2. Kajian Istilah
Hadis Dha'if adalah hadis mardud, yaitu hadis yang ditolak atau tidak dapat dijadikan hujjah
atau dalil dalam menetapkan sesuatu hukum.
Kata al-dha'if, secara bahasa adalah lawan dari al-qawiy, yang berarti "lemah".
Secara istilah,
ُّ
ُلك
ُّ
يثِدَح
ُّ
مَل
ُّ
عِمَتجَي
ُِّهيِف
ُُّاتَف ِ
ص
ُِّدَحال
ُِّثي
،ِيح ِحَّصال
َُّ
لَو
ُُّاتَف ِ
ص
ُِّدَحال
ُِّثي
ُِّنَسَحال
.
setiap hadis yang tidak terhimpun padanya sifat-sifat hadis shahih dan tidak pula sifat-sifat
hadis hasan.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa kriteria hadis dha'if tersebut adalah:
1. Terputusnya hubungan antara satu perawi dengan perawi lain di dalam sanad hadis tersebut,
yang seharusnya bersambung.
2. Terdapatnya cacat pada diri salah seorang perawi atau matan dari hadis tersebut.
4. Hadis Mu’allaq
أ
-
لغة
:
ُّهوُّاسمُّمفعولُّمن
"
علق
"
ُّوجعلهُّمعلقا،ُّأيُّأناطهُّوربطهُّبه،الشيءُّبالشيء
.
Secara etimologi kata mu'allaq adalah isim maf'ul dari kata 'allaqa, yang berarti "menggantungkan
sesuatu pada sesuatu yang lain sehingga ia menjadi tergantung".
ب
-
اصطالحا
:
ُّفأكثرُّعلىُّالتواليماُّحذفُّمنُّمبدأُّإسنادهُّراو
.
Hadis yang dihapus dari awal sanad-nya seorang perawi atau lebih secara berturut-turut.
Gugur sanadnya bisa terjadi karena:
1. Dihapuskan seluruh sanadnya, kecuali sahabat, seperti perkataan al-Bukhari: “qaala Rasulullah…”
2. Dihapuskan sanadnya selain shahabat, atau bisa juga shahabat dan tabi’in.
Contoh:
ماُّأخرجهُّالبخاريُّفيُّمقدمةُّبابُّماُّيذكرُّفيُّالفخذ
" :
وقالُّأبوُّموسى
:
غطىُّالنبيُّصلىُّهللا
ُّعليه
وسلمُّركبتيهُّحينُّدخلُّعثمان
"
Hadis di atas adalah ةu'allaq, karena al-Bukhari menghapus seluruh sanadnya, kecuali shahabat,
yaitu Abu Musa al-Asy'ari.
Pada dasarnya hadis mu’allaq tidak bisa dijadikan hujjah karena sanadnya terputus sehingga tidak
memenuhi kriteria keshahihan hadis. Namun, para ulama mengecualikan hadis mu’allaq yang
terdapat dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, karena hadis mu’allaq pada kedua kitab tersebut
sebenarnya sanadnya muttashil, tetapi dihapus sanadnya untuk meringkas.
Para Ulama secara khusus telah melakukan penelitian terhadap hadis-hadis mu'allaq yang terdapat
pada kitab Shahih al-Bukhari, dan mereka telah membuktikan bahwa keseluruhan sanadnya adalah
bersambung. Di antara karya yang terbaik dalam hal ini adalah kitab Tahqiq al-Ta'liq karya Ibn Hqjar
al-'Asqalani.
5. Hadis Mursal
أ
-
ُّ
لغة
:
هو
اسم
مفعول
من
"
أرسل
"
بمعنى
"
أطلق
"
،
فكان
لِسالمر
أطلق
اإلسناد
و
لم
يقيده
براو
معروف
.
Secara bahasa kata mursal adalah isim maf'ul dari arsala, yang berarti athlaqa, yaitu
"melepaskan atau membebaskan". Dalam hal ini adalah melepaskan isnad dan tidak
menghubungkannya dengan seorang perawi yang dikenal.
ب
-
ااصطالح
:
هو
ما
سقط
من
آخر
إسناده
ُّ
نَم
بعد
التابعي
.
