Ekstraksi dan pengeringan benih merupakan proses penting dalam memperoleh benih yang bersih dan berkualitas. Praktikum ini meliputi ekstraksi basah dan kering serta pengeringan benih dengan metode alami hingga diperoleh kadar air yang aman untuk penyimpanan.
1. EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
Diajukan Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Praktikum
dan Mengikut Ujian Akhir Praktikum Produksi Benih
Diusun oleh:
Kelas VII A/ Kelompok 3
1. Wirdiyanah Khalida (NIM. 201410200311109)
2. Muhammad Ridwan (NIM. 201410200311154)
LABORATORIUM AGRONOMI 1
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Akhir Praktukum Produksi Benih yang merupakan salah satu matakuliah pilihan
ditempuh Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Peternakan. Laporan Akhir Praktikum ini disusun sebagai pelengkap kerja
praktek yang telah dilaksanakan lebih kurang 3 bulan di Laboratorium agronomi 1
Universitas Muhammadiyah Malang.
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr. Ali Ikhwan, MP selaku kepala jurusan Agronomi
2. Dr.Ir. Harun Rasyid selaku dosen pengampuh
3. Saefurrohman SP. selaku asisten Produksi Benih
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Malang, Desember 2017
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ .....i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan............................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................3
2.1. Pengertian Ekstraksi Benih ..........................................................................3
2.2. Metode Ekstraksi Benih................................................................................4
2.3. Metode Pengeringan ....................................................................................5
2.4. Manfaat Pengeringan.....................................................................................6
III. METODE PRAKTIKUM..................................................................................7
3.1. Waktu dan Tempat.......................................................................................7
3.2. Alat dan Bahan.............................................................................................7
3.3. Langkah Kerja..............................................................................................7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................9
4.1. Hasil..............................................................................................................9
4.2. Pembahasan.................................................................................................10
V. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................11
5.1. Kesimpulan..................................................................................................11
5.2. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
4. iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
1. Tabel pengamatan ekstraksi basah dan ekstraksi kering..............................13
2. Perhitungan kadar air pada ekstraksi basah dan ekstraksi kering.................13
3. Dokumentasi Praktikum Ekstraksi dan Pengeringan benih..........................14
5. 1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seed processing memiliki beberapa tahapan yang perlu dilakukan agar
diperoleh benih yang bersih, murni, dan memiliki kualitas yang baik. Beberapa tahapan
dalam seed processing tersebut antara lain ekstraksi yang ditujukan untuk memisahkan
benih dari bagian lain yang tidak dibutuhkan. Terdapat 2 macam tipe buah yang ada di
alam, mulai dari buah yang basah (banyak mengandung air) dan buah yang kering
(sedikit kandungan air). Masing-masing mempunyai proses ekstraksi yang berbeda pula
sesuai jenis buahnya ( Pitojo,2005).
Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung.
Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi
benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp,
Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering
(Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang
memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan
Azadirachta indica (Kamil,2002).
Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas
keseimbangan dengan udara luar disekitarnya sehingga siap untuk dilakukan
proses selanjutnya. Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan di dalam
ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan
kadar air. Namun sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka
kadar air benih akan bertambah atau meningkat. Selain bersifat hygroskopis,benih juga
selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi
disekitarnya. Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam benih
kepermukaan benih, dan kemudian air yang berada dipermukaan benih tersebut akan
diuapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan
kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai. Pengeringan seringkali merupakan
faktor yang sangat kritis pada tahap pengolahan benih terutama kalau musim penghujan
(Nurhayati,1997). Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum untuk
mengetahui teknik-teknik dalam ekstraksi dan pengeringan benih
6. 2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah Bagaimana teknik untuk
melakukan ekstraksi dan pengeringan benih?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ekstraksi dan pengeringan benih adalah
untuk melakukan ekstraksi dan pengeringan benih.
7. 3
II .TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekstraksi Benih
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik
dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk
mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Pemisahan biji dari daging buah, kulit benih,
polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut
dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan (Kuswanto,200).
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah
dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air. Wadah ditutup dan disimpan selama
beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah
yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu
ataupun plastik. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama
fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270 C maka
diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperature 150 C-220C,
dbutuhkan waktu 3-6 hari, tergantung pada jenis benih yang difermentasikan
( Nurhayati,1997).
Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk
memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi
encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat
penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin.
Benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310 C hingga diperoleh kadar air tertentu
sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo,2005).
Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia
sp) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla)
yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Metode yang digunakan untuk
ekstraksi kering secara manual adalah dengan dipukul menggunakan mortal. Sedangkan
dengan mesin caranya diputar dalam silinder atau mesin pemutar atau drum
(Sutopo,2002).
8. 4
Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung.
Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Manfaat dari ektraksi antara lain
memisahkan benih dari buah, memisahkan benih dari kotoran lainnya, meningkatkan
kemurnian benih (Sutopo,2002).
2.2 Metode Ekstraksi Benih
Adapun metode yang dapat dilakukan dalam praktikum ekstraksi benih ini
adalah antara lain:
a. Metode basah
Ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang
basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.
b. fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah
dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama
beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah
yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu
ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama
fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270 C maka
diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperature 150 C-220C,
dbutuhkan waktu 3-6 hari, tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Setelah
benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang,
yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih
tersebut dikeringanginkan pada suhu 310 C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai
dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Kuswanto,2003).
C. Kimiawi
Cara ini menggunakan zat kimia misalnya HCl 35%, dengan dosis 5 liter HCl
35% dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan HCl digunakan untuk merendam
pulp. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, massa pulp akan mengambang di
permukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam di dasar wadah.
Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat netral
(dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus) (Kuswanto,2003).
9. 5
Pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilakukan dengan menggunakan sodium
karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh
perusahaan benih, pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat
degan menggunakan HCl 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam.
Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat
menurunkan daya kecambah (Pitojo,2005).
d. Motede kering
Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp,
Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah
yang kering (Swietenia macrophylla) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan
mesin (Kuswanto,2003). Tujuan dari pengeringan itu sendiri adalah mengurangi kadar
air benih sampai batas aman terutama yang berada di daerah bersuhu dan kelembaban
tinggi dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim
yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti (Kuswanto,2003).
2.3 Metode Pengeringan
Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengeringan dalam karung (bag driers)
Pengeringan benih dalam karung dilakukan bila benih yang akan dikeringkan
berasal dari banyak varietas atau bila volume benih yang diproduksi kecil. Karung yang
digunakan terbuat dari bahan yute, sehingga dapat dilalui udara untuk proses
pengeringan.
b. Pengeringan dalam Kotak (box driers)
Pengeringan dalam kotak merupakan modifikasi dari bag driers dan metode
yang paling azim digunakan dalam pengeringan benih. Bahan box berupa bahan lokal
yang dimasukan ke dalam wadah dari logam yang berlubang-lubang atau kawat.
c. Flat storage drying
Jika benih yang dihasilkan banyak dan hanya satu varietas saja. Pengeringan
secara alami (natural drying) Pengeringan ini dilakukan penjemuran dengan panas
matahari secara langsung. Perlu penanganan aktif, untuk menghindari pengaruh suhu
yang tinggi, pengeringan tidak merata , kulit benih pecah-pecah.
10. 6
2.4 Manfaat Pengeringan
Berikut berbagai macam manfaat pengeringan yaitu meningkatkan daya simpan
benih, mempertahankan viabilitas benih, menghasilkan benih berkualitas,
mempertahankan daya fisiologi benih, menambah nilai ekonomis.
11. 7
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis 19 Oktober 2017 di
Laboratorium Agronomi Universitas Muhammadiyah Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ekstraksi dan pengeringan
benih adalah Pisau, Cawan petri, Timbangan analitik, Saringan, Kantong plastik,
Kertas, Gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan adalah buah basah: Melon
(Cucumis melo L.) dan Tomat (Solanum licopersicum), buah kering: Cabe (Capsicum
annuum var. grossum) dan Semangka (Citrullus lanatus), Aquades, HCl 5%
3.3 Langkah kerja
Langkah kerja pada praktikum ektraksi dan pengeringan benih adalah sebagai
berikut:
a. Ekstraksi kering Buah
- Mengupas buah kemudian mengambil biji yang terdapat di dalamnya.
- Mencuci bersih biji lalu tiriskan airnya.
- Menimbang berat basah pada biji menggunakan timbangan analitik.
- Keringanginkan selama 7 hari.
- Menimbang berat kering pada biji yang sudah dikeringkan selama 7 hari.
