SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Ririn Isma Sundari
DEFINISI
KLASIFIKASI
ETIOLOGI
TANDA DAN GEJALA
PATOFISIOLOGI
 Kanker : suatu pertumbuhan sel-sel abnormal
yang cenderung menginvasi jaringan di
sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat
jauh.
 Kanker paru : abnormalitas dari sel – sel
yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi, 2000).
 Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel
kanker yang tidak terkendali dalm jaringan
paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen, lingkungan, terutama asap
rokok.( Suryo, 2010)
Small Cell Lung Cancer (SCLC)
 Dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh
mucus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa
nucleoli. Disebut juga “oat cell carcinoma” karena
bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum, sel kecil ini
cenderung berkumpul sekeliling pembuluh darah halus
menyerupai psedoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak
sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang
terlepas menyebabkan warna gelap disekitar pembuluh
darah
Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
 Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik.
Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratisasi dan
pembentukan “bridge” intraseluler, studi sitologi
memperlihatkan perubahan yang nyata dari dysplasia
skuamosa ke karsinoma insitu. Terdiri atas : karsinoma
skuamosa, adeno karsinoma, karsinoma sel besar.
Terdapat 4 jenis umum kanker paru:
1. Karsinoma sel kecil
2. Karsinoma sel skuamosa
3. Adenokarsinoma sel besar.
4. Kanker sel besar tak terdiferensiasi
 Karsinoma sel kecil / karsinoma oat cell sekitar 25% dari
semua sel kanker paru, biasanya tumbuh dibagian tengah
paru. Bersifat sangat anaplastik, atau embrionik, sehingga
memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi. Metastasis
paru yang timbul pada tumor ini juga disebabkan obstruksi
aliran udara. Tumor jenis ini mungkin merupakn jenis yang
paling sering dijumpai pada perokok, dan memiliki prognosis
paling buruk. (elizabeth, 2008)
 Karsinoma sel skuamosa sebanyak 30% dari kanker paru.
Jelas berkaitan dengan asap rokok dan pajanan dengan
toksin-toksin lingkungan, seperti asbestos dan komponen
polusi udara. Biasanya terletak di bronkus pada sisi tempat
bronkus masuk ke paru, yang disebut hilus, yang kemudian
meluas kebawah ke bronkus, dapat terjadi atelektasis
absorpsi dan pneumonia, serta penurunan kapasitas ventilasi.
Tumor ini tumbuh retif lambat dan memiliki prognosis yang
paling baik, yaitu kemungkinan hidup lima tahun jika
didiagnosos sebelum metastasis.
 Adenokarsinoma berasal dari kelenjar paru.
Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru,
termasuk bronkiolus terminal dan alveolus.
Kanker Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker
paru dan lebih tinggi diantara wanita. Biasanya
berukuran kecil dan tumbuh lambat, tetapi
bermetastasis secara dini dan angka bertahan
hidup sampai 5 tahunnya buruk.
 Kanker sel besar tak berdiferensiasi sangat
anaplastik dan cepat bermetastasis. Sekitar 10-
15% dari semua kanker paru, sering terjadi di
bagian perifer dan meluas kearah pusat paru.
Tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan
dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini
mamiliki prognosis bertahan hidup yang sangat
buruk.
 Lokal (tumor setempat)
 Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
 Hemoptisis
 Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran
napas
 Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
 Aelektasis
 Invasi local
 Nyeri dada
 Dispnea karena efusi pleura
 Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
 Sindrom vena cava superior
 Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
 Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
 Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan
saraf simpatis servikalis
Gejala penyakit metastasis
 Pada otak, tulang, hati, adrenal
 Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis
 Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru,
dengan gejala
 Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
 Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
 Hipertrofi : osteoartropati
 Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
 Neuromiopati
 Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
 Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
 Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
 Asimtomatik denagn kelainan radiologis
 Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
 Kelainan berupa nodul soliter
Merokok / Merokok Pasif
Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa
kimia, banyak darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker,
atau karsinogen. Dua karsinogenik-karsinogenik utama didalam
asap tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal sebagai
nitrosamines dan polycyclic aromatic hydrocarbons.
Pekerjaan / Paparan Asbes
Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat
(silicate fibers) yang dapat menetap untuk seumur hidup dalam
jaringan paru seiring dengan paparan pada asbes-asbes. Tempat
kerja adalah suatu sumber paparan pada serat-serat asbes yang
umum, karena asbes-asbes digunakan secara meluas di masa lalu
untuk kedua-duanya yaitu sebagai materi-materi isolasi panas
dan akustik.
Radiasi Radon gas
Suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu
pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif),
pecah/hancur membentuk produk-produk yang mengemisi
suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas dapat bergerak
melalui tanah dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah
diantara fondasi-fondasi, pipa-pipa, saluran-saluran, atau
tempat-tempat terbuka lainnya. Radon gas tidak terlihat dan
tidak berbau.
Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan
dalam kanker paru, yakni: Proton oncogen, Tumor suppressor
gene, dan Gene encoding enzyme.
Diet
Rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu
Penyakit Dalam, 2001).
 Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub
bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga
terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa
diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
 Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang
bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian
distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral
dapat terdengan pada auskultasi.
 Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker
paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat
seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka.
Radiologi.
 Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral
 Tomografi dada.
 Bronkhografi.
Laboratorium.
 Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
 Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
 Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Histopatologi.
 Bronkoskopi.
 Biopsi Trans Torakal (TTB).
 Torakoskopi.
 Mediastinosopi.
 Torakotomi.
Pencitraan.
 CT-Scanning
 MRI
Kuratif
 Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan
angka harapan hidup klien.
Paliatif
 Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal
 Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik
pada pasien maupun keluarga.
Suportif
 Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal
sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen
darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit
Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan,
2000)
Pembedahan.
 Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau
toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
 Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua
lesi bisa diangkat.
 Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
 Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
 Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan
dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
 Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura
viscelaris)
Radiasi
 Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan
sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor
dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh
darah/ bronkus.
Kemoterapi
 Kemoterapi digunakan untuk mengganggu
pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau
dengan metastasi luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.
EFUSI PLEURA
 pengumpulan cairan didalam rongga pleura (Brunner &
Suddarth, 2001).
 penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi
sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
 pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit
primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,
2002).
 penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia,
1995)
 Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura,
karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor
mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium)
dan sindroma vena kava superior.
 Pembentukan cairan yang berlebihan, karena
radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang
menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma. Di Indonesia 80% karena
tuberculosis.
 Nafas pendek
 Nyeri dada pleuritik
 Takipnea
 Hipoksemia bila ventilasi terganggu
 Perkusi : pekak
 Penurunan bunyi nafas di atas area yang sakit
 Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada
keseimbangan antara cairan dan protein dalam
rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui
pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena
perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan
interstisial submesotelial, kemudian melalui sel
mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu
cairan pleura dapat melalui limfe sekitar pleura.
 Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat
disebabkan oleh peradangan. Bila proses radang
disebabkan oleh kuman piogenik akan terbentuk
pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila
proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura
dapat menyebabkan hemotoraks.
Rontgen dada / Sinar tembus dada
 Ultrasonografi pleura: menentukan adanya cairan dalam
rongga pleura.
 CT scan dada
Torakosentesis
 Warna cairan : Cairan pleura berwarna kekuning-kuningan,
Bila agak kemerah-merahan dapat terjadi pada trauma,
infark paru, keganasan dan adanya kebocoran aneurisma
aorta. Bila Kuning kehijauan dan agak purulen, ini
menunjukkan adanya empiema. Bila merah coklat, ini
menunjukkan adanya abses karena ameba.
Biokimia : basil tahan asam (untuk tuberculosis), hitung sel
darah merah dan putih, kadar pH, glukosa, amilase.
Sitologi : sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel
maligna, sel-sel besar dengan banyak inti, sel lupus
eritematosus sistemik.
Bakteriologi
 Biopsi pleura
 Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk
mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk
menghilangkan disneu.
 Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi
kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis
berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini
kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan
drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal
atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan
pengembangan paru.
 Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin
dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi
ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
 Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk
radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi
diuretic.
 Pneumotoraks (karena udara masuk melalui
jarum)
 Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh
darah interkostalis)
 Emboli udara (karena adanya laserasi yang
cukup dalam, menyebabkan udara dari
alveoli masuk ke vena pulmonalis)
 Laserasi pleura viseralis
Indikasi
 Pneumothoraks karena rupture bleb, luka
tusuk tembus
 Hemothoraks karena robekan pleura,
kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks
 Torakotomi
 Efusi pleura
 Empiema karena penyakit paru serius dan
kondisi inflamasi
Apikal
 Letak selang pada interkosta III mid klavikula
 Dimasukkan secara antero lateral
 Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga
pleura
Basal
 Letak selang pada interkostal V-VI atau
interkostal VIII-IX mid aksiller
 Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari
rongga pleura
PNEUMOTHORAKS
 Pneumotoraks adalah adanya udara di dalam
rongga pleural antara pleura parietal dan
viseral.
 Pneumothoraks terjadi jika udara merembes
ke dalam rongga dada di sekeliling paru paru
(rongga pleura), dimana bisa terjadi
penekanan terhadap paru-paru.
 Berdasarkan terjadinya yaitu artificial,
traumatic dan spontan.
 Berdasarkan lokasinya, yaitu Pneumotoraks
parietalis, mediastinalis dan basalis
 Berdasarkan derajat kolaps, yaitu
Pneumotoraks totalis dan partialis.
 Berdasarkan jenis fistel, yaitu terbuka,
tertutup, dan ventil
 Trauma dada karna luka tusuk benda tajam
yang menyebab luka dada terbuka.
 Trauma dada karena benturan benda tumpul
yang menekan rongga dada.
 Komplikasi prosedur biopsy aspirasi paru,
fungsi pleura paru.
 Penyebab spontan. Penyakit asma, kondisi-
kondisi yang menyebabka inflamasi pleura,
peningkatan tekanan kapiler subpleura,
penyakit pulmonary, obsruksi kronik.
sesak, napas berat, bias disertai batuk-batuk.
Nyeri dada dirasakan pada sisi sakit,
terasanya berat (kemeng), terasa tertekan,
terasa lebih nyeri pada gerakan respirasi.
Sesak ringsn sampai berat, napas tertinggal,
senggal pendek-pendek. Tanpa atau dengan
cyanosis. Tampak sakit ringan sampai berat,
lemah sampai shock, berkeringat dingin.

