SlideShare a Scribd company logo
1 of 104
DERMATITIS
DERMATITIS NUMULARIS
DEFINISI
• Peradangan kuit kronis ditandai dengan lesi berbentuk mata uang
(koin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi
papulovesikel yang biasanya mudah pecah sehingga membasah.
EPIDEMIOLOGI
• Dewasa
• Laki-laki > Perempuan
• Puncak awitan 50-65 tahun (perempuan memiliki 2 puncak awitan
yaitu usia 15-25 tahun)
• Jarang ditemukan pada bayi dan anak
GEJALA KLINIS
1. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3 – 1 cm), berbentuk
uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan berbatas tegas.
2. Tanda eksudasi karena vesikel mudah pecah, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan.
3. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral,
atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi.
Tempat predileksi terutama di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk
punggung tangan.
DIAGNOSIS
• Ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
KOMPLIKASI
• Infeksi sekunder oleh bakteri
TATA LAKSANA
1. Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin memprovokasi seperti stres
dan fokus infeksi di organ lain.
2. Farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu:
Topikal (2 kali sehari)
• Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000, menggunakan 3 lapis
kasa bersih, selama masing-masing 15-20 menit/kali kompres (untuk lesi
madidans/basah) sampai lesi mengering.
• Kemudian terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan:
bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2
minggu.
• Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan
golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau
sistemik bila lesi meluas.
Oral sistemik
• Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama
maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal
2 minggu.
• Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal
2 minggu.
Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik topikal atau antibiotik
sistemik bila lesi luas.
DERMATITIS KONTAK
ALERGIKA
DEFINISI
• Peradangan yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel
pada kulit yang didahului proses sensitisasi
ETIOLOGI
• Bahan kimia sederhana dengan berat molekul rendah (< 1000 dalton),
disebut sebagai hapten, lipofilik, sangat reaktif dan dapat menembus
stratum korneum
PATOGENESIS
• Reaksi imunologik tipe IV
• Melalui fase sensitisasi (2-3 mgg) dan fase elitasi (24-48 jam)
GEJALA KLINIS
• Gatal
• Stadium akut : bercak eritamatosa berbatas tegas diikuti edema,
papulovesikel, vesikel atau bula >>> erosi dan eksudasi (basah)
• Stadium kronis : kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan
mungkin fisur berbatas tegas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji tempel untuk mencari penyebab.
Uji tempel dapat digunakan dengan alergen standar, alergen seri
tertentu (misal seri kosmetik, seri sepatu, dll), serta alergen tambahan
yang berasal dari bahan yang dicurigai (misalnya dari potongan sepatu,
bahan dari pabrik tempat bekerja).
2. Pada DKA kosmetika, apabila tes tempel meragukan/negatif dapat
dilanjutkan dengan tes pakai (use test), tes pakai berulang (repeated
open application test- ROAT)
TATA LAKSANA
1. Keluhan diberikan farmakoterapi berupa:
a. Topikal (2 kali sehari)
• Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
• Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
Fluosinolon asetonid krim 0,025%).
• Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan
golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.
b. Oral sistemik
• Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau
• Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
2. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari bahan-
bahan yang bersifat alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan
fisis, memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab
serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak alergen
saat bekerja.
NEURODERMATITIS
DEFINISI
• Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan
likenifikasi menyerupai batang kayu akibat garukan atau gosokan yang
berulang karena rangsangan pruritogenik.
EPIDEMIOLOGI
• Terjadi pada usia dewasa-manula, puncak insiden pada usia antara
30-50 tahun.
• Perempuan > pria
ETIOPATOGENESIS
• Pruritus karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya GGK,
obstruksi saluran empedu, limfoma hodgkin, hipertiroid, penyakit
kulit, gigitan serangga dan aspek psikologis.
GEJALA KLINIS
• Penderita mengeluh gatal sekali.
• Lesi biasanya tunggal
• Berawal berupa plak erimatosa, sedikit edema, lambat laun jadi
edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan
menebal, likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas
kulit normal tidak jelas
DIAGNOSIS
• Berdasarkan gambaran klinis
TATA LAKSANA
1. Pasien disarankan agar tidak terus menerus menggaruk lesi saat gatal.
2. Prinsip pengobatan yaitu mengupayakan agar penderita tidak terus menggaruk
