2. Definisi
Vitiligo adalah yang terpenting diantara penyakit-penyakit
yang menyebabkan hilangnya pigmentasi kulit (Robin
Graham, 2010). Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik
didapat ditandai dengan adanya makula putih yang dapat
meluas.
6. Klasifikasi
A.Lokalisata Fokal: satu atau lebih makula pada satu area,
tetapi tidak segmental Segmental: satu atau lebih makula
pada satu area, dengan distribusi menurut dematom,
misalnya satu tangkai Mucosal: hanya terdapat pada
membrane mukosa Jarang penderita vitiligo lokalisata
yang berubah menjadi generalisata
7. B. Generalisata Akrofasial: depigmentasi hanya terjadi di
bagian distal ekstremitas dan muka, merupakan stadium
mula vitiligo yang generalisata Vulgaris: macula tanpa
pola tertentu dibanyak tempat Campuran: depigmentasi
terjadi menyeluruh atau hampir menyeluruh merupakan
vitiligo total
8. Manifestasi Klinis
Makula berwarna putih dengan diameter beberapa milimeter sampai
beberapa sentimeter
Bulat atau lonjong dengan batas tegas, tanpa perubahan epidermis yang lain.
Kadang-kadang terlihat makula hipomelanotik selain makula apigmentasi.
Didalam makula vitiligo dapat ditemukan makula dengan pigmentasi
normal atau hiperpigmentasi disebut “repigmentasi perifolikular―
Kadang-kadang ditemukan tepi lesi yang meninggi, eritema dan gatal,
disebut “inflamator―
Daerah yang sering terkena adalah bagian ekstensor tulang terutama di atas
jari, periorifisial sekiatar mata, mulut dan hidung, tibialis anterior, dan
pergelangan tangan bagian fleksor. Mukosa jarang terkena, kadang-kadang
mengenai genital eksterna, puting susu, bibir, dan ginggiva
Lesi bilateral dapat simetris atau asimetris
9. Patofisiologi
Ada beberapa hipotesis yang menerangkan patogenesis atau patofisiologi vitiligo:
Immune hypothesis : proses aberration of immune surveillance menyebabkan
terjadinya disfungsi atau destruksi melanocyte.
Neural hypothesis : suatu mediator neurochemical merusak melanocytes atau
menghambat produksi melanin.
Self-destruction hypothesis : produk metabolik atau intermediate dari sintesis
melanin menyebabkan kerusakan melanocyte.
Genetic hypothesis : melanosit memiliki ketidaknormalan (abnormality) yang sudah
menjadi sifatnya atau sudah melekat (inherent) yang mengganggu pertumbuhan dan
differentiation pada kondisi yang mendukung (mensupport) melanosit normal.
Terpapar bahan kimiawi Depigmentasi kulit dapat terjadi karena terpapar Mono
Benzil Eter Hidrokinon dalam sarung tangan atau detergen yang mengandung fenol.
Karena tidak ada teori tunggal yang memuaskan, beberapa ahli mengusulkan
hipotesis gabungan (composite).
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Evaluasi klinis Ditanyakan pada penderita :
Awitan penyakit
Riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul
dini
Riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes
mellitus, dan anemia pernisoisa.
Kemungkinan faktor pencetus, misalnya stres, emosi, terbakar
surya, dan pajanan bahan kimiawi.
Riwayat inflamasi, iritasi, atau ruam kulit sebelum bercak
putih.
11. b. Pemeriksaan histopatologi Dengan perwarnaan
hematoksilin eosin (HE) tampaknya normal kecuali tidak
ditemukan melanosit, kadang-kadang ditemukan limfosit
pada tepi makula. Reaksi dopa untuk melanosit negatif
pada daerah apigmentasi, tetapi meningkat pada tepi yang
hiperpigmentasi.
12. Pemeriksaan biokimia Pemeriksaan histokimia pada kulit
yang diinkubasi dengan dopa menunjukkan tidak adanya
tirosinase. Kadar tirosin plasma dan kulit normal (FKUI,
1987).
14. Faktor resiko
krisis emosi, trauma Iridol (radikal bebas) Oksidasi
tiroksin Sel melanosit Melamin turun Makula Retina
Rambut putih Generalisata (akrofasial, vulgaris,
campuran) Lokalisata (fokal, segmental, mucosal)
Fotofobia resiko tinggi cidera Kurang pengetahuan Resiko
ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
Gangguan integritas kulit Harga diri rendah
15. Diagnosa
Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan
penampilan dan respon orang lain.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
fungsi barier kulit.
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan sensitivitas terhadap
cahaya.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
yang didapat tentang penyakit.
Resiko ketidakefektifan penatlakasanaan program terapeutik
yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
(penyebab perjalanan penyakit) pencegahan, pengobatan dan
perawatan kulit
16. Daftar Pustaka
1.Soepardiman Lili, Kelainan pigmen “Vitiligo”, Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1999, Hal:274-76
2.Siregar, R.S, Prof, Dr, Vitiligo dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit
Kulit Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004, Hal:252-53
3. Harahap Marwali, Prof, Dr, Vitiligo dalam Ilmu Penyakit Kulit,
Hipokrates, Jakarta 2000, Hal 151-56
4.Ovedoff D., Kapita Selekta Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 2002,
91-92
5.Vittiligo, Available at, www.Mayoclinic.com.vitiligo
6.Vitiligo, Available at, www.Emedicine.com.vitiligo
7. Vitiligo, Available at, www.homephototherapy.com/vit-uvb-narrow-
band.htm