SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
FASE KERJA TOKSIKAN
Septi Purnamasari, S.ST, M.Bmd
Pendahuluan
• Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari
sederetan proses fisika, biokimia, dan biologik yang sangat
rumit dan komplek.
• Proses ini umumnya dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu:
fase eksposisi toksokinetik dan fase toksodinamik
• Pada berbagai kerja toksik, mekanisme kerjanya dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1.Kerja toksik yang dilandasi oleh interaksi kimia antara suatu
zat atau metabolitnya dengan substrat biologi.
2.Efek toksik, karena terjadi interaksi yang reversibel antara
zat asing dengan substrat biologi.
• Kerja toksik yang dilandasi oleh interaksi kimia antara
suatu zat atau metabolitnya dengan substrat biologi
• Dalam pengertian pembentukan suatu ikatan kimia
kovalen atau berasaskan suatu perubahan kimia dari
substrat biologi sebagai akibat dari suatu perubahan
kimia zat
• Mekanisme ini jarang terjadi untuk zat yang
digunakan sebagai terapeutika
• Efek toksik, karena terjadi interaksi yang reversibel antara zat asing
dengan substrat biologi.
• Hal ini mengakibatkan suatu perubahan fungsional, yang lazimnya
hilang bila zat tersebut dieliminasi dari plasma.
• Kerja farmakodinamik kebanyakan obat bertumpu pada interaksi
yang reversibel.
• Zat yang bekerja bolak-balik, diutamakan dalam terapi karena
mereka kemudian meninggalkan organisme, setelah bekerja tanpa
menimbulkan kerusakan kimia yang berlangsung lama
• Terlepas dari apakah kerja yang terlihat merupakan kerja yang
tak bolak-balik atau bolak-balik, pada umumnya kerja ini
dilandasi oleh rantai reaksi yang dapat dibagi menjadi tiga fase:
A.FASE EKSPOSISI (farmaseutika)
B.FASE TOKSIKOKINETIK (farmakokinetik)
C.FASE TOKSIKODINAMIK (farmakodinamik)
Fase eksposisi
• Fase eksposisi merupakan kontak suatu organisme dengan
xenobiotika, pada umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat
terjadi efek toksik/ farmakologi setelah xenobiotika terabsorpsi.
• Umumnya hanya tokson yang berada dalam bentuk terlarut,
terdispersi molekular dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik.
Dalam konteks pembahasan efek obat, fase ini umumnya
dikenal dengan fase farmaseutika.
Lanjutan
• Fase farmaseutika meliputi hancurnya bentuk sediaan obat,
kemudian zat aktif melarut, terdispersi molekular di tempat
kontaknya.
• Sehingga zat aktif berada dalam keadaan siap terabsorpsi
menuju sistem sistemik.
• Fase ini sangat ditentukan oleh faktor-faktor farmaseutika dari
sediaan farmasi.
Fase Toksikokinetik
• Disebut juga dengan fase farmakokinetik.
• Setelah xenobiotika berada dalam ketersediaan farmasetika,
pada mana keadaan xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju
aliran darah atau pembuluh limfe, maka xenobiotika tersebut
akan bersama aliran darah atau limfe didistribusikan ke seluruh
tubuh dan ke tempat kerja toksik (reseptor).
• Pada saat yang bersamaan sebagian molekul xenobitika akan
termetabolisme, atau tereksresi bersama urin melalui ginjal,
melalui empedu menuju saluran cerna, atau sistem eksresi
lainnya.
Lanjutan
• Ada dua jenis proses yang memainkan peranan penting pada
fase toksokinetik:
• Proses transpor, yang meliputi absorpsi, distribusi (termasuk
transpor dan fiksasi pada komponen jaringan dalam organ)
dan ekskresi.
• Perubahan metabolik –disebut juga biotransformasiyang
sering menyebabkan ketidakaktifan zat yang diserap
(bioaktivasi). Namun perubahan biokimia dalam organisme
dapat mengakibatkan juga pembentukan senyawa aktif dan
mengakibatkan bioaktivasi
Fase Toksikodinamik
• Adalah interaksi antara tokson dengan reseptor (tempat kerja
toksik) dan juga proses-proses yang terkait dimana pada
akhirnya muncul efek toksik/farmakologik.
• Interaksi tokson-reseptor umumnya merupakan interaksi yang
bolak-balik (reversibel).
• Hal ini mengakibatkan perubahan fungsional, yang lazim hilang,
bila xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya (reseptor).
Lanjutan
• Selain interaksi reversibel, terkadang terjadi pula interaksi tak
bolak-balik (irreversibel) antara xenobiotika dengan subtrat
biologik.