Hadis yang gugur dari akhir sanadnya, seorang perawi sesudah Tabi’in.
Hadis mursal terjadi jika seorang Tabi’in, baik kecil atau besar, mengatakan "Rasulullah saw
berkata demikian, atau berbuat demikian," dan sebagainya, padahal ia jelas tidak bertemu
dengan Rasulullah. Jadi tabiin tersebut menghilangkan perawi shahabat.
Contoh:
ما
أخرج
مسلم
في
،صحيحه
في
كتاب
البيوع
قال
:
"
حدثني
محمد
بن
،رافع
ثنا
ح
،جين
ثنا
،الليث
عن
،عقيل
عن
ابن
،شهاب
عن
سعيد
بن
المسيب
أن
رسول
هللا
صلى
هللا
عليه
وسلم
نهى
عن
بيع
المزابنة
"
.
Said ibn al-Musayyab adalah seorang tabiin besar. Dia meriwayatkan hadis ini dari Nabi saw tanpa
menyebutkan perawi perantara antara dirinya dengan Nabi saw. Dalam hal ini Ibn al-Musayyab
telah menggugurkan akhir sanadnya, yaitu shahabat. Minimal yang telah digugurkannya adalah
seorang shahabat, dan boleh jadi yang digugurkannya selain shahabat adalagi seorang yang lain,
seperti seorang tbiin yang lain.
6. Hukum Hadis Mursal
1. Pendapat yang menyatakan hukum hadis mursal adalah dha'if dan mardud. Ini adalah pendapat mayoritas
ulama hadis, ulama ushul fiqh, dan para fuqaha. Argumentasi mereka adalah karena tidak diketahuinya
keadaan perawi yang digugurkan tersebut serta adanya kemungkinan bahwayang digugurkan itu adalah
seorang tabiin dan bukan shahabat.
2. Hukumnya adalah shahih dan karenanya dapat dijadikan hujjah. Pendapat ini berasal dari Abu Hanifah, Malik,
dan Ahmad ibn Hanbal. Akan tetapi, mereka mensyaratkan bahwa perawi yang rneng-irsal-kan tersebut
adalah tsiqat. Argumentasi kelompok ini adalah, bahwa seorarng tabiin yang tsiqat tidak akan mengatakan
"Rasulullah saw bersabda ...", kecuali ia telah mendengarnya sendiri dari seorang yang tsiqat.
3. Pendapat ketiga adalah pendapat Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa hadis mursal dapat diterima, tetapi
dengan syarat:
a. Bahwa yang meng-irsal-kan itu adalah dari tabi'in besar.
b. Dan apabila ia menyebutkan orang yang diirsalkannya itu, maka yang disebutkannya adalah seorang yang
tsiqat.
c. Apabila ia beserta para ulama (huffaz) yang terpercaya, maka para ulama tersebut tidak berbeda
pendapat dengannya.
d. Ketiga syarat di atas harus ditambah dengan salah satu dari: 1) ia meriwayatkanhtersebut melalui jalur lain
secara musnad, 2) atau ia meriwayatkan dari jalur yang lain secara mursal dan yang di-irsal -kannya
adalah perawi yang menerima hadis dari para perawi yang bukan perawi hadis mursal yang pertama, 3)
Atau hadis tersebut sesuai dengan perkataan shahabat, 4) Atau, para ulama banyak yang berfatwa dengan
kandungan hadis tersebut.
7. MURSAL KHAFI
ُّبلفظُّيحتملُّالسماعُّوغير،ُّماُّلمُّيسمعُّمنه،ُّأوُّعاصره،أنُّيرويُّالراويُّعمنُّلقيه
ُّهُّكـ
"
قال
."
Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari perawi yang pernah bertemu
dengannya atau yang semasanya , tetapi sebenarnya ia tidak pernah mendengarnnya, dengan
lafal yang mengandung pengertian al-sima’ (mendengar secara langsung) atau lainnya seperti
lafal ‘qaala’.
Contoh:
ُّماُّرواهُّابنُّماجهُّمنُّطريق
ُُّّعنُّعقبة،عمرُّبنُّعبدُّالعزيز
بنُّعامرُّمرفوعا
" :
ُّرحم
هللاُّحارسُّالحرس
“
Dalam hadis di atas, sebenarnya ‘Umar tidak pernah bertemu dengan ‘Uqbah.
