(Teknologi farmasi ) penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kemba...Genny R Weya
Presentasi ini membahas pengertian keluhan, penarikan kembali produk, dan penanganan produk kembalian. Keluhan adalah pengaduan pelanggan terkait kualitas, kuantitas, atau keamanan produk. Penarikan kembali produk dilakukan jika produk tidak memenuhi standar mutu, keamanan, atau penandaan. Produk kembalian ditangani dengan pemeriksaan, pengujian, dan keputusan pengolahan ulang atau pemusnahan.
Standar mikrobiologi-untuk-produk-farmasi1-2fahri mey
Dokumen tersebut membahas standar mikrobiologi dan uji mikrobiologi untuk bahan dan produk farmasi. Termasuk kategori bahan baku alam, mikroorganisme kontaminan, persyaratan kualitas mikrobiologi untuk produk farmasi steril dan non-steril, serta uji-uji mikrobiologi yang tercantum dalam Farmakope Indonesia seperti uji batas mikroba, uji efektivitas pengawet, uji sterilitas, dan penetapan k
Dokumen tersebut membahas tentang kriteria uji ekuivalensi untuk produk obat generik. Terdapat tiga jenis uji ekuivalensi yaitu uji invivo, uji in vitro, dan produk-produk yang tidak memerlukan uji ekuivalensi. Dokumen ini juga menjelaskan metode penilaian bioavailabilitas absolut dan relatif serta rancangan studi uji bioekivalensi seperti jumlah dan kriteria subyek, prosedur klinis, serta pertimb
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK irmalawai
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran urin atau kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) .
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yangdipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit
(Teknologi farmasi ) penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kemba...Genny R Weya
Presentasi ini membahas pengertian keluhan, penarikan kembali produk, dan penanganan produk kembalian. Keluhan adalah pengaduan pelanggan terkait kualitas, kuantitas, atau keamanan produk. Penarikan kembali produk dilakukan jika produk tidak memenuhi standar mutu, keamanan, atau penandaan. Produk kembalian ditangani dengan pemeriksaan, pengujian, dan keputusan pengolahan ulang atau pemusnahan.
Standar mikrobiologi-untuk-produk-farmasi1-2fahri mey
Dokumen tersebut membahas standar mikrobiologi dan uji mikrobiologi untuk bahan dan produk farmasi. Termasuk kategori bahan baku alam, mikroorganisme kontaminan, persyaratan kualitas mikrobiologi untuk produk farmasi steril dan non-steril, serta uji-uji mikrobiologi yang tercantum dalam Farmakope Indonesia seperti uji batas mikroba, uji efektivitas pengawet, uji sterilitas, dan penetapan k
Dokumen tersebut membahas tentang kriteria uji ekuivalensi untuk produk obat generik. Terdapat tiga jenis uji ekuivalensi yaitu uji invivo, uji in vitro, dan produk-produk yang tidak memerlukan uji ekuivalensi. Dokumen ini juga menjelaskan metode penilaian bioavailabilitas absolut dan relatif serta rancangan studi uji bioekivalensi seperti jumlah dan kriteria subyek, prosedur klinis, serta pertimb
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK irmalawai
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran urin atau kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) .
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yangdipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit
Dokumen ini membahas berbagai jenis obat antijamur untuk infeksi sistemik dan topikal. Untuk infeksi sistemik, obat yang direkomendasikan adalah amfoterisin B, flusitosin, azol seperti ketokonazol, flukonazol, dan itrakonazol. Sedangkan untuk infeksi topikal digunakan griseofulvin, imidazol, nistatin, dan obat topikal lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan mekanisme kerja, indikasi
1. Tetes mata adalah larutan atau suspensi steril yang digunakan untuk mata dengan cara meneteskan pada kelopak dan bola mata.
2. Keuntungan larutan mata adalah kehomogenan dan kemudahan penggunaan, sedangkan suspensi dapat memperpanjang waktu kontak obat dengan mata.
3. Bahan penting dalam tetes mata antara lain pengawet, pengisotonis, dapar, dan peningkat viskositas untuk menjaga
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian mutu simplisia dan ekstrak tanaman obat. Terdapat beberapa parameter yang dikontrol untuk memastikan mutu simplisia dan ekstrak, seperti identifikasi spesies, parameter makroskopik, mikroskopik, uji kimiawi, dan uji mikrobiologi. Ekstrak juga dikontrol mutunya berdasarkan parameter spesifik seperti kandungan senyawa kimiawi tertentu. Standardisasi dilakukan untuk
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Dokumen tersebut membahas tentang validasi metode analisis, termasuk pengertian, tujuan, dan parameter-parameter validasi seperti akurasi, presisi, selektivitas, linearitas, batas deteksi dan kuantitasi, ketangguhan metode, dan kekuatan metode. Validasi metode analisis bertujuan untuk menunjukkan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.”
