Apa itu penurunan aliran darah uterus (pengertian), cara menghitung penurunan aliran darah pada uterus, faktor yang mempengaruhi aliran darah uteroplasenter, farmakologi yang berkaitan dengan penurunan darah pada uterus atau uteroplasenter. Author by Rizky Yunita Rakhmawati, S.Tr.Keb, Bd.
2. OUTLINE
* Presentation by Rizky Yunita R.
2
PENGERTIAN
Pengertian aliran darah
uteroplasenta
PERHITUNGAN
Perhitungan aliran
darah uteroplasenta
FAKTOR
Faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran
darah uteroplasenta
FARMAKOLOGI
Jenis farmakologi yang
dapat menurunkan aliran
darah uteroplasenta
Penurunan Aliran Darah
Uteroplasenta
3. Merupakan sirkulasi peredaran yang terbentuk dengan
mengubungkan antara dinding uterus ibu kepada janinnya
yang berfungsi untuk memberikan nutrisi sekaligus mensuplai
kebutuhan oksigen bagi janinnya melalui plasenta
(Tucker, 2005).
PENGERTIAN ALIRAN DARAH
UTEROPLASENTA
3
4. PERHITUNGAN ALIRAN DARAH UTEROPLASENTA
4
Penghitungan aliran darah uterus dapat
dilakukan menggunakan rumus :
(Tekanan arteri uterine - Tekanan vena
uterina) : hambatan vasculer uterus.
(Tucker, 2005).
5. FAKTOR FACTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN DARAH UTEROPLASENTA
5
Penurunan tekanan arteri maternal rata-rata akan menurunkan aliran darah pada arteri uterina dan
aliran darah uteroplasenta kompresi aortocaval oleh uterus gravid besar (posisi supine) adalah
penyebab utama penurunan aliran darah uterus. Selain mekanisme pentng ini, faktor-faktor yang
berpotensi mengurangi aliran darah uterus adalah :
1. Simpatektomi dari Anestesi Regional.
2. Hipovoleemi dari Perdarahan Parah.
3. Faktor-faktor lainnya
6. 6
Beberapa FAKTOR LAIN juga bisa mempengaruhi aliran darah uterus diantaranya :
a. Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus mengurangi aliran darah uteroplacenta. Pengukuran tekanan intrauterine (IUP)
menunjukkan aliran darah arteri uterina selama diastole menurun selama kontraksi seperti naiknya
tekanan dan turunnya ke’0’ ketika IUP mencapai angka 35-60mmHg. Aliran darah umbilicus fetal
umumnya bisa mengkompensasi sedikit perubahan pada sirkulasi. Namun demikian, jika
persediaan pada fetal teratasi, atau jika terdapat kontraksi tetanik, asfiksia fetal dapat terjadi.
b. Nyeri dan Tekanan
Nyeri dan tekanan dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatis katekolamin secara signifikan
dalam sirkulasi maternal. Pada percobaan hewan, tekanan tersebut disebabkan penurunan tajam
dari aliran darah uterus sebagai tambahan pasien yang termedikasi mungkin mengalami
hiperventilasi, dimana lama – kelamaan bisa mengurangi aliran darah uterus.
7. 7
c. Anestesi Regional
Efek dari spinal atau epidural anestesi dalam aliran darah uterus dan sulit diprediksi pada pasien.
Ketiadaan hipotensi, pada beberapa studi baik pada model hewan percobaan yang hamil maupun
manusia menunjukkan tidak ada perubahan dari aliran darah uterus. Sebaliknya, penyembuhan dari nyeri
dapat menurunkan aktivitas simpatik dan hiperventilasi, meningkatkan aliran darah uterus, termasuk
pada preeclampsia. Namun demikian, Hipotensi akibat anestesi egional, dapat menurunkan aliran darah
uterus. Akhirnya, penyembuhan nyeri yang cepat mengikuti anelgesi spinal epidural berkaitan dengan
bradikardi pada fetus bisa mengakibatkan turunnya aliran darah uterus tiba-tiba karena perubahan
katekolamin pada sirkulasi maternal.
