SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipoglikemia adalah keadaan yang menunjukkan kadar glukosa darah
di bawah normal. Pada umumnya kadar glukosa puasa pada orang normal
jarang melampaui 126 mg/dl, jika diatas itu tergolong tidak normal. Biasanya
pada penderita hipoglikemia terjadi kadar glukosa yangrendah yaitu kurang
dari 50 mg/dl(2,8 mmol/L) atau bahkan kurang dari 40 mg/dl (2,2 mmol/L).
Kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood) lebih rendah 10%
dibandingkan dengan kadar glukosa plasma dikarenakan eritrosit memiliki
kadar glukosa yang relatif rendah. Hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus
tipe 1 (DMT 1) dan diabetes mellitus tipe 2 (DMT 2) merupakan faktor
penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal atau
mendekati normal. Pengendalian glukosa darah yang baik dan lengkap
didasarkan pada kondisi bebas dari hipoglikemia. Risiko hipoglikemia timbul
akibat mekanisme dalam tubuh yang tidak sempurna dimana kadar insulin
pada malam hari meningkat secara tidak proporsional dan kemampuan
fisiologis tubuh gagal melindungi batas penurunan glukosa darah yang aman.
(Soemadji, 2009).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan epidemiologi hipoglikemia.
2. Untuk mengetahui etiologi dan patomekanisme hipoglikemia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dan penegakan diagnosis hipoglikemia.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan prognosis hipoglikemia.
2
BAB II
ISI
A. Epidemiologi
Hipoglikemia biasanya ditemukan pada pasien diabetes melitus.
Sekitar 90% dari semua pasien yang menerima insulin mengalami episode
hipoglikemia. Kejadian hipoglikemia sangat bervariasi, namun pada umumnya
penderita diabetes mellitus tipe 1 memiliki rata-rata episode hipoglikemia
simtomatik per minggu dan per tahun. Diperkirakan 2-4% dari mortalitas
akibat diabetes melitus dikaitkan dengan hipoglikemia (Shafiee, 2012).
Frekuensi hipoglikemia lebih rendah pada orang dengan diabetes
mellitus tipe 2 dibandingkan tipe 1. Studi di Inggris menunjukkan bahwa pada
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 risiko hipoglikemia berat rendah dalam
beberapa tahun pertama (7%) dan meningkat menjadi 25% dalam perjalanan
diabetes. Namun prevalensi diabetes mellitus tipe 2 adalah sekitar dua puluh
kali lipat lebih tinggi dari diabetes mellitus tipe 1 dan banyak pasien dengan
diabetes mellitus tipe 2 akhirnya memerlukan pengobatan insulin, sehingga
sebagian besar episode hipoglikemia terjadi pada pasien dengan diabetes
mellitus tipe 2 (Shafiee, 2012).
Studi yang dilakukan terhadap penduduk yang tinggal di daerah
pedesaan Jawa Timur dan Bali menunjukkan tingkat prevalensi hipoglikemia
sebesar 1,5% pada tahun 1982 dan meningkat menjadi 5,7% pada tahun 1995.
Saat ini Indonesia memiliki estimasi prevalensi hipoglikemia sebesar 1,2-2,3%
(Sutanegara, 2000).
B. Etiologi
Hipoglikemia biasanya dibagi menjadi hipoglikemia pasa-makan
(reaktif), hipoglikemia puasa, dan hipoglikemia pada pasien rawat inap.
Hipoglikemia pasca-makan dapat disebabkan oleh hiperinsulinisme
pencernaan, intoleransi fruktosa herediter, galaktosemia, sensitivitas leusin,
3
dan idiopatik. Pada hipoglikemia puasa penyebab utamanya adalah kurangnya
produksi glukosa atau karena penggunaan glukosa yang berlebihan, sedangkan
pada hipoglikemia pasien rawat inap paling lazim disebabkan oleh
penggunaan obat (Longo, 2011).
Hipoglikemia pasca-makan dapat disebabkan oleh hiperinsulinisme
pencernaan. Pasien yang menjalani gastrektomi, gastrojejunostomi,
piloroplasti atau vagotomi dapat mengalami hipoglikemia pasca-makan. Hal
ini disebabkan karena pengosongan lambung yang cepat dengan penyerapan
singkat glukosa turun lebih cepat dibanding insulin. Ketidakseimbangan
insulin-glukosa yang terjadi menyebabkan hipoglikemia. Intoleransi fruktosa
herediter yang dipicu pemasukan fruktosa dan galaktosa juga dapat
menyebabkan hipoglikemia pada anak-anak. Hipoglikemia pasca-makan
karena sebab idiopatik dapat dibagi menjadi hipoglikemia sejati dan
pseudohipoglikemia. Pada hipoglikemia sejati, gejala adrenergik muncul
sesudah makan dan disertai dengan glukosa plasma rendah pada saat gejala
muncul spontan dalam kehidupan sehari-hari. Gejala tersebut berkurang
dengan pemasukan karbohidrat yang meningkatkan glukosa plasma.
Pseudohipoglikemia adalah keadaan yang mengarah ke hipoglikemia 2 sampai
5 jam setelah makan, tetapi tidak memiliki konsentrasi glukosa plasma rendah
ketika muncul gejala secara spontan dalam kehidupan sehari-hari (Longo,
2011).
Hipoglikemia puasa dapat disebabkan oleh kurangnya produksi atau
penggunaan glukosa, defek enzim, defisiensi substrat, penyakit hati
kongenital, ataupun obat-obatan. Defisiensi hormon penyebab hipoglikemia
puasa karena kurangnya glukosa dapat terjadi pada hipohipofisisme,
insufisiensi adrenal, defisiensi katekolamin, dan defisiensi glukagon. Adapun
defek enzim yang menyebabkan hipoglikemia puasa karena kurangnya
glukosa adalah defek enzim Glucose-6-fosfatase, fosforilase hati, piruvat
karboksilase, fosfoenolpiruvat karboksikinase, fructose-1,6-difosfatase, dan
