SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
EMBOLI PARU
Oleh :
FITRIAH RAHMADANI, S.Ked
(K1A1 13 019)
PEMBIMBING
dr.Albertus Varera, sp.Rad
BAGIAN RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
REFARAT
EMBOLI
Emboli paru (EP) merupakan kondisi akibat tersumbatnya arteri
paru, biasanya berasal dari trombus yang terlepas dari sistem
vena dalam ekstremitas bawah. Setelah sampai di paru,
trombus yang besar tersangkut di bifurkasio arteri pulmonalis
atau bronkus lobaris dan menimbulkan gangguan
hemodinamik.
INSIDENSI & EPIDEMIOLOGI
Emboli paru merupakan masalah besar kesehatan dunia, dengan
angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi mencapai 30%
jika tidak diobati
Faktor predisposisi terjadinya emboli paru adalah laki-laki, usia
lanjut, immobilisasi, trauma, fraktur tulang panjang, kehamilan,
kontrasepsi oral, obesitas, congestive heart failure dan keganasan.
ANATOMI & FISIOLOGI
1. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
2. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis
internus
PATOFISIOLOGI
Rudolf Virchow menjelaskan ada tiga faktor predisposisi terjadinya trombosis vena yaitu
STASIS
TRAUMA DINDING
PEMBULUH DARAH
HIPERKOAGUBILITI
Stasis (perlambatan) aliran
darah vena, diakibatkan oleh
tekanan lokal, obstruksi vena
atau imobilisasi lama setelah
fraktur atau pembedahan
Hiperkoagubiliti berperan
penting dalam pembentukan
trombus di vena tungkai, yang
meluas ke proksimal dengan
membentuk bekuan darah
yang banyak. Suatu thrombus
dari vena dalam yang berasal
dari tungkai, pelvis atau lengan
dapat terlepas dan menyumbat
arteri pulmonalis.
Obstruksi arteri pulmonalis
dan pelepasan platelet dari
zat vasoaktif seperti serotonin,
meningkatkan resistensi
vaskular pulmonal. Akibatnya
dead space alveolar
meningkat dan redistribusi
aliran darah mengganggu
pertukaran gas
DIAGNOSIS
Penderita dengan kecurigaan Emboli
paru setelah dilakukan penilaian faktor
risiko dan tes probabilitas harus
dilakukan pemeriksaan fisik. Temuan
pemeriksaan fisik dapat bervariasi,
seperti takipnea, takikardi, hipoksia,
demam, sianosis, dan peningkatan JVP
ANALISA GAS DARAH
Pemeriksaan D-dimer
Marker jantung
Elektrokardiografi (EKG)
Radiologi
X-RAY
Foto rontgen dada posisi PA dan lateral penting
dalam mengevaluasi penderita Emboli paru. Tidak
ada gambaran yang khas untuk Emboli paru.
Abnormalitas yang ditemukan antara lain :
1. Atelectasis lempeng (68%)
2. Efusi pleura (48%)
3. Hampton hum (35% -opasitas menyerupai efusi menunjukkan adanya infark parenkim distal
dari trombus)
4. Peningkatan hemidiafragma (24%)
5. Fleischner’s sign (15% - arteri pulmonalis sentral yang menonjol)
6. Westermark’s sign (7% - oligemia perifer)
7. Kardiomegali (7%)
8. Edema paru (5%)
Abnormalitas foto rontgen yang lain jarang ditemukan pada Emboli paru.
Oklusi pada lobus terbesar atau
artery segmental, juga oklusi
pada pembuluh darah besar,
tidak sensitif untuk melihat
emboli paru yang berukuran kecil
Ekhokardiografi
Ekhokardiograi transtorakal atau transesofagus
tidak diindikasikan untuk mendiagnosis Emboli
paru akut. Ekhokardiografi penting untuk menilai
disfungsi Ventrikel kanan pada penderita Emboli
paru, karena terkait prognosis dan mortalitas
pada Emboli paru serta terjadinya tromboemboli
dikemudian hari.
Adanya dilatasi Ventrikel kanan lebih tampak
pada emboli di arteri pulmonalis utama
dibandingkan pada segmen atau subsegmen.
CT Angiografi paru (CTPA)
CTPA kadang menunjukkan patologi selain Emboli paru yang terkait dengan
gejala pasien.
CTPA memiliki peran yang signifikan dalam mendiagnosis Emboli paru sejak studi
klinis besar yang pertama pada tahun 1992
Angiografi paru merupakan standar baku emas untuk mendiagnosis Emboli paru.
Hasil CTPA positif pada penderita kecurigaan tinggi atau sedang maka nilai
prediksi positifnya juga tinggi. Bila CTPA negatif pada kecurigaan klinis rendah
maka diagnosis Emboli paru dapat disingkirkan
Hasil studi menunjukkan tidak ada efek yang merugikan pada pasien dengan
CTPA negatif yang kemudian tidak diobati.
