Standar mikrobiologi-untuk-produk-farmasi1-2fahri mey
Standar mikrobiologi terhadap produk produk farmasi, standar produk ini sangat lah penting karna banyak metodebyang di gunakan untuk mengetahui kontaminan produk tersebut
Standar mikrobiologi-untuk-produk-farmasi1-2fahri mey
Standar mikrobiologi terhadap produk produk farmasi, standar produk ini sangat lah penting karna banyak metodebyang di gunakan untuk mengetahui kontaminan produk tersebut
Materi presentasi mata kuliah Bioteknologi tentang macam-macam jenis immunoassay, mulai dari Fluorescence, Chemiluminescence, dan Homogenous immunoassay.
Berikut merupakan materi sterilisasi. Konten materi memuat prinsip umum, definisi, jenis sterilisasi, keuntungan dan kerugian metode sterilisasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi berikut link youtube sebagai tambahan wawasan dalam pembuatan media pertumbuhan dan sterilisasi https://www.youtube.com/watch?v=PdBkezP2zWM&t=2s
Keracunan makanan dan penyakit karena mengonsumsi buah-buahan atau sayuran segar maupun olahan mengindikasikan adanya kontaminan (pestisida, mikroba, logam berat) dalam bahan pangan tersebut.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan penyakit asal pangan (foodborne disease) sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun yang disebabkan oleh senyawa yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi.
Menurut data FDA Amerika Serikat, penyakit asal pangan yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba menempati urutan pertama di atas racun alami, residu pestisida, dan bahan tambahan pangan.
50 Editable Slides Backgrounds part four Ihab Hatoum
50 images and pictures that can be used for presentation purposes. Worth every kb! "ignore the starting slide whereby it is written part 1 instead of part four"
Materi presentasi mata kuliah Bioteknologi tentang macam-macam jenis immunoassay, mulai dari Fluorescence, Chemiluminescence, dan Homogenous immunoassay.
Berikut merupakan materi sterilisasi. Konten materi memuat prinsip umum, definisi, jenis sterilisasi, keuntungan dan kerugian metode sterilisasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi berikut link youtube sebagai tambahan wawasan dalam pembuatan media pertumbuhan dan sterilisasi https://www.youtube.com/watch?v=PdBkezP2zWM&t=2s
Keracunan makanan dan penyakit karena mengonsumsi buah-buahan atau sayuran segar maupun olahan mengindikasikan adanya kontaminan (pestisida, mikroba, logam berat) dalam bahan pangan tersebut.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan penyakit asal pangan (foodborne disease) sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun yang disebabkan oleh senyawa yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi.
Menurut data FDA Amerika Serikat, penyakit asal pangan yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba menempati urutan pertama di atas racun alami, residu pestisida, dan bahan tambahan pangan.
50 Editable Slides Backgrounds part four Ihab Hatoum
50 images and pictures that can be used for presentation purposes. Worth every kb! "ignore the starting slide whereby it is written part 1 instead of part four"
1. HEWAN COBA
Kelinci di gunakan sebagai hewan coba karena memiliki respon
yang mirip dengan manusia terhadap endotoxin.
Persyaratan :
1. Hewan coba harus sehat
2. Suhu kandang antara 200C sampai 230C
3. Sebelum di lakukan percobaan, kelinci di perlakukan sesuai
prosedur percobaan tapi tanpa injeksi.
4. Jangan menggunakan 1 kelinci untuk percobaan terus menerus
selama 48jam.
5. Jangan melanjutkan percobaan jika dalam 2 minggu kenaikan
suhu terjadi 0,60C dan tidak kunjung turun.
2. Prosedur Uji
USP menetapkan uji pirogen pada kelinci yaitu :
1. Lakukan uji di tempat khusus yang sudah di kondiskan sesuai dengan uji yang
dilakukan.
2. Jangan memberi makan hewan coba saat proses uji berlangsung.
3. Pemberian air bisa dilakukan setiap saat, namun bisa dibatasi selama proses uji.
4. Periksa suhu tiap hewan coba setelah 30 menit pemberian sediaan injeksi.
5. Gunakan hewan coba yang selisih suhu satu sama lain kurang dari 10C
6. Jangan menggunakan hewan coba yang suhu nya meningkat sampai 39,80C
7. Rute pemberian melalui vena telinga dengan dosis 10ml/kg berat badan.
3. Thermocouples dimasukkan melalui rectal dengan kedalaman tidak kurang dari 7,5cm. 30 menit
setelah suhu tubuh kelinci sudah dikendalikan, zat uji sudah bisa di berikan. Pemberian zat uji
menggunakan sryinge steril dengan ukuran yang di sesuaikan dengan dosis pemberian. Dosis zat
uji biasanya di berikan dengan satuan b/b, misal Diazepam injeksi 0,25 mg per kg BB.
4. Larutan uji harus di panaskan sampai suhu 37 0C sebelum di injeksikan.
Telinga kelinci harus di basahi dengan alkohol 70%, selain untuk
desinfeksi, juga memperjelas letak vena pada telinga kelinci.
Cara menginjeksikan larutan uji yang benar pada kelinci :
1. Tundukkan telinga kelinci ke depan dengan menggunakan tangan kiri dan
tahan dengan dengan ibu jari.
2. Tepatkan needle pada ujung vena telinga.
3. Injeksikan larutan uji perlahan lahan dan sedikit demi sedikit, jika tidak
akan timbul udara yang menghambat proses injeksi.
4. Jika harus mencabut needle dari vena dan menyuntikkan kembali,
usahakan menempatkan needle pada tempat yang sama seperti sebelumnya.
5. Lakukan proses penyuntikkan lengkap kurang dari 10 menit.
6. Tahan bekas suntikkan dengan ibu jari untuk mengurangi perdarahan.
5.
6. Intepretasi Hasil Uji
Berdasarkan hasil dari Pharmacopeial forum Juli 1991, Sediaan larutan
tersebut tidak mengandung pirogen jika :
• Tidak ada 1 kelinci pun yang mengalami kenaikan suhu kurang dari 0,5 0C, atau
• 5 kelinci tambahan di perlakukan sama seperti 3 kelinci percobaan yang
sebelumnya, dan tidak lebih dari 3 kelinci dari jumlah total 8 kelinci yang
menunjukkan kenaikan suhu 0,50C atau lebih.
Berdasarkan The United States Public Health Requirements for Biological
Products, Part 73, larutan tersebut pirogenik jika setengah dari jumlah kelinci coba
mengalami kenaikan suhu sampai 0,60C atau lebih, atau rata rata kenaikan suhu dari
semua kelinci coba 0,50C atau lebih.
7. Kelemahan uji pirogen dengan menggunakan kelinci :
• Tiap kelinci memiliki sensitibitas yang berbeda dengan pirogen
• Kelinci sangat sensitiv terhadap lingkungan sekitarnya.
• Butuh pengendalian lingkungan, pelatihan hewan uji, pengawasan ketat, dan
fasilitas yang memadai.
• Sensitivitas terhadap pirogen tergantung dosis pemberian.
Tidak semua sediaan parenteral dapat di uji dengan kelinci, karena respon kelinci
terhadap pirogen dapat di ubah. Selain itu ada sediaan yang memiliki efek samping
piretik, yang dapat mempengaruhi penelitian. Juga ada beberapa bahan yang toxic
terhadap kelinci dan harus di encerkan jauh di bawah dosis lazim untuk terapi.