• Interaksi ini didasari oleh interaksi kimia antara xenobiotika
dengan subtrat biologi dimana terjadi ikatan kimia kovalen yang
bersifat irreversibel atau berdasarkan perubahan kimia dari
subtrat biologi akibat dari suatu perubaran kimia dari
xenobiotika, seperti pembentukan peroksida. Terbentuknya
peroksida ini mengakibatkan luka kimia pada substrat biologi.
Fase kerja toksik dalam organisme secara biologik
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FASE TOKSIKOKINETIK :
1.Jangka waktu zat asing berada dalam organisme
2.Kumulasi
Jangka waktu zat asing berada dalam organisme ditentukan oleh
dua hal, yaitu:
(1)suatu eksposisi selama periode yang lama meningkatkan
risiko kerusakan dan karena itu terjadi efek toksik;
(2)suatu perpanjangan penahanan (retensi) zat dalam
organisme bersama-sama dengan eksposisi ulang dapat
menimbulkan kumulasi.
2. Kumulasi
Bila suatu zat yang mempunyai waktu paruh biologi yang sangat tinggi
diberikan pada organisme dalam jangka waktu yang lama, dengan
sendirinya dapat terjadi kumulasi dalam organisme pada konsentrasi
zat yang rendah.
Ini terjadi terutama untuk zat yang lipofil yang sulit dibiotransformasi
seperti DDT, Aldrin, Dieldrin atau turunan difenil terklorinasi (campuran
cat kapal).
• Konsentrasi zat pencemar yang relatif rendah yang dapat
masuk ke dalam lingkungan, mempunyai akibat yang
membinasakan.
• Disamping pestisida, jenis kumulasi ini untuk zat lain seperti
senyawa organik timah putih dan merkuri
FASE TOKSIKODINAMIK (farmakodinamik)
1. Interaksi dengan sistem enzim
2. Interaksi dengan fungsi sel umum
3. Interaksi kimia langsung pada jaringan
1. Interaksi dengan sistem enzim
• Inhibisi enzim tak bolak balik, contohnya inhibisi (hambatan)
asetilkolinesterase oleh organofosfat
• Inhibisi enzim bolak balik, contohnya senyawa antimetabolit
yang secara mirip dengan substrat normal untuk enzim,
sehingga dapat berikatan dengan enzim meskipun nukan
tempat yang sebenarnya
• Pemutusan reaksi biokimia, contohnya ATP yang pada proses
biokimia, energi yang dibebaskan pada umumnya disimpan
dalam bentuk fosfat berenergi tinggi, selanjutnya dapat
digunakan untuk semua proses biokimia yang memerlukan
energi
• Inhibisi fotosintensis pada tanaman, contohnya herbisida yang
menghambat fotosintesis
• Sintesis zat mematikan, suatu proses dimana zat toksik, mirip
dengan substrat yang penting untuk reaksi metabolisme
tertentu.
• Pengambilan ion logam yang penting untuk kerja enzim,
contohnya ditiokarbamat yang digunakan pada vulkanisasi ban
dan antioksidan pada industri karet, apabila pekerja yang
kontak dengan zat ini meminum alkohol, walaupun dalam
jumlah kecil, akan terjadi intoksikasi
• Inhibisi penghantaran elektron dalam rantai pernapasan,
contohnya keracunan HCN yang menghambat pernapasan
aerob, karena terjadi asfiksia secara biokimia.
• Inhibisi pada transpor oksigen karena gangguan pada
hemoglobin, contohnya keracunan CO, pembentukan
methemoglobin dan sulfhemoglobin, serta proses hemolitik
2. Interaksi dengan fungsi sel umum
• Pengaruh penghantaran rangsang neuro-humoral.
Kerja sebagian besar obat mempengaruhi sinaps pada penghantaran
rangsang dari sel saraf yang satu ke sel saraf yanglain atau
mempengaruhi ujung saraf sel efektor. Contoh: racun panah, toksin
botulinum, keracunan ikan dan kerang, opium.
• Kerja sitostatika, yaitu penghambatan pembelahan sel yang akan
mempengaruhi pertumbuhan jaringan pada perbanyakan sel. Contoh:
obat tumor ganas.
• Gangguan pada sintesis DNA dan RNA
• Kerja imunosupresif, yaitu penghambatan pembelahan sel
dengan penekanan pertahanan imunologi melalui penekanan
proliferasi sel limfosit. Contoh: obat yang digunakan pada
transplantasi organ dan penyakit autoimmun.
• Kerja mutagenik, yaitu zat kimia yang bekerja mengubah sifat
genetika se
• Kerja karsinogenik, yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan
kanker pada waktu yang lama.
• Kerja teratogenik, yaitu obat dan zat kimia yang dapat
menyebabkan kerusakan janin.
• Reaksi hipersensitif, yaitu kepekaan suatu objek biologi yang
meningkat terhadap zat aktif, yang terjadi akibat kontak ulang
dengan zat tertentu. Contoh: fotoalergi, sensibilisasi cahaya,
dan fototoksik