More Related Content

What's hot

What's hot (17)

Obstruksi napas AKPER PEMKAB MUNA
Obstruksi napas AKPER PEMKAB MUNA Obstruksi napas AKPER PEMKAB MUNA
Obstruksi napas AKPER PEMKAB MUNA
 
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran) Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
 
Cancer paru
Cancer paruCancer paru
Cancer paru
 
Refrat kanker paru anna
Refrat kanker paru annaRefrat kanker paru anna
Refrat kanker paru anna
 
Askep ca paru maya
Askep ca paru mayaAskep ca paru maya
Askep ca paru maya
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Referrat efusi pleura
Referrat efusi pleuraReferrat efusi pleura
Referrat efusi pleura
 
Komplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleuraKomplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleura
 
Kanker paru
Kanker paruKanker paru
Kanker paru
 
Penyakit pada selaput paru paru
Penyakit pada selaput paru paruPenyakit pada selaput paru paru
Penyakit pada selaput paru paru
 
Kanker paru paru
Kanker paru paruKanker paru paru
Kanker paru paru
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Bahan pbl 3.2 dev
Bahan pbl 3.2 devBahan pbl 3.2 dev
Bahan pbl 3.2 dev
 
Atelektasis
AtelektasisAtelektasis
Atelektasis
 
Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 

Viewers also liked

Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Nova Ci Necis
 
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)Amanda Putri Utami
 
Pengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
Pengaruh Narkoba Dikalangan PelajarPengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
Pengaruh Narkoba Dikalangan PelajarHarun Hasibuan
 
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkTEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkVolker Hirsch
 