glikogen sintetase. Defisiensi substrat penyebab hipoglikemia puasa adalah
kurangnya produksi glukosa yang terjadi pada kasus hipoglikemia ketotik
pada bayi, malnutrisi berat, penyusutan otot, dan kehamilan lanjut. Penyakit
4
hati kongenital yang menyebabkan hipoglikemia puasa karena kurangnya
produksi glukosa dapat berupa kongesti hati, hepatitis berat, sirosis, uremia,
dan hipotermia. Penggunaan obat seperti alkohol, propranolol, dan salisilat
juga dapat menyebabkan hipoglikemia puasa akibat produksi glukosa yang
berkurang. Pada hipoglikemia puasa akibat penggunaan glukosa berlebihan
dapat disebabkan oleh hiperinsulinisme atau pada kadar insulin memadai
tetapi terdapat kelainan lain di luar pankreas. Hiperinsulinisme disebabkan
karena adanya insulinoma, insulin eksogen, sulfonilurea, penyakit imun
dengan insulin atau antibodi reseptor insulin, dan mengkonsumsi obat-obatan
seperti kuinin pada malaria falciparum, disopiramid, dan pentamidin serta
dapat disebabkan oleh syok endotoksik. Pada kasus kadar insulin memadai
tetapi terjadi hipoglikemia adalah akibat pemakaian glukosa berlebih, dapat
disebabkan oleh tumor ekstrapankreas, defisiensi karnitin sistemik, defisiensi
enzim oksidasi lemak, defisiensi 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA liase, dan
kakeksia dengan penipisan lemak (Longo, 2011).
Pasien rawat inap yang mengalami hipoglikemia paling lazim
disebabkan oleh pengunaan obat-obatan yang diberikan. Tiga obat yang paling
sering menyebabkan hipoglikemia pada pasien rawat inap adalah insulin,
sulfonylurea, dan alkohol. Diperkirakan 60% kasus ketiga obat ini terlibat
dalam diagnosis hipoglikemia (Longo, 2011).
5
C. Patogenesis
Bagan 1. Patogenensis Hipoglikemia (Isselbacher, 2000 ; Longo, 2011).
D. Patofisiologi
Hipoglikemia dapat terjadi ketika kadar insulin dalam tubuh
berlebihan. Terkadang kondisi berlebih ini merupakan sebuah kondisi yang
terjadi setelah melakukan terapi diabetes mellitus. Selain itu, hipoglikemia
juga dapat disebabkan antibodi pengikat insulin, yang dapat mengakibatkan
tertundanya pelepasan insulin dari tubuh. Selain itu, hipoglikemia dapat terjadi
karena malproduksi insulin dari pankreas ketika terdapat tumor pankreas.
Setelah hipoglikemia terjadi, efek yang paling banyak terjadi adalah naiknya
Pasca
Makan
Pengososngan
lambung yang
cepat
Contohnya insulin,
alkohol, dan
sulfonylurea
Obat-obatan
Hiperinsulin
mia
Pengeluaran insulin yang
berlebihan dan
penyerapan glukosa
yang kurang
Tidak seimbang
insulin dan glukosa
Puasa
Produksi glukosa
tidak seimbang
dengan kebutuhan
Turunnya produksi
glukosa dan
penggunaan
glukosa yang
berlebih
Hipoglikemia
6
nafsu makan dan stimulasi masif dari saraf simpatik yang menyebabkan
takikardi, berkeringat, dan tremor (Silbernagl dan Lang, 2010).
Ketika terjadi hipoglikemia tubuh sebenarnya akan terjadi mekanisme
homeostasis dengan menstimulasi lepasnya hormon glukagon yang berfungsi
untuk menghambat penyerapan, penyimpanan, dan peningkatan glukosa yang
ada di dalam darah. Glukagon akan membuat glukosa tersedia bagi tubuh dan
dapat meningkatkan proses glikogen dan glukoneogenesis. Akan tetapi,
glukagon tidak memengaruhi penyerapan dan metabolisme glukosa di dalam
sel (Carrol, 2007).
Gambar 1. Mekanisme regulasi glukosa pada tubuh manusia (Cryer,
2011).
Selain itu, mekanisme tubuh untuk mengompensasi adalah dengan
meningkatkan epinefrin, sehingga prekursor glukoneogenik dapat dimobilisasi
dari sel otot dan sel lemak untuk produksi glukosa tambahan. Tubuh
melakukan pertahanan terhadap turunnya glukosa darah dengan menaikkan
asupan karbohidrat secara besar-besaran. Mekanisme pertahanan ini akan
menimbukan gejala neurogenik seperti palpitasi, termor, adrenergik,
7
kolinergik, dan berkeringat. Ketika hipoglikemia menjadi semakin parah maka
mungkin juga dapat terjadi kebingungan, kejang, dan hilang kesadaran (Cryer,
2011).
Hipoglikemia berat didefinisikan sebagai hipoglikemia yang tidak
dapat di tangani oleh mekanisme homeostasis tubuh. Pada kondisi ini orang
yang terkena hipoglikemia berat dapat kehilangan kesadaran atau merasa
kebingungan. Walaupun penderita hipoglikemia berat akan terlihat sadar, tapi
penderita akan terlihat lethargik (kelelahan) dan emosional. Hal ini disebabkan
karena glukagon tidak dapat mengompensasi adanya insulin yang berlebihan.
Sehingga terkadang ketika seseorang mengalami hipoglikemia berat
dibutuhkan penyuntikkan glukagon. Penyuntikkan glukagon ini dapat diberikan
dengan orang terdekat yang dilatih atau tenaga medis terlatih (Nelms et al,
2007).
E. Penegakkan Diagnosis
Menurut Departement on Health and Human Service, secara harfiah
hipoglikemia berarti kadar glukosa dalam darah menurun dari kadar normal.
Walaupun kadar glukosa plasma pada puasa jarang melampaui 99mg/dl (5,5
mmol/L) tetapi kadar <108mg/dl (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar
glukosa plasma kira-kira 10% lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa
darah keseluruhan karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif
rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan dengan vena
