Dokumen ini membahas tentang pemeriksaan mutu sediaan infus yang meliputi 3 aspek yaitu evaluasi fisika, kimia, dan mikrobiologi. Pemeriksaan fisika meliputi pengujian partikulat, pH, volume injeksi, kebocoran, dan kejernihan. Pemeriksaan kimia meliputi identifikasi, penetapan kadar, dan keseragaman sediaan. Pemeriksaan mikrobiologi meliputi uji sterilitas dan pirogen.
Menjelaskan tentang macam-macam basis salep dan karakteristiknya. Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing basis. Sehingga lebih mudah untuk memilih basis yang sesuai.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Teknologi sediaan Farmasi produksi suspensi paracetamol yang baik dengan membandingkan dari 3 formula sehingga memilih formula yang baik. suspensi (Inggris: suspension) adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Zat yang didispersikan harus halus dan tidak cepat mengendap. Jika endapan diguncang perlahan, harus segera disebarkan kembali, dapat mengandung zat tambahan untuk memastikan stabilitas suspensi. Salah satu alasan untuk menyiapkan suspensi oral adalah bahwa obat-obatan tertentu secara kimiawi tidak stabil dalam bentuk terlarut tetapi stabil dalam bentuk ditangguhkan. Tujuan menyiapkan sediaan suspensi adalah agar mudah diminum, dosis yang relatif besar dapat lebih mudah diberikan, dan dapat dengan mudah diterapkan pada anak-anak. Contoh suspensi adalah air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, dan campuran air dengan minyak, kombinasi kopi dengan air, lumpur serta tanah liat yang tersuspensi dalam air, suspensi debu serta udara, kabut ialah sistem air tersuspensi di udara, serta sirup obat batuk.
Ilmu Resep dan Kesehatan
PULVIS (sediaan serbuk)
A. Pengertian
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis).
Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Serbuk
Kelebihan
- Obat lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair terutama obat yang rentan rusak oleh air
- Jika dibandingkan sediaan padat lainnya, serbuk lebih cepat diabsorpsi
- Dapat membantu untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul
- Dibuat untuk zat aktif yang memiliki volume yang sangat besar.
- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita
Kelemahan
- Mudah lembab selama penyimpanan
- Rasa yang tidak tertutupi mengakibatkan rasa yang tidak enak
Syarat syarat Serbuk
“Bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan homogen”
1. Pulveres (serbuk bagi)
Keseragaman bobot : Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata rata tidak tebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak tebih dari 10% tiap 18 bungkus.
2. Serbuk Oral Tidak Terbagi
Pada serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu, sehingga pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain
3. Serbuk Tabur
Pada umumnya serbuk harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
B. Derajat Halus Serbuk dan Pengayak
Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk untuk sebagian buat keperluan farmasi (walaupun penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel) yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 mesh, alat lain selain pengayak mungkin lebih berguna.
No. Pengayak
Sangat Kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah Kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat Halus 80 100 80 120 100 120
Keterangan :
1. Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu
2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
C. Jenis Serbuk
1. Pulvis Adspersorius
Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Umurnnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Catatan :
- Talk, kaolin dan bahan mineral Iainnya yang digunakan untuk serbuk tabur harus memenuhi s
Menjelaskan tentang macam-macam basis salep dan karakteristiknya. Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing basis. Sehingga lebih mudah untuk memilih basis yang sesuai.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Teknologi sediaan Farmasi produksi suspensi paracetamol yang baik dengan membandingkan dari 3 formula sehingga memilih formula yang baik. suspensi (Inggris: suspension) adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Zat yang didispersikan harus halus dan tidak cepat mengendap. Jika endapan diguncang perlahan, harus segera disebarkan kembali, dapat mengandung zat tambahan untuk memastikan stabilitas suspensi. Salah satu alasan untuk menyiapkan suspensi oral adalah bahwa obat-obatan tertentu secara kimiawi tidak stabil dalam bentuk terlarut tetapi stabil dalam bentuk ditangguhkan. Tujuan menyiapkan sediaan suspensi adalah agar mudah diminum, dosis yang relatif besar dapat lebih mudah diberikan, dan dapat dengan mudah diterapkan pada anak-anak. Contoh suspensi adalah air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, dan campuran air dengan minyak, kombinasi kopi dengan air, lumpur serta tanah liat yang tersuspensi dalam air, suspensi debu serta udara, kabut ialah sistem air tersuspensi di udara, serta sirup obat batuk.
Ilmu Resep dan Kesehatan
PULVIS (sediaan serbuk)
A. Pengertian
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis).
Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Serbuk
Kelebihan
- Obat lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair terutama obat yang rentan rusak oleh air
- Jika dibandingkan sediaan padat lainnya, serbuk lebih cepat diabsorpsi
- Dapat membantu untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul
- Dibuat untuk zat aktif yang memiliki volume yang sangat besar.
- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita
Kelemahan
- Mudah lembab selama penyimpanan
- Rasa yang tidak tertutupi mengakibatkan rasa yang tidak enak
Syarat syarat Serbuk
“Bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan homogen”
1. Pulveres (serbuk bagi)
Keseragaman bobot : Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata rata tidak tebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak tebih dari 10% tiap 18 bungkus.
2. Serbuk Oral Tidak Terbagi
Pada serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu, sehingga pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain
3. Serbuk Tabur
Pada umumnya serbuk harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
B. Derajat Halus Serbuk dan Pengayak
Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk untuk sebagian buat keperluan farmasi (walaupun penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel) yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 mesh, alat lain selain pengayak mungkin lebih berguna.
No. Pengayak
Sangat Kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah Kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat Halus 80 100 80 120 100 120
Keterangan :
1. Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu
2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
C. Jenis Serbuk
1. Pulvis Adspersorius
Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Umurnnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Catatan :
- Talk, kaolin dan bahan mineral Iainnya yang digunakan untuk serbuk tabur harus memenuhi s
2. Pemeriksaan Mutu ditinjau dari 3 aspek :
1. Evaluasi Fisika
2. Evaluasi Kimia
3. Evaluasi Mikrobiologi
3. Evaluasi Fisika
1. Permeriksaan Bahan Partikulat (FI V hal (1494-1504)
tujuan: menghitung partikel asing subvisible dalam rentang ukuran tertentu dalam sediaan
injeksi
Metode :
A. Uji hitung partikel secara hamburan cahaya
B. Uji hitung partikel secara mikroskopik
Prinsip :
a) Pengukuran jumlah partikel berdasarkan hamburan cahaya larutan uji
b) Pengukuran jumlah partikel berdasarkan perhitungan partikel yang terlihat dengan
mikroskop
4. Prosedur :
a. Sejumlah tertentu sediaan uji diukur hamburan cahayanya kemudian dibandingkan
dengan larutan baku
b. Sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan membrane, lalu membrane tersebut
diamati dibawah mikroskop. Jumlah partikel dengan dimensi linear efektif 10 mikrometer
atau lebih dan sama atau lebih besar dari 25 mikrometer dihitung.
Persyaratan :
a. memenuhi syarat uji jika jumlah partikel dengan diameter > 10 mikrometer sebanyak 25
partikel dan yang memiliki diameter > 25 mikrometer sebanyak 3 partikel per ml
b. memenuhi syarat uji jika jumlah partikel dengan diameter > 10 mikrometer sebanyak 12
partikel dan yang memiliki diameter > 25 mikrometer sebanyak 2 partikel per ml
5. 2. Penetapan pH ( FI V hal 1106, 1563 )
Tujuan : mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Alat : pH meter (potensiometrik)
Prinsip : Penggukuran pH cairan uji menggunakan potensiometrik yang telah dibakukan
sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH
menggunakan electrode indikator yang peka, elektroda kaca dan electrode pembanding yang
sesuai
Prosedur : celupkan pH meter pada larutan infus
Syarat : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi (antara 6,0 dan 7,5)
6. 3. Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah (FI V : 1570)
Jumlah wadah yang diambil :
a. pilih salah satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih
b. 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau
c. 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang
Alat yang digunakan :
Wadah
Alat suntik hipodermik kering
Jarum suntik no 21
Gelas ukur
Gelas piala
7. Prosedur :
1. Ambil isi tiap tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dan
tiga kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik no 21, panjang
tidak kurang dari 2,5 cm.
2. Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum clan alat suntik dan pindahkan isi dalam
alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering volume
tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-
kurangnya 40% volume dan kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur
menunjuk volume yang ditampung , bukan yang dituang).
Persyaratan : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu per
satu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah wadah yang tertera
pada etiket bila isi digabung.
8. 4. Uji kebocoran ( Goeswin, 2009 hal 191-192 )
Tujuan : Untuk memeriksa kemasan, menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan
sediaan
Prosedur pemeriksaan :
- Untuk cairan bening tidak berwarna : wadah takaran tunggal yang masih panas setelah
selesai disterilkan dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah
yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan
di luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru.
- Untuk cairan yang berwarna : lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal
ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran maka kertas saring
atau kapas akan basah
Persyaratan : Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru
dan kertas saring ; Kapas tidak basah
9. 5. Uji Kejernihan dan Warna (Goeswandi Agoes, 201 – 203)
Tujuan : Memastikan bahwa setiap larutan obat suntik jernih dan bebas pengotor
Prinsip : Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari
samping dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar
belakang putih untuk menyelidiki pengotor berwarna.
Hasil : Memenuhi syarat bila tidak ditemukan pengotor dalam larutan.
