Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove yaitu sebagai tempat pemijahan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan, rimata, serangga, burung, reptil dan amphibi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni hingga bulan Desember 2012, sampel diperoleh untuk mewakili sampel pada musim Timur, musim Peralihan Timur ke Barat dan pada musim Barat. Juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove, dikoleksi dengan jaring dengan ukuran mata jaring 500 µ, jarring lempar ukuran mata jaring 2 inchi, alat pancing serta serok (seser) ikan. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan di ekosistem mangrove Pulau Parang terdiri dari Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan Xylocarpus moluccensis. Komposisi jenis juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove yang dikoleksi selama tiga musim berturut-turut berjumlah 14 jenis, yang tergolong ke dalam 11 famili dan 13 genus. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 0,056 – 1,557 pada kategori sedang, keseragaman juvenil ikan berkisar antara 0,035 – 0,926 berada dalam kondisi yang stabil dan dominansi berkisar antara 0,236 – 0,985 artinya terdapat beberapa jenis juvenil ikan yang mendominasi di stasiun penelitian.
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Penelitian ini mengkaji komunitas larva ikan di ekosistem padang lamun di Pulau Parang, Karimunjawa;
(2) Terdapat 14 famili larva ikan yang ditemukan dengan dominasi famili Gerreidae, Gobiidae, dan Labridae;
(3) Kualitas perairan mempengaruhi keberadaan larva ikan, dengan suhu 28,5°C-31,14°C dan salinitas 29,5-34°/oo.
Dokumen tersebut membahas tentang ekosistem mangrove dan peranannya sebagai habitat bagi berbagai biota termasuk kepiting. Mangrove memiliki fungsi fisik, biologis, dan ekonomis yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan tingkat kesamaan komunitas kepiting brachyura di beberapa tegakan mangrove di sekitar Taman Nasional Rawa Aopa."
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Mujiyanto -
Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenile ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di padang lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan Barat). Pengambilan sampel juvenil ikan diambil dengan small beam trawl di lima stasiun penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling method. Selanjutnya pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter. Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat 683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesiesi. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74 dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies. Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80 %.
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Muhammad Ardianto
Berdasarkan analisis perbedaan jantan dan betina Kepiting Bakau (Scylla serrata) berdasarkan karapas dan kaki renang (pleopod), ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata lebar karapas jantan dan betina. Namun demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata rasio panjang dan lebar swimming pad jantan dan betina."
Dokumen tersebut membahas tentang biologi populasi kepiting bakau (Scylla serrata) di habitat mangrove Taman Nasional Kutai, Kabupaten Kutai Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter pertumbuhan, distribusi ukuran, laju mortalitas dan laju eksploitasi penangkapan kepiting bakau. Hasil pengukuran diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengelolaan kepiting bakau di kawasan tersebut agar d
Bab I pendahuluan menjelaskan latar belakang penelitian tentang pengaruh salinitas terhadap laju metabolisme kepiting bakau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap konsumsi oksigen kepiting bakau pada berbagai kondisi. Manfaat penelitian ini diantaranya sebagai bahan informasi untuk budidaya kepiting bakau dan sebagai sumber belajar.
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Penelitian ini mengkaji komunitas larva ikan di ekosistem padang lamun di Pulau Parang, Karimunjawa;
(2) Terdapat 14 famili larva ikan yang ditemukan dengan dominasi famili Gerreidae, Gobiidae, dan Labridae;
(3) Kualitas perairan mempengaruhi keberadaan larva ikan, dengan suhu 28,5°C-31,14°C dan salinitas 29,5-34°/oo.
Dokumen tersebut membahas tentang ekosistem mangrove dan peranannya sebagai habitat bagi berbagai biota termasuk kepiting. Mangrove memiliki fungsi fisik, biologis, dan ekonomis yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan tingkat kesamaan komunitas kepiting brachyura di beberapa tegakan mangrove di sekitar Taman Nasional Rawa Aopa."
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Mujiyanto -
Ekosistem lamun sangat berperan dalam kelangsungan hidup juvenil ikan, dimana padang lamun sebagai daerah asuhan (nursery ground) merupakan tempat yang tepat bagi biota-biota laut yang masih muda atau masih dalam tahap juvenil untuk bertahan hidup. Kelimpahan dan struktur komunitas juvenile ikan pada ekosistem lamun dapat berubah-ubah menurut waktu, dan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas juvenil ikan di padang lamun pada kawasan perairan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada bulan Juni, September dan Desember 2012 (Musim Timur, Peralihan dan Barat). Pengambilan sampel juvenil ikan diambil dengan small beam trawl di lima stasiun penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling method. Selanjutnya pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek kuadran 1x1 meter. Hasil penelitian menunjukan bahwa juvenil ikan di padang lamun dalam 3 kali sampling berhasil didapat 683 individu, terdiri dari 16 famili dengan 42 spesiesi. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25-4,74 dimana indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun Pulau Kembar sbesar 4,74 dengan 15 spesies. Hal ini juga didukung oleh persentase penutupan lamun tertinggi di stasiun Pulau Kembar sebesar 99,80 %.
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Muhammad Ardianto
Berdasarkan analisis perbedaan jantan dan betina Kepiting Bakau (Scylla serrata) berdasarkan karapas dan kaki renang (pleopod), ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata lebar karapas jantan dan betina. Namun demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata rasio panjang dan lebar swimming pad jantan dan betina."
Dokumen tersebut membahas tentang biologi populasi kepiting bakau (Scylla serrata) di habitat mangrove Taman Nasional Kutai, Kabupaten Kutai Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter pertumbuhan, distribusi ukuran, laju mortalitas dan laju eksploitasi penangkapan kepiting bakau. Hasil pengukuran diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengelolaan kepiting bakau di kawasan tersebut agar d
Bab I pendahuluan menjelaskan latar belakang penelitian tentang pengaruh salinitas terhadap laju metabolisme kepiting bakau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap konsumsi oksigen kepiting bakau pada berbagai kondisi. Manfaat penelitian ini diantaranya sebagai bahan informasi untuk budidaya kepiting bakau dan sebagai sumber belajar.
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...Luhur Moekti Prayogo
Pemodelan dilakukan untuk menentukan sebaran habitat dugong di Pulau Bintan dengan variabel lingkungan seperti lamun, jarak sungai, kedalaman air, dan kecerahan air. Hasilnya menunjukkan nilai AUC 0,96 dengan deviasi 0,04, dan sebaran habitat potensial terdapat di Desa Berakit, Gunung Kijang, Kawal, dan Malang Temu. Parameter paling berpengaruh adalah lamun, jarak sungai, dan kedalaman air.
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang terdiri dari 30 genus yang terbagi ke dalam 15 famili, dengan famili Capitellidae, Spionidae dan Syllidae sebagai jenis yang paling dominan. Kerapatan dan komposisi lamun berbeda di ketiga stasiun penelitian."
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
Echinodermata memiliki peran penting dalam ekologi laut yang hidup di dasar perairan yang berperan dalam menjaga tingkat kesuburan sedimen dan merupakan deposit feeder. Larva dan biota dewasa dari echinodermata juga merupakan bahan pasokan makanan bagi biota lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji populasi echinodermata di daerah perairan padang lamun pulau Parang, Karimunjawa dimana sampel diidentifikasi secara visual langsung dengan bantuan transek 5x5 meter menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laganum laganum dan Holothuria atra merupakan spesies yang mendominasi di setiap stasiun pengamatan diduga karena cocok dengan kondisi lingkungan. Spesies yang ditemukan pada lokasi Pulau Kembar, Pulau Kumbang, Legon Boyo, Batu Merah cukup bervariasi dengan jumlah spesies tinggi, sedangkan pada Pulau Nyamuk hanya ditemukan sedikit.
Dokumen tersebut membahas tentang usaha pelestarian sumber daya alam hayati yang terancam punah, termasuk penyebab kepunahan jenis hewan dan tumbuhan, serta cara perlindungan dan pengawetan alam seperti pembentukan kawasan konservasi.