sedangkan kadar glukosa kapiler berada diantara kadar glukosa arteri dan vena
(Soemandji, 2009).
Diagnosis hipoglikemia dapat ditegakan bila kadar glukosa <50mg/dl
(2,8 mmol/L) atau bahkan <40mg/dl (2,2 mmol/L). Walaupun demikian
berbagai studi fisiologis menunjukan bahwa gangguan fungsi otak sudah dapat
terjadi pada kadar glukosa darah 55 mg/dl (3 mmol/L). Lebih lanjut diketahui
bahwa kadar glukosa darah 55mg/dl (3 mmol/L) yang terjadi berulang kali
dapat merusak mekanisme proteksi endogen terhadap hipoglikemia yang lebih
berat (Soemandji, 2009).
8
Respon regulasi non pankreas terhadap hipoglikemia dimulai pada
kadar glukosa darah 63-65mg/dl (3,5-3,6mmol/L). Oleh sebab itu, dalam
konteks terapi diabetes, diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa
plasma kurang dari sama dengan 63 mg/dl (3,5 mmol/L) (Soemandji, 2009).
F. Terapi
1. Non Medika Mentosa
Tanda dan gejala hipoglikemia bervariasi dari satu orang dengan
orang lain. Orang dengan hipoglikemia pada diabetes mellitus harus
mengenal tanda-tanda dan gejala serta menggambarkannya kepada teman-
teman dan keluarga sehingga mereka dapat membantu jika diperlukan.
Staf di sekolah juga harus diberitahu bagaimana mengenali tanda dan
gejala hipoglikemia pada anak dan bagaimana cara mengobatinya. Orang
yang mengalami hipoglikemia beberapa kali dalam seminggu harus
menghubungi pusat pelayanan kesehatan untuk mengatur perubahan dalam
rencana pengobatan, pengurangan obat atau pemberian obat yang berbeda,
jadwal baru untuk insulin atau obat-obatan, makan yang berbeda, atau
rencana kegiatan fisik yang baru apabila diperlukan (Fonseca, 2008).
Ketika orang berpikir glukosa darah mereka terlalu rendah,
mereka harus memeriksa kadar glukosa darah pada sampel darah
menggunakan alat ukur. Jika kadar glukosa di bawah 70 mg/dl, makanan
yang tepat yang harus dikonsumsi untuk menaikkan glukosa darah adalah:
a. Glukosa gel 1 porsi yang jumlah sama dengan 15 gram
karbohidrat.
b. 1/2 gelas atau 4 ons jus buah.
c. 1/2 gelas atau 4 ons minuman ringan biasa.
d. 1 cangkir atau 8 ons susu.
e. 5 atau 6 buah permen.
f. 1 sendok makan gula atau madu.
9
Langkah berikutnya adalah memeriksa kembali glukosa darah
dalam 15 menit untuk memastikan kadar glukosa telah meningkat menjadi
70 mg/dl atau lebih . Jika masih terlalu rendah, diberikan makanan serupa.
Langkah-langkah ini harus diulang sampai kadar glukosa darah adalah 70
mg/dl atau lebih (Fonseca, 2008).
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2006)
pedoman tatalaksana hipoglikemiaa adalah sebagai berikut:
a. Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
b. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (Intravena) bisa
diberikan satu flakon (25 cc) dextrosa 40% (10 gr dextrosa) untuk
meningkatkan kadar glukosa kurang lebih 25-50 mg/dL.
Manajemen hipoglikemia menurut Soemadji (2009) tergantung
pada derajat hipoglikemia, yaitu :
a. Hipoglikemia ringan
1. Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir
permen atau 2-3 sendok teh sirup atau madu.
2. Bila tidak membaik dalam 15 menit, ulangi pemberian.
3. Tidak dianjurkan untuk memberikan makanan tinggi kalori seperti
coklat, kue, ice cream, cake dan lain-lain.
b. Hipoglikemia berat
1. Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
2. Bila pasien dalam keadaan tidak sadar, jangan memberi makanan
atau minuman karena bisa berpotensi terjadi aspirasi.
2. Medika Mentosa
Adapun terapi medika mentosa hipoglikemia yang dapat diberikan adalah:
a. Glukosa Oral.
b. Glukosa Intravena.
c. Glukagon (SC/IM).
10
d. Thiamine 100 mg (SC/IM) pada pasien alkoholisme.
e. Monitoring
Kadar Glukosa (mg/dL) Terapi Hipoglikemia
< 30 mg/dl Injeksi IV dextrose 40 % (25 cc) bolus
3 flakon
30-60 mg/dl Injeksi IV dextrosa 40 % (25 cc) bolus
2 flakon
60-100 mg/dl Injeksi IV dextrosa 40 % (25 cc) bolus
1 flakon
Follow up :
1. Periksa kadar gula darah 30 menit setelah injeksi.
2. Setelah 30 menit pemberian bolus 3 atau 2 atau 1 flakon dapat
diberikan 1 flakon lagi sampai 2-3 kali untuk mencapai kadar
glukosa darah 120 mg/dl.
G. Pencegahan Hipoglikemia
Rencana perawatan diabetes dirancang untuk sesuai dengan dosis
dan waktu pengobatan dengan waktu makan dan kegiatan seseorang yang
seperti biasa. Inkompatibilitas dapat menyebabkan hipoglikemia. Misalnya,
meningkatkan dosis insulin atau obat lain yang, tapi kemudian melewatkan
penggunaan insulin dapat menyebabkan hipoglikemia (Fonseca, 2008). Untuk
membantu mencegah hipoglikemia, orang dengan diabetes harus selalu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Obat-obatan untuk diabetes
Penyedia layanan kesehatan dapat menjelaskan obat-obat
yang digunakan untuk terapi diabetes yang dapat menyebabkan
hipoglikemia dan menjelaskan bagaimana dan kapan harus
mengkonsumsi obat tersebut (Fonseca, 2008).
11
Orang-orang yang mengkonsumsi obat untuk diabetes harus
bertanya kepada dokter atau tenaga kesehatan profesional kesehatan
mengenai
1. Apakah obat yang dikonsumsi dapat menyebabkan
hipoglikemia.
2. Kapan mereka harus mengkonsumsi obat diabetes terebut.
3. Berapa jumlah obat yang harus mereka konsumsi.