Cara mengetahui hadis mursal:
1. Penetapan dari imam-imam hadis.
2. Pemberitahuan dari perawi sendiri bahwa ia tidak pernah bertemu atau mendengar
langsung hadis dari perawi yang ia sebut.
3. Ada jalur sanad lain yang menunjukkan bahwa adanya perawi lain antara dua orang
perawi tersebut.
Hukum hadis mursal khafi sama dengan hadis munqathi’, yaitu dhaif.
Kitab popular tentang hadis mursal khafi adalah
ُّكتاب
"
التفصيلُّلمبهمُّالمراسيل
"
ُّللخطيبُّالبغدادي،
.
8. Hadis Mu’dhal
أ
-
ُّ
لغة
:
اسم
مفعول
من
"
أعضله
"
بمعنى
أعياه
.
Secara etimologi, kata mu’dhal adaJah isim maful dari kata a’dhala yang berarti a'ya, yaitu
"menjadikan sesuatu menjadi problematik atau misterius".
ب
-
ااصطالح
:
ما
سقط
من
إسناده
اثنان
فأكثر
على
التوالي
.
Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang perawi atau lebih secara berturut-turut.
Maksud gugur dua orang perawi atau lebih dari sanadnya secara berturut-turut, bisa terjadi pada
awal, pertengahan, atau akhir sanad.
Contoh:
"
ما
رواه
الحاكم
في
"
معرفة
علوم
الحديث
"
بسنده
إلى
القعنبي
عن
مالك
أنه
بلغه
أن
أب
ا
هريرة
قال
:
قال
رسول
هللا
صلى
هللا
عليه
وسلم
:
"
للمملوك
طعامه
وكسوته
،بالمعروف
ول
يكلف
من
العمل
إل
ما
يطيق
“
Hadis di atas adalah mu'dhal, karena gugur dua orang perawinya secara berturut-turut, yaitu antara
Malik dan Abu Hurairah. Dan hal ini diketahui melalui periwayatan hadis tersebut di dalam kitab
lain selain al-Muwaththa’. Urutan perawi yang seharusnya adalah:
...
عن
مالك
عن
محمد
بن
عجالن
عن
أبيه
عن
أبي
هريرة
Para Ulama sepakat menyatakan bahwa hukum hadis mu'dhal ini adalah dha'if., bahkan keadaannya lebih buruk
dari hadis mursal dan hadis munqathi', karena perawi yang gugur di dalam sanadnya lebih banyak.
Di antara kitab yang memuat hadis-hadis mu’dhal, munqathi', serta mursal adalah: kitab al-Sunan karya Said ibn
Manshur, dan kitab-kitab hadis karya Ibn Abi al-Dunya.s
9. Hadis Munqathi’
أ
-
لغة
:
هو
اسم
فاعل
من
"
النقطاع
"
ضد
التصال
.
Kata munqathi' adalah isim fa'il dari al-inqitha', yaitu lawan dari al-ittishal, yang berarti terputus.
ب
-
اصطالحا
:
ما
لم
يتصل
،إسناده
على
أي
وجه
كان
انقطاعه
.
Hadis yang tidak bersambung sanadnya, dan keterputusan sanad tersebut bisa terjadi di mana saja.
Dari definisi di atas, bisa dipahami bahwa pada dasarnya hadis mu’allaq, hadis mursal, dan hadis mu’dhal juga
masuk kategori hadis munqathi’. Namun demikian, kebanyakan ulama hadis, terutama muta’akhirin, seperti Ibn
Hajar al-Asqalani, menggunakan istilah munqathi' hanya terhadap hadis yang terputus sanadnya selain yang
terjadi pada hadis mu’allaq, mursal dan mu'dhal. Dengan demikian istilah munqathi' adalah umum dan meliputi
setiap hadis yang terputus sanadnya selain bentuk yang tiga di atas, yaitu yang terputus sanadnya tidak pada
awalnya, akhirnya, atau tidak pada duh orang perawi secara berturut-turut.