8. 8
d. Tokolitik
Penurunan aktivitas uterus adalah penting ketika terjadi persalinan premature atau pola DJJ yang
meragukan. Obat-obatan seperti Isoksuprin, Epinefrine, dan Isoproterenol telah digunakan sejak dahulu
untuk menurunkan aktivitas uterus tetapi tidak tanpa efek samping (yaitu: dampak stimulant beta-nya
mengakibatkan vasodilatasi dan hipotensi sekunder). Karena dampak ekstra uterusnya, maka agens beta-
mimetik sekarang digunakan. Terbutaline sekarang secara rutin digunakan karena memiliki dampak
relaksasi uterus yang maksimal. Selain itu, magnesium sulfat atau nifedipine sering dipertimbangkan
sebagai pilihan utama pada terapi tokolitik. Obat lain yang diketahui dapat menghambat aktivitas uterus
mencakup diazoksid, halotan, progesterone, dan penghambat prostaglandin (misal: ibuprofen dan
indometasin).
9. 9
e. Kondisi Patologi
Beberapa kondisi meningkatkan resisten vasculer melalui ruang intervilli akan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah uteroplacenta pada tekanan darah maternal. 3 hal paling utama pada stase patologis mengurangi
perfusi placenta adalah:
1) Kehamilan yang dibarengi hipertensi dan preeclampsia
2) Diabetes
3) Hamil yang lebih dari 42 minggu (Postdate).
10. 10
JENIS FARMAKOLOGI YANG MEMPENGARUHI ALIRAN UTEROPLASENTA
Agen Induksi Intravena
Beberapa kondisi bisa menurunkan tekanan darah ibu dapat pula menurunkan aliran darah uteroplacenta tiba-tiba.
Namun demikian, beberapa obat ini sering digunakan sebelum laringoscopy dan intubasi endotrachea dipasang, dimana
bisa menyebabkan kenaikan aktivitas simpatis dan sirkulasi katekolamin yang lama –kelamaan bisa mengurangi aliran
darah uterus.
11. 11
1. Barbiturat
Dalam situasi belakangan, thiopental diberi induksi dan intubasi mendapat menurunkan aliran darah uteroplacenta,
dengan menurunkan tekanan darah maternal dan juga konstriksi stress induksi uterin. Studi lain mencatat konstriksi
arteri uterina setelah induksi dengan thiopental.
2. Propofol
Propofol berhubungan dengan penurunan tekanan darah lebih banyak daripada thiopental ketika dipakai untuk
induksi anestesi. Logikanya, berhubungan dengan penurunan aliran darah uteroplacenta. Namun demikian
kehamilan yang diberi propofol tidak ada perubahan aliran darah selama induksi atau intubasi.
3. Ketamin
Pada manusia, dosis ditingkatkan 1,1 mg/ kg dikarenakan ringan ( <10%) meningkatkan tonus uteri dan tidak
pengaruh pada klinis atau status asam basa neonatus yang pada persalinan per vaginam atau sectio caesaria(SC).
Ketamin jarang dipakai secara elektif, tetapi dalam kasus perdarahan atau penyebab lain hipovolemi, kemampuan
untuk memelihara stabilitas hemodinamik mungkin menguntungkan.
12. 12
Agen Induksi Kardiovaskuler
Agen lain yang ikut turut serta dalam mengurangi aliran darah pada uerus adalah etomidate. Etomidat adalah agen
induksi kardiovaskuler lain yang dipakai pada bidang obstetrik. Beberapa dipakai pada penyakit kariak maternal. Pada
domba betina hamil, efek terhadap fetal minimal. Pada manusia yang dipilih secara acak, ethomidate atau methohexital
untuk induksi sebelum oprasi caesar. Tidak ada efek samping etomidate yang tercatat perubahan reduksi di cortisol
neonatal. Benzodiazepine jarang dipakai untuk induksi anestesia dalam praktik. Studi sebelumnya diazepam dalam
jumlah besar tidak ditemukan pada aliran darah uteroplacenta. Midazolam melibatkan efek lebih sedikit. Sama halnya,
sedasi intravena dosis kecil selama anestesi regional tidak berefek.
13. 13
Agen Inhalasi
Semua anestesi inhalasi mengakibatkan penurunan dosis pada tekanan darah maternal, meskipun mekanisme
hemodinamik. Halotan menghasilkan efek vasodilatasi yang kurang jika dibandingkan dengan isoflurane, sevoflurane,
dan desflurane. Ketika digunakan di klinik, kosentrasi relevan 0,5-1,5 minimum Alveolar Concentration (MAC), semua
mempunyai persalinan caesar dengan hasil memuaskan. Percobaan pada hewan, dosis isoflurane dan halotan
menunjukkan aliran darah uteroplacenta, memelihara reduksi dari tekanan darah maternal, seperti halnya vasodilatasi
arteri tonus istirahat (pre induksi). Namun demikian, dosis halotan yang lebih besar mengakibatkan penuurunan aliran
darah uterus pada kera.