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Dokumen tersebut membahas pengaruh cara pemberian obat terhadap absorbsi dan efek sedatif obat. Secara umum dibahas tentang latar belakang, tujuan percobaan, dasar teori mengenai rute pemberian obat, alat dan bahan yang digunakan, serta cara kerja dan perhitungan dosis obat dalam percobaan menggunakan hewan coba tikus."
Rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien anak di Bengkulu masih perlu ditingkatkan. Penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik masih berlebihan dan kurang tepat, terutama ampisilin dan gentamisin yang digunakan secara empiris. Evaluasi kuantitatif menunjukkan nilai DDD/100 hari rawat melebihi standar WHO, sedangkan secara kualitatif masih banyak kategori penggunaan yang tidak tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang glikosida, yaitu senyawa organik yang dapat dihidrolisis menjadi gula dan senyawa non-gula. Terdapat berbagai jenis glikosida antara lain glikosida kardioaktif, antrakinon, saponin, sianogen, tiosianat, flavonoid, alkohol, lakton, aldehid, dan fenol. Setiap jenis glikosida memiliki aglikon dan tanaman yang mengandung glikosida tersebut.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur pemeriksaan mikroskopis sampel feses, darah, kulit, kuku, dan rambut untuk mendeteksi parasit dan jamur. Metode yang digunakan meliputi pembuatan preparat, pewarnaan Giemsa dan Wright, serta pewarnaan KOH dan Lactophenol cotton blue. Hasil pemeriksaan dapat mengidentifikasi berbagai parasit dan jamur.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Dokumen ini membahas standar mikrobiologi dan uji mikrobiologi untuk bahan dan produk farmasi. Termasuk kategori bahan baku alam, mikroorganisme kontaminan, persyaratan kualitas mikrobiologi untuk berbagai jenis produk farmasi, serta uji-uji mikrobiologi yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.
Dokumen ini membahas berbagai jenis obat antijamur untuk infeksi sistemik dan topikal. Untuk infeksi sistemik, obat yang direkomendasikan adalah amfoterisin B, flusitosin, azol seperti ketokonazol, flukonazol, dan itrakonazol. Sedangkan untuk infeksi topikal digunakan griseofulvin, imidazol, nistatin, dan obat topikal lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan mekanisme kerja, indikasi
1. Tetes mata adalah larutan atau suspensi steril yang digunakan untuk mata dengan cara meneteskan pada kelopak dan bola mata.
2. Keuntungan larutan mata adalah kehomogenan dan kemudahan penggunaan, sedangkan suspensi dapat memperpanjang waktu kontak obat dengan mata.
3. Bahan penting dalam tetes mata antara lain pengawet, pengisotonis, dapar, dan peningkat viskositas untuk menjaga
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian mutu simplisia dan ekstrak tanaman obat. Terdapat beberapa parameter yang dikontrol untuk memastikan mutu simplisia dan ekstrak, seperti identifikasi spesies, parameter makroskopik, mikroskopik, uji kimiawi, dan uji mikrobiologi. Ekstrak juga dikontrol mutunya berdasarkan parameter spesifik seperti kandungan senyawa kimiawi tertentu. Standardisasi dilakukan untuk
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Dokumen tersebut membahas tentang validasi metode analisis, termasuk pengertian, tujuan, dan parameter-parameter validasi seperti akurasi, presisi, selektivitas, linearitas, batas deteksi dan kuantitasi, ketangguhan metode, dan kekuatan metode. Validasi metode analisis bertujuan untuk menunjukkan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.”
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Dokumen tersebut membahas pengaruh cara pemberian obat terhadap absorbsi dan efek sedatif obat. Secara umum dibahas tentang latar belakang, tujuan percobaan, dasar teori mengenai rute pemberian obat, alat dan bahan yang digunakan, serta cara kerja dan perhitungan dosis obat dalam percobaan menggunakan hewan coba tikus."
Rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien anak di Bengkulu masih perlu ditingkatkan. Penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik masih berlebihan dan kurang tepat, terutama ampisilin dan gentamisin yang digunakan secara empiris. Evaluasi kuantitatif menunjukkan nilai DDD/100 hari rawat melebihi standar WHO, sedangkan secara kualitatif masih banyak kategori penggunaan yang tidak tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang glikosida, yaitu senyawa organik yang dapat dihidrolisis menjadi gula dan senyawa non-gula. Terdapat berbagai jenis glikosida antara lain glikosida kardioaktif, antrakinon, saponin, sianogen, tiosianat, flavonoid, alkohol, lakton, aldehid, dan fenol. Setiap jenis glikosida memiliki aglikon dan tanaman yang mengandung glikosida tersebut.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur pemeriksaan mikroskopis sampel feses, darah, kulit, kuku, dan rambut untuk mendeteksi parasit dan jamur. Metode yang digunakan meliputi pembuatan preparat, pewarnaan Giemsa dan Wright, serta pewarnaan KOH dan Lactophenol cotton blue. Hasil pemeriksaan dapat mengidentifikasi berbagai parasit dan jamur.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Dokumen ini membahas standar mikrobiologi dan uji mikrobiologi untuk bahan dan produk farmasi. Termasuk kategori bahan baku alam, mikroorganisme kontaminan, persyaratan kualitas mikrobiologi untuk berbagai jenis produk farmasi, serta uji-uji mikrobiologi yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi sediaan steril. Secara singkat, dibahas mengenai definisi sterilitas dan sterilisasi, metode sterilisasi seperti overkill method dan aseptic processing method, jenis sediaan steril seperti sediaan parenteral dan sediaan mata, serta persyaratan pembuatan sediaan steril sesuai dengan CPOB untuk menjamin sterilitas produk.