10. Evaluasi Kimia
1. Identifikasi injeksi NaCl FI V jilid 2 hal 918, 1425
Uji Identifikasi Umum :
Natrium
A.Senyawa natrium menimbulkan warna kuning intensif dalam nyala api yang tidak berwarna
B.Jika tidak dinyatakan lain pada monografi, larutkan 100 mg senyawa natrium dalam 2 ml
air, tambahkan 2 inl larutan kalium karbonat P 15%, panaskan hingga mendidih: tidak
terbentuk endapan. Tambahkan 4 ml kalium piroantimonat LP dan panaskan sampai
mendidih. Dinginkan dalam es, jika perlu gores bagian dalam wadah dengan batang
pengaduk: terbentuk endapan.
11. Klorida :
A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan klorida: terbentuk endapan putih seperti
dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amoniurn hidroksida 6 N
sedikit berlebih.
B. Path uji amin klorida (terniasuk alkaloida klorida) tidak menunjukkan reaksi terhadap uji
A, tambahkan 1 tetes asam nitrat encer P dan 0,5 ml perak nitrat LP pada larutan uji jika
tidak dinyatakan lain pada monografi, lebih kurang 2 mg ion klorida dalam 2 ml:
terbentuk endapan putih seperti dadih. Sentrifus segera campuran dan pisahkan
beningan. Cuci endapan tiga kali, tiap kali dengan 1 ml asarn nitrat P (1 dalam 100) dan
buang air cucian. Tambahkan tetes demi tetes ammonia LP pada endapan: endapan
segera larut.
12. 2. Penetapan Kadar (FI V, 918)
Prosedur : Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan lebih kurang 90 mg natrium kiorida,
masukkan ke dalam wadah porselen dan tambahkan 140 ml air dan 1 ml dikiorofluoresein LP.
Campur dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV, hingga perak klorida menggumpal dan
campuran berwarna merah muda lemah.
Jumlah sampel untuk pengujian : 6 botol
Tiap miperak nitrat 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl
Alat : alat untuk titrasi sediaan
Persyaratan : Tidak kurang dan 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% NaCl dari jumlah yang
tertera pada etiket.
13. 3. Keseragaman Sediaan (FI VI : 2025)
• Tujuan : Untuk menjamin konsistensi satuan sediaan, masing-masing satuan dalam bets
mempunyai kandungan zat aktif dalam rentang sempit yang mendekati kadar yang tertera
pada etiket.
Keseragaman sediaan terbagi 2 (FI VI hal. 2026):
Keseragaman kandungan : berdasarkan pada penetapan kadar masing-masing kandungan
zat aktif dalam satuan sediaan untuk menentukan apakah kandungan masing-masing
terletak dalam batasan yang ditentukan ; bisa diterapkan pada semua sediaan
Keragaman Bobot
14.
15.
16. Jumlah sampel (FI VI hal. 2028) : Penetapan kadar masing-masing 10 satuan
menggunakan metode analisis yang sesuai. Lakukan penetapan kadar pada sejumlah
tertentu bahan yang ditelah dikocok dan dipindahkan dari masing-masing wadah dalam
kondisi penggunaan yang normal dan nyatakan hasil sebagai dosis terbagi. Hitung nilai
keberterimaan.
Alat :
17. Prosedur Pemeriksaan (FI VI hal. 1227)
Sediaan yang telah ditetapkan kadarnya, Hitung nilai keberterimaan.
18.
19. Persyaratan (FI VI hal. 2028) :
• Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai keberterimaan 10 unit sediaan pertama
tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai keberterimaan lebih besar dari L1%,
lakukan pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai keberterimaan.
• Memenuhi syarat jika nilai keberterimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau sama
dengan L1% dan tidak ada satu unitpun kurang dari [1 – (0,01)(L2)]M atau tidak satu
unitpun lebih dari [1 + (0,01)(L2)]M seperti tertera pada Perhitungan nilai keberterimaan
dalam Keseragaman kandungan atau Keragaman bobot. Kecuali dinyatakan lain L1 adalah
15,0 dan L2 adalah 25,0.
22. Evaluasi Mikrobiologi
1. Uji Sterilitas (FI V 1359)
Prosedur : inkubasi sebagian dari media(tioglikolat atau soybean casein digest medium)
pada suhu yang sesuai selama 14 hari
Persyaratan : tidak boleh ada pertumbuhan mikroba
23.
24. 2. Uji pirogen (FI V Jilid 2 hal 1412)
Tujuan : Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi risiko reaksi demam pada tingkat yang
dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Alat :
• Alat suntik, jarum dan alat gelas dibebaskan dari pirogen dengan pemanasan pada 250°
selama tidak kurang dari 30 menit atau dengan metode lain yang sesuai.
• Perlakukan semua pengencer dan larutan untuk mencuci dan membilas peralatan atau alat
suntik parenteral sedemikian rupa yang dapat menjamin alat tersebut steril dan bebas
pirogen.
