasaran masih terjaga kelestariannya dan kerapatan,
keragaman, keaneakaragaman cukup merata dengan frekuensi jenis 100%. Hal
yang dapat mempengaruhi besar atau tidaknya angka yang dihasilkan terhadap
suatu indeks adalah keadaan yang ada pada hutan mangrove tersebut seperti suhu,
pH, pasang surut air laut, serta keanekaragaman dari populasi itu sendiri
3.2 Ekosistem Lamun
3.2.1 Sebaran Populasi Lamun
Sebaran populasi lamun yang ada di Pantai Ketapang, Pesawaran adalah cukup
tidak merata. Kondisi fisik dari lamun yang berada di Pantai Ketapang itu sendiri
tidak sama kepadatan antara satu tempat dengan tempat yang lainya. Lamun itu
sendiri tumbuh pada substrat berpasir yang ada di perairan dangkal. Hal ini
berkaitan dengan suhu, pH, DO, keanekaragaman populasi lainnya, serta
kebersihan pada perairan tersebut.
3.2.2 Keragaman Populasi
Spesies Jumlah Keanekaragaman Keseragaman VMR
Enhalus
acoroides 1060 1 1 176,48
7. Berdasarkan pada tabel diatas, didapatkan jumlah lamun yang ada di Pantai
Ketapang yaitu Enhalus acoroides berjumlah 1060 dengan keanekaragaman dan
keseragaman 1 serta VMR 176,48. Tingkat keanekaragaman dan keseragaman
dapat dikatakan cukup rendah dikarenakan hanya 1 spesies yang dapat ditemukan
yaitu spesies lamun Enhalus Acoroides. Sehingga faktor lingkungan berkontribusi
menentukan struktur komunitas dan kepadatan populasi lamun di lokasi tersebut.
3.3 Ekosistem Bentos
3.3.1 Sebaran Populasi Bentos
Kondisi fisik Pantai Ketapang masih cukup terjaga dengan banyaknya
makrobentos yang ditemukan pada pantai tersebut. Meskipun juga tidak sedikit
ditemukan sampah yang tidak pada tempatnya diakibatkan oleh oknum tidak
peduli lingkungan. Pada pengambilan sampel bentos, dilakukan pada 2 tempat
yaitu pinggiran pantai dan perairan dangkal. Pada 2 tempat tersebut, ditemukan
banyak organisme makrobentos yang hidup di tempat tersebut dan dapat
dikatakan merata persebarannya. Yang dapat mempengaruhi ada atau tidaknya
makrobentos pada suatu perairan adalah suhu,pH,DO,cahaya, kecepatan arus dan
tercemar atau tidaknya perairan tersebut.
3.3.2 Keragaman Populasi
Jenis Bentos Jumlah H’ E’ D
Notomyotida sp 1 0,088992134 0,02381 0,00056689
Penaeus 8 0,315852967 0,084505 0,03628118
Zenarchopterus
Buffonis
9 0,330095366 0,088316 0,04591837
Ophiuroidea
brevispinum
1 0,088992134 0,02381 0,00056689
Mymonippe
Harwicki
17 0,366089444 0,097946 0,1638322
Marcia
Marmorata
6 0,277987164 0,074374 0,02040816
Jumlah 42 1,468009209 0,392761
8. Keragaman jenis atau keheterogenan jenis merupakan ciri yang unik untuk
menggambarkan struktur komunitas di dalam organisasi kehidupan. Suatu
komunitas dikatakan mempunyai keragaman jenis tinggi, jika kelimpahan
masing - masing jenis tinggi dan sebaliknya keragaman jenis rendah jika hanya
terdapat beberapa jenis yang melimpah. Indeks keragaman jenis menggambarkan
keadaan populasi organisme secara matematik untuk mempermudah dalam
menganalisis informasi - informasi jumlah individu masing-masing jenis dalam
suatu komunitas (Kusumo Winarno dkk., 2000).
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa bentos yang berada di Pantai
Ketapang, Pesawaran mempunyai dominansi,keanekaragaman, serta keseragaman
yang cukup rendah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti miskinnya unsur
hara dalam substrat, kecepatan arus, suhu, pH, DO, cahaya, dan tercemar atau
tidaknya perairan tersebut.
9. PENGAMATAN EKOSISTEM MANGROVE, LAMUN, BENTOS
( Laporan Praktikum Ekologi Perairan )
Oleh
Merlia Donna Johan
1414111046
Kelompok 1
Asisten
Winny Mutiasari
1314111054
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
10. IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dihasilkan dari praktikum ini adalah :
1. Mangrove yang ada di Pulau Pasaran adalah jenis Avicennia marina dan
Rhizopora.