3. Interaksi kimia langsung pada jaringan
• Suatu rangsangan kimia langsung pada jaringan disebabkan
oleh zat mudah bereaksi dengan berbagai bagian jaringan.
• Biasanya zat ini tidak mencapai peredaran darah, karena
langsung bereaksi dengan tempat jaringan yang pertama
berhubungan.
• Jaringan atau organ yang terlibat terutama adalah mata,
hidung, tenggorokan, trakhea, bronkus, epitel, alveolus,
esofagus dan kulit.
• Interaksi kimia yang langsung pada jaringan, a.l. :
• Kerusakan kulit yang disebabkan oleh zat kimia
• Gas yang merangsang
• Gas air mata
• Zat yang berbau
• Toksisitas pada jaringan
• Penimbunan (sekuestrasi) zat asing, terdiri dari:
• Penimbunan dalam jaringan lemak
• Penimbunan dalam tulang
• Pneumokoniosis
Half-Life
Half-life atau waktu paruh merupakan parameter
farmakokinetik yang biasanya digunakan untuk
menghitung proses penyerapan dan eliminasi.
Absorption half-life atau waktu paruh absorpsi
didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan setengah
bahan kimia untuk diserap dari lokasi absorpsi.
Lanjutan
• Misalnya, waktu paruh absorpsi suatu bahan kimia
adalah 30 menit, berarti 50% bahan kimia akan diserap
dari tempat absorpsi setiap 30 menit. waktu yang
diperlukan untuk mengekskresikan separuh dari kadar
dosis internal ke luar tubuh.
• Sedangkan waktu paruh eliminasi atau elimination half-
life merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan agar
konsentrasi bahan kimia dalam darah berkurang hingga
setengahnya.
• Simbol t1/2 merupakan symbol yang digunakan
mewakilkan istilah waktu paruh. Apabila tidak ada
keterangan mengenai “absorpsi” atau “eliminasi” maka
t1/2 diasumsikan sebagai waktu paruh eliminasi
Waktu paruh
BIOLOGICAL MONITORING
• Biological Monitoring atau Biomonitoring adalah pengambilan sampel
dari cairan tubuh dan terkadang jaringan tubuh dengan tujuan
mengetahui atau memperkirakan dosis internal paparan bahan kimia
di tempat kerja pada individu atau untuk menilai kisaran paparan
internal dalam populasi tertentu terhadap polutan di lingkungan.
• Selain untuk mengetahui atau memperkirakan dosis internal dan
menilai paparan dalam populasi, biomonitoring juga bertujuan untuk
menilai tingkat paparan toksikan dan risiko kesehatan yang dapat
terjadi, serta mengetahui efektivitas program pencegahan dan
pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja.
• Biomonitoring merupakan bagian dari program surveilans kesehatan
kerja. Dalam melakukan pengambilan sampel untuk diteliti, biasanya
menggunakan urin, darah, rambut, udara yang dihembuskan dari
tubuh, dan air liur (saliva)
• Sampel urin merupakan sampel yang mudah untuk diambil di tempat
kerja.
• Dalam mengambil sampel perlu diperhatikan waktu pengambilan
sampel sesuai yang ditetapkan ACGIH dalam setiap BEI. Waktu
pengambilan sampel menurut ACGIH meliputi
• Prior to shift (Pengambilan sampel 16 jam setelah selesai terpapar,
tetapi sebelum terpapar apapun pada hari pengambilan sampel)
• Prior to last shift (Pengambilan sampel sebelum shift terakhir pada
satu minggu kerja)
• Increase during shift (Merupakan pengambilan sampel yang
memerlukan sampel sebelum dan sesudah shift)
• During shift (Pengambilan sampel kapanpun setelah 2 jam
terpapar)
• End of shift (Pengambilan sampel secepatnya setelah paparan
selesai)
Lanjutan
• End of the workweek (Pengambilan sampel setelah 4 atau lima hari
kerja berturut-turut terpapar)
• Discretionary/Not critical (Pengambilan sampel yang dapat dilakukan
kapan saja, dipengaruhi faktor waktu paruh yang panjang dan
tingkatannya mungkin memerlukan waktu berminggu-minggu,
berbulan-bulan, atau bertahun-tahun setelah seorang pekerja
pertama kali mulai bekerja sampai mendekati kondisi aman dan
sebanding
• Untuk memastikan apakah terdapat toksikan dalam sampel yang
diambil, harus dipahami proses toksikokinetik toksikan yang akan
diteliti dan memahami metabolit spesifik yang harus diperiksa agar
dapat mengetahui toksikan yang tepat berdasarkan sampel yang
diambil.
• Dalam pengambilan sampel urin, batas yang dapat diterima pada
sampel urin adalah sebagai berikut.
• Creatinine concentration: > 0,3 g/L dan < 3,0 g/L, atau
• Specific gravity: >1,010 dan
• Terima kasih