karena gatal, dengan pemberian:
a) Antipruritus:
antihistamin dengan efek sedatif, seperti hidroksizin 10-50 mg setiap 4 jam,
difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam (maksimal 300 mg/hari), atau klorfeniramin
maleat (CTM) 4 mg setiap 4-6 jam (maksimal 24 mg/hari).
b) Glukokortikoid topikal,
antara lain: betametason dipropionat salep/krim 0,05% 1-3 kali sehari,
metilprednisolon aseponat salep/krim 0,1% 1-2 kali sehari, atau mometason furoat
salep/krim 0,1% 1 kali sehari. Glukokortikoid dapat dikombinasi dengan tar untuk
efek antiinflamasi.
DISHIDROSIS
DEFINISI
• Dermatitis endogen akut atau kronis pada tangan dan kaki dengan
karakteristik klinis berupa vesikel kecil sampai besar dan gambaran
histologis vesikel spongiotik.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Disfungsi kelenjar keringat >>> teori lama
• Atopi, kontak alergi, stres dan udara panas >>> faktor eksaserbasi
TATA LAKSANA
Non-medikamentosa
• Cairan di dalam lepuh yang besar harus dikeluarkan tanpa dipecah
Medikamentosa
• Glukortikoid topikal potensi kuat
• Kompres dengan kalium permanganas 1/10.000 atau solusio Burrowi (Akut)
• Terapi tambahan dengan glukortikoid intralesi atau retinoid, keratolitik
konsentrasi tinggi atau preparat tar (Eksema tipe keratotik)
• Kortikosteroid oral, UVB, PUVA, UVA-1, metotreksat dosis rendah,
mycophenolate mofetil dan siklosporin (kasus berat)
DERMATITIS ATOPI
EPIDEMIOLOGI
• Di negara berkembang, 10-20% anak menderita dermatits atopi dan
60% diantaranya menetap sampai dewasa.
ETIOLOGI
u
GEJALA KLINIS
• Fase Infantil
Gambaran klinis mirip dermatitis akut yaitu eksudatif, erosi dan
ekskoriasi
• Fase anak dan remaja-dewasa
Lesi cenderung menjadi kronis disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi,
erosi, ekskoriasi, krusta dan skuama
DIAGNOSIS
KRITERIA WILLIAM
1. Harus ada : Rasa gatal (pada anak-anak dengan bekas garukan).
2. Ditambah 3 atau lebih:
• Riwayat perubahan kulit/kering di fosa kubiti, fosa poplitea, bagian dorsum
pedis atau seputar leher(termasuk pipi pada anak di bawah 10 tahun).
• Anamnesis ada riwayat atopi seperti asma atau hay fever pada anak (ada
riwayat penyakit atopi pada anak-anak).
• Riwayat Kulit kering secara menyeluruh pada tahun terakhir.
• Dermatitis fleksural (termasuk pipi, kening, badan luar pada anak <4
tahun).
• Mulai terkena pada usia dibawah 2 tahun (tidak digunakan pada anak <4
tahun).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Kultur Bakteri >>> S. Aureur
• Kultur Virus >>> HSV
• Lab darah >>> Ig E
• Dermatopatologi
TATA LAKSANA
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu:
a. Menemukan faktor risiko.
b. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian seperti wol atau bahan
sintetik.
c. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab.
d. Menjaga kebersihan bahan pakaian.
e. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
f. Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari kontak klorin yang terlalu
lama.
g. Menghindari stress psikis.
h. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor.
i. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing atau feses, dan hindari
pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil.
j. Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena menginduksi resistensi.
2. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan:
a. Topikal (2 kali sehari)
• Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim 0,05%
(catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonidkrim 0,025%) selama
maksimal 2 minggu.
• Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan
golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%.
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau
sistemik bila lesi meluas.
b. Oral sistemik
• Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu
atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
• Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
DERMATITIS KONTAK IRITAN
KLASIFIKASI
• DKI Akut
Disebabkan iritan kuat. Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar. Terlihat
eritema, edema, bula dan mungkin nekrosis. Berbatas tegas dan umumnya
asimetris.
• DKI akut lambat
Gejala DKI akut. Baru terjadi 8-24 jam setelah berkontak. Terlihat eritema
kemudian terjadi vesikel dan bahkan nekrosis.
• DKI kronik kumulatif
Kpntak berulang dengan iritan lemah. Kelainan baru terlihat nyata setelah
kontak berlangsung beberapa minggu, bulan atau tahun.
• Reaksi iritan
Dermatitis kontak iritan subklinis. Kelainan bersifat monomorf dapat berupa skuama, eritema,
vesikel, pustul dan erosi. Dapat sembuh sendiri atau berlanjut menjadi DKI kumulatif
• DKI traumatik
Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas atau laserasi
• DKI non eritematosa
Subklinis DKI. Terjadi perubahan fungsi sawar tanpa disertai kelainan klinis.
• DKI subyektif
DKI sensori. Kelainan kulit tidak terlihat tapi pasien merasa seperti pedih atau panas