CT Angiografi paru (CTPA)
Diagnosis Emboli paru bila didapatkan
adanya filling defect arteri pulmonalis
(sebagian atau total) minimal pada dua
gambar berurutan dan terletak di
tengah pembuluh darah atau memiliki
sudut yang tajam terhadap dinding
pembuluh darah
Lokasi Emboli dievaluasi pada tingkat arteri pulmonalis yang
terlibat dan lokasi lobar yang terkait. Lokasi Emboli
dikategorikan sebagai sentral (misalnya, arteri utama paru,
arteri paru-paru sentral, dan kedua arteri interlobar paru),
lobar, segmen, dan subsegmen.
Lokasi lobar Emboli paru
dievaluasi sesuai dengan
nomenklatur standar: lobus
kanan atas, lobus tengah kanan,
lobus kanan bawah, lobus kiri
atas, Lingula, dan lobus bawah
kiri.
CTPA penderita Emboli paru akut (A) tampak emboli di arteri pulmonalis utama kanan
dengan idek klot 50% (B) rasio RV/LV>2 mendukung adanya disfungsi Ventrikel kanan.
Penderita diberikan terapi trombolitik dan terdapat perbaikan (C) terjadi resolusi thrombus
dan (D) rasio RV/LV kembali normal (0,8).
CT angiografi paru
dengan adanya
emboli di sentral
arteri pulmonalis.
Skematik algoritma Emboli pada Arteri pulmonalis. Emboli arteri
pulmonalis segemental non-oklusi diberikan skor 1, sedangkan
arteri yang lebih proksimal diberikan skor yang lebih besar.
CT Angiografi paru tampak
cabang arteri pulmonalis dari
sentral, segmen dan subsegmen.
A
B
CT angiografi
yang
menggambarkan
(A) adanya
sumbatan
emboli, (B) pasca
trombolitik.
Diperkenalkan juga
Perfusion Blood
Volume (PBV) yang
merupakan CT dual
energy. Pencitraan
ini menilai perfusi
paru, bila terdapat
obstruksi karena
trombus maka
perfusi akan
terganggu sesuai
dengan derajat
obstruksi klot
Klasifikasi Skor Defek Perfusi paru. Hijau-Merah: perfusi normal, Biru-
Hijau dengan distribusi merata: defek perfusi ringan, Biru dengan
konfigurasi menyebar: defek perfusi sedang, biru-hitam: tanpa perfusi
Kateter angiografi selektif paru
Angiografi paru dengan kateter
jantung kanan dapat mengukur
tekanan arteri pulmonalis dan
jantung kanan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila
diagnosis Emboli paru dengan cara
non-invasif tidak dapat dilakukan
Kontras yang diberikan terbatas
pada arteri pulmonalis yang
dicurigai melalui pemeriksaan non-
invasif V/Q scan.
Karena Multi Detector CTPA merupakan pemeriksaan
standar untuk mendiagnosis Emboli paru, maka
pemeriksaan kateter Angiografi paru ini jarang
dilakukan kecuali bila ada indikasi trombektomi atau
trombolisis melalui kateter.
Tampak trombus pada distal arteri
pulmonalis kiri
MRI
Penggunaan MRI meningkatkan akurasi
diagnosis Emboli paru bila dikombinasikan
dengan angiografi dan perfusi paru.
Akurasi MRI sebanding dengan MDCT 16-
slice.
Temuan Emboli paru pada MRI adalah sama
dengan CT scan, namun dibagi menjadi
tanda vaskuler dan tanda parenkim.
Tanda vaskuler Emboli paru berupa penurunan
diameter pembuluh darah, hilangnya kontras
dibawah pembuluh darah yang tersumbat
emboli.
Tanda parenkimal yang dapat ditemukan adalah
opasitas pleural-based, nodul perifer, opasitas
ireguler linier di perifer, gambaran mosaik.
MR perfusi memiliki sensitivitas yang
tinggi untuk mendiagnosis Emboli paru
dan pemeriksaan yang paling sering
digunakan bersama kombinasi dengan
MRI dan MRA.
MR Angiografi (A) emboli di sentral arteri pulmonalis (B)
emboli di lobus bawah paru.
A B
USG
Karena adanya keterkaitan antara TVD
dengan Emboli paru, maka Ultrasonografi
vena ekstrimitas bisa diindikasikan bila
dicurigai. Yang dipakai adalah USG Doppler
dupleks dengan kompresi tungkai atau
continous-wave Doppler. Adanya TVD bukan
pasti menunjukkan adanya Emboli paru,
namun dapat meningkatkan kecurigaan
Emboli paru. Hasil USG yang normal juga
tidak menyingkirkan keberadaan Emboli paru,
namun menurunkan kecurigaan Emboli paru.
PROGNOSIS
Penderita dengan severitas tinggi perlu penanganan
segera, penderita dengan severitas sedang perlu rawat
inap dan tatalaksana sesuai severitasnya. Sedangkan
penderita dengan severitas rendah menjadi pertimbangan
segera pulang dan terapi rawat jalan.
PPT_EMBOLI_PARU.pptx

