Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixmuthiauthe
Pada praktikum kali ini kita menggunakan sampling ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam mengetahui perkembangan yang dialami ikan melalui analisis parameter panjang, berat, dan morfologinya. Selain itu juga untuk memprediksi bagaimana pola pertumbuhan dan perkembangan pada ikan, menentukan faktor kondisi ikan, juga mengetahui kesiapan reproduksi pada ikan lewat pemeriksaan TKG (Tingkat Matang Gonad).
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixmuthiauthe
Pada praktikum kali ini kita menggunakan sampling ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam mengetahui perkembangan yang dialami ikan melalui analisis parameter panjang, berat, dan morfologinya. Selain itu juga untuk memprediksi bagaimana pola pertumbuhan dan perkembangan pada ikan, menentukan faktor kondisi ikan, juga mengetahui kesiapan reproduksi pada ikan lewat pemeriksaan TKG (Tingkat Matang Gonad).
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak . Teluk Semarang merupakan teluk terbesar di pantai utara Jawa Tengah dan tercatat terdapat 29 aliran sungai bermuara ke teluk ini. Banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini yag berpotensi menjadi tekanan ingkungan bagi organisme yang hidup di teluk ini. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan merupakan sumber makanan alami bagi ikan dan organisme laut lainnya. Mengkaji kelimpahan dan indeks diversitas plankton menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa jenis fitoplankton terdiri dari 6 kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas dan 32 genera. Kelimpahan fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton dan memiliki kecederungan hubungan yang berbanding terbalik. Indeks diversitas fitoplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat rendah hingga sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tidak sama dan terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu. Indeks diversitas zooplankton menunjukkan tingkat keragaman, kesetabilan komunitas dan tekanan lingkungan berada pada tingkat sedang, tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominasi jenis tertentu
Kata Kunci: plankton, distribusi dan komposisi, teluk Semarang
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Kawasan Pulau Parang adalah gugusan pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem laut yang dinilai masih baik, salah satunya adalah ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagai daerah memijah, daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi ikan-ikan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi, struktur komunitas juga keterkaitan antara faktor lingkungan dengan keberadaan larva ikan di ekosistem lamun di Kawasan Pulau Parang. Penelitian dilakukan di 5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau Kumbang, Pulau Nyamuk dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September 2012 dan Desember 2012 sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan musim barat. Sampling larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm yang ditarik sejauh 50 m sejajar pantai. Larva ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 375 individu, yang terdiri dari 14 famili dengan dominasi famili Gerreidae (68%), Gobiidae (10,13%), Labridae (8,27%), Blennidae (5,6%) dan Atherinidae (3,47%). Hasil analisa indeks biologi secara temporal, keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ada di musim peralihan (1,742), nilai keseragaman (E) rendah (0,312) dan nilai dominansi 0,498. Secara spasial, keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di Legonboyo (1,294), Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947). Selama kegiatan penelitian berlangsung kualitas perairan suhu 28,5 o C - 31,14 o C; salinitas 29,5 o / oo - 34 o / ; pH 7,5 – 8; DO 3,37 ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036 mg/L; Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Hasil analisa PCA (Principal Component Analysis) terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Parameter perairan nitrit hampir diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap kelimpahan larva ikan.
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
Kawasan barat kepulauan karimunjawa memiliki ekosistem terumbu karang dalam kondisi baik. Hal ini menjadikan kawasan tersebut memiliki potensi besar dalam bidang sumberdaya perikanan. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang berfungsi sebagai tempat mencari makan, tempat pembiakan dan pembesaran bagi berbagai macam organisme perairan terutama ikan. Ikan-ikan akan merasa nyaman berada di ekosistem terumbu karang disebabkan tersedianya makanan dalam jumlah yang banyak dan adanya perlindungan dari pemangsa sehingga ikan dapat berkembang biak dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan telur serta larva ikan di perairan terumbu karang kawasan barat Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni, September dan Desember 2012 dengan menyisir kolom perairan terumbu karang menggunakan larvanet mesh size 500µ yang ditarik kapal dengan kecepatan 2 knot selama 10 menit sejajar garis pantai. Hasil tangkapan selama penelitian didominasi oleh telur ikan 26856 butir (96,43%) sementara larva ikan yang tertangkap sebanyak 981 individu (3,57%) yang terdiri dari larva ikan non-ekonomis sebanyak 636 individu dari 18 famili (2,34%) dan larva ikan ekonomis sebanyak 287 individu (1,02%). Bulan September merupakan bulan puncak pemijahan dengan angka kelimpahan telur ikan berkisar 830 – 13326 ind/1000m3 dan kelimpahan larva ikan berkisar antara 14 – 366 ind/1000 m3
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni - Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Juwi (Selar boops). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan gill net. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Juwi (2.903) jantan dan (2.556) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Juwi bersifat isometrik dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Juwi adalah 1.089 dan 0.507, berkategori seimbang. TKG ikan Juwi diperoleh I, II-IV, 17 ekor ikan betina ber-TKG IV dan 25 ekor untuk ikan jantan. Fekunditas ikan berkisar antara 327 - 623 butir pada TKG IV, dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi hanya satu kali dalam 1 (satu) musim. Hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah berbanding 1:1, menunjukkan kondisi seimbang. Ikan Juwi (S. boops) termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Juwi.
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstract: Semarang bay is a bay that stretches from Kendal to Demak. This bay has some vital habitats such as estuaries and mangroves that very importance for nursery ground of aquatic organisms such as fish larvae. Fish larvae is dependent by the environment, especially their movement and migration. However human factors such as industrial activities, harbours, residential area, farms and ponds disembogue in this bay. Sampling was conducted between September and October 2014 at 15 stations. Sampling was carried out every two weeks using bongo net (mesh size of 0.2 mm) which was drawn by boat with average speeds of 0.5 m/s for 10 minutes. Identification of fish larvae carried out in Environmental dan Fisheries Resources Management Laboratory, Diponegoro University. 5890 fish larvaes from 22 family were caught and were dominated by Lactarius (36.01%), Stoleporus (28.30%), Atherinomorus (9.80%), Engraulis (7.22%) and Mugil (4.96 %). A small number of fish larvae caught (below 1%) were identified as Gobiopterus, Paramoncanthus, Tylosurus, Leiognathus, Strongylura and Dinematichthyini. Lactarius, Atherinomorus, Stolephorus, Engraulis and Mugil were found in almost every stations. An abundance of fish larvae was found in station E1, C1, D1 and A1, stations that were close to estuaries and mangrove vegetation. The type and number of fish larvae was quite varied, this is related to the migration of fish and having appropriate environmental conditions for growth. The existence of fish larvae are also influenced by the currents that distribute them. PCA analysis results indicate that the total variance explained was 63.56% with an abundance of fish larvae being related to depth, salinity, abundance of zooplankton and phytoplankton and current speed.