PATOGENESIS
• Kerusakan membran sel kulit secara kimiawi dan fisis
• Mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat, diasilgliserida,
platelet activating factor dan inositida
• Asam arakidonat diubah menjadi leukotrien dan prostaglandin
• Menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, kemoatraktan
untuk limfosit dan neutrofil, aktivasi sel mas untuk melepaskan histamin
• Inflamasi dan kelainan eritema, edema, panas, nyeri
DIAGNOSIS
• Didasarkan anamnesi dan gambaran klinis.
• DKI akut terjadi lebih cepat
• DKI kronis terjadi lebih lambat dan mempunyai variasi gambaran
klinis yang luas.
TATA LAKSANA
• Menghindari pajanan bahan iritan yang menjadi penyebab.
• Pemberian pelembab untuk memperbaiki sawar kulit
• Peradangan >>> kortikosteroid topikal
• Alat pelindung diri
Penatalaksanaan
1. Keluhan dapat diatasi dengan pemberian farmakoterapi, berupa:
a) Topikal (2 kali sehari)
-Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
-Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0,025%).
-Pada kasus DKI kumulatif dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau
mometason furoat krim 0,1%).
-Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik
topikal.
b) Oral sistemik
-Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau
Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
DERMATITIS SEBOROIK
EPIDEMIOLOGI
• Umumnya diawali sejak usia pubertas dan memuncak pada umur 40
tahun
• Laki-laki > Perempuan
ETIOPATOGENESIS
• Sering ditemukan pada pasien HIV/Aids, transplantasi organ,
malignansi, pankreatitis alkoholik kronik, hepatitis C, pasien
parkinson, mendapatkan terapi levodopa dan gangguan paralisis saraf
• Peningkatan lapisan dan kualitas sebum
• Lingkungan yang mendukung terhadap Malassezia
• Peradangan kulit
DIAGNOSIS
• Berdasarkan morfologi khas lesi dengan skuama kuning berminyak di
area predileksi
• Kasus sulit diperlukan pemeriksaan histopatologi
Penatalaksanaan
1. Pasien diminta untuk memperhatikan faktor predisposisi terjadinya keluhan,
misalnya stres emosional dan kurang tidur. Diet juga disarankan untuk
mengkonsumsi makanan rendah lemak.
2. Farmakoterapi dilakukan dengan:
a. Topikal
Bayi:
• Pada lesi di kulit kepala bayi diberikan asam salisilat 3% dalam minyak kelapa atau
vehikulum yang larut air atau kompres minyak kelapa hangat 1 kali sehari selama
beberapa hari.
• Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau lotion selama beberapa hari.
• Selama pengobatan, rambut tetap dicuci.
Dewasa:
• Pada lesi di kulit kepala, diberikan shampo selenium sulfida 1,8 atau shampo ketokonazol 2%, zink
pirition (shampo anti ketombe), atau pemakaian preparat ter (liquor carbonis detergent) 2-5 %
dalam bentuk salep dengan frekuensi 2-3 kali seminggu selama 5-15 menit per hari.
• Pada lesi di badan diberikan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak
tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
• Pada kasus dengan manifestasi dengan inflamasi yang lebih berat diberikan kortikosteroid kuat
misalnya betametason valerat krim 0,1%.
• Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan pemberian ketokonazol krim 2%.
b. Oral sistemik
• Antihistamin sedatif yaitu: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 2 minggu, setirizin 1 x
10 mg per hari selama 2 minggu.
• Antihistamin non sedatif yaitu: loratadin 1x10 mgselama maksimal 2 minggu.
DERMATITIS STASIS
EPIDEMIOLOGI
• Umumnya di atas 50 tahun, kecuali pada kondisi insufisiensi vena
yang disebabkan trauma, tindakan pembedahan atau trombosis
• Perempuan > laki-laki
ETIOPATOGENESIS
• Berdasarkan teori selubung febrin bahwa endapan fibrin perikapiler sebagai penyebab dermatitis
• Peningkatan vena akibat insufisiensi vena
• Peningkatan tekanan hidrostatis
• Permeabilitas pembuluh darah kapiler dalam dermis meningkat
• Ekstravasasi makromolekul termasuk fibrinogen
• Fibrinogen terpolimerasi dan terkumpul di sekitar pembuluh darah dan menghasilkan selubung fibrin
perikapiler
• Menghalangi pasokan oksigen dan nutrisi ke dalam dermis
• Hipoksia dan kerusakan jaringan kulit
GAMBARAN KLINIS
• Tekanan vena meningkat >>> varises dan edema >>> lambat laun
berwarna merah kehitaman dan timbul purpura dan hemosiderosis
• Kelainan dimulai dari permukaan tungkai bawah bagian meleolus
medial atau lateral, kemudian secara bertahap akan meluas
• Selanjunya terjadi perubahan kulit berupa eritema, skuama, kadang
eksudasi dan gatal >>> lama-kelamaan kulit menjadi tebal dan fibrotik
meliputi 1/3 tungkai bawah seperti botol yang terbalik
(lipodermatosklerosis)
• Komplikasi dapat terjadi ulkus diatas maleolus atau infeksi sekunder
DIAGNOSIS
• Berdasarkan gambaran klinis
TATA LAKSANA
• Lesi basah dan mengeluarkan eksudat harus dikompres hingga kering
• Kortikosteroid postensi sedang >>> mengatasi inflamasidan
mengurangi keluhan gatal
• Infeksi sekunder >>> Antibiotik topikal atau sistemik
• Edema >>> tungkai dinaikkan waktu tidur dan waktu duduk

