SlideShare a Scribd company logo
1 of 67
Download to read offline
Sistem Pengelolaan Sampah
Elektronik (SPSE)
Togar M. Simatupang
Institut Teknologi Del
18 Juni 2018
Kilasan
1. Pendahuluan
2. Sampah Elektronik
3. Kaji Banding Pengelolaan Sampah Elektronik
4. Situasi Sampah Elektronik di Indonesia
5. Asesmen Draf Peraturan Pengelolaan Sampah Elektronik
6. Sistem Pengelolaan Sampah Elektronik
7. Penutup
2
1. Pendahuluan
3
Pendahuluan
• Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mendorong peningkatan
penggunaan barang-barang elektronik secara masif.
• Sampah elektronik (e-waste) adalah dampak yang dihasilkan dari pasca
penggunaan barang elektronik yang tidak terpakai atau habis masa pakainya.
• Potensi peningkatan sampah elektronik yang tidak terkendali menjadi
permasalahan serius namun belum mendapat perhatian yang cukup di Indonesia.
• Sampah elektronik mengandung bahan berbahaya dan beracun yang harus
ditangani secara khusus dan sebagian sampah elektronik memiliki nilai ekonomi
yang terkumpul di tingkat pelaku reparasi barang elektronik, pengepul, dan
pelaku daur ulang sampah elektronik.
• Paparan ini bertujuan untuk mengidentifikasikan permasalahan pengelolaan
sampah elektronik di Indonesia dan mengusulkan kebijakan Sistem Pengelolaan
Sampah Elektronik (SPSE).
4
2. Sampah Elektronik
5
Pengertian Sampah Elektronik
• Peralatan elektronik dan elektrik termasuk komponen yang dibuang
oleh pemiliknya sebagai sampah tanpa maksud untuk digunakan lagi
(Step Initiative 2014)
• Peralatan dengan perangkat listrik yang usang, habis masa pakai, atau
disingkirkan dan dibuang (Directive 2002/96/EC)
• Sampah yang berasal dari peralatan elektronik dan elektrik bekas dan
alat-alat rumah tangga yang tidak lagi sesuai dengan maksud
penggunaan awal dan ditujukan untuk perbaikan, daur ulang, atau
pembuangan (India)
6
Kategori Sampah Elektronik (WEEE)
7
Kategori Sampah Elektronik
(The Global E-waste Monitor 2017)
1. Temperature exchange
equipment, more commonly
referred to as cooling and freezing
equipment
Typical equipment includes refrigerators, freezers, air conditioners, heat pumps.
2. Screens, monitors Typical equipment includes televisions, monitors, laptops, notebooks, and tablets.
3. Lamps Typical equipment includes fluorescent lamps, high intensity discharge lamps, and LED lamps.
4. Large equipment Typical equipment includes washing machines, clothes dryers, dish-washing machines, electric stoves, large printing
machines, copying equipment, and photovoltaic panels.
5. Small equipment Typical equipment includes vacuum cleaners, microwaves, ventilation equipment, toasters, electric kettles, electric
shavers, scales, calculators, radio sets, video cameras, electrical and electronic toys, small electrical and electronic tools,
small medical devices, small monitoring and control instruments.
6. Small IT and telecommunication
equipment
Typical equipment includes mobile phones, Global Positioning Systems (GPS), pocket calculators, routers, personal
computers, printers, telephones.
8
Kategori Sampah Elektronik (India)
9
Kategori Sampah Elektronik (Australia)
Sumber: “A Victorian Ban on E-Waste Being Sent To Landfill Is Coming”, October 15, 2015 pada http://www.cmaecocycle.net/blog/a-victorian-
ban-on-e-waste-being-sent-to-landfill-is-coming/ 10
Produksi Sampah Elektronik Dunia tahun 2016
(The Global E-waste Monitor 2017)
11
Sampah Elektronik di
Asia meningkat rata-
rata 33% per tahun
Sumber: https://samsolu.com/global-e-waste-in-asia-had-
exponentially-increased-y-33-per-year-on-average-2/
12
3. Kaji Banding Pengelolaan Sampah Elektronik
13
Transisi Sampah Elektronik sebagai “Polutan”
ke “Sumberdaya”
Sumber: “Welcome to the official portal of HOUSEHOLD E-WASTE MANAGEMENT in Malaysia” pada http://www.doe.gov.my/hhew/ 14
Tingkat Kematangan Sistem Pengelolaan
Sampah Elektronik
• Type 1: Advanced mechanism
• A strong legal framework for e-waste is backed by strong enforcement. In addition to legislation, there is also
an established and functional collection and recycling infrastructure, with high environmental health and
safety standards.
• Type 2: Voluntary initiative
• The private sector (mostly international manufacturers and recyclers) take the initiative to implement a take-
back and recycling program for e-waste that may or may not be in collaboration with or bestowed with
recognition by the government. As it is entirely voluntary, the system usually operates based on commercial
imperatives rather than regulatory requirements, and it therefore operates even in the absence of a legal
framework for e-waste.
• Type 3: In transition
• A system in transition is a Type 3 with a nascent legal framework that is still being tested. As the legislation is
being developed and implemented, the collection and treatment mechanisms may be in the process of being
established, with collection and processing infrastructure involving a mix of formal and informal actors, and
EHS standards in the low to medium range of sophistication.
• Type 4: Informal initiative
• When the informal sector is predominant in the collection, recycling and disposal of e-waste, the system is
considered a Type 4. Countries with a Type 4 system typically have no established legal frameworks for e-
waste yet, and they mostly lack formal recycling facilities or high environmental health and safety safeguards.
Sumber: “Regional E-waste Monitor: East and Southeast Asia” by Shunichi Honda, Deepali Sinha Khetriwal and Ruediger Kuehr
(2016) pada http://ewastemonitor.info/pdf/Regional-E-Waste-Monitor.pdf 15
Sumber: “NEA To Implement E-waste Management System For Singapore By 2021” pada http://www.nea.gov.sg/corporate-
functions/newsroom/news-releases/nea-to-implement-e-waste-management-system-for-singapore-by-2021
16
Pengelolaan Sampah Elektronik (Thailand)
17
Aliran Sampah Elektronik (Malaysia)
Sumber: Norhazni Mat Sari, “Household e-waste management in Malaysia”.
18
Pendanaan Pengelolaan Sampah Elektronik
(Malaysia)
Sumber: Norhazni Mat Sari, “Household e-
waste management in Malaysia”.
19
Perluasan Tanggung Jawab Produsen (India)
20
Pendanaan Pengelolaan Sampah Elektronik
(India)
21
Proses sampah elektronik informal dan formal
(China)
Sumber: Xinwen Chi, Martin Streicher-Porte, Mark Y.L.Wang, Markus A. Reuter (2011), "Informal electronic waste
recycling: A sector review with special focus on China", Waste Management, Vol. 31, No. 4, pp. 731-742.
22
Pendanaan Pengelolaan Sampah Elektronik
(China)
Sumber: “To realize better extended producer responsibility: Redesign of WEEE fund mode in China” pada
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.06.168
23
Pendanaan Pengelolaan Sampah TV (China)
Sumber: Yifan Gu, Yufeng Wu, Ming Xu, Huaidong Wang, Tieyong Zuo (2016), "The stability and profitability of the informal WEEE
collector in developing countries: A case study of China", Resources, Conservation and Recycling, Vol. 107, pp. 18-26.
24
Sampah Elektronik Rumah Tangga (Jepang)
Sumber: “Home Appliance Recycling Law” pada https://panasonic.net/eco/petec/recycle/
25
Aliran proses formal
dan informal daur
ulang monitor TV
(Philipina)
Sumber: E-waste recycling processes in Indonesia, the Philippines,
and Vietnam: A case study of cathode ray tube TVs and monitors
(January 2016), Resources Conservation and Recycling, Vol. 106,
pp. 48-58.
26
Aliran proses formal
dan informal daur
ulang monitor TV
(Indonesia)
Sumber: E-waste recycling processes in Indonesia, the Philippines,
and Vietnam: A case study of cathode ray tube TVs and monitors
(January 2016), Resources Conservation and Recycling, Vol. 106,
pp. 48-58.
27
Mata Rantai Aliran Sampah Elektronik di
Yogyakarta (Indonesia)
Sumber: Fauziah F. Rochman, Weslynne S. Ashton, dan Mochamad G.M. Wiharjo (2017), "Environmental Development E-waste, money and
power: Mapping electronic waste flows in Yogyakarta, Indonesia", Environmental Development, Vol. 24, pp. 1-8. 28
4. Situasi Sampah Elektronik di Indonesia
29
Besaran Sampah Elektronik di Indonesia
• Indonesia menempati urutan kesembilan dunia dengan jumlah
sampah elektronik mencapai 1,3 juta ton atau rata-rata orang
Indonesia membuang sampah elektronik sekitar 4,9 kilogram per
kapita pada tahun 2016 .
• The Global E-Waste Monitor 2017
30
Isu Sampah Elektronik
• Sampah elektronik mengandung berbagai macam bahan yang
diklasifikasikan sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3).
• Peredaran sampah elektronik di Indonesia sebagian besar dilakukan
oleh sektor informal yang tidak menangani dengan tepat dan telah
membahayakan kesehatan maupun lingkungan (pencemaran air,
pencemaran udara, dan asidifikasi tanah)
• Sampah elekronik memerlukan penanganan khusus bukan hanya
menghindari dampak bahayanya bagi lingkungan tapi juga agar dapat
dikelola sehingga dapat bermanfaat.
31
Rantai Pasok Sampah Elektronik di Indonesia
Produksi Penjualan Penggunaan Pengumpulan Pengolahan Penimbunan
Produsen
Importir
Distributor
Peritel
Rumah Tangga
Swasta
Pemerintah
Pengumpul Informal
Pengumpul Formal Pengolah Formal
Pengolah Informal Penimbun Informal
Penimbun Formal
Toko Reparasi
Barang Bekas
32
Pendapat Pemangku Kepentingan
Konsumen
Produsen
Pengumpul
Pendaur Ulang
Pembuangan Akhir
Pemerintah
33
Pendapat Konsumen
• Konsumen cenderung menumpuk barang yang tidak terpakai di rumah dengan anggapan
masih mempunyai nilai ekonomi atau belum tahu mau diapakan sampah elektronik
tersebut
• Berharap adanya sistem pengumpulan dan mekanisme kompensasi ketika menyerahkan
sampah elektronik
• Minimnya informasi publik mengenai sampah elektronik
• Rendahnya kesadaran publik dalam mengelola sampah elektronik yang berasal dari
peralatan rumah tangga (home appliances)
• Konsumen belum menyadari bahaya sampah elektronik
• Konsumen membuang sampah elektronik bercampur dengan sampah domestik lainnya
• Konsumen beranggapan bahwa barang elektronik lebih murah jika membeli barang bekas
dan melakukan reparasi daripada membeli barang baru
• Konsumen menjual barang yang tidak terpakai kepada tukang reparasi atau pengepul
34
Pendapat Produsen
• Tidak wajib untuk menyediakan fasilitas daur ulang dari merek barang
yang dibuang
• Kuatir dengan peningkatan ongkos produksi dengan bertambahnya
biaya daur ulang dan pembuangan
• Kesulitan dalam melakukan kegiatan pengumpulan, penyimpanan,
pengangkutan, dan perlakuan
• Persaingan tidak sehat akibat lemahnya pelaksanaan aturan di daerah
35
Pendapat Pengepul
• Pengepul biasanya menerima komponen sisa-sisa barang elektronik
• Pengepul melakukan usaha jual beli barang elektronik bekas
• Di lokasi pengepul, komponen kecil-kecil yang tidak termanfaatkan
biasanya hanya dibuang begitu saja dan dibakar menjadi satu