Suppositoria adalah sediaan obat padat yang diberikan melalui rektum, vagina, atau uretra. Suppositoria harus mampu meleleh atau melarut pada suhu tubuh untuk menyebarkan obatnya secara lokal atau sistemik. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam produksi suppositoria antara lain pemilihan basis yang tepat, teknik pembuatan, dan evaluasi fisik seperti uji kisaran leleh dan uji penc
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara aseptis untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan menjaga keamanan personil, produk dan lingkungan, serta menghindari kontaminasi silang melalui prosedur yang ketat.
Modul ini membahas keterampilan mahasiswa dalam mengambil spesimen darah, sekret vaginal, sputum, urin dan faeces. Termasuk teknik pengambilannya, alat dan bahan yang diperlukan, nilai normal dan abnormal hasil pemeriksaan, serta faktor yang mempengaruhi hasil tes.
Modul ini membahas keterampilan mahasiswa dalam mengambil spesimen darah, sekret vaginal, sputum, urin dan faeces. Termasuk teknik pengambilan dan analisis masing-masing spesimen beserta alat dan bahannya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tujuan dan kegiatan praktikum pemeriksaan tinja untuk parasit cacing, meliputi pengelolaan spesimen tinja, pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis tinja, serta beberapa metode pemeriksaan seperti pengecatan langsung, konsentrasi, dan pengenceran.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai pelayanan dispensing steril di apotek rumah sakit. Ia menjelaskan pengertian dispensing steril, tujuannya, persyaratan ruangan dan peralatan, serta langkah-langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis untuk memastikan sterilitas produk dan keselamatan petugas. Dokumen ini sangat berguna bagi petugas farmasi untuk memahami proses dispensing steril secara tepat.
Pencampuran obat kanker harus dilakukan dengan teknik aseptis yang ketat untuk mencegah paparan bahaya obat terhadap petugas farmasi. Prosedur meliputi persiapan peralatan khusus, dekontaminasi ruang bersih, dan teknik penanganan obat secara hati-hati untuk memastikan keamanan petugas dan mutu produk.
Praktikum membuat dua media tumbuh mikroba, yaitu Potato Dextrose Agar (PDA) dari ekstrak kentang dan dextrose, serta Nutrient Agar (NA) dari ekstrak daging. Kedua media disterilkan dengan autoklaf lalu diuji dengan benih kedelai yang diinkubasi, menunjukkan NaOCl dan alkohol lebih efektif mencegah kontaminasi dibanding air.
Dokumen ini memberikan ringkasan singkat tentang kursus pelatihan pengendali makanan yang diselenggarakan oleh Perangsang Elit Sdn Bhd. Kursus ini terdiri dari 4 seksi yang membahas pengenalan, kebersihan makanan, keselamatan makanan, dan faktor-faktor keracunan makanan. Kursus ini bertujuan untuk melatih pengendali makanan agar dapat menangani dan mengolah makanan dengan aman dan higienis sesuai dengan peraturan dan undang-und
Dokumen tersebut membahas tentang keracunan pestisida, termasuk jenis pestisida berdasarkan bahayanya, gejala dan tingkat keracunan, faktor penyebabnya, golongan pestisida yang direkomendasikan untuk pertanian, prinsip penggunaannya, kriteria toksisitas dan label yang harus dicantumkan, serta cara pencegahan dan pertolongan pertama jika terjadi keracunan pestisida.
Similar to UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf (20)
Skripsi ini membahas hubungan antara perilaku kesehatan dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Cepiring tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan 40 responden kasus dan 40 kontrol. Variabel yang diteliti adalah perilaku kesehatan seperti membersihkan, menutup, dan menguras tempat penampungan air, mengubur barang bekas, membuang sampah, menggantung pakaian, dan memakai lotion anti ny
Tiga kalimat:
1. Penelitian ini menguji sensitivitas lima jenis antibiotik terhadap Escherichia coli yang menyebabkan diare pada balita di Kota Manado.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa Ciprofloxacin adalah antibiotik yang paling efektif menghambat pertumbuhan E. coli dibandingkan antibiotik lainnya.
