SlideShare a Scribd company logo
RESUME TOKSIKOLOGI 
“KINETIKA TOKSIKAN” 
(BOOK: LU’S BASIC TOXICOLOGY 4th EDITION) 
OL EH: 
AS TRIANI 
N1111 2 3 3 8 
TOKS IKOLOGI (B) 
FAKULTAS FARMAS I 
UNI V ERS I TAS HASANUDDIN 
2014
 Toksikan hanya mampu melukai jika telah 
diabsorpsi oleh organisme. Ada beberapa rute 
absorpsi yang dapat dilalui oleh toksikan yaitu 
melalui kulit, saluran GI, paru-paru dan rute minor 
lainnya. 
 Intensitas efek dari zat kimia pada organisme 
tergantung dari konsentrasi toksikan pada organ 
target tertentu. 
 Konsentrasi tidak hanya tergantung pada dosis 
pemberian tapi juga faktor lainnya seperti absorpsi, 
distribusi, pengikatan, dan ekskresi
Difusi Pasif 
 Kebanyakan toksikan melalui membran sel secara difusi pasif 
 Rata-rata jalur dihubungkan secara langsung melalui gradien 
konsentrasi 
 Banyak toksikan terionisasi, bentuk terionisasi ini biasanya tidak 
dapat berpenetrasi ke dalam membran sel karena kelarutannya 
dalam lemak kurang sedangkan bentuk tak terionisasi sangat 
mungkin untuk berpenetrasi karena kelarutannya dlam lipid 
cukup untuk menembus membran sel. Sehingga laju penetrasi 
tergantung pada kelarutan dalam lipid. 
 Keberadaan dari ionisasi as. organik lemah dan basah tergantung 
dari pH medium. 
Ex: As. Benzoat melalui difusi difasilitasi dalam lingkungan asam
Filtrasi 
 Membran kapiler dan glomeruli mempunyai luas celah 
relatif (sekitar 70 nm) dan membolehkan molekul yang 
lebih kecil dari albumin (BM: 60.000 dalton) untuk 
melewatinya. Bagian besar aliran air melalui celah ini 
akibat dari hidrostatik dan/atau tekanan osmotik dan 
dapat bertindak sebagai pembawa toksikan. 
 celah pada kebanyakan sel relatif kecil (sekitar 4 nm) 
dan hanya membolehkan zat kimia dengan BM 100-200 
yang dapat melaluinya. 
 Molekul zat kimia yang besar dapat tersaring ke dalam 
dan keluar sel dengan membentuk kesetimbangan 
antara konsentrasi dalam plasma dan konsentrasi cairan 
ekstraseluler, tapi tidak dapat melakukan filtrasi antara 
ekstraseluler dan cairan intraseluler
Carrier-mediated Transport/ Transpor 
terfasilitasi 
Formasi ini melibatkan suatu kompleks 
antara zat kimia dan pembawa 
makromolekuler pada satu sisi membran. 
Kemudian kompleks tersebut berdifusi 
pada sisi lain dari membran yang 
menghasilkan zat kimia. Setelah itu 
pembawa kembali ke permukaan semula 
untuk mengulangi proses transpor.
Lanjutan... 
Transpor aktif melibatkan suatu pembawa yang 
memindahkan molekul melalui membran melawan 
gradien konsentrasi, jika molekul adalah ion, maka 
akan melawan gradien elektrokimia. Hal tsb 
membutuhkan pengeluaran energi metabolik dan 
dapat dihambat oleh racun yang bergabung dengan 
metabolisme sel. 
 Difusi Difasilitasi sama dengan transpor aktif tapi 
molekul tidak berpindah dengan melawan gradien 
konsentrasi. Proses ini tidak tergantung pada energi 
sehingga metabolik racun tidak dapat menghambat 
proses ini.
Ditelan oleh Sel (Endositosis) 
 Partikel-partikel dapat ditelan oleh sel. Ketika 
partikelnya padat, prosesnya disebut fagositosis 
dan ketika partikelnya berupa cairan disebut 
pinositosis. 
 Seperti pada sistem transpor spesial yang 
penting untuk menghilangkan bahan partikulat 
dari alveoli dan substansi toksik tertentu dari 
darah oleh sistem retikuloendhotelia. 
 Absorpsi dari karagenan (BM: 40.000) di usus 
juga melalui proses ini.
 Rute utama toksikan diabsorpsi melalui saluran 
GI, paru-paru dan kulit tetapi dalam studi 
toksikologi juga terdapat jalur khusus seperti 
intraperitonial, intramuskular, dan juga 
digunakan injeksi subkutan. 
 Beberapa toksikan seperti 5-fluorouracil, 
thallium, diketahui diabsorpsi dengan baik pada 
intestinal melalui sistem transpor aktif dan 
bahan particulat seperti azo dyes dan 
polystyrene latex dapat masuk ke intestinal 
melalui pinositosis.
Saluran GI 
 Banyak toksikan yang dapat masuk melalui saluran GI 
seperti melalui makanan dan air atau obat-obatan atau tipe 
zat kimia lainnya. Kebanyakan toksikan tidak 
menimbulkan efek toksik apaun kecuali jika diabsorpsi. 
 Usus merupakan tempat yang signifikan untuk absorpsi, 
khususnya untuk asam lemah yang akan berada pada 
bentuk diffusible, tidak terionisasi, larut lipid. Disamping 
itu, basa lemah akan terionisasi dengan tinggi pada cairan 
lambung yang asam sehingga tidak bersifat cepat 
diabsorpsi. 
 Asam lemah akan berada dalam bentuk terionisasi dalam 
plasma dan dibawa sedangkan basa lemah akan berada 
dalam bentu tak-terion dan dapat disebar kembali ke usus.
Saluran Pernapasan 
 Tempat absorpsi utama pada slauran pernapasan adalah pada 
alveoli di paru-paru. Khususnya untuk gas-gas seperti karbon 
monoksida, nitrogen oksida, dan sulfur dioksida dan untuk 
cairan yang menguap seperti benzen dan karbon tetraklorida. 
Mereka cepat diabsorpsi melalui area alveolar, aliran darah 
tinggi, dan dengan darah udara alveolar. 
 Tingkat penyerapan tergantung pada kelarutan gas dalam 
darah: semakin larut itu, semakin cepat penyerapan. 
 Selain gas dan uap, aerosol cair dan partikel udara juga dapat 
diserap Secara umum, partikel besar tidak masuk ke saluran 
pernapasan, mereka disimpan dalam hidung dan dibuang 
dengan menyeka, meniup, dan bersin. Partikel yang sangat 
kecil kemungkinan akan dihembuskan atau disimpan di 
berbagai bagian saluran pernapasan.
• Partikel yang lebih kecil disimpan dalam trakea, 
bronkus, dan bronchioli dan kemudian baik 
disedot ke eskalator mukosiliar atau ditelan oleh 
fagosit. Partikel yang dilakukan oleh eskalator 
akan batuk atau tertelan. Fagosit dengan partikel 
ditelan akan diserap ke dalam limfatik. Beberapa 
partikel bebas juga dapat bermigrasi ke dalam 
limfatik. Partikel larut dapat diserap melalui epitel 
ke dalam darah.
Kulit 
 Beberapa bahan kimia dapat diserap melalui kulit 
dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan efek 
