SlideShare a Scribd company logo
1 of 116
Download to read offline
i
PETUNJUK TEKNIS
INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN
DI PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan
2022
i
Kementerian Kesehatan
2022
PETUNJUK TEKNIS
INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN
DI PUSKESMAS
i
Kata Pengantar
Pandemi COVID-19 berdampak dan mengguncang sistem
kesehatan global dan nasional telah mengantarkan Indonesia pada
pilihan menuju jalan perubahan. Kementerian Kesehatan berupaya
mewujudkan jalan perubahan tersebut melalui transformasi sistem
kesehatan Indonesia yang dilaksanakan di tahun 2022. Kementerian
Kesehatan telah mencanangkan enam pilar transformasi kesehatan,
dimana salah satu pilar utama yaitu transformasi pelayanan kesehatan
primer.
Transformasi layanan primer difokuskan untuk meningkatkan
layanan promotif dan preventif, seperti memperkuat upaya
pencegahan, deteksi dini, promosi kesehatan, membangun
infrastruktur, melengkapi sarana, prasarana, SDM, serta memperkuat
manajemen di seluruh layanan primer di tanah air. Transformasi layanan
kesehatan primer yang akan dijalankan menerapkan konsep
kewilayahan difokuskan pada pendekatan siklus hidup serta
mendekatkan layanan kesehatan melalui jejaring hingga ke tingkat
dusun.
Petunjuk teknis ini disusun sebagai panduan dalam
mengimplementasikan upaya transformasi layanan primer di Puskesmas
sebagai fasyankes primer yang menyelenggarakan UKP dan UKM
sehingga dapat memberikan layanan yang berkualitas. Posyandu
Prima, sebagai jaringan Puskesmas, diharapkan semakin berkembang,
baik jumlah maupun kualitas layanannya sesuai kebutuhan masyarakat.
Jakarta, Juli 2022
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
dr. Maria Endang Sumiwi, MPH
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................................i
Daftar Isi ..........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ...................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................3
C. Sasaran........................................................................................3
BAB II Konsep Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer.........................4
BAB III Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja ............12
A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan
Remaja ........................................................................................12
B. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas ..........15
C. Pelayanan Kesehatan Balita dan Pra Sekolah ....................18
D. Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja...............25
BAB IV Klaster Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia .........37
A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Usia Produktif
dan Lansia...................................................................................37
B. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia ................41
C. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif.....................................53
D. Pelayanan Kesehatan Lansia..................................................57
BAB V Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit ...........................65
A. Kegiatan Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit....66
B. Alur Kerja Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit ...66
BAB VI Peran Lintas Sektor ..........................................................................71
BAB VII Pencatatan dan Pelaporan..........................................................74
BAB VIII Penutup.............................................................................................77
Daftar Referensi ..............................................................................................78
Lampiran .........................................................................................................81
0
Pendahuluan
BAB I
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
ujuan pembangunan kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi. Arah kebijakan dan strategi pembangunan
bidang kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2020-
2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju
cakupan kesehatan semesta, utamanya dalam penguatan
pelayanan kesehatan dasar atau Primary Health Care (PHC).
Upaya ini dilakukan dengan mendorong peningkatan upaya
promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan
teknologi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan
pendekatan PHC melalui 3 (tiga) strategi utama yaitu integrasi
pelayanan kesehatan, utamanya pada pelayanan primer dan
fungsi kesehatan masyarakat esensial; pemberdayaan individu dan
masyarakat; serta kebijakan dan aksi multi sektor.
Strategi global pelayanan kesehatan yang berfokus pada
individu (people-centred) secara terintegrasi mewujudkan
pelayanan yang lebih komprehensif dan responsif, lebih terintegrasi
dan terjangkau, dengan metode yang terkoordinasi untuk
mengatasi beragam rentang kebutuhan kesehatan yang diperlukan
masyarakat. Manfaat dari pendekatan yang berpusat pada individu
secara terintegrasi ini yaitu mendekatkan pelayanan kesehatan
melalui jaringan dan jejaring hingga tingkat desa dan dusun,
memperkuat promosi dan pencegahan, memperkuat Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) melalui pemantauan dengan dashboard
situasi kesehatan per desa, meningkatkan efisiensi pelayanan,
menurunkan biaya, peningkatan kesetaraan dalam menerima
pelayanan, literasi dan perawatan kesehatan yang lebih baik,
peningkatan kepuasan terhadap pelayanan, peningkatan
T
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 2
hubungan antara pasien dan penyedia pelayanan serta
peningkatan kemampuan untuk merespon krisis pelayanan
kesehatan (resiliensi terhadap pandemi).
