SlideShare a Scribd company logo
UJI STERILITAS
Marlia Singgih Wibowo
School of Pharmacy ITB
Pembuatan produk farmasi
steril >>> perlu diuji sterilitas
Tujuan uji sterilitas:
Untuk menetapkan apakah bahan
farmakope yang harus steril
memenuhi syarat berkenaan dengan
uji sterilitas seperti yang tertera pada
masing-masing monografi
| UJI STERILITAS
(FARMAKOPE INDONESIA IV/1995)
| GUIDELINES FOR STERILITY TESTING OF
THERAPEUTIC GOODS (THERAPEUTIC
GOODS ADMINISTRATION/ TGA 2006)
PEMBANDINGAN
Suatu produk dikatakan
STERIL
| Bila memenuhi persyaratan dalam uji
sterilitas
| Kemungkinan hasil positif dapat terjadi
karena teknik yang salah atau
kontaminasi lingkungan pada waktu
pengujian.
Mikroba yang Digunakan:
(1) Bacillus subtilis (ATCC No. 6633)
(2) Candida albicans (ATCC No. 10321)
(3) Bacteroides vulgatus (ATCC No. 8482)
PRECAUTIONS AGAINST MICROBIAL
CONTAMINATION
| Tests for sterility are to be carried out by trained personnel
| Conducted in a clean-room environment the standard of
clean-room
| Personnel should wear sterilized over-garments
| All equipment may come into contact in the course of the testing
should be sterilized prior to use.
| All substances added to the goods tested, should be sterilized prior to
use by heat
| All vessels, substances or outer clothing to be used should be
appropriately packaged or closed,
| The outer surfaces of all packages of equipment which are introduced
into the aseptic testing environment should be free of contamination
TEST METHODS VALIDATION
(TGA 2006)
Test method validation
z Before tests for sterility for any product are initially
carried out, it is necessary to demonstrate the validity of
the test method used
z Validation should mimic the test proper in every detail
z Validation is to be performed when the test for sterility
has to be carried out on reformulated or new product
z All validation procedures should be carried out by
personnel who are responsible for the routine testing of
the product
| Jika terdapat kontaminasi mikroba dengan
menggunakan prosedur farmakope, maka
ditentukan bahwa bahan tersebut tidak
memenuhi syarat.
| Jika terdapat kegagalan menunjukkan
adanya kontaminasi mikroba dengan
menggunakan prosedur dalam farmakope,
maka ditentukan bahwa bahan tersebut
memenuhi syarat.
Ketentuan hasil:
Media yang digunakan :
Media yang digunakan mempunyai sifat
merangsang pertumbuhan bagi mikroba
yaitu:
| Fluid Thioglycolate Medium (FTM) dan / atau
Alternative Thioglycolate Medium (ATM)
| Soybean-Casein Digest Medium (SCDM)
Cairan Pengencer dan pembilas :
ƒ Cairan A
ƒ Cairan D = Cairan A + 1mL polisorbat 80/L
ƒ Cairan K
MEDIA (FI IV/TGA 2006)
Medium 1 (Fluid Thioglycollate Medium)
Pancreatic Digest of Casein  15.0 g
Yeast Extract (water‐soluble)  5.0 g
Glucose monohydrate/anhydrous  5.5 g/5.0 g
Sodium chloride  2.5 g
L‐Cystine 0.5 g
Sodium thioglycollate 0.5 g
0.1% Resazurin Sodium Solution (freshly prepared)  1.0 mL
Granulated Agar (moisture not more than 15%)  0.75 g
Purified Water  1000 mL
Polysorbate 80 (optional)  5.0 mL
pH after sterilisation (measured at room temperature): 7.1± 0.2
MEDIA (FI IV)
Media Tioglikolat Alternatif (untuk alat yang
mempunyai lumen kecil) :
| Pancreatic Digest of Casein  15.0 g
| Yeast Extract (water‐soluble)  5.0 g
| Glucose monohydrate/anhydrous  5.5 g/5.0 g
| Sodium chloride  2.5 g
| L‐Cystine 0.5 g
| Sodium thioglycollate 0.5 g
| Purified Water  1000 mL
| pH after sterilization (measured at room temperature): 7.1± 
0.2
MEDIA (FI IV/TGA 2006)
Medium 2 (Soybean‐Casein Digest Medium)
| Pancreatic Digest of Casein  17.0 g
| Papain Digest of Soybean Meal  3.0 g
| Glucose monohydrate/anhydrous  2.5 g/2.3 g
| Sodium chloride 5.0 g
| Dipotassium hydrogen phosphate 2.5 g
| Purified Water  1000 mL
| Polysorbate 80 (optional)  5.0 mL
| pH after sterilisation (measured at room temperature): 
7.3±0.2
Cairan A
| 1 gram jaringan hewan yg telah diuraikan
oleh enzim pepsin, dilarutkan dlm air smp 1
liter, saring atau sentrifuga, pH diatur 7,1
| Jika akan digunakan untuk uji sediaan yang
mengandung senyawa
gol.penisilin/sefalosporin (beta laktam),
maka media tsb harus ditambahkan enzim
penisilinase utk proses inaktivasi
Cairan D
| Adalah 1 L Cairan A + 1 mL Tween 80
| Digunakan bila sediaan mengandung
lesitin, atau minyak
| Atau utk uji peralatan steril dengan
menggunakan penyaring membran
Cairan K
| Cairan yang mengandung Jaringan
hewan yg telah diuraikan oleh enzim
lambung (peptic digest), beef extract,
dan Tween 80
| Semua cairan pembilas harus
disterilkan dengan otoklaf
Prosedur penambahan
penisilinase:
Tetapkan jumlah penisilinase yang diperlukan dengan
menggunakan sediaan penisilinase yang sebelumnya
telah diuji daya penginaktif penisilin atau sefalosporin
atau tetapkan jumlah penisilinase yang diperlukan
dengan menambahkannya ke dalam tabung FTM dan
sejumlah antibiotik dalam spesimen uji
1. Inokulasi media dengan 1 ml pengenceran (1 : 1000)
biakan 18 jam-24 jam Staphylococcus aureus (ATCC
29737) dalam FTM.
2. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 30o – 35o
Pada saat tersebut harus teramati
pertumbuhan mikroba yang spesifik.
Lakukan uji konfirmasi di daerah yang
benar-benar terpisah dari tempat uji
sterilitas.
Uji fertilitas
| Tujuan?
| Untuk memastikan bahwa media yang
digunakan dapat menumbuhkan
mikroba uji sampai waktu 7 hari
| Dilakukan sebelum uji sterilitas thp
sampel
Uji Fertilitas
Tabel 1
Inkubasi
Media Mikroba Uji
Suhu (oC) Kondisi
Fluid Tioglikolat
Medium
(1) Bacillus subtilis (ATCC 6633)
(2) Candida albicans
(ATCC10321)
(3) Bacteroides vulgatus
(ATCC8482)
30 – 35
30 – 35
30 – 35
Aerobik
Tioglikolat
alternative
(1) Bacteroides vulgatus
(ATCC8482)
30 – 35 Anaerobik
Soybean – casein
digest
(1) Bacillus subtilis (ATCC 6633)
(2) Candida albicans (ATCC No.
10321)
20 – 25
20 – 25
Aerobik
Prosedur
| Inokulasi duplo wadah tiap media secara
terpisah dengan 10 hingga 100 mikroba
viabel dari tiap galur pada tabel.
| Media uji memenuhi syarat jika terjadi
pertumbuhan yang nyata dalam semua
wadah media yang diinokulasikan dalam
kurun waktu 7 hari.
METODE UJI STERILITAS
| INOKULASI LANGSUNG KE DALAM
MEDIA UJI
| TEKNIK PENYARINGAN MEMBRAN
Prosedur Inokulasi langsung:
¾ Uji aktivitas bakteriostatik dan Fungistatik
Prosedur:
1. Encerkan biakan bakteri dan jamur tidak kurang dari galur
mikroba seperti pada uji fertilitas.
2. Inokulasi media dengan uji sterilitas dengan 10 mikroba hingga
100 mikroba viabel, gunakan volume media seperti yang tertera
dalam Tabel Jumlah untuk bahan cair pada pemilihan spesimen
uji dan masa inkubasi.
3. Tambahkan sejumlah tertentu bahan ke dalam setengah dari
jumlah wadah yang mengandung inokulum dan media.
4. Inkubasi wadah pada suhu dan kondisi seperti yang tertera dalam
tabel selama tidak kurang dari 7 hari.
Jumlah untuk bahan cair
Volume minimum tiap media
Isi wadah (mL)
Volume minimum
diambil dari
wadah untuk
tiap media
Digunakan untuk
inokulasi
langsung ke
volume yang
diambil dari tiap
wadah (mL)
Digunakan untuk
membrane atau
setengah bagian
membrane yang
mewakili volume
total dari jumlah
wadah yang
sesuai (mL)
Kurang dari 10 1mL, atau seluruh isi jika
kurang dari 1mL
15 100 20 (40 jika volume tiap
wadah tidak cukup
untuk kedua
media)
10 sampai kurang dari
50
5mL 40 100 20
50 sampai kurang dari
100
10mL 80 100 20
50 sampai kurang dari
100 dimaksudkan
untuk pemberian
intravena
Seluruh isi - 100 20