Monitoring Sebaran dan Tutupan Komponen Dasar Terumbu Karang Serta Identifikasi Batas Wilayah pada DPL (Daerah Perlindungan Laut) Desa Patikarya di Wilayah Kerja COREMAP II
Kabupaten Selayar
Ekologi laut mempelajari ekosistem air laut, termasuk lautan, pantai, estuari, terumbu karang, dan padang lamun. Habitat laut dibedakan berdasarkan kedalaman dan wilayahnya, sedangkan ekosistemnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...UNESA
Bee Jay Bakau Resort merupakan kawasan mangrove yang menjadi habitat ikan gelodok. Ikan gelodok (Mudskipper) merupakan salah satu jenis biota lokal yang mendiami kawasan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi Mudskipper berdasarkan karakter morfologi dan peranannya di Bee Jay Bakau Resort. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui evaluasi karakter morfologi, morfometrik, dan meristik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu spesies ikan gelodok, yaitu Periopthalmus modestus. Jumlah ikan yang ditemukan sedikit yaitu 4 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa ikan gelodok di Bee Jay Bakau Resort tidak melimpah. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekologi mangrove yang kurang sesuai dengan habitat Mudskipper. Peran ikan gelodok sebagai filter feeder diketahui dari kemampuan memompa air melalui rongga mantel sehingga dapat menyaring bahan organik yang ada di dasar pantai berlumpur yang ada di hutan mangrove.
Teks tersebut membahas tentang sistem pencernaan ikan lomek (Harpodonnehereus) di perairan Dumai. Secara singkat, teks menjelaskan bahwa ikan lomek memiliki sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Teks juga menjelaskan bahwa ikan lomek adalah omnivora yang memakan ikan kecil, udang, dan teri.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Tiga kalimat ringkasan artikel jurnal ilmiah tentang komposisi dan distribusi plankton di perairan Teluk Semarang adalah:
Penelitian menemukan 6 kelas dan 37 genera fitoplankton serta 6 kelas dan 32 genera zooplankton, dengan kelimpahan fitoplankton lebih tinggi di perairan lepas pantai. Indeks keragaman fitoplankton dan zooplankton berada pada tingkat rendah hingga sedang.
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Dokumen tersebut membahas struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan di Laut Cina Selatan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kestabilan komunitas ikan demersal meningkat seiring kedalaman dan dipengaruhi oleh parameter kedalaman, suhu, dan salinitas. Sementara itu, persebaran kelimpahan ikan sangat dipengaruhi oleh oksigen terlarut dan kecerahan air.
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"AzkiyaBanata
Dokumen tersebut membahas mengenai biota asosiasi yang hidup di sekitar lamun di Pulau Pramuka. Jenis biota yang paling banyak ditemukan adalah Meiacanthus ditrema dan moluska. Biota paling banyak ditemukan pada interval 40 meter dari garis pantai. Perbedaan substrat antara Pulau Karya dan Pulau Pramuka menyebabkan perbedaan jumlah kelimpahan biota di sekitar lamun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi nutrisi rumput laut Euchema cotoni yang dikeringkan dengan proses berbeda di Pulau Karimunjawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumput laut yang dikeringkan dengan proses yang berbeda memiliki komposisi nutrisi yang berbeda pula, dengan rumput laut kering tawar memiliki nilai nutrisi terbaik untuk dikonsumsi sebagai makanan."
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas bioekologi ikan Bolo-bolo (Atherinomorus lacunosus) di Kepulauan Karimunjawa, termasuk hubungan panjang berat, faktor kondisi, tingkat kematangan gonad, fekunditas, dan nisbah kelamin ikan tersebut. Penelitian dilakukan di ekosistem mangrove di bagian barat kepulauan tersebut.
STRUKTUR UKURAN, PERTUMBUHAN DAN RASIO SEKSUAL IKAN HIAS NAPOLEON (Pomacanthu...Dr. Mauli Kasmi
Ikan Napoleon (Pomachantus xanthometopon) merupakan spesies termahal dari kelompok ikan Napoleon dan mempunyai nilai tawar yang lebih tinggi dibanding jenis ikan hias lainnya, sehingga menjadi ikan target oleh nelayan ikan hias. Produksi ikan ini masih tergantung dari penangkapan di alam karena budidaya belum berhasil dikembangkan, sehingga ada kemungkinan spesies ini mengalami overfishing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi rekruitmen, struktur ukuran, pertumbuhan dan rasio seksual ikan Napoleon di perairan Sulawesi Selatan. Metode penelitian didasarkan pada sampling paralel di perairan Kepulauan Pangkep dan Selayar. Selanjutnya, fekunditas dihitung dengan menggunakan metode volimetrik. Umur mutlak dan pertumbuhan ikan Napoleon ditentukan dengan analisis plot Gulland dan Holt. Hasil kajian menunjukkan bahwa modus panjang total ikan Napoleon di Kabupaten Pangkep (9,5-11,5 cm) relatif lebih besar dibandingkan ikan Napoleon di Kabupaten Selayar (4,5-5,5 cm). Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan sebesar 0,4934 cm/ tahun dengan panjang maksimun 41,7 cm pada umur 13 tahun. Ikan Napoleon yang tertangkap merupakan ikan muda (53%) yang belum berkembang gonadnya. Rasio seksual adalah 26 % betina, 14% jantan dan 7% hermafrodit.
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Penelitian ini mengkaji hubungan konsentrasi logam berat kadmium dan timbal yang terkandung dalam air laut, plankton, dan larva ikan di Teluk Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam timbal dan kadmium pada ketiga komponen tersebut masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Namun demikian, terdapat beberapa stasiun yang menunjukkan konsentrasi logam berat di atas rata-rata.
Praktikum ekologi perairan dilaksanakan untuk mempelajari ekosistem mangrove, lamun, dan bentos di Pulau Pasaran dan Pantai Ketapang. Jenis mangrove yang ditemukan adalah Avicennia marina dan Rhizopora dengan kerapatan tertinggi 6,6. Satu spesies lamun, Enhalus acoroides, ditemukan dengan VMR 176,48. Enam jenis bentos ditemukan dengan dominansi rendah.
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...Luhur Moekti Prayogo
Pemodelan dilakukan untuk menentukan sebaran habitat dugong di Pulau Bintan dengan variabel lingkungan seperti lamun, jarak sungai, kedalaman air, dan kecerahan air. Hasilnya menunjukkan nilai AUC 0,96 dengan deviasi 0,04, dan sebaran habitat potensial terdapat di Desa Berakit, Gunung Kijang, Kawal, dan Malang Temu. Parameter paling berpengaruh adalah lamun, jarak sungai, dan kedalaman air.
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang terdiri dari 30 genus yang terbagi ke dalam 15 famili, dengan famili Capitellidae, Spionidae dan Syllidae sebagai jenis yang paling dominan. Kerapatan dan komposisi lamun berbeda di ketiga stasiun penelitian."
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
Echinodermata memiliki peran penting dalam ekologi laut yang hidup di dasar perairan yang berperan dalam menjaga tingkat kesuburan sedimen dan merupakan deposit feeder. Larva dan biota dewasa dari echinodermata juga merupakan bahan pasokan makanan bagi biota lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji populasi echinodermata di daerah perairan padang lamun pulau Parang, Karimunjawa dimana sampel diidentifikasi secara visual langsung dengan bantuan transek 5x5 meter menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laganum laganum dan Holothuria atra merupakan spesies yang mendominasi di setiap stasiun pengamatan diduga karena cocok dengan kondisi lingkungan. Spesies yang ditemukan pada lokasi Pulau Kembar, Pulau Kumbang, Legon Boyo, Batu Merah cukup bervariasi dengan jumlah spesies tinggi, sedangkan pada Pulau Nyamuk hanya ditemukan sedikit.
Dokumen tersebut membahas tentang usaha pelestarian sumber daya alam hayati yang terancam punah, termasuk penyebab kepunahan jenis hewan dan tumbuhan, serta cara perlindungan dan pengawetan alam seperti pembentukan kawasan konservasi.
Monitoring Sebaran dan Tutupan Komponen Dasar Terumbu Karang Serta Identifikasi Batas Wilayah pada DPL (Daerah Perlindungan Laut) Desa Patikarya di Wilayah Kerja COREMAP II
Kabupaten Selayar
Ekologi laut mempelajari ekosistem air laut, termasuk lautan, pantai, estuari, terumbu karang, dan padang lamun. Habitat laut dibedakan berdasarkan kedalaman dan wilayahnya, sedangkan ekosistemnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
PKM AI: Potensi Jenis Ikan Gelodok (Mudskipper) dan PerannyaSebagai Filter Fe...UNESA
Bee Jay Bakau Resort merupakan kawasan mangrove yang menjadi habitat ikan gelodok. Ikan gelodok (Mudskipper) merupakan salah satu jenis biota lokal yang mendiami kawasan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi Mudskipper berdasarkan karakter morfologi dan peranannya di Bee Jay Bakau Resort. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui evaluasi karakter morfologi, morfometrik, dan meristik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu spesies ikan gelodok, yaitu Periopthalmus modestus. Jumlah ikan yang ditemukan sedikit yaitu 4 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa ikan gelodok di Bee Jay Bakau Resort tidak melimpah. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekologi mangrove yang kurang sesuai dengan habitat Mudskipper. Peran ikan gelodok sebagai filter feeder diketahui dari kemampuan memompa air melalui rongga mantel sehingga dapat menyaring bahan organik yang ada di dasar pantai berlumpur yang ada di hutan mangrove.