sistemik. Kimia A dapat diserap melalui folikel 
rambut atau melalui sel-sel kelenjar keringat atau 
dari kelenjar sebaceous. Ini merupakan rute minor 
untuk penyerapan karena hanya ada luas permukaan 
kecil dari kulit. Oleh karena itu, penyerapan 
perkutan dari bahan kimia yang pada dasarnya 
melalui kulit yang tepat, yang terdiri dari epidermis 
dan dermis
Lanjutan... 
 Penyerapan perkutan tahap pertama adalah difusi racun melalui epidermis, 
yang terutama stratum korneum adalah hambatan yang paling penting. 
Stratum corneum terdiri dari beberapa lapisan tipis, kohesif, sel-sel mati yang 
mengandung bahan tahan bahan kimia (filamen protein). 
 Penyerapan perkutan tahap kedua adalah difusi racun melalui dermis, yang 
berisi berpori, non selektif, media difusi berair. Oleh karena itu kurang efektif 
sebagai penghalang dari stratum corneum, dan, sebagai akibatnya, abrasi atau 
penghapusan yang terakhir menyebabkan peningkatan yang ditandai dalam 
penyerapan perkutan. 
 Asam, alkali, dan gas mustard juga akan meningkatkan penyerapan dengan 
merusak barrier. Beberapa pelarut, terutama dimetil sulfoksida (DMSO), juga 
meningkatkan permeabilitas kulit.
 Penghalang/ Barrier 
Penghalang darah-otak terletak di dinding kapiler. Sel-sel endotel kapiler 
erat bergabung, meninggalkan sedikit atau tidak ada pori-pori antara sel-sel 
ini. Dengan demikian, racun harus melewati endotelium kapiler itu 
sendiri. Kurangnya vesikel dalam sel-sel semakin mengurangi 
kemampuan transportasinya. 
 Penetrasi racun ke dalam otak tergantung pada kelarutan lemaknya. 
Contoh yang beredar adalah racun metil merkuri, yang mudah memasuki 
otak dan toksisitas utama yang terletak di sistem saraf pusat. Sebaliknya, 
senyawa merkuri anorganik tidak larut lemak, tidak mudah masuk ke 
otak, dan memberi efek yang merugikan utamanya bukan pada otak 
tetapi pada ginjal. 
 Hambatan lain yang juga hadir dalam organ seperti mata dan testis. 
Selain itu, eritrosit memainkan peran yang menarik dalam distribusi 
toksikan tertentu.
Pengikatan dan penyimpanan 
Terdapat 2 jenis ikatan : 
 Jenis ikatan kovalen, tidak dapat diubah 
dan, secara umum, terkait dengan efek 
toksik yang signifikan. 
 Ikatan nonkovalen biasanya menyumbang 
sebagian besar dari dosis dan reversibel. 
Oleh karena itu, proses ini memainkan 
peran penting dalam distribusi racun di 
berbagai organ dan jaringan.
Lanjutan... 
 Protein plasma dapat mengikatkan konstituen fisiologis normal dalam 
tubuh serta banyak senyawa asing. 
 Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat 
bahan kimia. Karakteristik ini mungkin dihubungkan dengan 
metabolik dan fungsi ekskresinya 
 Jaringan adipose merupakan tempat penyimpanan substansi larut-lipid 
yang penting seperti DDT, dieldrin, and polychlorinated 
biphenyls (PCB). 
 Tulang adalah tempat mayor ontuk penyimpanan toksin seperti 
fluoride dan strontium
Setelah penyerapan dan distribusi dalam 
organisme, racun diekskresikan, cepat atau 
lambat. Indikator yang berlaku umum dari 
tingkat penghapusan racun adalah “Waktu 
paruh" (t1/2), yang merupakan waktu yang 
dibutuhkan untuk 50% nya dihapus dari aliran 
darah.
Ekskresi urinaria 
 Ginjal menghilangkan racun dari tubuh dengan mekanisme yang sama dengan 
yang digunakan dalam penghapusan produk akhir dari metabolisme normal, 
yaitu, filtrasi glomerulus, tubular difusi, dan sekresi tubular. 
 Kapiler glomerulus memiliki pori-pori besar (70nm); Oleh karena itu, sebagian 
besar racun akan disaring di glomerulus, kecuali yang sangat besar (lebih dari 
60.000 dalton) atau erat terikat pada protein plasma. 
 Setelah racun memasuki filtrat glomerular, salah satu akan diserap kembali 
dengan pasif melalui tubular sel yang memiliki koefisien partisi lipid tinggi / air 
atau tetap dalam lumen tubular dan bisa dikeluarkan jika itu adalah senyawa 
polar. Sebuah racun juga dapat diekskresikan melalui tubulus ke dalam urin 
oleh difusi pasif.
Ekskresi billiary 
 Hati juga merupakan organ penting bagi ekskresi 
racun, terutama untuk senyawa dengan polaritas 
tinggi (anionik dan kationik), konjugat senyawa 
terikat pada protein plasma, dan senyawa dengan 
berat molekul lebih besar dari 300. 
 Secara umum, setelah senyawa tersebut di empedu, 
mereka tidak diserap ke dalam darah dan 
diekskresikan melalui feses. Namun, ada 
pengecualian, seperti konjugat glukuronida, yang 
dapat dihidrolisis oleh flora usus, memungkinkan 
reabsorpsi dari toksikan bebas.
Paru-paru 
 Zat yang ada dalam fase gas pada suhu tubuh 
diekskresikan terutama oleh paru-paru. Cairan yang 
mudah menguap juga mudah diekskresikan melalui 
udara. 
 Cairan sangat larut seperti kloroform dan halotan 
diekskresikan lambat karena penyimpanan mereka 
dalam jaringan adiposa dan volume ventilasi yang 
terbatas. 
 Ekskresi racun dari paru-paru dilakukan dengan 
difusi sederhana melalui membran sel.
Rute lain 
 Keringat dan air liur juga rute kecil ekskresi 
toksikan. 
 Ekskresi juga dengan difusi; sehingga hanya terbatas 
pada terionisasi dan bentuk larut-lipid dari toksikan. 
 Zat yang diekskresikan dalam air liur biasanya 
ditelan dan kemudian memungkinkan untuk 
penyerapan di saluran GI
 Sifat dan intensitas efek bahan kimia tergantung pada konsentrasi di lokasi 
aksi, yaitu dosis efektif cukup daripada dosis yang diberikan. 
 Pengikatan racun dalam jaringan akan meningkatkan level, sedangkan 
hambatan jaringan cenderung mengurangi tingkatan. Karena tingkat darah 
lebih mudah ditentukan, terutama selama waktu periode itu adalah 
parameter yang sering digunakan dalam studi toksikokinetik. 
 Sementara racun yang diserap, tingkat darahnya naik. Sementara itu, 
tingkat ekskresinya, biotransformasi dan distribusi ke organ dan jaringan 
lain juga meningkat. Kurva yang menggambarkan tingkat darah terhadap 
waktu dan daerah di bawah kurva (AUC) adalah alat yang berguna dalam 
toksikokinetik.
TERIMA KASIH...