More Related Content

Similar to Fase Kerja Toksik.pptx

Dasar-dasar.ppt
Dasar-dasar.pptDasar-dasar.ppt
Dasar-dasar.pptApotekLoka
 
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).pptMATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).pptAgusSudrajat19
 
KELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptx
KELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptxKELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptx
KELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptxSantikaramina
 
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptxReview Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptxAPOTEKERBAYUPAMUNGKA
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.Monhik1
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika4nakmans4
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika4nakmans4
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika4nakmans4
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika4nakmans4
 
kuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.pptkuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.pptSaid878643
 
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptxPPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptxDINDASTIFANYSAKINAH
 
MEKANISME KERJA OBAT.ppt
MEKANISME KERJA OBAT.pptMEKANISME KERJA OBAT.ppt
MEKANISME KERJA OBAT.pptmarwatiiechuby
 
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptxppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptxRajapfKorsel
 

Similar to Fase Kerja Toksik.pptx (20)

kel 1 Metabolisme Sel Tumbuhan.pptx
kel 1 Metabolisme Sel Tumbuhan.pptxkel 1 Metabolisme Sel Tumbuhan.pptx
kel 1 Metabolisme Sel Tumbuhan.pptx
 
Dasar-dasar.ppt
Dasar-dasar.pptDasar-dasar.ppt
Dasar-dasar.ppt
 
Toksikologi Industri
Toksikologi IndustriToksikologi Industri
Toksikologi Industri
 
Metabolisme obat
Metabolisme obatMetabolisme obat
Metabolisme obat
 
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).pptMATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
MATERI 1, PENGERTIAN TOKSIKOLOGI KLINIK, Agus Sudrajat,S.Si,M,T (1).ppt
 
KELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptx
KELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptxKELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptx
KELOMPOK 7- TOKSISITAS HATI.pptx
 
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptxReview Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
 
Resume toksikologi
Resume toksikologiResume toksikologi
Resume toksikologi
 
kuliah 1 (2021).pptx
kuliah 1 (2021).pptxkuliah 1 (2021).pptx
kuliah 1 (2021).pptx
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
 
