SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
1
Setan: “Sang Pecundang atau Pemenang?”
SETAN adalah kekuatan jahat yang merasuk dalam pribadi Jin dan
Manusia. Mereka diciptakan oleh Allah sebagai penggoda umat manusia
hingga akhir zaman. Berawal dari peran yang dimainkan oleh Iblis (Sang
Penggoda), semula pada dasarnya dirinya diciptakan untuk mengabdi kepada
Allah SWT — sebagaimana manusia (yang direpresentasikan oleh Adam dan
Hawa) – yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Karena sikap enggan
dan sombongnya, Iblis menjadi ‘pembangkang’ dan berperan menjadi setan”
dari golongan Jin yang berhasil menjadi penggoda Adam-Hawa dengan
instrumen buah “khuldi” yang cukup efektif membuat keduanya (Adam-Hawa)
lupa atas larangan Allah dalam QS al-Baqarah/2: 35,
‫ا‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ق‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ي‬ُ‫م‬
َ
‫آد‬ْ‫ن‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫اس‬َ‫نت‬
َ
‫أ‬
َ
‫ك‬ُ‫ج‬ْ‫و‬َ‫ز‬َ‫و‬
َ
‫ة‬
َ
‫ن‬َْ
‫اْل‬
َ ُ
‫ُك‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬
ْ
‫ن‬ِ‫م‬‫ا‬
ً
‫د‬
َ
‫غ‬َ‫ر‬
ُ
‫ث‬
ْ
‫ي‬َ‫ح‬ِ‫ش‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ت‬
ْ
‫ئ‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ت‬ٰ‫ـ‬
َ
‫ه‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬
َ
‫ة‬َ‫ر‬َ‫ج‬
َ
‫الّش‬‫ا‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ك‬َ‫ت‬
َ
‫ف‬َ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬
َ
‫الّظ‬
“Dan Kami (Allah) berfirman: Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini,
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu
sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini [pohon yang dilarang Allah untuk didekati
oleh keduanya, yang namanya tidak dijelaskan dalam ayat ini dan Hadis Nabi s.a.w.;
tetapi ada yang menamakannya dengan sebutan “khuldi” sebagaimana tersebut dalam
QS Thâhâ, 20: 120, tetapi itu adalah nama yang diberikan setan.], yang menyebabkan
kamu termasuk orang-orang yang zalim.” dan QS al-A’raf/7: 19,
‫ا‬َ‫ي‬َ‫و‬ُ‫م‬
َ
‫آد‬ْ‫ن‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫اس‬َ‫نت‬
َ
‫أ‬
َ
‫ك‬ُ‫ج‬ْ‫و‬َ‫ز‬َ‫و‬
َ
‫ة‬
َ
‫ن‬َْ
‫اْل‬
َ ُ
‫ُك‬
َ
‫ف‬ْ‫ن‬ِ‫م‬
ُ
‫ث‬
ْ
‫ي‬َ‫ح‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ت‬
ْ
‫ئ‬ ِ‫ش‬
َ
‫ل‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ت‬ٰ‫ـ‬
َ
‫ه‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬
َ
‫ة‬َ‫ر‬َ‫ج‬
َ
‫الّش‬‫ا‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ك‬َ‫ت‬
َ
‫ف‬َ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬
َ
‫الّظ‬َ‫ي‬
“(Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga,
serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk
orang-orang yang zalim.”
Dari kedua ayat tersebut, jelaslah pelajaran Allah bagi kita bahwa setan
akan menjadi pemenang bila kita lengah sedetik pun, dan sebaliknya kita akan
menjadikannya sebagai pecundang bila kita tetap ingat kepada Allah, kapan
pun dan di mana pun kita berada.
Ketika menginterpretasikan rangkaian kalimat akhir pada QS al-
An’âm/6: 142,
...
َ
‫ل‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬
َ
‫ّت‬
َ
‫ت‬ِ‫ات‬َ‫و‬ ُ‫ط‬
ُ
‫خ‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ي‬
َ
‫الّش‬ۚ
ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ل‬ّ‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬
ُ
‫م‬
2
“… janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagimu”, pada umumnya para mufassir (pakar tafsir) al-Quran
menyatakan bahwa “jangan sampai kita (umat manusia) “sedikit pun”
mengikuti bujuk-rayu setan. Sebab – bagaimanapun juga – setan tidak akan
pernah mengajak berbuat baik dan mengajak kepada kebaikan.” Secara a priori,
mereka bersepakat bahwa tidak ada yang perlu diikuti setiap langkah setan”.
Pertanyaan lanjutnya adalah: (1) “apa saja langkah-langkah setan itu?”;
(2) bagaimana kita menahan diri untuk tidak mengikutinya?; (3) apa hikmah di
balik larangan itu?
Di negeri kita tercinta – Indonesia – berbagai ragam kemaksiatan
terpampang jelas di depan mata, bahkan terhiasi oleh berbagai macam
perhiasan yang dapat mengaburkan pandangan mata kita, meskipun mata-hati
kita pedih merasakannya. Tampilan kosmetikal – misalnya — para badut
politik pun tak kalah menariknya, yang oleh pak Taufiq Ismail – dalam sebuah
puisinya yang berjudul “Tuhan Sembilan Senti” – disindir dengan satu
ungkapan: “dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan
indah dan cerdasnya”. Pemandangan serupa sekarang ini bukan merupapan
sesuatu yang asing lagi di layar televisi, misalnya. Dahulu, kata Ibu saya – yang
pernah berpuluh tahun menjadi guru Sekolah Dasar Muhammadiyah —
perilaku semacam ini dirasa aneh. Tetapi, kini orang – pada umumnya —
menganggap sebagai sesuatu yang wajar, sekalipun taruhannya adalah: “kita
menjadi semakin bersahabat dengan ketidak-benaran dan ketidak baikan, yang
karena kita anggap sebagai sesuatu yang wajar, kita semakin tidak memiliki
kepekaan untuk membedakan: mana yang haq dan mana yang bathil. Setan,
yang semula menjadi musuh kita, tiba-tiba – secara tidak sadar — kita jadikan
sebagai sahabat kita. Setan, kekuatan jahat yang ada di seputar kita, akhirnya
menjadi panglima kita. Mengendalikan diri kita untuk menjadi sahabatnya,
yang ujung-ujungnya menjadikan diri kita menjadi semakin bersahabat dengan
berbagai bentuk kemaksiatan!
Setan memang tidak mengenal pilih kasih; semua orang menjadi target
“bujuk-rayu” mereka; bukan hanya para badut politik yang sangat piawai
bersenandung dengan kata-kata dan penampilan indah, bahkan para mubaligh
dan pendidik yang bergerak di dunia dakwah dan pendidikan pun ‘bisa’
digoyang imannya dengan modus operansi yang beragam, secara sistemik dan
sistematik, sebagaimana peringatan Allah pada firman-Nya dalam QS al-
A’râf/7: 16-17,
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬
َ
‫ف‬ِ‫ن‬
َ
‫ّت‬ْ‫ي‬َ‫و‬
ْ
‫غ‬
َ
‫أ‬
َ
‫ن‬
َ
‫د‬ُ‫ع‬
ْ
‫ق‬
َ َ
‫َل‬ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬
َ
‫ك‬ َ‫اط‬َ
ِ‫ِص‬َ‫يم‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫س‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬﴿٦١﴾َ‫م‬
ُ
‫ث‬
َ
‫ل‬‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ن‬َ‫ي‬ِ‫ت‬‫ن‬
ّ
ِ‫م‬ِ
ْ
‫ي‬َ‫ب‬
ْ‫م‬ِ‫يه‬ِ‫د‬ْ‫ي‬
َ
‫أ‬ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ف‬
ْ
‫ل‬
َ
‫خ‬ْ‫ن‬
َ
‫ع‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬
ْ
‫ي‬
َ
‫أ‬‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ش‬ۖ
َ
‫ل‬َ‫و‬ُ‫د‬ِ
َ
‫َت‬ْ‫م‬
ُ
‫ه‬َ َ
‫َث‬
ْ
‫ك‬
َ
‫أ‬َ‫ين‬ِ‫ر‬ِ‫ك‬‫ا‬
َ
‫ش‬
﴿٦١﴾
3
“Iblis pun menjawab: Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
‘Setan’, yang dalam hal ini diwakili oleh Jenderal Besarnya (Iblis) tidak
akan pandang bulu dalam menyesatkan umat manusia. Manusia akan digoda
dari depan, belakang, kanan dan kiri. Para setan – pengikut Iblis – akan selalu
berjuang mati-matian untuk menyesatkan kita, di kala bangun, selagi tidur,
pada waktu sekolah, kerja, istirahat, makan, minum, ke toilet, bahkan di saat
kita melaksanakan shalat sekali pun. Kalau perlu, kata Rasulllah s.a.w. dalam
salah satu hadisnya yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dari Anas bin
Malik, “masuk ke dalam pembuluh darah kita”!
Rasululullah saw -- di dalam sebuah sabdanya -- mengingatkan kepada
diri kita, bahwa godaan setan itu sangat lembut, dengan salah satu haditsnya:
َ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ي‬
َ
‫الّش‬‫ي‬ِ‫ر‬
ْ َ
‫َي‬َ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ان‬ َ‫س‬
ْ
‫ن‬ِ‫اإل‬َ‫ر‬
ْ َ
‫َم‬‫ى‬ِ‫م‬َ‫اّدل‬
ِ
‫ّن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ُ‫يت‬ ِ‫ّش‬
َ
‫خ‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬ِ‫ذ‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ي‬ِ‫ف‬
‫ا‬َ‫م‬
ُ
‫ك‬ِ‫وب‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ق‬‫ا‬ً‫وء‬ُ‫س‬،ْ‫و‬
َ
‫أ‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬-‫ا‬ً‫ئ‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ش‬.
“Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku
khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.”
(Hadits Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz III, hal. 65 dan juz IV, hal.
150, hadits no. 3281, hadits no. 2038 dari Shafiyyah binti Huyay; dan Hadits
Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, juz VII, hal. 8, hadits no. 5807 dari Anas bin
Malik dan 5808, dari Shafiyyah binti Huyay)
Kelembutan rayuan komunitas setan, yang bisa berwujud Jin dan (juga)
Manusia diilustrasikan oleh Allah dalam QS al-An’âm/6: 112,
َ
‫ذ‬
َ
‫ك‬َ‫و‬ٰٰ
َ
‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬
ّ
ِ
ُ
‫ك‬ِ‫ل‬ّ
‫ي‬ ِ‫ب‬
َ
‫ن‬‫ا‬ً‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬َ‫ي‬ِ‫اط‬َ‫ي‬
َ
‫ش‬ِ‫نس‬ِ
ْ
‫اإل‬ّ
ِ‫ن‬ِ
ْ
‫اْل‬َ‫و‬ِ‫وح‬ُ‫ي‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ ُ‫ض‬
ْ
‫ع‬َ‫ب‬ٰ
َ
‫ل‬ِ‫إ‬‫ي‬‫ض‬
ْ
‫ع‬َ‫ب‬
ُ‫ر‬
ْ
‫خ‬ُ‫ز‬
َ
‫ف‬ِ‫ل‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬
ْ
‫ال‬‫ا‬ً‫ور‬ُ‫ر‬
ُ
‫غ‬ْۚ‫و‬
َ
‫ل‬َ‫و‬َ‫اء‬
َ
‫ش‬
َ
‫ك‬ُ‫ب‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫وه‬
ُ
‫ل‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬ْۖ‫م‬
ُ
‫ه‬ْ‫ر‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ف‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬
َ
‫ون‬ُ َ
‫َت‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ي‬
“Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau
Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah
mereka dan apa yang mereka ada-adakan).”
Dan dalam QS an-Nisâ’/4: 118-119,
4
ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬َ‫ع‬
َ
‫ل‬ُ َ
‫اّلل‬ۘ
َ
‫ق‬َ‫و‬
َ
‫ال‬
َ
‫ن‬
َ
‫ذ‬ِ
َ
‫َّت‬
َ َ
‫َل‬ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ك‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬ً‫يب‬ ِ‫ص‬
َ
‫ن‬‫ا‬
ً
‫وض‬ُ‫ر‬
ْ
‫ف‬
َ
‫م‬﴿٦٦١﴾ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ن‬
َ