4. Mereka harus tetap mengkonsumsi obat ketika mereka sakit.
5. Mereka harus menyesuaikan obat sebelum melakukan
aktivitas.Fisik
6. Mereka harus menyesuaikan obat jika melewatkan waktu
makan (Fonseca, 2008).
b. Pola makan
Seorang ahli diet dapat membantu merancang rancangan
menu makan yang sesuai preferensi pribadi dan gaya hidup. Rencana
makan ini penting bagi pengelolaan hipoglikemi. Orang-orang
hipoglikemi harus makan secara teratur, cukup makanan setiap kali
makan, dan mencoba untuk tidak melewatkan waktu makan atau
makanan ringan. Beberapa makanan ringan dapat lebih efektif daripada
makanan lain dalam mencegah hipoglikemia pada malam hari. Ahli
diet dapat membuat rekomendasi untuk makanan ringan (Fonseca,
2008).
c. Aktivitas sehari-hari
Untuk membantu mencegah hipoglikemia yang disebabkan
oleh aktivitas fisik, penyedia layanan kesehatan mungkin
menyarankan:
1. Memeriksa glukosa darah sebelum olahraga atau aktivitas fisik
lainnya dan konsumsi camilan jika kadar gula darah di bawah 100
miligram perdesiliter (mg/dL).
12
2. Menyesuaikan obat sebelum aktivitas fisik.
3. Pemeriksaan glukosa darah secara teratur dengan interval selama
waktu beraktivitas fisik dan konsumsi makanan ringan sesuai
kebutuhan.
4. Memeriksa glukosa darah secara berkala setelah aktivitas
fisik(Fonseca, 2008).
d. Konsumsi alkohol
Minum-minuman beralkohol, terutama pada saat perut
kosong, dapat menyebabkan hipoglikemia, bahkan satu atau dua hari
kemudian. Alkohol dapat sangat berbahaya bagi orang yang memakai
insulin atau obat yang meningkatkan produksi insulin (Fonseca, 2008).
e. Rencana pengelolaan diabetes
Manajemen diabetes intensif untuk menjaga glukosa darah
agar mendekati kisaran normal dapat mencegah komplikasi jangka
panjang yang bisa meningkatkan risiko hipoglikemia. Mereka yang
berencana melakukan kontrol ketat harus berbicara dengan penyedia
layanan kesehatan mengenai cara-cara yanga dapat dilakukan untuk
mencegah hipoglikemia dan cara terbaik untuk mengobatinya
(Fonseca, 2008).
H. Prognosis
Prognosis hipoglikemia dinilai dari penyebab, nilai glukosa darah,
dan waktu onset. Apabila bersifat simtomatik dan segera diobati memiliki
prognosis baik (dubia et bonam) dibandingkan dengan asimtomatik tanpa
segera diberikan oral glucose (dubia et malam) (Hamdy, 2013).
Hipoglikemia pada bukan penderita diabetes tidak memiliki prognosis
yang relevan dapat bersifat baik maupun buruk untuk jangka panjang
(Manucci et al., 2006). Apabila pasien dianjurkan pengambilan pankreas maka
memiliki prognosis tergantung skill medis dan kondisi indivual (Anonymous,
2013).
13
BAB III
KESIMPULAN
a. Hipoglikemia adalah keadaan yang menunjukkan kadar glukosa darah
berada di bawah normal.
b. Hipoglikemia dibagi menjadi tiga yaitu hipoglikemia pasca-makan,
hipoglikemia puasa, dan hipoglikemia pasien rawat inap.
c. Hipoglikemia disebabkan karena glukagon tidak dapat mengkompensasi
insulin yang berlebihan.
d. Manajemen hipoglikemia disesuaikan dengan tingkat keparahannya.
e. Prognosis hipoglikemia dapat dinilai dari penyebab, nilai glukosa darah,
dan waktu onset.
14
Daftar Pustaka
Anonymous. 2013. Hypoglycemia (Low Blood Sugar). California: Lucile Packard
Children’s Hospital. available at
{http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/diabetes/hyp
o.html} diakses 7 Oktober 2013 pukul 19:00
Carrol, Robert G. 2007. Elsevier’s Integrated Physiology. Philadelphia: Mosby
Elsevier.
Cryer, Philip E. 2011. Hypoglicemia During Therapy of Diabetes. Tersedia di
<http://diabetesmanager.pbworks.com/w/page/17680209/Hypoglyce
mia%20During%20Therapy%20of%20Diabetes%20> diakses pada
Kamis 3 Oktober 2013 21.22.
Hamdy, O. 2013. Hypoglycemia. US: Harvard Medical Schoolavailable at
{http://emedicine.medscape.com/article/122122-
overview#aw2aab6b2b6} diakses 7 Oktober 2013 pukul 18:52
Longo, Dan L, et al. 2011. Harrison’s Principles of Internal Medicine 18th
Edition. New York; McGraw-Hill Medical Publishing Divison.
Manucci et al,. 2006. Incidence and prognostic significance of hypoglycemia in
hospitalized non-diabetic elderly patients. USA: NCBI available at
{http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17167310} diakses 7
Oktober 2013 pukul 18:40
Nelms, Marcia, Kathryn P. Sucher., dan Sara Long. 2007. Nutrition Therapy and
Pathophysiology. Belmont: Thomson Learning Inc.
Silbernagl, Stefan, dan Florian Lang. 2010. Color Atlas of Pathophysiology 2nd
Ed. New York: Thieme.Soemadji, DjokoWahono. 2009.
BukuAjarIlmuPenyakitDalam. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
15
Sutanegara, Dwi. 2000. The epidemiology and management of diabetes mellitus in
Indonesia. Available at
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S016882270000173
X
16
1. Hubungan antara diabetes melitus dengan hipoglikemi
Hiperinsulinisme dan takut makan.
2. Hubungan thiamin dan alkohol dan hipoglikemi.
Alkohol akan meningkatkan metabolisme karbohidrat, thiamin adalah anti-
dotum untuk alkohol.
3. Hipoglikemi pasca-makan normal atau abnormal
Abnormal, biasanya karena hiperinsulinisme.
Penegakan diagnois hipoglikemia: TRIAS WHIPPLE
17
Hasil Lembar Revisi
No. Tanggal Revisi Keterangan Ttd