• Pengepul tidak tahu tempat pembuangan khusus sampah elektronik
• Pengepul rentan terkena paparan bahaya dari sampah elektronik
36
Pendapat Tukang Reparasi
• Toko reparasi menerima barang bekas atau layanan perbaikan barang rusak
• Para pekerja mencari komponen-komponen yang rusak dan menggantinya
dengan komponen yang baru buatan lokal.
• Tukang reparasi belum menganggap barang elektronik bekas sebagai
sampah karena komponen yang rusaknya sudah parah dan tidak dapat
digunakan kembali, masih memiliki nilai jual karena masih dapat didaur
ulang.
• Banyaknya pasar barang bekas dan tempat reparasi membuat tingginya
penggunaan kembali barang-barang elektronik bekas yang memperpanjang
umur barang-barang elektronik
• Tukang reparasi dan pengepul rentan terkena paparan bahaya dari sampah
elektronik
37
Pendapat Pendaur Ulang
• Pelaku daur ulang skala menengah dan besar bekerja sama dengan
pengepul untuk mendapatkan sampah elektronik
• Sampah elektronik masih bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi
yang tinggi
• Pelaku daur ulang dapat mengekstrak emas, perak, dan logam berharga
lainnya
• Pendaur ulang membuang begitu saja logam berat dan polutan beracun
• Praktik daur ulang yang dilakukan oleh pelaku sektor informal tidak sesuai
dengan ketentuan sehingga memberi dampak buruk terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan
• Pelaku daur ulang sampah elektronik skala menengah hingga besar rentan
terkena paparan bahaya dari sampah elektronik karena memakai alat kerja
apa adanya dan tanpa pelindung tubuh yang aman
38
Pendapat Petugas Pembuangan Akhir
• Sampah elektronik secara utuh jarang ditemukan di TPA
• Sampah elektronik yang ditemukan biasanya hanya bagian dari
komponen elektronik
• Sampah elektronik tidak dianggap sebagai sampah yang berbahaya
karena tidak ada perlakuan yang aman untuk limbah berbahaya di
TPA
39
Pendapat Pemerintah
• Kegiatan perbaikan dan penggunaan kembali (daur ulang) barang-barang
elektronik bekas dalam jumlah yang tinggi di sektor informal.
• Belum tersedianya data yang akurat untuk jumlah penggunaan barang-
barang elektronik, sehingga belum diketahui potensi sampah elektronik
• Belum tersedianya ketentuan teknis lainnya seperti umur barang yang
dapat diolah kembali
• Pemerintah tidak mempunyai pengelolaan khusus untuk mengamankan
data dalam sampah elektronik
• Pemerintah tidak memantau mata rantai sampah elektronik yang panjang
sehingga menjadi permasalahan tersendiri bagi pengawasan akan bahaya
sampah elektronik tersebut
• Belum adanya solusi yang konkret terhadap permasalahan sampah
elektronik, baik untuk pemerintah maupun masyarakat
40
Kebutuhan Kebijakan Sampah Elektronik
• Sampah elektronik sulit dikelompokkan pada sampah padat pada jenis industri, rumah tangga, ataupun
barang berbahaya dan beracun
• Belum ada pengertian yang khusus untuk sampah elektronik dalam peraturan-peraturan yang ada di
Indonesia
• Pemanfaatan kembali sampah elektronik yang tidak terkontrol yang dilakukan oleh pelaku sektor informal
menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan lingkungan
• Belum adanya pelaku formal yang mengolah sampah elektronik
• Belum adanya mekanisme yang mengatur daur ulang sektor informal untuk mengurangi kegiatan daur ulang
yang tidak layak dan mengalihkan lebih banyak barang elektronik agar mengalir ke daur ulang sektor formal
• Belum tersedianya data yang akurat untuk jumlah penggunaan barang-barang elektronik maupun jumlah
sampah elektronik
• Pemahaman yang berbeda antar institusi mengenai sampah elektronik dan tata cara pengelolaannya di
tingkat pemerintahan
• Permasalahan sampah elektronik tidak dapat dipecahkan dengan baik karena kurangnya regulasi yang secara
khusus mengatur mengenai sampah elektronik dan peredarannya
41
5. Asesmen Draf Peraturan Pengelolaan
Sampah Elektronik
42
Draf Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Tentang Sampah Elektronik
1. Ketentuan umum
2. Ruang lingkup sumber limbah elektronik
3. Jenis limbah elektronik
4. Pengelolaan limbah elektronik melalui mekanisme pengelolaan
limbah B3
5. Kerjasama antara produsen barang elektronik dan pengelola limbah
B3 dan kompensasi serta pengawasannya
43
Draf Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Tentang Sampah Elektronik
Bab 1. Ketentuan
Umum (Pasal 1)
Bab 2. Tujuan (Pasal
2)
Bab 3. Hak dan
Tanggung Jawab
(Pasal 5-7)
Bab 4. Penampungan
dan Penyimpanan
Sampah Elektronik
(Pasal 8-10)
Bab 4. Pengangkutan
Sampah Elektronik
(Pasal 11-13)
Bab 5. Pencatatan
Permindahan
Sampah Elektronik
(Pasal 14)
Bab 6. Pelaporan
(Pasal 15)
Bab 7. Pembinaan
SKPD (Pasal 16-17)
Bab 8. Insentif (Pasal
18)
Bab 9. Pengawasan
(Pasal 19)
Bab 10. Penutup
(Pasal 20)
44
Komentar Peraturan Sampah Elektronik (1)
Pasal Isi Komentar
1. Pengertian
1. Sampah elektronik adalah barang elektronik yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun dan sudah tidak berfungsi dan/atau sudah tidak
digunakan lagi sesuai peruntukannya yang berasal dari kegiatan
perkantoran, kegiatan komersial, kegiatan rumah tangga dan/atau
kegiatan sejenis;
Ketentuan Umum
Sampah elektronik adalah barang elektronik dan peralatan
listrik yang sudah tidak berfungsi dan/atau sudah tidak
digunakan lagi sesuai peruntukannya;
2. Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan arahan pengelolaan
sampah elektronik kepada setiap orang, dan penampung dan pengangkut
Sampah Elektronik dalam melakukan pengelolaan lanjutan Sampah
Elektronik sebagai Limbah B3.
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan arahan
sistem pengelolaan sampah elektronik kepada setiap orang
dalam melakukan pengelolaan lanjutan Sampah Elektronik.
3. (1) Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berasal dari:
a. Kegiatan perkantoran;
b. Kegiatan komersial;
c. Kegiatan rumah tangga; dan/atau
d. Kegiatan sejenis.
Rumah tangga; Pemerintah, Swasta
4. Sampah elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berupa antara
lain:
Jenis sampah elektronik sebaiknya terdiri dari peralatan
teknologi informasi dan telekomunikasi dan elektronik
konsumen
45
Komentar Peraturan Sampah Elektronik (2)
Pasal Isi Komentar
5. Setiap orang yang menghasilkan sampah elektronik wajib melakukan
pengelolaan Sampah Elektronik yang dihasilkannya.
Sudah memasukkan prinsip tanggang jawab tetapi khusus
untuk perluasan tanggung jawab produsen tidak ditetapkan
6. Pengelolaan Sampah Elektronik sebagaimaina dimaksud dalam Pasal 5
yang berasal dari:
a. perkantoran, dilakukan dengan cara menyerahkan Sampah Elektronik
yang dihasilkannya kepada pengelola Limbah B3 yang memiliki izin dari
Menteri;
Sebaiknya khusus “pengelola” sampah elektronik yang
memiliki izin dari Menteri?
7. (1) Penyerahan Sampah Elektronik yang berasal dari perkantoran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dilakukan melalui skema
penghapusan atau penjualan barang milik negara/daerah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan barang
milik negara/daerah;
Cara penyerahan: penjualan, lelang, ekspor
8. (1) Fasilitas penampungan Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf c wajib terdaftar di Pemerintah Kabupaten/Kota
Pengertian fasilitas penampungan
9. Fasilitas penampungan Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 wajib memenuhi kriteria:
a. terlindung dari air hujan dan panas;
Kriteria fasilitas penampungan
10. Pasal 10
(1) Fasilitas penampungan Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 dapat menampung Sampah Elektronik paling lama 90
(sembilan puluh) hari sejak Sampah Elektronik diterima.
Lama penyimpanan di fasilitas penampungan
46
Komentar Peraturan Sampah Elektronik (3)
Pasal Isi Komentar
11. Pengangkutan Sampah Elektronik dari fasilitas penampung Sampah
Elektronik oleh pengangkut Limbah B3 wajib memiliki rekomendasi
Pengangkutan Limbah B3 dan izin pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengangkutan Limbah B3.
Ijin pengangkutan sampah elektronik
12. (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dikecualikan
terhadap pengangkutan Sampah Elektronik yang dilakukan oleh
penanggung jawab fasilitas penampungan Sampah Elektronik.
Pengangkutan oleh penanggung jawab fasilitas
penampungan
13. (1) Pengangkutan sampah elektronik oleh penanggung jawab fasilitas
penampungan Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1), hanya dapat dilakukan dari fasilitas penampungan sampah
elektronik ke lokasi pengumpul Limbah B3, pemanfaat Limbah B3,
dan/atau pengolah Limbah B3 yang memiliki izin dari Menteri.
Jalur pengangkutan sampah elektronik
14. Format pencatatan perpindahan Sampah Elektronik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), dan tanda terima pengiriman Sampah
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Format pencatatan perpindahan sampah elektronik atau
sistem informasi status dan peredaran sampah elektronik
47
Komentar Peraturan Sampah Elektronik (4)
Pasal Isi Komentar
15. (1) Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan tata kelola fasilitas
penampungan Sampah Elektronik di wilayahnya kepada Menteri melalui
Direktorat Jenderal yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan
sampah dan Limbah B3 paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
dengan tembusan kepada Gubernur melalui satuan kerja perangkat
daerah di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tingkat
provinsi.
Laporan pelaksanaan tata kelola fasilitas penampungan
Sampah Elektronik
16. (1) Menteri melalui Direktorat Jenderal yang bertanggung jawab di bidang
pengelolaan sampah dan Limbah B3 melakukan pembinaan kepada:
a. satuan kerja perangkat daerah di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup tingkat provinsi; dan
b. satuan kerja perangkat daerah di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota.
Menteri melalui Dirjen membina SKPD
17. (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dilakukan
melalui antara lain:
a. pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah elektronik;
b. bimbingan teknis pengelolaan sampah elektronik; dan
c. penetapan norma, standar, prosedur, dan/atau kriteria Pengelolaan
sampah elektronik.
Metode pembinaan kepada SKPD
48
Komentar Peraturan Sampah Elektronik (5)
Pasal Isi Komentar
18. (1) Insentif diberikan kepada:
a. Produsen yang mengelola fasilitas penampungan sampah elektronik
b. Pemerintah Daerah
c. Pengelola lainnya fasilitas sampah elektronik
...
(3) Pemerintah dan produsen menetapkan mekanisme pemotongan harga
untuk sampah elektronik yang dikumpulkan di droping point
Insentif kepada pelaku pengelola sampah elektronik dan
tidak jelas sumber daya pemotongan harga
19. Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya
menugaskan PPLH untuk melakukan pengawasan terhadap ketaatan
fasilitas penampungan Sampah Elektronik.