Keywords: pelagic fish larvae, composition, distribution, bay
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan JuniDesember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan eksperiment gill net ukuran 11/4 inchi. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Bolo-bolo (2.142) jantan dan (3.552) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Bolobolo bersifat isometri dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Bolo-bolo adalah 0.926 dan 0.481. TKG ikan Bolo-bolo diperoleh II-IV, 33 ekor ikan betina ber-TKG III dan IV, kisaran panjang antara 7.99cm, berat 4-8gram pada TKG III dan 7.2-10.5cm, 2-12gram pada TKG IV. Fekunditas ikan berkisar antara 233-424 butir pada TKG III dan 220-2530 butir pada TKG IV, telur rata-rata 1256 TKG III serta 17131 TKG IV, dengan diameter telur menunjukan pemijahan yang berbeda antara 1 individu dan individu yang lain yaitu ada yang terjadi hanya satu kali dan ada yang terjadi tiga kali (3 puncak). Sex rasio ikan jantan dan betina adalah 1:1 menunjukan kondisi dalam keadaan seimbang. Ikan Bolo-bolo termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan Kepulauan Karimunjawa masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Bolo-bolo.
STATUS PEMANFAATAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN IKAN HIAS ANGEL NAPOLEON Pomacanthus xanthometopon
DI SULAWESI SELATAN
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa kondisi tutupan karang di tiga lokasi menunjukkan kategori sedang sampai baik. Penelitian ini menunjukkan kelimpahan ikan injel napoleon tidak berkorelasi positif dengan tutupan karang hidup dengan tutupan karang hidup tetapi keberadaannya dipengaruhi oleh bentuk pertumbuhan karang yaitu di antara celah karang bercabang, submasive dan masive. Struktur ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap masih muda, gonadnya belum berkembang. Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan lambat dengan panjang maksimum 41,7 cm pada umur 13 tahun. Status pemanfaatan ikan injel napoleon diduga telah melampaui hasil tangkapan lestari (MSY). Kurva penawaran injel napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve) menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga stok semakin berkurang.
Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di wilayah Pulau Nguan, Kelurahan Galang Baru, Kotamadya Batam. Pengamatan dilakukan pada tanggal 25 Maret 2015 di dua lokasi budidaya yang fokus pada pengembangan usaha budidaya ikan laut. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated) berdasarkan SNI No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pH berada pada kisaran 8,01 – 8,03, salinitas 33 ‰, Nitrit < <0.1 /><0,009 /><0,033 mg/L dan suhu berada pada kisaran 30,1 – 30,2 ⁰C. Sementara kedalaman dan kekeruhan menjadi faktor pembatas dalam mendukung optimalisasi produksi. Hasil uji mikrobiologi menunjukkan bahwa ikan budidaya bebas dari infeksi parasit dan virus, namun positif terinfeksi oleh bakteri Vibrio spp. Adanya upaya untuk penerapan biosekuriti dan teknologi budidaya di kedua lokasi pemantauan menjadikan Pulau Nguan sangat berpotensi sebagai sentra produksi budidaya ikan laut di Kota Batam
Kata kunci: Pulau Nguan, Kualitas Air, Mikrobiologi, Cara Budidaya Ikan yang Baik
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...Mujiyanto -
Analisa dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan beronang (Siganus virgatus) yang tertangkap oleh nelayan di kepulauan Karimunjawa pada bulan April, Juli, Oktober, dan November 2011. Jumlah total contoh ikan sebanyak 81 ekor, dengan kisaran ukuran panjang 13,5 – 21 cm dan berat 33 – 170 gram. Hasil menunjukkan bahwa ikan beronang termasuk herbivora. Makanan utamanya tumbuhan (98,28 %), makanan tambahan adalah fitoplankton (0,22 %) dan detritus (1,50%).
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Mujiyanto -
Perkembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Djuanda berkembang sangat pesat, yaitu pada tahun 1991 sejumlah 502 unit KJA, tahun 1999 berkembang menjadi 2.195 unit, dan tahun 2005 telah mencapai 4.577 unit KJA, sedangkan jumlah unit KJA yang diijinkan berdasarkan SK Bupati Purwakarta Nomor 06/2000 tahun 2000 adalah 2.100 unit. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi besarnya peremajaan ikan yang terlepas dari kegiatan budidaya ikan dalam KJA di Waduk Ir. H. Djuanda. Penelitian ini dilakukan setiap bulan selama tahun 2006, dan pengamatan dilakukan dengan du acara, yaitu: (1) pengamatan langsung melalui identifikasi jenis ikan dan (2) pengukuran panjang total benih ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peremajaan ikan mas yang terlepas dari sistem budidaya ikan dalam KJA rata-rata mencapai 4,9 % dan ikan nila rata-rata mencapai 2,4%. Bersama dengan benih ikan yang tidak dikehendaki maksimum sebanyak 10,4 % (untuk benih yang berasal dari daerah Sukabumi), dan 13,5% (untuk benih ikan yang berasal dari daerah Subang.
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Kawasan Pulau Parang adalah gugusan pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem laut yang dinilai masih baik, salah satunya adalah ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagai daerah memijah, daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi ikan-ikan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi, struktur komunitas juga keterkaitan antara faktor lingkungan dengan keberadaan larva ikan di ekosistem lamun di Kawasan Pulau Parang. Penelitian dilakukan di 5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau Kumbang, Pulau Nyamuk dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September 2012 dan Desember 2012 sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan musim barat. Sampling larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm yang ditarik sejauh 50 m sejajar pantai. Larva ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 375 individu, yang terdiri dari 14 famili dengan dominasi famili Gerreidae (68%), Gobiidae (10,13%), Labridae (8,27%), Blennidae (5,6%) dan Atherinidae (3,47%). Hasil analisa indeks biologi secara temporal, keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ada di musim peralihan (1,742), nilai keseragaman (E) rendah (0,312) dan nilai dominansi 0,498. Secara spasial, keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di Legonboyo (1,294), Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947). Selama kegiatan penelitian berlangsung kualitas perairan suhu 28,5 o C - 31,14 o C; salinitas 29,5 o / oo - 34 o / ; pH 7,5 – 8; DO 3,37 ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036 mg/L; Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Hasil analisa PCA (Principal Component Analysis) terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Parameter perairan nitrit hampir diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap kelimpahan larva ikan.
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
Kawasan barat kepulauan karimunjawa memiliki ekosistem terumbu karang dalam kondisi baik. Hal ini menjadikan kawasan tersebut memiliki potensi besar dalam bidang sumberdaya perikanan. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang berfungsi sebagai tempat mencari makan, tempat pembiakan dan pembesaran bagi berbagai macam organisme perairan terutama ikan. Ikan-ikan akan merasa nyaman berada di ekosistem terumbu karang disebabkan tersedianya makanan dalam jumlah yang banyak dan adanya perlindungan dari pemangsa sehingga ikan dapat berkembang biak dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan telur serta larva ikan di perairan terumbu karang kawasan barat Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni, September dan Desember 2012 dengan menyisir kolom perairan terumbu karang menggunakan larvanet mesh size 500µ yang ditarik kapal dengan kecepatan 2 knot selama 10 menit sejajar garis pantai. Hasil tangkapan selama penelitian didominasi oleh telur ikan 26856 butir (96,43%) sementara larva ikan yang tertangkap sebanyak 981 individu (3,57%) yang terdiri dari larva ikan non-ekonomis sebanyak 636 individu dari 18 famili (2,34%) dan larva ikan ekonomis sebanyak 287 individu (1,02%). Bulan September merupakan bulan puncak pemijahan dengan angka kelimpahan telur ikan berkisar 830 – 13326 ind/1000m3 dan kelimpahan larva ikan berkisar antara 14 – 366 ind/1000 m3
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni - Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Juwi (Selar boops). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan gill net. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Juwi (2.903) jantan dan (2.556) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Juwi bersifat isometrik dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Juwi adalah 1.089 dan 0.507, berkategori seimbang. TKG ikan Juwi diperoleh I, II-IV, 17 ekor ikan betina ber-TKG IV dan 25 ekor untuk ikan jantan. Fekunditas ikan berkisar antara 327 - 623 butir pada TKG IV, dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi hanya satu kali dalam 1 (satu) musim. Hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah berbanding 1:1, menunjukkan kondisi seimbang. Ikan Juwi (S. boops) termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Juwi.
HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN...Mustain Adinugroho
Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.
Kata kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstract: Semarang bay is a bay that stretches from Kendal to Demak. This bay has some vital habitats such as estuaries and mangroves that very importance for nursery ground of aquatic organisms such as fish larvae. Fish larvae is dependent by the environment, especially their movement and migration. However human factors such as industrial activities, harbours, residential area, farms and ponds disembogue in this bay. Sampling was conducted between September and October 2014 at 15 stations. Sampling was carried out every two weeks using bongo net (mesh size of 0.2 mm) which was drawn by boat with average speeds of 0.5 m/s for 10 minutes. Identification of fish larvae carried out in Environmental dan Fisheries Resources Management Laboratory, Diponegoro University. 5890 fish larvaes from 22 family were caught and were dominated by Lactarius (36.01%), Stoleporus (28.30%), Atherinomorus (9.80%), Engraulis (7.22%) and Mugil (4.96 %). A small number of fish larvae caught (below 1%) were identified as Gobiopterus, Paramoncanthus, Tylosurus, Leiognathus, Strongylura and Dinematichthyini. Lactarius, Atherinomorus, Stolephorus, Engraulis and Mugil were found in almost every stations. An abundance of fish larvae was found in station E1, C1, D1 and A1, stations that were close to estuaries and mangrove vegetation. The type and number of fish larvae was quite varied, this is related to the migration of fish and having appropriate environmental conditions for growth. The existence of fish larvae are also influenced by the currents that distribute them. PCA analysis results indicate that the total variance explained was 63.56% with an abundance of fish larvae being related to depth, salinity, abundance of zooplankton and phytoplankton and current speed.
Keywords: pelagic fish larvae, composition, distribution, bay
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan JuniDesember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan eksperiment gill net ukuran 11/4 inchi. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Bolo-bolo (2.142) jantan dan (3.552) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Bolobolo bersifat isometri dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Bolo-bolo adalah 0.926 dan 0.481. TKG ikan Bolo-bolo diperoleh II-IV, 33 ekor ikan betina ber-TKG III dan IV, kisaran panjang antara 7.99cm, berat 4-8gram pada TKG III dan 7.2-10.5cm, 2-12gram pada TKG IV. Fekunditas ikan berkisar antara 233-424 butir pada TKG III dan 220-2530 butir pada TKG IV, telur rata-rata 1256 TKG III serta 17131 TKG IV, dengan diameter telur menunjukan pemijahan yang berbeda antara 1 individu dan individu yang lain yaitu ada yang terjadi hanya satu kali dan ada yang terjadi tiga kali (3 puncak). Sex rasio ikan jantan dan betina adalah 1:1 menunjukan kondisi dalam keadaan seimbang. Ikan Bolo-bolo termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan Kepulauan Karimunjawa masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Bolo-bolo.
STATUS PEMANFAATAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN IKAN HIAS ANGEL NAPOLEON Pomacanthus xanthometopon
DI SULAWESI SELATAN
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa kondisi tutupan karang di tiga lokasi menunjukkan kategori sedang sampai baik. Penelitian ini menunjukkan kelimpahan ikan injel napoleon tidak berkorelasi positif dengan tutupan karang hidup dengan tutupan karang hidup tetapi keberadaannya dipengaruhi oleh bentuk pertumbuhan karang yaitu di antara celah karang bercabang, submasive dan masive. Struktur ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap masih muda, gonadnya belum berkembang. Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan lambat dengan panjang maksimum 41,7 cm pada umur 13 tahun. Status pemanfaatan ikan injel napoleon diduga telah melampaui hasil tangkapan lestari (MSY). Kurva penawaran injel napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve) menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga stok semakin berkurang.
Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di wilayah Pulau Nguan, Kelurahan Galang Baru, Kotamadya Batam. Pengamatan dilakukan pada tanggal 25 Maret 2015 di dua lokasi budidaya yang fokus pada pengembangan usaha budidaya ikan laut. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated) berdasarkan SNI No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pH berada pada kisaran 8,01 – 8,03, salinitas 33 ‰, Nitrit < <0.1 /><0,009 /><0,033 mg/L dan suhu berada pada kisaran 30,1 – 30,2 ⁰C. Sementara kedalaman dan kekeruhan menjadi faktor pembatas dalam mendukung optimalisasi produksi. Hasil uji mikrobiologi menunjukkan bahwa ikan budidaya bebas dari infeksi parasit dan virus, namun positif terinfeksi oleh bakteri Vibrio spp. Adanya upaya untuk penerapan biosekuriti dan teknologi budidaya di kedua lokasi pemantauan menjadikan Pulau Nguan sangat berpotensi sebagai sentra produksi budidaya ikan laut di Kota Batam
Kata kunci: Pulau Nguan, Kualitas Air, Mikrobiologi, Cara Budidaya Ikan yang Baik
Analisa kebiasaan makan ikan beronang (siganus virgatus) di kep karimunjawa, ...Mujiyanto -
Analisa dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan beronang (Siganus virgatus) yang tertangkap oleh nelayan di kepulauan Karimunjawa pada bulan April, Juli, Oktober, dan November 2011. Jumlah total contoh ikan sebanyak 81 ekor, dengan kisaran ukuran panjang 13,5 – 21 cm dan berat 33 – 170 gram. Hasil menunjukkan bahwa ikan beronang termasuk herbivora. Makanan utamanya tumbuhan (98,28 %), makanan tambahan adalah fitoplankton (0,22 %) dan detritus (1,50%).
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Mujiyanto -
Perkembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Djuanda berkembang sangat pesat, yaitu pada tahun 1991 sejumlah 502 unit KJA, tahun 1999 berkembang menjadi 2.195 unit, dan tahun 2005 telah mencapai 4.577 unit KJA, sedangkan jumlah unit KJA yang diijinkan berdasarkan SK Bupati Purwakarta Nomor 06/2000 tahun 2000 adalah 2.100 unit. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi besarnya peremajaan ikan yang terlepas dari kegiatan budidaya ikan dalam KJA di Waduk Ir. H. Djuanda. Penelitian ini dilakukan setiap bulan selama tahun 2006, dan pengamatan dilakukan dengan du acara, yaitu: (1) pengamatan langsung melalui identifikasi jenis ikan dan (2) pengukuran panjang total benih ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peremajaan ikan mas yang terlepas dari sistem budidaya ikan dalam KJA rata-rata mencapai 4,9 % dan ikan nila rata-rata mencapai 2,4%. Bersama dengan benih ikan yang tidak dikehendaki maksimum sebanyak 10,4 % (untuk benih yang berasal dari daerah Sukabumi), dan 13,5% (untuk benih ikan yang berasal dari daerah Subang.