More Related Content

Similar to DERMATITIS

Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptxSwamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptxklinikmora
 
ppt DKA muffakir.pptx
ppt DKA muffakir.pptxppt DKA muffakir.pptx
ppt DKA muffakir.pptxSuciMayvera1
 
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan DermatitisKonsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan DermatitisVerar Oka
 
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARIDERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARIChloe678262
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
 
CC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxCC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxAgungBudiLaksono7
 
CRS DERMATITIS NUMULARIS 2023.pptx
CRS DERMATITIS NUMULARIS 2023.pptxCRS DERMATITIS NUMULARIS 2023.pptx
CRS DERMATITIS NUMULARIS 2023.pptxzulafifayuda1
 
Ilmu Penyakit - Dermatitis
Ilmu Penyakit - DermatitisIlmu Penyakit - Dermatitis
Ilmu Penyakit - DermatitisEncepal Cere
 
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMIPANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMIRindang Abas
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Teye Onti
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Teye Onti
 

Similar to DERMATITIS (20)

Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
 
Dermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikariaDermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikaria
 
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptxSwamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
ppt DKA muffakir.pptx
ppt DKA muffakir.pptxppt DKA muffakir.pptx
ppt DKA muffakir.pptx
 
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan DermatitisKonsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
 
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARIDERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
 
Lp eritroderma
Lp eritrodermaLp eritroderma
Lp eritroderma
 
Yataba infeksi jamur
Yataba infeksi jamurYataba infeksi jamur
Yataba infeksi jamur
 
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
 
kulit ss
kulit sskulit ss
kulit ss
 
CC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxCC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptx
 
CRS DERMATITIS NUMULARIS 2023.pptx
CRS DERMATITIS NUMULARIS 2023.pptxCRS DERMATITIS NUMULARIS 2023.pptx
CRS DERMATITIS NUMULARIS 2023.pptx
 