Teks tersebut membahas tentang sistem pencernaan ikan lomek (Harpodonnehereus) di perairan Dumai. Secara singkat, teks menjelaskan bahwa ikan lomek memiliki sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Teks juga menjelaskan bahwa ikan lomek adalah omnivora yang memakan ikan kecil, udang, dan teri.
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Tiga kalimat ringkasan artikel jurnal ilmiah tentang komposisi dan distribusi plankton di perairan Teluk Semarang adalah:
Penelitian menemukan 6 kelas dan 37 genera fitoplankton serta 6 kelas dan 32 genera zooplankton, dengan kelimpahan fitoplankton lebih tinggi di perairan lepas pantai. Indeks keragaman fitoplankton dan zooplankton berada pada tingkat rendah hingga sedang.
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Dokumen tersebut membahas struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan di Laut Cina Selatan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kestabilan komunitas ikan demersal meningkat seiring kedalaman dan dipengaruhi oleh parameter kedalaman, suhu, dan salinitas. Sementara itu, persebaran kelimpahan ikan sangat dipengaruhi oleh oksigen terlarut dan kecerahan air.
Laporan Praktikum Lapangan "Biota Asosiasi Lamun Pulau Pramuka"AzkiyaBanata
Dokumen tersebut membahas mengenai biota asosiasi yang hidup di sekitar lamun di Pulau Pramuka. Jenis biota yang paling banyak ditemukan adalah Meiacanthus ditrema dan moluska. Biota paling banyak ditemukan pada interval 40 meter dari garis pantai. Perbedaan substrat antara Pulau Karya dan Pulau Pramuka menyebabkan perbedaan jumlah kelimpahan biota di sekitar lamun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi nutrisi rumput laut Euchema cotoni yang dikeringkan dengan proses berbeda di Pulau Karimunjawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumput laut yang dikeringkan dengan proses yang berbeda memiliki komposisi nutrisi yang berbeda pula, dengan rumput laut kering tawar memiliki nilai nutrisi terbaik untuk dikonsumsi sebagai makanan."
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas bioekologi ikan Bolo-bolo (Atherinomorus lacunosus) di Kepulauan Karimunjawa, termasuk hubungan panjang berat, faktor kondisi, tingkat kematangan gonad, fekunditas, dan nisbah kelamin ikan tersebut. Penelitian dilakukan di ekosistem mangrove di bagian barat kepulauan tersebut.
STRUKTUR UKURAN, PERTUMBUHAN DAN RASIO SEKSUAL IKAN HIAS NAPOLEON (Pomacanthu...Dr. Mauli Kasmi
Ikan Napoleon (Pomachantus xanthometopon) merupakan spesies termahal dari kelompok ikan Napoleon dan mempunyai nilai tawar yang lebih tinggi dibanding jenis ikan hias lainnya, sehingga menjadi ikan target oleh nelayan ikan hias. Produksi ikan ini masih tergantung dari penangkapan di alam karena budidaya belum berhasil dikembangkan, sehingga ada kemungkinan spesies ini mengalami overfishing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi rekruitmen, struktur ukuran, pertumbuhan dan rasio seksual ikan Napoleon di perairan Sulawesi Selatan. Metode penelitian didasarkan pada sampling paralel di perairan Kepulauan Pangkep dan Selayar. Selanjutnya, fekunditas dihitung dengan menggunakan metode volimetrik. Umur mutlak dan pertumbuhan ikan Napoleon ditentukan dengan analisis plot Gulland dan Holt. Hasil kajian menunjukkan bahwa modus panjang total ikan Napoleon di Kabupaten Pangkep (9,5-11,5 cm) relatif lebih besar dibandingkan ikan Napoleon di Kabupaten Selayar (4,5-5,5 cm). Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan sebesar 0,4934 cm/ tahun dengan panjang maksimun 41,7 cm pada umur 13 tahun. Ikan Napoleon yang tertangkap merupakan ikan muda (53%) yang belum berkembang gonadnya. Rasio seksual adalah 26 % betina, 14% jantan dan 7% hermafrodit.
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Penelitian ini mengkaji hubungan konsentrasi logam berat kadmium dan timbal yang terkandung dalam air laut, plankton, dan larva ikan di Teluk Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam timbal dan kadmium pada ketiga komponen tersebut masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Namun demikian, terdapat beberapa stasiun yang menunjukkan konsentrasi logam berat di atas rata-rata.
Praktikum ekologi perairan dilaksanakan untuk mempelajari ekosistem mangrove, lamun, dan bentos di Pulau Pasaran dan Pantai Ketapang. Jenis mangrove yang ditemukan adalah Avicennia marina dan Rhizopora dengan kerapatan tertinggi 6,6. Satu spesies lamun, Enhalus acoroides, ditemukan dengan VMR 176,48. Enam jenis bentos ditemukan dengan dominansi rendah.
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...Mujiyanto -
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang analisis kebiasaan makan ikan beronang (Siganus virgatus) di Kepulauan Karimunjawa. Penelitian menunjukkan bahwa ikan beronang termasuk herbivora dengan makanan utama tumbuhan seperti rumput laut sebesar 98,28%, dan makanan tambahan fitoplankton dan detritus.
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...Mujiyanto -
Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi dan termasuk kedalam spesies terancampunah (endangered species). Perairan Kepulauan Sembilan merupakan salah satu perairan yang memiliki kondisi terumbu karang yang cukup baik dan disekitarnya terdapat jarring apung tempat pembesaran dan penampungan ikan napoleon hasil tangkapan nelayan disekitar Kepulauan Sembilan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan keberadaan ikan napoleon di Perairan Kepulauan Sembilan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013, dengan menggunakan metode survey lapangan. Penentuan lokasi penelitian sesuai dengan tempat nelayan melakukan penangkapan ikan napoleon yaitu daerah Marempu, Latoiya, Bungimpare dan Makodang yang berada di sekitar Pulau Sembilan. Luasan terumbu karang disekitar lokasi penelitian dihitung berdasarkan hasil interpretasi citra satellite Landsat 8 OLI yang diakuisisi pada bulan April 2013. Hasil sensus visual di wilayah Marempu dengan luas sapuan area 1,7 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 6,3 individu/ha dengan kondisi terumbu karang berdasarkan persen tutupan karang hidup berkisar antara 15-60%. Di sekitar lokasi Bungimpare dengan luas sapuan 0,9 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 5,5 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 30-60%. Wilayah Makodang dengan luas sapuan 1,3 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 0,8 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 60%. Sementara itu hasil sensus visual di wilayah Latoiya tidak ditemukan ikan napoleon.
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
Berikut adalah ringkasan dalam 3 kalimat atau kurang dari dokumen tersebut:
Dokumen tersebut menganalisis komposisi dan kelimpahan telur serta larva ikan di perairan terumbu karang barat Kepulauan Karimunjawa. Hasil penelitian menunjukkan dominasi telur ikan dan larva terdiri atas berbagai famili. Bulan September merupakan periode puncak pemijahan dengan kelimpahan telur dan larva tertinggi.
Dokumen ini membahas 15 jenis ikan hasil tangkapan nelayan di kawasan pesisir pantai Tabanio, Kalimantan Selatan. Jenis-jenis ikan tersebut diantaranya Synaptura albomaculata, Sardinella fimbriata, dan Caranx tille. Ikan-ikan tersebut diidentifikasi berdasarkan ciri morfologi untuk mengetahui keanekaragaman spesies ikan di kawasan tersebut.
Dokumen tersebut membahas mengenai perikanan ikan sarden di Selat Bali dan perikanan ikan sarden di Samudera Pasifik Amerika Utara. Ikan sarden adalah ikan pelagis kecil yang banyak dikonsumsi di dunia. Salah satu pusat perdagangan ikan sarden terletak di Kabupaten Banyuwangi, Bali. Dokumen ini juga membahas mengenai faktor-faktor lingkungan di perairan Selat Bali serta daerah penangkapan ikan sarden di
Ikan karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal.
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni - Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Juwi (Selar boops). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan gill net. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Juwi (2.903) jantan dan (2.556) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Juwi bersifat isometrik dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Juwi adalah 1.089 dan 0.507, berkategori seimbang. TKG ikan Juwi diperoleh I, II-IV, 17 ekor ikan betina ber-TKG IV dan 25 ekor untuk ikan jantan. Fekunditas ikan berkisar antara 327 - 623 butir pada TKG IV, dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi hanya satu kali dalam 1 (satu) musim. Hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah berbanding 1:1, menunjukkan kondisi seimbang. Ikan Juwi (S. boops) termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Juwi.