100 sampai 500 Seluruh isi - 100 10
Di atas 500 500mL - 100 10
Jumlah wadah per
media
Tabel 2
Jika pertumbuhan mikroba uji dalam
campuran media bahan secara visual
sebanding dengan pertumbuhan dalam
tabung kontrol, gunakan jumlah bahan dan
media seperti yang tertera pada Tabel
jumlah untuk bahan cair dalam pemilihan
spesimen uji dan masa inkubasi.
Penetapan perbandingan bahan dan
media yang tidak merugikan pertumbuhan
mikroba uji.
Prosedur yang digunakan sama
dengan uji aktivitas bakteriostatik dan
fungistatik, tetapi digunakan sejumlah
tertentu bahan dan volume media yang
lebih besar.
Ketentuan Penambahan atau pengurangan
dalam menentukan perbandingan bahan dan
media
| Jika sejumlah tertentu bahan dalam 250mL media
masih mempunyai daya bakteriostatik atau
fungistatik, kurangi jumlah bahan hingga diperoleh
jumlah maksimum yang tidak menghambat
pertumbuhan uji dalam 250mL media.
| Untuk cairan dan suspensi yang jumlahnya kurang
dari 1mL, perbesar jumlah media hingga cukup untuk
mengencerkan dan mencegah hambatan
pertumbuhan.
| Untuk bahan padat yang tidak segera larut atau
dapat terdispersi, jika jumlahnya kurang dari 50mg,
perbesar jumlah media hingga cukup untuk
mengencerkan untuk mencegah hambatan
pertumbuhan.
PROSEDUR UJI INOKULASI
LANGSUNG KE DALAM MEDIA UJI
Untuk:
| Cairan
| Salep dan minyak yang
tidak larut dalam isopropil
miristat
| Zat padat
| Kapas murni, perban,
pembalut, benang bedah
dan bahan sejenisnya
| Alat kesehatan steril
| Alat suntik kosong atau
terisi steril
Bahan uji Bahan uji + media
Prinsip pengujian:
Inkubasi minimal 14 hari
dengan pengamatan pada
hari ke 3,4,atau 5, hari ke 7
atau 8, dan pada hari terakhir
pengujian.
Catatan:
Perlakuan awal berbeda untuk masing-masing produk
farmasi dan kesehatan.
Bahan uji merupakan larutan yang pada produk farmasi
dan kesehatan kecuali yang berbentuk cairan digunakan
untuk membilas atau mendispersi produk tersebut.
Cairan
1. Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik
steril.
2. Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah
uji ke dalam tabung media.
3. Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan.
Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat
Pilih 20 wadah yang mewakili, dibagi atas 2 kelompok terdiri dari 10
wadah, dan diperlakukan tiap kelompok sebagai berikut:
1. Secara aseptik pindahkan 100mg dari tiap wadah dari 10 wadah ke
dalam labu berisi 100mL pembawa air steril yang dapat mendispersi
homogen bahan uji dalam seluruh campuran cairan.
2. Campur 10mL alikot dari campuran cairan yang diperoleh dengan
80mL tiap media.
Perlakuan awal untuk
berbagai sediaan
Zat padat
„ Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk padat kering (atau yang
sudah dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer steril)
tidak kurang dari 300mg tiap wadah atau seluruh isi wadah jika tiap isi
kurang dari 300mg.
„ Inokulasikan ke dalam masing-masing tidak kurang dari 40mL FTM
dan SCDM.
Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah dan bahan
sejenisnya
„ Dari setiap kemasan, ambil secara aseptik 2 bagian atau lebih
masing-masing 100 sampai 500mg dari bagian paling dalam.
„ Secara aseptik pindahkan bagian bahan uji ini ke dalam sejumlah
tertentu wadah media yang sesuai dan inkubasi.
Alat kesehatan steril
Untuk alat yang bentuk dan ukurannya memungkinkan dicelupkan
keseluruhan ke dalam tidak lebih dari 1000mL media, uji alat utuh
menggunakan media yang sesuai.
Untuk alat yang mempunyai pipa/saluran berlubang
seperti alat transfusi atau infus atau yang ukurannya
menyebabkan pencelupan tidak dapat dilakukan dan
hanya saluran cairannya yang harus steril,
1. Bilas lumen masing-masing dengan sejumlah FTM dan
SCDM hingga diperoleh kembali tidak kurang dari
15mL setiap media.
2. Inkubasi dengan tidak kurang dari 100mL masing-
masing media.
Untuk alat dengan lumen yang sangat kecil sehingga FTM tidak
mengalir, gunakan ATM, tetapi inkubasi dilakukan secara
anaerob.
Jika karena ukuran dan bentuk alat tidak dapat diuji dengan cara
pencelupan keseluruhannya ke dalam tidak lebih dari 1000mL
media:
„ Uji bagian alat yang paling sulit disterilisasi dan jika mungkin
lepaskan 2 atau lebih bagian yang paling dalam dari alat.
„ Secara aseptik pindahkan bagian tersebut ke dalam sejumlah
tertentu tabung berisi tidak kurang dari 1000mL media yang
sesuai, inkubasikan.
„ Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin
sekurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7
atau ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
| Catatan: jika spesimen uji dalam media
mempengaruhi uji karena kerja bakteriostatik
atau fungistatik, bilas seksama alat dengan
cairan pembilas sesedikit mungkin seperti
yang tertera pada cairan pengencer dan
pembilas. Peroleh kembali cairan bilasan dan
uji menggunakan teknik penyaringan
membran
Prosedur untuk:
Alat suntik kosong atau terisi steril
| Uji dilakukan sama seperti uji untuk produk steril
dalam ampul atau vial.
| Cara inokulasi langsung dapat dilakukan jika
penetapan bakteriostatik dan fungistatik telah
menunjukkan aktivitas yang tidak merugikan
dalam kondisi pengujian.
UJI STERILITAS DENGAN TEKNIK
PENYARINGAN MEMBRAN
Kegunaan uji sterilitas dengan
teknik penyaringan membran
| Berguna untuk cairan dan
serbuk yang dapat larut
yang bersifat bakteriostatik
atau fungistatik, untuk
memisahkan mikroba
kontaminan dari
penghambat pertumbuhan.
| Berguna untuk bahan
seperti minyak, salep atau
krem yang dapat melarut ke
dalam larutan pengencer
bukan bakteriostatik atau
bukan fungistatik.
| Berguna untuk uji sterilitas
permukaan atau lumen kritis
alat-alat kesehatan.
Prosedur awal:
| Buat perbandingan yang sama menggunakan
sejumlah tertentu bahan uji dan cairan pengencer dan
pembilas yang sesuai.
| Bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100mL cairan
pengencer dan pembilas.
Pertumbuhan mikroba uji dari membran yang
digunakan untuk menyaring bahan diikuti cairan
pengencer dan pembilas yang telah diinokulasi secara
visual sebanding dengan pertumbuhan dari membran
yang hanya digunakan untuk menyaring cairan
pengencer dan pembilas yang telah diinokulasi.
Cara membuka wadah:
| Bersihkan permukaan luar ampul dan tutup vial dan
tutup botol menggunakan bahan dekontaminasi yang
sesuai dan ambil secara aseptik.
| Jika isi vial dikemas dalam hampa udara, masukkan
udara steril dengan alat steril yang sesuai, seperti alat
suntik dengan jarum yang dilengkapi bahan penyaring
untuk sterilisasi.
| Untuk kapas murni, perban, pembalut, benang bedah
dan bahan farmakope sejenis, buka kemasan atau
wadah secara aseptik.
Pemilihan spesimen uji dan
masa inkubasi
| Untuk bahan cair:
Gunakan volume bahan dan media untuk setiap unit dan
jumlah wadah per media tidak kurang dari seperti yang tertera
pada Tabel jumlah untuk bahan cair. Jika volume setiap wadah
sejumlah tidak cukup untuk kedua media, gunakan wadah
sejumlah dua kali.
| Untuk bahan selain cairan:
Uji 20 unit bahan dengan masing-masing media. Untuk bahan
yang hanya lumennya harus steril, bilas lumen dengan
sejumlah media yang sesuai hingga diperoleh kembali tidak
kurang dari 15mL media.
Catatan:
Jika tidak dinyatakan lain di dalam monografi atau bab ini, inkubasi
campuran uji dengan FTM (atau ATM) selama pada suhu 20oC -
25oC.
PROSEDUR UJI MENGGUNAKAN
PENYARINGAN MEMBRAN
Untuk:
| Cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air