- Mencatat hasil.
b. Ekstraksi basah
Kimia
- Mengupas buah kemudian mengambil biji yang terdapat di dalamnya.
- Mencuci bersih biji lalu tiriskan airnya.
- Menimbang berat basah pada biji menggunakan timbangan analitik.
- Merendam biji ke dalam larutan HCL 5 % , KNO3 30 menit.
- Setelah direndam dicuci kembali hingga bersih.
- Keringanginkan selama 3 hari.
- Menimbang berat kering.
- Mencatat hasil.
12. 8
Fermentasi
- Mengupas buah kemudian mengambil biji yang terdapat di dalamnya
- Mencuci bersih biji lalu tiriskan airnya
- Menimbang berat basah pada biji menggunakan timbangan analitik
- Meletakkan biji ke dalam kantong plastik yang berisi air sebanyak 100 ml
- Fermentasi selama 7 hari
- Mencuci kembali hingga bersih
- Keringanginkan hingga 3 hari
- Mencatat hasil
Berikut adalah rumus yang digunakan dalam menghitung kadar air:
KA = Y-Z x 100% Atau KA = BB-BK x 100%
Y-X BK
Keterangan Rumus 1 Keterangan Rumus 2
X : bobot wadah KA : Kadar Air
Y : bobot wadah + bobot basah BK : bobot kering
Z : bobot wadah + bobot kering BB : bobot basah
13. 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 1. Kadar air berbagai jenis benih pada beberapa teknik ekstraksi dan
pengeringan (metode kimiawi, fermentasi dan ekstraksi kering)
4.2 Pembahasan
Gambar 1 menunjukkan diagram batang Kadar air berbagai jenis benih pada
beberapa teknik ekstraksi dan pengeringan (metode kimiawi, fermentasi dan ekstraksi
kering). Perlakuan ekstraksi yang paling baik adalah pada benih tomat dengan
presentase 79,31% yaitu pada perlakuan kimia, dan persentase terendah terdapat pada
perlakuan fermentasi yaitu biji tomat yaitu 25,92 %. Sedangkan pada ekstraksi kering
persentase tertinggi terdapat pada biji cabai menunjukkan 86,75%, persentase terendah
terdapat pada biji semangka yaitu 55,47%.
Benih dapat diekstraksi dari kotoran dengan cara ekstraksi basah atau kering,
Selama proses ekstraksi kering, kotoran dikeringkan dan dipisah – pisah kemudian
dibersihkan menggunakan penyaringan. Selama ekstraksi basah, kotoran direndam dan
dicuci dalam air. Benih yang mengumpul di bagian bawah wadah kemudian dipisahkan
dengan menyaringnya di bawah aliran air. Ekstraksi basah menghasilkan benih
terbersih. Permasalahan pengumpulan benih dari kotoran adalah bahwa kotoran
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Kimia (Melon) Kimia (Tomat) Fermentasi
(Melon)
Fermentasi
(Tomat)
Cabai Semangka
Ekstraksi basah Ekstraksi Kering
14. 10
seringkali berisi campuran benih dari berbagai jenis yang akan mempersulit
pemisahannya (Sadjad,1975).
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik
dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk
mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Ekstraksi benih kadang kala tidak perlu
dilakukan atau dilakukan sesaat sebelum penaburan benih pada kondisi kemanpuan
penyimpanan benih yang tidak diekstraksi lebih baik daripada benih yang diekstraksi
atau kebutuhan akan pekerja untuk proses ekstraksi sangat tinggi atau kering. Selama
proses ekstraksi kering, kotoran pertama-tama dikeringkan dan dipisah-pisah dengan
memukul perlahan-lahan dalam mortar atau semacamnya, kemudian dibersihkan
menggunakan penyaringan (Hasanah, M 2002).
Metode ekstraksi pada buah kering merekah seperti polong, folicles, kapsul dan
kerucut dapat dilakukan melalu: (1) Pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk
membuka buah karena pada tipe ini, buah mudah sekali terbuka apabila dalam kondisi
kering sehingga ekstraksi mudah dilakukan. Pengeringan sebaiknya dilakukan secara
bertahap dan perlahan untuk menghindari pemanasan berlebihan, (2) Diayak/diputar
dalam drum atau silinder. Contoh buah tipe ini adalah Pinus, Eucalyptus dan
kebanyakan Leguminoceae (Prajnanta, Final 2003).