1. Dokumen ini membahas hasil penelitian tentang potensi, kondisi, dan status pemanfaatan terumbu karang di Provinsi Gorontalo.
2. Penelitian ini menganalisis kondisi terumbu karang melalui citra satelit dan survei lapangan untuk mengetahui tingkat penutupan karang, keanekaragaman biota, dan tingkat pemanfaatan sumber daya.
3. Hasilnya berupa peta potensi dan kondisi terumbu karang yang menggambarkan sebar
Teks tersebut membahas potensi sumberdaya ikan tuna dan cakalang di perairan Indonesia. Sumberdaya ikan tersebut melimpah namun belum dikelola secara optimal. Diperlukan pengelolaan sumberdaya yang mempertimbangkan aspek teknologi, sumber daya manusia, dan ekonomi untuk memaksimalkan potensi ikan tuna dan cakalang.
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Similar to Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian barat kepulauan karimunjawa kabupaten jepara (20)
Secara fisiologi penyelaman, manusia tidak diciptakan untuk beradaptasi dengan lingkungan bawah perairan baik perairan tawar maupun laut, tetapi manusia dapat menciptakan suatu alat untuk beradptasi dengan lingkungan perairan. Alat tersebut dinamakan SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus). Peralatan Scuba merupakan peralatan penyelaman yang disempurnakan oleh Yves Couteau dan Emile Gagnan pada tahun 1943, dan sampai sekarang masih dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan baik berupa tingkat keselamatan dan berbagai aksesoris pendukung lainnya.
Perkembangan penyelaman Scuba di Indonesia sampai saat sekarang boleh dikatakan sangat mengembirakan, terutama untuk penyelaman olah raga dan wisata bahari. Akan tetapi penyelaman di bidang lainnya, seperti halnya penyelaman komersial dan penyelaman ilmiah masih sangat terbatas. Dan tak jarang pekerjaan dan proyek-proyek bawah air di Indonesia masih didominasi oleh penyelam-penyelam asing.
Manfaat lain penyelaman scuba adalah, seseorang penyelam dapat mengembangkan ilmu-ilmu kelautan sesuai dengan bidangnya seperti halnya dalam bidang arsitektur atau teknik sispil, dia dapat mengembangkan untuk membuat konstruksi-konstruksi atau penambangan lepas pantai(off shore). Dibidang kedokteran seorang penyelam dapat mengembagkan Hyperbarik (fisika dan fisiologi penyelaman, serta medical aspek). Sedangkan untuk masyarakat ilmiah, penyelam dapat melakukan kegiatan penelitian-penelitian yang dilakukan dapat mengembangkan dan mengungkapkan potensi sumberdaya hayati laut yang terdapat dalam suatu perairan, terutama ilmu biologi, geologi, arkeologi dan kelautan lainnya.
Sebagian ahli penyelaman mengatakan bahwa penyelaman Scuba merupakan salah satu aktivitas atau olah raga yang beresiko tinggi baik bagi kesehatan maupun bagi keselamatan pribadi pelakunya. Tentunya bila kegiatan tersebut tidak dilakukan melalui prosedur yang benar. Karena itu pendidikan dan pelatihan penyelaman Scuba harus dikelola sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dengan sistem yang jelas dengan program-programnya, terukur dan terorganisir pelaksanaannya. Dengan demikian akan dimungkinkan diadakannya monitoring, evaluasi guna mencapai hasil yang optimal.
Scientific Diving Club bertujuan untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan lebih dengan mengorientasikan kegiatannya pada selam ilmiah yang mendukung, memperlancar dan menerapkan selam ilmiah secara bertanggung jawab.
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Mujiyanto -
Dokumen tersebut membahas pentingnya Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) untuk melindungi sumber daya laut dan pantai Indonesia. MCPAs dapat digunakan untuk mengurangi eksploitasi berlebihan dan kerusakan lingkungan, serta melindungi keanekaragaman hayati. Dokumen tersebut juga menjelaskan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan lokasi MCPAs seperti dukungan masyarakat, kondis
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan ...Mujiyanto -
1. Tulisan ini membahas pentingnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terhadap rencana pembangunan di wilayah pesisir, khususnya eksploitasi minyak.
2. Eksploitasi minyak di wilayah pesisir dan laut merupakan salah satu kegiatan yang mewajibkan AMDAL karena dapat memberikan dampak lingkungan.
3. Karakteristik fisik dan kimia minyak mempengaruhi tingkah lakunya di l
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Mujiyanto -
Ringkasan singkat dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas status usaha perikanan tangkap di zona rehabilitasi terumbu karang Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di Teluk Saleh, Sumbawa Besar.
2. Jenis alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan lokal adalah bagan perahu, bubu, pancing, rawai dan jaring tarik.
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan di
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Mujiyanto -
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas analisis bio-ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa. Analisis menunjukkan bahwa produksi ikan pelagis fluktuatif antara tahun 1976-1983 akibat interaksi antara upaya penangkapan dan ketersediaan stok. Produksi maksimum lestari diperkirakan 101,151 ton/tahun pada upaya 4,176 kapal. Strategi pengelolaan diperlukan untuk menjaga keberlanjut
Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...Mujiyanto -
PCA pada dasarnya bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) dimensinya.
PCA dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali atau yang biasa disebut dengan principal component.
Setelah beberapa komponen hasil PCA yang bebas multikolinearitas diperoleh, maka komponen-komponen tersebut menjadi variabel bebas baru yang akan diregresikan atau dianalisa pengaruhnya terhadap variabel tak bebas (Y) dengan menggunakan analisis regresi.
Principal Component Analysis (PCA) dapat mengatasi masalah pelanggaran asumsi klasik multikolinearitas tanpa perlu membuang variabel bebas yang berkolinear tinggi. Sehingga setelah diperoleh variabel bebas baru dari hasil reduksi, dapat meramalkan pengaruh dari variabel bebas (contoh : pendapatan) terhadap variabel tak bebas (contoh : konsumsi) melalui analisis regresi linier.
Dengan metode PCA, kita akan mendapatkan variabel bebas baru yang tidak berkorelasi, bebas satu sama lainnya, lebih sedikit jumlahnya daripada variabel asli, akan tetapi bisa menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli atau yang bisa memberikan kontribusi terhadap varian seluruh variabel.
Panduan praktif belajar statistik korelasi regresi linear_microsoft excel dan...Mujiyanto -
Buku ini menjelaskan tentang analisis korelasi dan regresi linear dengan program Microsoft Excel dan secara manual. Pembahasan meliputi pengertian korelasi dan regresi linear, cara menghitung korelasi dan regresi secara manual, serta cara menganalisis korelasi dan regresi linear menggunakan Microsoft Excel.
Pemerintah Indonesia berencana mengembangkan industri halal untuk meningkatkan ekspor dan pariwisata. Beberapa langkah yang akan dilakukan antara lain mempromosikan produk halal ke pasar global, meningkatkan sertifikasi produk halal, serta melatih SDM agar mampu bersaing di industri halal.
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Mujiyanto -
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Studi ini mengevaluasi peremajaan ikan mas dan nila yang terlepas dari budidaya dalam keramba jaring di Waduk Ir. H. Djuanda. Hasilnya menunjukkan rata-rata 4,9% ikan mas dan 2,4% ikan nila terlepas. Persentase ikan yang terlepas bervariasi antar daerah asal benih ikan.
Komunitas ikan di terumbu karang pulau semak daun kepulauan seribuMujiyanto -
Pemerintah Indonesia berencana memperluas program vaksinasi COVID-19 ke seluruh provinsi. Target vaksinasi akan dicapai dengan melibatkan tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit di seluruh Indonesia untuk membantu proses vaksinasi. Program vaksinasi diperluas untuk mencapai herd immunity sehingga dapat memperlambat dan menghentikan pandemi COVID-19 di Indonesia.
Komunitas perifiton pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau parang kepul...Mujiyanto -
Pemerintah mengumumkan paket stimulus ekonomi baru untuk menyelamatkan bisnis dan pekerjaan. Paket ini memberi insentif pajak dan bantuan langsung untuk UMKM. Tujuannya menstabilkan ekonomi selama pandemi Covid-19.