| Cairan yang tidak bercampur dengan pembawa air
(kurang dari 100mL per wadah)
| Zat padat yang dapat disaring
| Salep dan minyak yang larut dalam Isopropil Miristat
| Zat padat yang tak dapat disaring
| Alat kesehatan
Peralatan: porositas 0,45µm, diameter ±47mm, kecepatan
penyaringan 55mL-75mL/mnt pada tekanan 70cmHg.
Prosedur untuk:
Cairan yang dapat bercampur dengan
pembawa air
Secara aseptik pindahkan sejumlah volume
tertentu yang dibutuhkan untuk kedua media
seperti yang tertera pada tabel 2, langsung ke
dalam satu atau dua corong penyaring membran
terpisah, atau ke dalam tabung penampung steril
terpisah sebelum dipindahkan.
| Jika volume cairan dalam wadah kurang dari 50mL,
atau 50mL smp <100mL dan tidak dimaksudkan untuk
pemberian intravena, diperlukan volume tidak kurang
dari 20 wadah diwakili satu membran atau setengah
bagian membran yang dipindahkan ke dalam media.
| Jika volume cairan 50mL, 50mL smp <100mL per
wadah dan dimaksudkan untuk pemberian intravena,
atau 100mL – 500mL, secara aseptik tidak kurang dari
10 wadah melalui tiap penyaring dari 2 rakitan
penyaring, atau tidak kurang dari 20 wadah jika hanya
digunakan satu rakitan penyaring. Lewatkan segera
tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan
pompa vakum atau tekanan.
| Jika cairan sangat kental dan tidak mudah disaring
melalui 1 atau 2 membran maka diperlukan lebih dari
2 rakitan penyaring. Setengah jumlah membran
diinkubasi dalam masing-masing media asalkan
volume dan jumlah wadah per media memenuhi
syarat.
z Jika produk bersifat bakteriostatik atau fungistatik
bilas membran 3 kali , tiap kali dengan 100mL
cairan A.
Secara aseptik pindahkan membran dari alat
pemegang, potong membran menjadi setengah
bagian (jika digunakan hanya 1), celupkan membran
atau setengah bagian membran, ke dalam 100mL
SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke
dalam FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama
min.7hari.
Catatan: jika contoh yang diuji bersifat bakteriostatik,
gunakan cakram membran penyaring hidrofobik atau
setelah spesimen disaring, potong cakram lebih kurang
setengah daerah penyaringan dari pusat membran
menggunakan alat pemotong steril, secara aseptik
pindahkan potongan setengah cakram membran ke
dalam FTM dan sisa potongan cakram ke dalam SCDM
Prosedur untuk:
Cairan yang tidak bercampur dengan pembawa air
(kurang dari 100mL per wadah)
1. Pindahkan volume yang diinginkan untuk ke dua
media, seperti yang tertera pada tabel 2 langsung
ke dalam 1 atau 2 corong penyaring membran
terpisah atau ke dalam tabung penampung steril
sebelum dipindahkan.
2. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring
dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
| Jika bahan uji berupa cairan kental atau suspensi
dan tidak sesuai untuk penyaringan cepat, secara
aseptik tambahkan cairan pengencer secukupnya
ke dalam kumpulan spesimen yang akan disaring
untuk menambahkan kecepatan aliran.
| Jika produk uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik
atau mengandung pengawet, bilas membran 1-3
kali dengan 100mL cairan A. Jika bahan uji
mengandung lesitin atau minyak, gunakan cairan D
sebagai cairan A.
Catatan :
z Setelah penyaringan dan pencucian secara aseptik
pindahkan membran dari alat pemegang, potong
membran menjadi setengah bagian (jika digunakan
hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian
membran, ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi
pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu
inkubasi 30o-35o selama min.7hari.
Prosedur untuk:
Zat Padat yang tidak dapat disaring
1. Ambil ±6g produk dalam bentuk padat kering, atau
tidak kurang dari 300mg tiap wadah yang akan diuji,
atau seluruhnya jika isi tiap wadah kurang dari
300mg bahan padat.
2. Secara aseptik masukkan spesimen uji ke dalam
tabung berisi 200mL cairan A, dan aduk hingga
larut. Jika spesimen tidak larut sempurna, gunakan
400mL cairan A, atau secara aseptik bagi spesimen
ke dalam 2 bagian, dan uji tiap bagian dengan
200mL cairan A.
3. Setelah penyaringan dan pembilasan secara aseptik
pindahkan membran dari alat pemegang, potong
membran menjadi setengah bagian (jika digunakan
hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian
membran, ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi
pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu
inkubasi 30o-35o selama min.7hari.
Jika contoh uji bersifat bakteriostatik atau
fungistatik , bilas membran 3 kali, tiap kali
dengan 100mL cairan A.
Prosedur untuk:
Salep dan minyak yang larut dalam isopropil
miristat
1. Larutkan tidak kurang dari 100mg dari tiap isi wadah, tidak
kurang dari 20 wadah dalam tidak kurang dari 100mL isopropil
miristat dengan pH ekstrak air tidak kurang dari 6,5.
2. Goyang labu untuk melarutkan salep atau minyak .
3. Saring segera salep yang dilarutkan.
4. Secara aseptis pindahkan campuran ke dalam 1 atau 2 corong
penyaring membran dengan bantuan pompa vakum atau
tekanan.
5. Setelah penyaringan spesimen, bilas membran 2 kali dengan
200mL cairan D, kemudian cuci dengan 100mL cairan A.
6. Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang,
potong membran menjadi setengah bagian (jika digunakan
hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian membran,
ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan
ke dalam FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama
min.7hari.
Jika zat yang diuji mengandung petrolatum,
gunakan cairan K. Basahi membran dengan ±200µL
media pembilas sebelum penyaringan dimulai.
Setelah penyaringan spesimen, bilas membran 3
kali, tiap kali dengan 100mL media pembilas.
Catatan: Untuk salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil
miristat lakukan penetapan seperti tertera pada salep dan minyak
tidak larut dalam isopropil miristat dalam prosedur uji inokulasi
langsung ke dalam media uji.
Prosedur untuk:
Zat padat yang tak dapat disaring
Tidak dianjurkan dengan menggunakan teknik
penyaringan membran kecuali telah terbukti
bahwa tidak terjadi penyumbatan pada filter.
Prosedur untuk:
Alat Kesehatan
1. Secara aseptik alirkan volume tertentu cairan D melalui tiap
lumen tidak kurang dari 20 alat hingga diperoleh 100mL dari tiap
alat.
2. Kumpulkan cairan dalam wadah aseptik dan saring seluruh
volume melalui penyaring membran.
3. Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong
membran menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1),
celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam
100mL SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke dalam
FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama min.7hari.
Jika ukuran alat besar, dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah
unit yang sesuai seperti yang tertera pada kasus serupa dalam
alat kesehatan pada prosedur uji inokulasi langsung ke dalam
media uji.
Penafsiran Hasil Uji Sterilitas
| Tahap I
Amati adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan /
atau pertumbuhan pada permukaan pada isi semua wadah
dalam interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi.
Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi
syarat.
| Tahap II
Jumlah spesimen yang diuji minimal 2 kali jumlah tahap I.
Jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji
memenuhi syarat.
Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji tidak
memenuhi syarat.

