SlideShare a Scribd company logo
Sterilisasi akhir adalah proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas baru setelah
itu dilakukan proses sterilisasi. Beberapa metode sterilisasi akhir antara sterilisasi panas kering
dengan oven dengan suhu lebih dari 250 derajat celcius selama 15 menit untuk zat atau komponen
bahan yang tahan panas; sterilisasi uap atau panas basah menggunakan autoklaf 15 -20menit pada
suhu 115-121 celcius; sterilisasi gas dengan gas etilen oksida akan tetapi sekarang sudah jarang
digunakan karena sifatnya yang mutagenik; sterilisasi radiasi ion menggunakan sinar gamma
umumnya 2.5megarad; sterilisasi filtrasi dengan penyaringan menggunakan bahan yang mampu
menahan mikroba biasanya filter bakteri berpori minimal 0.2mikron hingga mikroba yang dikandung
dalam sediaan dapat dipisahkan secara fisik, biasanya untuk sterilisasi zat atau komponen yang tidak
kuat dengan suhu tinggi.
Sterilisasi dengan aseptik yaitu suatu proses yang mencegah masuknya mikroba hidup kedalam
komponen yang sudah steril atau komponen yang melewati proses antara sehingga produk setengah
jadi atau produk ruahan atau komponennya bebas mikroba hidup dengan syarat kualifikasi ruangan
dan personil. Metode aseptik antara lain mensuspensikan sediaan sterile chloramphenicol for
suspension pada saat akan digunakan, memindahkan cairan pada sediaan ampul yang steril ke
syringe, saat proses mixing obat dan eksipien yang keduanya sudah steril menjadi sterile final
product, saat memasukan sediaan steril ke dalam wadah steril untuk menjadi sterile final product
1. Harus steril, sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik
dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora)
2. Bebas pirogen, untuk obat suntik yang sekali penyuntikannya lebih dari 10mL. Sediaan yang
mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.
3. isotonis, tekanan osmosis sediaan steril harus sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh yaitu
darah atau cairan tubuh yang lain sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9 %.
4. isohidris, pH obat sama dengan pH tubuh, darah dan cairan tubuh lain yakni 7,4
5. bentuk larutan harus jernih, boleh berwarna namun harus jernih yang artinya tidak terdapat
partikel padat.
6. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis
1. injeksi atau obat suntik volume kecil dengan bahan aktif dilarutkan dalam bahan pembawa yang
sesuai dengan atau tanpa eksipien, biasanya pemberiannya parenteral, contoh ampul single dose,
vial multidose
2. infus, volume besar. Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 ml yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. contohnya infus
dextrose atau infus ringer untuk elektrolit
3. sterile solid, yang tidak mengandung dapar/pengencer (sterile sodium nafcilin) dan yang
mengandung dapar/pegencer (ascorbic acid for injection)
4. suspensi sterile obat steril yang diformulasikan dalam bentuk suspensi diberikan secara IV atau
spinal, ada 2 jenis yaitu serbuk kering yang dalam formulasikan disuspensikan dalam pembawa yang
cocok (sterile hydrocotisone suspension) dan serbuk kering yang bisa disuspensikan saat akan
digunakan (sterille chloramphenicol for suspension)
5. obat tetes mata, dapat berupa larutan (sulfasetamid Na), suspensi, atau salep (gentamicyn sulfat)
6. larutan irigasi untuk merendam membilas luka terbuka (NaCl untuk irigasi)
7. zat diagnostik untuk diagnosa seperti injeksi radiofarmaka
8. ekstrak alergenik, konsentrat streril untuk tujuan diagnosa atau pengobatan alergi
9. larutan dialysis peritoneal, untuk proses hemodialisasi ginjal (cairan PAT A, PAT B)
udara dalam bejana sterilisasi digantikan dengan uap jenuh, dengan menggunakan alat pembuka
atau penutup khusus. siklus sterilisasi meliputi tahap evakuasi udara dan uap. Jadi menggunakan uap
jenuh dibawah tekanan berlangsung pada suatu bejana. Dengan menggunakan suhu 121 derajat
selama 15menit.
kekurangan:
1. Tidak dapat digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak, minyak lemak, dan sediaan-sediaan
lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh
uap air jenuh.
2. Memerlukan temperatur yang tinggi dan waktu yang lama (oven)
3. Belum tentu dapat membunuh semua bakteri
4. Membutuhkan peralatan yang butuh maintenance (autoklaf)
5. Mungkin dapat mempengaruhi hasil akhir pada sediaan dan wadah
keuntungan
1. tidak terlalu memerlukan persyaratan atau kualifikasi ruangan dan personil yang rumit seperti
pada sterilisasi aseptik
2. Parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat mudah dikontrol
3. memerlukan waktu yang singkat untuk sterilisasi (autoklaf)
4. peralatan yang digunakan relatif mudah dan murah
air pro injeksi (WFI) merupakan pelarut untuk sediaan steril. dibuat dengan cara memurnikan air
dengan destilasi atau RO dan memenuhi standar yang sama purified water, mengandung zat padat,
tidak boleh mengandung zat tambahan.
sedangkan Steril WFI adalah WFI yang telah sterilkan dan dikemas dalam wadah dosis tunggal tidak
lebih dari 1L
Ya, dapat.
pertimbangan yaitu
1. tidak toksis, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan sepsis
2. dapat menyatu atau tidak incompatible dengan zat aktif
3.tidak memberikan efek farmakologi yang merugikan
4. stabil dalam kondisi dimana sediaan tersebut biasanya digunakan
5. kekentalannya harus disesuaikan agar dapat disuntikan dengan mudah
6. pelarut tersebut tetap cair pada rentang suhu yang lebar
7. titik didihnya tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi menggunakan panas
8. dpaat bercampur dengan air atau cairan tubuh
1. untuk menghindari trauma sel. Larutan terlalu hipotonik dapat sebabkan sel darah merah
mengembang dan pecah. jika hipertonik maka sel akan menyusut
2. mengurangi iritasi jaringan
3. menjamin keamanan dan kenyamanan pasien
Sedapat mungkin isotonis agar tidak terasa sakit. Untuk sediaan steril bervolume besar wajib
isotonis, akan tetapi jika hanya sejumlah kecil cairan diinjeksi kedalam vena tidak dikhawatirkan akan
munculnya rasa nyeri atau rangsangan,juga jika larutan tidak isotonis,oleh karena itu darah akan
segera mengencerkan secara cepat.
Artinya air tidak keluar ataupun masuk ke sel darah merah tanpa pertukaran, pada penggunaan
injeksi dapat terjadi perubahan tonisitas plasma darah jika larutan injeksi tidak diatur tonisitasnya
Jelaskan metode pengukuran tonisitas dengan penurunan titik beku
cairan tubuh yang setara dengan 0.9% mengalami penurunan titik beku sebesar 0.52 derajat celcius.
oleh karena itu sediaan dikatakan isotonis apabila mengalami penurunan titik beku sebanyak 0.52
derajat celcius. untuk memperoleh larutan isotonis maka NaCl yang ditambah sesuai rumus W=
(0.52-a)/b
W= jumlah (gram) bahan pengisotonis dalam 100mL larutan
a= turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai untuk larutan 1%
b= turunnya titik beku air dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonis. jika konsentrasi tidak
dinyatakan a=0
penurunan titik beku yang diakibatkan oleh 0.9% NaCl atau 5.5% dextrose dalam air.