Hubungan antara persentase tutupan karang dengan komunitas ikan karang di kep...Mujiyanto -
Perubahan kondisi terumbu karang yang terjadi dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap lingkungan pada umumnya dapat menyebabkan kondisi sumberdaya ikan dan biota lainnya berubah pula. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara komunitas ikan karang dengan persentase tingkat kehidupan karang di perairan Kepulauan Seribu pada 10 stasiun pengamatan. Pengamatan kesehatan terumbu karang melalui identifikasi tutupan karang dengan metode transek garis atau Line Intercept Transect (LIT). Analisa keragaman hayati ikan karang menggunakan indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi. Hasil pengamatan tentang kondisi karang hidup dan komunitas ikan karang pada 10 stasiun berkisar antara 15.00 persen sampai dengan 81.00 persen, dengan nilai persentase karang hidup tertinggi pada stasiun IX dengan lokasi DPL Utara Pulau Tidung dengan nilai 81.00 persen yang berarti daerah tersebut berada pada kategori persentase karang hidup sangat tinggi, sedangkan nilai persentase tutupan karang terendah terlihat pada stasiun VII tepatnya didaerah Pulau Semak Daun (15.00 persen). Analisis berdasarkan hasil pengamatan sensus visual terhadap komunitas ikan target, indikator dan mayor menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah diantara komunitas ikan-ikan karang terhadap tingkat keberadaan terumbu karang yang ada. Akan tetapi hubungan antara persentasse tutupan karang dengan komunitas ikan karang menunjukkan hasil bahwa peningkatan nilai persentase tutupan karang seiring dengan peningkatan jumlah komunitas ikan yang ada.
Hubungan antara persentase tutupan karang dengan komunitas ikan karang di kep...
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian barat kepulauan karimunjawa kabupaten jepara
1. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-11) 1
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
KAJIAN STRUKTUR KOMUNITAS JUVENIL IKAN DI PERAIRAN EKOSISTEM
MANGROVE BAGIAN BARAT KEPULAUAN KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA
Maharani
1
*, Johanes Hutabarat
1
, Sunaryo
1
, dan Mujiyanto
2
1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
2
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan
*E-mail : j_rhany@yahoo.co.id ; snyifn@yahoo.com
Abstrak
Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove yaitu sebagai tempat pemijahan (nursery ground), tempat
mencari makan (feeding ground), dan tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan,
primata, serangga, burung, reptil dan amphibi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas
juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.
Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni hingga bulan Desember 2012, sampel diperoleh untuk
mewakili sampel pada musim Timur, musim Peralihan Timur ke Barat dan pada musim Barat. Juvenil
ikan di perairan ekosistem mangrove, dikoleksi dengan jaring dengan ukuran mata jaring 500 µ, jaring
lempar ukuran mata jaring 2 inchi, alat pancing serta serok (seser) ikan. Komposisi jenis mangrove yang
ditemukan di ekosistem mangrove Pulau Parang terdiri dari Bruguiera cylindrica, Bruguiera gymnorrhiza,
Ceriops tagal, Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia
alba dan Xylocarpus moluccensis. Komposisi jenis juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove yang
dikoleksi selama tiga musim berturut-turut berjumlah 14 jenis, yang tergolong ke dalam 11 famili dan 13
genus. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 0,056 – 1,557 pada kategori sedang,
keseragaman juvenil ikan berkisar antara 0,035 – 0,926 berada dalam kondisi yang stabil dan dominansi
berkisar antara 0,236 – 0,985 artinya terdapat beberapa jenis juvenil ikan yang mendominasi di stasiun
penelitian.
Kata kunci: juvenil, Kepulauan Karimunjawa, mangrove, struktur komunitas
Pengantar
Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove yaitu sebagai tempat pemijahan (nursery ground), tempat
mencari makan (feeding ground) dan tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan, satwa
liar, primata, serangga, burung, reptil dan amphibi (Nontji, 1993), termasuk berbagai jenis hewan akuatik
yang bernilai ekonomis penting. Sehingga, meskipun ekosistem mangrove hanya memiliki luas 10% dari
luas laut, namun merupakan habitat 90% kehidupan organisme laut (Suryoatmodjo, 1996).
Kepulauan Karimunjawa adalah gugusan 27 pulau yang terdapat di Laut Jawa. Kepulauan ini seluruhnya
termasuk dalam Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Hanya ada 5 (lima)
pulau yang dihuni oleh penduduk, yaitu pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau
Nyamuk dan Pulau Genting. Pulau-pulau tersebut, pada umumnya merupakan hutan tropis dataran
rendah. Pulau Karimunjawa memiliki luas wilayah 111.625 Ha, terdiri dari daratan 1.507,7 Ha dan
perairan 110.117,3 Ha (BTN Karimunjawa, 2010).
Ekosistem Mangrove di bagian barat Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu ekosistem
mangrove yang masih bertahan secara alami di Karimunjawa. Keberadaannya berperan sangat penting
bagi keseimbangan lingkungan maupun masyarakat Karimunjawa yang sebagian besar adalah nelayan.
Potensi ekosistem mangrove di kawasan ini sebagai habitat, feeding ground, nursery juga spawning
ground bagi berbagai organisme perairan, yang nantinya akan menunjang keberhasilan awal siklus hidup
ikan yang merupakan salah satu faktor penentu tingginya produktifitas perikanan laut (Olli, 2003).
Keterbatasan data dan informasi mengenai juvenil ikan di ekosistem mangrove di bagian Barat
Kepulauan Karimunjawa mengakibatkan pengelolaannya belum optimal dan menghambat penentuan
kebijakan dalam pengelolaan kawasan ekosistem mangrove sebagai salah satu dari gugusan Kepulauan
BP-11
2. 2 Semnaskan_UGM/ Biologi Perikanan (BP-11)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Karimunjawa. Berdasarkan fakta ini, peneliti merasa perlu untuk mengkaji keanekaragaman dan distribusi
juvenil ikan yang difokuskan pada perairan ekosistem mangrove di bagian Barat Kepulauan
Karimunjawa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove
bagian Barat Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.
Bahan dan Metode
Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2012. Pengambilan sampel dilakukan
dalam periode dua bulan sekali selama enam bulan. Penelitian pertama dilaksanakan pada bulan Juni
untuk mewakili musim Timur, penelitian ke dua dilaksanakan pada bulan September untuk mewakili
musim peralihan (Timur ke Barat) dan penelitian ke tiga dilaksanakan pada bulan Desember untuk
mewakili musim Barat.
Lokasi penelitian bertempat di kawasan Perairan Ekosistem Mangrove bagian Barat Kepulauan
Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Penentuan lokasi penelitian
Lokasi penelitian dibagi atas empat stasiun pengamatan (Gambar 1). Penentuan titik stasiun dilakukan
pada setiap zona pemanfaatan lokasi secara horizontal dan berdasarkan keberadaan ekosistem
mangrove yang dianggap dapat mewakili areal mangrove di perairan ekosistem mangrove bagian Barat
Kepulauan Karimunjawa:
a. Stasiun I
Stasiun I ditempatkan di Pulau Kembar terletak di sebelah Barat Pulau Parang dan secara
administratif termasuk Desa Parang. Merupakan zona pemanfaatan pariwisata dan perikanan serta
tidak berpenduduk. Kondisi topografi pantainya relatif landai, substrat dasar pasir dan berlumpur.
Didominasi jenis mangrove Rhizopora mucronata, semak dan tumbuhan vegetasi pantai.
b. Stasiun II
Stasiun II ditempatkan di sebelah Barat kawasan Pulau Parang yaitu daerah teluk Legon Boyo yang
merupakan zona pemanfaatan perikanan tradisional. Kondisi topografi pantainya substrat berlumpur.
Terdapat beragam jenis tumbuhan mangrove, semak dan tanaman pantai lainnya.
c. Stasiun III
Stasiun III ditempatkan di sebelah Timur kawasan Pulau Parang yaitu Watu Merah yang merupakan
zona pemanfaatan perikanan. Kondisi topografi pantainya relatif landai dengan substrat pasir
berlumpur dan berbatu. Terdapat vegetasi mangrove, semak dan perkebunan kelapa.
d. Stasiun IV
Stasiun IV ditempatkan di Pulau Nyamuk yang secara adiministratif terpisah dengan Pulau Parang.
Termasuk dalam kawasan budidaya dan pemanfaatan perikanan. Kondisi topografi pantainya landai
dan substrat berlumpur. Terdapat vegetasi mangrove yang lebat dengan akar besar dan kuat.
Ekosistem mangrove berdekatan dengan terumbu karang, sedangkan ekosistem padang lamunnya
tidak begitu luas.
3. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-11) 3
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel pada masing-masing stasiun penelitian.
Pengambilan sampel
Sampel juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove, dikoleksi menggunakan jaring dengan ukuran mata
jaring 500 µ (Romimohtarto, 2001). Jaring dioperasikan menggunakan sistem lift net (Redjeki dan Pribadi,
2009). Sementara pemasangan jaring dilakukan dengan cara ditempatkan ± 50cm di bawah permukaan
air. Selain menggunakan jaring sistem lift net, juga menggunakan jaring lempar ukuran mata jaring 2
inchi, dan alat pancing dengan mata pancing kecil (± 1 cm) dan besar (± 2 cm) serta serok (seser) ikan.