3. Sedangkan E. coli memiliki resistensi terhadap Chlorampenicol, Ampicillin, Amoxicillin, dan Tet
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
3. Tujuan uji sterilitas:
Untuk menetapkan apakah bahan
farmakope yang harus steril
memenuhi syarat berkenaan dengan
uji sterilitas seperti yang tertera pada
masing-masing monografi
4. | UJI STERILITAS
(FARMAKOPE INDONESIA IV/1995)
| GUIDELINES FOR STERILITY TESTING OF
THERAPEUTIC GOODS (THERAPEUTIC
GOODS ADMINISTRATION/ TGA 2006)
PEMBANDINGAN
5. Suatu produk dikatakan
STERIL
| Bila memenuhi persyaratan dalam uji
sterilitas
| Kemungkinan hasil positif dapat terjadi
karena teknik yang salah atau
kontaminasi lingkungan pada waktu
pengujian.
7. PRECAUTIONS AGAINST MICROBIAL
CONTAMINATION
| Tests for sterility are to be carried out by trained personnel
| Conducted in a clean-room environment the standard of
clean-room
| Personnel should wear sterilized over-garments
| All equipment may come into contact in the course of the testing
should be sterilized prior to use.
| All substances added to the goods tested, should be sterilized prior to
use by heat
| All vessels, substances or outer clothing to be used should be
appropriately packaged or closed,
| The outer surfaces of all packages of equipment which are introduced
into the aseptic testing environment should be free of contamination
8. TEST METHODS VALIDATION
(TGA 2006)
Test method validation
z Before tests for sterility for any product are initially
carried out, it is necessary to demonstrate the validity of
the test method used
z Validation should mimic the test proper in every detail
z Validation is to be performed when the test for sterility
has to be carried out on reformulated or new product
z All validation procedures should be carried out by
personnel who are responsible for the routine testing of
the product
9. | Jika terdapat kontaminasi mikroba dengan
menggunakan prosedur farmakope, maka
ditentukan bahwa bahan tersebut tidak
memenuhi syarat.
| Jika terdapat kegagalan menunjukkan
adanya kontaminasi mikroba dengan
menggunakan prosedur dalam farmakope,
maka ditentukan bahwa bahan tersebut
memenuhi syarat.
Ketentuan hasil:
10. Media yang digunakan :
Media yang digunakan mempunyai sifat
merangsang pertumbuhan bagi mikroba
yaitu:
| Fluid Thioglycolate Medium (FTM) dan / atau
Alternative Thioglycolate Medium (ATM)
| Soybean-Casein Digest Medium (SCDM)
Cairan Pengencer dan pembilas :
ƒ Cairan A
ƒ Cairan D = Cairan A + 1mL polisorbat 80/L
ƒ Cairan K
11. MEDIA (FI IV/TGA 2006)
Medium 1 (Fluid Thioglycollate Medium)
Pancreatic Digest of Casein 15.0 g
Yeast Extract (water‐soluble) 5.0 g
Glucose monohydrate/anhydrous 5.5 g/5.0 g
Sodium chloride 2.5 g
L‐Cystine 0.5 g
Sodium thioglycollate 0.5 g
0.1% Resazurin Sodium Solution (freshly prepared) 1.0 mL
Granulated Agar (moisture not more than 15%) 0.75 g
Purified Water 1000 mL
Polysorbate 80 (optional) 5.0 mL
pH after sterilisation (measured at room temperature): 7.1± 0.2
12. MEDIA (FI IV)
Media Tioglikolat Alternatif (untuk alat yang
mempunyai lumen kecil) :
| Pancreatic Digest of Casein 15.0 g
| Yeast Extract (water‐soluble) 5.0 g
| Glucose monohydrate/anhydrous 5.5 g/5.0 g
| Sodium chloride 2.5 g
| L‐Cystine 0.5 g
| Sodium thioglycollate 0.5 g
| Purified Water 1000 mL
| pH after sterilization (measured at room temperature): 7.1±
0.2
13. MEDIA (FI IV/TGA 2006)
Medium 2 (Soybean‐Casein Digest Medium)
| Pancreatic Digest of Casein 17.0 g
| Papain Digest of Soybean Meal 3.0 g
| Glucose monohydrate/anhydrous 2.5 g/2.3 g
| Sodium chloride 5.0 g
| Dipotassium hydrogen phosphate 2.5 g
| Purified Water 1000 mL
| Polysorbate 80 (optional) 5.0 mL
| pH after sterilisation (measured at room temperature):
7.3±0.2
14. Cairan A
| 1 gram jaringan hewan yg telah diuraikan
oleh enzim pepsin, dilarutkan dlm air smp 1
liter, saring atau sentrifuga, pH diatur 7,1
| Jika akan digunakan untuk uji sediaan yang
mengandung senyawa
gol.penisilin/sefalosporin (beta laktam),
maka media tsb harus ditambahkan enzim
penisilinase utk proses inaktivasi
15. Cairan D
| Adalah 1 L Cairan A + 1 mL Tween 80
| Digunakan bila sediaan mengandung
lesitin, atau minyak
| Atau utk uji peralatan steril dengan
menggunakan penyaring membran
16. Cairan K
| Cairan yang mengandung Jaringan
hewan yg telah diuraikan oleh enzim
lambung (peptic digest), beef extract,
dan Tween 80
| Semua cairan pembilas harus
disterilkan dengan otoklaf
17. Prosedur penambahan
penisilinase:
Tetapkan jumlah penisilinase yang diperlukan dengan
menggunakan sediaan penisilinase yang sebelumnya
telah diuji daya penginaktif penisilin atau sefalosporin
atau tetapkan jumlah penisilinase yang diperlukan
dengan menambahkannya ke dalam tabung FTM dan
sejumlah antibiotik dalam spesimen uji
1. Inokulasi media dengan 1 ml pengenceran (1 : 1000)
biakan 18 jam-24 jam Staphylococcus aureus (ATCC
29737) dalam FTM.
2. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 30o – 35o
18. Pada saat tersebut harus teramati
pertumbuhan mikroba yang spesifik.
Lakukan uji konfirmasi di daerah yang
benar-benar terpisah dari tempat uji
sterilitas.
19. Uji fertilitas
| Tujuan?
| Untuk memastikan bahwa media yang
digunakan dapat menumbuhkan
mikroba uji sampai waktu 7 hari
| Dilakukan sebelum uji sterilitas thp
sampel
21. Prosedur
| Inokulasi duplo wadah tiap media secara
terpisah dengan 10 hingga 100 mikroba
viabel dari tiap galur pada tabel.
| Media uji memenuhi syarat jika terjadi
pertumbuhan yang nyata dalam semua
wadah media yang diinokulasikan dalam
kurun waktu 7 hari.
23. Prosedur Inokulasi langsung:
¾ Uji aktivitas bakteriostatik dan Fungistatik
Prosedur:
1. Encerkan biakan bakteri dan jamur tidak kurang dari galur
mikroba seperti pada uji fertilitas.
2. Inokulasi media dengan uji sterilitas dengan 10 mikroba hingga
100 mikroba viabel, gunakan volume media seperti yang tertera
dalam Tabel Jumlah untuk bahan cair pada pemilihan spesimen
uji dan masa inkubasi.
3. Tambahkan sejumlah tertentu bahan ke dalam setengah dari
jumlah wadah yang mengandung inokulum dan media.
4. Inkubasi wadah pada suhu dan kondisi seperti yang tertera dalam
tabel selama tidak kurang dari 7 hari.
24. Jumlah untuk bahan cair
Volume minimum tiap media
Isi wadah (mL)
Volume minimum
diambil dari
wadah untuk
tiap media
Digunakan untuk
inokulasi
langsung ke
volume yang
diambil dari tiap
wadah (mL)
Digunakan untuk
membrane atau
setengah bagian
membrane yang
mewakili volume
total dari jumlah
wadah yang
sesuai (mL)
Kurang dari 10 1mL, atau seluruh isi jika
kurang dari 1mL
15 100 20 (40 jika volume tiap
wadah tidak cukup
untuk kedua
media)
10 sampai kurang dari
50
5mL 40 100 20
50 sampai kurang dari
100
10mL 80 100 20
50 sampai kurang dari
100 dimaksudkan
untuk pemberian
intravena
Seluruh isi - 100 20
100 sampai 500 Seluruh isi - 100 10
Di atas 500 500mL - 100 10
Jumlah wadah per
media
Tabel 2
25. Jika pertumbuhan mikroba uji dalam
campuran media bahan secara visual
sebanding dengan pertumbuhan dalam
tabung kontrol, gunakan jumlah bahan dan
media seperti yang tertera pada Tabel
jumlah untuk bahan cair dalam pemilihan
spesimen uji dan masa inkubasi.
26. Penetapan perbandingan bahan dan
media yang tidak merugikan pertumbuhan
mikroba uji.
Prosedur yang digunakan sama
dengan uji aktivitas bakteriostatik dan
fungistatik, tetapi digunakan sejumlah
tertentu bahan dan volume media yang
lebih besar.
27. Ketentuan Penambahan atau pengurangan
dalam menentukan perbandingan bahan dan
media
| Jika sejumlah tertentu bahan dalam 250mL media
masih mempunyai daya bakteriostatik atau
fungistatik, kurangi jumlah bahan hingga diperoleh
jumlah maksimum yang tidak menghambat
pertumbuhan uji dalam 250mL media.
| Untuk cairan dan suspensi yang jumlahnya kurang
dari 1mL, perbesar jumlah media hingga cukup untuk
mengencerkan dan mencegah hambatan
pertumbuhan.
| Untuk bahan padat yang tidak segera larut atau
dapat terdispersi, jika jumlahnya kurang dari 50mg,
perbesar jumlah media hingga cukup untuk
mengencerkan untuk mencegah hambatan
pertumbuhan.
