1. KASUS MORAL & ETIKA
KESEHATAN
“Malpraktek Kesehatan
Prita Mulyasari VS RS OMNI
Internasional”
Budiman yasir
Abdillah amir
Muhammad Arifuddin
Gina sakinah
Astriani
Nurul Hikmah Astuti
KasusUtari Fauziah G. Kesehatan
Moral dan Etika
2. PENDAHULUAN
Etika
merupakan tingkah laku
dan kelakuan moral yang diikuti
oleh manusia manakala ilmu etika
merupakan satu disiplin ilmu yang
mengkaji tentang moral, prinsip
moral,
kaedah
moral
dan
tindakan serta kelakuan manusia
yang betul.
Moral merupakan cara melihat
dan
menilai
sesuatu
isu
3. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini, karena maraknya kasus
dugaan malpraktek medik atau kelalaian
medik di Indonesia, ditambah “keberanian”
pasien yang menjadi korban untuk
menuntut hak-haknya, para dokter seakan
baru mulai sibuk berbenah diri. Terutama
dalam menghadapi kasus malpraktek.
Kesibukan ini terjadi sejalan dengan makin
baiknya tingkat pendidikan dan keadaan
sosial ekonomi masyarakat.
4. DEFINISI
Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan
tenaga profesional (profesi) yang bertentangan
dengan Standard Operating Procedure (SOP),
kode etik profesi, serta undang-undang yang
berlaku baik disengaja maupun akibat kelalaian.
Kelalaian dari seseorang dokter atau perawat
untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan
ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien
atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Society
de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,
California, 1956).
6. Kronologi
7 Agustus 2008, 20:30
Prita Mulyasari datang ke RS Omni Internasional
dengan keluhan panas tinggi dan pusing kepala. Hasil
pemeriksaan laboratorium: Thrombosit 27.000 (normal
200.000), suhu badan 39 derajat. Malam itu langsung
dirawat inap, diinfus dan diberi suntikan dengan
diagnosa positif demam berdarah.
8 Agustus 2008
Ada revisi hasil lab semalam, thrombosit bukan 27.000
tapi 181.000. Mulai mendapat banyak suntikan obat,
tangan kiri tetap diinfus. Tangan kiri mulai
membangkak, Prita minta dihentikan infus dan
suntikan. Suhu badan naik lagi ke 39 derajat.
7. 9
Agustus 2008
Kembali mendapatkan suntikan obat. Dokter
menjelaskan dia terkena virus udara. Infus
dipindahkan ke tangan kanan dan suntikan obat
tetap dilakukan. Malamnya Prita terserang sesak
nafas selama 15 menit dan diberi oksigen. Karena
tangan kanan juga bengkak, dia memaksa agar infus
diberhentikan dan menolak disuntik lagi.
10 Agustus 2008
Terjadi dialog antara keluarga Prita dengan dokter.
Dokter menyalahkan bagian lab terkait revisi
thrombosit. Prita mengalami pembengkakan pada
leher kiri dan mata kiri.
8. 11
Agustus 2008
Terjadi pembengkakan pada leher kanan, panas
kembali 39 derajat. Prita memutuskan untuk keluar
dari rumah sakit dan mendapatkan data-data medis
yang menurutnya tidak sesuai fakta. Prita meminta
hasil lab yang berisi thrombosit 27.000, tapi yang
didapat hanya informasi thrombosit 181.000.
Pasalnya, dengan adanya hasil lab thrombosit
27.000 itulah dia akhirnya dirawat inap. Pihak OMNI
berdalih hal tersebut tidak diperkenankan karena
hasilnya memang tidak valid.
Di rumah sakit yang baru, Prita dimasukkan ke
dalam ruang isolasi karena dia terserang virus yang
menular.
9.
15 Agustus 2008
Prita mengirimkan email yang berisi keluhan
atas pelayanan diberikan pihak rumah sakit ke
customer_care@banksinarmas.com dan ke
kerabatnya yang lain dengan judul “Penipuan
RS Omni Internasional Alam Sutra”. Emailnya
menyebar ke beberapa milis dan forum online.
30 Agustus 2008
Prita mengirimkan isi emailnya ke „Surat
Pembaca Detik.com‟
5 September 2008
RS Omni mengajukan gugatan pidana ke
Direktorat Reserse Kriminal Khusus
10. 22 September 2008
Pihak RS Omni International mengirimkan email klarifikasi
ke seluruh costumernya.
8 September 2008
Kuasa Hukum RS Omni Internasional menayangkan iklan
berisi bantahan atas isi email Prita yang dimuat di harian
Kompas dan Media Indonesia.
24 September 2008
Gugatan perdata masuk.