More Related Content

What's hot

Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
Listiana Dewi
 

What's hot (20)

Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Metabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubinMetabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubin
 
Copd
CopdCopd
Copd
 
Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 
Skenario Pucat
Skenario PucatSkenario Pucat
Skenario Pucat
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
269212408 intususepsi
269212408 intususepsi269212408 intususepsi
269212408 intususepsi
 
Pengaturan pernafasan ok
Pengaturan pernafasan ok Pengaturan pernafasan ok
Pengaturan pernafasan ok
 
Preskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotikPreskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotik
 
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd band
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Gagal Jantung Akut - Tinjauan Pustaka
Gagal Jantung Akut - Tinjauan PustakaGagal Jantung Akut - Tinjauan Pustaka
Gagal Jantung Akut - Tinjauan Pustaka
 
Retensi urine
Retensi urineRetensi urine
Retensi urine
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 
3. laring
3. laring3. laring
3. laring
 

Similar to PPT_EMBOLI_PARU.pptx (20)

Corpulmonale
CorpulmonaleCorpulmonale
Corpulmonale
 
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdfpneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
 
SLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
SLIDE lapkas Sindrom Down.pptSLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
SLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
 
Imaging of pediatric thoracic trauma
Imaging of pediatric thoracic traumaImaging of pediatric thoracic trauma
Imaging of pediatric thoracic trauma
 
Pulmonari embolism
Pulmonari embolismPulmonari embolism
Pulmonari embolism
 
PPT PJB Rizki.pptx
PPT PJB Rizki.pptxPPT PJB Rizki.pptx
PPT PJB Rizki.pptx
 
92221596 foto-thorax
92221596 foto-thorax92221596 foto-thorax
92221596 foto-thorax
 
Manajemen Acute Lung Edema in Critical.pptx
Manajemen Acute Lung Edema in Critical.pptxManajemen Acute Lung Edema in Critical.pptx
Manajemen Acute Lung Edema in Critical.pptx
 