Ilmu Penyakit - Dermatitis
Ilmu Penyakit - DermatitisIlmu Penyakit - Dermatitis
Ilmu Penyakit - Dermatitis
 
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMIPANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
 
Kk
KkKk
Kk
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 

Recently uploaded

Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptab368
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfBekti5
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 

Recently uploaded (12)

Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 

DERMATITIS

  • 2.
  • 3.
  • 5. DEFINISI • Peradangan kuit kronis ditandai dengan lesi berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi papulovesikel yang biasanya mudah pecah sehingga membasah.
  • 6. EPIDEMIOLOGI • Dewasa • Laki-laki > Perempuan • Puncak awitan 50-65 tahun (perempuan memiliki 2 puncak awitan yaitu usia 15-25 tahun) • Jarang ditemukan pada bayi dan anak
  • 7.
  • 8. GEJALA KLINIS 1. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3 – 1 cm), berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan berbatas tegas. 2. Tanda eksudasi karena vesikel mudah pecah, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan. 3. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi. Tempat predileksi terutama di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk punggung tangan.
  • 9.
  • 10.
  • 11.
  • 14.
  • 15. TATA LAKSANA 1. Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di organ lain. 2. Farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu: Topikal (2 kali sehari) • Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000, menggunakan 3 lapis kasa bersih, selama masing-masing 15-20 menit/kali kompres (untuk lesi madidans/basah) sampai lesi mengering. • Kemudian terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu. • Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%). • Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
  • 16. Oral sistemik • Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu. • Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu. Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik topikal atau antibiotik sistemik bila lesi luas.
  • 18. DEFINISI • Peradangan yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit yang didahului proses sensitisasi
  • 19. ETIOLOGI • Bahan kimia sederhana dengan berat molekul rendah (< 1000 dalton), disebut sebagai hapten, lipofilik, sangat reaktif dan dapat menembus stratum korneum
  • 20. PATOGENESIS • Reaksi imunologik tipe IV • Melalui fase sensitisasi (2-3 mgg) dan fase elitasi (24-48 jam)
  • 21.
  • 22.
  • 23. GEJALA KLINIS • Gatal • Stadium akut : bercak eritamatosa berbatas tegas diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula >>> erosi dan eksudasi (basah) • Stadium kronis : kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin fisur berbatas tegas
  • 24.
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Uji tempel untuk mencari penyebab. Uji tempel dapat digunakan dengan alergen standar, alergen seri tertentu (misal seri kosmetik, seri sepatu, dll), serta alergen tambahan yang berasal dari bahan yang dicurigai (misalnya dari potongan sepatu, bahan dari pabrik tempat bekerja). 2. Pada DKA kosmetika, apabila tes tempel meragukan/negatif dapat dilanjutkan dengan tes pakai (use test), tes pakai berulang (repeated open application test- ROAT)
  • 29. TATA LAKSANA 1. Keluhan diberikan farmakoterapi berupa: a. Topikal (2 kali sehari) • Pelembab krim hidrofilik urea 10%. • Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan Fluosinolon asetonid krim 0,025%). • Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%). • Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal. b. Oral sistemik • Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau • Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
  • 30. 2. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari bahan- bahan yang bersifat alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan fisis, memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak alergen saat bekerja.
  • 32. DEFINISI • Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan likenifikasi menyerupai batang kayu akibat garukan atau gosokan yang berulang karena rangsangan pruritogenik.
  • 33. EPIDEMIOLOGI • Terjadi pada usia dewasa-manula, puncak insiden pada usia antara 30-50 tahun. • Perempuan > pria
  • 34. ETIOPATOGENESIS • Pruritus karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya GGK, obstruksi saluran empedu, limfoma hodgkin, hipertiroid, penyakit kulit, gigitan serangga dan aspek psikologis.
  • 35.
  • 36. GEJALA KLINIS • Penderita mengeluh gatal sekali. • Lesi biasanya tunggal • Berawal berupa plak erimatosa, sedikit edema, lambat laun jadi edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas kulit normal tidak jelas
  • 37.
  • 38.