Perkembangan kematangan gonad ikan kem- bung lelaki di perairan pesisir Takalar diperoleh mulai ukuran belum matang sampai memijah, yang mengindikasikan bahwa perkembangan ke - matangan gonad tidak sama dan adanya kelom- pok ikan yang memijah tidak bersamaan. Nilai IKG yang bervariasi disebabkan oleh faktor ling - kungan yang berhubungan langsung dengan ke - tersediaan makanan sebagai sumber energi untuk perkembangan somatik dan reproduksinya. Ukuran kali pertama matang gonad pada ikan disebabkan oleh perubahan kondisi ling- kungan, faktor abiotik, genetik populasi, perbe- daan letak wilayah, kualitas perairan, dan besar- nya tekanan penangkapan. Fekunditas dipenga- ruhi oleh ukuran panjang dan bobot ikan, diame - ter telur, fertilitas, frekuensi pemijahan, ukuran
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JAWA BARAT
1. 101
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH
(Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JAWA BARAT
(Stocking Evaluation of Giant Freshwater Prawn
(Macrobrachium rosenbergii) in Darma Reservoir, West Java)
Didik Wahju Hendro Tjahjo1
, Mennofatria Boer2
,
Ridwan Affandi2
, Ismudi Muchsin2
dan Dedi Soedarma3
ABSTRAK
Evaluasi keberhasilan penebaran udang galah (Macrobrachium rosenbergii) di Waduk Darma yang
memiliki luas genangan 400 ha telah dilaksanakan berdasarkan penebaran dari April 2002 sampai Maret
2003. Udang galah yang ditangkap dengan jaring lempar mencapai 57 - 624 ind/bulan atau sama dengan 1.3
- 35.0 kg/bulan. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan penarikan contoh acak berlapis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan di Waduk Darma baik fisika maupun kimia mendukung
pertumbuhan udang galah. Pada kondisi tersebut laju pertumbuhan udang galah cukup tinggi dengan koefisi-
en pertumbuhan K antara 0.88 - 1.59 dan L∞ sama dengan 36.2 cm untuk jantan, K antara 0.87 - 1.55 dan L∞
sama dengan 25.9 cm untuk betina. Kondisi makanan yang tersedia cukup untuk pertumbuhan. Interaksi de-
ngan komunitas ikan lainnya relatif rendah. Keberhasilan penebaran mencapai 10.5% dengan laju eksploitasi
antara 0.06 sampai 0.80.
Kata kunci: Macrobrachium rosenbergii, penebaran, pertumbuhan, penangkapan, waduk.
ABSTRACT
An evaluation on stocking success of giant freshwater prawn (Macrobrachium rosenbergii) was car-
ried out in 400 ha of Darma reservoir, West Java during April 2002 - March 2003. The prawn were collected
using cast net, obtaining 57 - 624 ind/month or equal to 1.3 - 35.0 kg/month. The research method was treated
as stratified sampling. Physical and chemical characteristics of water supported to giant prawn growth. This
conditions resulted in a high growth rate as K = 0.88 - 1.59 dan L∞ = 36.2 cm for male, K = 0.87 - 1.55 and
L∞ = 25.9 cm for female. Suggesting an optimum availability of food and low competition rate between the
giant prawn and fish community. The degree of stocking success of giant fresh water was 10.5% and exploi-
tation rate of the prawn ranged from 0.06 - 0.80.
Keywords: Macrobrachium rosenbergii, stocking, growth, exploitation, reservoir.
PENDAHULUAN
Waduk Darma merupakan waduk irigasi
yang terletak di Kabupaten Kuningan dengan
luas genangan 400 ha. Hasil penelitian Sarnita
(1972) menyatakan bahwa jenis ikan yang hi-
dup di perairan ini adalah mujair (Oreochromis
mussambica), beunter (Puntius binotatus), mas
(Cyprinus carpio), tawes (Barbodes goneono-
tus), nilem (Osteochilus hasseltii), lele (Clarias
batrachus) dan gabus (Channa striatus), dengan
produksi 146 - 308 ton/tahun pada tahun 1965-
1971. Akhir-akhir ini produksi hasil tangkapan
ikan mulai menurun hingga mencapai 37.4 ton/
tahun pada tahun 1999.
Upaya pemerintah untuk memperbaiki
produksi ikan dilakukan melalui penebaran ikan
nilem dan tawes sebanyak 120 000 ekor (Wida-
na dan Martosubroto, 1986). Akan tetapi hasil
penebaran tersebut belum memberikan hasil
yang nyata.
Hasil penelitian tahun 1997-1998 dan
1999-2000 tentang aspek bio-limnologi perair-
an Waduk Darma menunjukkan bahwa potensi
ikan adalah 147 - 449 ton/tahun, sedangkan ke-
senjangan potensi produksi ikan dan hasil tang-
kapan adalah karena adanya dominasi yang ting-
gi dari ikan nila, peran jenis ikan dalam komuni-
tas ikan tidak lengkap, dan beroperasinya alat tang-
kap tidak ramah lingkungan (Tjahjo, 2000). Oleh
1
Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, Jatiluhur.
2
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Peri-
kanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2. 102 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 101-107
karena itu, perlu penebaran udang galah untuk
mengoptimalkan potensi sumberdaya yang ada
(Tjahjo, et al., 2001).
Pada periode tahun 1999-2001 telah dila-
kukan penebaran udang galah sebanyak 3 kali,
yaitu: 20 000 ekor antara tahun 1999 - 2000;
serta 15 000 ekor dan 5 000 ekor pada tahun
2001. Tujuan penelitian ini adalah untuk meng-
evaluasi hasil penebaran udang galah di Waduk
Darma.
BAHAN DAN METODE
Penebaran Udang Galah
Selama periode penelitian tahun 2002 di-
lakukan penebaran udang galah secara Tricker
(Cowx, 1994), yaitu dilakukan penebaran di 3
lokasi sebanyak 3 kali, yaitu bulan April (4 135
ekor dengan ukuran rata-rata 3.2 cm), bulan A-
gustus (660 ekor bertanda dengan ukuran 5.8
cm) dan bulan September (16 049 ekor dengan
ukuran 3.1 cm).
Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan mengguna-
kan metoda survey dengan pengambilan contoh
(sampling) berstrata (Cooper dan Weekes, 1983)
di Waduk Darma. Pengambilan contoh dilaku-
kan setiap bulan mulai bulan Maret 2002 sam-
pai Maret 2003. Pembagian strata (stasiun) di
perairan didasarkan pada kualitas dan kuantitas
perairan (dilakukan pada penelitian pendahulu-
an pada bulan Maret 2002). Pada setiap stasiun
dilakukan pengamatan kualitas perairan dan pe-
nangkapan ikan. Penangkapan ikan mengguna-
kan jaring insang percobaan dan jala lempar. U-
kuran mata jaring insang percobaan adalah 1,
1½, 2, 2½, 3, 3½ dan 4 inci, serta jaring terse-
but dipasang pada sore hari dan diangkat pada
pagi keesokan harinya. Ukuran jala lempar mem-
punyai jari-jari 6 m dengan ukuran mata jala 1
dan 1½ inci, yang dioperasikan pada sore hari
(pukul 19 - 23).
Disamping penangkapan ikan dan udang
tersebut diatas, pengumpulan data dilakukan o-
leh enumerator dengan mencatat jumlah, berat
dan harga untuk ikan, serta panjang dan berat
untuk udang galah. Sedangkan monitoring jum-
lah nelayan yang aktif untuk masing-masing a-
lat tangkap dilakukan setiap bulan.
Kualitas Perairan
Evaluasi kualitas perairan meliputi suhu
air, kecerahan, alkalinitas, pH, oksigen terlarut,
karbon dioksida bebas, ammonium. Sedangkan
metoda yang digunakan dalam analisis kualitas
air tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Metoda yang Digunakan dalam Penga-
matan Peubah Kualitas Air di Waduk
Darma.
Peubah
Kualitas
Air
Unit Metoda/Alat
Suhu air o
C Termometer
pH unit pH Indikator pH
Alkalinitas mg/l CaCO3 eq. Titrasi
CO2, mg/l Titrasi
O2, mg/l Titrasi
NH4-N mg/l Spektrofotometer
Kecerahan cm Secchi disk
Karakteristik Populasi Udang Galah
Kebiasan Pakan Udang Galah dan I-
kan Dominan. Pengambilan contoh dilakukan
dari isi lambung udang dan ikan pada setiap bu-
lan selama penelitian berlangsung. Isi perut u-
dang dan ikan tersebut diambil dan diawetkan
dalam formalin 5%, selanjutnya isi lambung
tersebut diamati dengan mikroskop di laborato-
rium Inlitkanwar Jatiluhur. Analisa kebiasaan
pakan dilakukan dengan menggunakan indeks
preponderan. Kebiasaan pakan dan pola sebar-
an secara horizontal sebagai dasar analisa inter-
aksi antar jenis ikan, dilakukan dengan meng-
gunakan analisis nodul, dan dihitung dengan in-
deks constancy (Cij) dan indeks fidelity (Fij)
(Boesch in Murphy dan Edwards, 1982).
Pertumbuhan. Parameter pertumbuhan
udang galah meliputi hubungan panjang berat
dan pertumbuhan udang galah. Pertumbuhan
berdasarkan pertumbuhan panjang dari udang
galah bertanda dan dihitung dengan mengguna-
kan metoda Plot von Bertalanffy (Sparre dan Ve-
nema, 1999) dan paket program FiSAT.
Mortalitas. Mortalitas alami udang ga-
lah dianggap konstan dan dihitung dengan per-
samaan empiris dari Pauly (Sparre dan Venema,
1999). Jumlah populasi udang galah pada wak-
tu t (Nt) dapat dihitung melalui persamaan VPA
berbasis umur (Pope) (Sparre dan Venema, 1999).
3. Tjahjo, D. W. H., M. Boer, R. Affandi, I. Muchsin dan D. Soedharma, Evaluasi Penebaran Udang Galah … 103
Pendugaan Hasil Tangkapan
Dugaan hasil tangkapan ikan dan udang
galah (Y) dalam satu tahun dihitung dari data
yang dikumpulkan oleh enumerator setiap bulan
melalui persamaan (Sparre dan Venema, 1999)
( )1 1 expt t
F
C N Z
Z
+
⎛ ⎞
= ⎡ − − ⎤⎜ ⎟⎣ ⎦
⎝ ⎠
sedangkan t t tY CW=
dan 1tC + merupakan jumlah udang galah yang
tertangkap pada umur 1t + , tN adalah jumlah
udang galah pada umur t , F adalah mortalitas
tangkap, Z adalah mortalitas total, tY adalah
biomassa hasil tangkapan udang galah pada u-
mur t , dan tW adalah rata-rata bobot individu
udang galah pada umur t .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Lingkungan
Kualitas air Waduk Darma ditinjau dari
kandungan pH rata-rata berkisar antara 7.0 - 8.9
unit (Tabel 2) termasuk dalam kondisi perairan
yang ideal bagi udang galah. Spotts (2001) me-
nyatakan bahwa pH yang ideal untuk udang ga-
lah berkisar 7.2 - 8.4 karena pH dibawah 7 mem-
pengaruhi kecepatan pengerasan kulit setelah
molting. Keadaan tersebut didukung dengan
kandungan alkalinitas yang tinggi (44.37-62.00
mg/l CaCO3 eq.) yang berarti kapasitas pe-
nyangga cukup baik sehingga pH perairan rela-
tif stabil. Selain itu, kandungan karbon dioksida
bebas yang relatif rendah antara 0 - 3.3 mg/l dan
kandungan oksigen terlarut yang tinggi berkisar
antara 4.5 - 7.2 mg/l, menurut Boyd (1990)
memenuhi kandungan oksigen terlarut yang i-
deal untuk pertumbuhan ikan yaitu lebih dari 5
mg/l untuk perairan tergenang.
Suhu air di Waduk Darma berkisar antara
23.8 - 28.7 o
C, dimana udang galah hidup opti-
mal pada suhu air berkisar antara 26 - 30 o
C dan
dapat hidup di perairan dengan suhu 22 - 32
o
C, tetapi pertumbuhan dan aktivitasnya menja-
di terhambat (Spotts, 2001). Udang ini menye-
nangi daerah yang gelap atau bersembunyi di-
balik tanaman yang mengapung. Disamping itu,
udang lebih menyenangi perairan yang dasar-
nya berlumpur (Spotts, 2001), kondisi tersebut
didukung dengan kandungan ammonium yang
relatif rendah di Waduk Darma (0.14 - 0.34
mg/l).
Tabel 2. Kualitas Fisika, Kimia, Biologi dan Po-
tensi Perairan Waduk Darma.
Peubah Maksimum Minimum Rata-rata
Suhu air (o
C) 28.7 23.8 26.3
pH (unit) 8.9 7.0 7.6
Alkalinitas (mg/l CaCO3 eq.) 62.00 44.37 52.38
O2 (mg/l) 7.2 4.5 5.8
CO2 (mg/l) 3.3 0.0 1.4
NH4-N (mg/l) 0.34 0.14 0.25
Kecerahan (cm) 144 36 85.6
Karakteristik Populasi Udang Galah
Pertumbuhan merupakan suatu proses
yang terjadi di dalam tubuh organisme yang
menyebabkan perubahan ukuran panjang dan
bobot tubuh dalam periode waktu tertentu. Per-
tumbuhan itu sendiri merupakan proses gabung-
an dari tingkah laku dan proses fisiologis. Fak-
tor tersebut dikelompokkan menjadi dua faktor,
yaitu: faktor yang berhubungan dengan ikan itu
sendiri dan faktor lingkungan.