Bu ririn
Bu ririnBu ririn
Bu ririn
 
Jurding Diffuse Pulmonary Hemorrhage.pptx
Jurding Diffuse Pulmonary Hemorrhage.pptxJurding Diffuse Pulmonary Hemorrhage.pptx
Jurding Diffuse Pulmonary Hemorrhage.pptx
 
Embolisme paru
Embolisme paruEmbolisme paru
Embolisme paru
 
Hematothorax
HematothoraxHematothorax
Hematothorax
 
NSCLC isna.pptx
NSCLC isna.pptxNSCLC isna.pptx
NSCLC isna.pptx
 
Komplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleuraKomplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleura
 
Cancer paru
Cancer paruCancer paru
Cancer paru
 
PPT JURDING.pptx
PPT JURDING.pptxPPT JURDING.pptx
PPT JURDING.pptx
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
Indry toraks AKPER PEMKAB MUNA
Indry toraks AKPER PEMKAB MUNAIndry toraks AKPER PEMKAB MUNA
Indry toraks AKPER PEMKAB MUNA
 
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.pptReferat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
 
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumorGangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
 

More from ssuser7c01e3 (9)

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
10_PRINSIP_DASAR_DAN_KONSEP_SURVEILENS_EPIDEMIOLOGI.ppt
10_PRINSIP_DASAR_DAN_KONSEP_SURVEILENS_EPIDEMIOLOGI.ppt10_PRINSIP_DASAR_DAN_KONSEP_SURVEILENS_EPIDEMIOLOGI.ppt
10_PRINSIP_DASAR_DAN_KONSEP_SURVEILENS_EPIDEMIOLOGI.ppt
 
metodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdfmetodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdf
 
metodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdfmetodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdf
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF.pdf
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF.pdfMETODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF.pdf
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF.pdf
 
MODUL TEKHNIK SAMPLING.pdf
MODUL TEKHNIK SAMPLING.pdfMODUL TEKHNIK SAMPLING.pdf
MODUL TEKHNIK SAMPLING.pdf
 
Teknik Sampling baru.pptx
Teknik Sampling baru.pptxTeknik Sampling baru.pptx
Teknik Sampling baru.pptx
 
ALAT_UKUR_-_Quesioner.pptx
ALAT_UKUR_-_Quesioner.pptxALAT_UKUR_-_Quesioner.pptx
ALAT_UKUR_-_Quesioner.pptx
 

Recently uploaded

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 

Recently uploaded (20)

