SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Radiasi benda hitam
Disusun oleh :
M.Syaifurrozaq 4201412109
Saifuli Sofi’ah 4201412096
PRODI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2014
A. Benda Hitam
Pernahkah kamu memakai baju warna gelap atau hitam pada siang hari yang panas? Apa yang
kamu rasakan ketika memakai baju warna gelap atau hitam tersebut? Tentunya kamu akan
cepat merasakan gerah bukan? Mengapa demikian?
Permukaan benda yang berwarna hitam akan menyerap kalor lebih cepat dari permukaan benda
yang berwarna cerah. Hal inilah yang menyebabkan kita merasa lebih cepat gerah jika memakai
baju berwarna gelap atau hitam pada siang hari. Sebaliknya, kita akan lebih nyaman memakai
baju berwarna gelap atau hitam pada malam hari. Hal ini dikarenakan permukaan benda
berwarna gelap atau hitam mudah memancarkan kalor daripada benda yang berwarna lain.
Jadi, benda yang permukaannya gelap atau hitam akan mudah menyerap kalor dan mudah pula
memancarkannya. Untuk memahami sifat radiasi permukaan benda hitam, mari kita bahas
bersama-sama uraian materi berikut ini! Pancaran cahaya pada benda yang dipanaskan disebut
sebagai radiasi termal. Radiasi termal pada permukaan benda dapat terjadi pada suhu berapa
pun. Radiasi termal pada suhu rendah tidak dapat kita lihat karena terletak pada daerah
inframerah. Selain dapat memancarkan radiasi, permukaan bahan juga dapat menyerap radiasi.
Kemampuan bahan untuk menyerap radiasi tidak sama. Semakin mudah bahan menyerap
radiasi, semakin mudah pula bahan itu memancarkan radiasi. Bahan yang mampu menyerap
seluruh radiasi disebut sebagai benda hitam. Istilah benda hitam (black body) pertama kali
dikenalkan oleh Fisikawan Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Benda hitam
memancarkan radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan benda hitam bergantung pada suhu benda hitam tersebut.
Ketika suhu permukaan benda hitam turun maka radiasi benda hitam bergeser ke arah intensitas
yang lebih rendah dan panjang gelombangnya lebih panjang, demikian pula sebaliknya. Benda
hitam adalah benda ideal yang sebenarnya tidak ada. Karakteristik benda hitam dapat didekati
dengan menggunakan ruang tertutup berongga yang diberi sebuah lubang kecil.
Perhatikan gambar 7.2 di bawah!
Setiap radiasi yang masuk ke rongga akan terperangkap oleh pemantulan bolak-balik. Hal ini
menyebabkan terjadinya penyerapan seluruh radiasi oleh dinding rongga. Lubang rongga dapat
diasumsikan sebagai pendekatan benda hitam. Jika rongga dipanaskan maka spektrum yang
dipancarkan lubang merupakan spektrum kontinu dan tidak bergantung pada bahan pembuat
rongga. Besarnya energi radiasi per satuan waktu per satuan luas permukaan disebut intensitas
radiasi dan disimbolkan dengan I. Intensitas radiasi oleh benda hitam bergantung pada suhu
benda.
B. Radiasi Panas dan Intensitas Radiasi
1. Radiasi Panas
Radiasi panas adalah radiasi yang dipancarkan oleh sebuah benda sebagai akibat suhunya.
Setiap benda memancarkan radiasi panas, tetapi pada umumnya, kalian dapat melihat sebuah
benda, karena benda itu memantulkan cahaya yang datang padanya, bukan karena benda itu
memancarkan radiasi panas. Benda baru terlihat karena meradiasikan panas jika suhunya
melebihi 1.000 K. Pada suhu ini benda mulai berpijar merah seperti kumparan pemanas sebuah
kompor listrik. Pada suhu di atas 2.000 K benda berpijar kuning atau keputih-putihan, seperti
pijar putih dari filamen lampu pijar. Begitu suhu benda terus ditingkatkan, intensitas relatif dari
spektrum cahaya yang dipancarkannya berubah. Hal ini menyebabkan pergeseran warna-warna
spektrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk menentukan suhu suatu benda. Secara
umum bentuk terperinci dari spektrum radiasi panas yang dipancarkan oleh suatu benda panas
bergantung pada komposisi benda itu. Walaupun demikian, hasil eksperimen menunjukkan
bahwa ada satu kelas benda panas yang memancarkan spektra panas dengan karakter universal.
Benda ini adalah benda hitam atau black body. Benda hitam didefinisikan sebagai sebuah benda
yang menyerap semua radiasi yang datang padanya. Dengan kata lain, tidak ada radiasi yang
dipantulkan keluar dari benda hitam. Jadi, benda hitam mempunyai harga absorptansi dan
emisivitas yang besarnya sama dengan satu.
Seperti yang telah kalian ketahui, bahwa emisivitas (daya pancar) merupakan karakteristik
suatu materi, yang menunjukkan perbandingan daya yang dipancarkan per satuan luas oleh
suatu permukaan terhadap daya yang dipancarkan benda hitam pada temperatur yang sama.
Sementara itu, absorptansi (daya serap) merupakan perbandingan fluks pancaran atau fluks
cahaya yang diserap oleh suatu benda terhadap fluks yang tiba pada benda itu. Benda hitam
ideal digambarkan oleh suatu rongga hitam dengan lubang kecil. Sekali suatu cahaya memasuki
rongga itu melalui lubang tersebut, berkas itu akan dipantulkan berkali-kali di dalam rongga
tanpa sempat keluar lagi dari lubang tadi. Setiap kali dipantulkan, sinar akan diserap dinding-
dinding berwarna hitam. Benda hitam akan menyerap cahaya sekitarnya jika suhunya lebih
rendah daripada suhu sekitarnya dan akan memancarkan cahaya ke sekitarnya jika suhunya
lebih tinggi daripada suhu sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 8.2. Benda hitam yang
dipanasi sampai suhu yang cukup tinggi akan tampak membara.
2. Intensitas Radiasi
Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah benda
hitam. Radiasi ini menjangkau seluruh daerah panjang gelombang. Distribusi energi pada
daerah panjang gelombang ini memiliki ciri khusus, yaitu suatu nilai maksimum pada panjang
gelombang tertentu. Letak nilai maksimum tergantung pada temperatur, yang akan bergeser ke
arah panjang gelombang pendek seiring dengan meningkatnya temperatur. Pada tahun 1879
seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan eksperimen untuk mengetahui karakter
universal dari radiasi benda hitam. Ia menemukan bahwa daya total per satuan luas yang
dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam panas (intensitas total)
adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat dirumuskan:
I total = σ . T 4
dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua frekuensi, T
adalah suhu mutlak benda, dan σ adalah tetapan Stefan-Boltzman, yang bernilai 5,67 × 10-8
Wm-2K-4. Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi hukum yang
sama, hanya diberi tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1 sehingga:
I total = e.σ.T 4
Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan (8.2) dapat ditulis sebagai:
A
P
TeItotal  4