  • 40. TATA LAKSANA 1. Pasien disarankan agar tidak terus menerus menggaruk lesi saat gatal. 2. Prinsip pengobatan yaitu mengupayakan agar penderita tidak terus menggaruk karena gatal, dengan pemberian: a) Antipruritus: antihistamin dengan efek sedatif, seperti hidroksizin 10-50 mg setiap 4 jam, difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam (maksimal 300 mg/hari), atau klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg setiap 4-6 jam (maksimal 24 mg/hari). b) Glukokortikoid topikal, antara lain: betametason dipropionat salep/krim 0,05% 1-3 kali sehari, metilprednisolon aseponat salep/krim 0,1% 1-2 kali sehari, atau mometason furoat salep/krim 0,1% 1 kali sehari. Glukokortikoid dapat dikombinasi dengan tar untuk efek antiinflamasi.
  • 42. DEFINISI • Dermatitis endogen akut atau kronis pada tangan dan kaki dengan karakteristik klinis berupa vesikel kecil sampai besar dan gambaran histologis vesikel spongiotik.
  • 43. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS • Disfungsi kelenjar keringat >>> teori lama • Atopi, kontak alergi, stres dan udara panas >>> faktor eksaserbasi
  • 44.
  • 45.
  • 46.
  • 47. TATA LAKSANA Non-medikamentosa • Cairan di dalam lepuh yang besar harus dikeluarkan tanpa dipecah Medikamentosa • Glukortikoid topikal potensi kuat • Kompres dengan kalium permanganas 1/10.000 atau solusio Burrowi (Akut) • Terapi tambahan dengan glukortikoid intralesi atau retinoid, keratolitik konsentrasi tinggi atau preparat tar (Eksema tipe keratotik) • Kortikosteroid oral, UVB, PUVA, UVA-1, metotreksat dosis rendah, mycophenolate mofetil dan siklosporin (kasus berat)
  • 49.
  • 50. EPIDEMIOLOGI • Di negara berkembang, 10-20% anak menderita dermatits atopi dan 60% diantaranya menetap sampai dewasa.
  • 52. u
  • 53. GEJALA KLINIS • Fase Infantil Gambaran klinis mirip dermatitis akut yaitu eksudatif, erosi dan ekskoriasi • Fase anak dan remaja-dewasa Lesi cenderung menjadi kronis disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi, erosi, ekskoriasi, krusta dan skuama
  • 54.
  • 55.
  • 56.
  • 57.
  • 58.
  • 59.
  • 60.
  • 61. DIAGNOSIS KRITERIA WILLIAM 1. Harus ada : Rasa gatal (pada anak-anak dengan bekas garukan). 2. Ditambah 3 atau lebih: • Riwayat perubahan kulit/kering di fosa kubiti, fosa poplitea, bagian dorsum pedis atau seputar leher(termasuk pipi pada anak di bawah 10 tahun). • Anamnesis ada riwayat atopi seperti asma atau hay fever pada anak (ada riwayat penyakit atopi pada anak-anak). • Riwayat Kulit kering secara menyeluruh pada tahun terakhir. • Dermatitis fleksural (termasuk pipi, kening, badan luar pada anak <4 tahun). • Mulai terkena pada usia dibawah 2 tahun (tidak digunakan pada anak <4 tahun).
  • 62.
  • 63. PEMERIKSAAN PENUNJANG • Kultur Bakteri >>> S. Aureur • Kultur Virus >>> HSV • Lab darah >>> Ig E • Dermatopatologi
  • 65.
  • 66. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu: a. Menemukan faktor risiko. b. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian seperti wol atau bahan sintetik. c. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab. d. Menjaga kebersihan bahan pakaian. e. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan. f. Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari kontak klorin yang terlalu lama. g. Menghindari stress psikis. h. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor. i. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil. j. Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena menginduksi resistensi.
  • 67. 2. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan: a. Topikal (2 kali sehari) • Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonidkrim 0,025%) selama maksimal 2 minggu. • Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%. • Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas. b. Oral sistemik • Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu. • Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
  • 69.
  • 70. KLASIFIKASI • DKI Akut Disebabkan iritan kuat. Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar. Terlihat eritema, edema, bula dan mungkin nekrosis. Berbatas tegas dan umumnya asimetris. • DKI akut lambat Gejala DKI akut. Baru terjadi 8-24 jam setelah berkontak. Terlihat eritema kemudian terjadi vesikel dan bahkan nekrosis. • DKI kronik kumulatif Kpntak berulang dengan iritan lemah. Kelainan baru terlihat nyata setelah kontak berlangsung beberapa minggu, bulan atau tahun.
  • 71. • Reaksi iritan Dermatitis kontak iritan subklinis. Kelainan bersifat monomorf dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul dan erosi. Dapat sembuh sendiri atau berlanjut menjadi DKI kumulatif • DKI traumatik Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas atau laserasi • DKI non eritematosa Subklinis DKI. Terjadi perubahan fungsi sawar tanpa disertai kelainan klinis. • DKI subyektif DKI sensori. Kelainan kulit tidak terlihat tapi pasien merasa seperti pedih atau panas