ASAS UMUM TOKSIKOLOGI.pdf
ASAS UMUM TOKSIKOLOGI.pdfASAS UMUM TOKSIKOLOGI.pdf
ASAS UMUM TOKSIKOLOGI.pdf
 
Farmakologi
FarmakologiFarmakologi
Farmakologi
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika
 
kuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.pptkuliah-toksikologi.ppt
kuliah-toksikologi.ppt
 
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptxPPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
 
MEKANISME KERJA OBAT.ppt
MEKANISME KERJA OBAT.pptMEKANISME KERJA OBAT.ppt
MEKANISME KERJA OBAT.ppt
 
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptxppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
ppt metabolisme obat kelompok 6 (1).pptx
 

More from Septi Purnamasari

More from Septi Purnamasari (10)

Materi Perkuliahan KONSEP DASAR IMUNOLOGI
Materi Perkuliahan KONSEP DASAR IMUNOLOGIMateri Perkuliahan KONSEP DASAR IMUNOLOGI
Materi Perkuliahan KONSEP DASAR IMUNOLOGI
 
Materi Perkuliahan Gen Prokariot dan Eukariot
Materi Perkuliahan Gen Prokariot dan EukariotMateri Perkuliahan Gen Prokariot dan Eukariot
Materi Perkuliahan Gen Prokariot dan Eukariot
 
3. EKSPRESI GEN.pdf
3. EKSPRESI GEN.pdf3. EKSPRESI GEN.pdf
3. EKSPRESI GEN.pdf
 
ADAPTASI SEL1.pptx
ADAPTASI SEL1.pptxADAPTASI SEL1.pptx
ADAPTASI SEL1.pptx
 
Alel Ganda.pptx
Alel Ganda.pptxAlel Ganda.pptx
Alel Ganda.pptx
 
Praktikum Mitosis Akar Bawang.ppt
Praktikum Mitosis Akar Bawang.pptPraktikum Mitosis Akar Bawang.ppt
Praktikum Mitosis Akar Bawang.ppt
 
Animal tissue culture principles and aplications.pptx
Animal tissue culture principles and aplications.pptxAnimal tissue culture principles and aplications.pptx
Animal tissue culture principles and aplications.pptx
 
BIOREP22.pptx
BIOREP22.pptxBIOREP22.pptx
BIOREP22.pptx
 
Toksikokinetik.ppt
Toksikokinetik.pptToksikokinetik.ppt
Toksikokinetik.ppt
 
Embriologi.ppt
Embriologi.pptEmbriologi.ppt
Embriologi.ppt
 

Recently uploaded

karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdncindyrenatasaleleuba
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)AsriSetiawan3
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...IdjaMarasabessy
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 

Recently uploaded (20)

karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 

Fase Kerja Toksik.pptx

  • 1. FASE KERJA TOKSIKAN Septi Purnamasari, S.ST, M.Bmd
  • 2. Pendahuluan • Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit dan komplek. • Proses ini umumnya dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi toksokinetik dan fase toksodinamik • Pada berbagai kerja toksik, mekanisme kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1.Kerja toksik yang dilandasi oleh interaksi kimia antara suatu zat atau metabolitnya dengan substrat biologi. 2.Efek toksik, karena terjadi interaksi yang reversibel antara zat asing dengan substrat biologi.
  • 3. • Kerja toksik yang dilandasi oleh interaksi kimia antara suatu zat atau metabolitnya dengan substrat biologi • Dalam pengertian pembentukan suatu ikatan kimia kovalen atau berasaskan suatu perubahan kimia dari substrat biologi sebagai akibat dari suatu perubahan kimia zat • Mekanisme ini jarang terjadi untuk zat yang digunakan sebagai terapeutika
  • 4. • Efek toksik, karena terjadi interaksi yang reversibel antara zat asing dengan substrat biologi. • Hal ini mengakibatkan suatu perubahan fungsional, yang lazimnya hilang bila zat tersebut dieliminasi dari plasma. • Kerja farmakodinamik kebanyakan obat bertumpu pada interaksi yang reversibel. • Zat yang bekerja bolak-balik, diutamakan dalam terapi karena mereka kemudian meninggalkan organisme, setelah bekerja tanpa menimbulkan kerusakan kimia yang berlangsung lama
  • 5. • Terlepas dari apakah kerja yang terlihat merupakan kerja yang tak bolak-balik atau bolak-balik, pada umumnya kerja ini dilandasi oleh rantai reaksi yang dapat dibagi menjadi tiga fase: A.FASE EKSPOSISI (farmaseutika) B.FASE TOKSIKOKINETIK (farmakokinetik) C.FASE TOKSIKODINAMIK (farmakodinamik)
  • 6. Fase eksposisi • Fase eksposisi merupakan kontak suatu organisme dengan xenobiotika, pada umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi efek toksik/ farmakologi setelah xenobiotika terabsorpsi. • Umumnya hanya tokson yang berada dalam bentuk terlarut, terdispersi molekular dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik. Dalam konteks pembahasan efek obat, fase ini umumnya dikenal dengan fase farmaseutika.
  • 7. Lanjutan • Fase farmaseutika meliputi hancurnya bentuk sediaan obat, kemudian zat aktif melarut, terdispersi molekular di tempat kontaknya. • Sehingga zat aktif berada dalam keadaan siap terabsorpsi menuju sistem sistemik. • Fase ini sangat ditentukan oleh faktor-faktor farmaseutika dari sediaan farmasi.
  • 8. Fase Toksikokinetik • Disebut juga dengan fase farmakokinetik. • Setelah xenobiotika berada dalam ketersediaan farmasetika, pada mana keadaan xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfe, maka xenobiotika tersebut akan bersama aliran darah atau limfe didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke tempat kerja toksik (reseptor). • Pada saat yang bersamaan sebagian molekul xenobitika akan termetabolisme, atau tereksresi bersama urin melalui ginjal, melalui empedu menuju saluran cerna, atau sistem eksresi lainnya.
  • 9. Lanjutan • Ada dua jenis proses yang memainkan peranan penting pada fase toksokinetik: • Proses transpor, yang meliputi absorpsi, distribusi (termasuk transpor dan fiksasi pada komponen jaringan dalam organ) dan ekskresi. • Perubahan metabolik –disebut juga biotransformasiyang sering menyebabkan ketidakaktifan zat yang diserap (bioaktivasi). Namun perubahan biokimia dalam organisme dapat mengakibatkan juga pembentukan senyawa aktif dan mengakibatkan bioaktivasi
  • 10. Fase Toksikodinamik • Adalah interaksi antara tokson dengan reseptor (tempat kerja toksik) dan juga proses-proses yang terkait dimana pada akhirnya muncul efek toksik/farmakologik. • Interaksi tokson-reseptor umumnya merupakan interaksi yang bolak-balik (reversibel). • Hal ini mengakibatkan perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya (reseptor).
  • 11. Lanjutan • Selain interaksi reversibel, terkadang terjadi pula interaksi tak bolak-balik (irreversibel) antara xenobiotika dengan subtrat biologik. • Interaksi ini didasari oleh interaksi kimia antara xenobiotika dengan subtrat biologi dimana terjadi ikatan kimia kovalen yang bersifat irreversibel atau berdasarkan perubahan kimia dari subtrat biologi akibat dari suatu perubaran kimia dari xenobiotika, seperti pembentukan peroksida. Terbentuknya peroksida ini mengakibatkan luka kimia pada substrat biologi.