dengan:
P = daya radiasi (W)
A = luas permukaan benda (m2)
e = koefisien emisivitas
T = suhu mutlak (K)
Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik cahaya, Ludwig
Boltzmann (1844 - 1906) secara teoritis menurunkan hukum yang diungkapkan oleh Joseph
Stefan (1853 - 1893) dari gabungan termodinamika dan persamaan-persamaan Maxwell. Oleh
karena itu, persamaan (8.2) dikenal juga sebagai Hukum Stefan- Boltzmann, yang berbunyi:
“Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam dalam satuan
waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur termodinamikanya”.
C. Spektrum Radiasi Benda Hitam
D. Hukum Pergeseran Wien
Jika sebuah benda hitam dipanaskan, maka benda itu suhunya akan naik dan warnanya akan
berubah dari merah tua bergeser ke arah sinar putih. Pergeseran warna benda tersebut
menunjukkan bahwa pancaran energi radiasi semakin tinggi suhunya semakin besar frekuensi
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan benda tersebut dan semakin lengkap gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan. Spektrum radiasi benda hitam (lihat Gambar 7.2)
merupakan gambaran dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda hitam.
Seorang fisikawan dari bangsa Jerman, berhasil menemukan suatu hubungan empiris
sederhana bahwa radiasi benda hitam selalu terdapat panjang gelombang yang membawa
energi paling besar (intensitas maksimum), dan panjang gelombang yang membawa intensitas
paling besar (maksimum) selalu bergeser terus ke arah panjang gelombang lebih kecil ketika
suhu benda tersebut bertambah. Pernyataan ini dikenal dengan hukum pergeseran Wien yang
dirumuskan:
λmax . T = C .... (7.2)
dengan
λmax x = panjang gelombang yang membawa energi maksimum
T = suhu benda (K)
C = konstanta Wien = 2,898×10-3 mK
E. Teori Rayleight-Jeans
Rayleight-Jeans menentukan hubungan energi radiasi dengan frekuensi gelombang. Hukum
pergeseran Wien hanya menjelaskan hubungan antara energi radiasi terhadap panjang
gelombang dengan cara mencari fungsi matematis yang sesuai dengan kurva (spektrum)
sehingga tidak dapat menjelaskan tentang benda hitam. Raylight dan Jeans menjelaskan radiasi
termal berdasarkan modus vibrasi (getaran) pada rongga benda hitam. Sesuai dengan hukum
ekuipartisi energi maka setiap partikel dalam benda hitam akan mempunyai energi untuk setiap
derajat kebebasannya yaitu sebesar:
E=
1
2
𝐾𝑇
Suhu mutlak T bersifat kontinu sehingga energi termal yang dipancarkannya juga akan bersifat
kontinu. Maka, menurut Rayleight-Jeans energi harus bersifat kontinu.
Fungsi distribusi spektrum P( λ ,T ) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung,
dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 8.3. Hasil perhitungan klasik ini dikenal
sebagai Hukum Rayleigh- Jeans yang dinyatakan:
P ( λ,T ) = 8 π kTλ-4
dengan k merupakan konstanta Boltzmann. Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh secara
percobaan untuk panjang gelombang yang panjang, tetapi tidak sama pada panjang gelombang
pendek. Begitu λ mendekati nol, fungsi P ( λ , T ) yang ditentukan secara percobaan juga
mendekati nol, tetapi fungsi yang dihitung mendekati tak terhingga karena sebanding dengan
λ−4 . Dengan demikian, yang tak terhingga yang terkonsentrasi dalam panjang gelombang yang
sangat pendek. Hasil ini dikenal sebagai katastrof ultraviolet.
F. Hukum Radiasi Planck
Beberapa teori yang mencoba untuk menjelaskan tentang radiasi benda hitam, yaitu teori yang
dikemukaan oleh Wilhelm Wien dan teori yang dikemukakan oleh Lord Rayleigh serta
James Jeans pada akhir abad 19 yang menerangkan radiasi benda hitam mengunakan teori
gelombang klasik. Hal tersebut dikarenakan pada saat itu telah mengenal bahwa energi radiasi
benda hitam diperoleh dari energi getaran atom yang dipancarkan dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Akan tetapi pada saat itu mengganggap bahwa energi yang dipancarkan
secara kontinu. Teori yang dikemukakan Wien hanya cocok untuk menjelaskan radiasi benda
hitam pada daerah panjang gelombang pendek, tetapi tidak cocok untuk daerah panjang
gelombang panjang. Sebaliknya teori Rayleigh – Jeans ternyata dapat menjelaskan radiasi
benda hitam pada daerah panjang gelombang panjang tetapi gagal untuk menjelaskan pada
panjang gelombang pendek.
Pada tahun 1900, fisikawan Jerman, Max Planck, mengumumkan bahwa dengan membuat
suatu modifikasi khusus dalam perhitungan klasik dia dapat menjabarkan fungsi P ( λ,T ) yang
sesuai dengan data percobaan pada seluruh panjang gelombang. Hukum radiasi Planck
menunjukkan distribusi (penyebaran) energi yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam.
Hukum ini memperkenalkan gagasan baru dalam ilmu fisika, yaitu bahwa energi merupakan
suatu besaran yang dipancarkan oleh sebuah benda dalam bentuk paketpaket kecil terputus-
putus, bukan dalam bentuk pancaran molar. Paket-paket kecil ini disebut kuanta dan hukum
ini kemudian menjadi dasar teori kuantum. Rumus Planck menyatakan energi per satuan waktu
pada frekuensi v per satuan selang frekuensi per satuan sudut tiga dimensi yang dipancarkan
pada sebuah kerucut tak terhingga kecilnya dari sebuah elemen permukaan benda hitam,
dengan satuan luas dalam proyeksi tegak lurus terhadap sumbu kerucut.
Pernyataan untuk intensitas jenis monokromatik Iv adalah:
dengan h merupakan tetapan Planck, c adalah laju cahaya, k adalah tetapan Boltzmann, dan T
adalah temperature termodinamik benda hitam. Intensitas juga dapat dinyatakan dalam bentuk
energy yang dipancarkan pada panjang gelombang λ per satuan selang panjang gelombang.
Pernyataan ini dapat dituliskan dalam bentuk:
Rumus Planck dibatasi oleh dua hal penting berikut ini.
1. Untuk frekuensi rendah dan panjang gelombang yang panjang
maka akan berlaku rumus Rayleigh-Jeans.
Atau
Pada persamaan tersebut tidak mengandung tetapan Planck, dan dapat diturunkan secara klasik
dan tidak berlaku untuk frekuensi tinggi, seperti energi tinggi, karena sifat kuantum foton harus
pula diperhitungkan.
2. Pada frekuensi tinggi dan pada panjang gelombang yang pendek
, maka akan berlaku rumus Wien:
Atau
Max Planck menyatakan dua anggapan mengenai energy radiasi sebuah benda hitam.
1. Pancaran energi radiasi yang dihasilkan oleh getaran molekul-molekul benda
dinyatakan oleh:
E = n.h.v
dengan v adalah frekuensi, h adalah sebuah konstanta Planck yang nilainya 6,626 × 10-
34 Js, dan n adalah bilangan bulat yang menyatakan bilangan kuantum.
2. Energi radiasi diserap dan dipancarkan oleh molekul molekul secara diskret yang
disebut kuanta atau foton. Energi radiasi ini terkuantisasi, di mana energy untuk satu
foton adalah:
E = h.v
dengan h merupakan konstanta perbandingan yang dikenal sebagai konstanta Planck.
Nilai h ditentukan oleh Planck dengan menyesuaikan fungsinya dengan data yang
diperoleh secara percobaan. Nilai yang diterima untuk konstanta ini adalah:
h = 6,626× 10-34 Js = 4,136× 10-34 eVs.
Planck belum dapat menyesuaikan konstanta h ini ke dalam fisika klasik, hingga
Einstein menggunakan gagasan serupa untuk menjelaskan efek fotolistrik.
G. Efek Fotolistrik
Serangkaian eksperimen menyatakan bahwa elektron dipancarkan dari permukaan
logam jika cahaya yang frekuensinya cukup tinggi jatuh pada permukaaan itu (diperlukan
cahaya ultraungu untuk hampir semua logam kecuali logam alkali). Gelombang cahaya
membawa energi yang sebagian energinya diserap oleh logam dapat terkonsentrasi pada
elektron tertentu dan muncul kembali sebagai energi kinetik merupakan gejala efek fotolistrik.
Salah satu sifat yang khususnya menimbulkan pertanyaan pengamat ialah distribusi energi
elektron yang dipancarkan (yang disebut fotoelektron) adalah
(i) untuk suatu jenis logam ada frekuensi cahaya minimal yang dapat melepaskan elektron
(ii) semakin tingi intensitas cahaya yang mengenai permukaan logam, semakin banyak elektron
yang dilepaskan.
(iii) semakin besar frekuensi cahaya, semakin besar pula energi kinetik maksimum elektron
(iv) tidak ada selang waktu antara penyinaran logam dan lepasnya elektron dari logam, bahkan
dengan intensitas rendah sekalipun
Ketika pelat logam disinari cahaya dengan panjang gelombang relatif panjang (umumnya
lebih dari 400 nm) efek fotolistrik tidak terjadi meskipun intensitas cahaya diperbesar.
Kenyataan ini bertolakbelakang dengan teori gelombang yang menyatakan bahwa seharusnya
semakin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron yang dilepaskan dan energi kinetik
maksimumnya makin besar. Teori elektromagnetik cahaya tidak dapat menerangkan adanya
efek fotolistrik. Planck menganggap bahwa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh
benda timbul secara terputus-putus, Planck tidak pernah menyangsikan bahwa penjalarannya
melalui ruang merupakan gelombang elektromagnetik yang kontinu. Untuk menerangkan efek
fotolistrik, Einstein di tahun 1905 merumuskan hipotesis teori kuantum cahaya yang sangat
erat kaitannya dengan hipotesis Planck tentang terkuantisasinya tenaga osilator pada benda
hitam sempurna. Einstein mengusulkan bukan saja cahaya yang dipancarkan menurut suatu
kuantum pada suatu saat, tetapi juga menjalar menurut kuanta individual, anggapan yang
berlawanan dengan fisika klasik. Hipotesis Einstein mengandaikan bahwa:
a). cahaya terdiri dari paket-paket tenaga (foton) yang bergerak dengan kelajuan c
b). tenaga foton cahaya yang memiliki frekuensi  adalah sebesar  h
c). dalam proses foto listrik, sebuah foton diserap seluruhnya oleh elektron pada permukaan
logam.
Pada efek fotolistrik suatu elektron meyerap sepenuhnya tenaga sebuah foton yang
sebagian digunakan untuk lepas dari ikatannya, dan sebagaian lagi digunakan untuk tenaga
gerak.
WEh k  .
Nilai dari Ek bervariasi bergantung bagaimana proses elektron itu melepaskan diri dari
pemukaan. Semakin kecil nilai W semakin besar nilai dari Ek. Untuk nilai maksimum dari Ek
yang kemudian disebut tenaga gerak maksimum kEˆ , W mencapai nilai terkecil, sebut saja W0,
sehingga dapat dinyatakan sebagai
0
ˆ WEh k 
dalam ujikaji dari Millikan kEˆ dapat ditentukan yaitu sama dengan eV0 sehingga
00 WeVh 
Persamaam tersebut memberikan hubungan ketrgantungan linier antara V0 dan  s.
W0 disebut fungsi kerja yang mencirikan jenis bahan logam yang dapat dinyatakan
dengan 00 hW  . Fungsi kerja kadang kadang dinyatakan dalam demensi beda potensial 
sehingga
e
W0