  • 72. PATOGENESIS • Kerusakan membran sel kulit secara kimiawi dan fisis • Mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat, diasilgliserida, platelet activating factor dan inositida • Asam arakidonat diubah menjadi leukotrien dan prostaglandin • Menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, kemoatraktan untuk limfosit dan neutrofil, aktivasi sel mas untuk melepaskan histamin • Inflamasi dan kelainan eritema, edema, panas, nyeri
  • 73.
  • 74.
  • 75.
  • 76.
  • 77.
  • 78.
  • 79. DIAGNOSIS • Didasarkan anamnesi dan gambaran klinis. • DKI akut terjadi lebih cepat • DKI kronis terjadi lebih lambat dan mempunyai variasi gambaran klinis yang luas.
  • 80. TATA LAKSANA • Menghindari pajanan bahan iritan yang menjadi penyebab. • Pemberian pelembab untuk memperbaiki sawar kulit • Peradangan >>> kortikosteroid topikal • Alat pelindung diri
  • 81. Penatalaksanaan 1. Keluhan dapat diatasi dengan pemberian farmakoterapi, berupa: a) Topikal (2 kali sehari) -Pelembab krim hidrofilik urea 10%. -Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%). -Pada kasus DKI kumulatif dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%). -Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal. b) Oral sistemik -Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
  • 83.
  • 84. EPIDEMIOLOGI • Umumnya diawali sejak usia pubertas dan memuncak pada umur 40 tahun • Laki-laki > Perempuan
  • 85. ETIOPATOGENESIS • Sering ditemukan pada pasien HIV/Aids, transplantasi organ, malignansi, pankreatitis alkoholik kronik, hepatitis C, pasien parkinson, mendapatkan terapi levodopa dan gangguan paralisis saraf • Peningkatan lapisan dan kualitas sebum • Lingkungan yang mendukung terhadap Malassezia • Peradangan kulit
  • 86.
  • 87.
  • 88.
  • 89.
  • 90. DIAGNOSIS • Berdasarkan morfologi khas lesi dengan skuama kuning berminyak di area predileksi • Kasus sulit diperlukan pemeriksaan histopatologi
  • 91. Penatalaksanaan 1. Pasien diminta untuk memperhatikan faktor predisposisi terjadinya keluhan, misalnya stres emosional dan kurang tidur. Diet juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak. 2. Farmakoterapi dilakukan dengan: a. Topikal Bayi: • Pada lesi di kulit kepala bayi diberikan asam salisilat 3% dalam minyak kelapa atau vehikulum yang larut air atau kompres minyak kelapa hangat 1 kali sehari selama beberapa hari. • Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau lotion selama beberapa hari. • Selama pengobatan, rambut tetap dicuci.
  • 92. Dewasa: • Pada lesi di kulit kepala, diberikan shampo selenium sulfida 1,8 atau shampo ketokonazol 2%, zink pirition (shampo anti ketombe), atau pemakaian preparat ter (liquor carbonis detergent) 2-5 % dalam bentuk salep dengan frekuensi 2-3 kali seminggu selama 5-15 menit per hari. • Pada lesi di badan diberikan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu. • Pada kasus dengan manifestasi dengan inflamasi yang lebih berat diberikan kortikosteroid kuat misalnya betametason valerat krim 0,1%. • Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan pemberian ketokonazol krim 2%. b. Oral sistemik • Antihistamin sedatif yaitu: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 2 minggu, setirizin 1 x 10 mg per hari selama 2 minggu. • Antihistamin non sedatif yaitu: loratadin 1x10 mgselama maksimal 2 minggu.
  • 94.
  • 95. EPIDEMIOLOGI • Umumnya di atas 50 tahun, kecuali pada kondisi insufisiensi vena yang disebabkan trauma, tindakan pembedahan atau trombosis • Perempuan > laki-laki
  • 96. ETIOPATOGENESIS • Berdasarkan teori selubung febrin bahwa endapan fibrin perikapiler sebagai penyebab dermatitis • Peningkatan vena akibat insufisiensi vena • Peningkatan tekanan hidrostatis • Permeabilitas pembuluh darah kapiler dalam dermis meningkat • Ekstravasasi makromolekul termasuk fibrinogen • Fibrinogen terpolimerasi dan terkumpul di sekitar pembuluh darah dan menghasilkan selubung fibrin perikapiler • Menghalangi pasokan oksigen dan nutrisi ke dalam dermis • Hipoksia dan kerusakan jaringan kulit
  • 97.
  • 98.
  • 99. GAMBARAN KLINIS • Tekanan vena meningkat >>> varises dan edema >>> lambat laun berwarna merah kehitaman dan timbul purpura dan hemosiderosis • Kelainan dimulai dari permukaan tungkai bawah bagian meleolus medial atau lateral, kemudian secara bertahap akan meluas • Selanjunya terjadi perubahan kulit berupa eritema, skuama, kadang eksudasi dan gatal >>> lama-kelamaan kulit menjadi tebal dan fibrotik meliputi 1/3 tungkai bawah seperti botol yang terbalik (lipodermatosklerosis) • Komplikasi dapat terjadi ulkus diatas maleolus atau infeksi sekunder
  • 100.
  • 101.
  • 102.
  • 104. TATA LAKSANA • Lesi basah dan mengeluarkan eksudat harus dikompres hingga kering • Kortikosteroid postensi sedang >>> mengatasi inflamasidan mengurangi keluhan gatal • Infeksi sekunder >>> Antibiotik topikal atau sistemik • Edema >>> tungkai dinaikkan waktu tidur dan waktu duduk