Pengawasan terhadap ketaatan atau kepatuhan fasilitas
penampungan sampah elektronik
20. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Masa mulai berlakunya peraturan
49
Asesmen Peraturan Pengelolaan Sampah Elektronik
Produsen
Importir
Distributor
Peritel
Rumah Tangga
Swasta
Pemerintah
Pengumpul Informal
Stasiun Pengumpulan
Sampah
Pemretel
Sampah
Penghancuran
Toko Reparasi
Stasion Pengumpulan
Formal
Pengolah
Formal
Pengumpulan Lelang
Pabrikan
Pengolah
Bahan Beracun
Penimbunan
atau Insinerasi
Komponen
Bengkel
Produksi Kecil
Barang Bekas
Pasar Barang
Bekas
Sampah
Elektronik
Pengertian
sampah
elektronik?
Mekanisme
penanganan kanal
informal?
Pendanaan
pengumpulan dan
pengolahan?
Perluasan
tanggung jawab
produsen?
Tanggung
jawab
konsumen?
Keselamatan dan
kesehatan kerja?
Tanggung jawab
pengumpul dan
pengolah?
Tanggung
jawab
penjual?
Sanksi dan
Insentif?
Sistem audit
pelaksanaan
pengelolaan?
Kesadaran dan
peningkatan
kapasitas?
Sistem informasi
sampah elektronik
dan monev?
Tanggung jawab
pemerintah
daerah?
Tanggung jawab
badan sertifkasi
dan standarisasi? 50
Asesmen Draf Peraturan Pengelolaan Sampah
Elektronik
1. Pengertian sampah elektronik yang menekankan B3
dan jenis sampah yang belum jelas
2. Sumber sampah tidak mencerminkan keadaan di
lapangan
3. Perluasan tanggung jawab produsen tidak dijabarkan
dalam aturan sebagai asas dan juga belum jelas sistem
operasionalnya
4. Kesulitan dalam menentukan tanggung jawab pelaku
mata rantai sampah elektronik antara lain konsumen,
produsen, pengepul, pendaur ulang, dan pemusnah
5. Kesulitan dalam menjamin dana pengumpulan,
perlakuan, dan pembuangan sampah elektronik
6. Kesulitan dalam memahami tanggung jawab
pemerintah daerah baik dalam perijinan, pembinaan,
maupun Peraturan Daerah (Perda) tentang biaya
pengangkutan (retribusi) sampah elektronik
7. Tidak ada mekanisme menangani pelaku sektor
informal
8. Belum menjamin keamanan dan kesehatan pekerja
9. Belum ada sistem audit
10. Belum ada sistem pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan
11. Belum ada sistem informasi sampah elektronik
12. Belum ada mekanisme kesadaran dan peningkatan
kapasitas
13. Belum ada ketentuan standar dan sertifikasi dan
kesulitan dalam menyertakan lembaga serifikasi dan
standarisasi
14. Belum ada penjabaran sanksi dan lemahnya
instrumen insentif belum jelas sumber dana untuk
kompensasi mendapatkan diskon atau pemotongan
biaya pengumpulan dan pengolahan
51
6. Sistem Pengelolaan Sampah Elektronik
52
Dasar Hukum Pengelolaan Sampah Elektronik
• UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
• Lingkungan Hidup
• UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
• Kerpres 61/1993 tentang Ratifikasi Konvensi Basel
• Perpres 47/2005 tentang Amandemen Atas Konvensi Basel Tentang
Pengawasan Permindahan Lintas Batas Limbah Berbahaya dan
Pembuangannya
• PP Nomor 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah B3
53
Urgensi Kebijakan Pengelolaan Sampah
Elektronik
• UU Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah:
• Pasal 15:
• Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai
oleh proses alam.
• Pasal 23:
1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan pemerintah.
• UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
• Pasal 58:
1) Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3
wajib melakukan pengelolaan B3.
• Pasal 59
1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
54
Arah Kebijakan Pengelolaan Sampah
Elektronik
• Penentuan pengertian sampah elektronik, jenis, dan
sumbernya
• Produsen bertanggung jawab terhadap siklus hidup
barang mereknya melalui pengambilan kembali dan
pengolahan sampah elektronik
• Peran pemerintah dalam
• Pemberian kewenangan kepada produsen, agen
pengumpul, pemretel, dan pendaur ulang
• Penetapan prosedur registrasi atau daftar ulang dari
pendaur ulang
• Penjaminan pendanaan pengelolaan sampah elektronik
• Kewajiban tanggung jawab dari pelaku mata rantai
sampah elektronik
• Pengurangan bahan beracun dan berbahaya yang
terkandung pada barang elektronik
• Ketentuan sistem informasi sampah elektronik (SISE):
sampah elektronik rumah tangga, swasta, pemerintah,
dan impor
• Penanganan sektor informal: formalisasi sektor informal
menjadi sistem yang transparan
• Peningkatan kesadaran konsumen akibat cara
pembuangan yang salah
• Peningkatan pengetahuan tentang B3 dalam sampah
elektronik
• Peningkatan efisiensi daur ulang untuk mengurangi
kehilangan mineral yang berharga
• Peningkatan kesadaran konsumen dan lembaga swadaya
masyarakat untuk menekan eliminasi B3 dan mendukung
produk yang ramah lingkungan
• Pemberian insentif bagi pelaku yang sesuai dengan
standar lingkungan
55
Kerangka Kebijakan Pengelolaan Sampah
Elektronik
Pengertian
•Sampah Elektronik
•Jenis Sampah Elektronik
•Jenis Pengguna
Perluasan Tanggung
Jawab Produsen
•Skema
•Target
Pembagian Tanggung
Jawab
•Konsumen
•Penjual
•Pengumpul dan Pengolah
Skema Pendanaan atau
Pembiayaan
•Setoran produsen
•Deposit konsumen
•Subsidi pemerintah
•Kemitraan Pemerintah Swasta
(KPS)
Peran Pemerintah
Daerah
•Tugas
•Kewenangan
Penanganan Sektor
Informal
•Peningkatan kapasitas
•Disinsentif saluran sampah ke
sektor informal
Sistem Keamanan dan
Kesehatan
•Pembinaan
•Sertifikasi
Sistem Pemantauan,
Evaluasi, dan Pelaporan
•Pemantauan dan Evaluasi
•Pelaporan
Sistem Informasi
Sampah Elektronik dan
Sistem Audit
•SISA
•Sistem Audit
Peningkatan Kesadaran
dan Kapasitas
•Kampanye
•Program peningkatan kapasitas
Sertifikasi dan
Standarisasi
•Serifikasi
•Standarisasi
•Konsultasi
Sanksi dan Insentif
•Sangksi
•Insentif
56
Sistematika Perbaikan Peraturan
Bab 1. Ketentuan
Umum
Bab 2. Tujuan dan
Batasan
Pengaturan
Bab 3. Tugas dan
Wewenang
Pemerintahan
Bab 4. Hak dan
Kewajiban
Bab 5. Perizinan
Bab 6.
Penyelenggaraan
Pengelolaan
Sampah Elektronik
Bab 7. Pendanaan
dan Kompensasi
Bab 8. Kerjasama
dan Kemitraan
Bab 9. Sistem
Pemantauan,
Evaluasi, dan
Pelaporan
Bab 10. Sistem
Informasi Sampah
Elektronik
Bab 11. Sistem
Audit
Bab 12. Sanksi
Bab 13. Ketentuan
Penutup
57
Bab 1. Ketentuan Umum
• Sampah elektronik adalah barang-barang elektronik dan peralatan
elektrik baik dalam bentuk keseluruhan atau komponen rakitan yang
sudah tidak terpakai sesuai peruntukannya dan/atau sudah tidak
diinginkan karena usang dan perlu dibuang
• Istilah sampah elektronik dan bukan limbah elektronik lebih tepat digunakan
untuk barang-barang elektronik yang sudah tidak terpakai dan/atau habis
masa pakai yang sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 2008.
• Sampah elektronik berupa antara lain
1. Peralatan teknologi informasi dan telekomunikasi
2. Peralatan elektronik konsumen
58
Bab 2. Tujuan dan Batasan Pengaturan
• Pengelolaan Sampah Elektronik berasal dari:
1. Rumah tangga
2. Swasta
3. Pemerintah
59
Bab 4. Hak dan Kewajiban
Konsumen
Retribusi
atau deposit
biaya buang
Penyerahan di
pusat
pengumpulan
Pembelian
produk
berlabel eko
Pengumpul
dan Pendaur
Ulang
Dokumentasi
Keselamatan
Pekerja
Kepatuhan
Perijinan
Keamanan
penyimpanan
Produsen
Perluasan
Tanggung
Jawab
Desain ramah
lingkungan
Setoran dana
sampah
elektronik
Lembaga
Pengelola
Dana Sampah
Elektronik
Pengelolaan
dana
Peningkatan
kesadaran
publik
Lembaga
Audit
Penelusuran
dan Audit
Pengumpulan
dan Daur
Ulang
Pemerintah
Perijinan
Sanksi
60
Bab 4. Hak dan Kewajiban:
Perluasan Tanggung Jawab Produsen
• Perluasan tanggung jawab produsen adalah
tanggung jawab setiap produsen barang
elektronik untuk menyalurkan sampah elektronik
kepada pendaur ulang atau penghancur yang
resmi untuk menjamin pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan
• Perluasan tanggung jawab produsen untuk
menjaga lingkungan dengan melakukan:
• Mekanisme pengambilan kembali (take back)
sampah elektronik
• Pendirian Konsorsium Tanggung Jawab Produsen
atau Lembaga Pengelola Dana Sampah Elektronik
• Otorisasi penumpukan, penyimpanan,
pengangkutan, dan pendauran ulang
• Kepatuhan pada B3
• Sistem pembayaran kembali
• Pelaporan penjualan masa lalu
• Penetapan target pengelolaan sampah
Distribusi Konsumen
Pengumpulan
Pemilahan
Pengolahan Penguburan
Lembaga
Pengelola
Dana
Tempat
Pengumpulan
• Penjualan
Kembali
• Penggunaan
Kembali
Operator
Produk
Konsorsium
Produsen
Produsen
Kontrak
Deposit
Setoran
Pemerintah
Pendaftaran Rencana
Perluasan Tanggung
Jawab
Laporan
Deposit
(Advanced
Recycle Fee
or ARF)
Aliran barang
Aliran uang
Aliran informasi
Keterangan:
Auditor dan
Konsultan
Resmi
61
Bab 7. Pendanaan dan Kompensasi:
Lembaga Pengelola Dana Daur Ulang
Lembaga Pengelola Dana
Daur Ulang
Auditor Resmi
Perusahaan atau
Operator Daur Ulang
Komite Tinjauan Tarif
Setoran
Produsen
Pengumuman tarif setoran
tahun berjalan
Setoran
Audit
Laporan
Hasil Audit
Keputusan tarif
setoran dan
subsidi
Subsidi
• Rencana tanggung jawab produsen (EPR Plan)
mencakup:
• Target pengumpulan kategori produk dengan
basis penjualan masa lalu,
• Mekanisme pengumpulan pada setiap titik,
pengangkutan, penyimpanan, mitra sampah
elektronik, kesadaran pelanggan, alokasi
anggaran, logistik balik untuk mendapatkan
kembali produk dari pelanggan dan produk-
produk yang sudah tidak terpakai, dan
• Audit.
• Pemerintah dapat mencabut lisensi produsen
yang gagal memenuhi batas waktu
mendapatkan persetujuan.
EPR merupakan suatu sistem dimana produsen akan bertanggungjawab atas barang
yang dibuat sampai barang tersebut tidak dipakai lagi.
62
Bab 11. Penyelenggaraan Pengelolaan
Sampah Elektronik
1. Pengurangan dan Pemilahan Sampah Elektronik
2. Penyimpanan Sampah Elektronik
3. Pengangkutan Sampah Elektronik
4. Pengolahan Sampah Elektronik
5. Penguburan Sampah Elektronik
6. Penimbunan Sampah Elektronik
63
7. Penutup
64
Manfaat Penyempurnaan Kebijakan Sistem
Pengelolaan Sampah Elektronik
Pembaharuan
(inovasi)
Peredaan
(mitigasi)
Jangka
Pendek
Jangka
Panjang
Pelestarian
• Dorongan untuk melakukan pameran
inovasi produk dan pengelolaan sampah
elektronik yang ramah lingkungan
• Kolaborasi meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas
• Partisipasi masyarakat dan investor
Penanganan Risiko
• Pemeliharaan lisensi untuk tetap
beroperasi
• Pertimbangan keberlanjutan dalam
risiko perusahaan
• Diversifikasi model bisnis dan operasi
Pengurangan Biaya
• Peningkatan keamanan dan keselamatan
kerja
• Potensi perampingan rantai pasok
distribusi dan logistik balik
• Kesempatan bermitra dengan pemasok
dan konsumen untuk pendanan
Peningkatan Pendapatan
• Penciptaan model bisnis baru dalam
pengelolaan sampah elektronik
• Kesempatan bermitra untuk penetrasi
pasar baru
• Inovasi produk baru dan jasa layanan
65
Peta Jalan Pengembangan Sistem Pengelolaan
Sampah Elektrik
Pembenahan
Peraturan
SPSE
Sosialisasi
Percontohan
Replikasi dan
Perluasan
Perbaikan
dan
Pemantapan
66
Terima Kasih
67