Viewers also liked (8)

Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi
 
Apa sih kanker
Apa sih kankerApa sih kanker
Apa sih kanker
 
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
 
Narkoba [Adagaki]
Narkoba [Adagaki]Narkoba [Adagaki]
Narkoba [Adagaki]
 
Narkoba
NarkobaNarkoba
Narkoba
 
Pengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
Pengaruh Narkoba Dikalangan PelajarPengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
Pengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
 
Narkoba
NarkobaNarkoba
Narkoba
 
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkTEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
 

Similar to KANKER PARU EFUSI PLEURA

Karsinoma paru
Karsinoma paruKarsinoma paru
Karsinoma parununa can
 
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.pptReferat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.pptAuliaRezha2
 
Tumor Paru.pptx
Tumor Paru.pptxTumor Paru.pptx
Tumor Paru.pptxZaliAhmad4
 
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptxManajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptxDanielronadi
 
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)dewisetiyana52
 
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptxRadiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptxkristyagaki
 
Tumor paru
Tumor paruTumor paru
Tumor paruM Ikromi
 

Similar to KANKER PARU EFUSI PLEURA (20)

Karsinoma paru
Karsinoma paruKarsinoma paru
Karsinoma paru
 
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.pptReferat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
 
Tumor Paru.pptx
Tumor Paru.pptxTumor Paru.pptx
Tumor Paru.pptx
 
A1 CA PARU.pptx
A1 CA PARU.pptxA1 CA PARU.pptx
A1 CA PARU.pptx
 
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptxManajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
Manajemen Kanker Saluran Pernafasan dan Kegawatdaruratan Pada Pasien 2.pptx
 
Kanker paru-paru.pptx
Kanker paru-paru.pptxKanker paru-paru.pptx
Kanker paru-paru.pptx
 
Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA
Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA
Saad ca paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Saad ca paru AKPER PEMDA MUNA
Saad ca paru AKPER PEMDA MUNA Saad ca paru AKPER PEMDA MUNA
Saad ca paru AKPER PEMDA MUNA
 
Ca paru AKPER PEMDA MUNA
Ca paru AKPER PEMDA MUNA Ca paru AKPER PEMDA MUNA
Ca paru AKPER PEMDA MUNA
 
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
 
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumorGangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
 
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumorGangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
 
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumorGangguan saluran pernapasan akibat tumor
Gangguan saluran pernapasan akibat tumor
 
Saad ca paru
Saad ca paruSaad ca paru
Saad ca paru
 
Saad ca paru Akper pemkab muna
Saad ca paru Akper pemkab munaSaad ca paru Akper pemkab muna
Saad ca paru Akper pemkab muna
 
Ca paru Akper pemkab muna
Ca paru Akper pemkab munaCa paru Akper pemkab muna
Ca paru Akper pemkab muna
 
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptxRadiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
Radiologi_Case Report_Tiatira(1).pptx
 
NSCLC isna.pptx
NSCLC isna.pptxNSCLC isna.pptx
NSCLC isna.pptx
 
Tumor paru
Tumor paruTumor paru
Tumor paru
 
Karsinoma Bronkogenik
Karsinoma BronkogenikKarsinoma Bronkogenik
Karsinoma Bronkogenik
 

More from Yabniel Lit Jingga (20)

Mantri ireng manfaat besar ciplukan
Mantri ireng   manfaat besar ciplukanMantri ireng   manfaat besar ciplukan
Mantri ireng manfaat besar ciplukan
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tumor tulang shb
Tumor tulang shbTumor tulang shb
Tumor tulang shb
 
Skoliosis shb
Skoliosis shbSkoliosis shb
Skoliosis shb
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
Perawatan luka
Perawatan lukaPerawatan luka
Perawatan luka
 
Osteoporosis shb
Osteoporosis shbOsteoporosis shb
Osteoporosis shb
 
Osteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shbOsteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shb
 
Osteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shbOsteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shb
 
Lordosis shb
Lordosis shbLordosis shb
Lordosis shb
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologi
 