‫ل‬ ِ‫ض‬
ُ َ
‫َل‬َ‫و‬
ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ن‬َ‫ي‬
ّ
ِ‫ن‬َ‫م‬
ُ َ
‫َل‬َ‫و‬ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ّن‬َ‫ر‬ُ‫م‬
َ
‫ل‬َ‫و‬َ‫ن‬
ُ
‫ك‬
ّ
ِ‫ت‬َ‫ب‬ُ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ف‬
َ
‫ان‬
َ
‫آذ‬ِ‫ام‬َ‫ع‬
ْ
‫ّن‬
َ ْ
‫اَل‬ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ّن‬َ‫ر‬ُ‫م‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
َ
‫ن‬ُ ّ
ِ‫ِي‬
َ
‫غ‬ُ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ف‬َ‫ق‬
ْ
‫ل‬
َ
‫خ‬ِ
َ
‫اّلل‬ۚ
‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ِ‫ذ‬ِ‫خ‬
َ
‫ت‬
َ
‫ي‬
َ
‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ي‬
َ
‫الّش‬‫ا‬ً ِ‫يِل‬َ‫و‬‫ن‬
ّ
ِ‫م‬ِ‫ون‬
ُ
‫د‬‫ا‬ِ
َ
‫ّلل‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬َ
ِ‫س‬
َ
‫خ‬‫ا‬
ً
‫ان‬َ ْ
‫س‬
ُ
‫خ‬‫ا‬
ً
‫ين‬ِ‫ب‬
ُ
‫م‬﴿٦٦١﴾
“Allah pun melaknatnya, dan setan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan
mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya),
dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-
angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang
ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya”. Barangsiapa yang menjadikan
setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang
nyata).”
Sebegitu lembut dan memukaunya godaan ‘setan’, sehingga mereka pun
diberi predikat oleh manusia sebagai ‘makhluk halus’.
Dan yang perlu diingat, bahwa semua aktivitas kita tidak akan pernah
lepas dari lirikan ketajaman mata setan. Dan, hanya orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Allahlah yang tak akan ‘goyah’ oleh godaan setan,
sebagaimana firman Allah – dalam QS an-Nahl, 16: 99,
ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬َ‫س‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ل‬ُ َ
‫ل‬
ْ
‫ل‬ُ‫س‬
‫ن‬
‫ان‬ َ‫ط‬
َ َ‫َع‬َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ٰ َ َ‫َع‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ّ
ِ‫ب‬َ‫ر‬
َ
‫ون‬
ُ َ
‫َّك‬َ‫و‬َ‫ت‬
َ
‫ي‬
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Tuhannya.”
Dan juga firmanNya dalam QS Shâd/38: 82-83,
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬
َ
‫ك‬ِ‫ت‬َ‫ّز‬ِ‫ع‬ِ‫ب‬
َ
‫ف‬ُ‫ه‬
َ
‫ن‬َ‫ي‬ِ‫و‬
ْ
‫غ‬
ُ َ
‫َل‬ْ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ع‬َ ْ
‫ْج‬
َ
‫أ‬﴿١٨﴾
َ
‫ل‬ِ‫إ‬َ‫ك‬
َ
‫اد‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ه‬
ْ
‫ن‬ِ‫م‬َ‫ي‬ ِ‫ص‬
َ
‫ل‬
ْ
‫خ‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬﴿١٨﴾
“Iblis pun menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlish di antara mereka [Yang dimaksud
dengan mukhlish ialah: “orang-orang yang telah diberi taufiq untuk menaati segala
petunjuk dan perintah Allah SWT].
Di dalam kedua ayat tersebut di atas, kita bisa memahami, bahwa tidak
akan mampu menghindarkan diri dari tipu daya mereka (para setan) dengan
kepiawaian mereka dalam melakukan tipu-daya, kecuali orang-orang yang
tawakal dan ikhlas. Ibaratnya, jadilah kita, manusia ini, mainan setan, kecuali
orang-orang yang beriman. Seperti komentar Harun Yahya (2003) pun – ketika
menginterpretasikan QS al-Hijr/15: 39-42 menyatakan: “I will make things on
5
earth seem good to them and I will misled them all, every one of them except your
servants among them who are sincere” (Akan kujadikan serasa indah semua yang
ada di dunia ini bagi para manusia dan akan kusesatkan mereka semuanya
(tanpa kecuali); dan semuanya akan menjadi manusia-manusia sesat kecuali
mereka yang benar-benar memiliki kesetiaan penuh untuk menjadi hamba
Allah. Demikian kata setan kepada Allah SWT. Dan kita pun di negeri ini,
boleh jadi tengah menjadi ‘sasaran empuk’ Iblis – yang pernah sukses mengoda
Adam-Hawa — dengan “Tim Sukses”-nya yang lebih canggih dalam mengoda
umat manusia di zaman yang serba-terbuka.
Dari uraian di atas, kita bisa ‘faham’ bahwa memang berat sekali untuk
menghindari godaan para setan ini. Kalau menghadiri pesta ulang tahun, tanpa
harus diingatkan, kita bisa berdatangan on time. Menghadiri pertandingan
sepak bola, bergerombol partisipannya. Apalagi pesta “umbar-syahwat” di
berbagai tempat dan kesempatan. Tetapi, begitu diundang untuk menghadiri
“undangan” Allah yang ditandai dengan suara azan para muazin, apakah kita
telah terbiasa bergegas untuk mendatanginya? Apalagi di waktu subuh, “Setan”
lebih sering menjadi pemenang, dan kita pun terkapar di tempat tidur menjadi
pecundang!
Ada saja alasan orang-orang untuk menghindar, tidak menghadiri
undangan Allah. Pendeknya, jika diinvetarisasi, seribu satu lebih alasan.
Padahal jadwal waktu shalat sudah kita ketahui. Hingga saya berpikir untuk
belajar kepada Iblis dan “Tim Sukses”nya, kenapa mereka bisa seberhasil itu.
Hebat benar cara kerja mereka dalam membujuk menusia agar jauh dari Allah.
Seperti tim sukses partai-partai politik kita, Tim Sukses setan tak mengenal
lelah. Mereka bekerja pagi, siang dan malam.
Setan-setan ini ternyata hebat sekali. Keberhasilan mereka nampak
nyata kala kita lihat dalam angka kehadiran umat Islam ke masjid-masjid,
dengan sampel “jamaah shalat subuh” yang selalu sepi. Seperti layaknya Tim
Kampanye Pemilu saja, setan-setan ini bekerja ekstra keras untuk medorong
diri kita untuk besikap malas dalam beribadah. Bedanya, Tim Kampanye
Pemilu biasanya bekerja untuk kepentingan politik jangka pendek, sedangkan
setan bekerja untuk kepentingan yang lebih strategis: “menyesatkan umat
manusia sepanjang masa!”
Tengoklah pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat hiburan. Penuh
dengan manusia dengan berbagai dandanan. Kesederhanaan nyaris sirna di
antara kerumunan manusia yang mengunjungi tempat-tempat hiburan ini.
Mereka menganggap tempat-tempat ini sebagai pelepas lelah spiritual. Jutaan
rupiah dikeluarkan dengan tanpa tujuan yang jelas. Mengengok keberhasilan
setan seperti ini, saya kira akan membuat Ketua Tim Sukses Setan pun tertawa,
dan berteriak: “Kita Berhasil!” kata Iblis, sang Komandan, dengan sangat
bangga. Dan ternyata karya Tim Sukses Setan di negeri kita tercinta ini boleh
dibilang cukup berhasil, jika melihat polah-tingkah para pelaku maksiat yang
6
berulah di depan kita. Setan telah berhasil menjadi pemenang, dan kita pun
menjadi pecundang!
Sudahkah kita “sadar” bahwa kita tengah dan selalu digoda oleh setan?
Kita mengenal sejarah godaan setan kepada manusia bermula interaksi
anergis antara Adam-Hawa dengan Iblis. Adam-Hawa berasal dari golongan
manusia, sedang Iblis berasal dari golongan jin.
Disebutkan dalam firman Allah SWT:
ْ
‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬‫ا‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ق‬ِ‫ة‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬
َ
‫َل‬َ‫م‬
ْ
‫ل‬ِ‫ل‬‫وا‬ُ‫د‬ُ‫ج‬
ْ
‫اس‬َ‫م‬
َ
‫د‬ ِ‫ل‬‫وا‬ُ‫د‬َ‫ج‬ َ‫س‬
َ
‫ف‬
َ
‫ل‬ِ‫إ‬َ‫يس‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬
َ
‫ن‬
َ
‫َك‬َ‫ن‬ِ‫م‬ّ
ِ‫ن‬ِ
ْ
‫اْل‬َ‫ق‬ َ‫س‬
َ
‫ف‬
َ
‫ف‬
ْ‫ن‬
َ
‫ع‬ِ‫ر‬
ْ
‫م‬
َ
‫أ‬ِ‫ه‬ّ
ِ‫ب‬َ‫ر‬ۗ
ُ
‫ه‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ذ‬ِ‫خ‬
َ
‫ت‬َ‫ت‬
َ
‫ف‬
َ
‫أ‬
ُ
‫ه‬َ‫ت‬َ‫ي‬ّ
ِ‫ر‬
ُ
‫ذ‬َ‫و‬َ‫اء‬َ ِ‫يِل‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ون‬
ُ
‫د‬ْ‫م‬
ُ
‫ه‬َ‫و‬ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ل‬ّ‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬َۚ‫س‬
ْ
‫ئ‬ِ‫ب‬
َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬
َ
‫لّظ‬ِ‫ل‬
ً
‫ل‬
َ
‫د‬َ‫ب‬
“Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: “sujudlah kamu kepada
Adam. Maka sujudlah mereka kecuali iblis. dia adalah dari golongan jin, maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-
turunannya sebagai pemimpin selain Aku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat
buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS al-
Kahfi/18: 50).
Di dalam al-Quran, Allah SWT mengemukakan sikap-sikap yang
ditunjukkan oleh manusia terhadap setan dan menunjukkan kepada kita
bagaimana seharusnya kita bersikap kepadanya agar dapat mewujudkan
kehidupan yang baik di dunia ini sehingga membawa kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat.
Dalam bersikap kepada setan, ada manusia yang menjadikannya seperti
saudara sehingga ia memiliki sifat-sifat yang sama sebagaimana yang dimiliki
oleh setan, satu diantaranya adalah melakukan apa yang disebut dengan tabdzîr
dalam penggunaan harta, yakni menggunakan atau membelanjakan harta
untuk sesuatu yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik sedikit
apalagi banyak. Dalam bahasa kita hal ini diistilahkan dengan pemborosan,
karena mengandung kesia-siaan.
Orang yang melakukan hal ini disebut dengan mubazir. Harta yang kita
miliki, sebanyak apapun dia sangat banyak yang membutuhkannya baik untuk
keluarga sendiri yang memang sangat berhak maupun orang lain seperti orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan yang memerlukan pertolongan.
Allah SWT berfirman:
7
ِ‫آت‬َ‫و‬‫ا‬
َ
‫ذ‬ٰ َ
‫ب‬ْ‫ر‬
ُ
‫ق‬
ْ
‫ال‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ق‬َ‫ح‬َ‫ي‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬
ْ
‫ال‬َ‫و‬َ‫ن‬ْ‫اب‬َ‫و‬ِ‫يل‬ِ‫ب‬ َ‫الس‬
َ
‫ل‬َ‫و‬َ‫ب‬
ُ
‫ت‬ْ‫ر‬
ّ
ِ‫ذ‬‫ا‬ً‫ير‬ِ‫ذ‬
ْ
‫ب‬
َ
‫ت‬﴿٨١﴾
َ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ‫ين‬ِ‫ر‬
ّ
ِ‫ذ‬َ‫ب‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬‫وا‬
ُ
‫ن‬
َ
‫َك‬
َ
‫ان‬َ‫و‬
ْ
‫خ‬ِ‫إ‬ِ‫ي‬ِ‫اط‬َ‫ي‬
َ
‫الّش‬ۖ
َ
‫ن‬
َ
‫َك‬َ‫و‬
ُ
‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ي‬
َ
‫الّش‬ِ‫ه‬ّ
ِ‫ب‬َ‫ر‬ِ‫ل‬‫ا‬ً‫ور‬
ُ
‫ف‬
َ
‫ك‬﴿٨١﴾
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS al-
Isrâ’/17: 26-27).
Dalam kehidupan ini, manusia membutuhkan pemimpin, namun
manusia tidak boleh sembarangan memilih pemimpin, karena hal itu bisa
mengakibatkan persoalan yang sangat pelik. Namun yang amat disayangkan
adalah ada manusia yang menjadikan setan atau orang-orang yang berwatak
setan sebagai pemimpin sehingga kepemimpinan itu membawa akibat negatif