More Related Content

What's hot

Antijamur
AntijamurAntijamur
La rangki obat tetes mata
La rangki obat tetes mataLa rangki obat tetes mata
La rangki obat tetes mata
Operator Warnet Vast Raha
 
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakPengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
CTie Lupy
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Filania Kanja
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
Surya Amal
 
Validasi Metode Analisis
Validasi Metode AnalisisValidasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis
Rhiza Amalia
 
FITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKFITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAK
Sapan Nada
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
anandajpz
 
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Guide_Consulting
 
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBPembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Nesha Mutiara
 
Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)
ilmi nur hafizah
 
Studi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsStudi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related Problems
Maulana Sakti
 
Seminar Hasill.pptx
Seminar Hasill.pptxSeminar Hasill.pptx
Seminar Hasill.pptx
Zamharira Muslim
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Pewarnaan parasit dan jamur
Pewarnaan parasit dan jamurPewarnaan parasit dan jamur
Pewarnaan parasit dan jamur
AhmadPurnawarmanFais
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Novi Fachrunnisa
 
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
AhmadPurnawarmanFais
 
Salep mata sulfasetamida
Salep mata sulfasetamidaSalep mata sulfasetamida
Salep mata sulfasetamida
ershahasan
 
Basic pharmacokinetics
Basic pharmacokineticsBasic pharmacokinetics
Basic pharmacokinetics
Taofik Rusdiana
 

What's hot (20)

Antijamur
AntijamurAntijamur
Antijamur
 
La rangki obat tetes mata
La rangki obat tetes mataLa rangki obat tetes mata
La rangki obat tetes mata
 
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakPengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
 
Evaluasi tablet
Evaluasi tabletEvaluasi tablet
Evaluasi tablet
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
 
Validasi Metode Analisis
Validasi Metode AnalisisValidasi Metode Analisis
Validasi Metode Analisis
 
FITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKFITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAK
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
 
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
 
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBPembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
 
Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)
 
Studi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsStudi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related Problems
 
Seminar Hasill.pptx
Seminar Hasill.pptxSeminar Hasill.pptx
Seminar Hasill.pptx
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Pewarnaan parasit dan jamur
Pewarnaan parasit dan jamurPewarnaan parasit dan jamur
Pewarnaan parasit dan jamur
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
 
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
Pertemuan 1 cpob (tek.solid)
 
Salep mata sulfasetamida
Salep mata sulfasetamidaSalep mata sulfasetamida
Salep mata sulfasetamida
 
Basic pharmacokinetics
Basic pharmacokineticsBasic pharmacokinetics
Basic pharmacokinetics
 

Similar to UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf

2805211 (1).ppt
2805211 (1).ppt2805211 (1).ppt
2805211 (1).ppt
PutriKartikaSari6
 
peremajaan
peremajaanperemajaan
peremajaan
ZulfikarHadissabil
 
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
UmmilKhair2
 
Uji sterilitas mikrobiologi
Uji sterilitas mikrobiologiUji sterilitas mikrobiologi
Uji sterilitas mikrobiologi
Achmad Fauzi Al' Amrie
 