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologiAnatomi & fisiologi sistem imunologi
Anatomi & fisiologi sistem imunologi
 
Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8
 
Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
 
Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4Bahan perkuliahan ke 4
Bahan perkuliahan ke 4
 
Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3Bahan perkuliahan ke 3
Bahan perkuliahan ke 3
 
Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2Bahan perkuliahan ke 2
Bahan perkuliahan ke 2
 
Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1Bahan perkuliahan ke 1
Bahan perkuliahan ke 1
 

KANKER PARU EFUSI PLEURA

  • 3.  Kanker : suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh.  Kanker paru : abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).  Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo, 2010)
  • 4. Small Cell Lung Cancer (SCLC)  Dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mucus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nucleoli. Disebut juga “oat cell carcinoma” karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul sekeliling pembuluh darah halus menyerupai psedoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap disekitar pembuluh darah Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)  Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik. Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratisasi dan pembentukan “bridge” intraseluler, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari dysplasia skuamosa ke karsinoma insitu. Terdiri atas : karsinoma skuamosa, adeno karsinoma, karsinoma sel besar.
  • 5. Terdapat 4 jenis umum kanker paru: 1. Karsinoma sel kecil 2. Karsinoma sel skuamosa 3. Adenokarsinoma sel besar. 4. Kanker sel besar tak terdiferensiasi
  • 6.  Karsinoma sel kecil / karsinoma oat cell sekitar 25% dari semua sel kanker paru, biasanya tumbuh dibagian tengah paru. Bersifat sangat anaplastik, atau embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi. Metastasis paru yang timbul pada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran udara. Tumor jenis ini mungkin merupakn jenis yang paling sering dijumpai pada perokok, dan memiliki prognosis paling buruk. (elizabeth, 2008)  Karsinoma sel skuamosa sebanyak 30% dari kanker paru. Jelas berkaitan dengan asap rokok dan pajanan dengan toksin-toksin lingkungan, seperti asbestos dan komponen polusi udara. Biasanya terletak di bronkus pada sisi tempat bronkus masuk ke paru, yang disebut hilus, yang kemudian meluas kebawah ke bronkus, dapat terjadi atelektasis absorpsi dan pneumonia, serta penurunan kapasitas ventilasi. Tumor ini tumbuh retif lambat dan memiliki prognosis yang paling baik, yaitu kemungkinan hidup lima tahun jika didiagnosos sebelum metastasis.
  • 7.  Adenokarsinoma berasal dari kelenjar paru. Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus terminal dan alveolus. Kanker Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker paru dan lebih tinggi diantara wanita. Biasanya berukuran kecil dan tumbuh lambat, tetapi bermetastasis secara dini dan angka bertahan hidup sampai 5 tahunnya buruk.  Kanker sel besar tak berdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat bermetastasis. Sekitar 10- 15% dari semua kanker paru, sering terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru. Tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini mamiliki prognosis bertahan hidup yang sangat buruk.
  • 8.  Lokal (tumor setempat)  Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis  Hemoptisis  Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas  Kadang terdapat kavitas seperti abses paru  Aelektasis  Invasi local  Nyeri dada  Dispnea karena efusi pleura  Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia  Sindrom vena cava superior  Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)  Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent  Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
  • 9. Gejala penyakit metastasis  Pada otak, tulang, hati, adrenal  Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis  Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala  Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam  Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi  Hipertrofi : osteoartropati  Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer  Neuromiopati  Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)  Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh  Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)  Asimtomatik denagn kelainan radiologis  Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis  Kelainan berupa nodul soliter
  • 10. Merokok / Merokok Pasif Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua karsinogenik-karsinogenik utama didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic aromatic hydrocarbons. Pekerjaan / Paparan Asbes Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers) yang dapat menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan paparan pada asbes-asbes. Tempat kerja adalah suatu sumber paparan pada serat-serat asbes yang umum, karena asbes-asbes digunakan secara meluas di masa lalu untuk kedua-duanya yaitu sebagai materi-materi isolasi panas dan akustik.