Tekanan darah maternal menurun oleh karena vasodilatasi di sirkulasi uterus. Agen low solubiliy terbaru (sevoflurane,
desflurnae) sukses digunakan pada persalinan caesar dan mengkibatkan titrasi cepat dalam konsentrasi setelah
persalinan (menghindarkan relaksasi uterus yang berlebihan) dan kegawatan setelah anestesi.
14. 14
Anastesi Lokal
Sebagai tambahan efek hemodinamik lokal anestesi digunakan untuk anestesi regional yang sudah dibahas di awal. Obat-obat ini
mungkin mempunyai efek langsung pada aliran darah uterus. Studi in vitro pada arteri uterina pada wanita hamil dan uterus wanita
yang tidak hamil. Dosis tinggi anestesi lokal lidokain dan mepivakain.(400-1000 mikrogram/ml) menyebabkan vasokonstriksi arteri
uterina pada uterus wanita hamil. Observasi ini berhubungan dengan kemampuan anestesi lokal untuk memblok relaksasi endothelium
dependent nitrit oxide, dimana terjadi peningkatan pada stase kehamilan.
Efek vasokonstriksi pada studi inin terlihat dengan konsentrasi yang dapat dicapai pada situasi klinis dengan injeksi anestesi lokal
intravena dapat dilihat pada anestesi epidural atau mungkin paracervical block ( teknik yang berkaitan dengan bradikardi janin yang
diakibatkan vasokonstriksi arteri uterina).
Konsentrasi lebih rendah dari lidocaine (level darah 2-4 mikrogram /ml) sama halnya selama anestesi epidural. Aliran darah uterus
tidak menurun walaupun sudah diberi infus dalam jangka waktu lama. Ropivacaine dan bupivacaine tidak mengakibatkan
vasokonstriksi atau penurunan konsentrasi aliran darah uteroplacenta selama anestesi regional. Di sisi lain, cocaine berkaitan dengan
dosis vasokonstriksi uterus dan penurunan aliran darah uterus. Dan ini berefek klinis pada efek obat.
15. 15
Epinefrin
Epinefrin sering ditambahkan pada anestesi lokal untuk mengintensifkan blokade sensorik dan motorik selama pasien
teranestesi. Epinefrin mempunyai adrenergik pada alfa dan beta. 15mg epinefrin dianjurkan pada tes dosis
intravaskuler. Dosis berkaitan dose-dependet tetap berefek singkat dalam menurunkan aliran darah pada wanita hamil.
Absorpsi epinefrin sistemik di ruang epidural menghasilan efek yang sama dengan dosis yang terendah. Injeksi
intravena efek beta mendominasi (sehingga meningkatkan heart rate dan cardiac output), menurunkan resistensi
vaskuler dan tekanan arteri dan aliran darah uteropacenta akan menurun.
16. 16
Opioid
Fentanyl sering ditambahkan pada anestesi lokal dalam anelgesi epidural. Pada domba yang hamil, tidak ada efek pada
aliran darah uterus. Opioid intratekal, terutama meperidne yang mempunyai efek seperti anestesi lokal tetapi juga
sufentanyl, karena penyembuhan nyeri dan blokade simpatis dapat menurunkan tekanan darah maternal berpotensi
menurunkan aliran darah uterus.
17. 17
Vasopressors
Efedrin mempunyai efek terhadap alfa dan beta adrenergik dipakai untuk obat pilihan untuk pasien hipotensi pada
wanita hamil selama beberapa dekade. Peningkatan efedrin dengan obat inotropik dan chronotropik mempunyai efek
kuat terhadap jantung untuk meningkatkan venous return (preload). Sebai tambahan, efedrin mengakibatkan
pengeluaran nitrit oxide pada sirkulasi uterus membantu menyediakan aliran darah uterus.