Uji potensi antibiotik
Uji potensi antibiotikUji potensi antibiotik
Uji potensi antibiotik
amelialestari417
 
industri
industriindustri
industri
dendianjestu
 
Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01
roywidhie
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Biomedis Teknisi
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Biomedis Teknisi
 
PPT Pemeriksaan Bakteri Pada Makanan.pptx
PPT Pemeriksaan Bakteri Pada Makanan.pptxPPT Pemeriksaan Bakteri Pada Makanan.pptx
PPT Pemeriksaan Bakteri Pada Makanan.pptx
ZulhajjaNur08
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
pjj_kemenkes
 
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxPELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
vidyanti2
 
PRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILIN
PRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILINPRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILIN
PRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILIN
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Materi afan
Materi afanMateri afan
Materi afan
martin181657
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
aldin praktikum 3
aldin praktikum 3aldin praktikum 3
aldin praktikum 3
aldin15
 
Latihan Pengendali Makanan
Latihan Pengendali MakananLatihan Pengendali Makanan
Latihan Pengendali Makanan
Kamarudin Hasim
 
Keracunan pestisida
Keracunan pestisidaKeracunan pestisida
Keracunan pestisida
inayah9
 

Similar to UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf (20)

2805211 (1).ppt
2805211 (1).ppt2805211 (1).ppt
2805211 (1).ppt
 
peremajaan
peremajaanperemajaan
peremajaan
 
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
 
Uji sterilitas mikrobiologi
Uji sterilitas mikrobiologiUji sterilitas mikrobiologi
Uji sterilitas mikrobiologi
 
Uji potensi antibiotik
Uji potensi antibiotikUji potensi antibiotik
Uji potensi antibiotik
 
industri
industriindustri
industri
 
Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 
PPT Pemeriksaan Bakteri Pada Makanan.pptx
PPT Pemeriksaan Bakteri Pada Makanan.pptxPPT Pemeriksaan Bakteri Pada Makanan.pptx
PPT Pemeriksaan Bakteri Pada Makanan.pptx
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxPELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
 
PRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILIN
PRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILINPRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILIN
PRODUKSI FERMENTASI ANTIBIOTIK PENISILIN
 
Materi afan
Materi afanMateri afan
Materi afan
 
Penanganan sputum
Penanganan sputumPenanganan sputum
Penanganan sputum
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
 
aldin praktikum 3
aldin praktikum 3aldin praktikum 3
aldin praktikum 3
 
Latihan Pengendali Makanan
Latihan Pengendali MakananLatihan Pengendali Makanan
Latihan Pengendali Makanan
 
Keracunan pestisida
Keracunan pestisidaKeracunan pestisida
Keracunan pestisida
 

More from PedroDaSilvaTL

TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdfTATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
PedroDaSilvaTL
 
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdf
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdfWahyu Manggala Putra - fkik.pdf
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdf
PedroDaSilvaTL
 
Terjemahan Teks Doa 27 Maret.pdf
Terjemahan Teks Doa 27 Maret.pdfTerjemahan Teks Doa 27 Maret.pdf
Terjemahan Teks Doa 27 Maret.pdf
PedroDaSilvaTL
 
6117.pdf
6117.pdf6117.pdf
6117.pdf
PedroDaSilvaTL
 
12323-42971-1-SM.pdf
12323-42971-1-SM.pdf12323-42971-1-SM.pdf
12323-42971-1-SM.pdf
PedroDaSilvaTL
 
171-37-974-1-10-20181007.pdf
171-37-974-1-10-20181007.pdf171-37-974-1-10-20181007.pdf
171-37-974-1-10-20181007.pdf
PedroDaSilvaTL
 
12323-42971-1-SM.pdf
12323-42971-1-SM.pdf12323-42971-1-SM.pdf
12323-42971-1-SM.pdf
PedroDaSilvaTL
 

More from PedroDaSilvaTL (7)

TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdfTATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
 
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdf
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdfWahyu Manggala Putra - fkik.pdf
Wahyu Manggala Putra - fkik.pdf
 
Terjemahan Teks Doa 27 Maret.pdf
Terjemahan Teks Doa 27 Maret.pdfTerjemahan Teks Doa 27 Maret.pdf
Terjemahan Teks Doa 27 Maret.pdf
 
6117.pdf
6117.pdf6117.pdf
6117.pdf
 
12323-42971-1-SM.pdf
12323-42971-1-SM.pdf12323-42971-1-SM.pdf
12323-42971-1-SM.pdf
 
171-37-974-1-10-20181007.pdf
171-37-974-1-10-20181007.pdf171-37-974-1-10-20181007.pdf
171-37-974-1-10-20181007.pdf
 
12323-42971-1-SM.pdf
12323-42971-1-SM.pdf12323-42971-1-SM.pdf
12323-42971-1-SM.pdf
 

Recently uploaded

Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
EvaMirzaSyafitri
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 

Recently uploaded (20)

Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 

UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf

  • 1. UJI STERILITAS Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB
  • 2. Pembuatan produk farmasi steril >>> perlu diuji sterilitas
  • 3. Tujuan uji sterilitas: Untuk menetapkan apakah bahan farmakope yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi
  • 4. | UJI STERILITAS (FARMAKOPE INDONESIA IV/1995) | GUIDELINES FOR STERILITY TESTING OF THERAPEUTIC GOODS (THERAPEUTIC GOODS ADMINISTRATION/ TGA 2006) PEMBANDINGAN
  • 5. Suatu produk dikatakan STERIL | Bila memenuhi persyaratan dalam uji sterilitas | Kemungkinan hasil positif dapat terjadi karena teknik yang salah atau kontaminasi lingkungan pada waktu pengujian.
  • 6. Mikroba yang Digunakan: (1) Bacillus subtilis (ATCC No. 6633) (2) Candida albicans (ATCC No. 10321) (3) Bacteroides vulgatus (ATCC No. 8482)
  • 7. PRECAUTIONS AGAINST MICROBIAL CONTAMINATION | Tests for sterility are to be carried out by trained personnel | Conducted in a clean-room environment the standard of clean-room | Personnel should wear sterilized over-garments | All equipment may come into contact in the course of the testing should be sterilized prior to use. | All substances added to the goods tested, should be sterilized prior to use by heat | All vessels, substances or outer clothing to be used should be appropriately packaged or closed, | The outer surfaces of all packages of equipment which are introduced into the aseptic testing environment should be free of contamination
  • 8. TEST METHODS VALIDATION (TGA 2006) Test method validation z Before tests for sterility for any product are initially carried out, it is necessary to demonstrate the validity of the test method used z Validation should mimic the test proper in every detail z Validation is to be performed when the test for sterility has to be carried out on reformulated or new product z All validation procedures should be carried out by personnel who are responsible for the routine testing of the product
  • 9. | Jika terdapat kontaminasi mikroba dengan menggunakan prosedur farmakope, maka ditentukan bahwa bahan tersebut tidak memenuhi syarat. | Jika terdapat kegagalan menunjukkan adanya kontaminasi mikroba dengan menggunakan prosedur dalam farmakope, maka ditentukan bahwa bahan tersebut memenuhi syarat. Ketentuan hasil:
  • 10. Media yang digunakan : Media yang digunakan mempunyai sifat merangsang pertumbuhan bagi mikroba yaitu: | Fluid Thioglycolate Medium (FTM) dan / atau Alternative Thioglycolate Medium (ATM) | Soybean-Casein Digest Medium (SCDM) Cairan Pengencer dan pembilas : ƒ Cairan A ƒ Cairan D = Cairan A + 1mL polisorbat 80/L ƒ Cairan K
  • 11. MEDIA (FI IV/TGA 2006) Medium 1 (Fluid Thioglycollate Medium) Pancreatic Digest of Casein  15.0 g Yeast Extract (water‐soluble)  5.0 g Glucose monohydrate/anhydrous  5.5 g/5.0 g Sodium chloride  2.5 g L‐Cystine 0.5 g Sodium thioglycollate 0.5 g 0.1% Resazurin Sodium Solution (freshly prepared)  1.0 mL Granulated Agar (moisture not more than 15%)  0.75 g Purified Water  1000 mL Polysorbate 80 (optional)  5.0 mL pH after sterilisation (measured at room temperature): 7.1± 0.2
  • 12. MEDIA (FI IV) Media Tioglikolat Alternatif (untuk alat yang mempunyai lumen kecil) : | Pancreatic Digest of Casein  15.0 g | Yeast Extract (water‐soluble)  5.0 g | Glucose monohydrate/anhydrous  5.5 g/5.0 g | Sodium chloride  2.5 g | L‐Cystine 0.5 g | Sodium thioglycollate 0.5 g | Purified Water  1000 mL | pH after sterilization (measured at room temperature): 7.1±  0.2
  • 13. MEDIA (FI IV/TGA 2006) Medium 2 (Soybean‐Casein Digest Medium) | Pancreatic Digest of Casein  17.0 g | Papain Digest of Soybean Meal  3.0 g | Glucose monohydrate/anhydrous  2.5 g/2.3 g | Sodium chloride 5.0 g | Dipotassium hydrogen phosphate 2.5 g | Purified Water  1000 mL | Polysorbate 80 (optional)  5.0 mL | pH after sterilisation (measured at room temperature):  7.3±0.2
  • 14. Cairan A | 1 gram jaringan hewan yg telah diuraikan oleh enzim pepsin, dilarutkan dlm air smp 1 liter, saring atau sentrifuga, pH diatur 7,1 | Jika akan digunakan untuk uji sediaan yang mengandung senyawa gol.penisilin/sefalosporin (beta laktam), maka media tsb harus ditambahkan enzim penisilinase utk proses inaktivasi
  • 15. Cairan D | Adalah 1 L Cairan A + 1 mL Tween 80 | Digunakan bila sediaan mengandung lesitin, atau minyak | Atau utk uji peralatan steril dengan menggunakan penyaring membran
  • 16. Cairan K | Cairan yang mengandung Jaringan hewan yg telah diuraikan oleh enzim lambung (peptic digest), beef extract, dan Tween 80 | Semua cairan pembilas harus disterilkan dengan otoklaf
  • 17. Prosedur penambahan penisilinase: Tetapkan jumlah penisilinase yang diperlukan dengan menggunakan sediaan penisilinase yang sebelumnya telah diuji daya penginaktif penisilin atau sefalosporin atau tetapkan jumlah penisilinase yang diperlukan dengan menambahkannya ke dalam tabung FTM dan sejumlah antibiotik dalam spesimen uji 1. Inokulasi media dengan 1 ml pengenceran (1 : 1000) biakan 18 jam-24 jam Staphylococcus aureus (ATCC 29737) dalam FTM. 2. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 30o – 35o
  • 18. Pada saat tersebut harus teramati pertumbuhan mikroba yang spesifik. Lakukan uji konfirmasi di daerah yang benar-benar terpisah dari tempat uji sterilitas.
  • 19. Uji fertilitas | Tujuan? | Untuk memastikan bahwa media yang digunakan dapat menumbuhkan mikroba uji sampai waktu 7 hari | Dilakukan sebelum uji sterilitas thp sampel
  • 20. Uji Fertilitas Tabel 1 Inkubasi Media Mikroba Uji Suhu (oC) Kondisi Fluid Tioglikolat Medium (1) Bacillus subtilis (ATCC 6633) (2) Candida albicans (ATCC10321) (3) Bacteroides vulgatus (ATCC8482) 30 – 35 30 – 35 30 – 35 Aerobik Tioglikolat alternative (1) Bacteroides vulgatus (ATCC8482) 30 – 35 Anaerobik Soybean – casein digest (1) Bacillus subtilis (ATCC 6633) (2) Candida albicans (ATCC No. 10321) 20 – 25 20 – 25 Aerobik
  • 21. Prosedur | Inokulasi duplo wadah tiap media secara terpisah dengan 10 hingga 100 mikroba viabel dari tiap galur pada tabel. | Media uji memenuhi syarat jika terjadi pertumbuhan yang nyata dalam semua wadah media yang diinokulasikan dalam kurun waktu 7 hari.
  • 22. METODE UJI STERILITAS | INOKULASI LANGSUNG KE DALAM MEDIA UJI | TEKNIK PENYARINGAN MEMBRAN
  • 23. Prosedur Inokulasi langsung: ¾ Uji aktivitas bakteriostatik dan Fungistatik Prosedur: 1. Encerkan biakan bakteri dan jamur tidak kurang dari galur mikroba seperti pada uji fertilitas. 2. Inokulasi media dengan uji sterilitas dengan 10 mikroba hingga 100 mikroba viabel, gunakan volume media seperti yang tertera dalam Tabel Jumlah untuk bahan cair pada pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi. 3. Tambahkan sejumlah tertentu bahan ke dalam setengah dari jumlah wadah yang mengandung inokulum dan media. 4. Inkubasi wadah pada suhu dan kondisi seperti yang tertera dalam tabel selama tidak kurang dari 7 hari.