Jadi hipotesis Einstein tentang teori kuantum cahaya yang dikemukakan pada tahun 1905
dapat menerangkan fakta-fakta eksperimental yang berkaitan dengan efek fotolistrik.
FUNGSI KERJA UNTUK BEBERAPA BAHAN LOGAM
Logam  (dalam volt) Logam  (dalam volt)
Ag 4,73 K 2,24
Al 4,08 Mg 3,68
An 4,82 Na 2,28
Bi 4,25 Ni 5,01
Ca 2,71 Sn 4,38
Cd An Wolfram 4,5 (~)
Hg Bi Zn 3,7 (~)
*) Funsi kerja ini diukur dengan metoda fotoleistraik pada suhu ruang, dikutip dari
Handbook of Physics and Chemistry volume 50, crc, usa
H. Efek Compton
Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya tidak mempunyai
massa diam. Jika hal itu benar kita harus bisa menganalisa tumbukan antara foton dengan
elektron misalnya cara yang sama seperti tumbukan billiard dianalisis dalam mekanika
pendahuluan. Eksperimen lain yang mendukung teori foton adalah hamburan foton. A. H
Compton (1892-1962) menjatuhkan sinar-X pada elektron bebas. Ternyata sinar-X tersebut
dihamburkan dengan sudut 𝜃 terhadap arah datangnya. Panjang gelombang sinar-X yang
terhambur menjadi lebih besar dibanding dengan panjang gelombang semula. Seperti halnya
pada efek fotolistrik, kenyataan bahwa panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar tidak
dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang. Analisis teori gelombang, seharusnya panjang
gelombang tidak berubah.
Compton menjelaskan hasil eksperimennya dengan menganggap sinar-X sebagai
kumpulan foton. Foton-foton dalam sinar-X bertumbukan dengan elektron bebas dan foton-
foton itu terhambur. Tumbukan foton dapat dipandang sebagai partikel yang kehilangan
sejumlah energi yang besarnya sama dengan energi kinetik K yang diterima oleh elektron,
walaupun sebenarnya kita mengamati dua foton berbeda dengan 𝑓 dan 𝑓’ adalah panjang
gelombang sinar-X sebelum dan setelah terhambur sehingga
Kehilangan energi foton = Energi yang diterima elektron
ℎ𝑓 − ℎ𝑓′
= 𝐾
Momentum tidak seperti energi merupakan kuantitas vektor yang mempunyai arah dan
besaran, dan dalam tumbukan momentum harus kekal dalam masing-masing sumbu dan dari
kedua sumbu saling tegak lurus.
Momentum mula = Momentum akhir
ℎ𝑓
𝑐
+ 0 =
ℎ𝑓′
𝑐
cos 𝜑 + 𝑝 cos 𝜃
Dan tegak lurus pada arah ini
Momentum mula = Momentum akhir
0 =
ℎ𝑓′
𝑐
sin 𝜑 + 𝑝 sin 𝜃
Dengan menurunkan kedua persamaan diatas diperoleh hubungan
𝜆′
− 𝜆 =
ℎ
𝑚 𝑜 𝑐
(1 − cos 𝜑)
ℎ
𝑚 𝑜 𝑐
= 0,00243 nm, disebut panjang gelombang Compton.
λ’>λ jadi energi foton terhambur (E’) lebih kecil daripada energi foton datang (E).
Hamburan Compton
Persamaan diatas diturunkan oleh Arthur H. Compton pada awal tahun 1920, dan gejala yang
diberikan dikenal sebagai efek Compton. Gejala ini menunjukkan bukti kuat yang mendukung
teori kuantum radiasi.
I. Hipotesis de Broglie
Sebagaimana radiasi EM yang dapat direpresentasikan sebagai partikel tak bermassa
(foton) dengan energi dan momentum, materi dapat juga direpresentasikan sebagai gelombang
yang menjalar dengan kecepatan materi tersebut. Pada tahun 1924, Louis de Broglie,
menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana tertentu yang terdiri dari partikel-
partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat
seperti gelombang (James E Brady, 1990). Mengemukakan bahwa tidak hanya cahaya yang
memiliki sifat “mendua”, tetapi juga partikel.
De Broglie juga menyatakan bahwa pada setiap partikel yang berenergi E dan bergerak
dengan momentum p selalu terdapat gelombang yang diasosiasikan dengannya yang disebut
dengan gelombang De Broglie. Secara matematis besarnya gelombang De Broglie yaitu:
Sebuah partikel yang berfrekuensi 𝑓 mempunyai momentum
𝑝 =
ℎ𝑓
𝑐
Jika dinyatakan dalam panjang gelombang (𝜆) maka : 𝑝 =
ℎ
𝜆
Momentum suatu partikel yang bermasaa m adalah 𝑝 = 𝑚𝑣 sehingga panjang
gelombang de Broglienya menjadi
𝜆 =
ℎ
𝑚𝑣
.
Kecepatan Gelombang de Broglie
Bila kecepatan gelombang de Broglie kita beri lambang 𝑤, maka dapat ditentukan
𝑤 = 𝑓𝜆
Untuk menentukan harga 𝑤. Panjang gelombang 𝜆 merupakan panjang gelombang de Broglie
𝜆 =
ℎ
𝑚𝑣
untuk mendapatkan frekuensinya, kita menyamakan pernyataan kuantum 𝐸 = ℎ𝑓 dengan
rumus relativistik untuk energi total 𝐸 = 𝑚𝑐2
sehingga kecepatan de Broglie menjadi
𝑤 = 𝑓𝜆 =
𝑚𝑐2
ℎ
×
ℎ
𝑚𝑣
=
𝑐2
𝑣
Persamaan diatas tidak masalah jika partikel adalah foton yang bergerak dengan kecepatan c,
sehingga 𝑤 = 𝑐, tapi karena partikel tersebut bermassa maka kecepatan gelombang de Broglie
𝑤 lebih dari kecepatan cahaya. Karena kecepatan gelombang de Broglie bervariasi terhadap 𝜆
maka masing-masing gelombang bergerak dengan kecepatan berbeda dengan kecepatan
grupnya.
Daftar Pustaka
Budiyanto, Joko.2009. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan.
Departemen Pendidikan Nasional
Drajat.2009. Fisika : untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan. Departemen
Pendidikan Nasional
Saripudin, Aip dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika 3 IPA Kelas 12. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Beiseir, Arthur. 1982. Konsep Fisika Modern Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mosik. 2012. Bahan Ajar Fisika Kuantum. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