More Related Content

What's hot

Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
Fadhol Romdhoni
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
Surya Amal
 
Rantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan PenyakitRantai Penularan Penyakit
2. laboratorium histopatologi (rpl)
2. laboratorium histopatologi (rpl)2. laboratorium histopatologi (rpl)
2. laboratorium histopatologi (rpl)
khusumaari
 
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasiSterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
HildaHerman1
 
Biosintesis Heme
Biosintesis HemeBiosintesis Heme
Biosintesis Heme
Ismail Wibowo
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiVivi Yunisa
 
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan SthapylococcusLaporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
tehanget12
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
Riskymessyana99
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13
tristyanto
 
Biosintesis Karbohidrat
Biosintesis KarbohidratBiosintesis Karbohidrat
Biosintesis Karbohidrat
Fakultas Farmasi dan Sains
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
pjj_kemenkes
 
Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe IHipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe I
Abulkhair Abdullah
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
Google
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Syscha Lumempouw
 
Mekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian SelMekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian SelFebry Salsinha
 
Sampling dan-besar-sampel
Sampling dan-besar-sampelSampling dan-besar-sampel
Sampling dan-besar-sampel
Maya Alwayswishyou
 
Ppt mekanisme kerja antibiotik
Ppt mekanisme kerja antibiotikPpt mekanisme kerja antibiotik
Ppt mekanisme kerja antibiotik
Widdya Anggraini
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologi
Inoy Trisnaini
 

What's hot (20)

Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
Rantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan PenyakitRantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan Penyakit
 
Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan KehamilanPemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan Kehamilan
 
2. laboratorium histopatologi (rpl)
2. laboratorium histopatologi (rpl)2. laboratorium histopatologi (rpl)
2. laboratorium histopatologi (rpl)
 
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasiSterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
 
Biosintesis Heme
Biosintesis HemeBiosintesis Heme
Biosintesis Heme
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan SthapylococcusLaporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13
 
Biosintesis Karbohidrat
Biosintesis KarbohidratBiosintesis Karbohidrat
Biosintesis Karbohidrat
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe IHipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe I
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 
Mekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian SelMekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian Sel
 
Sampling dan-besar-sampel
Sampling dan-besar-sampelSampling dan-besar-sampel
Sampling dan-besar-sampel
 
Ppt mekanisme kerja antibiotik
Ppt mekanisme kerja antibiotikPpt mekanisme kerja antibiotik
Ppt mekanisme kerja antibiotik
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologi
 

Similar to Resume toksikologi

Toksikologi
ToksikologiToksikologi
Toksikologi
zipiklan
 
4. TOKSIKOLOGI.pptx
4. TOKSIKOLOGI.pptx4. TOKSIKOLOGI.pptx
4. TOKSIKOLOGI.pptx
NanaMisrochah1
 
Biologi sel : 4. Selaput plasma, struktur dan transportasi membran l Kelas : ...
Biologi sel : 4. Selaput plasma, struktur dan transportasi membran l Kelas : ...Biologi sel : 4. Selaput plasma, struktur dan transportasi membran l Kelas : ...
Biologi sel : 4. Selaput plasma, struktur dan transportasi membran l Kelas : ...
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Pertemuan ke tiga toksikologi
Pertemuan ke tiga toksikologiPertemuan ke tiga toksikologi
Pertemuan ke tiga toksikologi
TatianaSiskaWardani
 
Fase Kerja Toksik.pptx
Fase Kerja Toksik.pptxFase Kerja Toksik.pptx
Fase Kerja Toksik.pptx
Septi Purnamasari
 
Sistem Transport Melalui Membran Sel
Sistem Transport Melalui Membran SelSistem Transport Melalui Membran Sel
Sistem Transport Melalui Membran Sel
Sulistia Rini
 
4. sistem transport melalui membran sel
4. sistem transport melalui membran sel4. sistem transport melalui membran sel
4. sistem transport melalui membran selSulistia Rini
 
I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)
I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)
I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)
Syifa Dhila
 
Sistem endomembran
Sistem endomembranSistem endomembran
Sistem endomembran
Afifah Zulianuriauwani
 
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptxAbsorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
YeoreumBi
 
Lect 4 SISTEM TRANSPOR MEMBRAN SEL LENGKAP
Lect 4 SISTEM TRANSPOR MEMBRAN SEL LENGKAPLect 4 SISTEM TRANSPOR MEMBRAN SEL LENGKAP
Lect 4 SISTEM TRANSPOR MEMBRAN SEL LENGKAP
IDewaAyuX3
 
KIMED 1_KEL.6_HUBUNGAN STRUKTUR SIFAT KIMIA, FISIKA DENGAN ABSORPSI, DISTRIBU...
KIMED 1_KEL.6_HUBUNGAN STRUKTUR SIFAT KIMIA, FISIKA DENGAN ABSORPSI, DISTRIBU...KIMED 1_KEL.6_HUBUNGAN STRUKTUR SIFAT KIMIA, FISIKA DENGAN ABSORPSI, DISTRIBU...
KIMED 1_KEL.6_HUBUNGAN STRUKTUR SIFAT KIMIA, FISIKA DENGAN ABSORPSI, DISTRIBU...
Rizki565686
 
Fase kerja toksikan
Fase kerja toksikanFase kerja toksikan
Fase kerja toksikan
Yandi Novia (Debu Yandi)
 
biofisika kelompok 2.pptx
biofisika kelompok 2.pptxbiofisika kelompok 2.pptx
biofisika kelompok 2.pptx
ferrysandria2
 
Toksikokinetik
ToksikokinetikToksikokinetik
Toksikokinetik
DinaMaulina7
 
KEL3_TOKSIKOLOGI pengantar cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc
KEL3_TOKSIKOLOGI pengantar ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccKEL3_TOKSIKOLOGI pengantar cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc
KEL3_TOKSIKOLOGI pengantar cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc
Vbypeboy
 
ADME kimed.pptx
ADME kimed.pptxADME kimed.pptx
ADME kimed.pptx
marlinalince
 
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaSummary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Nyak Nisa Ul Khairani
 
Endositosis
EndositosisEndositosis
Endositosis
Kiew LC
 
Sistem transpor membran
Sistem transpor membranSistem transpor membran
Sistem transpor membranMuhammad Poapa
 

Similar to Resume toksikologi (20)

Toksikologi
ToksikologiToksikologi
Toksikologi
 
4. TOKSIKOLOGI.pptx
4. TOKSIKOLOGI.pptx4. TOKSIKOLOGI.pptx
4. TOKSIKOLOGI.pptx
 
Biologi sel : 4. Selaput plasma, struktur dan transportasi membran l Kelas : ...
Biologi sel : 4. Selaput plasma, struktur dan transportasi membran l Kelas : ...Biologi sel : 4. Selaput plasma, struktur dan transportasi membran l Kelas : ...
Biologi sel : 4. Selaput plasma, struktur dan transportasi membran l Kelas : ...
 