  • 12. Fase kerja toksik dalam organisme secara biologik
  • 13. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FASE TOKSIKOKINETIK : 1.Jangka waktu zat asing berada dalam organisme 2.Kumulasi
  • 14. Jangka waktu zat asing berada dalam organisme ditentukan oleh dua hal, yaitu: (1)suatu eksposisi selama periode yang lama meningkatkan risiko kerusakan dan karena itu terjadi efek toksik; (2)suatu perpanjangan penahanan (retensi) zat dalam organisme bersama-sama dengan eksposisi ulang dapat menimbulkan kumulasi.
  • 15. 2. Kumulasi Bila suatu zat yang mempunyai waktu paruh biologi yang sangat tinggi diberikan pada organisme dalam jangka waktu yang lama, dengan sendirinya dapat terjadi kumulasi dalam organisme pada konsentrasi zat yang rendah. Ini terjadi terutama untuk zat yang lipofil yang sulit dibiotransformasi seperti DDT, Aldrin, Dieldrin atau turunan difenil terklorinasi (campuran cat kapal).
  • 16. • Konsentrasi zat pencemar yang relatif rendah yang dapat masuk ke dalam lingkungan, mempunyai akibat yang membinasakan. • Disamping pestisida, jenis kumulasi ini untuk zat lain seperti senyawa organik timah putih dan merkuri
  • 17. FASE TOKSIKODINAMIK (farmakodinamik) 1. Interaksi dengan sistem enzim 2. Interaksi dengan fungsi sel umum 3. Interaksi kimia langsung pada jaringan
  • 18. 1. Interaksi dengan sistem enzim • Inhibisi enzim tak bolak balik, contohnya inhibisi (hambatan) asetilkolinesterase oleh organofosfat • Inhibisi enzim bolak balik, contohnya senyawa antimetabolit yang secara mirip dengan substrat normal untuk enzim, sehingga dapat berikatan dengan enzim meskipun nukan tempat yang sebenarnya
  • 19. • Pemutusan reaksi biokimia, contohnya ATP yang pada proses biokimia, energi yang dibebaskan pada umumnya disimpan dalam bentuk fosfat berenergi tinggi, selanjutnya dapat digunakan untuk semua proses biokimia yang memerlukan energi • Inhibisi fotosintensis pada tanaman, contohnya herbisida yang menghambat fotosintesis
  • 20. • Sintesis zat mematikan, suatu proses dimana zat toksik, mirip dengan substrat yang penting untuk reaksi metabolisme tertentu. • Pengambilan ion logam yang penting untuk kerja enzim, contohnya ditiokarbamat yang digunakan pada vulkanisasi ban dan antioksidan pada industri karet, apabila pekerja yang kontak dengan zat ini meminum alkohol, walaupun dalam jumlah kecil, akan terjadi intoksikasi
  • 21. • Inhibisi penghantaran elektron dalam rantai pernapasan, contohnya keracunan HCN yang menghambat pernapasan aerob, karena terjadi asfiksia secara biokimia. • Inhibisi pada transpor oksigen karena gangguan pada hemoglobin, contohnya keracunan CO, pembentukan methemoglobin dan sulfhemoglobin, serta proses hemolitik
  • 22. 2. Interaksi dengan fungsi sel umum • Pengaruh penghantaran rangsang neuro-humoral. Kerja sebagian besar obat mempengaruhi sinaps pada penghantaran rangsang dari sel saraf yang satu ke sel saraf yanglain atau mempengaruhi ujung saraf sel efektor. Contoh: racun panah, toksin botulinum, keracunan ikan dan kerang, opium. • Kerja sitostatika, yaitu penghambatan pembelahan sel yang akan mempengaruhi pertumbuhan jaringan pada perbanyakan sel. Contoh: obat tumor ganas.
  • 23. • Gangguan pada sintesis DNA dan RNA • Kerja imunosupresif, yaitu penghambatan pembelahan sel dengan penekanan pertahanan imunologi melalui penekanan proliferasi sel limfosit. Contoh: obat yang digunakan pada transplantasi organ dan penyakit autoimmun. • Kerja mutagenik, yaitu zat kimia yang bekerja mengubah sifat genetika se
  • 24. • Kerja karsinogenik, yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan kanker pada waktu yang lama. • Kerja teratogenik, yaitu obat dan zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan janin. • Reaksi hipersensitif, yaitu kepekaan suatu objek biologi yang meningkat terhadap zat aktif, yang terjadi akibat kontak ulang dengan zat tertentu. Contoh: fotoalergi, sensibilisasi cahaya, dan fototoksik