Contoh:
ما
رواه
عبد
،الرزاق
عن
،الثوري
عن
أبي
،إسحاق
عن
زيد
بن
،يثيع
عن
حذيفة
مرفوعا
:
"
إن
وليتموها
أب
ا
بكر
فقوي
أمين
“
Pada sanad hadis di atas terdapat satu orang perawi yang digugurkan di pertengahan sanad tersebut, yaitu
Syuraik. Syuraik seharusnya ada di antara Al-Tsauri dan Abu Ishaq, karena Al-Tsauri tidak mendengar hadis dari
Abu Ishaq secara langsung, namun dia mendengarnya melalui perantaraan Syuraik, dan Syuraik lah yang
mendengarnya dari Abu Ishaq. Hadis seperti di atas adalah munqathi' dan tidak dapat dinamakan mursal,
mu'allaq, dan mu'dhnl.
Para ulama hadis sepakat menyatakan bahwa hadis munqathi' hukumnya adalah dha'if, karena tidak diketahuinya
keadaan perawi yang digugurkan.
10. Hadis Mudallas
أ
-
ُّ
لغة
:
المدلس
:
اسم
،مفعول
من
"
التدليس
"
والتدليس
في
اللغة
:
كتمان
عيب
ال
سلعة
عن
،المشتري
وأصل
التدليس
مشتق
من
"
الدلس
"
وهو
،الظلمة
أو
اختالط
الظالم
.
Kata mudallas adalah isim maf'ul dari tadlis, yang secara etimologi berarti "menyembunyikan
cacat barang yang dijual dari si pembeli." Kata al-dalsu mengandung arti "gelap" atau
"berbaur dengan gelap."
ب
-
اصطالحا
:
إخفاء
عيب
في
،اإلسناد
وتحسين
لظاهره
.
"Mengembunyikan cacat dalam sanad dan menampakkannya pada lahirnya seperti baik.“
Tadlis dibagi 2:
1. Tadlis al-isnad, yaitu seorang perawi meriwagatkan hadis dari orang yang semasa dengannya
yang hadis tersebut tidak didengarnya dari orang itu, namun seolah-olah dia mendengarnga
dari orang itu dengan menggunakan perkataan "Berkata si fulan atau dari si Fulan, dan yang
seumpamanya. Boleh jadi dia menggugurkan gurunya, atau orang lain, yang dha'if atau
masih kecil, agar hadis tersebut dipandang baik.
2. Tadlis al-Syuyukh, yaitu: Seorang perawi memberi nama, gelar, nisbah atau sifat kepada
gurunya dengan suatu nama atau gelar yang tidak dikenal.
11. Hukum Tadlis:
1. Tadlis al-isnad dicela oleh Ulama Hadis, bahkan di antara mereka ada yang menyatakan bahwa perbuatan
tadlis itu adalah dianggap sama seperti perbuatan bohong.
2. Adapun Tadlis al-syuyukh, hukumnya lebih ringan dari yang pertama, karena tidak ada perawi yang
digugurkan padanya. Akan tetapi, perbuatan tersebut tetap tercela, karena dapat mengacaukan
pemahaman orang yang mendengar terhadap perawi hadis dimaksud.
Hukum Hadi Mudallas:
1. Perawi yang diketahui pernah melakukan tadlis, walaupun hanya sekali, maka dia adalah jarh (cacat), dan
karena itu hadisnya ditolak (mardud).
2. Bagi mereka yang menerima hadis mursal, maka mereka juga menerima hadis mudallas, sebab dalam
pandangan mereka tadlis sama dengan irsal. Di antara yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
Ulama Zaidiyyah.
3. Pendapat ketiga berusaha memisahkan antara hadis yang terdapat tadlis padanya dan yang tidak. Hadis
yang terdapat tadlis padanya ditolak, dan hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang pernah melakukan
tadlis diterima hadisnya apabila pada hadis tersebut dia tidak melakukari tadlis dan syarat-syarat qabul
lainnya terpenuhi. Ini adalah pendapat mayoritas Ulama Hadis.