More Related Content

What's hot (20)

Diare - Power Point
Diare - Power PointDiare - Power Point
Diare - Power Point
 
Kebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status giziKebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status gizi
 
Hipoglikemia dan Penanganan
Hipoglikemia dan PenangananHipoglikemia dan Penanganan
Hipoglikemia dan Penanganan
 
Ppt ppok
Ppt ppokPpt ppok
Ppt ppok
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Powerpoint dmdf
Powerpoint dmdfPowerpoint dmdf
Powerpoint dmdf
 
Makalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikumMakalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikum
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
 
Askep ketoasidosis-diabetikum-ppt
Askep ketoasidosis-diabetikum-pptAskep ketoasidosis-diabetikum-ppt
Askep ketoasidosis-diabetikum-ppt
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Hipoglikemia
HipoglikemiaHipoglikemia
Hipoglikemia
 
Nutrisi enteral parenteral
Nutrisi enteral parenteralNutrisi enteral parenteral
Nutrisi enteral parenteral
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Penyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endangPenyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endang
 
Diabetes Militus
Diabetes MilitusDiabetes Militus
Diabetes Militus
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Ppt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetesPpt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetes
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 

Similar to Hipoglikemi (20)

Tijauan pustaka hipoglikemi
Tijauan pustaka hipoglikemiTijauan pustaka hipoglikemi
Tijauan pustaka hipoglikemi
 
REFERAT DM
REFERAT DMREFERAT DM
REFERAT DM
 
Antidiabetes
AntidiabetesAntidiabetes
Antidiabetes
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
DOC-20221003-WA0004.-1.pptx
DOC-20221003-WA0004.-1.pptxDOC-20221003-WA0004.-1.pptx
DOC-20221003-WA0004.-1.pptx
 
Pharmaclass 4 dm-dikonversi
Pharmaclass 4   dm-dikonversiPharmaclass 4   dm-dikonversi
Pharmaclass 4 dm-dikonversi
 
Materi penyuluhan
Materi penyuluhanMateri penyuluhan
Materi penyuluhan
 
farmakoterapi penyakit DM.pptx
farmakoterapi penyakit DM.pptxfarmakoterapi penyakit DM.pptx
farmakoterapi penyakit DM.pptx
 
Askep diabetes
Askep diabetesAskep diabetes
Askep diabetes
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes AKPER PEMDA MUNA
 
Askep diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Askep diabetes  AKPER PEMKAB MUNA Askep diabetes  AKPER PEMKAB MUNA
Askep diabetes AKPER PEMKAB MUNA
 
Diabetes Melitus
Diabetes MelitusDiabetes Melitus
Diabetes Melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
Konsep Dasar Penyakit Diabetes MellitusKonsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus
 
78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangren78149561 lp-dm-gangren
78149561 lp-dm-gangren
 
Eklamsia 1
Eklamsia 1Eklamsia 1
Eklamsia 1
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Askep dm
Askep dmAskep dm
Askep dm
 
Dm
DmDm
Dm
 

Recently uploaded

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (20)