2. Kerapatan jenis mangrove tertinggi adalah 6,6. Untuk kerapatan relatif jenis
adalah 82,50. Frekuensi jenis 100%, frekuensi relatif jenis 50 %, penutupan
jenis 2438,296 ,penutupan relatif jenis 4,31%, dan nilai penting 36,10%.
3. Di Pantai Ketapang, jenis lamun yang ditemukan adalah Enhalus acoroides.
4. Nilai VMR yang terdapat pada lamun adalah 176,48
5. Jenis benthos yang terdapat di tempat praktikum adalah kepiting, serangga,
serta bintang laut.
6. Indeks keanekaragaman yang terdapat pada benthos adalah 1,468009209.
Indeks keseragaman 0,392761 dan indeks dominansi tertinggi 0,1638322.
5.2 Saran
Saran yang akan disampaikan adalah :
1. Agar lebih dapat menjaga kondisi kesehatan, sehingga dapat menjalankan
praktikum sesuai dengan prosedur.
11.
12. DAFTAR PUSTAKA
Kusumo Winarno dkk.2000. Biologi Lingkungan. Jakarta: Erlangga.
Nazir.1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Romimohtarto,K.Juwana,S.2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Djambatan.
13. Mangrove
Spesies
Jum
lah H’ E’ D Di Rdi fi Rfi Ci
Rc
i Ivi
Avicenna 165
0,2
61
0,37
7
0,6
80 6,6
82,5
0%
10
0
% 50%
541
89,8
9
95,
69
%
263,
90%
Rhizopora 35
0,1
06
0,15
4
0,0
30 1,4
17,5
0%
10
0
% 50%
243
8,29
6
4,3
1
%
36,1
0%
200
566
28,1
8
No Jenis Mangrove Jumlah Plot Jumlah
Indukan
Jumlah
Anakan
1 Avicennia 6 14 148
2 Rhizopora 6 5 -
A. Kerapatan jenis (Di)
Di = Ni / A
Plot a.5x5 = 47 / 25 = 1,88
Plot a.3x3 = 21 / 9 = 2,33
Plot a.1x1 = 14 / 1 = 14
Plot b.5x5 = 35 / 25 = 1,8
Avicenna
Indukan
Anakan
Rhizopora
Indukan
Anakan
14. Plot b.3x3 = 35 / 9 = 3,89
Plot b.1x1 = 13 / 1 = 13
B. Kerapatan relatif jenis
R Di =
𝑛𝑖
∑ 𝑛
x 100%
Plot a.5x5 =
47
165
x 100% = 28,48%
Plot a.3x3 =
21
165
x 100% = 12,73%
Plot a.1x1 =
14
165
x 100% = 8,48%
Plot b.5x5 =
35
165
x 100% = 21,21%
Plot b.3x3=
35
165
x 100% = 21,21%
Plot b.1x1 =
35
165
x 100% = 7,88%
RDi = 14,302%
C. Frekuensi jenis
Fi =
𝑃𝑖
∑ 𝑝
x 100%
Aucenia alba blume =
1
6
x 100 % = 16,67%
D. Frekuensi relatif jenis
Rfi =
𝐹𝑖
∑ 𝑓
x 100%
Aucenia alba blume =
1
1,16
x 100 % = 85,71%
Avicennia marina =
0,16
1,16
x 100 % = 14,29%
RFi = 50%
15. E. Penutupan jenis (Ci)
Ci =
∑ 𝐵𝐴
𝐴
= ∑
𝐶𝐵𝐻2
𝜋
X
𝐴
4
Plot a = 472 / 3,14 x 25/4 = 1148,301
Plot b = 212 / 3,14 x
9
4
= 321,1282
Plot c = 142 / 3,14 x
1
4
= 28,65185
Plot d = 352 / 3,14 x
25
4
= 1148,301
Plot e = 352 / 3,14 x
25
4
= 321,1282
Plot f = 132 / 3,14 x
25
4
= 28,65185
∑c =2996,162
F. Penutupan relatif jenis (Rci)
𝑅𝐶𝑖 =
𝐶𝑖
∑C
x 100 %
Plot a =
1148,301
2996,16
= 34,62%
Plot b =
321,1282
2996 ,162
= 9,68%
Plot c =
28,65185
2996 ,162
= 0,86%
Plot d =
1148 ,301
2996 ,162
= 34,62%
Plot e =
321 ,1282
2996 ,162
= 9,68%
Plot f =
28,65185
2996,162
= 0,86%
G. Nilai Penting (Ivi)
ivi = Rdi + Rfi + Rci = 14,302% + 50% + 15,03% =79,332%