Kitab-kitab yang menulis tentang Hadis Mudallas:
1. Al-Tabyin li Asma' al-Mudallasin, oleh Al-Khathib al-Baghdadi,
2. At-Tabyin li Asma' al-Mudallasin, oleh Burhan al-Din ibn al-Halabi,
3. Ta’rif Ahl at-Taqdis bi Maratib al-Maushufin bi al-Tadlis, oleh Ibn Hajar.
12. Hadis Mu’an’an dan Mu`annan
Hadis Mu’an’an adalah ungkapan perawi dengan lafal ‘dari’(عن). Atau hadis
yang diriwayatkan dengan shighat ‘dari’ (عن).
Contoh:
ماُّرواهُّابنُّماجهُّقال
" :
ُّثناُّمعاويةُّبنُّهش،حدثناُّعثمانُّبنُّأبيُّشيبة
ُّ،ام
ُُّّعن،ُّعنُّعروة،ُّعنُّعثمانُّبنُّعروة،ُّعنُّأسامةُّبنُّزيد،ثناُّسفيان
عائشة
.
قالت
:
قالُّرسولُّهللاُّصلىُّهللاُّعليهُّوسلم
" :
إنُّهللاُّومالئكت
ُّه
يصلونُّعلىُّميامنُّالصفوف
."
Hadis Mu’annan adalah ungkapan perawi dengan lafal ‘sesungguhnya…’(أن).
Atau hadis yang diriwayatkan dengan shighat ‘sesungguhnya…’ (أن).
Hukum hadis mu`annan sama seperti hadis munqathi’ sampai jelas
ketersambungan sanadnya.
14. HADIS MATRUK
اصطالحا
:
هو
الحديث
الذي
في
إسناده
ُّ
راو
متهم
بالكذب
.
Yaitu hadis yang terdapat dalam sanadnya perawi yang tertuduh dusta.
Tertuduh dusta dalam hal ini jika memenuhi dua hal:
1. Hadis tersebut hanya diriwayatkan melalui jalur sanadnya, dan menyelisihi ketentuan-ketentuan
umum.
2. Kebohongannya biasanya dapat diketahui dari pembicaraanya sehari-hari, namun dalam
periwayatan hadis tidak tampak jelas.
Contoh:
حديث
عمرو
بن
شمر
الجعفي
،الكوفي
عن
،جابر
عن
أبي
،الطفيل
عن
علي
وعمار
قال
:
كان
النبي
صلى
هللا
عليه
وسلم
يقنت
في
،الفجر
ويكبر
يوم
عرفة
من
صالة
،الغداة
ويقط
ع
صالة
العصر
آخر
أيام
التشريق
.
Al-Nasa'i dan al-Daruquthni serta para Ulama Hadis yang lain mengatakan bahwa 'Amr ibn Syamr
tersebut hadisnya adalah matruk.
Hadis matruk adalah hadis yang paling buruk setelah hadis maudhu’ (palsu).
15. HADIS MUNKAR
Ada dua definisi tentang hadis munkar:
.1
هو
الحديث
الذي
في
إسناده
ُّ
راو
فحش
،غلطه
أو
كثرت
،غفلته
أو
ظهر
فسقه
.
Hadis yang terdapat pada sanad-nya seorang perawi yang sangat kelirunya, atau sering kali
lalai dan terlihat kefasikannya secara nyata.
.1
هو
ما
رواه
الضعيف
مخالفا
لما
رواه
الثقة
.
Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang dha’if yang Hadis tersebut berlawanan dengan
yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqat.
Pada definisi kedua di atas terdapat tambahan, yaitu bahwa hadis yang diriwayatkan perawi
yang dha'if tersebut bertentangan dengan apa yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqat.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara hadis munkar dengan hadis syadz.
Persamaannya adalah: adanya persyaratan pertentangan (at-mukhalafah) dengan riwayat
perawi yang lain.
perbedaannya adalah bahwa pada hadis Syadz pertentangan itu adalah antara riwayat
seorang perawi yang maqbul, yaitu yang Shahih atau hasan, dengan riwayat yang lebih tinggi
kualitas keshahihan atau ke-hasan-annya (aula); sementara pada Hadis Munkar pertentangan
terjadi antara riwayat perawi yang dha'if dengan riwayat perawi yang maqbul.