28. PROSEDUR UJI INOKULASI
LANGSUNG KE DALAM MEDIA UJI
Untuk:
| Cairan
| Salep dan minyak yang
tidak larut dalam isopropil
miristat
| Zat padat
| Kapas murni, perban,
pembalut, benang bedah
dan bahan sejenisnya
| Alat kesehatan steril
| Alat suntik kosong atau
terisi steril
29. Bahan uji Bahan uji + media
Prinsip pengujian:
Inkubasi minimal 14 hari
dengan pengamatan pada
hari ke 3,4,atau 5, hari ke 7
atau 8, dan pada hari terakhir
pengujian.
Catatan:
Perlakuan awal berbeda untuk masing-masing produk
farmasi dan kesehatan.
Bahan uji merupakan larutan yang pada produk farmasi
dan kesehatan kecuali yang berbentuk cairan digunakan
untuk membilas atau mendispersi produk tersebut.
30. Cairan
1. Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik
steril.
2. Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah
uji ke dalam tabung media.
3. Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan.
Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat
Pilih 20 wadah yang mewakili, dibagi atas 2 kelompok terdiri dari 10
wadah, dan diperlakukan tiap kelompok sebagai berikut:
1. Secara aseptik pindahkan 100mg dari tiap wadah dari 10 wadah ke
dalam labu berisi 100mL pembawa air steril yang dapat mendispersi
homogen bahan uji dalam seluruh campuran cairan.
2. Campur 10mL alikot dari campuran cairan yang diperoleh dengan
80mL tiap media.
Perlakuan awal untuk
berbagai sediaan
31. Zat padat
„ Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk padat kering (atau yang
sudah dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer steril)
tidak kurang dari 300mg tiap wadah atau seluruh isi wadah jika tiap isi
kurang dari 300mg.
„ Inokulasikan ke dalam masing-masing tidak kurang dari 40mL FTM
dan SCDM.
Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah dan bahan
sejenisnya
„ Dari setiap kemasan, ambil secara aseptik 2 bagian atau lebih
masing-masing 100 sampai 500mg dari bagian paling dalam.
„ Secara aseptik pindahkan bagian bahan uji ini ke dalam sejumlah
tertentu wadah media yang sesuai dan inkubasi.
Alat kesehatan steril
Untuk alat yang bentuk dan ukurannya memungkinkan dicelupkan
keseluruhan ke dalam tidak lebih dari 1000mL media, uji alat utuh
menggunakan media yang sesuai.
32. Untuk alat yang mempunyai pipa/saluran berlubang
seperti alat transfusi atau infus atau yang ukurannya
menyebabkan pencelupan tidak dapat dilakukan dan
hanya saluran cairannya yang harus steril,
1. Bilas lumen masing-masing dengan sejumlah FTM dan
SCDM hingga diperoleh kembali tidak kurang dari
15mL setiap media.
2. Inkubasi dengan tidak kurang dari 100mL masing-
masing media.
33. Untuk alat dengan lumen yang sangat kecil sehingga FTM tidak
mengalir, gunakan ATM, tetapi inkubasi dilakukan secara
anaerob.
Jika karena ukuran dan bentuk alat tidak dapat diuji dengan cara
pencelupan keseluruhannya ke dalam tidak lebih dari 1000mL
media:
„ Uji bagian alat yang paling sulit disterilisasi dan jika mungkin
lepaskan 2 atau lebih bagian yang paling dalam dari alat.
„ Secara aseptik pindahkan bagian tersebut ke dalam sejumlah
tertentu tabung berisi tidak kurang dari 1000mL media yang
sesuai, inkubasikan.
„ Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin
sekurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7
atau ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
34. | Catatan: jika spesimen uji dalam media
mempengaruhi uji karena kerja bakteriostatik
atau fungistatik, bilas seksama alat dengan
cairan pembilas sesedikit mungkin seperti
yang tertera pada cairan pengencer dan
pembilas. Peroleh kembali cairan bilasan dan
uji menggunakan teknik penyaringan
membran
35. Prosedur untuk:
Alat suntik kosong atau terisi steril
| Uji dilakukan sama seperti uji untuk produk steril
dalam ampul atau vial.
| Cara inokulasi langsung dapat dilakukan jika
penetapan bakteriostatik dan fungistatik telah
menunjukkan aktivitas yang tidak merugikan
dalam kondisi pengujian.
37. Kegunaan uji sterilitas dengan
teknik penyaringan membran
| Berguna untuk cairan dan
serbuk yang dapat larut
yang bersifat bakteriostatik
atau fungistatik, untuk
memisahkan mikroba
kontaminan dari
penghambat pertumbuhan.
| Berguna untuk bahan
seperti minyak, salep atau
krem yang dapat melarut ke
dalam larutan pengencer
bukan bakteriostatik atau
bukan fungistatik.
| Berguna untuk uji sterilitas
permukaan atau lumen kritis
alat-alat kesehatan.