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 

Hipoglikemi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipoglikemia adalah keadaan yang menunjukkan kadar glukosa darah di bawah normal. Pada umumnya kadar glukosa puasa pada orang normal jarang melampaui 126 mg/dl, jika diatas itu tergolong tidak normal. Biasanya pada penderita hipoglikemia terjadi kadar glukosa yangrendah yaitu kurang dari 50 mg/dl(2,8 mmol/L) atau bahkan kurang dari 40 mg/dl (2,2 mmol/L). Kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood) lebih rendah 10% dibandingkan dengan kadar glukosa plasma dikarenakan eritrosit memiliki kadar glukosa yang relatif rendah. Hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 1 (DMT 1) dan diabetes mellitus tipe 2 (DMT 2) merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal atau mendekati normal. Pengendalian glukosa darah yang baik dan lengkap didasarkan pada kondisi bebas dari hipoglikemia. Risiko hipoglikemia timbul akibat mekanisme dalam tubuh yang tidak sempurna dimana kadar insulin pada malam hari meningkat secara tidak proporsional dan kemampuan fisiologis tubuh gagal melindungi batas penurunan glukosa darah yang aman. (Soemadji, 2009). B. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dan epidemiologi hipoglikemia. 2. Untuk mengetahui etiologi dan patomekanisme hipoglikemia. 3. Untuk mengetahui patofisiologi dan penegakan diagnosis hipoglikemia. 4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan prognosis hipoglikemia.
  • 2. 2 BAB II ISI A. Epidemiologi Hipoglikemia biasanya ditemukan pada pasien diabetes melitus. Sekitar 90% dari semua pasien yang menerima insulin mengalami episode hipoglikemia. Kejadian hipoglikemia sangat bervariasi, namun pada umumnya penderita diabetes mellitus tipe 1 memiliki rata-rata episode hipoglikemia simtomatik per minggu dan per tahun. Diperkirakan 2-4% dari mortalitas akibat diabetes melitus dikaitkan dengan hipoglikemia (Shafiee, 2012). Frekuensi hipoglikemia lebih rendah pada orang dengan diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan tipe 1. Studi di Inggris menunjukkan bahwa pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 risiko hipoglikemia berat rendah dalam beberapa tahun pertama (7%) dan meningkat menjadi 25% dalam perjalanan diabetes. Namun prevalensi diabetes mellitus tipe 2 adalah sekitar dua puluh kali lipat lebih tinggi dari diabetes mellitus tipe 1 dan banyak pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 akhirnya memerlukan pengobatan insulin, sehingga sebagian besar episode hipoglikemia terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 (Shafiee, 2012). Studi yang dilakukan terhadap penduduk yang tinggal di daerah pedesaan Jawa Timur dan Bali menunjukkan tingkat prevalensi hipoglikemia sebesar 1,5% pada tahun 1982 dan meningkat menjadi 5,7% pada tahun 1995. Saat ini Indonesia memiliki estimasi prevalensi hipoglikemia sebesar 1,2-2,3% (Sutanegara, 2000). B. Etiologi Hipoglikemia biasanya dibagi menjadi hipoglikemia pasa-makan (reaktif), hipoglikemia puasa, dan hipoglikemia pada pasien rawat inap. Hipoglikemia pasca-makan dapat disebabkan oleh hiperinsulinisme pencernaan, intoleransi fruktosa herediter, galaktosemia, sensitivitas leusin,
  • 3. 3 dan idiopatik. Pada hipoglikemia puasa penyebab utamanya adalah kurangnya produksi glukosa atau karena penggunaan glukosa yang berlebihan, sedangkan pada hipoglikemia pasien rawat inap paling lazim disebabkan oleh penggunaan obat (Longo, 2011). Hipoglikemia pasca-makan dapat disebabkan oleh hiperinsulinisme pencernaan. Pasien yang menjalani gastrektomi, gastrojejunostomi, piloroplasti atau vagotomi dapat mengalami hipoglikemia pasca-makan. Hal ini disebabkan karena pengosongan lambung yang cepat dengan penyerapan singkat glukosa turun lebih cepat dibanding insulin. Ketidakseimbangan insulin-glukosa yang terjadi menyebabkan hipoglikemia. Intoleransi fruktosa herediter yang dipicu pemasukan fruktosa dan galaktosa juga dapat menyebabkan hipoglikemia pada anak-anak. Hipoglikemia pasca-makan karena sebab idiopatik dapat dibagi menjadi hipoglikemia sejati dan pseudohipoglikemia. Pada hipoglikemia sejati, gejala adrenergik muncul sesudah makan dan disertai dengan glukosa plasma rendah pada saat gejala muncul spontan dalam kehidupan sehari-hari. Gejala tersebut berkurang dengan pemasukan karbohidrat yang meningkatkan glukosa plasma. Pseudohipoglikemia adalah keadaan yang mengarah ke hipoglikemia 2 sampai 5 jam setelah makan, tetapi tidak memiliki konsentrasi glukosa plasma rendah ketika muncul gejala secara spontan dalam kehidupan sehari-hari (Longo, 2011). Hipoglikemia puasa dapat disebabkan oleh kurangnya produksi atau penggunaan glukosa, defek enzim, defisiensi substrat, penyakit hati kongenital, ataupun obat-obatan. Defisiensi hormon penyebab hipoglikemia puasa karena kurangnya glukosa dapat terjadi pada hipohipofisisme, insufisiensi adrenal, defisiensi katekolamin, dan defisiensi glukagon. Adapun defek enzim yang menyebabkan hipoglikemia puasa karena kurangnya glukosa adalah defek enzim Glucose-6-fosfatase, fosforilase hati, piruvat karboksilase, fosfoenolpiruvat karboksikinase, fructose-1,6-difosfatase, dan glikogen sintetase. Defisiensi substrat penyebab hipoglikemia puasa adalah kurangnya produksi glukosa yang terjadi pada kasus hipoglikemia ketotik pada bayi, malnutrisi berat, penyusutan otot, dan kehamilan lanjut. Penyakit
  • 4. 4 hati kongenital yang menyebabkan hipoglikemia puasa karena kurangnya produksi glukosa dapat berupa kongesti hati, hepatitis berat, sirosis, uremia, dan hipotermia. Penggunaan obat seperti alkohol, propranolol, dan salisilat juga dapat menyebabkan hipoglikemia puasa akibat produksi glukosa yang berkurang. Pada hipoglikemia puasa akibat penggunaan glukosa berlebihan dapat disebabkan oleh hiperinsulinisme atau pada kadar insulin memadai tetapi terdapat kelainan lain di luar pankreas. Hiperinsulinisme disebabkan karena adanya insulinoma, insulin eksogen, sulfonilurea, penyakit imun dengan insulin atau antibodi reseptor insulin, dan mengkonsumsi obat-obatan seperti kuinin pada malaria falciparum, disopiramid, dan pentamidin serta dapat disebabkan oleh syok endotoksik. Pada kasus kadar insulin memadai tetapi terjadi hipoglikemia adalah akibat pemakaian glukosa berlebih, dapat disebabkan oleh tumor ekstrapankreas, defisiensi karnitin sistemik, defisiensi enzim oksidasi lemak, defisiensi 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA liase, dan kakeksia dengan penipisan lemak (Longo, 2011). Pasien rawat inap yang mengalami hipoglikemia paling lazim disebabkan oleh pengunaan obat-obatan yang diberikan. Tiga obat yang paling sering menyebabkan hipoglikemia pada pasien rawat inap adalah insulin, sulfonylurea, dan alkohol. Diperkirakan 60% kasus ketiga obat ini terlibat dalam diagnosis hipoglikemia (Longo, 2011).