Pertemuan ke tiga toksikologi
Pertemuan ke tiga toksikologiPertemuan ke tiga toksikologi
Pertemuan ke tiga toksikologi
 
Fase Kerja Toksik.pptx
Fase Kerja Toksik.pptxFase Kerja Toksik.pptx
Fase Kerja Toksik.pptx
 
Sistem Transport Melalui Membran Sel
Sistem Transport Melalui Membran SelSistem Transport Melalui Membran Sel
Sistem Transport Melalui Membran Sel
 
4. sistem transport melalui membran sel
4. sistem transport melalui membran sel4. sistem transport melalui membran sel
4. sistem transport melalui membran sel
 
I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)
I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)
I. pengantar farmakologi (Buku Farmakologi UI)
 
Sistem endomembran
Sistem endomembranSistem endomembran
Sistem endomembran
 
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptxAbsorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
 
Lect 4 SISTEM TRANSPOR MEMBRAN SEL LENGKAP
Lect 4 SISTEM TRANSPOR MEMBRAN SEL LENGKAPLect 4 SISTEM TRANSPOR MEMBRAN SEL LENGKAP
Lect 4 SISTEM TRANSPOR MEMBRAN SEL LENGKAP
 
KIMED 1_KEL.6_HUBUNGAN STRUKTUR SIFAT KIMIA, FISIKA DENGAN ABSORPSI, DISTRIBU...
KIMED 1_KEL.6_HUBUNGAN STRUKTUR SIFAT KIMIA, FISIKA DENGAN ABSORPSI, DISTRIBU...KIMED 1_KEL.6_HUBUNGAN STRUKTUR SIFAT KIMIA, FISIKA DENGAN ABSORPSI, DISTRIBU...
KIMED 1_KEL.6_HUBUNGAN STRUKTUR SIFAT KIMIA, FISIKA DENGAN ABSORPSI, DISTRIBU...
 
Fase kerja toksikan
Fase kerja toksikanFase kerja toksikan
Fase kerja toksikan
 
biofisika kelompok 2.pptx
biofisika kelompok 2.pptxbiofisika kelompok 2.pptx
biofisika kelompok 2.pptx
 
Toksikokinetik
ToksikokinetikToksikokinetik
Toksikokinetik
 
KEL3_TOKSIKOLOGI pengantar cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc
KEL3_TOKSIKOLOGI pengantar ccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccKEL3_TOKSIKOLOGI pengantar cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc
KEL3_TOKSIKOLOGI pengantar cccccccccccccccccccccccccccccccccccccccccc
 
ADME kimed.pptx
ADME kimed.pptxADME kimed.pptx
ADME kimed.pptx
 
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaSummary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Ch. 7,8,9,10 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
 
Endositosis
EndositosisEndositosis
Endositosis
 
Sistem transpor membran
Sistem transpor membranSistem transpor membran
Sistem transpor membran
 

More from AsthrEey' Schwarzenegger

Ginkgo biloba
Ginkgo bilobaGinkgo biloba
Penanganan hewan-coba-marmut-cavia-porcellus
Penanganan hewan-coba-marmut-cavia-porcellusPenanganan hewan-coba-marmut-cavia-porcellus
Penanganan hewan-coba-marmut-cavia-porcellus
AsthrEey' Schwarzenegger
 
Pengawasan produk pangan berisiko tinggi
Pengawasan produk pangan berisiko tinggiPengawasan produk pangan berisiko tinggi
Pengawasan produk pangan berisiko tinggi
AsthrEey' Schwarzenegger
 
Stroke
StrokeStroke
Quality control methods of herbal materials
Quality control methods  of herbal materialsQuality control methods  of herbal materials
Quality control methods of herbal materials
AsthrEey' Schwarzenegger
 
Resume imunologi
Resume imunologiResume imunologi
Resume imunologi
AsthrEey' Schwarzenegger
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
AsthrEey' Schwarzenegger
 
Antidabetic compounds from marine organisms and their properties
Antidabetic compounds from marine organisms and their propertiesAntidabetic compounds from marine organisms and their properties
Antidabetic compounds from marine organisms and their properties
AsthrEey' Schwarzenegger
 
Uji mikrobiologis Makanan berlemak/minyak
Uji mikrobiologis Makanan berlemak/minyakUji mikrobiologis Makanan berlemak/minyak
Uji mikrobiologis Makanan berlemak/minyak
AsthrEey' Schwarzenegger
 
Analisis kualitatif sildenafil sitrat pada jamu tradisional
Analisis kualitatif sildenafil sitrat pada jamu tradisionalAnalisis kualitatif sildenafil sitrat pada jamu tradisional
Analisis kualitatif sildenafil sitrat pada jamu tradisionalAsthrEey' Schwarzenegger
 
Sintesis Etil asetat
Sintesis Etil asetatSintesis Etil asetat
Sintesis Etil asetat
AsthrEey' Schwarzenegger
 

More from AsthrEey' Schwarzenegger (18)

Ginkgo biloba
Ginkgo bilobaGinkgo biloba
Ginkgo biloba
 
Penanganan hewan-coba-marmut-cavia-porcellus
Penanganan hewan-coba-marmut-cavia-porcellusPenanganan hewan-coba-marmut-cavia-porcellus
Penanganan hewan-coba-marmut-cavia-porcellus
 