Specimen juvenil ikan yang diperoleh dihitung jenis dan jumlah individu pada tiap jenisnya, kemudian
difiksasi menggunakan formalin 10% (Nontji, 2008). Setelah itu, sampel kemudian diidentifikasi dan
dianalisis menggunakan buku identifikasi (Kuiter, 2001) di Laboratorium Balai Penelitian Pemulihan dan
Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI) Purwakarta, Jawa Barat.
Parameter fisika dan kimia lingkungan perairan
Parameter perairan yang diperoleh dari masing-masing stasiun penelitian terdiri atas: parameter fisika
dan kimia. Parameter fisika perairan yang diambil yaitu suhu udara, suhu air, kecerahan dan salinitas,
sedangkan parameter kimia perairan yang diambil yaitu pH, DO, Bahan Organik Terlarut (BOT),
amonium, nitrat, nitrit dan ortofospat.
Analisis data
Struktur komunitas juvenil ikan meliputi: komposisi, indeks keanekaragaman, Dominasi dan indeks
keseragaman jenis juvenil di Perairan Ekosistem Mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa.
Sampel yang telah diidentifikasi, dihitung jumlah total setiap jenis dan untuk mengetahui persentase jenis
ikan ditentukan berdasarkan rumus Odum (1996) yaitu :
Keterangan :
P = Persentase setiap jenis
ni = Jumlah individu jenis ikan ke-i
N = Jumlah total individu setiap jenis
Indeks keanekaragaman Juvenil Ikan dihitung menggunakan Indeks Shannon-Wiener (Odum, 1993):
%100x
N
ni
P
4. 4 Semnaskan_UGM/ Biologi Perikanan (BP-11)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Keterangan :
H’ : Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu
Indeks keseragaman juvenil ikan dihitung menggunakan rumus, menurut Odum (1993) sebagai berikut:
Keterangan:
E : Indeks Keseragaman spesies
H’ : Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah spesies
Indeks dominasi jenis juvenil ikan dihitung dengan menggunakan. Indek Dominasi Simpson (Odum,
1993) :
C =
2
Keterangan :
C : Indeks Dominasi
ni : Jumlah individu spesies ke-I
N : Jumlah total Individu
Hasil dan Pembahasan
Parameter fisika kimia perairan ekosistem mangrove
Parameter perairan yang diperoleh dari masing-masing stasiun penelitian terdiri atas: parameter fisika
dan kimia (Tabel 1), sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Parameter Perairan Ekosistem Mangrove bagian Barat Kep. Karimunjawa
Keterangan: I. Musim Timur; II. Musim Peralihan dan III. Musim Barat
Komposisi juvenil ikan
Jenis-jenis juvenil ikan mangrove yang terkoleksi di Perairan Ekosistem Mangrove bagian Barat
Kepulauan Karimunjawa selama tiga musim berturut-turut yaitu musim Timur (bulan Juni), musim
Peralihan (bulan September) dan musim Barat (bulan Desember) berjumlah 14 jenis, yang tergolong ke
dalam 11 famili dan 13 genus. Secara keseluruhan hasil tersebut menunjukkan bahwa keragaman ikan di
bagian Barat Kepulauan Karimunjawa termasuk cukup tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian
dari Sungai Ciporeang di Cagar Alam Leuweung Sancang, yang hanya memperoleh 6 jenis ikan
(Dewantoro dkk., 2005). Sedangkan penelitian yang dilakukan Djamali (1995) berhasil mengkoleksi 15
jenis ikan di perairan mangrove Sungai Donan dan Sungai Sapuregel, Cilacap. Jumlah jenis juvenil ikan
yang berhasil ditangkap di bagian Barat Kepulauan Karimunjawa cukup tinggi, dikarenakan kondisi
mangrovenya relatif baik, meskipun ada beberapa stasiun/ pulau yang berpenghuni, yaitu Legon Boyo.
Perairan Legon Boyo yang terletak di sebelah Barat Pulau Parang termasuk dalam zona pemanfaatan
n
i
Nni
1
)/(
5. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-11) 5
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
perikanan tradisional. Lokasinya berada di Utara dermaga pulau dan berdasarkan pengamatan di
lapangan lokasi ini termasuk kawasan yang sering dilalui kapal nelayan. Watu Merah terletak di sisi timur
Pulau Parang dan termasuk dalam zona rehabilitasi dan Pulau Nyamuk termasuk dalam kawasan
budidaya dan pemanfaatan perikanan tradisional. Lokasi ini berada di Barat daya Pulau Parang. Titik
sampling di Pulau Nyamuk mengambil lokasi sebelah barat pulau yang menghadap ke laut lepas (BTN
Karimunjawa, 2012 dalam Kaimuddin, 2012).
Keberadaan mangrove mampu menopang fauna akuatik yang hidup dan berasosiasi di dalamnya
(Dorenbosch dalam Genisa, 2006). Sama halnya di area Segara Anakan yang juga terjadi eksploitasi
besar-besaran, antara lain banyak hutan mangrove yang dikonversi menjadi tambak-tambak perikanan
dan pemukiman, ditambah adanya pendangkalan akibat lumpur dari longsoran beberapa sungai di
sekitarnya (Mulyadi dkk., 2009; Supriyanto, 2009). Secara tidak langsung kondisi tersebut berkaitan
dengan peranan mangrove yang merupakan habitat dari beraneka ragam fauna akuatik. Sejalan dengan
itu Genisa (2006) bependapat bahwa tinggi rendahnya keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satunya adalah kualitas lingkungan.
Famili yang berhasil ditemukan adalah dari Apogonidae, Atherinidae, Carangidae, Gerreidae, Gobiidae,
Hemiramphidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Siganidae, Sphyraenidae dan Terapontidae. Jenis dari Apogon
ceramensis, Atherinamorus lacunosus, Cryptocentrus inexpliantus, Ctenogobius perspicillatus,
Decapterus kurroides, Siganus punctatus, Sphaeramia orbicularis, Zenarchopterus dispar dan
Zenarchopterus gili banyak tertangkap di Pulau Kembar. Sedangkan di stasiun Legon Boyo dari jenis A.
ceramensis, C. perspicillatus, Gerres argyreus, S. orbicularis, Sphyraena barracuda, Z. dispar dan Z. gili
dan di stasiun Watu Merah jenis yang paling banyak tertangkap adalah A. ceramensis, A. lacunosus,
Lutjanus goldiei, Siganus punctatus, S. orbicularis, Z. dispar dan Z. gilli. Sementara di Pulau Nyamuk
jenis yang paling banyak tertangkap adalah A. ceramensis, A. lacunosus, D. kurroides, G. argyreus, S.
orbicularis, T. theraps dan Z. gilli. Distribusi juvenil ikan pada tiap stasiun penelitian secara lengkap
disajikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Distribusi Juvenil Ikan pada Stasiun Penelitian
No. Spesies
Musim Timur Musim Peralihan Musim Barat
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Apogon ceramensis + - + - + + + + + + + +
2 Atherinomorus lacunosus + - - - + - + + + + + +
3 Cryptocentrus inexpliantus + - - - - - - - - - - -
4 Ctenogobius perspicillatus - - - - - - - - + + + +
5 Decapterus kurroides - - - - - - - - + - - +
6 Gerres argyreus + + - + - - - - - - - -
7 Lethrinus lentjan - - - - - + - - - - - -
8 Lutjanus goldiei - - - - - - - - + - + -
9 Siganus punctatus - - - - + - - + - - + +
10 Sphaeramia orbicularis - - - - - + + + + + + +
11 Sphyraena barracuda - - - - - - - - - + - +
12 Terapon theraps - - - - - - - - + - - +
13 Zenarchopterus dispar - - - - + + + + - - + +
14 Zenarchopterus gili + + + + + + + + + + - -
Keterangan: I. Pulau Kembar (St.1); II. Legon Boyo (St.2); III. Watu Merah (St.3);
IV. Pulau Nyamuk (St.4)
Komposisi jenis dan persentase jumlah juvenil ikan yang tertangkap di semua lokasi penelitian secara
lengkap disajikan pada Gambar 1 – Gambar 4 berikut:
6. 6 Semnaskan_UGM/ Biologi Perikanan (BP-11)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Gambar 1. Persentase komposisi jenis juvenil ikan di Pulau Kembar.
Gambar 2. Persentase komposisi jenis juvenil ikan di Legon Boyo.