More Related Content

What's hot

Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasioLaporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasioTifa Fauziah
 
TEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUSTEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUSshofia ranti
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiSamantars17
 
Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2radar radius
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiFauzi Nugroho
 
Gelombang elektromagnetik XII Ipa
Gelombang elektromagnetik XII IpaGelombang elektromagnetik XII Ipa
Gelombang elektromagnetik XII IpaMuhammad Ramdhani
 
Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi 240297
 
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANAPPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANALouis W
 
Ppt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonisPpt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonissyifa tunnisa
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarDinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarSuta Pinatih
 
Kisi-kisi kognitif Fisika SMA gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabol...
Kisi-kisi kognitif Fisika SMA gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabol...Kisi-kisi kognitif Fisika SMA gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabol...
Kisi-kisi kognitif Fisika SMA gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabol...arina wardha
 
Momentum dan impuls
Momentum dan impulsMomentum dan impuls
Momentum dan impulsRamipratama
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetiknurwani
 

What's hot (20)

Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
 
Gelombang berjalan
Gelombang berjalanGelombang berjalan
Gelombang berjalan
 
MODUL FISIKA KUANTUM
MODUL FISIKA KUANTUMMODUL FISIKA KUANTUM
MODUL FISIKA KUANTUM
 
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasioLaporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
Laporan fisika dasar_ii_gelombang_stasio
 
TEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUSTEORI RELATIVITAS KHUSUS
TEORI RELATIVITAS KHUSUS
 
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang EntropiStatistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
Statistik Maxwell-Boltzmann & Interpretasi Statistik tentang Entropi
 
Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2Fisika Kuantum part 2
Fisika Kuantum part 2
 
Difraksi franhoufer
Difraksi franhouferDifraksi franhoufer
Difraksi franhoufer
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik Resonansi
 
Gelombang elektromagnetik XII Ipa
Gelombang elektromagnetik XII IpaGelombang elektromagnetik XII Ipa
Gelombang elektromagnetik XII Ipa
 
sifat-sifat gelombang
sifat-sifat gelombangsifat-sifat gelombang
sifat-sifat gelombang
 
Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi Power Point Materi Gelombang Bunyi
Power Point Materi Gelombang Bunyi
 
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANAPPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
 
Ppt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonisPpt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonis
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegarDinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar
 
Kisi-kisi kognitif Fisika SMA gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabol...
Kisi-kisi kognitif Fisika SMA gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabol...Kisi-kisi kognitif Fisika SMA gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabol...
Kisi-kisi kognitif Fisika SMA gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabol...
 
Spektrum garis
Spektrum garisSpektrum garis
Spektrum garis
 
Momentum dan impuls
Momentum dan impulsMomentum dan impuls
Momentum dan impuls
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik
 

Viewers also liked (20)

Radiasi benda hitam xii ipa 2
Radiasi benda hitam xii ipa 2Radiasi benda hitam xii ipa 2
Radiasi benda hitam xii ipa 2
 
teori atom
teori atomteori atom
teori atom
 
Energi Atom dan Inti, NIRSAM
Energi Atom dan Inti, NIRSAMEnergi Atom dan Inti, NIRSAM
Energi Atom dan Inti, NIRSAM
 
Spektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom HidrogenSpektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom Hidrogen
 
radiasi benda hitam
 radiasi benda hitam radiasi benda hitam
radiasi benda hitam
 
Makalah Radiasi Panas dan Radiasi Benda Hitam
Makalah Radiasi Panas dan Radiasi Benda HitamMakalah Radiasi Panas dan Radiasi Benda Hitam
Makalah Radiasi Panas dan Radiasi Benda Hitam
 
09 bab8
09 bab809 bab8
09 bab8
 
inti atom dan radioaktivitas
inti atom dan radioaktivitasinti atom dan radioaktivitas
inti atom dan radioaktivitas
 
13. bohr (kel 3)
13. bohr (kel 3)13. bohr (kel 3)
13. bohr (kel 3)
 
Teori bohr mengenai atom hidrogen
Teori bohr mengenai atom hidrogenTeori bohr mengenai atom hidrogen
Teori bohr mengenai atom hidrogen
 
Fisika atom bab 8
Fisika atom bab 8Fisika atom bab 8
Fisika atom bab 8
 
Inti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitasInti atom dan radioaktivitas
Inti atom dan radioaktivitas
 
teori kuantum
teori kuantumteori kuantum
teori kuantum
 
Kata penganta6
Kata penganta6Kata penganta6
Kata penganta6
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitam
 
Makalah bahaya radiasi leptop
Makalah bahaya radiasi leptopMakalah bahaya radiasi leptop
Makalah bahaya radiasi leptop
 
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda HitamPpt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
 
Makalah bahaya radiasi hanphone
Makalah bahaya radiasi hanphoneMakalah bahaya radiasi hanphone
Makalah bahaya radiasi hanphone
 
Ppt.radiasi benda hitam
Ppt.radiasi benda hitamPpt.radiasi benda hitam
Ppt.radiasi benda hitam
 
Radiasi benda hitam dan gejalanya (fisika)
Radiasi benda hitam dan gejalanya (fisika)Radiasi benda hitam dan gejalanya (fisika)
Radiasi benda hitam dan gejalanya (fisika)
 

Similar to Radiasi Benda Hitam Optimal

BAB_7_RADIASI_BENDA_HITAM_Fisikaaaa.pptx
BAB_7_RADIASI_BENDA_HITAM_Fisikaaaa.pptxBAB_7_RADIASI_BENDA_HITAM_Fisikaaaa.pptx
BAB_7_RADIASI_BENDA_HITAM_Fisikaaaa.pptxRayhanPutra16
 
Resume fisika seri 4 (materi sks)
Resume fisika seri 4 (materi sks)Resume fisika seri 4 (materi sks)
Resume fisika seri 4 (materi sks)Syifa Dhila
 
06 bab5
06 bab506 bab5
06 bab51habib
 
Fisika Kuantum part 3
Fisika Kuantum part 3Fisika Kuantum part 3
Fisika Kuantum part 3radar radius
 