Pemanfaatan Pakan
Kualitas pakan merupakan salah satu fak-
tor yang menentukan pertumbuhan udang, di-
mana kualitas pakan yang dikonsumsi udang
galah dapat diketahui lewat kebiasaan pakan-
nya. Di Danau Vembanad, India, udang galah
mengkonsumsi biji-bijian padi sisa panen dan
potongan tumbuhan yang mulai membusuk, dan
persawahan di daerah draw-down merupakan
daerah yang penting dalam mendukung pertum-
buhan udang tersebut (Kurup dan Hariskrish-
man, 2000). Demikian juga, untuk Waduk Dar-
ma yang mempunyai daerah draw-down yang
luas (18.1 - 43.1 % luas maksimum).
Hasil penelitian kebiasaan pakan udang
galah dengan ukuran panjang total berkisar an-
tara 5.2 - 23.0 cm disajikan pada Tabel 3. Seca-
ra umum kebiasaan pakan udang galah tersebut
menunjukkan bahwa pakan utamanya adalah
tumbuhan, sedangkan serangga dan moluska se-
bagai pakan pelengkap. Pada kondisi muka air
waduk semakin surut udang tersebut semakin
banyak mengkonsumsi kelompok pakan molus-
ka, serangga dan udang. Sebaliknya pada kondi-
si permukaan air waduk semakin luas, udang
tersebut semakin banyak mengkonsumsi tum-
buhan. Hal tersebut disebabkan pada saat kon-
disi air menjelang surut terendah, kesediaan
tumbuhan sebagai pakannya sangat terbatas.
4. 104 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 101-107
Tabel 3. Kebiasaan Pakan Udang Galah di Waduk Darma untuk Setiap Waktu Pengamatan.
Indeks Preponderan (%)
Peubah
Juni Agustus September Oktober Nopember Desember Januari Maret
Rata-rata
Tumbuhan 5.00 96.20 58.93 47.20 0 25.44 20.00 96.12 36.62
Detritus 4.00 8.69 20.00 5.95
Siput 8.93 69.57 1.00 20.00 3.88 16.29
Serangga 3.80 32.14 48.80 21.74 69.58 21.87
Udang 95.00 3.99 20.00 16.76
Ikan 20.00 2.50
Interaksi antar Jenis Ikan
Berdasarkan jenis pakan yang dimanfaat-
kan oleh komunitas ikan, maka pakan alami ter-
sebut dikelompokkan dalam 4 kelompok pakan.
Kelompok pakan 1 berupa fitoplankton, banyak
dimanfaatkan oleh ikan nila (Oreochromis nilo-
tica) dan nilem. Kelompok pakan 2 yang terdiri
dari (a) tumbuhan banyak dikonsumsi oleh u-
dang galah, udang lokal dan beunteur, (b) detri-
tus banyak dikonsumsi oleh pepetek dan nila,
dan (c) zooplankton banyak dikonsumsi hanya
oleh pepetek (Parambassis punctulata). Kelom-
pok pakan 3 yang terdiri dari larva serangga,
moluska dan serangga dimana serangga banyak
dikonsumsi oleh goldsom (Aeqvidens goldsoum)
dan slebra (Tilapia thollani). Kelompok pakan
4 berupa ikan, pakan dalam kelompok ini di-
manfaatkan oleh jenis ikan predator, seperti gold-
som, monogoi (Cyrtocara rostrata) dan gabus
(Channa striatus).
Berdasarkan distribusi secara horizontal
dari jenis ikan dan udang yang ada, jenis ikan
dan udang tersebut dapat dikelompokkan men-
jadi 4 kelompok. Kelompok ikan 1 yang terdiri
dari pepetek, udang lokal, slebra dan nila meru-
pakan kelompok jenis ikan yang mempunyai
sebaran yang luas di Waduk Darma, sedangkan
kelompok ikan 3 yang terdiri dari nilem dan ga-
bus merupakan kelompok jenis ikan yang mem-
punyai sebaran yang sangat terbatas. Kelom-
pok ikan 2 yang hanya terdiri dari beunteur do-
minan di daerah Stasiun 1. Kelompok ikan 4
terdiri dari goldsom, udang galah dan monogoi,
kelompok ini lebih dominan berada di daerah
genangan utama (Stasiun 2 dan 4).
Untuk mengetahui distribusi spasial dan
preferensi jenis ikan terhadap kelompok pakan,
diperlukan analisa pengelompokkan pakan dan
pengelompokkan jenis ikan melalui matrik hu-
bungan kedua kelompok tersebut dan akhirnya
dilakukan analisa modul memakai indeks Cons-
tancy dan Fidelity.
Kelompok ikan 1 mempunyai distribusi
yang luas di perairan waduk ini, dan kelompok
tersebut berasosiasi cukup kuat terhadap kelom-
pok pakan 2 (tumbuhan, detritus dan zooplank-
ton) dan kelompok pakan 1 (fitoplankton), se-
hingga kelompok ikan disini cenderung bersifat
omnivora. Kelompok ikan 3 yang mempunyai
distribusi yang sangat terbatas berasosiasi sa-
ngat kuat terhadap kelompok pakan 1 (fito-
plankton) dan 4 (ikan), karena dalam kelompok
ini terdiri dari 2 jenis ikan yang mempunyai pe-
ran yang berbeda dimana nilem bersifat herbi-
vora spesialis fitoplankton dan gabus bersifat
predator spesialis ikan. Kelompok ikan 4 mem-
punyai distribusi yang cukup luas dan berasosi-
asi cukup kuat terhadap kelompok pakan 4 (i-
kan). Hal tersebut disebabkan kelompok ini ter-
diri dari 3 jenis ikan, dimana 2 jenis ikan terma-
suk predator yang banyak mengkonsumsi ikan
dan 1 jenis (udang galah ) pemakan tumbuhan
dan bangkai.
Kelompok ikan 1 sangat menyenangi ke-
lompok pakan 2 dan senang terhadap kelompok
pakan 1. Sehingga pada kelompok ikan 1 ber-
potensi tinggi terjadi kompetisi terhadap kelom-
pok pakan 2 dan cukup tinggi terhadap kelom-
pok pakan 1. Sedangkan untuk kelompok ikan
4 sangat menyenangi kelompok pakan 4 dan se-
nang terhadap kelompok pakan 3. Sehingga pa-
da kelompok ikan 4 berpeluang terjadi kompe-
tisi yang tinggi terhadap kelompok pakan 4 dan
cukup tinggi terhadap kelompok pakan 3. Ber-
dasarkan interaksi antar jenis ikan menunjukkan
bahwa udang galah mempunyai peluang kom-
petisi yang rendah, baik pakan maupun ruang di
Waduk Darma.