  • 11. Radiasi Radon gas Suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif), pecah/hancur membentuk produk-produk yang mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas dapat bergerak melalui tanah dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah diantara fondasi-fondasi, pipa-pipa, saluran-saluran, atau tempat-tempat terbuka lainnya. Radon gas tidak terlihat dan tidak berbau. Genetik. Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni: Proton oncogen, Tumor suppressor gene, dan Gene encoding enzyme. Diet Rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
  • 12.  Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.  Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.  Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
  • 13. Radiologi.  Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral  Tomografi dada.  Bronkhografi. Laboratorium.  Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).  Pemeriksaan fungsi paru dan GDA  Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Histopatologi.  Bronkoskopi.  Biopsi Trans Torakal (TTB).  Torakoskopi.  Mediastinosopi.  Torakotomi. Pencitraan.  CT-Scanning  MRI
  • 14. Kuratif  Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. Paliatif  Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal  Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga. Suportif  Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
  • 15. Pembedahan.  Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.  Pneumonektomi pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.  Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.  Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.  Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).  Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
  • 16. Radiasi  Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Kemoterapi  Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
  • 18.  pengumpulan cairan didalam rongga pleura (Brunner & Suddarth, 2001).  penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)  pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).  penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)
  • 19.  Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.  Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
  • 20.  Nafas pendek  Nyeri dada pleuritik  Takipnea  Hipoksemia bila ventilasi terganggu  Perkusi : pekak  Penurunan bunyi nafas di atas area yang sakit
  • 21.  Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui limfe sekitar pleura.  Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan. Bila proses radang disebabkan oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks.
  • 22. Rontgen dada / Sinar tembus dada  Ultrasonografi pleura: menentukan adanya cairan dalam rongga pleura.  CT scan dada Torakosentesis  Warna cairan : Cairan pleura berwarna kekuning-kuningan, Bila agak kemerah-merahan dapat terjadi pada trauma, infark paru, keganasan dan adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila Kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema. Bila merah coklat, ini menunjukkan adanya abses karena ameba. Biokimia : basil tahan asam (untuk tuberculosis), hitung sel darah merah dan putih, kadar pH, glukosa, amilase. Sitologi : sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel besar dengan banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik. Bakteriologi  Biopsi pleura
  • 23.  Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.  Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.  Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.  Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
  • 24.  Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)  Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)  Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)  Laserasi pleura viseralis
  • 25. Indikasi  Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus  Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks  Torakotomi  Efusi pleura  Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi
  • 26. Apikal  Letak selang pada interkosta III mid klavikula  Dimasukkan secara antero lateral  Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura Basal  Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller  Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura
  • 27.
  • 28.
  • 29.
  • 30.
  • 32.  Pneumotoraks adalah adanya udara di dalam rongga pleural antara pleura parietal dan viseral.  Pneumothoraks terjadi jika udara merembes ke dalam rongga dada di sekeliling paru paru (rongga pleura), dimana bisa terjadi penekanan terhadap paru-paru.
  • 33.  Berdasarkan terjadinya yaitu artificial, traumatic dan spontan.  Berdasarkan lokasinya, yaitu Pneumotoraks parietalis, mediastinalis dan basalis  Berdasarkan derajat kolaps, yaitu Pneumotoraks totalis dan partialis.  Berdasarkan jenis fistel, yaitu terbuka, tertutup, dan ventil
  • 34.  Trauma dada karna luka tusuk benda tajam yang menyebab luka dada terbuka.  Trauma dada karena benturan benda tumpul yang menekan rongga dada.  Komplikasi prosedur biopsy aspirasi paru, fungsi pleura paru.  Penyebab spontan. Penyakit asma, kondisi- kondisi yang menyebabka inflamasi pleura, peningkatan tekanan kapiler subpleura, penyakit pulmonary, obsruksi kronik.
  • 35. sesak, napas berat, bias disertai batuk-batuk. Nyeri dada dirasakan pada sisi sakit, terasanya berat (kemeng), terasa tertekan, terasa lebih nyeri pada gerakan respirasi. Sesak ringsn sampai berat, napas tertinggal, senggal pendek-pendek. Tanpa atau dengan cyanosis. Tampak sakit ringan sampai berat, lemah sampai shock, berkeringat dingin.