Radiasi Benda Hitam,Dicky.pptx
Radiasi Benda Hitam,Dicky.pptxRadiasi Benda Hitam,Dicky.pptx
Radiasi Benda Hitam,Dicky.pptxDickyRamadhansyah1
 
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasikRyzkha Gso
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitamVJ Asenk
 
Radiasibendahitam -phpapp02
Radiasibendahitam -phpapp02Radiasibendahitam -phpapp02
Radiasibendahitam -phpapp02Nurasiah Jamil
 
Makalah fisika rbh
Makalah fisika rbhMakalah fisika rbh
Makalah fisika rbhSalsa Fariza
 
Radiasi Benda Hitam
Radiasi Benda HitamRadiasi Benda Hitam
Radiasi Benda Hitamfahmimn21
 
Bab 7 radiasi benda hitam
Bab 7 radiasi benda hitamBab 7 radiasi benda hitam
Bab 7 radiasi benda hitamAriq Zmc
 
Presentations benda black
Presentations benda blackPresentations benda black
Presentations benda blackYudi Fernandez
 
Fenomena kuantum
Fenomena kuantumFenomena kuantum
Fenomena kuantumdella m
 

Similar to Radiasi Benda Hitam Optimal (20)

BAB_7_RADIASI_BENDA_HITAM_Fisikaaaa.pptx
BAB_7_RADIASI_BENDA_HITAM_Fisikaaaa.pptxBAB_7_RADIASI_BENDA_HITAM_Fisikaaaa.pptx
BAB_7_RADIASI_BENDA_HITAM_Fisikaaaa.pptx
 
Resume fisika seri 4 (materi sks)
Resume fisika seri 4 (materi sks)Resume fisika seri 4 (materi sks)
Resume fisika seri 4 (materi sks)
 
Radiasi Benda Hitam
Radiasi Benda HitamRadiasi Benda Hitam
Radiasi Benda Hitam
 
Benda hitam astronomi
Benda hitam astronomiBenda hitam astronomi
Benda hitam astronomi
 
06 bab5
06 bab506 bab5
06 bab5
 
06 bab5
06 bab506 bab5
06 bab5
 
06 bab5
06 bab506 bab5
06 bab5
 
Fisika Kuantum part 3
Fisika Kuantum part 3Fisika Kuantum part 3
Fisika Kuantum part 3
 
Radiasi Benda Hitam,Dicky.pptx
Radiasi Benda Hitam,Dicky.pptxRadiasi Benda Hitam,Dicky.pptx
Radiasi Benda Hitam,Dicky.pptx
 
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
137227152 tugas-kegagalan-fisika-klasik
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitam
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitam
 
Radiasibendahitam -phpapp02
Radiasibendahitam -phpapp02Radiasibendahitam -phpapp02
Radiasibendahitam -phpapp02
 
Makalah fisika rbh
Makalah fisika rbhMakalah fisika rbh
Makalah fisika rbh
 
Radiasi benda hitam
Radiasi benda hitamRadiasi benda hitam
Radiasi benda hitam
 
Radiasi Benda Hitam
Radiasi Benda HitamRadiasi Benda Hitam
Radiasi Benda Hitam
 
Bab 7 radiasi benda hitam
Bab 7 radiasi benda hitamBab 7 radiasi benda hitam
Bab 7 radiasi benda hitam
 
Makalah 4
Makalah 4Makalah 4
Makalah 4
 
Presentations benda black
Presentations benda blackPresentations benda black
Presentations benda black
 
Fenomena kuantum
Fenomena kuantumFenomena kuantum
Fenomena kuantum
 

More from Ajeng Rizki Rahmawati

RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMPRPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMPAjeng Rizki Rahmawati
 
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMISINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMIAjeng Rizki Rahmawati
 
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabolaSoal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabolaAjeng Rizki Rahmawati
 
Ppt gerak parabola dan gerak melingkar
Ppt gerak parabola dan gerak melingkarPpt gerak parabola dan gerak melingkar
Ppt gerak parabola dan gerak melingkarAjeng Rizki Rahmawati
 

More from Ajeng Rizki Rahmawati (20)

Pts FISIKA X MIPA 1920
Pts FISIKA X MIPA 1920 Pts FISIKA X MIPA 1920
Pts FISIKA X MIPA 1920
 
Pts bio lintas minat x ips 1920
Pts bio lintas minat x ips 1920 Pts bio lintas minat x ips 1920
Pts bio lintas minat x ips 1920
 
Kisi kisi fisika x pts 1 1920
Kisi kisi fisika x pts 1 1920Kisi kisi fisika x pts 1 1920
Kisi kisi fisika x pts 1 1920
 
RPP HAKIKAT FISIKA
RPP HAKIKAT FISIKA RPP HAKIKAT FISIKA
RPP HAKIKAT FISIKA
 
Rpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisiRpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisi
 
Rpp unsur zat senyawa smp
Rpp unsur zat senyawa smpRpp unsur zat senyawa smp
Rpp unsur zat senyawa smp
 
Rpp perubahan zat fisika smp
Rpp perubahan zat fisika smpRpp perubahan zat fisika smp
Rpp perubahan zat fisika smp
 
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMPRPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
RPP Sistem Pencernaan Manusia Kelas 8 VIII SMP
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMISINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
SINOPSIS NYANYIAN SUNYI BUAT ADIKKU SAYANG, PARMI
 
Puisi jasamu
Puisi jasamuPuisi jasamu
Puisi jasamu
 
Tetaplah Tersenyum Indonesiaku
Tetaplah Tersenyum IndonesiakuTetaplah Tersenyum Indonesiaku
Tetaplah Tersenyum Indonesiaku
 
materi siapsiaga bencana PMR WIRA
materi siapsiaga bencana PMR WIRAmateri siapsiaga bencana PMR WIRA
materi siapsiaga bencana PMR WIRA
 
Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
 
Momentum dan impuls
Momentum dan impuls Momentum dan impuls
Momentum dan impuls
 
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabolaSoal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
Soal soal materi gerak melingkar dan gerak parabola
 
Ppt gerak parabola dan gerak melingkar
Ppt gerak parabola dan gerak melingkarPpt gerak parabola dan gerak melingkar
Ppt gerak parabola dan gerak melingkar
 
Gerak parabola fisika sma
Gerak parabola fisika smaGerak parabola fisika sma
Gerak parabola fisika sma
 
Gerak melingkar fisika sma
Gerak melingkar fisika smaGerak melingkar fisika sma
Gerak melingkar fisika sma
 
gelombang stasioner ppt
gelombang stasioner pptgelombang stasioner ppt
gelombang stasioner ppt
 