25. Rekaman Suhu :
• Gunakan alat pendeteksi suhu yang teliti seperti thermometer klinik atau alat transmitor
atau alat sejenis yang telah dikalibrasi
Hewan Uji :
• Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci satu ekor dalam satu kandang
dalam ruangan dengan suhu yang seragam antara 20° - 23° dan bebas dari gangguan
• Kelinci yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen
• Kelinci tidak boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam, atau
sebelum 2 minggu untuk uji pirogen yang menunjukkan kenaikan suhu 0,6° atau lebih, atau
telah digunakan untuk uji sediaan yang dinyatakan pirogenik.
26. Prosedur :
• Lakukan uji dalam ruang terpisah yang dirancang untuk pengujian pirogen dan pada kondisi
lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan hewan dan bebas dan gangguan yang
menimbulkan kegelisahan.
• Kelinci tidak diberi makan selama pengujian. Boleh diberi minum setiap saat, tetapi
terbatas.
• Tetapkan suhu kontrol dari tiap kelinci tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan
uji. Suhu tersebut digunakan sebagai awal untuk penetapan setiap kenaikan suhu yang
dihasilkan dari penyuntikan larutan uji.
27. • Dalam setiap kelompok kelinci uji, gunakan kelinci yang mempunyai perbedaan suhu
kontrol antara satu dengan lainnya tidak lebihdari 1 0, dan suhu kontrol setiap kelinci tidak
boleh lebih dari 39,8°.
• Suntikkan 10 ml larutan uji per kg berat badan kedalam vena telinga setiap tiga kelinci,
lakukan penyuntikan dalam waktu 10 menit.
• Lakukan penyuntikan setelah larutan uji dihangatkan pada suhu 370±20. Rekam suhu
berturut-turut antara jam ke-1 dan ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.
28. Interpretasi Hasil dan Lanjutan :
• Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tidak ada satupun
kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih. Bila ada kelinci yang
menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih, lanjutkan uji menggunakan lima ekor kelinci
lain.
• Sediaan memenuhi syarat bebas pirogen bila, tidak lebih dari 3 dari 8 ekor masing-masing
menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 kelinci
tidak melebihi 3,3°.
29. Metode Umum
1. Lempeng (silinder / kertas cakram)
2. Turbidimetri (tabung)
Tujuan uji
Sebagai standar untuk mengatasi keraguan tentang
kemungkinan hilangnya aktivitas (potensi) antibiotik
terhadap efek daya hambatnya pada mikroba.
Khusus untuk infus yang mengandung antibiotika
Estimasi dari potensi antibiotik melalui perbandingan
langsung antara sampel (antibiotik uji) dengan antibiotik
standar yang telah disahkan penggunaannya,
terkalibrasi dengan baik, dan umum digunakan sebagai
rujukan.
3. Penetapan Potensi Antibiotik
Prinsip :
30. Metode Lempeng Silinder
Difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus
pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau
lempeng yang berisi biakan mikroba uji pada jumlah
tertentu
Mikroba dihambat pertumbuhannya
Hambatan pertumbuhan biakan mikroba
dalam larutan serba sama antibiotik,
dalam media cair yang dapat
menumbuhkan mikroba dengan cepat
bila tidak terdapat antibiotik
Metode turbidimetri digunakan pada
sampel yang sulit larut dalam air, contoh:
Gramisidin
Metode Turbidimetri
31. Persiapan uji
Mikroorganisme
Bahan
Alat
Cuci bersih sebelum dan
sesudah digunakan
Sterilkan dengan
pemanasan kering atau uap
air
Peralatan
Selama inkubasi dalam
penetapan pada lempeng
dan tabung
Metode lempeng = ± 0,5°C
Metode turbidimetri = ± 0,1°C suhu
dapat diperoleh dengan sirkulasi
udara dan air.
Pengendalian Suhu
(Termostatik)
Wadah Metode Lempeng Silinder
Cawan petri kaca atau plastik ukuran
20 x 100 mm
Silinder dari besi tahan karat atau
porselen diameter luar 8 mm, diameter
dalam 6 mm, tinggi 10 mm
Bersihkan dengan asam nitrat 2 N bila
perlu
Wadah Metode Turbidimetri
Tabung reaksi kaca/plastik ukuran
dan ketebalan seragam
Tabung Spektrofotometer harus
steril dan sesuai
Semua residu dihilangkan serta
selalu sterilisasi sebelum dan
sesudah
33. • Adalah antibiotik dimana
potensinya yang dinyatakan
dalam “unit” atau “µg” aktivitas
antibiotik per mg zat kering
telah ditetapkan secara nasional
(BPFI).
• “µg” aktivitas dianggap
terdiri dari bahan kimia
tunggal
• unit merupakan baku
pembanding apabila terdapat
lebih dari satu bahan aktif
antibiotik dalam suatu obat
antibiotik.