Pengawasan produk pangan berisiko tinggi
Pengawasan produk pangan berisiko tinggiPengawasan produk pangan berisiko tinggi
Pengawasan produk pangan berisiko tinggi
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Quality control methods of herbal materials
Quality control methods  of herbal materialsQuality control methods  of herbal materials
Quality control methods of herbal materials
 
Resume imunologi
Resume imunologiResume imunologi
Resume imunologi
 
Klt ku
Klt kuKlt ku
Klt ku
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
Antidabetic compounds from marine organisms and their properties
Antidabetic compounds from marine organisms and their propertiesAntidabetic compounds from marine organisms and their properties
Antidabetic compounds from marine organisms and their properties
 
Uji mikrobiologis Makanan berlemak/minyak
Uji mikrobiologis Makanan berlemak/minyakUji mikrobiologis Makanan berlemak/minyak
Uji mikrobiologis Makanan berlemak/minyak
 
Sintesis aspirin
Sintesis aspirinSintesis aspirin
Sintesis aspirin
 
Kamus praktis bahasa arab
Kamus praktis bahasa arabKamus praktis bahasa arab
Kamus praktis bahasa arab
 
Analisis kualitatif sildenafil sitrat pada jamu tradisional
Analisis kualitatif sildenafil sitrat pada jamu tradisionalAnalisis kualitatif sildenafil sitrat pada jamu tradisional
Analisis kualitatif sildenafil sitrat pada jamu tradisional
 
Makalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikumMakalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikum
 
Pewarnaan bakteri (1)
Pewarnaan bakteri (1)Pewarnaan bakteri (1)
Pewarnaan bakteri (1)
 
Kasus moral & etika kesehatan
Kasus moral & etika kesehatanKasus moral & etika kesehatan
Kasus moral & etika kesehatan
 
Obat tradisional yang mengandung bko
Obat tradisional yang mengandung bkoObat tradisional yang mengandung bko
Obat tradisional yang mengandung bko
 
Sintesis Etil asetat
Sintesis Etil asetatSintesis Etil asetat
Sintesis Etil asetat
 

Recently uploaded

Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdfTugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Thahir9
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
sriwulandari723
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
PutraDwitara
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
moh3315
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 

Recently uploaded (20)

Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdfTugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
Tugas Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4.pdf
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 