Recently uploaded

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 

Recently uploaded (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 

Radiasi Benda Hitam Optimal

  • 1. Radiasi benda hitam Disusun oleh : M.Syaifurrozaq 4201412109 Saifuli Sofi’ah 4201412096 PRODI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2014
  • 2. A. Benda Hitam Pernahkah kamu memakai baju warna gelap atau hitam pada siang hari yang panas? Apa yang kamu rasakan ketika memakai baju warna gelap atau hitam tersebut? Tentunya kamu akan cepat merasakan gerah bukan? Mengapa demikian? Permukaan benda yang berwarna hitam akan menyerap kalor lebih cepat dari permukaan benda yang berwarna cerah. Hal inilah yang menyebabkan kita merasa lebih cepat gerah jika memakai baju berwarna gelap atau hitam pada siang hari. Sebaliknya, kita akan lebih nyaman memakai baju berwarna gelap atau hitam pada malam hari. Hal ini dikarenakan permukaan benda berwarna gelap atau hitam mudah memancarkan kalor daripada benda yang berwarna lain. Jadi, benda yang permukaannya gelap atau hitam akan mudah menyerap kalor dan mudah pula memancarkannya. Untuk memahami sifat radiasi permukaan benda hitam, mari kita bahas bersama-sama uraian materi berikut ini! Pancaran cahaya pada benda yang dipanaskan disebut sebagai radiasi termal. Radiasi termal pada permukaan benda dapat terjadi pada suhu berapa pun. Radiasi termal pada suhu rendah tidak dapat kita lihat karena terletak pada daerah inframerah. Selain dapat memancarkan radiasi, permukaan bahan juga dapat menyerap radiasi. Kemampuan bahan untuk menyerap radiasi tidak sama. Semakin mudah bahan menyerap radiasi, semakin mudah pula bahan itu memancarkan radiasi. Bahan yang mampu menyerap seluruh radiasi disebut sebagai benda hitam. Istilah benda hitam (black body) pertama kali dikenalkan oleh Fisikawan Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Benda hitam memancarkan radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan benda hitam bergantung pada suhu benda hitam tersebut. Ketika suhu permukaan benda hitam turun maka radiasi benda hitam bergeser ke arah intensitas yang lebih rendah dan panjang gelombangnya lebih panjang, demikian pula sebaliknya. Benda hitam adalah benda ideal yang sebenarnya tidak ada. Karakteristik benda hitam dapat didekati dengan menggunakan ruang tertutup berongga yang diberi sebuah lubang kecil. Perhatikan gambar 7.2 di bawah!
  • 3. Setiap radiasi yang masuk ke rongga akan terperangkap oleh pemantulan bolak-balik. Hal ini menyebabkan terjadinya penyerapan seluruh radiasi oleh dinding rongga. Lubang rongga dapat diasumsikan sebagai pendekatan benda hitam. Jika rongga dipanaskan maka spektrum yang dipancarkan lubang merupakan spektrum kontinu dan tidak bergantung pada bahan pembuat rongga. Besarnya energi radiasi per satuan waktu per satuan luas permukaan disebut intensitas radiasi dan disimbolkan dengan I. Intensitas radiasi oleh benda hitam bergantung pada suhu benda. B. Radiasi Panas dan Intensitas Radiasi 1. Radiasi Panas Radiasi panas adalah radiasi yang dipancarkan oleh sebuah benda sebagai akibat suhunya. Setiap benda memancarkan radiasi panas, tetapi pada umumnya, kalian dapat melihat sebuah benda, karena benda itu memantulkan cahaya yang datang padanya, bukan karena benda itu memancarkan radiasi panas. Benda baru terlihat karena meradiasikan panas jika suhunya melebihi 1.000 K. Pada suhu ini benda mulai berpijar merah seperti kumparan pemanas sebuah kompor listrik. Pada suhu di atas 2.000 K benda berpijar kuning atau keputih-putihan, seperti pijar putih dari filamen lampu pijar. Begitu suhu benda terus ditingkatkan, intensitas relatif dari spektrum cahaya yang dipancarkannya berubah. Hal ini menyebabkan pergeseran warna-warna spektrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk menentukan suhu suatu benda. Secara umum bentuk terperinci dari spektrum radiasi panas yang dipancarkan oleh suatu benda panas bergantung pada komposisi benda itu. Walaupun demikian, hasil eksperimen menunjukkan bahwa ada satu kelas benda panas yang memancarkan spektra panas dengan karakter universal.
  • 4. Benda ini adalah benda hitam atau black body. Benda hitam didefinisikan sebagai sebuah benda yang menyerap semua radiasi yang datang padanya. Dengan kata lain, tidak ada radiasi yang dipantulkan keluar dari benda hitam. Jadi, benda hitam mempunyai harga absorptansi dan emisivitas yang besarnya sama dengan satu. Seperti yang telah kalian ketahui, bahwa emisivitas (daya pancar) merupakan karakteristik suatu materi, yang menunjukkan perbandingan daya yang dipancarkan per satuan luas oleh suatu permukaan terhadap daya yang dipancarkan benda hitam pada temperatur yang sama. Sementara itu, absorptansi (daya serap) merupakan perbandingan fluks pancaran atau fluks cahaya yang diserap oleh suatu benda terhadap fluks yang tiba pada benda itu. Benda hitam ideal digambarkan oleh suatu rongga hitam dengan lubang kecil. Sekali suatu cahaya memasuki rongga itu melalui lubang tersebut, berkas itu akan dipantulkan berkali-kali di dalam rongga tanpa sempat keluar lagi dari lubang tadi. Setiap kali dipantulkan, sinar akan diserap dinding- dinding berwarna hitam. Benda hitam akan menyerap cahaya sekitarnya jika suhunya lebih rendah daripada suhu sekitarnya dan akan memancarkan cahaya ke sekitarnya jika suhunya lebih tinggi daripada suhu sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 8.2. Benda hitam yang dipanasi sampai suhu yang cukup tinggi akan tampak membara.
  • 5. 2. Intensitas Radiasi Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam. Radiasi ini menjangkau seluruh daerah panjang gelombang. Distribusi energi pada daerah panjang gelombang ini memiliki ciri khusus, yaitu suatu nilai maksimum pada panjang gelombang tertentu. Letak nilai maksimum tergantung pada temperatur, yang akan bergeser ke arah panjang gelombang pendek seiring dengan meningkatnya temperatur. Pada tahun 1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan eksperimen untuk mengetahui karakter universal dari radiasi benda hitam. Ia menemukan bahwa daya total per satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam panas (intensitas total) adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat dirumuskan: I total = σ . T 4 dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua frekuensi, T adalah suhu mutlak benda, dan σ adalah tetapan Stefan-Boltzman, yang bernilai 5,67 × 10-8 Wm-2K-4. Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi hukum yang sama, hanya diberi tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1 sehingga: I total = e.σ.T 4 Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan (8.2) dapat ditulis sebagai: A P TeItotal  4  dengan: P = daya radiasi (W) A = luas permukaan benda (m2) e = koefisien emisivitas T = suhu mutlak (K) Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik cahaya, Ludwig Boltzmann (1844 - 1906) secara teoritis menurunkan hukum yang diungkapkan oleh Joseph
  • 6. Stefan (1853 - 1893) dari gabungan termodinamika dan persamaan-persamaan Maxwell. Oleh karena itu, persamaan (8.2) dikenal juga sebagai Hukum Stefan- Boltzmann, yang berbunyi: “Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam dalam satuan waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur termodinamikanya”. C. Spektrum Radiasi Benda Hitam