More Related Content

Similar to Sterilisasi akhir adalah proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas baru setelah itu dilakukan proses sterilisasi.docx

In
InIn
STERILISASI DAN DESINFEKSI kuliah kesehatan
STERILISASI DAN DESINFEKSI kuliah kesehatanSTERILISASI DAN DESINFEKSI kuliah kesehatan
STERILISASI DAN DESINFEKSI kuliah kesehatan
kekesusilowati
 
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
Warung Bidan
 
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxPELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
vidyanti2
 
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docxModul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
YudhaDeEndolita
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Nesha Mutiara
 
Sterilisi farmasi
Sterilisi farmasiSterilisi farmasi
Sterilisi farmasi
Gilang Rizki
 
SEJARAH STERILISASI Keperawatan Semester 3
SEJARAH STERILISASI Keperawatan Semester 3SEJARAH STERILISASI Keperawatan Semester 3
SEJARAH STERILISASI Keperawatan Semester 3
bqmutmainnah
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
wulannsftri
 
Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomialInfeksi nosokomial
Infeksi nosokomial
Cahya
 
Sterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi MikrobiologiSterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi Mikrobiologi
Aji Sanjaya
 
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikan
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikanLaboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikan
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikan
Ridho Muhammad
 
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatanpraktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
Laksamana Indra
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisFransiska Puteri
 
BIOUnnes_Autoklaf
BIOUnnes_AutoklafBIOUnnes_Autoklaf
BIOUnnes_Autoklaf
Nur Aini
 

Similar to Sterilisasi akhir adalah proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas baru setelah itu dilakukan proses sterilisasi.docx (20)

Sterilisator
SterilisatorSterilisator
Sterilisator
 
Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
 
In
InIn
In
 
STERILISASI DAN DESINFEKSI kuliah kesehatan
STERILISASI DAN DESINFEKSI kuliah kesehatanSTERILISASI DAN DESINFEKSI kuliah kesehatan
STERILISASI DAN DESINFEKSI kuliah kesehatan
 
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
Makalah keterampilan dasar kebidanan keperawatan (kdk) tentang sterilisasi, d...
 