Resume toksikologi

  • 1. RESUME TOKSIKOLOGI “KINETIKA TOKSIKAN” (BOOK: LU’S BASIC TOXICOLOGY 4th EDITION) OL EH: AS TRIANI N1111 2 3 3 8 TOKS IKOLOGI (B) FAKULTAS FARMAS I UNI V ERS I TAS HASANUDDIN 2014
  • 2.  Toksikan hanya mampu melukai jika telah diabsorpsi oleh organisme. Ada beberapa rute absorpsi yang dapat dilalui oleh toksikan yaitu melalui kulit, saluran GI, paru-paru dan rute minor lainnya.  Intensitas efek dari zat kimia pada organisme tergantung dari konsentrasi toksikan pada organ target tertentu.  Konsentrasi tidak hanya tergantung pada dosis pemberian tapi juga faktor lainnya seperti absorpsi, distribusi, pengikatan, dan ekskresi
  • 3. Difusi Pasif  Kebanyakan toksikan melalui membran sel secara difusi pasif  Rata-rata jalur dihubungkan secara langsung melalui gradien konsentrasi  Banyak toksikan terionisasi, bentuk terionisasi ini biasanya tidak dapat berpenetrasi ke dalam membran sel karena kelarutannya dalam lemak kurang sedangkan bentuk tak terionisasi sangat mungkin untuk berpenetrasi karena kelarutannya dlam lipid cukup untuk menembus membran sel. Sehingga laju penetrasi tergantung pada kelarutan dalam lipid.  Keberadaan dari ionisasi as. organik lemah dan basah tergantung dari pH medium. Ex: As. Benzoat melalui difusi difasilitasi dalam lingkungan asam
  • 4.
  • 5. Filtrasi  Membran kapiler dan glomeruli mempunyai luas celah relatif (sekitar 70 nm) dan membolehkan molekul yang lebih kecil dari albumin (BM: 60.000 dalton) untuk melewatinya. Bagian besar aliran air melalui celah ini akibat dari hidrostatik dan/atau tekanan osmotik dan dapat bertindak sebagai pembawa toksikan.  celah pada kebanyakan sel relatif kecil (sekitar 4 nm) dan hanya membolehkan zat kimia dengan BM 100-200 yang dapat melaluinya.  Molekul zat kimia yang besar dapat tersaring ke dalam dan keluar sel dengan membentuk kesetimbangan antara konsentrasi dalam plasma dan konsentrasi cairan ekstraseluler, tapi tidak dapat melakukan filtrasi antara ekstraseluler dan cairan intraseluler
  • 6. Carrier-mediated Transport/ Transpor terfasilitasi Formasi ini melibatkan suatu kompleks antara zat kimia dan pembawa makromolekuler pada satu sisi membran. Kemudian kompleks tersebut berdifusi pada sisi lain dari membran yang menghasilkan zat kimia. Setelah itu pembawa kembali ke permukaan semula untuk mengulangi proses transpor.
  • 7. Lanjutan... Transpor aktif melibatkan suatu pembawa yang memindahkan molekul melalui membran melawan gradien konsentrasi, jika molekul adalah ion, maka akan melawan gradien elektrokimia. Hal tsb membutuhkan pengeluaran energi metabolik dan dapat dihambat oleh racun yang bergabung dengan metabolisme sel.  Difusi Difasilitasi sama dengan transpor aktif tapi molekul tidak berpindah dengan melawan gradien konsentrasi. Proses ini tidak tergantung pada energi sehingga metabolik racun tidak dapat menghambat proses ini.
  • 8. Ditelan oleh Sel (Endositosis)  Partikel-partikel dapat ditelan oleh sel. Ketika partikelnya padat, prosesnya disebut fagositosis dan ketika partikelnya berupa cairan disebut pinositosis.  Seperti pada sistem transpor spesial yang penting untuk menghilangkan bahan partikulat dari alveoli dan substansi toksik tertentu dari darah oleh sistem retikuloendhotelia.  Absorpsi dari karagenan (BM: 40.000) di usus juga melalui proses ini.
  • 9.  Rute utama toksikan diabsorpsi melalui saluran GI, paru-paru dan kulit tetapi dalam studi toksikologi juga terdapat jalur khusus seperti intraperitonial, intramuskular, dan juga digunakan injeksi subkutan.  Beberapa toksikan seperti 5-fluorouracil, thallium, diketahui diabsorpsi dengan baik pada intestinal melalui sistem transpor aktif dan bahan particulat seperti azo dyes dan polystyrene latex dapat masuk ke intestinal melalui pinositosis.
  • 10. Saluran GI  Banyak toksikan yang dapat masuk melalui saluran GI seperti melalui makanan dan air atau obat-obatan atau tipe zat kimia lainnya. Kebanyakan toksikan tidak menimbulkan efek toksik apaun kecuali jika diabsorpsi.  Usus merupakan tempat yang signifikan untuk absorpsi, khususnya untuk asam lemah yang akan berada pada bentuk diffusible, tidak terionisasi, larut lipid. Disamping itu, basa lemah akan terionisasi dengan tinggi pada cairan lambung yang asam sehingga tidak bersifat cepat diabsorpsi.  Asam lemah akan berada dalam bentuk terionisasi dalam plasma dan dibawa sedangkan basa lemah akan berada dalam bentu tak-terion dan dapat disebar kembali ke usus.
  • 11.
  • 12. Saluran Pernapasan  Tempat absorpsi utama pada slauran pernapasan adalah pada alveoli di paru-paru. Khususnya untuk gas-gas seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan sulfur dioksida dan untuk cairan yang menguap seperti benzen dan karbon tetraklorida. Mereka cepat diabsorpsi melalui area alveolar, aliran darah tinggi, dan dengan darah udara alveolar.  Tingkat penyerapan tergantung pada kelarutan gas dalam darah: semakin larut itu, semakin cepat penyerapan.  Selain gas dan uap, aerosol cair dan partikel udara juga dapat diserap Secara umum, partikel besar tidak masuk ke saluran pernapasan, mereka disimpan dalam hidung dan dibuang dengan menyeka, meniup, dan bersin. Partikel yang sangat kecil kemungkinan akan dihembuskan atau disimpan di berbagai bagian saluran pernapasan.
  • 13. • Partikel yang lebih kecil disimpan dalam trakea, bronkus, dan bronchioli dan kemudian baik disedot ke eskalator mukosiliar atau ditelan oleh fagosit. Partikel yang dilakukan oleh eskalator akan batuk atau tertelan. Fagosit dengan partikel ditelan akan diserap ke dalam limfatik. Beberapa partikel bebas juga dapat bermigrasi ke dalam limfatik. Partikel larut dapat diserap melalui epitel ke dalam darah.