Melalui pendekatan ini diharapkan setiap orang memiliki
pengetahuan dan dukungan yang dibutuhkan untuk mampu
membuat keputusan dan berpartisipasi dalam perawatan
kesehatannya. Penguatan pelayanan kesehatan primer melalui
pendekatan siklus hidup penting dilakukan karena fakta yang ada
menunjukkan capaian SPM bidang kesehatan tahun 2021 masih jauh
dari target yang ditetapkan.
Permasalahan kesehatan di Indonesia berdasarkan data SUPAS,
2015 diantaranya tingginya angka kematian ibu (305 per 100.000
kelahiran hidup), dimana menurut SIRS 2018, kematian ibu terbanyak
disebabkan gangguan hipertensi (31,9%) dan pendarahan (26,9%).
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi ibu hamil anemia tinggi, yaitu
48,9% begitupula ibu hamil kurang energi kronik (KEK) sebesar 17,6%,
sedangkan berdasarkan SSGI (2021) masih tingginya prevalensi
balita stunting (24,4%) dan wasting (7,1%) serta cakupan imunisasi
dasar lengkap masih rendah (65,8%). Berdasarkan Kajian Cepat
Peran Puskesmas dalam Penanganan Wabah COVID-19 di
Indonesia, Juni 2020, Puskesmas melaksanakan kunjungan ibu hamil
sebesar 69%. Laporan rutin menunjukkan penurunan cakupan
kunjungan antenatal dari 91,3% tahun 2019 menjadi 86,38% pada
tahun 2020.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 3
Di Indonesia, penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer
dilaksanakan melalui Puskesmas yang saat ini jumlahnya sebanyak
10.292 Puskesmas (Pusdatin, 2022). Keberadaan Puskesmas ini
didukung oleh jejaring yang berbasis komunitas serta partispasi
masyarakat di bidang kesehatan melalui UKBM, seperti Poskesdes
(42.051) dan Posyandu (298.266). Berdasarkan laporan per 10 April
2022 dapat diketahui bahwa dari total 78.724 desa/kelurahan yang
ada saat ini ternyata sebanyak 16.664 (21%) desa/kelurahan tidak
memiliki fasilitas kesehatan dalam bentuk Puskesmas/Pustu/
Poskesdes/ Posyandu.
Untuk itu Pemerintah melaksanakan penguatan upaya
kesehatan melalui transformasi pelayanan primer dengan
menerapkan konsep PHC yang dijalankan berdasarkan
kewilayahan, baik upaya kesehatan perorangan maupun
masyarakat secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Sistem ini tidak dapat dijalankan hanya melalui Puskesmas dan
jejaringnya, namun memerlukan peran serta aktif masyarakat serta
Pemerintah Daerah setempat untuk dapat diimplementasikan.
2. Tujuan
Petunjuk Teknis ini disusun sebagai panduan dalam
mengimplementasikan upaya transformasi pelayanan primer di
Puskesmas hingga jaringannya (Posyandu Prima).
3. Sasaran
a. Tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan primer
b. Tenaga kesehatan di Posyandu Prima
c. Penanggung jawab/pengelola program kesehatan masyarakat
di Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
d. Pemangku kepentingan terkait
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 3
Konsep Integrasi Pelayanan
Kesehatan Primer
BAB 2
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 4
BAB II
KONSEP INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
ntegrasi pelayanan kesehatan primer merupakan salah satu
pilar transformasi sistem kesehatan. Tujuan transformasi sistem
kesehatan adalah melakukan akselerasi pencapaian target
RPJMN 2020-2024 bidang Kesehatan yang meliputi: 1) Meningkatkan
kesehatan ibu, anak, Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi; 2)
Mempercepat perbaikan gizi masyarakat; 3) Memperbaiki
pengendalian penyakit; 4) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
dan 5) Memperkuat sistem kesehatan dan pengendalian obat dan
makanan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai
penopang kesehatan Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan
kesehatan primer; 2) Transformasi pelayanan kesehatan rujukan; 3)
Transformasi sistem ketahanan kesehatan; 4) Transformasi sistem
pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM kesehatan; dan 6)
Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer merupakan pilar
penting yang dilaksanakan melalui edukasi penduduk, pencegahan
primer, pencegahan sekunder dan peningkatan kapasitas dan
kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Transformasi pelayanan
kesehatan primer mengacu pada strategi global pelayanan kesehatan
yang berfokus pada pendekatan siklus hidup (people-centred) secara
terintegrasi untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih
komprehensif, responsif, dan terjangkau.
