Dokumen tersebut merangkum tentang penyakit kardiomiopati peripartum (PPCM) yang didefinisikan sebagai kardiomiopati idiopatik yang berhubungan dengan kehamilan dan biasanya terjadi pada satu bulan terakhir kehamilan hingga lima bulan pascapartum. Dokumen tersebut membahas tentang faktor risiko, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan PPCM.
1. PPCM
(Peripartum
Cardiomiopati)
BAGIAN/SMF PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS
Pembimbing I : dr. Setyo
Raharjo Sp.PD
Pembimbing II : dr.Primahati
Riana Rosy Sp.PD
Pembimbing I : dr. Setyo
Raharjo Sp.PD
Pembimbing II : dr.Primahati
Riana Rosy Sp.PD
2. Definisi
Heart Failure Association of the European
Society of Cardiology Working Group on PPCMpada
tahun 2010
Suatu keadaan kardiomiopati
idiopatik, berhubungan dengan
kehamilan,
bermanifestasi sebagai gagal
jantung karena
disfungsi sistolik ventrikel kiri,
biasanya terjadi
pada 1 bulan terakhir kehamilan
sampai 5
bulan masa postpartum
Suatu keadaan kardiomiopati
idiopatik, berhubungan dengan
kehamilan,
bermanifestasi sebagai gagal
jantung karena
disfungsi sistolik ventrikel kiri,
biasanya terjadi
pada 1 bulan terakhir kehamilan
sampai 5
bulan masa postpartum
Terjadi pada wanita tanpa
penyakit kardiovaskular lain,
tidak harus disertai dengan dilatasi
ventrikel kiri, namun fraksi ejeksi
biasanya selali <45%
Terjadi pada wanita tanpa
penyakit kardiovaskular lain,
tidak harus disertai dengan dilatasi
ventrikel kiri, namun fraksi ejeksi
biasanya selali <45%
3.
4. Umur saat hamil
>32
tahun, multipara
(>3 kali hamil),
kehamilan
multifetal,
preeklampsia,
penggunaan obat-
obatan untuk
membantu proses
melahirkan, dan
malnutrisi
Mempunyai
hipertensi (TD
>140/90 mmHg
setelah kehamilan
minggu ke-20),
diabetes melitus,
dan merokok
FAKTOR RESIKO
Ras yang
merupakan faktor
resiko adalah
Afrika - Amerika
5.
6. Wanita hamil
Faktor genetik
Resiko pada
familial
Ras/budaya
Abnormal respon
haemodinamik
stress saat
kehamilan
Virus, bacteri
miocarditis, dan
nutrisi
Host immune factors
Auto imun
Micrichimerism
Peningkatan apoptosis
Cytokin pro imflamasi
Penigkatan respon
adrenergic
Prolactin yang
berlebihan
Aktivasi sel
Hipertrofi miosit
Apoptosis
Myocyte survival
Angiogenesis
Redox potential
Normal sinyal
Kehamilan normal
Abnormal sinyal
PPCM
Persisten LV
disfungsi
kardiomiopati
Hamil lagi
Meninggal
Fungsi LV
memburuk
Fungsi dan
ukuran LV
kembali
normal
7. parvovirus B19,
human herpes virus
6,
Epstein-Barr virus,
cytomegalovirus
DNA
Perubahan sistem
imun saat hamil
menyebabkan
eksaserbasi de
novo
MIOKARDITIS
MIOKARDITIS
AUTOIMUN
AUTOIMUN
kenaikan kelas G dan semua subclass
immunoglobulin terhadap myosin heavy chain
kenaikan kelas G dan semua subclass
immunoglobulin terhadap myosin heavy chain
12. Penatalaksanaan PPCM
Congestive Heart Failure (CHF) , pikirkan efek toksisitas
kepada janin .
Istirahat, pembatasan garam < 2 g/hr, dan terapi diuretik
untuk ↓ pulmonary congestion.
Congestive Heart Failure (CHF) , pikirkan efek toksisitas
kepada janin .
Istirahat, pembatasan garam < 2 g/hr, dan terapi diuretik
untuk ↓ pulmonary congestion.
Terapi angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-I)
adalah terapi lini pertama pada wanita postpartum, tetapi
kontraindikasi pada ibu hamil
adanya hubungan
peningkatan angka abortus, fetopati
karena
hipotensi fetus, oligohidramnion-anuria,
dan renal tubular dysplasia.
adanya hubungan
peningkatan angka abortus, fetopati
karena
hipotensi fetus, oligohidramnion-anuria,
dan renal tubular dysplasia.
13. Hydralazine dan nitrat mengurangi afterload dan
merupakan terapi dasar untuk wanita hamil dengan
PPCM. Nitrogliserin harus diberikan secara parenteral
untuk mengurangi afterload jika tekanan darah sistolik di
atas 110 mmHg.
CCB
Amlodipin telah dibuktikan dapat meningkatkan
angka kehidupan pada non-ischemic cardiomyopathy
ditemukan adanya penurunan kadar interleukin-6
yang merupakan proinflammatory interleukin pada
plasma.