More Related Content

What's hot

Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah TanggaKebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah TanggaJoy Irman
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Oswar Mungkasa
 
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Joy Irman
 
Kriteria Pengelolaan Air Limbah
Kriteria Pengelolaan Air LimbahKriteria Pengelolaan Air Limbah
Kriteria Pengelolaan Air LimbahJoy Irman
 
PPT Pengolahan Sampah Perkotaan
PPT Pengolahan Sampah PerkotaanPPT Pengolahan Sampah Perkotaan
PPT Pengolahan Sampah PerkotaanAzzah Fizda
 
Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan Rumah
Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan RumahPemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan Rumah
Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan RumahAinul Mardhiah
 
Manajemen Pengelolaan Sampah Surabaya
Manajemen Pengelolaan Sampah SurabayaManajemen Pengelolaan Sampah Surabaya
Manajemen Pengelolaan Sampah SurabayaOswar Mungkasa
 
Pengantar Teknik Lingkungan
Pengantar Teknik LingkunganPengantar Teknik Lingkungan
Pengantar Teknik Lingkunganguestcb0db
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahJoy Irman
 
Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampahPengelolaan sampah
Pengelolaan sampahSiti Aisyah
 
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurJoy Irman
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site systemJoy Irman
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasiKurnia Zuliana
 
Pemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahPemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahinfosanitasi
 
Permasalahan dan tantangan pengembangan air minum
Permasalahan dan tantangan pengembangan air minumPermasalahan dan tantangan pengembangan air minum
Permasalahan dan tantangan pengembangan air minumJoy Irman
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3RPersyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3RJoy Irman
 
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)Joy Irman
 

What's hot (20)

Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Prakiraan dampak amdal
Prakiraan dampak amdalPrakiraan dampak amdal
Prakiraan dampak amdal
 
Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah TanggaKebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
 
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
 
Kriteria Pengelolaan Air Limbah
Kriteria Pengelolaan Air LimbahKriteria Pengelolaan Air Limbah
Kriteria Pengelolaan Air Limbah
 
PPT Pengolahan Sampah Perkotaan
PPT Pengolahan Sampah PerkotaanPPT Pengolahan Sampah Perkotaan
PPT Pengolahan Sampah Perkotaan
 
Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan Rumah
Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan RumahPemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan Rumah
Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan Rumah
 
Manajemen Pengelolaan Sampah Surabaya
Manajemen Pengelolaan Sampah SurabayaManajemen Pengelolaan Sampah Surabaya
Manajemen Pengelolaan Sampah Surabaya
 
Pengantar Teknik Lingkungan
Pengantar Teknik LingkunganPengantar Teknik Lingkungan
Pengantar Teknik Lingkungan
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
 
Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampahPengelolaan sampah
Pengelolaan sampah
 
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi
 
Pemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahPemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampah
 
Permasalahan dan tantangan pengembangan air minum
Permasalahan dan tantangan pengembangan air minumPermasalahan dan tantangan pengembangan air minum
Permasalahan dan tantangan pengembangan air minum
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3RPersyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
 
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
 

Similar to SPSE40

Limbah elektronik dan sistem pemerintahan berbasis elektronik
Limbah elektronik dan sistem pemerintahan berbasis elektronikLimbah elektronik dan sistem pemerintahan berbasis elektronik
Limbah elektronik dan sistem pemerintahan berbasis elektronikTogar Simatupang
 
Makalah Limbah Bahan Elektronik
Makalah Limbah Bahan ElektronikMakalah Limbah Bahan Elektronik
Makalah Limbah Bahan ElektronikNurul Afdal Haris
 
Week 08 pengelolaan sampah & limbah padat
Week 08   pengelolaan sampah & limbah padatWeek 08   pengelolaan sampah & limbah padat
Week 08 pengelolaan sampah & limbah padatsunarto bin sudi
 
Pengembangan Aplikasi Waste Bank dengan Teknologi Blockchainn.pptx
Pengembangan Aplikasi Waste Bank dengan Teknologi Blockchainn.pptxPengembangan Aplikasi Waste Bank dengan Teknologi Blockchainn.pptx
Pengembangan Aplikasi Waste Bank dengan Teknologi Blockchainn.pptxMFAJARWIRAYUDHA
 
55693-159596-1-PB.pdf
55693-159596-1-PB.pdf55693-159596-1-PB.pdf
55693-159596-1-PB.pdfGinaFujiama1
 
pengelolaan-sampah.pptx
pengelolaan-sampah.pptxpengelolaan-sampah.pptx
pengelolaan-sampah.pptxamellidia
 
Technology to Process Waste Into Electricity
Technology to Process Waste Into ElectricityTechnology to Process Waste Into Electricity
Technology to Process Waste Into ElectricityCfc Januar
 
Makalah ekologi
Makalah ekologiMakalah ekologi
Makalah ekologiArdianti
 
Sampah kramat jati-revisi
Sampah kramat jati-revisiSampah kramat jati-revisi
Sampah kramat jati-revisilinapermata
 
Sampah kramat jati-revisi
Sampah kramat jati-revisiSampah kramat jati-revisi
Sampah kramat jati-revisilinapermata
 
Penanganan sampah kelompok III Kelas AKP
Penanganan sampah kelompok III Kelas AKPPenanganan sampah kelompok III Kelas AKP
Penanganan sampah kelompok III Kelas AKPKasmiah Ali
 
Transformasi Desa dengan Teknologi Sinergi Perguruan Tinggi dan Posyantek dal...
Transformasi Desa dengan Teknologi Sinergi Perguruan Tinggi dan Posyantek dal...Transformasi Desa dengan Teknologi Sinergi Perguruan Tinggi dan Posyantek dal...
Transformasi Desa dengan Teknologi Sinergi Perguruan Tinggi dan Posyantek dal...ErdhenyParatama1
 
Pencemaran lingkungan akibat limbah elektronik dan penanggulangan dengan prin...
Pencemaran lingkungan akibat limbah elektronik dan penanggulangan dengan prin...Pencemaran lingkungan akibat limbah elektronik dan penanggulangan dengan prin...
Pencemaran lingkungan akibat limbah elektronik dan penanggulangan dengan prin...suyono fis
 

Similar to SPSE40 (20)

Limbah elektronik dan sistem pemerintahan berbasis elektronik
Limbah elektronik dan sistem pemerintahan berbasis elektronikLimbah elektronik dan sistem pemerintahan berbasis elektronik
Limbah elektronik dan sistem pemerintahan berbasis elektronik
 
Makalah Limbah Bahan Elektronik
Makalah Limbah Bahan ElektronikMakalah Limbah Bahan Elektronik
Makalah Limbah Bahan Elektronik
 
Week 08 pengelolaan sampah & limbah padat
Week 08   pengelolaan sampah & limbah padatWeek 08   pengelolaan sampah & limbah padat
Week 08 pengelolaan sampah & limbah padat
 
Paper3
Paper3Paper3
Paper3
 
Pengembangan Aplikasi Waste Bank dengan Teknologi Blockchainn.pptx
Pengembangan Aplikasi Waste Bank dengan Teknologi Blockchainn.pptxPengembangan Aplikasi Waste Bank dengan Teknologi Blockchainn.pptx
Pengembangan Aplikasi Waste Bank dengan Teknologi Blockchainn.pptx
 
55693-159596-1-PB.pdf
55693-159596-1-PB.pdf55693-159596-1-PB.pdf
55693-159596-1-PB.pdf
 
Paparan Jcc180609
Paparan Jcc180609Paparan Jcc180609
Paparan Jcc180609
 
Proposal mewujudkan kota bebas sampah
Proposal mewujudkan kota bebas sampahProposal mewujudkan kota bebas sampah
Proposal mewujudkan kota bebas sampah
 
pengelolaan-sampah.pptx
pengelolaan-sampah.pptxpengelolaan-sampah.pptx
pengelolaan-sampah.pptx
 
Technology to Process Waste Into Electricity
Technology to Process Waste Into ElectricityTechnology to Process Waste Into Electricity
Technology to Process Waste Into Electricity
 
Makalah ekologi
Makalah ekologiMakalah ekologi
Makalah ekologi
 
Green+productivity
Green+productivityGreen+productivity
Green+productivity
 
Sampah kramat jati-revisi
Sampah kramat jati-revisiSampah kramat jati-revisi
Sampah kramat jati-revisi
 
Sampah kramat jati-revisi
Sampah kramat jati-revisiSampah kramat jati-revisi
Sampah kramat jati-revisi
 
Penanganan sampah kelompok III Kelas AKP
Penanganan sampah kelompok III Kelas AKPPenanganan sampah kelompok III Kelas AKP
Penanganan sampah kelompok III Kelas AKP
 
Transformasi Desa dengan Teknologi Sinergi Perguruan Tinggi dan Posyantek dal...
Transformasi Desa dengan Teknologi Sinergi Perguruan Tinggi dan Posyantek dal...Transformasi Desa dengan Teknologi Sinergi Perguruan Tinggi dan Posyantek dal...
Transformasi Desa dengan Teknologi Sinergi Perguruan Tinggi dan Posyantek dal...
 