  • 5. 5 C. Patogenesis Bagan 1. Patogenensis Hipoglikemia (Isselbacher, 2000 ; Longo, 2011). D. Patofisiologi Hipoglikemia dapat terjadi ketika kadar insulin dalam tubuh berlebihan. Terkadang kondisi berlebih ini merupakan sebuah kondisi yang terjadi setelah melakukan terapi diabetes mellitus. Selain itu, hipoglikemia juga dapat disebabkan antibodi pengikat insulin, yang dapat mengakibatkan tertundanya pelepasan insulin dari tubuh. Selain itu, hipoglikemia dapat terjadi karena malproduksi insulin dari pankreas ketika terdapat tumor pankreas. Setelah hipoglikemia terjadi, efek yang paling banyak terjadi adalah naiknya Pasca Makan Pengososngan lambung yang cepat Contohnya insulin, alkohol, dan sulfonylurea Obat-obatan Hiperinsulin mia Pengeluaran insulin yang berlebihan dan penyerapan glukosa yang kurang Tidak seimbang insulin dan glukosa Puasa Produksi glukosa tidak seimbang dengan kebutuhan Turunnya produksi glukosa dan penggunaan glukosa yang berlebih Hipoglikemia
  • 6. 6 nafsu makan dan stimulasi masif dari saraf simpatik yang menyebabkan takikardi, berkeringat, dan tremor (Silbernagl dan Lang, 2010). Ketika terjadi hipoglikemia tubuh sebenarnya akan terjadi mekanisme homeostasis dengan menstimulasi lepasnya hormon glukagon yang berfungsi untuk menghambat penyerapan, penyimpanan, dan peningkatan glukosa yang ada di dalam darah. Glukagon akan membuat glukosa tersedia bagi tubuh dan dapat meningkatkan proses glikogen dan glukoneogenesis. Akan tetapi, glukagon tidak memengaruhi penyerapan dan metabolisme glukosa di dalam sel (Carrol, 2007). Gambar 1. Mekanisme regulasi glukosa pada tubuh manusia (Cryer, 2011). Selain itu, mekanisme tubuh untuk mengompensasi adalah dengan meningkatkan epinefrin, sehingga prekursor glukoneogenik dapat dimobilisasi dari sel otot dan sel lemak untuk produksi glukosa tambahan. Tubuh melakukan pertahanan terhadap turunnya glukosa darah dengan menaikkan asupan karbohidrat secara besar-besaran. Mekanisme pertahanan ini akan menimbukan gejala neurogenik seperti palpitasi, termor, adrenergik,
  • 7. 7 kolinergik, dan berkeringat. Ketika hipoglikemia menjadi semakin parah maka mungkin juga dapat terjadi kebingungan, kejang, dan hilang kesadaran (Cryer, 2011). Hipoglikemia berat didefinisikan sebagai hipoglikemia yang tidak dapat di tangani oleh mekanisme homeostasis tubuh. Pada kondisi ini orang yang terkena hipoglikemia berat dapat kehilangan kesadaran atau merasa kebingungan. Walaupun penderita hipoglikemia berat akan terlihat sadar, tapi penderita akan terlihat lethargik (kelelahan) dan emosional. Hal ini disebabkan karena glukagon tidak dapat mengompensasi adanya insulin yang berlebihan. Sehingga terkadang ketika seseorang mengalami hipoglikemia berat dibutuhkan penyuntikkan glukagon. Penyuntikkan glukagon ini dapat diberikan dengan orang terdekat yang dilatih atau tenaga medis terlatih (Nelms et al, 2007). E. Penegakkan Diagnosis Menurut Departement on Health and Human Service, secara harfiah hipoglikemia berarti kadar glukosa dalam darah menurun dari kadar normal. Walaupun kadar glukosa plasma pada puasa jarang melampaui 99mg/dl (5,5 mmol/L) tetapi kadar <108mg/dl (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10% lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan dengan vena sedangkan kadar glukosa kapiler berada diantara kadar glukosa arteri dan vena (Soemandji, 2009). Diagnosis hipoglikemia dapat ditegakan bila kadar glukosa <50mg/dl (2,8 mmol/L) atau bahkan <40mg/dl (2,2 mmol/L). Walaupun demikian berbagai studi fisiologis menunjukan bahwa gangguan fungsi otak sudah dapat terjadi pada kadar glukosa darah 55 mg/dl (3 mmol/L). Lebih lanjut diketahui bahwa kadar glukosa darah 55mg/dl (3 mmol/L) yang terjadi berulang kali dapat merusak mekanisme proteksi endogen terhadap hipoglikemia yang lebih berat (Soemandji, 2009).
  • 8. 8 Respon regulasi non pankreas terhadap hipoglikemia dimulai pada kadar glukosa darah 63-65mg/dl (3,5-3,6mmol/L). Oleh sebab itu, dalam konteks terapi diabetes, diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa plasma kurang dari sama dengan 63 mg/dl (3,5 mmol/L) (Soemandji, 2009). F. Terapi 1. Non Medika Mentosa Tanda dan gejala hipoglikemia bervariasi dari satu orang dengan orang lain. Orang dengan hipoglikemia pada diabetes mellitus harus mengenal tanda-tanda dan gejala serta menggambarkannya kepada teman- teman dan keluarga sehingga mereka dapat membantu jika diperlukan. Staf di sekolah juga harus diberitahu bagaimana mengenali tanda dan gejala hipoglikemia pada anak dan bagaimana cara mengobatinya. Orang yang mengalami hipoglikemia beberapa kali dalam seminggu harus menghubungi pusat pelayanan kesehatan untuk mengatur perubahan dalam rencana pengobatan, pengurangan obat atau pemberian obat yang berbeda, jadwal baru untuk insulin atau obat-obatan, makan yang berbeda, atau rencana kegiatan fisik yang baru apabila diperlukan (Fonseca, 2008). Ketika orang berpikir glukosa darah mereka terlalu rendah, mereka harus memeriksa kadar glukosa darah pada sampel darah menggunakan alat ukur. Jika kadar glukosa di bawah 70 mg/dl, makanan yang tepat yang harus dikonsumsi untuk menaikkan glukosa darah adalah: a. Glukosa gel 1 porsi yang jumlah sama dengan 15 gram karbohidrat. b. 1/2 gelas atau 4 ons jus buah. c. 1/2 gelas atau 4 ons minuman ringan biasa. d. 1 cangkir atau 8 ons susu. e. 5 atau 6 buah permen. f. 1 sendok makan gula atau madu.
  • 9. 9 Langkah berikutnya adalah memeriksa kembali glukosa darah dalam 15 menit untuk memastikan kadar glukosa telah meningkat menjadi 70 mg/dl atau lebih . Jika masih terlalu rendah, diberikan makanan serupa. Langkah-langkah ini harus diulang sampai kadar glukosa darah adalah 70 mg/dl atau lebih (Fonseca, 2008). Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemiaa adalah sebagai berikut: a. Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl. b. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (Intravena) bisa diberikan satu flakon (25 cc) dextrosa 40% (10 gr dextrosa) untuk meningkatkan kadar glukosa kurang lebih 25-50 mg/dL. Manajemen hipoglikemia menurut Soemadji (2009) tergantung pada derajat hipoglikemia, yaitu : a. Hipoglikemia ringan 1. Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau 2-3 sendok teh sirup atau madu. 2. Bila tidak membaik dalam 15 menit, ulangi pemberian. 3. Tidak dianjurkan untuk memberikan makanan tinggi kalori seperti coklat, kue, ice cream, cake dan lain-lain. b. Hipoglikemia berat 1. Tergantung pada tingkat kesadaran pasien. 2. Bila pasien dalam keadaan tidak sadar, jangan memberi makanan atau minuman karena bisa berpotensi terjadi aspirasi. 2. Medika Mentosa Adapun terapi medika mentosa hipoglikemia yang dapat diberikan adalah: a. Glukosa Oral. b. Glukosa Intravena. c. Glukagon (SC/IM).