yang sangat besar.
Allah SWT berfirman:
ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬َ‫س‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ل‬ُ َ
‫ل‬
‫ن‬
‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ل‬ُ‫س‬
َ َ‫َع‬َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ٰ َ َ‫َع‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ّ
ِ‫ب‬َ‫ر‬
َ
‫ون‬
ُ َ
‫َّك‬َ‫و‬َ‫ت‬
َ
‫ي‬﴿١١﴾‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ّن‬ِ‫إ‬
ُ
‫ه‬
ُ
‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ل‬ُ‫س‬
َ َ‫َع‬َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬ْ‫و‬
َ
‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬
َ
‫ي‬َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬َ‫و‬‫م‬
ُ
‫ه‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ك‬ِ
ْ
‫ْش‬ُ‫م‬﴿٦١١﴾
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas
orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas orang-orang yang
memersekutukannya dengan Allah.” (QS an-Nahl/16: 99-100).
Kata sulthân (kekuasaan) dalam ayat di atas berasal dari kata as-Sâlith
yang maksudnya adalah minyak yang digunakan untuk menyalakan lampu
yang menggunakan sumbu. Ini berarti sulthân adalah keterangan atau bukti
yang menjelaskan sesuatu dengan terang dan mampu meyakinkan pihak lain,
baik benar maupun salah. Setan memang memiliki kemampuan untuk
memperdaya manusia, namun yang bisa diperdaya oleh Setan hanyalah orang-
orang yang lemah imannya, yang menjadikannya sebagai pemimpin, sama
seperti virus sebuah penyakit yang hanya akan menimpa orang-orang yang
tidak memiliki daya tahan tubuh yang kuat.
Penggunaan kata “wali” (pelindung) terhadap setan juga disebutkan
dalam firman Allah SWT:
8
ُ َ
‫اّلل‬ُ
ِ‫ِل‬َ‫و‬َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ُ‫ج‬ِ‫ر‬
ْ ُ
‫ُي‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬
ّ
ِ‫م‬ِ‫ات‬َ‫م‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫الّظ‬
َ
‫ل‬ِ‫إ‬ِ‫ور‬ُ‫اّنل‬َۖ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ر‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬ُ‫م‬
ُ
‫ه‬
ُ
‫اؤ‬َ ِ‫يِل‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬
ُ
‫وت‬
ُ
‫اغ‬ َ‫الط‬‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫وّن‬ُ‫ج‬ِ‫ر‬
ْ ُ
‫ُي‬َ‫ن‬
ّ
ِ‫م‬ِ‫ور‬ُ‫اّنل‬
َ
‫ل‬ِ‫إ‬ِ‫ات‬َ‫م‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫الّظ‬ٰۗ‫ـ‬
َ
‫ول‬
ُ
‫أ‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬ُ‫اب‬َ‫ح‬
ْ
‫ص‬
َ
‫أ‬ِ‫ار‬َ‫اّنل‬ْۖ‫م‬
ُ
‫ه‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬
َ
‫ون‬ُ
ِ‫اّدل‬
َ
‫خ‬
“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-
pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan
(kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS al-
Baqarah/2: 257).
Ini berarti ada manusia yang menjadikan setan sebagai pemimpin dan
pelindung. Kata “wali” bermaksud sesuatu yang langsung datang atau berada
sesudah sesuatu yang lain, tidak ada perantara di antara keduanya. Ketika
Allah SWT atau setan yang dijadikan sebagai wali oleh manusia, itu artinya
manusia memiliki hubungan yang sangat dekat sehingga langsung ditolong,
dibantu dan dilindungi. Ketika Allah SWT yang dijadikan sebagai wali
(pemimpin dan pelindung), maka Allah SWT akan mengeluarkan manusia dari
kegelapan dan kesesatan kepada cahaya yang terang, yakni petunjuk hidup
yang benar, namun ketika manusia menjadikan setan sebagai wali, maka setan
akan mengeluarkan manusia dari jalan hidup yang benar (cahaya) kepada
kegelapan atau kesesatan yang banyak.
Dalam kehidupan ini, manusia tidak bisa hidup sendirian, ia
membutuhkan kawan yang dapat menghibur dikala duka, yang dapat
membantu dikala susah dan menemaninya dikala sepi, bahkan memecahkan
persoalan saat menghadapi masalah. Karena itu, manusia seharusnya
menjadikan orang-orang yang baik dan shaleh sebagai kawan, karenanya Allah
SWT berpesan kepada setiap mukmin untuk selalu berkawan kepada orang-
orang yang shiddîq (benar).
Allah SWT berfirman:
‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ه‬
ُ
‫ي‬
َ
‫أ‬َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬‫وا‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ات‬َ َ
‫اّلل‬
ُ
‫ك‬َ‫و‬‫وا‬
ُ
‫ون‬َ‫ع‬َ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ِ‫د‬‫ا‬ َ‫الص‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS at-Taubah/9: 119).
Karena itu amat disayangkan bila manusia menjadikan setan atau orang-
orang yang berwatak setan sebagai kawan dekatnya, akibatnya merebaklah
berbagai kejahatan yang disebarluaskan oleh setan, karena setan dan pengikut-
pengikutnya hanya akan membuat manusia menempuh jalan hidup yang sesat
hingga berujung ke neraka.
9
Allah SWT berfirman:
َ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬َ‫اّنل‬ِ‫اس‬‫ن‬َ‫م‬
ُ
‫ل‬ِ‫د‬‫ا‬َ ُ
‫َي‬ِ‫ف‬ِ
َ
‫اّلل‬ِ
ْ
‫ِي‬
َ
‫غ‬ِ‫ب‬‫ي‬‫م‬
ْ
‫ل‬ِ‫ع‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬
َ
‫ّت‬َ‫ي‬َ‫و‬
َ ُ
‫ُك‬‫ي‬‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ش‬‫ي‬‫يد‬ِ‫ر‬
َ
‫م‬﴿٨﴾َ‫ب‬ِ‫ت‬
ُ
‫ك‬
ِ‫ه‬
ْ
‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬
َ
‫أ‬‫ن‬َ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
َ
‫ت‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬
ُ
‫ه‬
ُ
‫ل‬ ِ‫ض‬ُ‫ي‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫د‬
ْ
‫ه‬َ‫ي‬َ‫و‬ٰ
َ
‫ل‬ِ‫إ‬ِ‫اب‬
َ
‫ذ‬َ‫ع‬ِ‫ِي‬ِ‫ع‬ َ‫الس‬﴿٤﴾
“Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan
dan mengikuti setiap setan yang sangat jahat, yang telah ditetapkan terhadap setan itu,
bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya dan
membawanya ke azab neraka.” (QS al-Hajj/22: 3-4).
Sikap terbaik yang harus ditunjukkan oleh manusia terhadap setan
adalah menganggap dan menjadikannya sebagai musuh yang harus diperangi
dan diwaspadai setiap saat. Setan harus diperlakukan sebagai musuh karena
sepak terjangnya dalam kehidupan kita menjadi kendala besar bagi kita untuk
bisa menjadi muslim yang sejati.
Allah SWT berfirman:
‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ه‬
ُ
‫ي‬
َ
‫أ‬َ‫ين‬ِ
َ
‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬‫وا‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫خ‬
ْ
‫اد‬ِ‫ف‬ِ‫م‬
ْ
‫ل‬ ّ
ِ‫الس‬
ً
‫ة‬
َ
‫ف‬
َ
‫َك‬
َ
‫ل‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬
َ
‫ّت‬
َ
‫ت‬ِ‫ات‬َ‫و‬ ُ‫ط‬
ُ
‫خ‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ي‬
َ
‫الّش‬ۚ
ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬
ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ل‬ّ‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬
ُ
‫م‬
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan
itu musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah/2: 208).
Disamping itu, seruan Allah SWT untuk memperlakukan setan sebagai
musuh tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tapi juga
kepada seluruh umat manusia, karena ada kebutuhan-kebutuhan manusia yang
harus dipenuhinya dan ia tidak boleh menghalalkan segala cara dalam upaya
mencapainya, Hal ini karena, meskipun manusia tidak beriman kepada Allah
SWT atau tidak menjadi muslim, dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya, tetap saja mereka yang tidak beriman kepada Allah-pun tidak
membenarkan upaya yang menghalalkan segala cara.
Allah SWT berfirman:
‫ا‬َ‫ي‬
ُ
‫ي‬
َ
‫أ‬‫ا‬َ‫ه‬ُ‫اس‬َ‫اّنل‬‫وا‬
ُ ُ
‫ُك‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫م‬ِ‫ف‬ِ‫ض‬ْ‫ر‬
َ ْ
‫اَل‬
ً
‫ل‬
َ
‫َل‬َ‫ح‬‫ا‬ً‫ب‬ّ
ِ‫ي‬ َ‫ط‬
َ
‫ل‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬
َ
‫ّت‬
َ
‫ت‬ِ‫ات‬َ‫و‬ ُ‫ط‬
ُ
‫خ‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ي‬
َ
‫الّش‬ۚ
ُ
‫ه‬
َ
‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ل‬ّ‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬
ُ
‫م‬
10
“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu
musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah/2: 168).
Keharusan manusia menjadikan setan sebagai musuh juga karena dalam
kehidupan bersama, manusia sangat mendambakan kedamaian hidup,
sedangkan setan selalu menanamkan perselisihan, permusuhan ke dalam jiwa
manusia hingga akhirnya terjadi peperangan; tidak hanya dengan kata-kata tapi
juga perang secara fisik dengan korban harta dan jiwa yang sedemikian banyak
serta membawa dampak kejiwaan yang negatif, dan ini sebenarnya tidak
dikehendaki oleh manusia.
Allah SWT berfirman:
‫ل‬
ُ
‫ق‬َ‫و‬‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬
ّ
ِ‫ل‬‫وا‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ي‬ِ‫ت‬
َ
‫ال‬َ ِ‫ه‬ُ‫ن‬ َ‫س‬
ْ
‫ح‬
َ
‫أ‬ۚ
َ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ي‬
َ
‫الّش‬
ُ
‫غ‬َ‫زن‬َ‫ي‬ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ن‬
ْ
‫ي‬َ‫ب‬ۚ
َ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ان‬ َ‫ط‬
ْ
‫ي‬
َ
‫الّش‬
َ
‫ن‬
َ
‫َك‬ِ‫ان‬ َ‫نس‬ِ
ْ
‫ْل‬ِ‫ل‬‫ا‬ً‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬‫ا‬
ً
‫ين‬ِ‫ب‬
ُ
‫م‬
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan
diantara mereka. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi manusia.” (QS al-
Isrâ’/17: 53).
Manakala kita siap menjadikan setan sebagai musuh, maka setiap kita
harus waspada 24 jam setiap harinya, memiliki kesiapan untuk “berperang”
dengannya dalam arti: “zero lolerance” (tidak ada kompromi) dengan setan,
memiliki daya tahan yang kuat untuk menghalau godaan setan dan memohon
perlindungan kepada Allah SWT dari gangguan-gangguan setan, bila ini yang
kita lakukan, maka kita bisa menjadi orang yang bertakwa dengan sebenar-
benar takwa.
Dan hanya ketakwaan kitalah “instrumen” yang dapat menjamin diri
kita menjadi “Sang Pemenang” dalam setiap pergumulan “melawan setan”,
dan sekaligus menjadikan para setan terkapar menjadi “Sang Pecundang” di
hadapan kita!
(Disampaikan dalam acara Pengajian Rutin Ahad Pagi (Ba’da Subuh), di
Masjid Margo Mulyo, Nagan Tengah, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton,
Yogyakarta, Ahad - 7 Februari 2016)