10574-25693-1-PB.pdf
10574-25693-1-PB.pdf10574-25693-1-PB.pdf
10574-25693-1-PB.pdf
 
Pencemaran lingkungan akibat limbah elektronik dan penanggulangan dengan prin...
Pencemaran lingkungan akibat limbah elektronik dan penanggulangan dengan prin...Pencemaran lingkungan akibat limbah elektronik dan penanggulangan dengan prin...
Pencemaran lingkungan akibat limbah elektronik dan penanggulangan dengan prin...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

More from Togar Simatupang

Global Value Chain in the Agrifood Sector
Global Value Chain in the Agrifood SectorGlobal Value Chain in the Agrifood Sector
Global Value Chain in the Agrifood SectorTogar Simatupang
 
Global Value Chain (GVC) in the Digital Economy
Global Value Chain (GVC) in the Digital EconomyGlobal Value Chain (GVC) in the Digital Economy
Global Value Chain (GVC) in the Digital EconomyTogar Simatupang
 
Introductory Session to Global Value Chain
Introductory Session to Global Value ChainIntroductory Session to Global Value Chain
Introductory Session to Global Value ChainTogar Simatupang
 
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Sektor Logistik
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Sektor LogistikPeningkatan Kapasitas SDM Dalam Sektor Logistik
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Sektor LogistikTogar Simatupang
 
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene) Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene) Togar Simatupang
 
Pengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi KreatifPengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi KreatifTogar Simatupang
 
Tinjauan Kurikulum Program Studi Kewirausahaan
Tinjauan Kurikulum Program Studi KewirausahaanTinjauan Kurikulum Program Studi Kewirausahaan
Tinjauan Kurikulum Program Studi KewirausahaanTogar Simatupang
 
Pengembangan Modal Manusia Indonesia
Pengembangan Modal Manusia IndonesiaPengembangan Modal Manusia Indonesia
Pengembangan Modal Manusia IndonesiaTogar Simatupang
 
Peran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai Pasokan
Peran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai PasokanPeran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai Pasokan
Peran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai PasokanTogar Simatupang
 
Penulisan Akademis dan Desain Penelitian
Penulisan Akademis dan Desain PenelitianPenulisan Akademis dan Desain Penelitian
Penulisan Akademis dan Desain PenelitianTogar Simatupang
 
Registrasi Sumber Daya Peralatan Konstruksi
Registrasi Sumber Daya Peralatan KonstruksiRegistrasi Sumber Daya Peralatan Konstruksi
Registrasi Sumber Daya Peralatan KonstruksiTogar Simatupang
 
Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...
Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...
Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...Togar Simatupang
 
Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)
Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)
Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)Togar Simatupang
 
Pengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di Indonesia
Pengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di IndonesiaPengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di Indonesia
Pengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di IndonesiaTogar Simatupang
 
Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)
Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)
Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)Togar Simatupang
 
Perencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisata
Perencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisataPerencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisata
Perencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisataTogar Simatupang
 
Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)
Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)
Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)Togar Simatupang
 
Kiat Cerdas Memilih Topik Riset untuk Tesis
Kiat Cerdas Memilih Topik Riset untuk TesisKiat Cerdas Memilih Topik Riset untuk Tesis
Kiat Cerdas Memilih Topik Riset untuk TesisTogar Simatupang
 
Tata Kelola Rantai Pasokan
Tata Kelola Rantai PasokanTata Kelola Rantai Pasokan
Tata Kelola Rantai PasokanTogar Simatupang
 

More from Togar Simatupang (20)

Global Value Chain in the Agrifood Sector
Global Value Chain in the Agrifood SectorGlobal Value Chain in the Agrifood Sector
Global Value Chain in the Agrifood Sector
 
Value Chain Governance
Value Chain GovernanceValue Chain Governance
Value Chain Governance
 
Global Value Chain (GVC) in the Digital Economy
Global Value Chain (GVC) in the Digital EconomyGlobal Value Chain (GVC) in the Digital Economy
Global Value Chain (GVC) in the Digital Economy
 
Introductory Session to Global Value Chain
Introductory Session to Global Value ChainIntroductory Session to Global Value Chain
Introductory Session to Global Value Chain
 
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Sektor Logistik
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Sektor LogistikPeningkatan Kapasitas SDM Dalam Sektor Logistik
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Sektor Logistik
 
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene) Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
 
Pengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi KreatifPengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
 
Tinjauan Kurikulum Program Studi Kewirausahaan
Tinjauan Kurikulum Program Studi KewirausahaanTinjauan Kurikulum Program Studi Kewirausahaan
Tinjauan Kurikulum Program Studi Kewirausahaan
 
Pengembangan Modal Manusia Indonesia
Pengembangan Modal Manusia IndonesiaPengembangan Modal Manusia Indonesia
Pengembangan Modal Manusia Indonesia
 
Peran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai Pasokan
Peran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai PasokanPeran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai Pasokan
Peran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai Pasokan
 
Penulisan Akademis dan Desain Penelitian
Penulisan Akademis dan Desain PenelitianPenulisan Akademis dan Desain Penelitian
Penulisan Akademis dan Desain Penelitian
 
Registrasi Sumber Daya Peralatan Konstruksi
Registrasi Sumber Daya Peralatan KonstruksiRegistrasi Sumber Daya Peralatan Konstruksi
Registrasi Sumber Daya Peralatan Konstruksi
 
Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...
Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...
Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...
 
Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)
Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)
Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)
 
Pengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di Indonesia
Pengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di IndonesiaPengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di Indonesia
Pengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di Indonesia
 
Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)
Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)
Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)
 
Perencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisata
Perencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisataPerencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisata
Perencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisata
 
Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)
Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)
Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)
 
Kiat Cerdas Memilih Topik Riset untuk Tesis
Kiat Cerdas Memilih Topik Riset untuk TesisKiat Cerdas Memilih Topik Riset untuk Tesis
Kiat Cerdas Memilih Topik Riset untuk Tesis
 
Tata Kelola Rantai Pasokan
Tata Kelola Rantai PasokanTata Kelola Rantai Pasokan
Tata Kelola Rantai Pasokan
 

Recently uploaded

2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptxerlyndakasim2
 
"Menjelajahi Keberagaman Permainan di Sumaterabet: Situs Slot Terbesar di Ind...
"Menjelajahi Keberagaman Permainan di Sumaterabet: Situs Slot Terbesar di Ind..."Menjelajahi Keberagaman Permainan di Sumaterabet: Situs Slot Terbesar di Ind...
"Menjelajahi Keberagaman Permainan di Sumaterabet: Situs Slot Terbesar di Ind...HaseebBashir5
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohkhunagnes1
 
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYAPRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYALex PRTOTO
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANdewihartinah
 
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docxMAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docxYogiAJ
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"HaseebBashir5
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...HaseebBashir5
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxSintaDosi
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiSeta Wicaksana
 
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2PutriMuaini
 
SLIDE 2 BISNIS INTERNASIONAL.ppttttttttx
SLIDE 2 BISNIS INTERNASIONAL.ppttttttttxSLIDE 2 BISNIS INTERNASIONAL.ppttttttttx
SLIDE 2 BISNIS INTERNASIONAL.ppttttttttxdevina81
 
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppterlyndakasim2
 
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianTentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianHaseebBashir5
 
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor""Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"HaseebBashir5
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...FORTRESS
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercayaunikbetslotbankmaybank
 
PPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesiaPPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesiaSukmaWati809736
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonusunikbetslotbankmaybank
 
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaTajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaHaseebBashir5
 

Recently uploaded (20)

2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
 
"Menjelajahi Keberagaman Permainan di Sumaterabet: Situs Slot Terbesar di Ind...
"Menjelajahi Keberagaman Permainan di Sumaterabet: Situs Slot Terbesar di Ind..."Menjelajahi Keberagaman Permainan di Sumaterabet: Situs Slot Terbesar di Ind...
"Menjelajahi Keberagaman Permainan di Sumaterabet: Situs Slot Terbesar di Ind...
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
 
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYAPRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
 
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docxMAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
MAKALAH MANAJEMEN BISNIS RIRIS DAN YUDI.docx
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
 
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
 
SLIDE 2 BISNIS INTERNASIONAL.ppttttttttx
SLIDE 2 BISNIS INTERNASIONAL.ppttttttttxSLIDE 2 BISNIS INTERNASIONAL.ppttttttttx
SLIDE 2 BISNIS INTERNASIONAL.ppttttttttx
 
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
1A. INTRODUCTION TO Good corporate governance .ppt
 
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianTentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
 
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor""Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
 
PPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesiaPPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesia
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
 
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaTajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
 