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxPELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
 
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docxModul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
Modul steril 2022 - 220922 gabungan 3 modul.docx
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
 
Prinsip pencegahan infeksi
Prinsip pencegahan infeksiPrinsip pencegahan infeksi
Prinsip pencegahan infeksi
 
Sterilisi farmasi
Sterilisi farmasiSterilisi farmasi
Sterilisi farmasi
 
SEJARAH STERILISASI Keperawatan Semester 3
SEJARAH STERILISASI Keperawatan Semester 3SEJARAH STERILISASI Keperawatan Semester 3
SEJARAH STERILISASI Keperawatan Semester 3
 
Penanganan sputum
Penanganan sputumPenanganan sputum
Penanganan sputum
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
 
Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomialInfeksi nosokomial
Infeksi nosokomial
 
Sterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi MikrobiologiSterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi Mikrobiologi
 
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikan
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikanLaboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikan
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikan
 
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatanpraktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
 
BIOUnnes_Autoklaf
BIOUnnes_AutoklafBIOUnnes_Autoklaf
BIOUnnes_Autoklaf
 
Mikrobiologi sterilisasi
Mikrobiologi sterilisasiMikrobiologi sterilisasi
Mikrobiologi sterilisasi
 

Recently uploaded

Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 

Recently uploaded (20)

Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 

Sterilisasi akhir adalah proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas baru setelah itu dilakukan proses sterilisasi.docx