More Related Content

What's hot

Merajut keberkahan di bulan ramadhan
Merajut keberkahan di bulan ramadhanMerajut keberkahan di bulan ramadhan
Merajut keberkahan di bulan ramadhanMuslim Sendai
 
Si edisi ii april 2014
Si edisi ii april 2014Si edisi ii april 2014
Si edisi ii april 2014Arjuna Ahmadi
 
Sesi 6, Standar Perbuatan Manusia, Part-2
Sesi 6, Standar Perbuatan Manusia, Part-2Sesi 6, Standar Perbuatan Manusia, Part-2
Sesi 6, Standar Perbuatan Manusia, Part-2MaulanaFirdaus19
 
Wajah baru -sihir- di-sekitar-kita
Wajah   baru  -sihir-  di-sekitar-kitaWajah   baru  -sihir-  di-sekitar-kita
Wajah baru -sihir- di-sekitar-kitaHelmon Chan
 
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’Language Explore
 
Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Larangan Khamr/Narkoba, Judi dan Zina.
Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Larangan Khamr/Narkoba, Judi dan Zina.Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Larangan Khamr/Narkoba, Judi dan Zina.
Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Larangan Khamr/Narkoba, Judi dan Zina.Juaria Muin
 
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 216 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2LAZNas Chevron
 
Akibat memakan harta riba
Akibat memakan harta ribaAkibat memakan harta riba
Akibat memakan harta ribaridhofharis
 
Sesi 5, Standar Perbuatan Manusia, Part-1
Sesi 5, Standar Perbuatan Manusia, Part-1Sesi 5, Standar Perbuatan Manusia, Part-1
Sesi 5, Standar Perbuatan Manusia, Part-1MaulanaFirdaus19
 
Kaidah & usul bid'ah
Kaidah & usul bid'ahKaidah & usul bid'ah
Kaidah & usul bid'ahAbi Syeikha
 

What's hot (17)

Kinerja setan 4
Kinerja setan 4Kinerja setan 4
Kinerja setan 4
 
POKOK-POKOK KEIMANAN
POKOK-POKOK KEIMANANPOKOK-POKOK KEIMANAN
POKOK-POKOK KEIMANAN
 
Merajut keberkahan di bulan ramadhan
Merajut keberkahan di bulan ramadhanMerajut keberkahan di bulan ramadhan
Merajut keberkahan di bulan ramadhan
 
Si edisi ii april 2014
Si edisi ii april 2014Si edisi ii april 2014
Si edisi ii april 2014
 
Sesi 6, Standar Perbuatan Manusia, Part-2
Sesi 6, Standar Perbuatan Manusia, Part-2Sesi 6, Standar Perbuatan Manusia, Part-2
Sesi 6, Standar Perbuatan Manusia, Part-2
 
Wajah baru -sihir- di-sekitar-kita
Wajah   baru  -sihir-  di-sekitar-kitaWajah   baru  -sihir-  di-sekitar-kita
Wajah baru -sihir- di-sekitar-kita
 
An nissa 144
An nissa  144An nissa  144
An nissa 144
 
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
 
Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Larangan Khamr/Narkoba, Judi dan Zina.
Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Larangan Khamr/Narkoba, Judi dan Zina.Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Larangan Khamr/Narkoba, Judi dan Zina.
Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Larangan Khamr/Narkoba, Judi dan Zina.
 