Unit dan Baku Pembanding Potensi Antibiotik
• Ampisilin : buat enceran larutan baku pembanding
dan larutan uji secara bersamaan
• Zink Basitrasin : tiap enceran larutan baku
harus mengandung asam klorida sejumlah
sama dengan larutan uji.
• Secara umum pengeringan dilakukan pada oven
hampa udara 5 mmHg, 60°C, selama 3 jam.
Ketentuan untuk beberapa larutan baku
34.
35. Penyiapan Contoh
• Buat larutan serta enceran larutan
uji sesuai dengan antibiotik
pembanding.
• Penetapan hanya membutuhkan 1 tingkat
dosis uji yang sesuai dengan dosis tengah
baku pembanding
• Dosis uji (U) = Dosis S3
Penyiapan Baku
• Larutan persediaan: larutkan
sejumlah atau seluruh isi vial baku
pembanding antibiotik seperti pada
tabel 1
• Simpan dalam lemari pendingin dan
gunakan dalam waktu yang ditentukan
• Pada hari penetapan, buat
pengenceran dari larutan persediaan
(5), umumnya dengan perbandingan 1
: 1,25 untuk lempeng silinder atau
lebih kecil pada turbidimetri
36. Mikroba Uji
Mikroba uji untuk masing-masing
antibiotik tertera pada Tabel 2,
pelihara pada agar miring dan
inkubasikan sesuai dengan Tabel 3
Mikroba uji harus merupakan galur
murni dan dipindahkan setiap
minggu.
Pada Klebsiella pneumoniae
gunakan biakan tidak berkapsul
Penyiapan Inokula
• Inokulasikan biakan segar ke 250 ml media agar
dalam tabung Roux, sebarkan secara merata,
inkubasikan pada suhu dan waktu tertentu.
• Larutkan biakan permukaan ke dalam 50 ml
larutan NaCl 0,9 % steril.
• Atur perbandingan hingga inokula
mempunyai transmitans 25 %
terhadap blangko.
• Untuk penetapan turbidimetri, optimalkan
hubungan antara dosis dan respon.
• Pada penetapan lempeng silinder, atur larutan
suspensi hingga menghasilkan batas daerah
hambatan yang memuaskan; yaitu 14 mm-16 mm
37.
38.
39. Cara Pengujian:
1. Desain penetapan
2. Metode lempeng silinder
3. Metode Turbidimetri
4. Cara perhitungan
40. DesainPenetapan
Pada penetapan lempeng silinder,
perbandingan pokok dibatasi pada
hubungan pengukuran diameter
hambatan antar lempeng.
Pada penetapan turbidimetri,
perbandingan pokok dibatasi pada
hubungan antara kekeruhan yang
diamati pada tiap rak.
Dianjurkan hanya menggunakan
satu aras dosis dengan suatu kurva
baku dan pengenceran larutan
minimal 5 atau lebih
Penetapan potensi antibiotik
secara mikrobiologi
dipengaruhi oleh variabel intra
dan antar penetapan.
Awali dengan penyiapan larutan
baku dan uji secara terpisah, dan
ulangi pada hari yang berbeda.
Jika hasil yang diperoleh berbeda
signifikan, lakukan satu atau
lebih penetapan tambahan
41. MetodeTurbidimetri
1 ml larutan uji dan larutan baku tiap dosis pada 3 tabung reaksi;
buat triplo dan letakkan acak
Buat 2 tabung kontrol
Tambahkan 9,0 ml inokula ke dalam tiap tabung
Letakkan tabung dalam tangas air atau inkubator pada suhu (36-
37,5)°C; selama 2 jam
Setelah inkubasi tambahkan 0,5 ml larutan formaldehide encer
Ukur transmitans atau serapan pada 530 nm
42. MetodeLempengSilinder
Pada cawan petri dibuat lapisan dasar yang licin
Tambahkan 4,0 ml lapisan inokula
Jatuhkan 6 buah silinder pada permukaan agar dalam radius 2,8 cm;
pada ketinggian 12 mm
Isi silinder selang seling dengan dosis tengah baku (S3); buat triplo
Inkubasikan pada suhu 32-35°C selama 16-18 jam
Ukur diameter hambatan yang terbentuk pada agar
43. Desainpengujian
Dipilih berdasarkan hasil akhir yang
diinginkan, presisi tinggi atau tidak.
Desain yang digunakan :
2+2 : yaitu satu baku pembanding dan
satu sampel, masing-masing dengan dua
tingkat dosis yang diperlakukan dalam
satu lempeng (cawan) agar
3+3 : yaitu satu baku pembanding dan
satu sampel, masing-masing dengan tiga
tingkat dosis yang diperlakukan dalam
satu lempeng (cawan) agar
5+1 : yaitu satu baku pembanding
dengan 5 tingkat dosis dan satu sampel
dengan satu tingkat dosis yang setara
dengan dosis menengah (dosis acuan)
baku pembanding.