15. 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ekstraksi benih merupakan upaya pemisahan benih dari kotoran benih atau
bagian buah yang tidak digunakan sebagai benih (pemisahan biji cabai dan biji tomat
dari daging buah dan kulit buah) dan juga meningkakan kemurnian benih, sedangkan
tujuan dari pengeringan benih adalah untuk menurunkan kadar air sampai batas
keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan
proses selanjutnya. Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki
daging buah yang kering sperti cabai, sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap
jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti tomat. Pengeringan benih
dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara
luar disekitarnya.
5.2 Saran
Saran yang dapat diambil yaitu saat mencuci benih diusahakan sebersih
mungkin dan pada proses pengeringan harus sampai benih tersebut kering, dan buah
yang akan kita ekstrasikan hendaknya kita perhatikan kemurnian buah tersebut. Karena
tujuan ekstraksi adalah untuk menciptakan benih yang akan di persiapkan untuk proses
penananman selanjutnya, jadi kita harus memperhatikan kualitas buah tersebut agar biji
yang dihasilkan benar-benar berkualitas.
16. 12
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, M. 2002. Peranan Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih
Tanaman Industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 21(3): 84-90.
Kamil, J,1982, Teknologi Benih I, Padang: Universitas Andalas
Kuswanto,Hendarto.2003.Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan
Benih.Yogyakarta: Kanisius
Murniati.1996. Informasi Hasil Penelitian Pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap viabilitas benih kemiri (Aleurites moluccana Willd.). Keluarga Benih
7(1):59-65
Nurhayati, K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat perkahan Buah Pada Proses Ekstraksi
terhadap Perkecambahan dan Pertumbuahan Semai Khaya anthoteca
C.DC. Skrpisi. Bogor. Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Prajnanta, F.2003. Agribisnis Semangka Non-Biji. Jakarta, Indonesia: Penerbit Penebar
Swadaya.
Pitojo ,S.2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius
Sadjad,S.1975. Dasar-dasar Teknologi Benih. Bogor: IPB
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
17. 13
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel pengamatan ekstraksi basah dan ekstraksi kering
Pengamatan
Ekstraksi Basah Ekstraksi Kering
Kimia Fermentasi
Melon Tomat Melon Tomat Cabai Semangka
BB 0,385 g 0,052 g 0,402 g 0,034 g 0,282 g 0,880 g
BK 0,256 g 0,029 g 0,250 g 0,027 g 0,051 g 0,566 g
Kadar Air
(KA %)
50,39 % 79,31 % 60,8 % 25,92 % 86,75% 55,47%
Lampiran 2. Perhitungan kadar air pada ekstraksi basah dan ekstraksi kering
yang dilakukan
Kimia (Melon) Kimia ( Tomat)
KA= BB-BK x 100 % KA= BB-BK x 100 %
BK BK
= 0,385-0,256 x 100 % = 0,052-0,029 x 100 %
0,256 0,229
= 50,39 % = 79,31 %
Fermentasi (Melon) Fermentasi (Tomat)
KA= BB-BK x 100 % KA= BB-BK x 100 %
BK BK
= 0,402-0,250 x 100 % = 0,034-0,027 x 100 %
0,250 0,027
= 60,8 % =25,92%
18. 14
Ektraksi kering
Cabai Semangka
KA= BB-BK x 100 % KA= BB-BK x 100 %
BK BK
= 0,282- 0,151x 100 % = 0,880-0,566 x 100 %
0,051 0,566
= 86,75% =55,47%
Lampiran 3. Dokumentasi Praktikum Ekstraksi dan Pengeringan benih
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h) (i)
Keterangan:
a : Biji melon yang sudah dipisahkan dari buahnya
b : Biji semangka yang sudah dipisahkan dari buahnya
c : Meletakkan biji ke dalam kantong plastik yang berisi air sebanyak 100 ml
d : Biji cabai yang sudah dipisahkan dari buahnya
19. 15
e : Menimbang biji cabai menggunakan timbangan analitik
f : Membuang lendir pada biji yang masih melekat
g : Menimbang biji semangka menggunakan timbangan analitik
h : Menyiapkan alat dan bahan
i : Biji tomat diletakkan pada saringan yang sudah disiapkan