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 216 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
 
Akibat memakan harta riba
Akibat memakan harta ribaAkibat memakan harta riba
Akibat memakan harta riba
 
Sesi 2, Jalan Menuju Iman
Sesi 2, Jalan Menuju ImanSesi 2, Jalan Menuju Iman
Sesi 2, Jalan Menuju Iman
 
Bk kj manusia terbaik dim
Bk kj manusia terbaik dimBk kj manusia terbaik dim
Bk kj manusia terbaik dim
 
Bencana & musibah
Bencana & musibahBencana & musibah
Bencana & musibah
 
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
 
Sesi 5, Standar Perbuatan Manusia, Part-1
Sesi 5, Standar Perbuatan Manusia, Part-1Sesi 5, Standar Perbuatan Manusia, Part-1
Sesi 5, Standar Perbuatan Manusia, Part-1
 
Kaidah & usul bid'ah
Kaidah & usul bid'ahKaidah & usul bid'ah
Kaidah & usul bid'ah
 

Similar to Setan atau Pemenang

Kajian Ahad, 12 November 2023 Prof.Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 12 November 2023 Prof.Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxKajian Ahad, 12 November 2023 Prof.Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 12 November 2023 Prof.Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxssuser7e903f
 
Tafsir haraki ta'awwudz dan surat al fatihah
Tafsir haraki ta'awwudz dan surat al fatihahTafsir haraki ta'awwudz dan surat al fatihah
Tafsir haraki ta'awwudz dan surat al fatihahAswin Wyn
 
Kesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaKesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaMuhsin Hariyanto
 
Kesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaKesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaMuhsin Hariyanto
 
Kesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaKesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaMuhsin Hariyanto
 
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islamKesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islamMuhsin Hariyanto
 
Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
berpolitik dalam islam
berpolitik dalam islamberpolitik dalam islam
berpolitik dalam islamDina Amalina
 
PPT ADAB BERGAUL SESUAI AGAMA ISLAM.pptx
PPT ADAB BERGAUL SESUAI AGAMA ISLAM.pptxPPT ADAB BERGAUL SESUAI AGAMA ISLAM.pptx
PPT ADAB BERGAUL SESUAI AGAMA ISLAM.pptxFaisalHabibLubis1
 
Politik kemunafikan
Politik kemunafikanPolitik kemunafikan
Politik kemunafikanRizky Faisal
 
Mt albarokah 25_a_gt_2019_hidayah_kesesatan
Mt albarokah 25_a_gt_2019_hidayah_kesesatan Mt albarokah 25_a_gt_2019_hidayah_kesesatan
Mt albarokah 25_a_gt_2019_hidayah_kesesatan AMIR HAMZAH
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMuhammad Idris
 

Similar to Setan atau Pemenang (20)

Kajian Ahad, 12 November 2023 Prof.Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 12 November 2023 Prof.Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd..pptxKajian Ahad, 12 November 2023 Prof.Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
Kajian Ahad, 12 November 2023 Prof.Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd..pptx
 
Hizbusy syaithan
Hizbusy syaithanHizbusy syaithan
Hizbusy syaithan
 
Malapetaka akhir jaman
Malapetaka akhir jamanMalapetaka akhir jaman
Malapetaka akhir jaman
 
Tafsir haraki ta'awwudz dan surat al fatihah
Tafsir haraki ta'awwudz dan surat al fatihahTafsir haraki ta'awwudz dan surat al fatihah
Tafsir haraki ta'awwudz dan surat al fatihah
 
cah enom.pptx
cah enom.pptxcah enom.pptx
cah enom.pptx
 
cah enom.pptx
cah enom.pptxcah enom.pptx
cah enom.pptx
 
Kesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaKesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinya
 
Kesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaKesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinya
 
Kesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaKesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinya
 
Kinerja Setan (Part 1)
Kinerja Setan (Part 1)Kinerja Setan (Part 1)
Kinerja Setan (Part 1)
 
Khutbah manusia terbaik
Khutbah manusia terbaikKhutbah manusia terbaik
Khutbah manusia terbaik
 
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islamKesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
 
Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihad
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
berpolitik dalam islam
berpolitik dalam islamberpolitik dalam islam
berpolitik dalam islam
 
PPT ADAB BERGAUL SESUAI AGAMA ISLAM.pptx
PPT ADAB BERGAUL SESUAI AGAMA ISLAM.pptxPPT ADAB BERGAUL SESUAI AGAMA ISLAM.pptx
PPT ADAB BERGAUL SESUAI AGAMA ISLAM.pptx
 
Politik kemunafikan
Politik kemunafikanPolitik kemunafikan
Politik kemunafikan
 
Mt albarokah 25_a_gt_2019_hidayah_kesesatan
Mt albarokah 25_a_gt_2019_hidayah_kesesatan Mt albarokah 25_a_gt_2019_hidayah_kesesatan
Mt albarokah 25_a_gt_2019_hidayah_kesesatan
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
 

More from Muhsin Hariyanto

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlMuhsin Hariyanto
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMuhsin Hariyanto
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaMuhsin Hariyanto
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramMuhsin Hariyanto
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Muhsin Hariyanto
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisMuhsin Hariyanto
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikMuhsin Hariyanto
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMuhsin Hariyanto
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMuhsin Hariyanto
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMuhsin Hariyanto
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaMuhsin Hariyanto
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihMuhsin Hariyanto
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiMuhsin Hariyanto
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Muhsin Hariyanto
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
 

Recently uploaded

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024milliantefraim
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.MeidarLamskingBoangm
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)ErnestBeardly1
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 

Recently uploaded (13)