  • 14. Kulit  Beberapa bahan kimia dapat diserap melalui kulit dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan efek sistemik. Kimia A dapat diserap melalui folikel rambut atau melalui sel-sel kelenjar keringat atau dari kelenjar sebaceous. Ini merupakan rute minor untuk penyerapan karena hanya ada luas permukaan kecil dari kulit. Oleh karena itu, penyerapan perkutan dari bahan kimia yang pada dasarnya melalui kulit yang tepat, yang terdiri dari epidermis dan dermis
  • 15. Lanjutan...  Penyerapan perkutan tahap pertama adalah difusi racun melalui epidermis, yang terutama stratum korneum adalah hambatan yang paling penting. Stratum corneum terdiri dari beberapa lapisan tipis, kohesif, sel-sel mati yang mengandung bahan tahan bahan kimia (filamen protein).  Penyerapan perkutan tahap kedua adalah difusi racun melalui dermis, yang berisi berpori, non selektif, media difusi berair. Oleh karena itu kurang efektif sebagai penghalang dari stratum corneum, dan, sebagai akibatnya, abrasi atau penghapusan yang terakhir menyebabkan peningkatan yang ditandai dalam penyerapan perkutan.  Asam, alkali, dan gas mustard juga akan meningkatkan penyerapan dengan merusak barrier. Beberapa pelarut, terutama dimetil sulfoksida (DMSO), juga meningkatkan permeabilitas kulit.
  • 16.  Penghalang/ Barrier Penghalang darah-otak terletak di dinding kapiler. Sel-sel endotel kapiler erat bergabung, meninggalkan sedikit atau tidak ada pori-pori antara sel-sel ini. Dengan demikian, racun harus melewati endotelium kapiler itu sendiri. Kurangnya vesikel dalam sel-sel semakin mengurangi kemampuan transportasinya.  Penetrasi racun ke dalam otak tergantung pada kelarutan lemaknya. Contoh yang beredar adalah racun metil merkuri, yang mudah memasuki otak dan toksisitas utama yang terletak di sistem saraf pusat. Sebaliknya, senyawa merkuri anorganik tidak larut lemak, tidak mudah masuk ke otak, dan memberi efek yang merugikan utamanya bukan pada otak tetapi pada ginjal.  Hambatan lain yang juga hadir dalam organ seperti mata dan testis. Selain itu, eritrosit memainkan peran yang menarik dalam distribusi toksikan tertentu.
  • 17. Pengikatan dan penyimpanan Terdapat 2 jenis ikatan :  Jenis ikatan kovalen, tidak dapat diubah dan, secara umum, terkait dengan efek toksik yang signifikan.  Ikatan nonkovalen biasanya menyumbang sebagian besar dari dosis dan reversibel. Oleh karena itu, proses ini memainkan peran penting dalam distribusi racun di berbagai organ dan jaringan.
  • 18. Lanjutan...  Protein plasma dapat mengikatkan konstituen fisiologis normal dalam tubuh serta banyak senyawa asing.  Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat bahan kimia. Karakteristik ini mungkin dihubungkan dengan metabolik dan fungsi ekskresinya  Jaringan adipose merupakan tempat penyimpanan substansi larut-lipid yang penting seperti DDT, dieldrin, and polychlorinated biphenyls (PCB).  Tulang adalah tempat mayor ontuk penyimpanan toksin seperti fluoride dan strontium
  • 19. Setelah penyerapan dan distribusi dalam organisme, racun diekskresikan, cepat atau lambat. Indikator yang berlaku umum dari tingkat penghapusan racun adalah “Waktu paruh" (t1/2), yang merupakan waktu yang dibutuhkan untuk 50% nya dihapus dari aliran darah.
  • 20. Ekskresi urinaria  Ginjal menghilangkan racun dari tubuh dengan mekanisme yang sama dengan yang digunakan dalam penghapusan produk akhir dari metabolisme normal, yaitu, filtrasi glomerulus, tubular difusi, dan sekresi tubular.  Kapiler glomerulus memiliki pori-pori besar (70nm); Oleh karena itu, sebagian besar racun akan disaring di glomerulus, kecuali yang sangat besar (lebih dari 60.000 dalton) atau erat terikat pada protein plasma.  Setelah racun memasuki filtrat glomerular, salah satu akan diserap kembali dengan pasif melalui tubular sel yang memiliki koefisien partisi lipid tinggi / air atau tetap dalam lumen tubular dan bisa dikeluarkan jika itu adalah senyawa polar. Sebuah racun juga dapat diekskresikan melalui tubulus ke dalam urin oleh difusi pasif.
  • 21. Ekskresi billiary  Hati juga merupakan organ penting bagi ekskresi racun, terutama untuk senyawa dengan polaritas tinggi (anionik dan kationik), konjugat senyawa terikat pada protein plasma, dan senyawa dengan berat molekul lebih besar dari 300.  Secara umum, setelah senyawa tersebut di empedu, mereka tidak diserap ke dalam darah dan diekskresikan melalui feses. Namun, ada pengecualian, seperti konjugat glukuronida, yang dapat dihidrolisis oleh flora usus, memungkinkan reabsorpsi dari toksikan bebas.
  • 22. Paru-paru  Zat yang ada dalam fase gas pada suhu tubuh diekskresikan terutama oleh paru-paru. Cairan yang mudah menguap juga mudah diekskresikan melalui udara.  Cairan sangat larut seperti kloroform dan halotan diekskresikan lambat karena penyimpanan mereka dalam jaringan adiposa dan volume ventilasi yang terbatas.  Ekskresi racun dari paru-paru dilakukan dengan difusi sederhana melalui membran sel.
  • 23. Rute lain  Keringat dan air liur juga rute kecil ekskresi toksikan.  Ekskresi juga dengan difusi; sehingga hanya terbatas pada terionisasi dan bentuk larut-lipid dari toksikan.  Zat yang diekskresikan dalam air liur biasanya ditelan dan kemudian memungkinkan untuk penyerapan di saluran GI
  • 24.  Sifat dan intensitas efek bahan kimia tergantung pada konsentrasi di lokasi aksi, yaitu dosis efektif cukup daripada dosis yang diberikan.  Pengikatan racun dalam jaringan akan meningkatkan level, sedangkan hambatan jaringan cenderung mengurangi tingkatan. Karena tingkat darah lebih mudah ditentukan, terutama selama waktu periode itu adalah parameter yang sering digunakan dalam studi toksikokinetik.  Sementara racun yang diserap, tingkat darahnya naik. Sementara itu, tingkat ekskresinya, biotransformasi dan distribusi ke organ dan jaringan lain juga meningkat. Kurva yang menggambarkan tingkat darah terhadap waktu dan daerah di bawah kurva (AUC) adalah alat yang berguna dalam toksikokinetik.