  • 10. 10 d. Thiamine 100 mg (SC/IM) pada pasien alkoholisme. e. Monitoring Kadar Glukosa (mg/dL) Terapi Hipoglikemia < 30 mg/dl Injeksi IV dextrose 40 % (25 cc) bolus 3 flakon 30-60 mg/dl Injeksi IV dextrosa 40 % (25 cc) bolus 2 flakon 60-100 mg/dl Injeksi IV dextrosa 40 % (25 cc) bolus 1 flakon Follow up : 1. Periksa kadar gula darah 30 menit setelah injeksi. 2. Setelah 30 menit pemberian bolus 3 atau 2 atau 1 flakon dapat diberikan 1 flakon lagi sampai 2-3 kali untuk mencapai kadar glukosa darah 120 mg/dl. G. Pencegahan Hipoglikemia Rencana perawatan diabetes dirancang untuk sesuai dengan dosis dan waktu pengobatan dengan waktu makan dan kegiatan seseorang yang seperti biasa. Inkompatibilitas dapat menyebabkan hipoglikemia. Misalnya, meningkatkan dosis insulin atau obat lain yang, tapi kemudian melewatkan penggunaan insulin dapat menyebabkan hipoglikemia (Fonseca, 2008). Untuk membantu mencegah hipoglikemia, orang dengan diabetes harus selalu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Obat-obatan untuk diabetes Penyedia layanan kesehatan dapat menjelaskan obat-obat yang digunakan untuk terapi diabetes yang dapat menyebabkan hipoglikemia dan menjelaskan bagaimana dan kapan harus mengkonsumsi obat tersebut (Fonseca, 2008).
  • 11. 11 Orang-orang yang mengkonsumsi obat untuk diabetes harus bertanya kepada dokter atau tenaga kesehatan profesional kesehatan mengenai 1. Apakah obat yang dikonsumsi dapat menyebabkan hipoglikemia. 2. Kapan mereka harus mengkonsumsi obat diabetes terebut. 3. Berapa jumlah obat yang harus mereka konsumsi. 4. Mereka harus tetap mengkonsumsi obat ketika mereka sakit. 5. Mereka harus menyesuaikan obat sebelum melakukan aktivitas.Fisik 6. Mereka harus menyesuaikan obat jika melewatkan waktu makan (Fonseca, 2008). b. Pola makan Seorang ahli diet dapat membantu merancang rancangan menu makan yang sesuai preferensi pribadi dan gaya hidup. Rencana makan ini penting bagi pengelolaan hipoglikemi. Orang-orang hipoglikemi harus makan secara teratur, cukup makanan setiap kali makan, dan mencoba untuk tidak melewatkan waktu makan atau makanan ringan. Beberapa makanan ringan dapat lebih efektif daripada makanan lain dalam mencegah hipoglikemia pada malam hari. Ahli diet dapat membuat rekomendasi untuk makanan ringan (Fonseca, 2008). c. Aktivitas sehari-hari Untuk membantu mencegah hipoglikemia yang disebabkan oleh aktivitas fisik, penyedia layanan kesehatan mungkin menyarankan: 1. Memeriksa glukosa darah sebelum olahraga atau aktivitas fisik lainnya dan konsumsi camilan jika kadar gula darah di bawah 100 miligram perdesiliter (mg/dL).
  • 12. 12 2. Menyesuaikan obat sebelum aktivitas fisik. 3. Pemeriksaan glukosa darah secara teratur dengan interval selama waktu beraktivitas fisik dan konsumsi makanan ringan sesuai kebutuhan. 4. Memeriksa glukosa darah secara berkala setelah aktivitas fisik(Fonseca, 2008). d. Konsumsi alkohol Minum-minuman beralkohol, terutama pada saat perut kosong, dapat menyebabkan hipoglikemia, bahkan satu atau dua hari kemudian. Alkohol dapat sangat berbahaya bagi orang yang memakai insulin atau obat yang meningkatkan produksi insulin (Fonseca, 2008). e. Rencana pengelolaan diabetes Manajemen diabetes intensif untuk menjaga glukosa darah agar mendekati kisaran normal dapat mencegah komplikasi jangka panjang yang bisa meningkatkan risiko hipoglikemia. Mereka yang berencana melakukan kontrol ketat harus berbicara dengan penyedia layanan kesehatan mengenai cara-cara yanga dapat dilakukan untuk mencegah hipoglikemia dan cara terbaik untuk mengobatinya (Fonseca, 2008). H. Prognosis Prognosis hipoglikemia dinilai dari penyebab, nilai glukosa darah, dan waktu onset. Apabila bersifat simtomatik dan segera diobati memiliki prognosis baik (dubia et bonam) dibandingkan dengan asimtomatik tanpa segera diberikan oral glucose (dubia et malam) (Hamdy, 2013). Hipoglikemia pada bukan penderita diabetes tidak memiliki prognosis yang relevan dapat bersifat baik maupun buruk untuk jangka panjang (Manucci et al., 2006). Apabila pasien dianjurkan pengambilan pankreas maka memiliki prognosis tergantung skill medis dan kondisi indivual (Anonymous, 2013).
  • 13. 13 BAB III KESIMPULAN a. Hipoglikemia adalah keadaan yang menunjukkan kadar glukosa darah berada di bawah normal. b. Hipoglikemia dibagi menjadi tiga yaitu hipoglikemia pasca-makan, hipoglikemia puasa, dan hipoglikemia pasien rawat inap. c. Hipoglikemia disebabkan karena glukagon tidak dapat mengkompensasi insulin yang berlebihan. d. Manajemen hipoglikemia disesuaikan dengan tingkat keparahannya. e. Prognosis hipoglikemia dapat dinilai dari penyebab, nilai glukosa darah, dan waktu onset.
  • 14. 14 Daftar Pustaka Anonymous. 2013. Hypoglycemia (Low Blood Sugar). California: Lucile Packard Children’s Hospital. available at {http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/diabetes/hyp o.html} diakses 7 Oktober 2013 pukul 19:00 Carrol, Robert G. 2007. Elsevier’s Integrated Physiology. Philadelphia: Mosby Elsevier. Cryer, Philip E. 2011. Hypoglicemia During Therapy of Diabetes. Tersedia di <http://diabetesmanager.pbworks.com/w/page/17680209/Hypoglyce mia%20During%20Therapy%20of%20Diabetes%20> diakses pada Kamis 3 Oktober 2013 21.22. Hamdy, O. 2013. Hypoglycemia. US: Harvard Medical Schoolavailable at {http://emedicine.medscape.com/article/122122- overview#aw2aab6b2b6} diakses 7 Oktober 2013 pukul 18:52 Longo, Dan L, et al. 2011. Harrison’s Principles of Internal Medicine 18th Edition. New York; McGraw-Hill Medical Publishing Divison. Manucci et al,. 2006. Incidence and prognostic significance of hypoglycemia in hospitalized non-diabetic elderly patients. USA: NCBI available at {http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17167310} diakses 7 Oktober 2013 pukul 18:40 Nelms, Marcia, Kathryn P. Sucher., dan Sara Long. 2007. Nutrition Therapy and Pathophysiology. Belmont: Thomson Learning Inc. Silbernagl, Stefan, dan Florian Lang. 2010. Color Atlas of Pathophysiology 2nd Ed. New York: Thieme.Soemadji, DjokoWahono. 2009. BukuAjarIlmuPenyakitDalam. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
  • 15. 15 Sutanegara, Dwi. 2000. The epidemiology and management of diabetes mellitus in Indonesia. Available at http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S016882270000173 X
  • 16. 16 1. Hubungan antara diabetes melitus dengan hipoglikemi Hiperinsulinisme dan takut makan. 2. Hubungan thiamin dan alkohol dan hipoglikemi. Alkohol akan meningkatkan metabolisme karbohidrat, thiamin adalah anti- dotum untuk alkohol. 3. Hipoglikemi pasca-makan normal atau abnormal Abnormal, biasanya karena hiperinsulinisme. Penegakan diagnois hipoglikemia: TRIAS WHIPPLE
  • 17. 17 Hasil Lembar Revisi No. Tanggal Revisi Keterangan Ttd