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 

Setan atau Pemenang

  • 1. 1 Setan: “Sang Pecundang atau Pemenang?” SETAN adalah kekuatan jahat yang merasuk dalam pribadi Jin dan Manusia. Mereka diciptakan oleh Allah sebagai penggoda umat manusia hingga akhir zaman. Berawal dari peran yang dimainkan oleh Iblis (Sang Penggoda), semula pada dasarnya dirinya diciptakan untuk mengabdi kepada Allah SWT — sebagaimana manusia (yang direpresentasikan oleh Adam dan Hawa) – yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Karena sikap enggan dan sombongnya, Iblis menjadi ‘pembangkang’ dan berperan menjadi setan” dari golongan Jin yang berhasil menjadi penggoda Adam-Hawa dengan instrumen buah “khuldi” yang cukup efektif membuat keduanya (Adam-Hawa) lupa atas larangan Allah dalam QS al-Baqarah/2: 35, ‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ق‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ي‬ُ‫م‬ َ ‫آد‬ْ‫ن‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫اس‬َ‫نت‬ َ ‫أ‬ َ ‫ك‬ُ‫ج‬ْ‫و‬َ‫ز‬َ‫و‬ َ ‫ة‬ َ ‫ن‬َْ ‫اْل‬ َ ُ ‫ُك‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ه‬ ْ ‫ن‬ِ‫م‬‫ا‬ ً ‫د‬ َ ‫غ‬َ‫ر‬ ُ ‫ث‬ ْ ‫ي‬َ‫ح‬ِ‫ش‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ت‬ ْ ‫ئ‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ت‬ٰ‫ـ‬ َ ‫ه‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬ َ ‫ة‬َ‫ر‬َ‫ج‬ َ ‫الّش‬‫ا‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ك‬َ‫ت‬ َ ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ ‫الّظ‬ “Dan Kami (Allah) berfirman: Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini [pohon yang dilarang Allah untuk didekati oleh keduanya, yang namanya tidak dijelaskan dalam ayat ini dan Hadis Nabi s.a.w.; tetapi ada yang menamakannya dengan sebutan “khuldi” sebagaimana tersebut dalam QS Thâhâ, 20: 120, tetapi itu adalah nama yang diberikan setan.], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” dan QS al-A’raf/7: 19, ‫ا‬َ‫ي‬َ‫و‬ُ‫م‬ َ ‫آد‬ْ‫ن‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫اس‬َ‫نت‬ َ ‫أ‬ َ ‫ك‬ُ‫ج‬ْ‫و‬َ‫ز‬َ‫و‬ َ ‫ة‬ َ ‫ن‬َْ ‫اْل‬ َ ُ ‫ُك‬ َ ‫ف‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ ‫ث‬ ْ ‫ي‬َ‫ح‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ت‬ ْ ‫ئ‬ ِ‫ش‬ َ ‫ل‬َ‫و‬‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ت‬ٰ‫ـ‬ َ ‫ه‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬ َ ‫ة‬َ‫ر‬َ‫ج‬ َ ‫الّش‬‫ا‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ك‬َ‫ت‬ َ ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ ‫الّظ‬َ‫ي‬ “(Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga, serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” Dari kedua ayat tersebut, jelaslah pelajaran Allah bagi kita bahwa setan akan menjadi pemenang bila kita lengah sedetik pun, dan sebaliknya kita akan menjadikannya sebagai pecundang bila kita tetap ingat kepada Allah, kapan pun dan di mana pun kita berada. Ketika menginterpretasikan rangkaian kalimat akhir pada QS al- An’âm/6: 142, ... َ ‫ل‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬ َ ‫ّت‬ َ ‫ت‬ِ‫ات‬َ‫و‬ ُ‫ط‬ ُ ‫خ‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ي‬ َ ‫الّش‬ۚ ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ل‬ّ‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬ ُ ‫م‬
  • 2. 2 “… janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”, pada umumnya para mufassir (pakar tafsir) al-Quran menyatakan bahwa “jangan sampai kita (umat manusia) “sedikit pun” mengikuti bujuk-rayu setan. Sebab – bagaimanapun juga – setan tidak akan pernah mengajak berbuat baik dan mengajak kepada kebaikan.” Secara a priori, mereka bersepakat bahwa tidak ada yang perlu diikuti setiap langkah setan”. Pertanyaan lanjutnya adalah: (1) “apa saja langkah-langkah setan itu?”; (2) bagaimana kita menahan diri untuk tidak mengikutinya?; (3) apa hikmah di balik larangan itu? Di negeri kita tercinta – Indonesia – berbagai ragam kemaksiatan terpampang jelas di depan mata, bahkan terhiasi oleh berbagai macam perhiasan yang dapat mengaburkan pandangan mata kita, meskipun mata-hati kita pedih merasakannya. Tampilan kosmetikal – misalnya — para badut politik pun tak kalah menariknya, yang oleh pak Taufiq Ismail – dalam sebuah puisinya yang berjudul “Tuhan Sembilan Senti” – disindir dengan satu ungkapan: “dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya”. Pemandangan serupa sekarang ini bukan merupapan sesuatu yang asing lagi di layar televisi, misalnya. Dahulu, kata Ibu saya – yang pernah berpuluh tahun menjadi guru Sekolah Dasar Muhammadiyah — perilaku semacam ini dirasa aneh. Tetapi, kini orang – pada umumnya — menganggap sebagai sesuatu yang wajar, sekalipun taruhannya adalah: “kita menjadi semakin bersahabat dengan ketidak-benaran dan ketidak baikan, yang karena kita anggap sebagai sesuatu yang wajar, kita semakin tidak memiliki kepekaan untuk membedakan: mana yang haq dan mana yang bathil. Setan, yang semula menjadi musuh kita, tiba-tiba – secara tidak sadar — kita jadikan sebagai sahabat kita. Setan, kekuatan jahat yang ada di seputar kita, akhirnya menjadi panglima kita. Mengendalikan diri kita untuk menjadi sahabatnya, yang ujung-ujungnya menjadikan diri kita menjadi semakin bersahabat dengan berbagai bentuk kemaksiatan! Setan memang tidak mengenal pilih kasih; semua orang menjadi target “bujuk-rayu” mereka; bukan hanya para badut politik yang sangat piawai bersenandung dengan kata-kata dan penampilan indah, bahkan para mubaligh dan pendidik yang bergerak di dunia dakwah dan pendidikan pun ‘bisa’ digoyang imannya dengan modus operansi yang beragam, secara sistemik dan sistematik, sebagaimana peringatan Allah pada firman-Nya dalam QS al- A’râf/7: 16-17, َ ‫ال‬ َ ‫ق‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ َ ‫ف‬ِ‫ن‬ َ ‫ّت‬ْ‫ي‬َ‫و‬ ْ ‫غ‬ َ ‫أ‬ َ ‫ن‬ َ ‫د‬ُ‫ع‬ ْ ‫ق‬ َ َ ‫َل‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ ‫ك‬ َ‫اط‬َ ِ‫ِص‬َ‫يم‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫س‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬﴿٦١﴾َ‫م‬ ُ ‫ث‬ َ ‫ل‬‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫ت‬‫ن‬ ّ ِ‫م‬ِ ْ ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ِ‫يه‬ِ‫د‬ْ‫ي‬ َ ‫أ‬ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ف‬ ْ ‫ل‬ َ ‫خ‬ْ‫ن‬ َ ‫ع‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬ ْ ‫ي‬ َ ‫أ‬‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ش‬ۖ َ ‫ل‬َ‫و‬ُ‫د‬ِ َ ‫َت‬ْ‫م‬ ُ ‫ه‬َ َ ‫َث‬ ْ ‫ك‬ َ ‫أ‬َ‫ين‬ِ‫ر‬ِ‫ك‬‫ا‬ َ ‫ش‬ ﴿٦١﴾
  • 3. 3 “Iblis pun menjawab: Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” ‘Setan’, yang dalam hal ini diwakili oleh Jenderal Besarnya (Iblis) tidak akan pandang bulu dalam menyesatkan umat manusia. Manusia akan digoda dari depan, belakang, kanan dan kiri. Para setan – pengikut Iblis – akan selalu berjuang mati-matian untuk menyesatkan kita, di kala bangun, selagi tidur, pada waktu sekolah, kerja, istirahat, makan, minum, ke toilet, bahkan di saat kita melaksanakan shalat sekali pun. Kalau perlu, kata Rasulllah s.a.w. dalam salah satu hadisnya yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dari Anas bin Malik, “masuk ke dalam pembuluh darah kita”! Rasululullah saw -- di dalam sebuah sabdanya -- mengingatkan kepada diri kita, bahwa godaan setan itu sangat lembut, dengan salah satu haditsnya: َ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ي‬ َ ‫الّش‬‫ي‬ِ‫ر‬ ْ َ ‫َي‬َ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ان‬ َ‫س‬ ْ ‫ن‬ِ‫اإل‬َ‫ر‬ ْ َ ‫َم‬‫ى‬ِ‫م‬َ‫اّدل‬ ِ ‫ّن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ُ‫يت‬ ِ‫ّش‬ َ ‫خ‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ِ‫ذ‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ ‫ك‬ِ‫وب‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ق‬‫ا‬ً‫وء‬ُ‫س‬،ْ‫و‬ َ ‫أ‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬-‫ا‬ً‫ئ‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ش‬. “Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Hadits Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz III, hal. 65 dan juz IV, hal. 150, hadits no. 3281, hadits no. 2038 dari Shafiyyah binti Huyay; dan Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, juz VII, hal. 8, hadits no. 5807 dari Anas bin Malik dan 5808, dari Shafiyyah binti Huyay) Kelembutan rayuan komunitas setan, yang bisa berwujud Jin dan (juga) Manusia diilustrasikan oleh Allah dalam QS al-An’âm/6: 112, َ ‫ذ‬ َ ‫ك‬َ‫و‬ٰٰ َ ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ّ ِ ُ ‫ك‬ِ‫ل‬ّ ‫ي‬ ِ‫ب‬ َ ‫ن‬‫ا‬ً‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬َ‫ي‬ِ‫اط‬َ‫ي‬ َ ‫ش‬ِ‫نس‬ِ ْ ‫اإل‬ّ ِ‫ن‬ِ ْ ‫اْل‬َ‫و‬ِ‫وح‬ُ‫ي‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ ُ‫ض‬ ْ ‫ع‬َ‫ب‬ٰ َ ‫ل‬ِ‫إ‬‫ي‬‫ض‬ ْ ‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ر‬ ْ ‫خ‬ُ‫ز‬ َ ‫ف‬ِ‫ل‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ال‬‫ا‬ً‫ور‬ُ‫ر‬ ُ ‫غ‬ْۚ‫و‬ َ ‫ل‬َ‫و‬َ‫اء‬ َ ‫ش‬ َ ‫ك‬ُ‫ب‬َ‫ر‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫وه‬ ُ ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬ْۖ‫م‬ ُ ‫ه‬ْ‫ر‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ف‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ َ ‫ون‬ُ َ ‫َت‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ي‬ “Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan).” Dan dalam QS an-Nisâ’/4: 118-119,