SPSE40

  • 1. Sistem Pengelolaan Sampah Elektronik (SPSE) Togar M. Simatupang Institut Teknologi Del 18 Juni 2018
  • 2. Kilasan 1. Pendahuluan 2. Sampah Elektronik 3. Kaji Banding Pengelolaan Sampah Elektronik 4. Situasi Sampah Elektronik di Indonesia 5. Asesmen Draf Peraturan Pengelolaan Sampah Elektronik 6. Sistem Pengelolaan Sampah Elektronik 7. Penutup 2
  • 4. Pendahuluan • Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mendorong peningkatan penggunaan barang-barang elektronik secara masif. • Sampah elektronik (e-waste) adalah dampak yang dihasilkan dari pasca penggunaan barang elektronik yang tidak terpakai atau habis masa pakainya. • Potensi peningkatan sampah elektronik yang tidak terkendali menjadi permasalahan serius namun belum mendapat perhatian yang cukup di Indonesia. • Sampah elektronik mengandung bahan berbahaya dan beracun yang harus ditangani secara khusus dan sebagian sampah elektronik memiliki nilai ekonomi yang terkumpul di tingkat pelaku reparasi barang elektronik, pengepul, dan pelaku daur ulang sampah elektronik. • Paparan ini bertujuan untuk mengidentifikasikan permasalahan pengelolaan sampah elektronik di Indonesia dan mengusulkan kebijakan Sistem Pengelolaan Sampah Elektronik (SPSE). 4
  • 6. Pengertian Sampah Elektronik • Peralatan elektronik dan elektrik termasuk komponen yang dibuang oleh pemiliknya sebagai sampah tanpa maksud untuk digunakan lagi (Step Initiative 2014) • Peralatan dengan perangkat listrik yang usang, habis masa pakai, atau disingkirkan dan dibuang (Directive 2002/96/EC) • Sampah yang berasal dari peralatan elektronik dan elektrik bekas dan alat-alat rumah tangga yang tidak lagi sesuai dengan maksud penggunaan awal dan ditujukan untuk perbaikan, daur ulang, atau pembuangan (India) 6
  • 8. Kategori Sampah Elektronik (The Global E-waste Monitor 2017) 1. Temperature exchange equipment, more commonly referred to as cooling and freezing equipment Typical equipment includes refrigerators, freezers, air conditioners, heat pumps. 2. Screens, monitors Typical equipment includes televisions, monitors, laptops, notebooks, and tablets. 3. Lamps Typical equipment includes fluorescent lamps, high intensity discharge lamps, and LED lamps. 4. Large equipment Typical equipment includes washing machines, clothes dryers, dish-washing machines, electric stoves, large printing machines, copying equipment, and photovoltaic panels. 5. Small equipment Typical equipment includes vacuum cleaners, microwaves, ventilation equipment, toasters, electric kettles, electric shavers, scales, calculators, radio sets, video cameras, electrical and electronic toys, small electrical and electronic tools, small medical devices, small monitoring and control instruments. 6. Small IT and telecommunication equipment Typical equipment includes mobile phones, Global Positioning Systems (GPS), pocket calculators, routers, personal computers, printers, telephones. 8
  • 10. Kategori Sampah Elektronik (Australia) Sumber: “A Victorian Ban on E-Waste Being Sent To Landfill Is Coming”, October 15, 2015 pada http://www.cmaecocycle.net/blog/a-victorian- ban-on-e-waste-being-sent-to-landfill-is-coming/ 10
  • 11. Produksi Sampah Elektronik Dunia tahun 2016 (The Global E-waste Monitor 2017) 11
  • 12. Sampah Elektronik di Asia meningkat rata- rata 33% per tahun Sumber: https://samsolu.com/global-e-waste-in-asia-had- exponentially-increased-y-33-per-year-on-average-2/ 12
  • 13. 3. Kaji Banding Pengelolaan Sampah Elektronik 13
  • 14. Transisi Sampah Elektronik sebagai “Polutan” ke “Sumberdaya” Sumber: “Welcome to the official portal of HOUSEHOLD E-WASTE MANAGEMENT in Malaysia” pada http://www.doe.gov.my/hhew/ 14
  • 15. Tingkat Kematangan Sistem Pengelolaan Sampah Elektronik • Type 1: Advanced mechanism • A strong legal framework for e-waste is backed by strong enforcement. In addition to legislation, there is also an established and functional collection and recycling infrastructure, with high environmental health and safety standards. • Type 2: Voluntary initiative • The private sector (mostly international manufacturers and recyclers) take the initiative to implement a take- back and recycling program for e-waste that may or may not be in collaboration with or bestowed with recognition by the government. As it is entirely voluntary, the system usually operates based on commercial imperatives rather than regulatory requirements, and it therefore operates even in the absence of a legal framework for e-waste. • Type 3: In transition • A system in transition is a Type 3 with a nascent legal framework that is still being tested. As the legislation is being developed and implemented, the collection and treatment mechanisms may be in the process of being established, with collection and processing infrastructure involving a mix of formal and informal actors, and EHS standards in the low to medium range of sophistication. • Type 4: Informal initiative • When the informal sector is predominant in the collection, recycling and disposal of e-waste, the system is considered a Type 4. Countries with a Type 4 system typically have no established legal frameworks for e- waste yet, and they mostly lack formal recycling facilities or high environmental health and safety safeguards. Sumber: “Regional E-waste Monitor: East and Southeast Asia” by Shunichi Honda, Deepali Sinha Khetriwal and Ruediger Kuehr (2016) pada http://ewastemonitor.info/pdf/Regional-E-Waste-Monitor.pdf 15
  • 16. Sumber: “NEA To Implement E-waste Management System For Singapore By 2021” pada http://www.nea.gov.sg/corporate- functions/newsroom/news-releases/nea-to-implement-e-waste-management-system-for-singapore-by-2021 16
  • 18. Aliran Sampah Elektronik (Malaysia) Sumber: Norhazni Mat Sari, “Household e-waste management in Malaysia”. 18
  • 19. Pendanaan Pengelolaan Sampah Elektronik (Malaysia) Sumber: Norhazni Mat Sari, “Household e- waste management in Malaysia”. 19
  • 20. Perluasan Tanggung Jawab Produsen (India) 20
  • 21. Pendanaan Pengelolaan Sampah Elektronik (India) 21
  • 22. Proses sampah elektronik informal dan formal (China) Sumber: Xinwen Chi, Martin Streicher-Porte, Mark Y.L.Wang, Markus A. Reuter (2011), "Informal electronic waste recycling: A sector review with special focus on China", Waste Management, Vol. 31, No. 4, pp. 731-742. 22
  • 23. Pendanaan Pengelolaan Sampah Elektronik (China) Sumber: “To realize better extended producer responsibility: Redesign of WEEE fund mode in China” pada https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.06.168 23
  • 24. Pendanaan Pengelolaan Sampah TV (China) Sumber: Yifan Gu, Yufeng Wu, Ming Xu, Huaidong Wang, Tieyong Zuo (2016), "The stability and profitability of the informal WEEE collector in developing countries: A case study of China", Resources, Conservation and Recycling, Vol. 107, pp. 18-26. 24
  • 25. Sampah Elektronik Rumah Tangga (Jepang) Sumber: “Home Appliance Recycling Law” pada https://panasonic.net/eco/petec/recycle/ 25
  • 26. Aliran proses formal dan informal daur ulang monitor TV (Philipina) Sumber: E-waste recycling processes in Indonesia, the Philippines, and Vietnam: A case study of cathode ray tube TVs and monitors (January 2016), Resources Conservation and Recycling, Vol. 106, pp. 48-58. 26
  • 27. Aliran proses formal dan informal daur ulang monitor TV (Indonesia) Sumber: E-waste recycling processes in Indonesia, the Philippines, and Vietnam: A case study of cathode ray tube TVs and monitors (January 2016), Resources Conservation and Recycling, Vol. 106, pp. 48-58. 27
  • 28. Mata Rantai Aliran Sampah Elektronik di Yogyakarta (Indonesia) Sumber: Fauziah F. Rochman, Weslynne S. Ashton, dan Mochamad G.M. Wiharjo (2017), "Environmental Development E-waste, money and power: Mapping electronic waste flows in Yogyakarta, Indonesia", Environmental Development, Vol. 24, pp. 1-8. 28
  • 29. 4. Situasi Sampah Elektronik di Indonesia 29
  • 30. Besaran Sampah Elektronik di Indonesia • Indonesia menempati urutan kesembilan dunia dengan jumlah sampah elektronik mencapai 1,3 juta ton atau rata-rata orang Indonesia membuang sampah elektronik sekitar 4,9 kilogram per kapita pada tahun 2016 . • The Global E-Waste Monitor 2017 30
  • 31. Isu Sampah Elektronik • Sampah elektronik mengandung berbagai macam bahan yang diklasifikasikan sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3). • Peredaran sampah elektronik di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh sektor informal yang tidak menangani dengan tepat dan telah membahayakan kesehatan maupun lingkungan (pencemaran air, pencemaran udara, dan asidifikasi tanah) • Sampah elekronik memerlukan penanganan khusus bukan hanya menghindari dampak bahayanya bagi lingkungan tapi juga agar dapat dikelola sehingga dapat bermanfaat. 31
  • 32. Rantai Pasok Sampah Elektronik di Indonesia Produksi Penjualan Penggunaan Pengumpulan Pengolahan Penimbunan Produsen Importir Distributor Peritel Rumah Tangga Swasta Pemerintah Pengumpul Informal Pengumpul Formal Pengolah Formal Pengolah Informal Penimbun Informal Penimbun Formal Toko Reparasi Barang Bekas 32
  • 34. Pendapat Konsumen • Konsumen cenderung menumpuk barang yang tidak terpakai di rumah dengan anggapan masih mempunyai nilai ekonomi atau belum tahu mau diapakan sampah elektronik tersebut • Berharap adanya sistem pengumpulan dan mekanisme kompensasi ketika menyerahkan sampah elektronik • Minimnya informasi publik mengenai sampah elektronik • Rendahnya kesadaran publik dalam mengelola sampah elektronik yang berasal dari peralatan rumah tangga (home appliances) • Konsumen belum menyadari bahaya sampah elektronik • Konsumen membuang sampah elektronik bercampur dengan sampah domestik lainnya • Konsumen beranggapan bahwa barang elektronik lebih murah jika membeli barang bekas dan melakukan reparasi daripada membeli barang baru • Konsumen menjual barang yang tidak terpakai kepada tukang reparasi atau pengepul 34
  • 35. Pendapat Produsen • Tidak wajib untuk menyediakan fasilitas daur ulang dari merek barang yang dibuang • Kuatir dengan peningkatan ongkos produksi dengan bertambahnya biaya daur ulang dan pembuangan • Kesulitan dalam melakukan kegiatan pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, dan perlakuan • Persaingan tidak sehat akibat lemahnya pelaksanaan aturan di daerah 35
  • 36. Pendapat Pengepul • Pengepul biasanya menerima komponen sisa-sisa barang elektronik • Pengepul melakukan usaha jual beli barang elektronik bekas • Di lokasi pengepul, komponen kecil-kecil yang tidak termanfaatkan biasanya hanya dibuang begitu saja dan dibakar menjadi satu • Pengepul tidak tahu tempat pembuangan khusus sampah elektronik • Pengepul rentan terkena paparan bahaya dari sampah elektronik 36