23,72
28,47
0,36
0,73
0,73
0,36
0,36
0,36
18,98
0,73
5,84
19.34
Apogon ceramensis
Atherinomorus lacunosus
Cryptocentrus inexpliantus
Ctenogobius perspicillatus
Decapterus kurroides
Gerres argyreus
Lutjanus goldiei
Siganus punctatus
Sphaeramia orbicularis
Terapon theraps
Zenarchopterus dispar
Zenarchopterus gili
29,21
0,69
0,69
5,15
0,34
35,05
2,06
5,15
21,65
Apogon ceramensis
Atherinomorus lacunosus
Ctenogobius perspicillatus
Gerres argyreus
Lethrinus lentjan
Sphaeramia orbicularis
Sphyraena barracuda
Zenarchopterus dispar
Zenarchopterus gili
7. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-11) 7
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Gambar 3. Persentase komposisi jenis juvenil ikan di Watu Merah.
Gambar 4. Persentase komposisi jenis juvenil ikan di Pulau Nyamuk.
Dari 11 famili yang diperoleh, Apogonidae merupakan famili yang memiliki anggota jenis tertinggi,
kemudian Gerreidae, Atherinidae, Hemiramphidae dan Gobiidae. Komposisi jenis juvenil ikan tertinggi
pada jenis A.ceramensis dari famili Apogonidae yang ditemukan paling banyak di Watu Merah sebanyak
43,01% (Gambar 3). Komposisi tertinggi berikutnya pada jenis G. argyreus dari famili Gerreidae yang
ditemukan paling banyak di Pulau Nyamuk sebanyak 31,71% (Gambar 4). Hal ini menunjukkan ikan dari
famili Gerreidae biasa melakukan interaksi dengan ekosistem mangrove, dimana sifatnya adalah penetap
sementara dalam periode anakan (Shanty, 2007). Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh
Matsuura dkk., (2000) bahwa famili Gerreidae yaitu G.oyena dan G. filamentosus termasuk ikan-ikan laut
yang hidup di perairan dangkal dekat pantai di sepanjang pantai berpasir, estuaria dan bakau.
Jenis A. lacunosus dari famili Atherinidae juga menduduki komposisi terbesar setelah jenis G.argyreus.
Hal ini ditemukan di Pulau Kembar (Gambar 1), banyaknya komposisi A. lacunosus diduga karena jenis
ini merupakan ikan-ikan yang sifatnya bergerombol dapat hidup pada perairan pantai dan padang lamun
(Matsuura dkk., 2000).
43,01
13,46
0,79
1,32
0,79
11,35
17,94
11,35
Apogon ceramensis
Atherinomorus lacunosus
Ctenogobius perspicillatus
Lutjanus goldiei
Siganus punctatus
Sphaeramia orbicularis
Zenarchopterus dispar
Zenarchopterus gili
5,12
13,41
0,24
3,90
31,71
0,73
18,54
21,95
2,44
1,95
Apogon ceramensis
Atherinomorus lacunosus
Ctenogobius perspicillatus
Decapterus kurroides
Gerres argyreus
Siganus punctatus
Sphaeramia orbicularis
Terapon theraps
Zenarchopterus dispar
Zenarchopterus gili
8. 8 Semnaskan_UGM/ Biologi Perikanan (BP-11)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Jenis S. orbicularis ditemukan berenang secara berkelompok. Penelitian dari Adrim et al (1984) juga
menemukan hal sama di Pulau Pari yang didominasi oleh ikan S. orbicularis dengan jumlah 133 ekor
yang merupakan kelompok dari Apogon.
Jenis dari famili Hemiramphidae baik Z. gili maupun Z. dispar menempati seluruh stasiun pengambilan
sampel ikan (Gambar 1, 2, 3 dan 4). Hal ini karena Hemiramphidae memiliki kemampuan adaptasi yang
baik pada kawasan perairan mangrove. Sifat dari ikan ini (titi-titi disebut oleh nelayan lokal) yaitu berada
5-10 cm di bawah permukaan air di area mangrove, lebih terlihat berenang pada daerah permukaan
perairan. Bercirikan tipis memanjang serta mempunyai mulut yang panjang sehingga pergerakannya
sangat lincah. Jenis ikan dari famili ini menjadikan mangrove sebagai tempat hidupnya karena hanya
ditemukan pada ukuran juvenil, berlindung serta bergerombol di bawah perakaran mangrove. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kuiter (2001) yang menyatakan bahwa ikan Z. gilli merupakan ikan yang
berpenghuni di area mangrove dan aliran sungai serta ukuran panjangnya hanya mencapai 17 cm.
Demikian pula dengan jenis dari family Gobiidae juga terlihat menempati di seluruh lokasi pengambilan
sampel ikan (Gambar 1, 2, 3 dan 4). Ciri khusus dari jenis ini yaitu sirip perutnya bersatu dan berbentuk
seperti piringan pencengkram yang berfungsi untuk melekatkan dirinya pada substrat, terlihat mendiami
dasar perairan dan terkadang berada diantara bebatuan. Pramudji (2008) menyatakan bahwa di kawasan
pesisir Delta Mahakam ditemukan ikan dari family Gobiidae dalam stadium larva dan juvenil. Beberapa
ikan gobi juga diketahui merupakan penghuni tetap kawasan mangrove, diantaranya adalah jenis ikan
gelodok Periopthalmus argentilineatus dan P. kalolo. Ikan gelodok dikenal dengan nama mudskipper
yang dapat hidup di air dan permukaan lumpur di sekitar mangrove dan memiliki kemampuan berjalan
dan memanjat dengan menggunakan sirip dadanya. Bila dalam keadaan bahaya, ikan gelodok akan
bersembunyi di sekitar tanaman mangrove.
Chong et al (1990) berpendapat bahwa komunitas ikan di perairan mangrove didominasi oleh beberapa
jenis ikan, meskipun jenis ikan yang tertangkap relatif banyak. Seluruh jenis ikan yang tertangkap di
stasiun penelitian relatif berukuran juvenil. Walaupun tampak beberapa nelayan menjaring di sekitar
Sungai Cikawung namun ikan hasil perolehannya belum dapat dikatakan dewasa, hanya berukuran
remaja (Wahyudewantoro, 2009). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Odum (1971) yang menyatakan
bahwa ekosistem mangrove dikenal sebagai daerah asuhan nursery dan feeding ground, didukung pula
oleh hasil penelitian di hutan mangrove Bahama yang kebanyakan sampel ikan yang diperoleh berukuran
juvenil (Wilcox et al, 1975).
Struktur komunitas juvenil ikan
Struktur komunitas juvenil ikan, meliputi: keanekaragaman, Dominasi dan Keseragaman jenis juvenil di
Perairan Ekosistem Mangrove bagian Barat Kepulauan Karimunjawa disajikan pada Tabel 2. berikut:
Tabel 2. Analisis Indeks Keanekaragaman (H), Indeks Dominasi (C) dan Indeks Keseragaman (E)
Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar antara 0,056 – 1,557, nilai yang tertinggi berada di Pulau
Nyamuk pada Musim Barat dan yang terendah juga berada di Pulau Nyamuk pada Musim Timur (Tabel
2). Data yang ada memperlihatkan penyebaran jumlah dan jenis komunitas juvenil pada kelima lokasi
penelitian tersebut tidak jauh berbeda. Penggolongan keanekaragaman jenis pada komunitas juvenil ini
berdasarkan kriteria yang digunakan Shannon – Wienner (Soegianto, 1994). Yang menyatakan bahwa
keanekaragaman jenis termasuk dalam kategori rendah jika H’ berada pada nilai 0 ≤ H’ ≤ 2,303. Nilai
keanekaragaman di Pulau Nyamuk lebih tinggi dari lokasi penelitian lainnya, karena ditemukannya jumlah
spesies yang lebih banyak dibandingkan dengan lokasi lainnya yaitu sebanyak 264 individu. Kondisi
9. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-11) 9
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
tersebut dikarenakan Pulau Nyamuk mempunyai variasi habitat (substrat) yang baik. Substrat dasarnya
berupa lumpur dan sedikit berpasir. Gunarto (2004) berpendapat bahwa daerah atau substrat lumpur
merupakan habitat berbagai nekton, yang menandakan daerah tersebut kaya akan sumber pakan.
Adanya variasi habitat (substrat) seperti kondisi fisik dan lingkungan sekitar mempengaruhi keragaman
jenis-jenis ikan (McManus et al., 1981; Yustina, 2001). Selain itu, karakteristik Watu Merah memiliki
percabangan, anak sungai berkelok-kelok dan banyak ditumbuhi semak diduga kondisi tersebut sangat
mendukung kehidupan ikan.