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 

PPT_EMBOLI_PARU.pptx

  • 1. EMBOLI PARU Oleh : FITRIAH RAHMADANI, S.Ked (K1A1 13 019) PEMBIMBING dr.Albertus Varera, sp.Rad BAGIAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN BAHTERAMAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018 REFARAT
  • 2. EMBOLI Emboli paru (EP) merupakan kondisi akibat tersumbatnya arteri paru, biasanya berasal dari trombus yang terlepas dari sistem vena dalam ekstremitas bawah. Setelah sampai di paru, trombus yang besar tersangkut di bifurkasio arteri pulmonalis atau bronkus lobaris dan menimbulkan gangguan hemodinamik.
  • 3. INSIDENSI & EPIDEMIOLOGI Emboli paru merupakan masalah besar kesehatan dunia, dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi mencapai 30% jika tidak diobati Faktor predisposisi terjadinya emboli paru adalah laki-laki, usia lanjut, immobilisasi, trauma, fraktur tulang panjang, kehamilan, kontrasepsi oral, obesitas, congestive heart failure dan keganasan.
  • 4. ANATOMI & FISIOLOGI 1. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna, sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma. 2. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus
  • 5. PATOFISIOLOGI Rudolf Virchow menjelaskan ada tiga faktor predisposisi terjadinya trombosis vena yaitu STASIS TRAUMA DINDING PEMBULUH DARAH HIPERKOAGUBILITI Stasis (perlambatan) aliran darah vena, diakibatkan oleh tekanan lokal, obstruksi vena atau imobilisasi lama setelah fraktur atau pembedahan Hiperkoagubiliti berperan penting dalam pembentukan trombus di vena tungkai, yang meluas ke proksimal dengan membentuk bekuan darah yang banyak. Suatu thrombus dari vena dalam yang berasal dari tungkai, pelvis atau lengan dapat terlepas dan menyumbat arteri pulmonalis. Obstruksi arteri pulmonalis dan pelepasan platelet dari zat vasoaktif seperti serotonin, meningkatkan resistensi vaskular pulmonal. Akibatnya dead space alveolar meningkat dan redistribusi aliran darah mengganggu pertukaran gas
  • 6. DIAGNOSIS Penderita dengan kecurigaan Emboli paru setelah dilakukan penilaian faktor risiko dan tes probabilitas harus dilakukan pemeriksaan fisik. Temuan pemeriksaan fisik dapat bervariasi, seperti takipnea, takikardi, hipoksia, demam, sianosis, dan peningkatan JVP ANALISA GAS DARAH Pemeriksaan D-dimer Marker jantung Elektrokardiografi (EKG) Radiologi
  • 7. X-RAY Foto rontgen dada posisi PA dan lateral penting dalam mengevaluasi penderita Emboli paru. Tidak ada gambaran yang khas untuk Emboli paru. Abnormalitas yang ditemukan antara lain : 1. Atelectasis lempeng (68%) 2. Efusi pleura (48%) 3. Hampton hum (35% -opasitas menyerupai efusi menunjukkan adanya infark parenkim distal dari trombus) 4. Peningkatan hemidiafragma (24%) 5. Fleischner’s sign (15% - arteri pulmonalis sentral yang menonjol) 6. Westermark’s sign (7% - oligemia perifer) 7. Kardiomegali (7%) 8. Edema paru (5%) Abnormalitas foto rontgen yang lain jarang ditemukan pada Emboli paru.
  • 8. Oklusi pada lobus terbesar atau artery segmental, juga oklusi pada pembuluh darah besar, tidak sensitif untuk melihat emboli paru yang berukuran kecil
  • 9. Ekhokardiografi Ekhokardiograi transtorakal atau transesofagus tidak diindikasikan untuk mendiagnosis Emboli paru akut. Ekhokardiografi penting untuk menilai disfungsi Ventrikel kanan pada penderita Emboli paru, karena terkait prognosis dan mortalitas pada Emboli paru serta terjadinya tromboemboli dikemudian hari. Adanya dilatasi Ventrikel kanan lebih tampak pada emboli di arteri pulmonalis utama dibandingkan pada segmen atau subsegmen.
  • 10. CT Angiografi paru (CTPA) CTPA kadang menunjukkan patologi selain Emboli paru yang terkait dengan gejala pasien. CTPA memiliki peran yang signifikan dalam mendiagnosis Emboli paru sejak studi klinis besar yang pertama pada tahun 1992 Angiografi paru merupakan standar baku emas untuk mendiagnosis Emboli paru. Hasil CTPA positif pada penderita kecurigaan tinggi atau sedang maka nilai prediksi positifnya juga tinggi. Bila CTPA negatif pada kecurigaan klinis rendah maka diagnosis Emboli paru dapat disingkirkan Hasil studi menunjukkan tidak ada efek yang merugikan pada pasien dengan CTPA negatif yang kemudian tidak diobati.