  • 24. Jumlah untuk bahan cair Volume minimum tiap media Isi wadah (mL) Volume minimum diambil dari wadah untuk tiap media Digunakan untuk inokulasi langsung ke volume yang diambil dari tiap wadah (mL) Digunakan untuk membrane atau setengah bagian membrane yang mewakili volume total dari jumlah wadah yang sesuai (mL) Kurang dari 10 1mL, atau seluruh isi jika kurang dari 1mL 15 100 20 (40 jika volume tiap wadah tidak cukup untuk kedua media) 10 sampai kurang dari 50 5mL 40 100 20 50 sampai kurang dari 100 10mL 80 100 20 50 sampai kurang dari 100 dimaksudkan untuk pemberian intravena Seluruh isi - 100 20 100 sampai 500 Seluruh isi - 100 10 Di atas 500 500mL - 100 10 Jumlah wadah per media Tabel 2
  • 25. Jika pertumbuhan mikroba uji dalam campuran media bahan secara visual sebanding dengan pertumbuhan dalam tabung kontrol, gunakan jumlah bahan dan media seperti yang tertera pada Tabel jumlah untuk bahan cair dalam pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi.
  • 26. Penetapan perbandingan bahan dan media yang tidak merugikan pertumbuhan mikroba uji. Prosedur yang digunakan sama dengan uji aktivitas bakteriostatik dan fungistatik, tetapi digunakan sejumlah tertentu bahan dan volume media yang lebih besar.
  • 27. Ketentuan Penambahan atau pengurangan dalam menentukan perbandingan bahan dan media | Jika sejumlah tertentu bahan dalam 250mL media masih mempunyai daya bakteriostatik atau fungistatik, kurangi jumlah bahan hingga diperoleh jumlah maksimum yang tidak menghambat pertumbuhan uji dalam 250mL media. | Untuk cairan dan suspensi yang jumlahnya kurang dari 1mL, perbesar jumlah media hingga cukup untuk mengencerkan dan mencegah hambatan pertumbuhan. | Untuk bahan padat yang tidak segera larut atau dapat terdispersi, jika jumlahnya kurang dari 50mg, perbesar jumlah media hingga cukup untuk mengencerkan untuk mencegah hambatan pertumbuhan.
  • 28. PROSEDUR UJI INOKULASI LANGSUNG KE DALAM MEDIA UJI Untuk: | Cairan | Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat | Zat padat | Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah dan bahan sejenisnya | Alat kesehatan steril | Alat suntik kosong atau terisi steril
  • 29. Bahan uji Bahan uji + media Prinsip pengujian: Inkubasi minimal 14 hari dengan pengamatan pada hari ke 3,4,atau 5, hari ke 7 atau 8, dan pada hari terakhir pengujian. Catatan: Perlakuan awal berbeda untuk masing-masing produk farmasi dan kesehatan. Bahan uji merupakan larutan yang pada produk farmasi dan kesehatan kecuali yang berbentuk cairan digunakan untuk membilas atau mendispersi produk tersebut.
  • 30. Cairan 1. Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik steril. 2. Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah uji ke dalam tabung media. 3. Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan. Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat Pilih 20 wadah yang mewakili, dibagi atas 2 kelompok terdiri dari 10 wadah, dan diperlakukan tiap kelompok sebagai berikut: 1. Secara aseptik pindahkan 100mg dari tiap wadah dari 10 wadah ke dalam labu berisi 100mL pembawa air steril yang dapat mendispersi homogen bahan uji dalam seluruh campuran cairan. 2. Campur 10mL alikot dari campuran cairan yang diperoleh dengan 80mL tiap media. Perlakuan awal untuk berbagai sediaan
  • 31. Zat padat „ Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk padat kering (atau yang sudah dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer steril) tidak kurang dari 300mg tiap wadah atau seluruh isi wadah jika tiap isi kurang dari 300mg. „ Inokulasikan ke dalam masing-masing tidak kurang dari 40mL FTM dan SCDM. Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah dan bahan sejenisnya „ Dari setiap kemasan, ambil secara aseptik 2 bagian atau lebih masing-masing 100 sampai 500mg dari bagian paling dalam. „ Secara aseptik pindahkan bagian bahan uji ini ke dalam sejumlah tertentu wadah media yang sesuai dan inkubasi. Alat kesehatan steril Untuk alat yang bentuk dan ukurannya memungkinkan dicelupkan keseluruhan ke dalam tidak lebih dari 1000mL media, uji alat utuh menggunakan media yang sesuai.
  • 32. Untuk alat yang mempunyai pipa/saluran berlubang seperti alat transfusi atau infus atau yang ukurannya menyebabkan pencelupan tidak dapat dilakukan dan hanya saluran cairannya yang harus steril, 1. Bilas lumen masing-masing dengan sejumlah FTM dan SCDM hingga diperoleh kembali tidak kurang dari 15mL setiap media. 2. Inkubasi dengan tidak kurang dari 100mL masing- masing media.
  • 33. Untuk alat dengan lumen yang sangat kecil sehingga FTM tidak mengalir, gunakan ATM, tetapi inkubasi dilakukan secara anaerob. Jika karena ukuran dan bentuk alat tidak dapat diuji dengan cara pencelupan keseluruhannya ke dalam tidak lebih dari 1000mL media: „ Uji bagian alat yang paling sulit disterilisasi dan jika mungkin lepaskan 2 atau lebih bagian yang paling dalam dari alat. „ Secara aseptik pindahkan bagian tersebut ke dalam sejumlah tertentu tabung berisi tidak kurang dari 1000mL media yang sesuai, inkubasikan. „ Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
  • 34. | Catatan: jika spesimen uji dalam media mempengaruhi uji karena kerja bakteriostatik atau fungistatik, bilas seksama alat dengan cairan pembilas sesedikit mungkin seperti yang tertera pada cairan pengencer dan pembilas. Peroleh kembali cairan bilasan dan uji menggunakan teknik penyaringan membran
  • 35. Prosedur untuk: Alat suntik kosong atau terisi steril | Uji dilakukan sama seperti uji untuk produk steril dalam ampul atau vial. | Cara inokulasi langsung dapat dilakukan jika penetapan bakteriostatik dan fungistatik telah menunjukkan aktivitas yang tidak merugikan dalam kondisi pengujian.
  • 36. UJI STERILITAS DENGAN TEKNIK PENYARINGAN MEMBRAN
  • 37. Kegunaan uji sterilitas dengan teknik penyaringan membran | Berguna untuk cairan dan serbuk yang dapat larut yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik, untuk memisahkan mikroba kontaminan dari penghambat pertumbuhan. | Berguna untuk bahan seperti minyak, salep atau krem yang dapat melarut ke dalam larutan pengencer bukan bakteriostatik atau bukan fungistatik. | Berguna untuk uji sterilitas permukaan atau lumen kritis alat-alat kesehatan.
  • 38. Prosedur awal: | Buat perbandingan yang sama menggunakan sejumlah tertentu bahan uji dan cairan pengencer dan pembilas yang sesuai. | Bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100mL cairan pengencer dan pembilas. Pertumbuhan mikroba uji dari membran yang digunakan untuk menyaring bahan diikuti cairan pengencer dan pembilas yang telah diinokulasi secara visual sebanding dengan pertumbuhan dari membran yang hanya digunakan untuk menyaring cairan pengencer dan pembilas yang telah diinokulasi.
  • 39. Cara membuka wadah: | Bersihkan permukaan luar ampul dan tutup vial dan tutup botol menggunakan bahan dekontaminasi yang sesuai dan ambil secara aseptik. | Jika isi vial dikemas dalam hampa udara, masukkan udara steril dengan alat steril yang sesuai, seperti alat suntik dengan jarum yang dilengkapi bahan penyaring untuk sterilisasi. | Untuk kapas murni, perban, pembalut, benang bedah dan bahan farmakope sejenis, buka kemasan atau wadah secara aseptik.