  • 7. D. Hukum Pergeseran Wien Jika sebuah benda hitam dipanaskan, maka benda itu suhunya akan naik dan warnanya akan berubah dari merah tua bergeser ke arah sinar putih. Pergeseran warna benda tersebut menunjukkan bahwa pancaran energi radiasi semakin tinggi suhunya semakin besar frekuensi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan benda tersebut dan semakin lengkap gelombang elektromagnetik yang dipancarkan. Spektrum radiasi benda hitam (lihat Gambar 7.2) merupakan gambaran dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda hitam. Seorang fisikawan dari bangsa Jerman, berhasil menemukan suatu hubungan empiris sederhana bahwa radiasi benda hitam selalu terdapat panjang gelombang yang membawa energi paling besar (intensitas maksimum), dan panjang gelombang yang membawa intensitas paling besar (maksimum) selalu bergeser terus ke arah panjang gelombang lebih kecil ketika suhu benda tersebut bertambah. Pernyataan ini dikenal dengan hukum pergeseran Wien yang dirumuskan: λmax . T = C .... (7.2) dengan
  • 8. λmax x = panjang gelombang yang membawa energi maksimum T = suhu benda (K) C = konstanta Wien = 2,898×10-3 mK E. Teori Rayleight-Jeans Rayleight-Jeans menentukan hubungan energi radiasi dengan frekuensi gelombang. Hukum pergeseran Wien hanya menjelaskan hubungan antara energi radiasi terhadap panjang gelombang dengan cara mencari fungsi matematis yang sesuai dengan kurva (spektrum) sehingga tidak dapat menjelaskan tentang benda hitam. Raylight dan Jeans menjelaskan radiasi termal berdasarkan modus vibrasi (getaran) pada rongga benda hitam. Sesuai dengan hukum ekuipartisi energi maka setiap partikel dalam benda hitam akan mempunyai energi untuk setiap derajat kebebasannya yaitu sebesar: E= 1 2 𝐾𝑇 Suhu mutlak T bersifat kontinu sehingga energi termal yang dipancarkannya juga akan bersifat kontinu. Maka, menurut Rayleight-Jeans energi harus bersifat kontinu. Fungsi distribusi spektrum P( λ ,T ) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 8.3. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh- Jeans yang dinyatakan: P ( λ,T ) = 8 π kTλ-4 dengan k merupakan konstanta Boltzmann. Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh secara percobaan untuk panjang gelombang yang panjang, tetapi tidak sama pada panjang gelombang pendek. Begitu λ mendekati nol, fungsi P ( λ , T ) yang ditentukan secara percobaan juga mendekati nol, tetapi fungsi yang dihitung mendekati tak terhingga karena sebanding dengan λ−4 . Dengan demikian, yang tak terhingga yang terkonsentrasi dalam panjang gelombang yang sangat pendek. Hasil ini dikenal sebagai katastrof ultraviolet.
  • 9. F. Hukum Radiasi Planck Beberapa teori yang mencoba untuk menjelaskan tentang radiasi benda hitam, yaitu teori yang dikemukaan oleh Wilhelm Wien dan teori yang dikemukakan oleh Lord Rayleigh serta James Jeans pada akhir abad 19 yang menerangkan radiasi benda hitam mengunakan teori gelombang klasik. Hal tersebut dikarenakan pada saat itu telah mengenal bahwa energi radiasi benda hitam diperoleh dari energi getaran atom yang dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Akan tetapi pada saat itu mengganggap bahwa energi yang dipancarkan secara kontinu. Teori yang dikemukakan Wien hanya cocok untuk menjelaskan radiasi benda hitam pada daerah panjang gelombang pendek, tetapi tidak cocok untuk daerah panjang gelombang panjang. Sebaliknya teori Rayleigh – Jeans ternyata dapat menjelaskan radiasi benda hitam pada daerah panjang gelombang panjang tetapi gagal untuk menjelaskan pada panjang gelombang pendek. Pada tahun 1900, fisikawan Jerman, Max Planck, mengumumkan bahwa dengan membuat suatu modifikasi khusus dalam perhitungan klasik dia dapat menjabarkan fungsi P ( λ,T ) yang sesuai dengan data percobaan pada seluruh panjang gelombang. Hukum radiasi Planck menunjukkan distribusi (penyebaran) energi yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam. Hukum ini memperkenalkan gagasan baru dalam ilmu fisika, yaitu bahwa energi merupakan
  • 10. suatu besaran yang dipancarkan oleh sebuah benda dalam bentuk paketpaket kecil terputus- putus, bukan dalam bentuk pancaran molar. Paket-paket kecil ini disebut kuanta dan hukum ini kemudian menjadi dasar teori kuantum. Rumus Planck menyatakan energi per satuan waktu pada frekuensi v per satuan selang frekuensi per satuan sudut tiga dimensi yang dipancarkan pada sebuah kerucut tak terhingga kecilnya dari sebuah elemen permukaan benda hitam, dengan satuan luas dalam proyeksi tegak lurus terhadap sumbu kerucut. Pernyataan untuk intensitas jenis monokromatik Iv adalah: dengan h merupakan tetapan Planck, c adalah laju cahaya, k adalah tetapan Boltzmann, dan T adalah temperature termodinamik benda hitam. Intensitas juga dapat dinyatakan dalam bentuk energy yang dipancarkan pada panjang gelombang λ per satuan selang panjang gelombang. Pernyataan ini dapat dituliskan dalam bentuk: Rumus Planck dibatasi oleh dua hal penting berikut ini. 1. Untuk frekuensi rendah dan panjang gelombang yang panjang maka akan berlaku rumus Rayleigh-Jeans. Atau Pada persamaan tersebut tidak mengandung tetapan Planck, dan dapat diturunkan secara klasik dan tidak berlaku untuk frekuensi tinggi, seperti energi tinggi, karena sifat kuantum foton harus pula diperhitungkan.
  • 11. 2. Pada frekuensi tinggi dan pada panjang gelombang yang pendek , maka akan berlaku rumus Wien: Atau Max Planck menyatakan dua anggapan mengenai energy radiasi sebuah benda hitam. 1. Pancaran energi radiasi yang dihasilkan oleh getaran molekul-molekul benda dinyatakan oleh: E = n.h.v dengan v adalah frekuensi, h adalah sebuah konstanta Planck yang nilainya 6,626 × 10- 34 Js, dan n adalah bilangan bulat yang menyatakan bilangan kuantum. 2. Energi radiasi diserap dan dipancarkan oleh molekul molekul secara diskret yang disebut kuanta atau foton. Energi radiasi ini terkuantisasi, di mana energy untuk satu foton adalah: E = h.v dengan h merupakan konstanta perbandingan yang dikenal sebagai konstanta Planck. Nilai h ditentukan oleh Planck dengan menyesuaikan fungsinya dengan data yang diperoleh secara percobaan. Nilai yang diterima untuk konstanta ini adalah: h = 6,626× 10-34 Js = 4,136× 10-34 eVs. Planck belum dapat menyesuaikan konstanta h ini ke dalam fisika klasik, hingga Einstein menggunakan gagasan serupa untuk menjelaskan efek fotolistrik.
  • 12.
  • 13. G. Efek Fotolistrik Serangkaian eksperimen menyatakan bahwa elektron dipancarkan dari permukaan logam jika cahaya yang frekuensinya cukup tinggi jatuh pada permukaaan itu (diperlukan cahaya ultraungu untuk hampir semua logam kecuali logam alkali). Gelombang cahaya membawa energi yang sebagian energinya diserap oleh logam dapat terkonsentrasi pada elektron tertentu dan muncul kembali sebagai energi kinetik merupakan gejala efek fotolistrik. Salah satu sifat yang khususnya menimbulkan pertanyaan pengamat ialah distribusi energi elektron yang dipancarkan (yang disebut fotoelektron) adalah (i) untuk suatu jenis logam ada frekuensi cahaya minimal yang dapat melepaskan elektron (ii) semakin tingi intensitas cahaya yang mengenai permukaan logam, semakin banyak elektron yang dilepaskan. (iii) semakin besar frekuensi cahaya, semakin besar pula energi kinetik maksimum elektron (iv) tidak ada selang waktu antara penyinaran logam dan lepasnya elektron dari logam, bahkan dengan intensitas rendah sekalipun Ketika pelat logam disinari cahaya dengan panjang gelombang relatif panjang (umumnya lebih dari 400 nm) efek fotolistrik tidak terjadi meskipun intensitas cahaya diperbesar. Kenyataan ini bertolakbelakang dengan teori gelombang yang menyatakan bahwa seharusnya semakin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron yang dilepaskan dan energi kinetik maksimumnya makin besar. Teori elektromagnetik cahaya tidak dapat menerangkan adanya efek fotolistrik. Planck menganggap bahwa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh benda timbul secara terputus-putus, Planck tidak pernah menyangsikan bahwa penjalarannya melalui ruang merupakan gelombang elektromagnetik yang kontinu. Untuk menerangkan efek fotolistrik, Einstein di tahun 1905 merumuskan hipotesis teori kuantum cahaya yang sangat