  • 1. Sterilisasi akhir adalah proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas baru setelah itu dilakukan proses sterilisasi. Beberapa metode sterilisasi akhir antara sterilisasi panas kering dengan oven dengan suhu lebih dari 250 derajat celcius selama 15 menit untuk zat atau komponen bahan yang tahan panas; sterilisasi uap atau panas basah menggunakan autoklaf 15 -20menit pada suhu 115-121 celcius; sterilisasi gas dengan gas etilen oksida akan tetapi sekarang sudah jarang digunakan karena sifatnya yang mutagenik; sterilisasi radiasi ion menggunakan sinar gamma umumnya 2.5megarad; sterilisasi filtrasi dengan penyaringan menggunakan bahan yang mampu menahan mikroba biasanya filter bakteri berpori minimal 0.2mikron hingga mikroba yang dikandung dalam sediaan dapat dipisahkan secara fisik, biasanya untuk sterilisasi zat atau komponen yang tidak kuat dengan suhu tinggi. Sterilisasi dengan aseptik yaitu suatu proses yang mencegah masuknya mikroba hidup kedalam komponen yang sudah steril atau komponen yang melewati proses antara sehingga produk setengah jadi atau produk ruahan atau komponennya bebas mikroba hidup dengan syarat kualifikasi ruangan dan personil. Metode aseptik antara lain mensuspensikan sediaan sterile chloramphenicol for suspension pada saat akan digunakan, memindahkan cairan pada sediaan ampul yang steril ke syringe, saat proses mixing obat dan eksipien yang keduanya sudah steril menjadi sterile final product, saat memasukan sediaan steril ke dalam wadah steril untuk menjadi sterile final product 1. Harus steril, sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora) 2. Bebas pirogen, untuk obat suntik yang sekali penyuntikannya lebih dari 10mL. Sediaan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam. 3. isotonis, tekanan osmosis sediaan steril harus sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh yaitu darah atau cairan tubuh yang lain sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9 %. 4. isohidris, pH obat sama dengan pH tubuh, darah dan cairan tubuh lain yakni 7,4 5. bentuk larutan harus jernih, boleh berwarna namun harus jernih yang artinya tidak terdapat partikel padat. 6. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis 1. injeksi atau obat suntik volume kecil dengan bahan aktif dilarutkan dalam bahan pembawa yang sesuai dengan atau tanpa eksipien, biasanya pemberiannya parenteral, contoh ampul single dose, vial multidose 2. infus, volume besar. Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. contohnya infus dextrose atau infus ringer untuk elektrolit 3. sterile solid, yang tidak mengandung dapar/pengencer (sterile sodium nafcilin) dan yang mengandung dapar/pegencer (ascorbic acid for injection)
  • 2. 4. suspensi sterile obat steril yang diformulasikan dalam bentuk suspensi diberikan secara IV atau spinal, ada 2 jenis yaitu serbuk kering yang dalam formulasikan disuspensikan dalam pembawa yang cocok (sterile hydrocotisone suspension) dan serbuk kering yang bisa disuspensikan saat akan digunakan (sterille chloramphenicol for suspension) 5. obat tetes mata, dapat berupa larutan (sulfasetamid Na), suspensi, atau salep (gentamicyn sulfat) 6. larutan irigasi untuk merendam membilas luka terbuka (NaCl untuk irigasi) 7. zat diagnostik untuk diagnosa seperti injeksi radiofarmaka 8. ekstrak alergenik, konsentrat streril untuk tujuan diagnosa atau pengobatan alergi 9. larutan dialysis peritoneal, untuk proses hemodialisasi ginjal (cairan PAT A, PAT B) udara dalam bejana sterilisasi digantikan dengan uap jenuh, dengan menggunakan alat pembuka atau penutup khusus. siklus sterilisasi meliputi tahap evakuasi udara dan uap. Jadi menggunakan uap jenuh dibawah tekanan berlangsung pada suatu bejana. Dengan menggunakan suhu 121 derajat selama 15menit. kekurangan: 1. Tidak dapat digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak, minyak lemak, dan sediaan-sediaan lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap air jenuh. 2. Memerlukan temperatur yang tinggi dan waktu yang lama (oven) 3. Belum tentu dapat membunuh semua bakteri 4. Membutuhkan peralatan yang butuh maintenance (autoklaf) 5. Mungkin dapat mempengaruhi hasil akhir pada sediaan dan wadah keuntungan 1. tidak terlalu memerlukan persyaratan atau kualifikasi ruangan dan personil yang rumit seperti pada sterilisasi aseptik 2. Parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat mudah dikontrol 3. memerlukan waktu yang singkat untuk sterilisasi (autoklaf) 4. peralatan yang digunakan relatif mudah dan murah
  • 3. air pro injeksi (WFI) merupakan pelarut untuk sediaan steril. dibuat dengan cara memurnikan air dengan destilasi atau RO dan memenuhi standar yang sama purified water, mengandung zat padat, tidak boleh mengandung zat tambahan. sedangkan Steril WFI adalah WFI yang telah sterilkan dan dikemas dalam wadah dosis tunggal tidak lebih dari 1L Ya, dapat. pertimbangan yaitu 1. tidak toksis, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan sepsis 2. dapat menyatu atau tidak incompatible dengan zat aktif 3.tidak memberikan efek farmakologi yang merugikan 4. stabil dalam kondisi dimana sediaan tersebut biasanya digunakan 5. kekentalannya harus disesuaikan agar dapat disuntikan dengan mudah 6. pelarut tersebut tetap cair pada rentang suhu yang lebar 7. titik didihnya tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi menggunakan panas 8. dpaat bercampur dengan air atau cairan tubuh 1. untuk menghindari trauma sel. Larutan terlalu hipotonik dapat sebabkan sel darah merah mengembang dan pecah. jika hipertonik maka sel akan menyusut 2. mengurangi iritasi jaringan 3. menjamin keamanan dan kenyamanan pasien Sedapat mungkin isotonis agar tidak terasa sakit. Untuk sediaan steril bervolume besar wajib isotonis, akan tetapi jika hanya sejumlah kecil cairan diinjeksi kedalam vena tidak dikhawatirkan akan munculnya rasa nyeri atau rangsangan,juga jika larutan tidak isotonis,oleh karena itu darah akan segera mengencerkan secara cepat. Artinya air tidak keluar ataupun masuk ke sel darah merah tanpa pertukaran, pada penggunaan injeksi dapat terjadi perubahan tonisitas plasma darah jika larutan injeksi tidak diatur tonisitasnya Jelaskan metode pengukuran tonisitas dengan penurunan titik beku
  • 4. cairan tubuh yang setara dengan 0.9% mengalami penurunan titik beku sebesar 0.52 derajat celcius. oleh karena itu sediaan dikatakan isotonis apabila mengalami penurunan titik beku sebanyak 0.52 derajat celcius. untuk memperoleh larutan isotonis maka NaCl yang ditambah sesuai rumus W= (0.52-a)/b W= jumlah (gram) bahan pengisotonis dalam 100mL larutan a= turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai untuk larutan 1% b= turunnya titik beku air dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonis. jika konsentrasi tidak dinyatakan a=0 penurunan titik beku yang diakibatkan oleh 0.9% NaCl atau 5.5% dextrose dalam air.