16. HADIS MU’ALLAL
ُّمعُّأنُّالظاهرُّالسالمةُّمن،عُّفيهُّعلىُّعلةُّتقدحُّفيُّصحتهِلهوُّالحديثُّالذيُّاط
ها
.
Hadis yang apabila diteliti secara cermat terdapat padanya 'illat yang merusak keshahihan
hadis tersebut, meskipun tampak secara lahirnga tidak bercacat.
العلة
:
هيُّسببُّغامضُّخفيُّقادحُّفيُّصحةُّالحديث
.
‘Illat yaitu sebab yang terselubung dan tersimbunyi yang merusak keshahihan hadis.
'Illat terkadang terdapat pada sanad, dan terkadang terdapat pada matan, atau kedua-duanya.
Kitab-kitab popular yang membicarakan tentang 'illat hadis:
أ
-
ُّلبنُّالمديني،كتابُّالعلل
.
ب
-
ُّلبنُّأبيُّحاتم،عللُّالحديث
.
جـ
-
ُّألحمدُّبنُّحنبل،العللُّومعرفةُّالرجال
.
17. HADIS MUDRAJ
لغة
:
ُّاسمُّمفعولُّمن
"
أدرجت
"
الشيءُّفيُّالشيء
:
ُّوضمنتهُّإياه،إذاُّأدخلتهُّفيه
.
اصطالحا
:
ُّ
ِيُغُّما
َُّر
ُّفيُّمتنهُّماُّليسُّمنهُّبالُّفصلَل ِدخُأُُّّأو،سياقُّإسناده
.
Secara Bahasa merupakan isim maf’ul dari adrajtu, yang berarti ‘aku memasukkan
sesuatu kepada sesuatu yang lain dan menggabungaknnya dengan sesuatu tersebut”
Secara istilah adalah hadis yang dirubah susunan sanadnya, atau dimasukkan dalam
matannya sesuatu yang bukn bagian dari hadis tanpa adanya pemisah.
Mudraj menjadi dua macarn:
1. Mudraj al-isnad, yaitu hadis yang dirubah susunan sanadnya.
2. Mudraj al-Matan, yaitu memasukkan sesuatu dari perkataan para perawi hadis ke
dalam matan hadis, sehingga diduga perkataan tersebut merupakan bagian dari sabda
Rasulullah saw.
Kitab-kitab mengenai Hadis Mudraj
أ
-
"
الفصلُّللوصلُّالمدرجُّفيُّالنقل
"
للخطيبُّالبغدادي
.
ب
-
"
تقريبُّالمنهجُّبترتيبُّالمدرج
"
ُّوزيادةُّعليه،ُّوهوُّتلخيصُّلكتابُّالخطيب،لبنُّحجر
.
18. Ada beberapa faktor yang mendorong para perawi di dalam melakukan idraj:
1. Untuk menjelaskan (bayan) hukum syara, yang terkandung di dalam hadis.
2. Merumuskan (istinbath) hukum syara' dari hadis sebelum sempurna
penyampaian redaksi Hadis.
3. Menjelaskan lafaz (kata-kata) asing yang terdapat di dalam matan hadis.
Cara unhtk mengetahui Mudraj:
1. Dijumpainya matan hadis yang sama melalui periwayatan yang lain yang
memisahkan antara matan hadis yang sebenarnya dengan perkataan yang
ditambahkan oleh perawi.
2. Dinyatakan oleh para Ulama yang telah melakukan pengamatan dan
penelitian terhadap hadis dimaksud.
3. Pengakuan oleh perawi yang melakukan idraj itu sendiri.
4. Mustahilnya Rasulullah Saw mengatakan pernyataan yang ditambahkan
tersebut.
19. HADIS MAQLUB
ُّونحوه،ُّأوُّتأخير،ُّبتقديم،ُّأوُّمتنه،ُّفيُّسندُّالحديث،إبدالُّلفظُّبآخر
.
Mengganti lafal dengan dengan lafal yang lain pada sanad hadis atau pada matannya
dengan cara mendahulukan atau mengakhirkannya.