  • 14. erat kaitannya dengan hipotesis Planck tentang terkuantisasinya tenaga osilator pada benda hitam sempurna. Einstein mengusulkan bukan saja cahaya yang dipancarkan menurut suatu kuantum pada suatu saat, tetapi juga menjalar menurut kuanta individual, anggapan yang berlawanan dengan fisika klasik. Hipotesis Einstein mengandaikan bahwa: a). cahaya terdiri dari paket-paket tenaga (foton) yang bergerak dengan kelajuan c b). tenaga foton cahaya yang memiliki frekuensi  adalah sebesar  h c). dalam proses foto listrik, sebuah foton diserap seluruhnya oleh elektron pada permukaan logam. Pada efek fotolistrik suatu elektron meyerap sepenuhnya tenaga sebuah foton yang sebagian digunakan untuk lepas dari ikatannya, dan sebagaian lagi digunakan untuk tenaga gerak. WEh k  . Nilai dari Ek bervariasi bergantung bagaimana proses elektron itu melepaskan diri dari pemukaan. Semakin kecil nilai W semakin besar nilai dari Ek. Untuk nilai maksimum dari Ek yang kemudian disebut tenaga gerak maksimum kEˆ , W mencapai nilai terkecil, sebut saja W0, sehingga dapat dinyatakan sebagai 0 ˆ WEh k  dalam ujikaji dari Millikan kEˆ dapat ditentukan yaitu sama dengan eV0 sehingga 00 WeVh  Persamaam tersebut memberikan hubungan ketrgantungan linier antara V0 dan  s. W0 disebut fungsi kerja yang mencirikan jenis bahan logam yang dapat dinyatakan dengan 00 hW  . Fungsi kerja kadang kadang dinyatakan dalam demensi beda potensial  sehingga e W0  Jadi hipotesis Einstein tentang teori kuantum cahaya yang dikemukakan pada tahun 1905 dapat menerangkan fakta-fakta eksperimental yang berkaitan dengan efek fotolistrik. FUNGSI KERJA UNTUK BEBERAPA BAHAN LOGAM
  • 15. Logam  (dalam volt) Logam  (dalam volt) Ag 4,73 K 2,24 Al 4,08 Mg 3,68 An 4,82 Na 2,28 Bi 4,25 Ni 5,01 Ca 2,71 Sn 4,38 Cd An Wolfram 4,5 (~) Hg Bi Zn 3,7 (~) *) Funsi kerja ini diukur dengan metoda fotoleistraik pada suhu ruang, dikutip dari Handbook of Physics and Chemistry volume 50, crc, usa H. Efek Compton Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya tidak mempunyai massa diam. Jika hal itu benar kita harus bisa menganalisa tumbukan antara foton dengan elektron misalnya cara yang sama seperti tumbukan billiard dianalisis dalam mekanika pendahuluan. Eksperimen lain yang mendukung teori foton adalah hamburan foton. A. H Compton (1892-1962) menjatuhkan sinar-X pada elektron bebas. Ternyata sinar-X tersebut dihamburkan dengan sudut 𝜃 terhadap arah datangnya. Panjang gelombang sinar-X yang terhambur menjadi lebih besar dibanding dengan panjang gelombang semula. Seperti halnya pada efek fotolistrik, kenyataan bahwa panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang. Analisis teori gelombang, seharusnya panjang gelombang tidak berubah. Compton menjelaskan hasil eksperimennya dengan menganggap sinar-X sebagai kumpulan foton. Foton-foton dalam sinar-X bertumbukan dengan elektron bebas dan foton- foton itu terhambur. Tumbukan foton dapat dipandang sebagai partikel yang kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan energi kinetik K yang diterima oleh elektron, walaupun sebenarnya kita mengamati dua foton berbeda dengan 𝑓 dan 𝑓’ adalah panjang gelombang sinar-X sebelum dan setelah terhambur sehingga Kehilangan energi foton = Energi yang diterima elektron ℎ𝑓 − ℎ𝑓′ = 𝐾
  • 16. Momentum tidak seperti energi merupakan kuantitas vektor yang mempunyai arah dan besaran, dan dalam tumbukan momentum harus kekal dalam masing-masing sumbu dan dari kedua sumbu saling tegak lurus. Momentum mula = Momentum akhir ℎ𝑓 𝑐 + 0 = ℎ𝑓′ 𝑐 cos 𝜑 + 𝑝 cos 𝜃 Dan tegak lurus pada arah ini Momentum mula = Momentum akhir 0 = ℎ𝑓′ 𝑐 sin 𝜑 + 𝑝 sin 𝜃 Dengan menurunkan kedua persamaan diatas diperoleh hubungan 𝜆′ − 𝜆 = ℎ 𝑚 𝑜 𝑐 (1 − cos 𝜑) ℎ 𝑚 𝑜 𝑐 = 0,00243 nm, disebut panjang gelombang Compton. λ’>λ jadi energi foton terhambur (E’) lebih kecil daripada energi foton datang (E). Hamburan Compton Persamaan diatas diturunkan oleh Arthur H. Compton pada awal tahun 1920, dan gejala yang diberikan dikenal sebagai efek Compton. Gejala ini menunjukkan bukti kuat yang mendukung teori kuantum radiasi. I. Hipotesis de Broglie
  • 17. Sebagaimana radiasi EM yang dapat direpresentasikan sebagai partikel tak bermassa (foton) dengan energi dan momentum, materi dapat juga direpresentasikan sebagai gelombang yang menjalar dengan kecepatan materi tersebut. Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana tertentu yang terdiri dari partikel- partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat seperti gelombang (James E Brady, 1990). Mengemukakan bahwa tidak hanya cahaya yang memiliki sifat “mendua”, tetapi juga partikel. De Broglie juga menyatakan bahwa pada setiap partikel yang berenergi E dan bergerak dengan momentum p selalu terdapat gelombang yang diasosiasikan dengannya yang disebut dengan gelombang De Broglie. Secara matematis besarnya gelombang De Broglie yaitu: Sebuah partikel yang berfrekuensi 𝑓 mempunyai momentum 𝑝 = ℎ𝑓 𝑐 Jika dinyatakan dalam panjang gelombang (𝜆) maka : 𝑝 = ℎ 𝜆 Momentum suatu partikel yang bermasaa m adalah 𝑝 = 𝑚𝑣 sehingga panjang gelombang de Broglienya menjadi 𝜆 = ℎ 𝑚𝑣 . Kecepatan Gelombang de Broglie Bila kecepatan gelombang de Broglie kita beri lambang 𝑤, maka dapat ditentukan 𝑤 = 𝑓𝜆 Untuk menentukan harga 𝑤. Panjang gelombang 𝜆 merupakan panjang gelombang de Broglie 𝜆 = ℎ 𝑚𝑣 untuk mendapatkan frekuensinya, kita menyamakan pernyataan kuantum 𝐸 = ℎ𝑓 dengan rumus relativistik untuk energi total 𝐸 = 𝑚𝑐2 sehingga kecepatan de Broglie menjadi 𝑤 = 𝑓𝜆 = 𝑚𝑐2 ℎ × ℎ 𝑚𝑣 = 𝑐2 𝑣
  • 18. Persamaan diatas tidak masalah jika partikel adalah foton yang bergerak dengan kecepatan c, sehingga 𝑤 = 𝑐, tapi karena partikel tersebut bermassa maka kecepatan gelombang de Broglie 𝑤 lebih dari kecepatan cahaya. Karena kecepatan gelombang de Broglie bervariasi terhadap 𝜆 maka masing-masing gelombang bergerak dengan kecepatan berbeda dengan kecepatan grupnya. Daftar Pustaka Budiyanto, Joko.2009. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional Drajat.2009. Fisika : untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional Saripudin, Aip dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika 3 IPA Kelas 12. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Beiseir, Arthur. 1982. Konsep Fisika Modern Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mosik. 2012. Bahan Ajar Fisika Kuantum. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.