Desain Pengujian 3+3
Larutan baku pembanding : sejumlah tertentu baku pembanding dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai sedemikian sehingga diperoleh larutan induk yg
setara dgn 1000 IU/mL.
Pengenceran dibuat sehingga diperoleh larutan baku dosis rendah,
dosis menengah dan dosis tinggi dengan pebandingan yang relatif
sama, misalnya 1:2, 2:3 atau 3:4
Larutan uji : ditimbang sejumlah tertentu sampel, dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai sehingga diperoleh larutan sampel induk yg setara dengan 1000
IU/mL.
Pengenceran dilakukan dengan dosis yang kira-kira sama dengan
larutan baku pembanding.
Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam selinder atau serapkan pada
kertas cakram sebanyak 100 μL di atas media agar yang telah
diinokulasikan mikroba uji.
Pre-inkubasi selama 1 jam, lalu inkubasi pada 35-37 ºC selama 18-24 jam.
Setelah masa inkubasi, daerah hambat yang terbentuk diukur garis
tengahnya.
Dosis baku
Dosis
sampel
44. Desain pengujian 5+1
Larutan baku pembanding yang dibuat sama dengan desain 3+3, hanya dibuat pengenceran S1, S2, S3, S4 dan S5
dengan tingkat perbandingan 1,25.
Dosis tengah ditetapkan dulu, misalnya 10 IU/mL, maka: S2=8,0 IU/mL, S1=6,4 IU/mL, S4=12,5 IU/mL dan S5=15,6
IU/mL
Larutan uji/sampel dibuat larutan induk dan pengenceran yang sama dengan larutan baku pembanding.
Larutan S3 (pembanding dosis tengah) selanjutnya selalu ditempatkan pada setiap media agar yg digunakan, dan
ke dalam selinder pencadang atau kertas cakram yg digunakan dimasukkan 100 μL larutan pembanding lainnya
(S1, S2, S4, S5) dan larutan uji (U) , masing-masing triplo.
Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam selinder atau serapkan pada kertas cakram sebanyak 100 μL di atas
media agar yang telah diinokulasikan mikroba uji.
Pre-inkubasi selama 1 jam, lalu inkubasi pada 35-37 ºC selama 18-24 jam.
Setelah masa inkubasi, daerah hambat yang terbentuk diukur garis tengahnya.
45. Potensi antibiotik dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
transformasi log dengan penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linearitas.
Apabila dilakukan lebih dari satu penetapan potensi dari bahan uji yang sama; maka
dapat dirata-ratakan.
Cara Perhitungan
46. Cara Perhitungan
Desain pengujian (3+3)
Cara perhitungan dengan
desain 3+3 terdapat pada
Farmakope Indonesia edisi
III, tahun 1979
Analisis meliputi :
analisis variansi,
perhitungan potensi
dan batas
keyakinan potensi
hasil penetapan
Desain pengujian (5+1)
Sebelum menghitung potensi , dilakukan
terlebih dahulu koreksi garis tengah rata-rata
diameter daerah hambat dosis larutan baku S1,
S2, S4 dan S5
Cara :
Hitung diameter rata-rata S3 di semua
cawan (Y3T)
Hitung diameter rata-rata S3
pada masing-masing cawan
larutan baku S1,2,4 dan 5 (Y31,
Y32, Y34 dan Y35)
Hitung diameter S1,2,4 dan 5 (Y1, Y2, Y4 dan
Y5)
Maka diameter koreksi masing-masing
larutan baku adalah :
S1 (a) = Y1+ (Y3T– Y31)
S2 (b) = Y2+ (Y3T– Y32)
S3 (c) = Y3T
S4 (d) = Y4+ (Y3T– Y34)
S5 (e) = Y5+ (Y3T– Y35)
47. Untuk kurva baku, dihitung
diameter dosis terendah dan
tertinggi yaitu :
(3e + 2d + c – a )
YT =
5
YR =
(3a + 2b + c – e )
5
YR = diameter hambat dosis
terendah
YT = diameter hambat dosis
tertinggi
Selanjutnya dibuat kurva baku pada kertas semilog :
Sumbu X : log dosis
Sumbu Y : diameter hambat
Hubungkan titik-titik untuk S1 (YR) sampai S5 (YT)
48. dilakukan koreksi diameter larutan sampel U:
YU koreksi = YS + (YU – Y3U)
Y3U = diameter rata-rata S3 pada pengujian larutan U
YU= diameter rata-rata U pada cawan larutan U
YS = Hasil interpolasi S3 pada kurva baku
Cara Perhitungan potensi sampel
Perhitungan Potensi sampel
Potensi sediaan uji ditentukan dengan menginterpolasi YU pada sumbu Y ke garis
kurva baku dan tarik garis ke sumbu X (diperoleh XU)
Dosis U = XU/S3 x dosis S3
Potensi U = dosis U x faktor pengenceran
49. 4. Uji Endotoksin Bakteri
• Uji endotoksin bakteri adalah uji untuk mendeteksi atau mengkuantitasi endotoksin bakteri
yang mungkin terdapat dalam sampel yang diuji.
• Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate (LAL) yang diperoleh dari
ekstrak air amebosit dalam kepiting ladam kuda (Limulus polyphemus atau Tachypleus
tridentatus) dan dibuat khusus sebagai pereaksi LAL.
Terdapat 2 tipe teknik uji, yaitu :
- Teknik pembentukan jendal gel
- Teknik fotometrik
50. PENYIAPAN LARUTAN INDUK BAKU PEMBANDING DAN
LARUTAN BAKU PEMBANDING ENDOTOKSIN
• Baku pembanding endotoksin (BPE) adalah Endotoksin BPFI yang telah diketahui
potensinya dalam UE per vial. Konstitusi seluruh isi vial BPE dengan 5,0 mL air
pereaksi LAL3) .
• Campur dengan pengocok vorteks secara intermiten selama 30 menit. Gunakan larutan
pekat ini untuk membuat seri pengenceran yang sesuai.
• Simpan larutan pekat dalam lemari pendingin, tidak lebih dari 14 hari.
• Sebelum digunakan kocok kuat dengan vorteks selama tidak kurang dari 3 menit.
• Campur setiap enceran tidak kurang dari 30 detik sebelum membuat pengenceran
berikutnya. Enceran tidak boleh disimpan karena menyebabkan hilangnya aktivitas oleh
penyerapan, kecuali ada data penunjang tentang hal ini.
51. Uji Persiapan
• Gunakan Pereaksi LAL yang sudah ditetapkan kepekaannya sesuai dengan yang tertera
pada etiket.
• Validasi dilakukan dengan Uji penghambatan atau pemacuan sebagaimana yang
diuraikan pada 3 teknik yang telah disebutkan sebelumnya.
• Dalam uji ini harus dimasukkan kontrol negatif yang sesuai.
• Validasi harus diulang jika sumber Pereaksi LAL atau metode pembuatan atau formulasi
bahan berubah.
52. Penyiapan Larutan Uji
• Siapkan larutan uji dengan melarutkan atau mengencerkan obat, atau mengekstraksi
alat kesehatan dengan Air Pereaksi LAL.
• Jika perlu, atur pH larutan yang akan diuji hingga pH campuran pereaksi LAL dan
larutan uji terletak pada rentang pH yang ditentukan oleh produsen pereaksi LAL. Hal
ini biasanya digunakan pada produk dengan rentang pH 6,0-8,0.
• Pengaturan pH dapat dilakukan dengan menggunakan asam, basa atau larutan dapar
yang sesuai dengan rekomendasi produsen pereaksi LAL. Asam dan basa dapat dibuat
dari konsentrat atau padatan dengan Air Pereaksi LAL dalam wadah bebas endotoksin.
Larutan dapar harus divalidasi bebas endotoksin dan faktor pengganggu.
53. PENETAPAN PENGENCERAN MAKSIMUM YANG ABSAH
(PMA)
• PMA adalah pengenceran maksimum yang diperbolehkan dari suatu contoh agar batas
endotoksinnya dapat ditetapkan.
• Pengenceran Maksimum yang Absah diberlakukan untuk injeksi atau larutan parenteral
terkonstitusi atau diencerkan, atau jika diperlukan, untuk jumlah obat dalam bobot jika
volume obat yang diberikan bervariasi.
• Persamaan umum untuk menentukan PMA adalah:
PMA = (batas endotoksin x konsentrasi larutan sampel) / λ
54. PENETAPAN BATAS ENDOTOKSIN
• Batas endotoksin obat parenteral, ditetapkan berdasarkan dosis, sama dengan K/M.
K = dosis ambang pirogenik endotoksin pada manusia per kgBB
M = dosis maksimum produk pada manusia per kgBB dalam periode satu jam.
• Batas endotoksin obat parenteral dinyatakan dalam unit, misalnya UE/mL, UE/mg atau
UE/unit aktivitas biologi.
55. METODE
1. Teknik pembentukan jendal gel
• Mendeteksi / mengkuantitasi endotoksin berdasarkan pembentukan jendal dari pereaksi
LAL dengan adanya endotoksin. Konsentrasi endotoksin yang dibutuhkan untuk
menyebabkan lysate menjendal pada kondisi standar dinyatakan sebagai kepekaan
pereaksi LAL yang tertera pada etiket.
• Penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan langsung enceran dari
zat uji dengan enceran endotoksin baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit
Endotoksin (UE).