Pertumbuhan Udang Galah
Udang galah yang tertangkap dan diukur
panjang dan beratnya berjumlah 393 ekor, di-
mana 95 ekor diidentifikasi sebagai udang jan-
5. Tjahjo, D. W. H., M. Boer, R. Affandi, I. Muchsin dan D. Soedharma, Evaluasi Penebaran Udang Galah … 105
tan dengan kisaran ukuran 7.3 - 30.0 cm, dan 96
ekor sebagai udang betina dengan kisaran ukur-
an 7.0 - 25.0 cm. Hubungan panjang-berat u-
dang jantan dan betina mengikuti persamaan W
= 0.013 L 3.2649
untuk udang jantan dan W =
0.0141 L 3.2179
untuk udang betina, sedangkan
W adalah bobot udang dan L adalah panjang to-
tal udang. Berdasarkan kedua persamaan terse-
but menunjukkan bahwa konstanta hubungan
panjang berat udang jantan dan betina relatif
sama. Faktor kondisi tersebut relatif berbeda
dengan hasil penelitian Utomo (2002) di Sungai
Lempuing, Sumatera Selatan dimana faktor
kondisi udang jantan sebesar 3.4 dan udang be-
tina 2.3. Hal tersebut berarti kondisi lingkungan
dan pakan yang tersedia di Waduk Darma mem-
beri dukungan yang relatif sama terhadap udang
jantan maupun betina dibandingkan udang yang
hidup di Sungai Lempuing.
Penangkapan udang galah selama periode
April 2002 sampai Maret 2003 mencakup ukur-
an panjang maksimum untuk udang jantan men-
capai 35.0 cm dan 25.0 cm untuk udang betina.
Hasil analisa dengan mengunakan pengepasan
Powell dan Wetherall menunjukkan bahwa pan-
jang tak terhingga atau panjang asimtotis (L∞)
udang galah jantan di Waduk darma adalah 36.2
cm dan udang betina 25.9 cm.
Dugaan parameter pertumbuhan udang
galah jantan dan betina menunjukkan bahwa u-
dang galah jantan mempunyai konstanta per-
tumbuhan berkisar antara 0.88 - 1.59 dan udang
betina berkisar 0.87 - 1.55. Persamaan pertum-
buhan udang galah mengikuti persamaan per-
tumbuhan von Bertalanffy sebagai berikut: Un-
tuk udang jantan berturut-turut stok April 2002
adalah Lt = 36.2[1-e(-1.59(t-to)
], stok Agustus 2002
adalah Lt = 36.2[1-e(-1.46(t-to)
] dan stok September
2002 adalah Lt = 36.2[1-e(-0.88(t-to)
] dan untuk u-
dang betina berturut-turut stok April 2002 ada-
lah Lt = 25.9[1-e(-1.55(t-to)
], stok Agustus 2002
adalah Lt = 25.9[1-e(-1.46(t-to)
] dan stok September
2002 adalah Lt = 25.9[1-e(-0.87 (t-to)
].
Udang jantan mempunyai laju pertum-
buhan yang lebih tinggi, dan panjang tak ter-
hingga yang lebih panjang dibandingkan udang
betina. Hal tersebut sesuai dengan hasil peneli-
tian Utomo (2002) di sungai Lempuing, Suma-
tera Selatan. Panjang tak terhingga udang galah
di Waduk Darma baik jantan maupun betina le-
bih panjang daripada udang galah di Sungai Lem-
puing, Sumatera Selatan (jantan 28.5 cm dan be-
tina 23.9 cm). Tetapi laju pertumbuhan udang
tersebut di Waduk Darma lebih rendah daripada
udang yang hidup di Sungai Lempuing (jantan
5.55 cm dan betina 8.87 cm).
Mortalitas Udang Galah
Mortalitas pada penebaran udang galah a-
da dua bagian, (1) tahap proses adaptasi dan (2)
tahap pasca adaptasi (mortalitas normal). Pada
awal penebaran yaitu pada tahap proses adapta-
si dari udang tersebut terhadap lingkungan ba-
runya, umumnya terjadi mortalitas yang tinggi.
Laju mortalitas yang tinggi tersebut dapat dite-
kan dengan melakukan aklimatisasi terhadap
benih udang yang akan ditebar. Mortalitas ala-
mi mengambarkan kematian akibat kelaparan,
predasi, penyakit, dan usia tua. Mortalitas ala-
mi udang galah yang ditebar pada bulan April,
Agustus dan September 2002 di Waduk Darma
secara berturut turut adalah 0.16; 0.15 dan 0.11
per bulan untuk udang jantan, serta 0.17; 0.17
dan 0.12 per bulan untuk udang betina.
Aktifitas penangkapan udang di Waduk
Darma menggunakan jala lempar dengan ukur-
an mata jala 1-1.5 inci dan jari-jari jala berkisar
antara 4-6 m. Laju mortalitas penangkapan u-
dang galah ini berkisar antara 0.01-1.66 per bu-
lan (Tabel 4). Tabel 4 menunjukkan bahwa ma-
kin besar ukuran rekruit mendorong peningkat-
an laju penangkapan, dan mortalitas penangkap-
an ini mempunyai korelasi negatif terhadap luas
perairan dan kelimpahan udang. Hal tersebut
berarti semakin luas perairan, menyebabkan la-
ju penangkapan menurun, karena peluang ter-
tangkapnya udang semakin rendah.
Penangkapan Udang Galah
Nelayan jala untuk udang galah sangat
dipengaruhi tinggi muka air, hal tersebut dise-
babkan jala lempar mempunyai keterbatasan
pada kisaran kedalaman optimum perairan 0.5 -
3 m dengan dasar perairan yang bersih. Sehing-
ga makin luas perairan makin sedikit jumlah ne-
layan yang beroperasi, dan pada saat air naik
sekitar bulan Febuari-Maret nelayan jala lem-
par tidak beroperasi karena dasar perairan ba-
nyak vegetasinya dan dapat merusak jala ter-
sebut. Pada saat air surut terendah (mulai bulan
September sampai Desember) jumlah nelayan
jala yang beroperasi meningkat secara nyata.
Peningkatan jumlah nelayan tersebut berasal
6. 106 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2004, Jilid 11, Nomor 2: 101-107
dari luar Kabupaten Kuningan, terutama dari
Kabupaten Ciamis dan Majalengka.
Tabel 4. Konstanta Mortalitas Tangkap dan Mor-
talitas Total per bulan Menurut Waktu
Pengamatan dan Luas Perairan (ha).
Mortalitas Tangkap
(per bulan)Bulan
Luas
(ha)
STApr STAgu STAgu Total
Apr 2002 401.6
Mei 2002 400.7 0.04 0.04
Jun 2002 395.9 0.05 0.05
Jul 2002 379.2 0.04 0.04
Agu 2002 350.0 0.03 0.03
Sep 2002 311.8 0.05 0.06 0.06
Okt 2002 254.1 0.07 0.40 0.04 0.17
Nop 2002 233.0 0.08 0.34 0.03 0.15
Des 2002 254.5 0.05 1.66 0.01 0.58
Jan 2003 276.6 0.23 0.01 0.12
Feb 2003 329.6 0.01 0.01
Mar 2003 357.0 0.01 0.01
Rata-rata 0.05 0.54 0.02 0.14
Mortalitas per tahun 0.63 6.46 0.24 1.64
Hasil tangkapan udang galah untuk Stok
April berkisar dari 51 - 146 ekor/bulan, Stok A-
gustus 27 - 131 ekor/bulan dan Stok September
54 - 410 ekor/bulan (Tabel 5), dan produksi ha-
sil tangkapannya pada periode Mei 2002 sam-
pai Desember 2002 di Waduk Darma adalah
132.1 kg atau 0.14 % dari produksi ikannya,
dengan nilai produksi hasil tangkapan udang
galah Rp 5.285.000 atau 2.34 % nilai hasil tang-
kapan ikannya. Sedangkan tingkat kesuksesan
penebaran udang galah di Waduk Darma sebe-
sar 10.5 %, hasil tersebut jauh lebih besar di-
bandingkan hasil penelitian Sripartprasite dan
Lin (2003) di Waduk Pak Mun Thailand yang
tingkat kesuksesannya hanya mencapai 1 %.