  • 4. 4 ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬َ‫ع‬ َ ‫ل‬ُ َ ‫اّلل‬ۘ َ ‫ق‬َ‫و‬ َ ‫ال‬ َ ‫ن‬ َ ‫ذ‬ِ َ ‫َّت‬ َ َ ‫َل‬ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ك‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬ً‫يب‬ ِ‫ص‬ َ ‫ن‬‫ا‬ ً ‫وض‬ُ‫ر‬ ْ ‫ف‬ َ ‫م‬﴿٦٦١﴾ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ن‬ َ ‫ل‬ ِ‫ض‬ ُ َ ‫َل‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ن‬َ‫ي‬ ّ ِ‫ن‬َ‫م‬ ُ َ ‫َل‬َ‫و‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ّن‬َ‫ر‬ُ‫م‬ َ ‫ل‬َ‫و‬َ‫ن‬ ُ ‫ك‬ ّ ِ‫ت‬َ‫ب‬ُ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬ َ ‫ان‬ َ ‫آذ‬ِ‫ام‬َ‫ع‬ ْ ‫ّن‬ َ ْ ‫اَل‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ّن‬َ‫ر‬ُ‫م‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ َ ‫ن‬ُ ّ ِ‫ِي‬ َ ‫غ‬ُ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬َ‫ق‬ ْ ‫ل‬ َ ‫خ‬ِ َ ‫اّلل‬ۚ ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ِ‫ذ‬ِ‫خ‬ َ ‫ت‬ َ ‫ي‬ َ ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ي‬ َ ‫الّش‬‫ا‬ً ِ‫يِل‬َ‫و‬‫ن‬ ّ ِ‫م‬ِ‫ون‬ ُ ‫د‬‫ا‬ِ َ ‫ّلل‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬َ ِ‫س‬ َ ‫خ‬‫ا‬ ً ‫ان‬َ ْ ‫س‬ ُ ‫خ‬‫ا‬ ً ‫ين‬ِ‫ب‬ ُ ‫م‬﴿٦٦١﴾ “Allah pun melaknatnya, dan setan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan- angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya”. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata).” Sebegitu lembut dan memukaunya godaan ‘setan’, sehingga mereka pun diberi predikat oleh manusia sebagai ‘makhluk halus’. Dan yang perlu diingat, bahwa semua aktivitas kita tidak akan pernah lepas dari lirikan ketajaman mata setan. Dan, hanya orang yang beriman dan bertawakkal kepada Allahlah yang tak akan ‘goyah’ oleh godaan setan, sebagaimana firman Allah – dalam QS an-Nahl, 16: 99, ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫س‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ل‬ُ َ ‫ل‬ ْ ‫ل‬ُ‫س‬ ‫ن‬ ‫ان‬ َ‫ط‬ َ َ‫َع‬َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ٰ َ َ‫َع‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ّ ِ‫ب‬َ‫ر‬ َ ‫ون‬ ُ َ ‫َّك‬َ‫و‬َ‫ت‬ َ ‫ي‬ “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.” Dan juga firmanNya dalam QS Shâd/38: 82-83, َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫ك‬ِ‫ت‬َ‫ّز‬ِ‫ع‬ِ‫ب‬ َ ‫ف‬ُ‫ه‬ َ ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫و‬ ْ ‫غ‬ ُ َ ‫َل‬ْ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ع‬َ ْ ‫ْج‬ َ ‫أ‬﴿١٨﴾ َ ‫ل‬ِ‫إ‬َ‫ك‬ َ ‫اد‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ه‬ ْ ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ي‬ ِ‫ص‬ َ ‫ل‬ ْ ‫خ‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬﴿١٨﴾ “Iblis pun menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlish di antara mereka [Yang dimaksud dengan mukhlish ialah: “orang-orang yang telah diberi taufiq untuk menaati segala petunjuk dan perintah Allah SWT]. Di dalam kedua ayat tersebut di atas, kita bisa memahami, bahwa tidak akan mampu menghindarkan diri dari tipu daya mereka (para setan) dengan kepiawaian mereka dalam melakukan tipu-daya, kecuali orang-orang yang tawakal dan ikhlas. Ibaratnya, jadilah kita, manusia ini, mainan setan, kecuali orang-orang yang beriman. Seperti komentar Harun Yahya (2003) pun – ketika menginterpretasikan QS al-Hijr/15: 39-42 menyatakan: “I will make things on
  • 5. 5 earth seem good to them and I will misled them all, every one of them except your servants among them who are sincere” (Akan kujadikan serasa indah semua yang ada di dunia ini bagi para manusia dan akan kusesatkan mereka semuanya (tanpa kecuali); dan semuanya akan menjadi manusia-manusia sesat kecuali mereka yang benar-benar memiliki kesetiaan penuh untuk menjadi hamba Allah. Demikian kata setan kepada Allah SWT. Dan kita pun di negeri ini, boleh jadi tengah menjadi ‘sasaran empuk’ Iblis – yang pernah sukses mengoda Adam-Hawa — dengan “Tim Sukses”-nya yang lebih canggih dalam mengoda umat manusia di zaman yang serba-terbuka. Dari uraian di atas, kita bisa ‘faham’ bahwa memang berat sekali untuk menghindari godaan para setan ini. Kalau menghadiri pesta ulang tahun, tanpa harus diingatkan, kita bisa berdatangan on time. Menghadiri pertandingan sepak bola, bergerombol partisipannya. Apalagi pesta “umbar-syahwat” di berbagai tempat dan kesempatan. Tetapi, begitu diundang untuk menghadiri “undangan” Allah yang ditandai dengan suara azan para muazin, apakah kita telah terbiasa bergegas untuk mendatanginya? Apalagi di waktu subuh, “Setan” lebih sering menjadi pemenang, dan kita pun terkapar di tempat tidur menjadi pecundang! Ada saja alasan orang-orang untuk menghindar, tidak menghadiri undangan Allah. Pendeknya, jika diinvetarisasi, seribu satu lebih alasan. Padahal jadwal waktu shalat sudah kita ketahui. Hingga saya berpikir untuk belajar kepada Iblis dan “Tim Sukses”nya, kenapa mereka bisa seberhasil itu. Hebat benar cara kerja mereka dalam membujuk menusia agar jauh dari Allah. Seperti tim sukses partai-partai politik kita, Tim Sukses setan tak mengenal lelah. Mereka bekerja pagi, siang dan malam. Setan-setan ini ternyata hebat sekali. Keberhasilan mereka nampak nyata kala kita lihat dalam angka kehadiran umat Islam ke masjid-masjid, dengan sampel “jamaah shalat subuh” yang selalu sepi. Seperti layaknya Tim Kampanye Pemilu saja, setan-setan ini bekerja ekstra keras untuk medorong diri kita untuk besikap malas dalam beribadah. Bedanya, Tim Kampanye Pemilu biasanya bekerja untuk kepentingan politik jangka pendek, sedangkan setan bekerja untuk kepentingan yang lebih strategis: “menyesatkan umat manusia sepanjang masa!” Tengoklah pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat hiburan. Penuh dengan manusia dengan berbagai dandanan. Kesederhanaan nyaris sirna di antara kerumunan manusia yang mengunjungi tempat-tempat hiburan ini. Mereka menganggap tempat-tempat ini sebagai pelepas lelah spiritual. Jutaan rupiah dikeluarkan dengan tanpa tujuan yang jelas. Mengengok keberhasilan setan seperti ini, saya kira akan membuat Ketua Tim Sukses Setan pun tertawa, dan berteriak: “Kita Berhasil!” kata Iblis, sang Komandan, dengan sangat bangga. Dan ternyata karya Tim Sukses Setan di negeri kita tercinta ini boleh dibilang cukup berhasil, jika melihat polah-tingkah para pelaku maksiat yang
  • 6. 6 berulah di depan kita. Setan telah berhasil menjadi pemenang, dan kita pun menjadi pecundang! Sudahkah kita “sadar” bahwa kita tengah dan selalu digoda oleh setan? Kita mengenal sejarah godaan setan kepada manusia bermula interaksi anergis antara Adam-Hawa dengan Iblis. Adam-Hawa berasal dari golongan manusia, sedang Iblis berasal dari golongan jin. Disebutkan dalam firman Allah SWT: ْ ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ِ‫ة‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ ‫َل‬َ‫م‬ ْ ‫ل‬ِ‫ل‬‫وا‬ُ‫د‬ُ‫ج‬ ْ ‫اس‬َ‫م‬ َ ‫د‬ ِ‫ل‬‫وا‬ُ‫د‬َ‫ج‬ َ‫س‬ َ ‫ف‬ َ ‫ل‬ِ‫إ‬َ‫يس‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬ِ‫إ‬ َ ‫ن‬ َ ‫َك‬َ‫ن‬ِ‫م‬ّ ِ‫ن‬ِ ْ ‫اْل‬َ‫ق‬ َ‫س‬ َ ‫ف‬ َ ‫ف‬ ْ‫ن‬ َ ‫ع‬ِ‫ر‬ ْ ‫م‬ َ ‫أ‬ِ‫ه‬ّ ِ‫ب‬َ‫ر‬ۗ ُ ‫ه‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ذ‬ِ‫خ‬ َ ‫ت‬َ‫ت‬ َ ‫ف‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ي‬ّ ِ‫ر‬ ُ ‫ذ‬َ‫و‬َ‫اء‬َ ِ‫يِل‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ون‬ ُ ‫د‬ْ‫م‬ ُ ‫ه‬َ‫و‬ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ل‬ّ‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬َۚ‫س‬ ْ ‫ئ‬ِ‫ب‬ َ‫ي‬ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ ‫لّظ‬ِ‫ل‬ ً ‫ل‬ َ ‫د‬َ‫ب‬ “Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: “sujudlah kamu kepada Adam. Maka sujudlah mereka kecuali iblis. dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan- turunannya sebagai pemimpin selain Aku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS al- Kahfi/18: 50). Di dalam al-Quran, Allah SWT mengemukakan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh manusia terhadap setan dan menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya kita bersikap kepadanya agar dapat mewujudkan kehidupan yang baik di dunia ini sehingga membawa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Dalam bersikap kepada setan, ada manusia yang menjadikannya seperti saudara sehingga ia memiliki sifat-sifat yang sama sebagaimana yang dimiliki oleh setan, satu diantaranya adalah melakukan apa yang disebut dengan tabdzîr dalam penggunaan harta, yakni menggunakan atau membelanjakan harta untuk sesuatu yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik sedikit apalagi banyak. Dalam bahasa kita hal ini diistilahkan dengan pemborosan, karena mengandung kesia-siaan. Orang yang melakukan hal ini disebut dengan mubazir. Harta yang kita miliki, sebanyak apapun dia sangat banyak yang membutuhkannya baik untuk keluarga sendiri yang memang sangat berhak maupun orang lain seperti orang miskin dan orang yang dalam perjalanan yang memerlukan pertolongan. Allah SWT berfirman:
  • 7. 7 ِ‫آت‬َ‫و‬‫ا‬ َ ‫ذ‬ٰ َ ‫ب‬ْ‫ر‬ ُ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ق‬َ‫ح‬َ‫ي‬ِ‫ك‬ْ‫س‬ِ‫م‬ ْ ‫ال‬َ‫و‬َ‫ن‬ْ‫اب‬َ‫و‬ِ‫يل‬ِ‫ب‬ َ‫الس‬ َ ‫ل‬َ‫و‬َ‫ب‬ ُ ‫ت‬ْ‫ر‬ ّ ِ‫ذ‬‫ا‬ً‫ير‬ِ‫ذ‬ ْ ‫ب‬ َ ‫ت‬﴿٨١﴾ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫ين‬ِ‫ر‬ ّ ِ‫ذ‬َ‫ب‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬‫وا‬ ُ ‫ن‬ َ ‫َك‬ َ ‫ان‬َ‫و‬ ْ ‫خ‬ِ‫إ‬ِ‫ي‬ِ‫اط‬َ‫ي‬ َ ‫الّش‬ۖ َ ‫ن‬ َ ‫َك‬َ‫و‬ ُ ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ي‬ َ ‫الّش‬ِ‫ه‬ّ ِ‫ب‬َ‫ر‬ِ‫ل‬‫ا‬ً‫ور‬ ُ ‫ف‬ َ ‫ك‬﴿٨١﴾ “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur- hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS al- Isrâ’/17: 26-27). Dalam kehidupan ini, manusia membutuhkan pemimpin, namun manusia tidak boleh sembarangan memilih pemimpin, karena hal itu bisa mengakibatkan persoalan yang sangat pelik. Namun yang amat disayangkan adalah ada manusia yang menjadikan setan atau orang-orang yang berwatak setan sebagai pemimpin sehingga kepemimpinan itu membawa akibat negatif yang sangat besar. Allah SWT berfirman: ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫س‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ل‬ُ َ ‫ل‬ ‫ن‬ ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ل‬ُ‫س‬ َ َ‫َع‬َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ٰ َ َ‫َع‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ّ ِ‫ب‬َ‫ر‬ َ ‫ون‬ ُ َ ‫َّك‬َ‫و‬َ‫ت‬ َ ‫ي‬﴿١١﴾‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ّن‬ِ‫إ‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ل‬ُ‫س‬ َ َ‫َع‬َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬ْ‫و‬ َ ‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬ َ ‫ي‬َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬َ‫و‬‫م‬ ُ ‫ه‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ك‬ِ ْ ‫ْش‬ُ‫م‬﴿٦١١﴾ “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas orang-orang yang memersekutukannya dengan Allah.” (QS an-Nahl/16: 99-100). Kata sulthân (kekuasaan) dalam ayat di atas berasal dari kata as-Sâlith yang maksudnya adalah minyak yang digunakan untuk menyalakan lampu yang menggunakan sumbu. Ini berarti sulthân adalah keterangan atau bukti yang menjelaskan sesuatu dengan terang dan mampu meyakinkan pihak lain, baik benar maupun salah. Setan memang memiliki kemampuan untuk memperdaya manusia, namun yang bisa diperdaya oleh Setan hanyalah orang- orang yang lemah imannya, yang menjadikannya sebagai pemimpin, sama seperti virus sebuah penyakit yang hanya akan menimpa orang-orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Penggunaan kata “wali” (pelindung) terhadap setan juga disebutkan dalam firman Allah SWT:
  • 8. 8 ُ َ ‫اّلل‬ُ ِ‫ِل‬َ‫و‬َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ُ‫ج‬ِ‫ر‬ ْ ُ ‫ُي‬‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ ّ ِ‫م‬ِ‫ات‬َ‫م‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫الّظ‬ َ ‫ل‬ِ‫إ‬ِ‫ور‬ُ‫اّنل‬َۖ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ر‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ُ‫م‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫اؤ‬َ ِ‫يِل‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ُ ‫وت‬ ُ ‫اغ‬ َ‫الط‬‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫وّن‬ُ‫ج‬ِ‫ر‬ ْ ُ ‫ُي‬َ‫ن‬ ّ ِ‫م‬ِ‫ور‬ُ‫اّنل‬ َ ‫ل‬ِ‫إ‬ِ‫ات‬َ‫م‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫الّظ‬ٰۗ‫ـ‬ َ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬ُ‫اب‬َ‫ح‬ ْ ‫ص‬ َ ‫أ‬ِ‫ار‬َ‫اّنل‬ْۖ‫م‬ ُ ‫ه‬‫ا‬َ‫يه‬ِ‫ف‬ َ ‫ون‬ُ ِ‫اّدل‬ َ ‫خ‬ “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung- pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS al- Baqarah/2: 257). Ini berarti ada manusia yang menjadikan setan sebagai pemimpin dan pelindung. Kata “wali” bermaksud sesuatu yang langsung datang atau berada sesudah sesuatu yang lain, tidak ada perantara di antara keduanya. Ketika Allah SWT atau setan yang dijadikan sebagai wali oleh manusia, itu artinya manusia memiliki hubungan yang sangat dekat sehingga langsung ditolong, dibantu dan dilindungi. Ketika Allah SWT yang dijadikan sebagai wali (pemimpin dan pelindung), maka Allah SWT akan mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kesesatan kepada cahaya yang terang, yakni petunjuk hidup yang benar, namun ketika manusia menjadikan setan sebagai wali, maka setan akan mengeluarkan manusia dari jalan hidup yang benar (cahaya) kepada kegelapan atau kesesatan yang banyak. Dalam kehidupan ini, manusia tidak bisa hidup sendirian, ia membutuhkan kawan yang dapat menghibur dikala duka, yang dapat membantu dikala susah dan menemaninya dikala sepi, bahkan memecahkan persoalan saat menghadapi masalah. Karena itu, manusia seharusnya menjadikan orang-orang yang baik dan shaleh sebagai kawan, karenanya Allah SWT berpesan kepada setiap mukmin untuk selalu berkawan kepada orang- orang yang shiddîq (benar). Allah SWT berfirman: ‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ه‬ ُ ‫ي‬ َ ‫أ‬َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬‫وا‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ات‬َ َ ‫اّلل‬ ُ ‫ك‬َ‫و‬‫وا‬ ُ ‫ون‬َ‫ع‬َ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ِ‫د‬‫ا‬ َ‫الص‬ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS at-Taubah/9: 119). Karena itu amat disayangkan bila manusia menjadikan setan atau orang- orang yang berwatak setan sebagai kawan dekatnya, akibatnya merebaklah berbagai kejahatan yang disebarluaskan oleh setan, karena setan dan pengikut- pengikutnya hanya akan membuat manusia menempuh jalan hidup yang sesat hingga berujung ke neraka.
  • 9. 9 Allah SWT berfirman: َ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬َ‫اّنل‬ِ‫اس‬‫ن‬َ‫م‬ ُ ‫ل‬ِ‫د‬‫ا‬َ ُ ‫َي‬ِ‫ف‬ِ َ ‫اّلل‬ِ ْ ‫ِي‬ َ ‫غ‬ِ‫ب‬‫ي‬‫م‬ ْ ‫ل‬ِ‫ع‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬ َ ‫ّت‬َ‫ي‬َ‫و‬ َ ُ ‫ُك‬‫ي‬‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ش‬‫ي‬‫يد‬ِ‫ر‬ َ ‫م‬﴿٨﴾َ‫ب‬ِ‫ت‬ ُ ‫ك‬ ِ‫ه‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬ َ ‫أ‬‫ن‬َ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ َ ‫ت‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫ل‬ ِ‫ض‬ُ‫ي‬ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫د‬ ْ ‫ه‬َ‫ي‬َ‫و‬ٰ َ ‫ل‬ِ‫إ‬ِ‫اب‬ َ ‫ذ‬َ‫ع‬ِ‫ِي‬ِ‫ع‬ َ‫الس‬﴿٤﴾ “Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap setan yang sangat jahat, yang telah ditetapkan terhadap setan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya dan membawanya ke azab neraka.” (QS al-Hajj/22: 3-4). Sikap terbaik yang harus ditunjukkan oleh manusia terhadap setan adalah menganggap dan menjadikannya sebagai musuh yang harus diperangi dan diwaspadai setiap saat. Setan harus diperlakukan sebagai musuh karena sepak terjangnya dalam kehidupan kita menjadi kendala besar bagi kita untuk bisa menjadi muslim yang sejati. Allah SWT berfirman: ‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ه‬ ُ ‫ي‬ َ ‫أ‬َ‫ين‬ِ َ ‫اَّل‬‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬‫وا‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫خ‬ ْ ‫اد‬ِ‫ف‬ِ‫م‬ ْ ‫ل‬ ّ ِ‫الس‬ ً ‫ة‬ َ ‫ف‬ َ ‫َك‬ َ ‫ل‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬ َ ‫ّت‬ َ ‫ت‬ِ‫ات‬َ‫و‬ ُ‫ط‬ ُ ‫خ‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ي‬ َ ‫الّش‬ۚ ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ل‬ّ‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬ ُ ‫م‬ “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah/2: 208). Disamping itu, seruan Allah SWT untuk memperlakukan setan sebagai musuh tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tapi juga kepada seluruh umat manusia, karena ada kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhinya dan ia tidak boleh menghalalkan segala cara dalam upaya mencapainya, Hal ini karena, meskipun manusia tidak beriman kepada Allah SWT atau tidak menjadi muslim, dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, tetap saja mereka yang tidak beriman kepada Allah-pun tidak membenarkan upaya yang menghalalkan segala cara. Allah SWT berfirman: ‫ا‬َ‫ي‬ ُ ‫ي‬ َ ‫أ‬‫ا‬َ‫ه‬ُ‫اس‬َ‫اّنل‬‫وا‬ ُ ُ ‫ُك‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫م‬ِ‫ف‬ِ‫ض‬ْ‫ر‬ َ ْ ‫اَل‬ ً ‫ل‬ َ ‫َل‬َ‫ح‬‫ا‬ً‫ب‬ّ ِ‫ي‬ َ‫ط‬ َ ‫ل‬َ‫و‬‫وا‬ُ‫ع‬ِ‫ب‬ َ ‫ّت‬ َ ‫ت‬ِ‫ات‬َ‫و‬ ُ‫ط‬ ُ ‫خ‬ِ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ي‬ َ ‫الّش‬ۚ ُ ‫ه‬ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ل‬ّ‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬ ُ ‫م‬
  • 10. 10 “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah/2: 168). Keharusan manusia menjadikan setan sebagai musuh juga karena dalam kehidupan bersama, manusia sangat mendambakan kedamaian hidup, sedangkan setan selalu menanamkan perselisihan, permusuhan ke dalam jiwa manusia hingga akhirnya terjadi peperangan; tidak hanya dengan kata-kata tapi juga perang secara fisik dengan korban harta dan jiwa yang sedemikian banyak serta membawa dampak kejiwaan yang negatif, dan ini sebenarnya tidak dikehendaki oleh manusia. Allah SWT berfirman: ‫ل‬ ُ ‫ق‬َ‫و‬‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ ّ ِ‫ل‬‫وا‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ي‬ِ‫ت‬ َ ‫ال‬َ ِ‫ه‬ُ‫ن‬ َ‫س‬ ْ ‫ح‬ َ ‫أ‬ۚ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ي‬ َ ‫الّش‬ ُ ‫غ‬َ‫زن‬َ‫ي‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ي‬َ‫ب‬ۚ َ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ان‬ َ‫ط‬ ْ ‫ي‬ َ ‫الّش‬ َ ‫ن‬ َ ‫َك‬ِ‫ان‬ َ‫نس‬ِ ْ ‫ْل‬ِ‫ل‬‫ا‬ً‫و‬ُ‫د‬َ‫ع‬‫ا‬ ً ‫ين‬ِ‫ب‬ ُ ‫م‬ “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi manusia.” (QS al- Isrâ’/17: 53). Manakala kita siap menjadikan setan sebagai musuh, maka setiap kita harus waspada 24 jam setiap harinya, memiliki kesiapan untuk “berperang” dengannya dalam arti: “zero lolerance” (tidak ada kompromi) dengan setan, memiliki daya tahan yang kuat untuk menghalau godaan setan dan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari gangguan-gangguan setan, bila ini yang kita lakukan, maka kita bisa menjadi orang yang bertakwa dengan sebenar- benar takwa. Dan hanya ketakwaan kitalah “instrumen” yang dapat menjamin diri kita menjadi “Sang Pemenang” dalam setiap pergumulan “melawan setan”, dan sekaligus menjadikan para setan terkapar menjadi “Sang Pecundang” di hadapan kita! (Disampaikan dalam acara Pengajian Rutin Ahad Pagi (Ba’da Subuh), di Masjid Margo Mulyo, Nagan Tengah, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Ahad - 7 Februari 2016)