Beta Blocker
seperti metoprolol, dapat menurunkan denyut
jantung, memperbaiki fungsi diastolik ventrikel kiri
dan melindungi terhadap aritmia
Beta Blocker
seperti metoprolol, dapat menurunkan denyut
jantung, memperbaiki fungsi diastolik ventrikel kiri
dan melindungi terhadap aritmia
Digoxin. digitalis dengan efek inotropik, aman untuk
kehamilan, dapat digunakan untuk memaksimalkan
kontraksi dan kontrol laju denyut jantung. Terapi >>
prognosis bisa buruk
Digoxin. digitalis dengan efek inotropik, aman untuk
kehamilan, dapat digunakan untuk memaksimalkan
kontraksi dan kontrol laju denyut jantung. Terapi >>
prognosis bisa buruk
14. Diuretik terutama yang digunakan adalah loop diuretic
(furosemide) dan golongan thiazide
(hydrochlorothiazide/ HCT).
seperti spironolakton, ditemukan memiliki efek anti-
androgenik pada trimester pertama. Karena efek
eplerenon pada fetus manusia tidak dapat diprediksi,
maka disarankan untuk dihindari pemakaiannya pada
saat kehamilan.
Diuretik terutama yang digunakan adalah loop diuretic
(furosemide) dan golongan thiazide
(hydrochlorothiazide/ HCT).
seperti spironolakton, ditemukan memiliki efek anti-
androgenik pada trimester pertama. Karena efek
eplerenon pada fetus manusia tidak dapat diprediksi,
maka disarankan untuk dihindari pemakaiannya pada
saat kehamilan.
Levosimendan. agen kardiotropik lain yang dapat
memperbaiki cardiac output dengan
meningkatkan respons miofi lamen terhadap
kalsium intraseluler, dan peningkatan kadar
kalsium intraseluler. Levosimendan digunakan per
parenteral dengan laju 0,1-0,2 μg/kg/menit pada
gagal jantung dengan atau tanpa loading dose 3-
12 μg/kg dalam 10 menit
Levosimendan. agen kardiotropik lain yang dapat
memperbaiki cardiac output dengan
meningkatkan respons miofi lamen terhadap
kalsium intraseluler, dan peningkatan kadar
kalsium intraseluler. Levosimendan digunakan per
parenteral dengan laju 0,1-0,2 μg/kg/menit pada
gagal jantung dengan atau tanpa loading dose 3-
12 μg/kg dalam 10 menit
15. 1. Agen Immunosuppressant
Prevalensi miokarditis pada pasien PPCM
berkisar 9-78%. Dari suatu penelitian yang
bersifat single nonrandomized menyatakan
adanya keuntungan terapi imunosupresan pada
wanita penderita PPCM yang dibuktikan secara
biopsi.
Prevalensi miokarditis pada pasien PPCM
berkisar 9-78%. Dari suatu penelitian yang
bersifat single nonrandomized menyatakan
adanya keuntungan terapi imunosupresan pada
wanita penderita PPCM yang dibuktikan secara
biopsi.
2. Intravenous Immunoglobulin
(IVIG)
6 IVIG (26%) : 11 non IVIG (13%) terjadi ↑ LVEF (left
ventricular ejection fraction)
Akan tetapi, uji IMAC (controlled
trial of immune globulin in recent-onset dilated
cardiomyopathy) menunjukkan bahwa terapi
imunoglobulin pada pasien dewasa dengan
recent-onset cardiomyopathy tidak mempengaruhi
perbaikan LVEF atau kapasitas
fungsional pada follow-up.
6 IVIG (26%) : 11 non IVIG (13%) terjadi ↑ LVEF (left
ventricular ejection fraction)
Akan tetapi, uji IMAC (controlled
trial of immune globulin in recent-onset dilated
cardiomyopathy) menunjukkan bahwa terapi
imunoglobulin pada pasien dewasa dengan
recent-onset cardiomyopathy tidak mempengaruhi
perbaikan LVEF atau kapasitas
fungsional pada follow-up.
16. 3. Bromocriptine
Bromocriptine →
Infark Miokard
Sehingga
pemberiaannya harus
di barengi dengan anti
koagulan
Bromocriptine →
Infark Miokard
Sehingga
pemberiaannya harus
di barengi dengan anti
koagulan
Bromocriptine mesylate
termasuk golongan
alkaloid ergot yang
merupakan antagonis
reseptor dopamin D2 yang
menekan sekresi
prolaktin
Bromocriptine mesylate
termasuk golongan
alkaloid ergot yang
merupakan antagonis
reseptor dopamin D2 yang
menekan sekresi
prolaktin
4. Cabergoline
Suatu antagonis reseptor dopamin mirip
bromocriptine dapat menurunkan kadar
prolaktin dengan cepat yang akhirnya
juga menurunkan kadar NT pro-BNP.
Terapi cabergoline juga memperbaiki LVEF dalam 5
hari setelah pemberian.
Suatu antagonis reseptor dopamin mirip
bromocriptine dapat menurunkan kadar
prolaktin dengan cepat yang akhirnya
juga menurunkan kadar NT pro-BNP.
Terapi cabergoline juga memperbaiki LVEF dalam 5
hari setelah pemberian.
17. 5. Pentoxifylline
Pentoxifylline, obat yang
menghambat produksi TNF-α (tumor
necrosis
factor-α), fungsi ventrikel kiri, dan kadar
TNF-α
plasma.
pentoxifylline 400 mg tiga kali sehari.
Hasil penelitian menyatakan
penambahan
pentoxifylline memperbaiki outcome.
Pentoxifylline, obat yang
menghambat produksi TNF-α (tumor
necrosis
factor-α), fungsi ventrikel kiri, dan kadar
TNF-α
plasma.
pentoxifylline 400 mg tiga kali sehari.
Hasil penelitian menyatakan
penambahan
pentoxifylline memperbaiki outcome.