Transformasi pelayanan kesehatan primer bertujuan untuk
terwujudnya kesehatan primer yang komprehensif dan berkualitas,
dengan sasaran strategis:
1. Menguatnya promotif preventif di FKTP melalui Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan pendekatan keluarga
2. Terpenuhinya sarana, prasarana, obat, Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dan alat kesehatan pelayanan kesehatan primer
3. Menguatnya tata kelola manajemen pelayanan kesehatan
kolaborasi publik-swasta dalam mencapai Universal Health
Coverage (UHC)
I
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 5
Fokus dari transformasi sistem pelayanan kesehatan primer
adalah pendekatan siklus hidup sebagai platform integrasi pelayanan
kesehatan sekaligus sebagai platform penguatan promosi dan
pencegahan, mendekatkan pelayanan kesehatan melalui jejaring
hingga tingkat desa dan dusun, termasuk untuk memperkuat promosi
dan pencegahan serta resiliensi terhadap pandemi serta memperkuat
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) melalui pemantauan dengan
dashboard situasi kesehatan per desa.
Pada transformasi pelayanan kesehatan primer, terdapat
perubahan paradigma dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas,
tidak lagi hanya berbasis pada penyakit/program, tetapi melalui klaster
yang diintervensi oleh semua program sehingga pelayanan kesehatan
di puskesmas akan lebih terintegrasi dan komprehensif. Klaster tersebut
adalah:
1. Klaster 1: Manajemen Puskesmas
2. Klaster 2: Ibu, Anak, dan Remaja
3. Klaster 3: Usia Produktif dan Lansia
4. Klaster 4: Penanggulangan Penularan Penyakit
Dalam konteks transformasi pelayanan kesehatan primer, pada
level kecamatan, sistem pelayanan kesehatan primer menjadi
tanggung jawab Puskesmas, sedangkan pada level desa, sistem
pelayanan kesehatan akan diselenggarakan di Posyandu Prima
(sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekaligus jejaring
Puskesmas). Dari keempat klaster tersebut perlu dilakukan pemetaan
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 6
dari sumber daya dan juga pelayanan kesehatan minimal yang ada di
tiap klaster dengan pendekatan dimana pelayanan tersebut diberikan
(point of care).
Dalam implementasinya, sebanyak 24.678 Pustu dan 42.051
Poskesdes akan diintegrasikan ke dalam Posyandu Prima yang nantinya
secara bertahap akan memiliki bangunan permanen, sarana
prasarana pendukung dan mempunyai minimal 2 tenaga kesehatan
(perawat dan bidan) di setiap desa. Posyandu Prima berasal dari
pengintegrasian Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Desa,
penggabungan Pustu dan Poskesdes yang sudah ada atau;
pembentukan baru. Oleh karena itu istilah Pustu dan Poskesdes diganti
menjadi Posyandu Prima dan tetap sebagai jaringan Puskesmas.
Kegiatan yang dilakukan Posyandu Prima mencakup pelayanan
kesehatan baik promotif dan preventif, dan tata laksana klinis terbatas.
Posyandu Prima uga akan mengkoordinir kegiatan
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat desa/kelurahan dengan mengkoordinir Posyandu yang
ada di dusun/RT/RW. Kegiatan Posyandu di dusun/RT/RW mencakup
kegiatan untuk kesehatan ibu hamil dan bayi-balita, remaja, usia
produktif dan lansia serta pencegahan dan pengendalian penyakit
menular dan tidak menular yang dilakukan oleh kader bersama tenaga
kesehatan Posyandu Prima. Kader kesehatan juga melakukan
kunjungan rumah sasaran pada sasaran yang tidak datang ke
Posyandu, dan mempunyai faktor risiko serta secara terjadwal/rutin
dalam upaya meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan.
Unsur partisipasi masyarakat dalam transformasi ini dapat dilihat
dari peran aktif kader dalam menjalankan tugasnya di dusun/RT/RW.