Maqlub terbagi kepada dua macam, yaitu:
1. Maqlub Sanad, yaitu penggantian yang terjadi pada sanad hadis. Bentuknya ada dua,
yaitu: pertama, adakalanya dengan menjadikan nama perawi menjadi nama ayahnya
atau sebaliknya, seperti "Ka'ab ibn Murrah" menjadi "Murrah ibn Ka’ab"; atau,
bentukyang kedua, yaitu mengganti nama seorang perawi dengan perawi lain yang
berada pada thabaqat yang sama, seperti mengganti hadis yang masyhur berasal dari
"Salim" menjadi berasal dari "Nafi’.”
2. Maqlub Matan, yaitu penggantian yang terjadi pada matan hadis. Bentukrya adalah
dengan mendahulukan sebagian dari matan hadis tersebut atas sebagian yang lain.
Hadis Moqlubini hukumnya adalah Dha'if dan karenanya tertolak serta tidak dapat
dijadikan dalil dalam beramal dan untuk merumuskan sesuatu hukum.
Kitab yang masyhur membahas hadis maqlub adalah
ُّكتاب
"
ُّفيُّالمقلوبُّمنُّاألسماءُّواأللقاب،رافعُّالرتياب
"
للخطيبُّالبغدادي
20. HADIS MUDHTHARIB
ما
روي
على
أوجه
مختلفة
متساوية
في
القوة
.
Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang berlawanan yang
masing-masing sama-sama kuat.
Hadis baru dapat disebut mudhthaib apabila terpenuhi dua syarat:
1. Terjadinya perbedaan riwayat tentang suatu hadis yang perbedaan
tersebut tidak dapat dikompromikan.
2. Masing-masing riwayat mempunyai kekuatan yang sama, sehingga tidak
mungkin dilakukan tarjih terhadap salah satu dari riwayat yang berbeda
tersebut.
Al-Idhthirab dapat terjadi pada matan hadisdan sanad hadis.
Karya yang membahas tentang hadis mudhtharib, adalah:
ُّكتاب
"
المقتربُّفيُّبيانُّالمضطرب
"
للحافظُّابنُّحجر
.
21. HADIS MUSHAHHAF
ُّلفظاُّأوُّمعنى،تغييرُّالكلمةُّفيُّالحديثُّإلىُّغيرُّماُّرواهاُّالثقات
.
Mengubah kalimat yang terdapat pada suatu hadis menjadi kalimat yang tidak
diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat, baik secara lafal, maupun maknanya.
Tashif bisa terjadi pada sanad dan matan hadis.
Jika dilihat dari sumbernya, dibagi menjadi 2:
1. Tashhif Bashar, yaitu keraguan yang terjadi pada penglihatan si pembaca (perawi) atas
tulisan, karena buruk atau rusaknya tulisan tersebut, atau karena tidak ada titiknya.
2. Tashhif al-Sama', yaitu perubahan yang terjadi karena rusaknya pendengaran atau
jauhnya tempat orang yang mendengar sehingga terjadi keraguan terhadap sebagian
kata-kata yang mempunyai wazan Sharaf yang sama.
Ibn Hajar membagi hadis ini pada dua kategori: yaitu mushahhaf bila perubahan terjadi
pada titik hurufnya, sementara hurufnya tetap; dan muharraf, bila perubahan terjadi
pada harakat, sementara hurufnya tetap.
Kitab tentang hadis mushahhaf:
أ
-
"
التصحيف
"
ُّللدارقطني،
.
ب
-
"
إصالحُّخطأُّالمحدثين
"
ُّللخطابي،
.
ج
-
"
تصحيفاتُّالمحدثين
"
ُّألبيُّأحمدُّالعسكري،
.
22. HADIS SYADZ
ماُّرواهُّالمقبولُّمخالفاُّلمنُّهوُّأولىُّمنه
.
Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, namun bertentangan
dengan riwayat perawi yang lebih tsiqat atau lebih baik dari padanya.
Hadis yang berlawanan dengan Hadis Syadz tersebut disebut dengan
Hadis Mahfuzh.
Hukum Hadis Syadz adalah mardud, yaitu ditolak, sedangkan hadis
mahfudz yaitu sebagai lawan dari syadz tersebut, hukumnya adalah
maqbul, yaitu diterima.