Tingkat pemanfaatan udang galah setiap
bulannya sangat berva-riasi (Tabel 5). Secara u-
mum, tingkat pemanfaatan udang tersebut cen-
derung meningkat dengan meningkatnya ukur-
an panjang udang yang ditebar. Disamping itu,
tingkat pemanfaatan tersebut meningkat dengan
semakin sempitnya luas perairan, dimana ting-
kat pemanfaatan yang tinggi terjadi pada bulan
Oktober sampai Desember.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kualitas perairan di Waduk Darma baik
fisik, kimia dan biologis mendukung untuk per-
tumbuhan udang galah. Kondisional tersebut
menyebabkan laju pertumbuhan udang galah
cukup tinggi dengan konstanta pertumbuhannya
berkisar antara 0.87-1.59, dan konstanta hu-
bungan panjang-berat sebesar 3.263. Konstanta
hubungan panjang-berat antara udang jantan
dan udang betina tidak berbeda.
Tabel 5. Hasil Tangkapan (ekor), Produksi Tangkapan (kg) dan Tingkat Eksploitasi
Udang Galah Periode Mei 2002 - Maret 2003 di Waduk Darma.
Hasil tangkapan (ekor) Produksi Tangkapan (kg) Tingkat Eksloitasi
Bulan
STApr STAgu STSep Total STApr STAgu STSep Total Total STAgu STSep Total
Mei 2002 134 134 1.3 1.3 0.21 0.21
Jun 2002 146 146 4.1 4.1 0.22 0.22
Jul 2002 113 113 6.6 6.6 0.21 0.21
Agu 2002 57 57 5.6 5.6 0.13 0.13
Sep 2002 79 27 106 11.7 0.6 12.3 0.25 0.27 0.26
Okt 2002 91 79 409 580 18.5 3.8 0.7 23.0 0.30 0.71 0.23 0.53
Nop 2002 84 131 410 624 22.0 10.8 2.3 35.0 0.32 0.68 0.21 0.50
Des 2002 51 92 137 280 16.3 11.5 1.7 29.5 0.24 0.91 0.08 0.80
Jan 2003 77 61 138 13.3 1.4 17.7 0.59 0.05 0.46
Mar 2003 54 54 3.0 3.0 0.06 0.06
Interaksi antara udang galah dengan jenis
ikan yang ada menunjukkan bahwa peluang ter-
jadinya kompetisi udang galah dengan jenis i-
kan lainnya relatif rendah, baik terhadap pakan
maupun ruang. Sedangkan hubungan predasi
menunjukkan bahwa udang tersebut berpeluang
kecil untuk dipredasi oleh jenis ikan lainnya.
Di Waduk Darma, udang galah ditangkap
dengan menggunakan jala lempar, dengan hasil
7. Tjahjo, D. W. H., M. Boer, R. Affandi, I. Muchsin dan D. Soedharma, Evaluasi Penebaran Udang Galah … 107
tangkapan udangnya berkisar antara 57-624 e-
kor/bulan atau 1.3-35.0 kg/bulan. Tingkat ke-
suksesan penebaran udang galah sebesar 10.5 %
dengan laju eksploitasi antara 0.06-0.80.
Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan udang
galah mampu berkembang dan dimanfaatkan
dengan baik di Waduk Darma. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk me-
nentukan jumlah dan umur udang yang ditebar,
serta waktu penebaran yang sesuai agar tercapai
kemantapan hasil tangkapan udang galah di wa-
duk tersebut.
PUSTAKA
Boyd, E. C. 1990. Water Quality in Ponds for Aquacul-
ture. Birmingham Publishing Co, Birmingham. 482p
Cooper, R. A. and A. J. Weekes. 1983. Data, Model and
Statistical Analysis. Philip Allan Publishers Limited.
400p.
Cowx, I. G. 1994. Stoking Strategies. Fisheries Manage-
ment and Ecology, 1: 15-30
Kurup, B. M. and M. Hariskrishnan. 2000. Reviving the
Macrobrachium rosenbergii (de Man) Fishery in
Vembanad Lake, India. Naga, The ICLARM Quar-
terly, 23(2): p. 4-9.
Murphy, P. M. dan R. W. Edwards. 1982. The Spatial
Distribution of the Freshwater Macroinvertebrate
Fauna of the River Ely, in Relation to Pollutional
Discharges. Env. Poll., 29: 111-124.
Sarnita, A. 1972. Laporan Singkat Hasil Survey Peri-
kanan Waduk Darma dan Situ Patok, Jawa Barat.
Laporan Stasiun Penelitian Perikanan Jatiluhur. 8 hal.
(Tidak dipublikasikan).
Sparre, P. dan S. C. Venema. 1999. Introduksi Pengkaji-
an Stok Ikan Tropis. Buku 1. Manual. Pusat Pene-
litian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 438 p.
Spotts, D. 2001. Introducing Macrobrachium rosenber-
gii. www.miami-aquaculture.com, 5p. 14 september
2001
Sripatrprasite, P. and C. K. Lin. 2003. Stocking and Re-
capture of Freshwater Prawn (Macrobrachium ro-
senbergii de man) in a Run-of-River Type Dam
(Pak Mun Dam) in Thailand. www.lar2.org/unedit-
ed_papers/sripatrprasite%20macrobrachium.pdf, 16 p.
11 September 2003
Tjahjo, D. W. T. 2000. Aspek Biolimnologi Perairan
Waduk Darma, Jawa Barat. J. Penel. Perik. Indone-
sia, 6(3-4): 10-15
Tjahjo, D. W. H., S. Nuroniah dan S. E. Purnamaningtyas
2001. Evaluasi Bio-limnologi dan Relung Ekologi
Komunitas Ikan untuk Menentukan Jenis Ikan
yang Ditebar di Waduk Darma. J. Penel. Perik. In-
donesia, 7(1):10-24 p.
Utomo, A. D. 2002. Pertumbuhan dan Biologi Repro-
duksi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii di
Sungai Lempuing Sumatera Selatan. JPPI Edisi
Sumberdaya dan Penangkapan, 8(1): 15-26
Widana, K. dan P. Martosubroto. 1986. Pengelolaan
Perikanan Perairan Umum dan Masalahnya, p. 43-
55. Prosiding Seminar Perikanan Perairan Umum,
Jakarta 1 September 1986. Badan Litbang Pertanian,
Puslitbang Perikanan.