  • 37. Pendapat Tukang Reparasi • Toko reparasi menerima barang bekas atau layanan perbaikan barang rusak • Para pekerja mencari komponen-komponen yang rusak dan menggantinya dengan komponen yang baru buatan lokal. • Tukang reparasi belum menganggap barang elektronik bekas sebagai sampah karena komponen yang rusaknya sudah parah dan tidak dapat digunakan kembali, masih memiliki nilai jual karena masih dapat didaur ulang. • Banyaknya pasar barang bekas dan tempat reparasi membuat tingginya penggunaan kembali barang-barang elektronik bekas yang memperpanjang umur barang-barang elektronik • Tukang reparasi dan pengepul rentan terkena paparan bahaya dari sampah elektronik 37
  • 38. Pendapat Pendaur Ulang • Pelaku daur ulang skala menengah dan besar bekerja sama dengan pengepul untuk mendapatkan sampah elektronik • Sampah elektronik masih bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi • Pelaku daur ulang dapat mengekstrak emas, perak, dan logam berharga lainnya • Pendaur ulang membuang begitu saja logam berat dan polutan beracun • Praktik daur ulang yang dilakukan oleh pelaku sektor informal tidak sesuai dengan ketentuan sehingga memberi dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan • Pelaku daur ulang sampah elektronik skala menengah hingga besar rentan terkena paparan bahaya dari sampah elektronik karena memakai alat kerja apa adanya dan tanpa pelindung tubuh yang aman 38
  • 39. Pendapat Petugas Pembuangan Akhir • Sampah elektronik secara utuh jarang ditemukan di TPA • Sampah elektronik yang ditemukan biasanya hanya bagian dari komponen elektronik • Sampah elektronik tidak dianggap sebagai sampah yang berbahaya karena tidak ada perlakuan yang aman untuk limbah berbahaya di TPA 39
  • 40. Pendapat Pemerintah • Kegiatan perbaikan dan penggunaan kembali (daur ulang) barang-barang elektronik bekas dalam jumlah yang tinggi di sektor informal. • Belum tersedianya data yang akurat untuk jumlah penggunaan barang- barang elektronik, sehingga belum diketahui potensi sampah elektronik • Belum tersedianya ketentuan teknis lainnya seperti umur barang yang dapat diolah kembali • Pemerintah tidak mempunyai pengelolaan khusus untuk mengamankan data dalam sampah elektronik • Pemerintah tidak memantau mata rantai sampah elektronik yang panjang sehingga menjadi permasalahan tersendiri bagi pengawasan akan bahaya sampah elektronik tersebut • Belum adanya solusi yang konkret terhadap permasalahan sampah elektronik, baik untuk pemerintah maupun masyarakat 40
  • 41. Kebutuhan Kebijakan Sampah Elektronik • Sampah elektronik sulit dikelompokkan pada sampah padat pada jenis industri, rumah tangga, ataupun barang berbahaya dan beracun • Belum ada pengertian yang khusus untuk sampah elektronik dalam peraturan-peraturan yang ada di Indonesia • Pemanfaatan kembali sampah elektronik yang tidak terkontrol yang dilakukan oleh pelaku sektor informal menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan lingkungan • Belum adanya pelaku formal yang mengolah sampah elektronik • Belum adanya mekanisme yang mengatur daur ulang sektor informal untuk mengurangi kegiatan daur ulang yang tidak layak dan mengalihkan lebih banyak barang elektronik agar mengalir ke daur ulang sektor formal • Belum tersedianya data yang akurat untuk jumlah penggunaan barang-barang elektronik maupun jumlah sampah elektronik • Pemahaman yang berbeda antar institusi mengenai sampah elektronik dan tata cara pengelolaannya di tingkat pemerintahan • Permasalahan sampah elektronik tidak dapat dipecahkan dengan baik karena kurangnya regulasi yang secara khusus mengatur mengenai sampah elektronik dan peredarannya 41
  • 42. 5. Asesmen Draf Peraturan Pengelolaan Sampah Elektronik 42
  • 43. Draf Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tentang Sampah Elektronik 1. Ketentuan umum 2. Ruang lingkup sumber limbah elektronik 3. Jenis limbah elektronik 4. Pengelolaan limbah elektronik melalui mekanisme pengelolaan limbah B3 5. Kerjasama antara produsen barang elektronik dan pengelola limbah B3 dan kompensasi serta pengawasannya 43
  • 44. Draf Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tentang Sampah Elektronik Bab 1. Ketentuan Umum (Pasal 1) Bab 2. Tujuan (Pasal 2) Bab 3. Hak dan Tanggung Jawab (Pasal 5-7) Bab 4. Penampungan dan Penyimpanan Sampah Elektronik (Pasal 8-10) Bab 4. Pengangkutan Sampah Elektronik (Pasal 11-13) Bab 5. Pencatatan Permindahan Sampah Elektronik (Pasal 14) Bab 6. Pelaporan (Pasal 15) Bab 7. Pembinaan SKPD (Pasal 16-17) Bab 8. Insentif (Pasal 18) Bab 9. Pengawasan (Pasal 19) Bab 10. Penutup (Pasal 20) 44
  • 45. Komentar Peraturan Sampah Elektronik (1) Pasal Isi Komentar 1. Pengertian 1. Sampah elektronik adalah barang elektronik yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan sudah tidak berfungsi dan/atau sudah tidak digunakan lagi sesuai peruntukannya yang berasal dari kegiatan perkantoran, kegiatan komersial, kegiatan rumah tangga dan/atau kegiatan sejenis; Ketentuan Umum Sampah elektronik adalah barang elektronik dan peralatan listrik yang sudah tidak berfungsi dan/atau sudah tidak digunakan lagi sesuai peruntukannya; 2. Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan arahan pengelolaan sampah elektronik kepada setiap orang, dan penampung dan pengangkut Sampah Elektronik dalam melakukan pengelolaan lanjutan Sampah Elektronik sebagai Limbah B3. Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan arahan sistem pengelolaan sampah elektronik kepada setiap orang dalam melakukan pengelolaan lanjutan Sampah Elektronik. 3. (1) Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berasal dari: a. Kegiatan perkantoran; b. Kegiatan komersial; c. Kegiatan rumah tangga; dan/atau d. Kegiatan sejenis. Rumah tangga; Pemerintah, Swasta 4. Sampah elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berupa antara lain: Jenis sampah elektronik sebaiknya terdiri dari peralatan teknologi informasi dan telekomunikasi dan elektronik konsumen 45
  • 46. Komentar Peraturan Sampah Elektronik (2) Pasal Isi Komentar 5. Setiap orang yang menghasilkan sampah elektronik wajib melakukan pengelolaan Sampah Elektronik yang dihasilkannya. Sudah memasukkan prinsip tanggang jawab tetapi khusus untuk perluasan tanggung jawab produsen tidak ditetapkan 6. Pengelolaan Sampah Elektronik sebagaimaina dimaksud dalam Pasal 5 yang berasal dari: a. perkantoran, dilakukan dengan cara menyerahkan Sampah Elektronik yang dihasilkannya kepada pengelola Limbah B3 yang memiliki izin dari Menteri; Sebaiknya khusus “pengelola” sampah elektronik yang memiliki izin dari Menteri? 7. (1) Penyerahan Sampah Elektronik yang berasal dari perkantoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dilakukan melalui skema penghapusan atau penjualan barang milik negara/daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan barang milik negara/daerah; Cara penyerahan: penjualan, lelang, ekspor 8. (1) Fasilitas penampungan Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c wajib terdaftar di Pemerintah Kabupaten/Kota Pengertian fasilitas penampungan 9. Fasilitas penampungan Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 wajib memenuhi kriteria: a. terlindung dari air hujan dan panas; Kriteria fasilitas penampungan 10. Pasal 10 (1) Fasilitas penampungan Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat menampung Sampah Elektronik paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak Sampah Elektronik diterima. Lama penyimpanan di fasilitas penampungan 46
  • 47. Komentar Peraturan Sampah Elektronik (3) Pasal Isi Komentar 11. Pengangkutan Sampah Elektronik dari fasilitas penampung Sampah Elektronik oleh pengangkut Limbah B3 wajib memiliki rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 dan izin pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3. Ijin pengangkutan sampah elektronik 12. (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dikecualikan terhadap pengangkutan Sampah Elektronik yang dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas penampungan Sampah Elektronik. Pengangkutan oleh penanggung jawab fasilitas penampungan 13. (1) Pengangkutan sampah elektronik oleh penanggung jawab fasilitas penampungan Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), hanya dapat dilakukan dari fasilitas penampungan sampah elektronik ke lokasi pengumpul Limbah B3, pemanfaat Limbah B3, dan/atau pengolah Limbah B3 yang memiliki izin dari Menteri. Jalur pengangkutan sampah elektronik 14. Format pencatatan perpindahan Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), dan tanda terima pengiriman Sampah Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Format pencatatan perpindahan sampah elektronik atau sistem informasi status dan peredaran sampah elektronik 47
  • 48. Komentar Peraturan Sampah Elektronik (4) Pasal Isi Komentar 15. (1) Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan tata kelola fasilitas penampungan Sampah Elektronik di wilayahnya kepada Menteri melalui Direktorat Jenderal yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan sampah dan Limbah B3 paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dengan tembusan kepada Gubernur melalui satuan kerja perangkat daerah di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tingkat provinsi. Laporan pelaksanaan tata kelola fasilitas penampungan Sampah Elektronik 16. (1) Menteri melalui Direktorat Jenderal yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah dan Limbah B3 melakukan pembinaan kepada: a. satuan kerja perangkat daerah di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tingkat provinsi; dan b. satuan kerja perangkat daerah di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota. Menteri melalui Dirjen membina SKPD 17. (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dilakukan melalui antara lain: a. pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah elektronik; b. bimbingan teknis pengelolaan sampah elektronik; dan c. penetapan norma, standar, prosedur, dan/atau kriteria Pengelolaan sampah elektronik. Metode pembinaan kepada SKPD 48
  • 49. Komentar Peraturan Sampah Elektronik (5) Pasal Isi Komentar 18. (1) Insentif diberikan kepada: a. Produsen yang mengelola fasilitas penampungan sampah elektronik b. Pemerintah Daerah c. Pengelola lainnya fasilitas sampah elektronik ... (3) Pemerintah dan produsen menetapkan mekanisme pemotongan harga untuk sampah elektronik yang dikumpulkan di droping point Insentif kepada pelaku pengelola sampah elektronik dan tidak jelas sumber daya pemotongan harga 19. Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya menugaskan PPLH untuk melakukan pengawasan terhadap ketaatan fasilitas penampungan Sampah Elektronik. Pengawasan terhadap ketaatan atau kepatuhan fasilitas penampungan sampah elektronik 20. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Masa mulai berlakunya peraturan 49