Nilai Indeks Keseragaman jenis komunitas juvenil ikan berkisar antara 0,035 – 0,926, nilai yang tertinggi
ditemukan di Watu Merah pada Musim Peralihan dan terendah ditemukan di Pulau Nyamuk pada Musim
Timur (Tabel 2). Nilai keseragaman jenis yang diperoleh di Watu Merah menunjukkan bahwa komunitas
juvenil ikan pada stasiun ini mendekati stabil. Komunitas yang stabil menunjukkan bahwa penyebaran
jumlah individu umumnya seragam, walaupun ada jenis tertentu yang dapat mendominasi komunitas
juvenil tersebut, namun dominasinya tidak begitu mencolok. Hal ini didukung oleh Ludwig dan Reynolds
(1988) bahwa keseragaman jenis suatu komunitas ditentukan oleh kekayaan jenis dan kemerataan jenis.
Indeks kemerataan menjadi tinggi, apabila tidak terjadi pemusatan individu pada suatu jenis tertentu
(Odum, 1971).
Lokasi penelitian Pulau Nyamuk, nilai Indeks Keseragaman jenis juvenil ikan berada pada kondisi yang
labil, karena jumlah spesies yang ditemukan pada stasiun ini sedikit dibandingkan Watu Merah, namun
jumlah individunya sangat besar. Terdapat pula beberapa jenis juvenil ikan yang ditemukan dalam jumlah
yang banyak. Jenis juvenil ikan yang jumlahnya paling banyak tertangkap pada stasiun ini adalah
G.argyreus sebanyak 130 individu.
Nilai Indeks Dominasi jenis juvenil ikan berkisar antara 0,236 – 0,985, nilai yang tertinggi ditemukan di
Pulau Nyamuk pada musim Timur dan terendah di Watu Merah pada musim Peralihan (Tabel 2). Dari
data tersebut menunjukkan bahwa dominansi jenis juveni ikan di Watu Merah tergolong dominasi rendah.
Hal ini disebabkan oleh kondisi komunitas yang mendekati stabil sehingga tidak ada jenis tertentu dalam
komunitas juvenil ikan yang mendominasi secara mencolok. Fakta ini seiiring dengan nilai indeks
keanekaragamannya yang tinggi di antara semua stasiun yaitu 1,489.
Sebaliknya di Pulau Nyamuk dengan nilai indeks dominasi yang tertinggi di antara semua lokasi
penelitian, yaitu mencapai 0,985 yang berarti dominasi di lokasi ini tergolong tinggi. Dimana ada jenis
juvenil ikan yang jumlahnya mendominasi dari jenis juvenil lain dalam komunitas ini. Dalam hal ini jenis
juvenil ikan tersebut adalah G.argyreus sebanyak 130 individu.
Perbedaan struktur komunitas juvenil ikan antar lokasi penelitian disebabkan karena perbedaan kondisi
perairan secara tidak langsung mempengaruhi karakteristik habitat ikan tersebut.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Pada keempat stasiun/ lokasi penelitian, yaitu: Pulau Kembar, Legon Boyo, Watu Merah dan Pulau
Nyamuk diperoleh 14 jenis juvenil ikan yang tergolong ke dalam 11 famili, 13 genus dan 1.354 spesimen
juvenil ikan. Apogonidae merupakan famili yang memiliki anggota jenis terbesar/ dominan dan terdapat
jenis ikan Zenarchopterus dispar dan Z. gili yang merupakan penghuni tetap kawasan mangrove. Jenis
dengan jumlah individu tertinggi adalah Apogon ceramensis.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kajian struktur komunitas ikan di bagian Timur Kepulauan
Karimunjawa sebagai bahan pembanding dan pelengkap data/ khasanah pengetahuan sumber daya ikan
di kawasan Kepulauan Karimunjawa sebagai Taman Nasional yang sangat perlu pengawasan dan
pengembangan dalam bidang perikanan.
10. 10 Semnaskan_UGM/ Biologi Perikanan (BP-11)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1) Kepada Program Double Degree Undip-Jepang (BU-
BPKLN) yang telah membiayai pendidikan saya selama melanjutkan pendidikan di Magister Ilmu
Kelautan pada Universitas Diponegoro, (2) Balai penelitian pemulihan dan konservasi sumberdaya ikan
(BP2KSI), (3). Sdr. Abdul Hadi, Sdri. Wa Jali dan semua Tim Peneliti yang membantu pelaksanaan
penelitian. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan khasanah
pengetahuan khususnya dalam bidang biologi perikanan.
Daftar Pustaka
Adrim M, M. Djamali & A.V. Toro. 1984. Komunitas ikan di daerah Mangrove Gugus Pulau Pari. Prosiding
Seminar II Ekosistem Mangrove. Baturaden 3–5 Agustus 1982. p 183-197.
Adrim, 2008. Bioecological aspects of Parrotfishes (Famili Scaridae). Journal. Vol. XXXIII. Nomor 1 :41-
50. Oseana. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI.
BTN Karimunjawa. 2010. Statistik Balai Taman nasional Karimunjawa. BTNKJ. Semarang
Chong V.C., A. Sesakumar, A. Leh & R.D. Cruz. 1990. The Fish and prawn communities of a malaysian
Coastal Mangrove system, with comparisons to adjacent Mud Flats and Inshore Waters.
Estuarine, Coastal and Shelf Science 31: 703-722.
Djamali, A. 1995. Komunitas ikan di perairan sekitar Mangrove (Studi kasus di: Muara Sungai Berau,
Kalimantan Timur; Cilacap, Jawa Tengah dan Teluk Bintuni, Irian Jaya). Prossiding Seminar V
Ekosistem Mangrove, Jember 3-6 Agustus 1994: 160-167.
Fischer, W. 1974. FAO Species Identification Sheets for Fishery Purposes. Volume I, II, III, IV. Italy:
Fishery Resources Survey and Evaluation Service, Fishery Resources and Environment Division,
FAO.
Genisa, A.S. 2006. Keanekaragaman fauna ikan di perairan mangrove Sungai Mahakam. Jurnal
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 41: 39- 53.
Gunarto. 2004. Konservasi mangrove sebagai pendukung sumber daya hayati perikanan pantai. Jurnal
Litbang Pertanian 23: 15-21.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 201 Tahun
2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Jakarta.
Kuiter, R, H., Takamasa, T. 2001. Pictorial Guide to : Indonesian Reef Fishes Part 2. Zoonetics. Australia.
Leiss & C. Ewart. 2000. Guide to identification to Order and Famili and Main characters of larvae of
commercially important fish in the South East Asia region. The larvae of Indo-Pacific coastal
fishes: an identification guide to marine fish larvae. Samut Prakan, Thailand: The Regional
Training Workshop on Larval Fish Identification and Fish Early Life History Science Seaf.
Seafdec/Td.
Matsuura KS, Sumandhiharga OK, Katsumi T. 2000. Field Guide To Lombok Island (Identification Guide
to Marine Organisms in Seagrass Beds of Lombok Island, Indonesia). Tokyo: Ocean Research
Intitute, University of Tokyo.
11. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-11) 11
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
McManus, J.W., R.I. Miclot & V.T. Salagano. 1981. Coral and fish community stracture of Somrero Island,
Batanganos, Philippines. Proc. Fourth int. Coral Reef Symp: 271-280.
Nurgayah. 2011. Komposisi dan struktur komunitas iktiofauna di Perairan Ekosistem Mangrove Pulau
Lentera Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Jurnal Aqua
Hayati, 7(3):197-206.
Pramudji. 2008. Mangrove di Indonesia dan upaya pengelolaannya. Ortasi Pengukuhan Profesor Riset
Bidang Ekologi Laut. P2O-LIPI 31 hal.
Pribadi,dkk. 2013. Kajian komunitas ikan di perairan Kawasan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa,
Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan. 18(1):43-52.
Rohmimohtarto, K. & Juwana, S. 2001. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit.
Djambatan. Jakarta. 540 hlm.
SEAFDEC. 2007. Larval Fish : Identification Guide for the South China Sea and Gulf of Thailand.
Seafdec.
Wahyudewantoro, G. 2009. Komposisi Jenis Ikan di Perairan Mangrove pada Beberapa Muara Sungai di
Taman Nasional Ujung Kulon Pandeglang Banten. Jurnal Zoo Indonesia. 18(2): 89-98.
Wildlife Conservation Society (WCS). 2009. Laporan Teknis Monitoring Ekologi Taman Nasional
Karimunjawa 2009. Laporan Monitoring fase 4. WCS Indonesia. Jakarta (tidak dipublikasikan)
Yustina. 2001. Keanekaragaman jenis ikan di sepanjang perairan Sungai Rangau Riau Sumatera. Jurnal
Natur Indonesia 4 : 1-14.
Tanya Jawab
1. Penanya : Hadi Endrawati
Pertanyaan : Kenapa ada 2 spesies tersebut yang menetap ?
Jawaban : Hal tersebut berdasarkan pustaka, 2 jenis tersebut merupakan
ikan menetap di perairan mangrove yang hidup di perairan jernih.