38. Prosedur awal:
| Buat perbandingan yang sama menggunakan
sejumlah tertentu bahan uji dan cairan pengencer dan
pembilas yang sesuai.
| Bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100mL cairan
pengencer dan pembilas.
Pertumbuhan mikroba uji dari membran yang
digunakan untuk menyaring bahan diikuti cairan
pengencer dan pembilas yang telah diinokulasi secara
visual sebanding dengan pertumbuhan dari membran
yang hanya digunakan untuk menyaring cairan
pengencer dan pembilas yang telah diinokulasi.
39. Cara membuka wadah:
| Bersihkan permukaan luar ampul dan tutup vial dan
tutup botol menggunakan bahan dekontaminasi yang
sesuai dan ambil secara aseptik.
| Jika isi vial dikemas dalam hampa udara, masukkan
udara steril dengan alat steril yang sesuai, seperti alat
suntik dengan jarum yang dilengkapi bahan penyaring
untuk sterilisasi.
| Untuk kapas murni, perban, pembalut, benang bedah
dan bahan farmakope sejenis, buka kemasan atau
wadah secara aseptik.
40. Pemilihan spesimen uji dan
masa inkubasi
| Untuk bahan cair:
Gunakan volume bahan dan media untuk setiap unit dan
jumlah wadah per media tidak kurang dari seperti yang tertera
pada Tabel jumlah untuk bahan cair. Jika volume setiap wadah
sejumlah tidak cukup untuk kedua media, gunakan wadah
sejumlah dua kali.
| Untuk bahan selain cairan:
Uji 20 unit bahan dengan masing-masing media. Untuk bahan
yang hanya lumennya harus steril, bilas lumen dengan
sejumlah media yang sesuai hingga diperoleh kembali tidak
kurang dari 15mL media.
Catatan:
Jika tidak dinyatakan lain di dalam monografi atau bab ini, inkubasi
campuran uji dengan FTM (atau ATM) selama pada suhu 20oC -
25oC.
41. PROSEDUR UJI MENGGUNAKAN
PENYARINGAN MEMBRAN
Untuk:
| Cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air
| Cairan yang tidak bercampur dengan pembawa air
(kurang dari 100mL per wadah)
| Zat padat yang dapat disaring
| Salep dan minyak yang larut dalam Isopropil Miristat
| Zat padat yang tak dapat disaring
| Alat kesehatan
Peralatan: porositas 0,45µm, diameter ±47mm, kecepatan
penyaringan 55mL-75mL/mnt pada tekanan 70cmHg.
42. Prosedur untuk:
Cairan yang dapat bercampur dengan
pembawa air
Secara aseptik pindahkan sejumlah volume
tertentu yang dibutuhkan untuk kedua media
seperti yang tertera pada tabel 2, langsung ke
dalam satu atau dua corong penyaring membran
terpisah, atau ke dalam tabung penampung steril
terpisah sebelum dipindahkan.
43. | Jika volume cairan dalam wadah kurang dari 50mL,
atau 50mL smp <100mL dan tidak dimaksudkan untuk
pemberian intravena, diperlukan volume tidak kurang
dari 20 wadah diwakili satu membran atau setengah
bagian membran yang dipindahkan ke dalam media.
| Jika volume cairan 50mL, 50mL smp <100mL per
wadah dan dimaksudkan untuk pemberian intravena,
atau 100mL – 500mL, secara aseptik tidak kurang dari
10 wadah melalui tiap penyaring dari 2 rakitan
penyaring, atau tidak kurang dari 20 wadah jika hanya
digunakan satu rakitan penyaring. Lewatkan segera
tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan
pompa vakum atau tekanan.
44. | Jika cairan sangat kental dan tidak mudah disaring
melalui 1 atau 2 membran maka diperlukan lebih dari
2 rakitan penyaring. Setengah jumlah membran
diinkubasi dalam masing-masing media asalkan
volume dan jumlah wadah per media memenuhi
syarat.
z Jika produk bersifat bakteriostatik atau fungistatik
bilas membran 3 kali , tiap kali dengan 100mL
cairan A.
45. Secara aseptik pindahkan membran dari alat
pemegang, potong membran menjadi setengah
bagian (jika digunakan hanya 1), celupkan membran
atau setengah bagian membran, ke dalam 100mL
SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke
dalam FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama
min.7hari.