  • 50. Asesmen Peraturan Pengelolaan Sampah Elektronik Produsen Importir Distributor Peritel Rumah Tangga Swasta Pemerintah Pengumpul Informal Stasiun Pengumpulan Sampah Pemretel Sampah Penghancuran Toko Reparasi Stasion Pengumpulan Formal Pengolah Formal Pengumpulan Lelang Pabrikan Pengolah Bahan Beracun Penimbunan atau Insinerasi Komponen Bengkel Produksi Kecil Barang Bekas Pasar Barang Bekas Sampah Elektronik Pengertian sampah elektronik? Mekanisme penanganan kanal informal? Pendanaan pengumpulan dan pengolahan? Perluasan tanggung jawab produsen? Tanggung jawab konsumen? Keselamatan dan kesehatan kerja? Tanggung jawab pengumpul dan pengolah? Tanggung jawab penjual? Sanksi dan Insentif? Sistem audit pelaksanaan pengelolaan? Kesadaran dan peningkatan kapasitas? Sistem informasi sampah elektronik dan monev? Tanggung jawab pemerintah daerah? Tanggung jawab badan sertifkasi dan standarisasi? 50
  • 51. Asesmen Draf Peraturan Pengelolaan Sampah Elektronik 1. Pengertian sampah elektronik yang menekankan B3 dan jenis sampah yang belum jelas 2. Sumber sampah tidak mencerminkan keadaan di lapangan 3. Perluasan tanggung jawab produsen tidak dijabarkan dalam aturan sebagai asas dan juga belum jelas sistem operasionalnya 4. Kesulitan dalam menentukan tanggung jawab pelaku mata rantai sampah elektronik antara lain konsumen, produsen, pengepul, pendaur ulang, dan pemusnah 5. Kesulitan dalam menjamin dana pengumpulan, perlakuan, dan pembuangan sampah elektronik 6. Kesulitan dalam memahami tanggung jawab pemerintah daerah baik dalam perijinan, pembinaan, maupun Peraturan Daerah (Perda) tentang biaya pengangkutan (retribusi) sampah elektronik 7. Tidak ada mekanisme menangani pelaku sektor informal 8. Belum menjamin keamanan dan kesehatan pekerja 9. Belum ada sistem audit 10. Belum ada sistem pemantauan, evaluasi, dan pelaporan 11. Belum ada sistem informasi sampah elektronik 12. Belum ada mekanisme kesadaran dan peningkatan kapasitas 13. Belum ada ketentuan standar dan sertifikasi dan kesulitan dalam menyertakan lembaga serifikasi dan standarisasi 14. Belum ada penjabaran sanksi dan lemahnya instrumen insentif belum jelas sumber dana untuk kompensasi mendapatkan diskon atau pemotongan biaya pengumpulan dan pengolahan 51
  • 52. 6. Sistem Pengelolaan Sampah Elektronik 52
  • 53. Dasar Hukum Pengelolaan Sampah Elektronik • UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan • Lingkungan Hidup • UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah • Kerpres 61/1993 tentang Ratifikasi Konvensi Basel • Perpres 47/2005 tentang Amandemen Atas Konvensi Basel Tentang Pengawasan Permindahan Lintas Batas Limbah Berbahaya dan Pembuangannya • PP Nomor 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 53
  • 54. Urgensi Kebijakan Pengelolaan Sampah Elektronik • UU Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah: • Pasal 15: • Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. • Pasal 23: 1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. • UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: • Pasal 58: 1) Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3. • Pasal 59 1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. 54
  • 55. Arah Kebijakan Pengelolaan Sampah Elektronik • Penentuan pengertian sampah elektronik, jenis, dan sumbernya • Produsen bertanggung jawab terhadap siklus hidup barang mereknya melalui pengambilan kembali dan pengolahan sampah elektronik • Peran pemerintah dalam • Pemberian kewenangan kepada produsen, agen pengumpul, pemretel, dan pendaur ulang • Penetapan prosedur registrasi atau daftar ulang dari pendaur ulang • Penjaminan pendanaan pengelolaan sampah elektronik • Kewajiban tanggung jawab dari pelaku mata rantai sampah elektronik • Pengurangan bahan beracun dan berbahaya yang terkandung pada barang elektronik • Ketentuan sistem informasi sampah elektronik (SISE): sampah elektronik rumah tangga, swasta, pemerintah, dan impor • Penanganan sektor informal: formalisasi sektor informal menjadi sistem yang transparan • Peningkatan kesadaran konsumen akibat cara pembuangan yang salah • Peningkatan pengetahuan tentang B3 dalam sampah elektronik • Peningkatan efisiensi daur ulang untuk mengurangi kehilangan mineral yang berharga • Peningkatan kesadaran konsumen dan lembaga swadaya masyarakat untuk menekan eliminasi B3 dan mendukung produk yang ramah lingkungan • Pemberian insentif bagi pelaku yang sesuai dengan standar lingkungan 55
  • 56. Kerangka Kebijakan Pengelolaan Sampah Elektronik Pengertian •Sampah Elektronik •Jenis Sampah Elektronik •Jenis Pengguna Perluasan Tanggung Jawab Produsen •Skema •Target Pembagian Tanggung Jawab •Konsumen •Penjual •Pengumpul dan Pengolah Skema Pendanaan atau Pembiayaan •Setoran produsen •Deposit konsumen •Subsidi pemerintah •Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) Peran Pemerintah Daerah •Tugas •Kewenangan Penanganan Sektor Informal •Peningkatan kapasitas •Disinsentif saluran sampah ke sektor informal Sistem Keamanan dan Kesehatan •Pembinaan •Sertifikasi Sistem Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan •Pemantauan dan Evaluasi •Pelaporan Sistem Informasi Sampah Elektronik dan Sistem Audit •SISA •Sistem Audit Peningkatan Kesadaran dan Kapasitas •Kampanye •Program peningkatan kapasitas Sertifikasi dan Standarisasi •Serifikasi •Standarisasi •Konsultasi Sanksi dan Insentif •Sangksi •Insentif 56
  • 57. Sistematika Perbaikan Peraturan Bab 1. Ketentuan Umum Bab 2. Tujuan dan Batasan Pengaturan Bab 3. Tugas dan Wewenang Pemerintahan Bab 4. Hak dan Kewajiban Bab 5. Perizinan Bab 6. Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Elektronik Bab 7. Pendanaan dan Kompensasi Bab 8. Kerjasama dan Kemitraan Bab 9. Sistem Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Bab 10. Sistem Informasi Sampah Elektronik Bab 11. Sistem Audit Bab 12. Sanksi Bab 13. Ketentuan Penutup 57
  • 58. Bab 1. Ketentuan Umum • Sampah elektronik adalah barang-barang elektronik dan peralatan elektrik baik dalam bentuk keseluruhan atau komponen rakitan yang sudah tidak terpakai sesuai peruntukannya dan/atau sudah tidak diinginkan karena usang dan perlu dibuang • Istilah sampah elektronik dan bukan limbah elektronik lebih tepat digunakan untuk barang-barang elektronik yang sudah tidak terpakai dan/atau habis masa pakai yang sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 2008. • Sampah elektronik berupa antara lain 1. Peralatan teknologi informasi dan telekomunikasi 2. Peralatan elektronik konsumen 58
  • 59. Bab 2. Tujuan dan Batasan Pengaturan • Pengelolaan Sampah Elektronik berasal dari: 1. Rumah tangga 2. Swasta 3. Pemerintah 59
  • 60. Bab 4. Hak dan Kewajiban Konsumen Retribusi atau deposit biaya buang Penyerahan di pusat pengumpulan Pembelian produk berlabel eko Pengumpul dan Pendaur Ulang Dokumentasi Keselamatan Pekerja Kepatuhan Perijinan Keamanan penyimpanan Produsen Perluasan Tanggung Jawab Desain ramah lingkungan Setoran dana sampah elektronik Lembaga Pengelola Dana Sampah Elektronik Pengelolaan dana Peningkatan kesadaran publik Lembaga Audit Penelusuran dan Audit Pengumpulan dan Daur Ulang Pemerintah Perijinan Sanksi 60
  • 61. Bab 4. Hak dan Kewajiban: Perluasan Tanggung Jawab Produsen • Perluasan tanggung jawab produsen adalah tanggung jawab setiap produsen barang elektronik untuk menyalurkan sampah elektronik kepada pendaur ulang atau penghancur yang resmi untuk menjamin pengelolaan sampah yang ramah lingkungan • Perluasan tanggung jawab produsen untuk menjaga lingkungan dengan melakukan: • Mekanisme pengambilan kembali (take back) sampah elektronik • Pendirian Konsorsium Tanggung Jawab Produsen atau Lembaga Pengelola Dana Sampah Elektronik • Otorisasi penumpukan, penyimpanan, pengangkutan, dan pendauran ulang • Kepatuhan pada B3 • Sistem pembayaran kembali • Pelaporan penjualan masa lalu • Penetapan target pengelolaan sampah Distribusi Konsumen Pengumpulan Pemilahan Pengolahan Penguburan Lembaga Pengelola Dana Tempat Pengumpulan • Penjualan Kembali • Penggunaan Kembali Operator Produk Konsorsium Produsen Produsen Kontrak Deposit Setoran Pemerintah Pendaftaran Rencana Perluasan Tanggung Jawab Laporan Deposit (Advanced Recycle Fee or ARF) Aliran barang Aliran uang Aliran informasi Keterangan: Auditor dan Konsultan Resmi 61
  • 62. Bab 7. Pendanaan dan Kompensasi: Lembaga Pengelola Dana Daur Ulang Lembaga Pengelola Dana Daur Ulang Auditor Resmi Perusahaan atau Operator Daur Ulang Komite Tinjauan Tarif Setoran Produsen Pengumuman tarif setoran tahun berjalan Setoran Audit Laporan Hasil Audit Keputusan tarif setoran dan subsidi Subsidi • Rencana tanggung jawab produsen (EPR Plan) mencakup: • Target pengumpulan kategori produk dengan basis penjualan masa lalu, • Mekanisme pengumpulan pada setiap titik, pengangkutan, penyimpanan, mitra sampah elektronik, kesadaran pelanggan, alokasi anggaran, logistik balik untuk mendapatkan kembali produk dari pelanggan dan produk- produk yang sudah tidak terpakai, dan • Audit. • Pemerintah dapat mencabut lisensi produsen yang gagal memenuhi batas waktu mendapatkan persetujuan. EPR merupakan suatu sistem dimana produsen akan bertanggungjawab atas barang yang dibuat sampai barang tersebut tidak dipakai lagi. 62
  • 63. Bab 11. Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Elektronik 1. Pengurangan dan Pemilahan Sampah Elektronik 2. Penyimpanan Sampah Elektronik 3. Pengangkutan Sampah Elektronik 4. Pengolahan Sampah Elektronik 5. Penguburan Sampah Elektronik 6. Penimbunan Sampah Elektronik 63
  • 65. Manfaat Penyempurnaan Kebijakan Sistem Pengelolaan Sampah Elektronik Pembaharuan (inovasi) Peredaan (mitigasi) Jangka Pendek Jangka Panjang Pelestarian • Dorongan untuk melakukan pameran inovasi produk dan pengelolaan sampah elektronik yang ramah lingkungan • Kolaborasi meningkatkan transparansi dan akuntabilitas • Partisipasi masyarakat dan investor Penanganan Risiko • Pemeliharaan lisensi untuk tetap beroperasi • Pertimbangan keberlanjutan dalam risiko perusahaan • Diversifikasi model bisnis dan operasi Pengurangan Biaya • Peningkatan keamanan dan keselamatan kerja • Potensi perampingan rantai pasok distribusi dan logistik balik • Kesempatan bermitra dengan pemasok dan konsumen untuk pendanan Peningkatan Pendapatan • Penciptaan model bisnis baru dalam pengelolaan sampah elektronik • Kesempatan bermitra untuk penetrasi pasar baru • Inovasi produk baru dan jasa layanan 65
  • 66. Peta Jalan Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah Elektrik Pembenahan Peraturan SPSE Sosialisasi Percontohan Replikasi dan Perluasan Perbaikan dan Pemantapan 66