  • 40. Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi | Untuk bahan cair: Gunakan volume bahan dan media untuk setiap unit dan jumlah wadah per media tidak kurang dari seperti yang tertera pada Tabel jumlah untuk bahan cair. Jika volume setiap wadah sejumlah tidak cukup untuk kedua media, gunakan wadah sejumlah dua kali. | Untuk bahan selain cairan: Uji 20 unit bahan dengan masing-masing media. Untuk bahan yang hanya lumennya harus steril, bilas lumen dengan sejumlah media yang sesuai hingga diperoleh kembali tidak kurang dari 15mL media. Catatan: Jika tidak dinyatakan lain di dalam monografi atau bab ini, inkubasi campuran uji dengan FTM (atau ATM) selama pada suhu 20oC - 25oC.
  • 41. PROSEDUR UJI MENGGUNAKAN PENYARINGAN MEMBRAN Untuk: | Cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air | Cairan yang tidak bercampur dengan pembawa air (kurang dari 100mL per wadah) | Zat padat yang dapat disaring | Salep dan minyak yang larut dalam Isopropil Miristat | Zat padat yang tak dapat disaring | Alat kesehatan Peralatan: porositas 0,45µm, diameter ±47mm, kecepatan penyaringan 55mL-75mL/mnt pada tekanan 70cmHg.
  • 42. Prosedur untuk: Cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air Secara aseptik pindahkan sejumlah volume tertentu yang dibutuhkan untuk kedua media seperti yang tertera pada tabel 2, langsung ke dalam satu atau dua corong penyaring membran terpisah, atau ke dalam tabung penampung steril terpisah sebelum dipindahkan.
  • 43. | Jika volume cairan dalam wadah kurang dari 50mL, atau 50mL smp <100mL dan tidak dimaksudkan untuk pemberian intravena, diperlukan volume tidak kurang dari 20 wadah diwakili satu membran atau setengah bagian membran yang dipindahkan ke dalam media. | Jika volume cairan 50mL, 50mL smp <100mL per wadah dan dimaksudkan untuk pemberian intravena, atau 100mL – 500mL, secara aseptik tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari 2 rakitan penyaring, atau tidak kurang dari 20 wadah jika hanya digunakan satu rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
  • 44. | Jika cairan sangat kental dan tidak mudah disaring melalui 1 atau 2 membran maka diperlukan lebih dari 2 rakitan penyaring. Setengah jumlah membran diinkubasi dalam masing-masing media asalkan volume dan jumlah wadah per media memenuhi syarat. z Jika produk bersifat bakteriostatik atau fungistatik bilas membran 3 kali , tiap kali dengan 100mL cairan A.
  • 45. Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong membran menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama min.7hari. Catatan: jika contoh yang diuji bersifat bakteriostatik, gunakan cakram membran penyaring hidrofobik atau setelah spesimen disaring, potong cakram lebih kurang setengah daerah penyaringan dari pusat membran menggunakan alat pemotong steril, secara aseptik pindahkan potongan setengah cakram membran ke dalam FTM dan sisa potongan cakram ke dalam SCDM
  • 46. Prosedur untuk: Cairan yang tidak bercampur dengan pembawa air (kurang dari 100mL per wadah) 1. Pindahkan volume yang diinginkan untuk ke dua media, seperti yang tertera pada tabel 2 langsung ke dalam 1 atau 2 corong penyaring membran terpisah atau ke dalam tabung penampung steril sebelum dipindahkan. 2. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
  • 47. | Jika bahan uji berupa cairan kental atau suspensi dan tidak sesuai untuk penyaringan cepat, secara aseptik tambahkan cairan pengencer secukupnya ke dalam kumpulan spesimen yang akan disaring untuk menambahkan kecepatan aliran. | Jika produk uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik atau mengandung pengawet, bilas membran 1-3 kali dengan 100mL cairan A. Jika bahan uji mengandung lesitin atau minyak, gunakan cairan D sebagai cairan A.
  • 48. Catatan : z Setelah penyaringan dan pencucian secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong membran menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama min.7hari.
  • 49. Prosedur untuk: Zat Padat yang tidak dapat disaring 1. Ambil ±6g produk dalam bentuk padat kering, atau tidak kurang dari 300mg tiap wadah yang akan diuji, atau seluruhnya jika isi tiap wadah kurang dari 300mg bahan padat. 2. Secara aseptik masukkan spesimen uji ke dalam tabung berisi 200mL cairan A, dan aduk hingga larut. Jika spesimen tidak larut sempurna, gunakan 400mL cairan A, atau secara aseptik bagi spesimen ke dalam 2 bagian, dan uji tiap bagian dengan 200mL cairan A.
  • 50. 3. Setelah penyaringan dan pembilasan secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong membran menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama min.7hari. Jika contoh uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik , bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100mL cairan A.
  • 51. Prosedur untuk: Salep dan minyak yang larut dalam isopropil miristat 1. Larutkan tidak kurang dari 100mg dari tiap isi wadah, tidak kurang dari 20 wadah dalam tidak kurang dari 100mL isopropil miristat dengan pH ekstrak air tidak kurang dari 6,5. 2. Goyang labu untuk melarutkan salep atau minyak . 3. Saring segera salep yang dilarutkan. 4. Secara aseptis pindahkan campuran ke dalam 1 atau 2 corong penyaring membran dengan bantuan pompa vakum atau tekanan. 5. Setelah penyaringan spesimen, bilas membran 2 kali dengan 200mL cairan D, kemudian cuci dengan 100mL cairan A. 6. Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong membran menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama min.7hari.
  • 52. Jika zat yang diuji mengandung petrolatum, gunakan cairan K. Basahi membran dengan ±200µL media pembilas sebelum penyaringan dimulai. Setelah penyaringan spesimen, bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100mL media pembilas. Catatan: Untuk salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat lakukan penetapan seperti tertera pada salep dan minyak tidak larut dalam isopropil miristat dalam prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji.
  • 53. Prosedur untuk: Zat padat yang tak dapat disaring Tidak dianjurkan dengan menggunakan teknik penyaringan membran kecuali telah terbukti bahwa tidak terjadi penyumbatan pada filter.
  • 54. Prosedur untuk: Alat Kesehatan 1. Secara aseptik alirkan volume tertentu cairan D melalui tiap lumen tidak kurang dari 20 alat hingga diperoleh 100mL dari tiap alat. 2. Kumpulkan cairan dalam wadah aseptik dan saring seluruh volume melalui penyaring membran. 3. Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong membran menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1), celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100mL SCDM dan inkubasi pada suhu 20o-25o dan ke dalam FTM dengan suhu inkubasi 30o-35o selama min.7hari. Jika ukuran alat besar, dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah unit yang sesuai seperti yang tertera pada kasus serupa dalam alat kesehatan pada prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji.
  • 55. Penafsiran Hasil Uji Sterilitas | Tahap I Amati adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan / atau pertumbuhan pada permukaan pada isi semua wadah dalam interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat. | Tahap II Jumlah spesimen yang diuji minimal 2 kali jumlah tahap I. Jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji tidak memenuhi syarat.