Catatan: jika contoh yang diuji bersifat bakteriostatik,
gunakan cakram membran penyaring hidrofobik atau
setelah spesimen disaring, potong cakram lebih kurang
setengah daerah penyaringan dari pusat membran
menggunakan alat pemotong steril, secara aseptik
pindahkan potongan setengah cakram membran ke
dalam FTM dan sisa potongan cakram ke dalam SCDM
46. Prosedur untuk:
Cairan yang tidak bercampur dengan pembawa air
(kurang dari 100mL per wadah)
1. Pindahkan volume yang diinginkan untuk ke dua
media, seperti yang tertera pada tabel 2 langsung
ke dalam 1 atau 2 corong penyaring membran
terpisah atau ke dalam tabung penampung steril
sebelum dipindahkan.
2. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring
dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
47. | Jika bahan uji berupa cairan kental atau suspensi
dan tidak sesuai untuk penyaringan cepat, secara
aseptik tambahkan cairan pengencer secukupnya
ke dalam kumpulan spesimen yang akan disaring
untuk menambahkan kecepatan aliran.
| Jika produk uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik
atau mengandung pengawet, bilas membran 1-3
kali dengan 100mL cairan A. Jika bahan uji
mengandung lesitin atau minyak, gunakan cairan D
sebagai cairan A.
48. Catatan :
z Setelah penyaringan dan pencucian secara aseptik
pindahkan membran dari alat pemegang, potong
membran menjadi setengah bagian (jika digunakan
hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian
membran, ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi
pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu
inkubasi 30o-35o selama min.7hari.
49. Prosedur untuk:
Zat Padat yang tidak dapat disaring
1. Ambil ±6g produk dalam bentuk padat kering, atau
tidak kurang dari 300mg tiap wadah yang akan diuji,
atau seluruhnya jika isi tiap wadah kurang dari
300mg bahan padat.
2. Secara aseptik masukkan spesimen uji ke dalam
tabung berisi 200mL cairan A, dan aduk hingga
larut. Jika spesimen tidak larut sempurna, gunakan
400mL cairan A, atau secara aseptik bagi spesimen
ke dalam 2 bagian, dan uji tiap bagian dengan
200mL cairan A.
50. 3. Setelah penyaringan dan pembilasan secara aseptik
pindahkan membran dari alat pemegang, potong
membran menjadi setengah bagian (jika digunakan
hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian
membran, ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi
pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu
inkubasi 30o-35o selama min.7hari.
Jika contoh uji bersifat bakteriostatik atau
fungistatik , bilas membran 3 kali, tiap kali
dengan 100mL cairan A.
51. Prosedur untuk:
Salep dan minyak yang larut dalam isopropil
miristat
1. Larutkan tidak kurang dari 100mg dari tiap isi wadah, tidak
kurang dari 20 wadah dalam tidak kurang dari 100mL isopropil
miristat dengan pH ekstrak air tidak kurang dari 6,5.
2. Goyang labu untuk melarutkan salep atau minyak .
3. Saring segera salep yang dilarutkan.
4. Secara aseptis pindahkan campuran ke dalam 1 atau 2 corong
penyaring membran dengan bantuan pompa vakum atau
tekanan.
5. Setelah penyaringan spesimen, bilas membran 2 kali dengan
200mL cairan D, kemudian cuci dengan 100mL cairan A.
6. Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang,
potong membran menjadi setengah bagian (jika digunakan
hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian membran,
ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan
ke dalam FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama
min.7hari.
52. Jika zat yang diuji mengandung petrolatum,
gunakan cairan K. Basahi membran dengan ±200µL
media pembilas sebelum penyaringan dimulai.
Setelah penyaringan spesimen, bilas membran 3
kali, tiap kali dengan 100mL media pembilas.
Catatan: Untuk salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil
miristat lakukan penetapan seperti tertera pada salep dan minyak
tidak larut dalam isopropil miristat dalam prosedur uji inokulasi
langsung ke dalam media uji.
53. Prosedur untuk:
Zat padat yang tak dapat disaring
Tidak dianjurkan dengan menggunakan teknik
penyaringan membran kecuali telah terbukti
bahwa tidak terjadi penyumbatan pada filter.
54. Prosedur untuk:
Alat Kesehatan
1. Secara aseptik alirkan volume tertentu cairan D melalui tiap
lumen tidak kurang dari 20 alat hingga diperoleh 100mL dari tiap
alat.
2. Kumpulkan cairan dalam wadah aseptik dan saring seluruh
volume melalui penyaring membran.
3. Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong
membran menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1),
celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam
100mL SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke dalam
FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama min.7hari.
Jika ukuran alat besar, dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah
unit yang sesuai seperti yang tertera pada kasus serupa dalam
alat kesehatan pada prosedur uji inokulasi langsung ke dalam
media uji.
55. Penafsiran Hasil Uji Sterilitas
| Tahap I
Amati adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan /
atau pertumbuhan pada permukaan pada isi semua wadah
dalam interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi.
Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi
syarat.
| Tahap II
Jumlah spesimen yang diuji minimal 2 kali jumlah tahap I.
Jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji
memenuhi syarat.
Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji tidak
memenuhi syarat.