Sebaliknya, eksperimen klasik menyatakan vasopressor yang mempunyai efek utama alfa adrenergik (mephentermine,
metaraminol, methoxamine) meningkatkan tekanan darah dengan vasokonstriksi perifer dengan reduksi signifikan
dalam aliran darah uterus. 2 dekade lalu, beberapa percobaan di klinik, perbedaannya, dosis alfa agonis yang
tinggidigunakan untuk studi domba atau mungkin spesies yang berbeda. Hasil dari 7 RCT di klinik menunjukkan tidak
ada perbedaan pada neonatus (acidosis, Apgar score), tetapi ada sedikit keuntungan pada pH neonatus(0,03 ubit)
phenylephrine. Ada dua hal yang perlu dicatat untuk menginterpretasi penemuan ini:
1. Perbedaan besar dalam potensi obat efedrin dosis yang sangat tinggi
2. Hanya orang sehat yang memilih persalinan caesar
18. 18
Agen Antihipertensi
Anti hipertensi yang dimaksud untuk menurunkan aktivitas aliran darah pada uterus diantaranya:
1. Hydralazine
Hidralazyne adalah dilator otot langsung dan biasa digunakan untuk agen hipotensive pada preeclampsia. Pada
studi hewan, hidralazin menurunkan tekanan darah maternal dan memperbaiki aliran darah uteroplasenta lebih
baik dari nitrogiserin. Pada kehamilan preeklampsi, hidralazin menurunkan tekanan darah maternal tetapi tidak
memperbaiki aliran darah dengan USG Doppler atau cabang arteri uterina.
2. Nitrogliserin dan Nitroprusside
Obat-obatan ini bekerja menurunkan tekanan darah dengan memproduksi nitrit oxide. Pada domba hamil,
nitrogliseri setelah induksi fenilefrin menurunkan tekanan darah arteri maternal pada hipertensi dan
menyebabkan naiknya aliran darah uteroplasenta. Nitropruside juga efektifmemperbaiki aliran darah
uteroplasenta dalam induksi norepinefrin hipertensi pada domba. Sayangnya, tidak ada efek secara langsung
pada manusia maupun di klinik (pada preeclampsia berat).
19. 19
3. Calcium Channal Blocker
Pada hewan, verapamil menurunkan menurunkan tekanan arteri maternal dan menurunkan aliran darah
uteroplasenta. Nifedipin menjadi obat pilihan tocolysis preterminasi. Obat ini telah diperhitungkan efeknya pada
aliran darah ueroplasenta dengan Doppler dan tidak ada perubahan signifikan yang dapat terjadi setelah diberi
nifedipin sampai 40mg.
4. Beta – Alfa Adrenergik Blocker
Esmolol memproduksi beta bloker dan hipoxemia di janin domba, walaupun efek aliran darah uteroplacenta
tidak dihitung. Esmolol mempercepat efek pada placenta dan secara langsung nenurunkan kecepatan denyut
jantung janin. Bardikardi dibutuhkan dalam persalinan SC pada manusia. Labetolol meningkatkan kontrol
tekanan darah pada preeclampsia. Dipadu beta dan alfa blocker tidak menurunkan aliran darah pada manusia.
20. 20
Agen Antihipertensi + Tocolitics
(Magnesium Sulfat, Beta Agonis Adrenergic, Indomethacin)
Tocolitics biasa dipakai di praktik modern untuk periode singkat (48 jam). Magnesium mengakibatkan
dilatasi ringan arteri uterina pada manusia dan hewan dengan preterminasi aliran darah uteroplacenta
selama induksi anestesi epidural hipotensi. Obat-obat lain diluar magnesium sulfat, beta agonis
adrenergic, indomethacin apabila digunakan untuk tocolitis maka tidak mempunyai efek yang
terlampau penting pada aliran darah uteroplacenta.
21. Penyebab penurunan aliran darah pada uteroplasenta umumnya adalah posisi supine saat gravida
besar / kehamilan besar (utamanya dikarenakan tekanan), Simpatektomi dari Anastesi Regional,
Hipovolemi e.c. Perdarahan yang parah, serta beberapa factor lain seperti golongan farmakologi
sebagai induksi, agen anastesi (baik inhalasi / epidural / local), golongan vasopressor, serta agen
farmakologi anti-hipertensi.
Pada agen hipertensi tertentu (seperti Magnesium Sulfat, golongan Beta - Agonis Andrenergenic,
Indometachin) selain berfungsi sebagai anti-hipertensi juga dapat berfungsi sebagai tokolitik. Hal
tersebut dikarenakan golongan tersebut memproduksi Beta Agonis yang dimana cara kerjanya
hampir serupa dengan hormone prostaglandin dan melawan system kerja hormone oksitosin,
sehingga mengurangi efek nyeri berlebihan saat terjadinya his / kontraksi dikarenakan
menurunnya aktivitas laju aliran darah pada uteroplasenta.
21
CONCLUSION / KESIMPULAN