  • 11. CT Angiografi paru (CTPA) Diagnosis Emboli paru bila didapatkan adanya filling defect arteri pulmonalis (sebagian atau total) minimal pada dua gambar berurutan dan terletak di tengah pembuluh darah atau memiliki sudut yang tajam terhadap dinding pembuluh darah Lokasi Emboli dievaluasi pada tingkat arteri pulmonalis yang terlibat dan lokasi lobar yang terkait. Lokasi Emboli dikategorikan sebagai sentral (misalnya, arteri utama paru, arteri paru-paru sentral, dan kedua arteri interlobar paru), lobar, segmen, dan subsegmen. Lokasi lobar Emboli paru dievaluasi sesuai dengan nomenklatur standar: lobus kanan atas, lobus tengah kanan, lobus kanan bawah, lobus kiri atas, Lingula, dan lobus bawah kiri.
  • 12. CTPA penderita Emboli paru akut (A) tampak emboli di arteri pulmonalis utama kanan dengan idek klot 50% (B) rasio RV/LV>2 mendukung adanya disfungsi Ventrikel kanan. Penderita diberikan terapi trombolitik dan terdapat perbaikan (C) terjadi resolusi thrombus dan (D) rasio RV/LV kembali normal (0,8).
  • 13. CT angiografi paru dengan adanya emboli di sentral arteri pulmonalis.
  • 14. Skematik algoritma Emboli pada Arteri pulmonalis. Emboli arteri pulmonalis segemental non-oklusi diberikan skor 1, sedangkan arteri yang lebih proksimal diberikan skor yang lebih besar.
  • 15. CT Angiografi paru tampak cabang arteri pulmonalis dari sentral, segmen dan subsegmen. A B CT angiografi yang menggambarkan (A) adanya sumbatan emboli, (B) pasca trombolitik.
  • 16. Diperkenalkan juga Perfusion Blood Volume (PBV) yang merupakan CT dual energy. Pencitraan ini menilai perfusi paru, bila terdapat obstruksi karena trombus maka perfusi akan terganggu sesuai dengan derajat obstruksi klot Klasifikasi Skor Defek Perfusi paru. Hijau-Merah: perfusi normal, Biru- Hijau dengan distribusi merata: defek perfusi ringan, Biru dengan konfigurasi menyebar: defek perfusi sedang, biru-hitam: tanpa perfusi
  • 17. Kateter angiografi selektif paru Angiografi paru dengan kateter jantung kanan dapat mengukur tekanan arteri pulmonalis dan jantung kanan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila diagnosis Emboli paru dengan cara non-invasif tidak dapat dilakukan Kontras yang diberikan terbatas pada arteri pulmonalis yang dicurigai melalui pemeriksaan non- invasif V/Q scan. Karena Multi Detector CTPA merupakan pemeriksaan standar untuk mendiagnosis Emboli paru, maka pemeriksaan kateter Angiografi paru ini jarang dilakukan kecuali bila ada indikasi trombektomi atau trombolisis melalui kateter.
  • 18. Tampak trombus pada distal arteri pulmonalis kiri
  • 19. MRI Penggunaan MRI meningkatkan akurasi diagnosis Emboli paru bila dikombinasikan dengan angiografi dan perfusi paru. Akurasi MRI sebanding dengan MDCT 16- slice. Temuan Emboli paru pada MRI adalah sama dengan CT scan, namun dibagi menjadi tanda vaskuler dan tanda parenkim. Tanda vaskuler Emboli paru berupa penurunan diameter pembuluh darah, hilangnya kontras dibawah pembuluh darah yang tersumbat emboli. Tanda parenkimal yang dapat ditemukan adalah opasitas pleural-based, nodul perifer, opasitas ireguler linier di perifer, gambaran mosaik. MR perfusi memiliki sensitivitas yang tinggi untuk mendiagnosis Emboli paru dan pemeriksaan yang paling sering digunakan bersama kombinasi dengan MRI dan MRA.
  • 20. MR Angiografi (A) emboli di sentral arteri pulmonalis (B) emboli di lobus bawah paru. A B
  • 21. USG Karena adanya keterkaitan antara TVD dengan Emboli paru, maka Ultrasonografi vena ekstrimitas bisa diindikasikan bila dicurigai. Yang dipakai adalah USG Doppler dupleks dengan kompresi tungkai atau continous-wave Doppler. Adanya TVD bukan pasti menunjukkan adanya Emboli paru, namun dapat meningkatkan kecurigaan Emboli paru. Hasil USG yang normal juga tidak menyingkirkan keberadaan Emboli paru, namun menurunkan kecurigaan Emboli paru.
  • 22. PROGNOSIS Penderita dengan severitas tinggi perlu penanganan segera, penderita dengan severitas sedang perlu rawat inap dan tatalaksana sesuai severitasnya. Sedangkan penderita dengan severitas rendah menjadi pertimbangan segera pulang dan terapi rawat jalan.