  • 25. 3. Interaksi kimia langsung pada jaringan • Suatu rangsangan kimia langsung pada jaringan disebabkan oleh zat mudah bereaksi dengan berbagai bagian jaringan. • Biasanya zat ini tidak mencapai peredaran darah, karena langsung bereaksi dengan tempat jaringan yang pertama berhubungan. • Jaringan atau organ yang terlibat terutama adalah mata, hidung, tenggorokan, trakhea, bronkus, epitel, alveolus, esofagus dan kulit.
  • 26. • Interaksi kimia yang langsung pada jaringan, a.l. : • Kerusakan kulit yang disebabkan oleh zat kimia • Gas yang merangsang • Gas air mata • Zat yang berbau • Toksisitas pada jaringan • Penimbunan (sekuestrasi) zat asing, terdiri dari: • Penimbunan dalam jaringan lemak • Penimbunan dalam tulang • Pneumokoniosis
  • 27. Half-Life Half-life atau waktu paruh merupakan parameter farmakokinetik yang biasanya digunakan untuk menghitung proses penyerapan dan eliminasi. Absorption half-life atau waktu paruh absorpsi didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan setengah bahan kimia untuk diserap dari lokasi absorpsi.
  • 28. Lanjutan • Misalnya, waktu paruh absorpsi suatu bahan kimia adalah 30 menit, berarti 50% bahan kimia akan diserap dari tempat absorpsi setiap 30 menit. waktu yang diperlukan untuk mengekskresikan separuh dari kadar dosis internal ke luar tubuh. • Sedangkan waktu paruh eliminasi atau elimination half- life merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi bahan kimia dalam darah berkurang hingga setengahnya.
  • 29. • Simbol t1/2 merupakan symbol yang digunakan mewakilkan istilah waktu paruh. Apabila tidak ada keterangan mengenai “absorpsi” atau “eliminasi” maka t1/2 diasumsikan sebagai waktu paruh eliminasi
  • 31. BIOLOGICAL MONITORING • Biological Monitoring atau Biomonitoring adalah pengambilan sampel dari cairan tubuh dan terkadang jaringan tubuh dengan tujuan mengetahui atau memperkirakan dosis internal paparan bahan kimia di tempat kerja pada individu atau untuk menilai kisaran paparan internal dalam populasi tertentu terhadap polutan di lingkungan. • Selain untuk mengetahui atau memperkirakan dosis internal dan menilai paparan dalam populasi, biomonitoring juga bertujuan untuk menilai tingkat paparan toksikan dan risiko kesehatan yang dapat terjadi, serta mengetahui efektivitas program pencegahan dan pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja.
  • 32. • Biomonitoring merupakan bagian dari program surveilans kesehatan kerja. Dalam melakukan pengambilan sampel untuk diteliti, biasanya menggunakan urin, darah, rambut, udara yang dihembuskan dari tubuh, dan air liur (saliva) • Sampel urin merupakan sampel yang mudah untuk diambil di tempat kerja.
  • 33. • Dalam mengambil sampel perlu diperhatikan waktu pengambilan sampel sesuai yang ditetapkan ACGIH dalam setiap BEI. Waktu pengambilan sampel menurut ACGIH meliputi • Prior to shift (Pengambilan sampel 16 jam setelah selesai terpapar, tetapi sebelum terpapar apapun pada hari pengambilan sampel) • Prior to last shift (Pengambilan sampel sebelum shift terakhir pada satu minggu kerja) • Increase during shift (Merupakan pengambilan sampel yang memerlukan sampel sebelum dan sesudah shift) • During shift (Pengambilan sampel kapanpun setelah 2 jam terpapar) • End of shift (Pengambilan sampel secepatnya setelah paparan selesai)
  • 34. Lanjutan • End of the workweek (Pengambilan sampel setelah 4 atau lima hari kerja berturut-turut terpapar) • Discretionary/Not critical (Pengambilan sampel yang dapat dilakukan kapan saja, dipengaruhi faktor waktu paruh yang panjang dan tingkatannya mungkin memerlukan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun setelah seorang pekerja pertama kali mulai bekerja sampai mendekati kondisi aman dan sebanding
  • 35. • Untuk memastikan apakah terdapat toksikan dalam sampel yang diambil, harus dipahami proses toksikokinetik toksikan yang akan diteliti dan memahami metabolit spesifik yang harus diperiksa agar dapat mengetahui toksikan yang tepat berdasarkan sampel yang diambil. • Dalam pengambilan sampel urin, batas yang dapat diterima pada sampel urin adalah sebagai berikut. • Creatinine concentration: > 0,3 g/L dan < 3,0 g/L, atau • Specific gravity: >1,010 dan