56. a) Uji Persiapan untuk Cara Jendal Gel :
- Uji Konfirmasi Kepekaan Pereaksi LAL = Jika hasil pengukuran kepekaan tidak kurang
dari 0,5λ dan tidak lebih dari 2λ, maka kepekaan yang tercantum di etiket sesuai dan dapat
digunakan dalam pelaksanaan pengujian dengan lysate.
- Uji Faktor Pengganggu untuk Cara Jendal Gel = Jika kepekaan lysate yang diperoleh
dalam larutan uji pada larutan B tidak kurang dari 0,5λ dan tidak lebih dari 2λ, maka larutan
uji tidak mengandung faktor pengganggu pada kondisi uji yang digunakan. Jika sebaliknya,
berarti terdapat faktor penggangu.
57. .
b) Uji Batas Jendal Gel : Siapkan larutan A, B, C dan D seperti tertera pada Tabel 2 dan
lakukan pengujian larutan ini mengikuti prosedur Uji Konfirmasi Kepekaan Pereaksi LAL,
yang dijelaskan dalam Uji Persiapan Cara Jendal Gel.
Interpretasi :
Sediaan uji memenuhi syarat jika diperoleh hasil negatif pada kedua tabung reaksi yang berisi
larutan A, dan tidak memenuhi syarat jika diperoleh hasil positif pada dua tabung
58. c) Penetapan Kadar Endotoksin Bakteri dengan Cara Jendal Gel
Penetapan kadar ini menghitung jumlah endotoksin bakteri dalam larutan sampel dengan
cara titrasi hingga titik akhir.
Prosedur : Siapkan larutan A,B,C dan D seperti tertera pada Tabel 3 dan uji larutan ini
mengikuti prosedur Uji Konfirmasi Kepekaan Pereaksi LAL, tertera dalam Uji Persiapan
untuk Cara Jendal Gel.
59.
60. Interpretasi :
Uji absah jika kondisi berikut dipenuhi:
(1) Kedua replikasi dari kontrol negatif larutan D adalah negatif;
(2) Kedua replikasi dari kontrol positif larutan B adalah positif;
(3) Rata-rata geometrik kadar titik akhir larutan C berada dalam rentang 0,5λ- 2λ.
Bahan memenuhi syarat jika kadar endotoksin kurang dari nilai yang dinyatakan dalam
masing masing monografi.
61. METODE
2. Teknik fotometrik
• Mencakup metode turbidimetri, yang didasarkan pada pembentukan kekeruhan setelah
penguraian substrat endogen, dan metode kromogenik yang didasarkan pada
pembentukan warna setelah terjadi penguraian kompleks kromogen-peptida sintetik.
• Seluruh pengujian fotometrik dilakukan pada suhu inkubasi yang direkomendasikan
oleh produsen Pereaksi LAL, umumnya 37°±1°.
62. a) Uji Persiapan Cara Fotometrik
- Verifikasi Kriteria Kurva Baku : menggunakan larutan endotoksin baku, siapkan
minimal 3 kadar endotoksin untuk membuat kurva baku. Nilai absolut dari koefisien
korelasi, │r│, harus lebih besar atau sama dengan 0,980 untuk rentang kadar endotoksin
sebagaimana ditetapkan oleh produsen pereaksi LAL
- Uji Faktor Pengganggu untuk Cara Fotometrik : Pilih satu kadar endotoksin pada
atau di sekitar pertengahan kurva baku endotoksin. Agar dapat dinyatakan bebas dari
faktor pengganggu pada kondisi pengujian, hasil pengukuran kadar endotoksin yang
ditambahkan pada sampel harus berada diantara 50%-200% dari kadar endotoksin
yang ditambahkan .
63. b) Perhitungan Untuk Cara Fotometrik
Hitung kadar endotoksin dari tiap-tiap replikasi larutan uji A, menggunakan kurva baku yang
dibuat dengan kontrol positif larutan C. Uji dinyatakan absahjika kondisi berikut dipenuhi:
(1) Hasil kontrol positif larutan C memenuhi persyaratan validasi yang ditetapkan pada
Verifikasi Kriteria Kurva Baku dalam Uji Persiapan Cara Fotometrik;
(2) Perolehan kembali endotoksin, dihitung dari konsentrasi endotoksin larutan B setelah
dikurangi konsentrasi endotoksin larutan A, berada pada rentang 50% – 200%
(3) Hasil kontrol negatif larutan D tidak melebihi batas nilai blangko yang dipersyaratkan
dalam uraian pereaksi LAL yang digunakan.
64. c) Penafsiran Hasil Cara Fotometrik
Pada pennetapan kadar secara fotometrik, sediaan uji memenuhi syarat jika rata-rata kadar
endotoksin dari replikasi larutan A, setelah koreksi pengenceran dan kadar, lebih kecil dari
batas endotoksin produk.