11 Mei 2009
Pengadilan Negeri Tangerang memenangkan Gugatan
Perdata RS Omni. Prita terbukti melakukan perbuatan
hukum yang merugikan RS Omni. Prita divonis membayar
kerugian materil sebesar 161 juta sebagai pengganti uang
klarifikasi di koran nasional dan 100 juta untuk kerugian
imateril. Prita langsung mengajukan banding.
11. 13 Mei 2009
Mulai ditahan di Lapas Wanita Tangerang terkait kasus
pidana yang juga dilaporkan oleh Omni.
2 Juni 2009
Penahanan Prita diperpanjang hingga 23 Juni 2009.
Informasi itu diterima keluarga Prita dari Kepala Lapas
Wanita Tangerang.
3 Juni 2009
Megawati dan JK mengunjungi Prita di Lapas. Komisi III
DPR RI meminta MA membatalkan tuntutan hukum atas
Prita. Prita dibebaskan dan bisa berkumpul kembali
dengan keluarganya. Statusnya diubah menjadi tahanan
kota.
4 Juni 2009
Sidang pertama kasus pidana yang menimpa Prita mulai
disidangkan di PN Tangerang.
12. TINJAUAN KASUS
a. Berdasarkan Sudut Pandang Hukum
Dalam Kitab-Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) kelalaian yang mengakibatkan celaka
atau bahkan hilangnya nyawa orang lain. Pasal
359, misalnya menyebutkan, “Barangsiapa
karena kealpaannya menyebabkan matinya
orang lain, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau kurungan paling lama
satu tahun”. Sedangkan kelalaian yang
mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa
seseorang dapat diancam dengan sanksi pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 360 KitabUndang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
13. LANJUTAN...
b. Berdasarkan Kode Etik
Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan bahwa; “seorang
dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai denga standar profesi tertinggi”.
Jelasnya bahwa seeorang dokter dalam melakukan
kegiatan kedokterannya seebagai seorang proesional
harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum
dan agama. KODEKI pasal 7d juga menjelaskan
bahwa “setiap dokter harus senantiasa mengingat
akan kewajiban melindungi hidup insani”. Artinya
dalam setiap tindakannya, dokter harus betujuan untuk
memelihara kesehatan dan kebahagiaan manusia.
14. c. Berdasarkan Undang-Undang
Pasal 14 Permenkes no. 749a/1989
tentang tujuan dan fungsi rekam medis yaitu
sebagai dasar pelayanan kesehatan dan
pengobatan, pembuktian hukum, penelitian
dan
pendidikan,
dasar
pembiayaan
pelayanan
kesehatan,
dan
statistik
kesehatan. Maka rekam medis harus dibuat
relevan, kronologis dan orisinil. Data yang
diberikan haruslah berupa data yang
sebenarnya dan bukan karangan semata.
15. Dalam kasus ini, telah terjadi pemalsuan data
tentang kondisi pasien sesuai dengan pengakuan
dari pasien atau si penderita hal tersebut dinilai
telah melanggar hukum adminitrasi, karena data
yang dilaporkan dalam rekam medis pasien adalah
fiktif dan tidak sesuai dengan kenyataannya,
bersamaan dengan itu juga tenaga perawatan
dinilai telah lalai dari kewajibannya dalam
menyediakan rekam medis pasien.
Dari kasus Prita ini, sangat jelas adanya
pelanggaran kode Etik oleh serang dokter dan
petugas kesehatan yang terkait, seperti perawat
dan bagian administrasinya pada Rumah sakit
OMNI Internasional.
16. SOLUSI
Dengan melihat faktor-faktor penyebab dan
juga segala macam sanksi hukum serta segala
macam pelanggaran kode etik atas kasus yang
kami ambil dalam hal ini malpraktek administrasi
berupa pelanggaran dalam rekam medis dan
kesalahan diagnosis oleh beberapa dokter
tersebut, maka pencegahan terjadinya malpraktek
harus dilakukan dengan melakukan perbaikan
sistem, mulai dari pendidikan hingga ke tatalaksana praktek kedokteran. Dan juga penanaman
Kode Etik harus lebih diperhatikan lagi sejak dini.
17. KESIMPULAN
Berdasarkan kasus yang telah dikaji
maka dapat disimpulkan bahwa sebagai
tenaga medis yang profesional harus
dibutuhkan adanya penanam moral dan
penghayatan terhadap Standard Operating
Procedure (SOP), kode etik profesi, undangundang yang berlaku serta menjunjung tinggi
kejujuran dan tanggung jawab sehingga
dalam
penerapan
keprofesian
dapat
dijalankan dengan sebaik mungkin tanpa
adanya pihak yang dirugikan.