Editor's Notes

  1. TSLP (thymic stromal lymphopoietin) : teraktivasi proinflamasi dan sitokin yang menyebabkan atopic dermatitis
  2. {A) Childhood atopic darmatitis One of the hallmarks of atopic dermatitis is lichenification in the flexural regions as shown in this picture. Note the thickening of the skin with exaggerated skin lines and erosions. (8) Atopic dermatitis In African-American child. Pruritic follicular papules on posterior leg. Follicular eczema pattem is more common in African and Asian children.
  3. (A) Childhood atopic dermatitis This is a generalized eruption consisting of confluent, inflammatory papules that are erosive, excoriated, and crusted. (I) Adult atopic dlrrnatltls Generalized eruptfon of follicular papules that are more heavlly pigmented than normal skin In a 53-year-old woman of African extraction. There is extensive lichenification.
  4. (A) Childhood atopic dermatitis This is a generalized eruption consisting of confluent, inflammatory papules that are erosive, excoriated, and crusted. (I) Adult atopic dlrrnatltls Generalized eruptfon of follicular papules that are more heavlly pigmented than normal skin In a 53-year-old woman of African extraction. There is extensive lichenification.
  5. Adultatopkdermlltlds Lichenification may also affect1he face and neck as in this 32-year-old woman. Skin is exceedingly thickened and 1here is temporal alopecia and loss of lateral eyebrows caused by rubbing. Note typical infraorbital fold (Dennie Morgan sign).
  6. Seborrheic dermatitis of face: adult type Erythema and yellow-orange scaling of the forehead, cheeks, and nasolabial folds. Scalp and retroauricular areas were also involved.
  7. Seborrheic dermatitis: infantile t.yptt Erythema scales and crusting in the diaper region of an infant. This is difficult to distinguish in the diaper region from psoriasis and C/Jndida has to be ruled out by KOH.