Kader diberi mandat untuk menindaklanjuti permasalahan evaluasi
capaian dan masalah yang ditemukan dari kegiatan Posyandu melalui
kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal sesuai kapasitasnya.
Peran serta masyarakat juga diharapkan secara aktif dalam deteksi dini
permasalahan kesehatan, berkoordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan tingkat desa sehingga permasalahan tersebut dapat
ditangani bersama lintas sektor secara komprehensif.
Konsekuensi dari perubahan ini akan berimplikasi pada
penataan dan penyesuaian kembali terhadap: (i) regulasi dan
kebijakan pendukung; (ii) sistem penganggaran; (iii) sistem pelayanan
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 7
dan paket pelayanan; (iv) penyediaan SDM kesehatan dan kader; (v)
pengadaan infrastruktur; (vi) penyiapan instrumen kerja, termasuk
pedoman/ juknis; (vii) peningkatan kapasitas; (viii) pengaturan jam
operasional dan hari kerja; serta (ix) mendefinisikan ulang peran
Pokjanal di semua tingkatan. Regulasi yang jelas akan mendukung
pembiayaan upaya transformasi pelayanan kesehatan primer sehingga
dapat dipenuhi sesuai kemampuan dari APBD dan APBDes.
Gambar 2.1. Struktur Posyandu Prima (sesuai Permenkes 43
Tahun 2019 tentang Puskesmas dan Pustu)
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 8
Gambar 2.2. Struktur LKD Posyandu
Sumber: Kemendagri, 2022
Posyandu awalnya merupakan UKBM yang memberikan
pelayanan sosial dasar yang dibutuhkan masyarakat di desa.
Posyandu kini bertransformasi menjadi Lembaga Kemasyarakatan
Desa (LKD) sekaligus mitra Pemerintah Desa melalui Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.18 tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa. Kiprah Posyandu
selama hampir empat dekade memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar tidak
lepas dari peran Pokjanal dan Pokja Posyandu. Kelembagaan atau
organisasi pembina yang ada di tingkat Pusat hingga Desa
berperan dalam menjalankan fungsi koordinasi, pembinaan,
fasilitasi, advokasi, dan bantuan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan/ pengelolaan Posyandu.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 9
Gambar 2.3 Ilustrasi Pola Kerja Sistem Pelayanan Kesehatan Primer
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 10
Gambar 2.4 Alur Integrasi Pelayanan Kesehatan di Dalam dan Luar Puskesmas
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 11
Pada pola integrasi pelayanan kesehatan, pelayanan dalam
dan luar Puskesmas harus berjalan berkesinambungan. Pada
pelayanan dalam Puskesmas pasien atau masyarakat yang datang
akan diterima oleh bagian registrasi, untuk kasus tidak gawat darurat
akan diarahkan ke pelayanan klaster yang sesuai dengan siklus hidup
dan mengikuti alur pelayanan hingga selesai.
Klaster pelayanan dalam Puskesmas kemudian melakukan
input data kasus penyakit yang ditangani pada dashboard PWS.
Selanjutnya klaster pelayanan bersama klaster penanggulangan
penularan penyakit melakukan analisa PWS (minimal 1 kali/minggu atau
segera jika diperlukan) terhadap beban penyakit meliputi morbiditas
penyakit (persentase jumlah penduduk yang mengalami penyakit
tertentu) dan capaian pelayanan/program. Berdasarkan data tersebut
apabila ditemukan perubahan terkait gambaran morbiditas penyakit
atau gambaran capaian pelayanan yang tidak memenuhi target pada
suatu wilayah desa maka masing-masing klaster perlu memberikan
notifikasi tindak lanjut kasus kepada Posyandu Prima desa tersebut.
Notifikasi tersebut kemudian dievaluasi kembali oleh tim Posyandu Prima
untuk menentukan arah tindak lanjut selanjutnya, dapat berupa
kegiatan di Posyandu Prima dan kunjungan rumah oleh nakes atau
kader.
Kader juga melakukan kunjungan rumah rutin yang sudah
direncanakan sebelumnya. Hasil dari kegiatan tersebut kemudian
dilaporkan dan dievaluasi kembali pada Posyandu Prima untuk
dilakukan input ke dashboard PWS. Pada saat kunjungan rumah ini
kader melakukan pengecekan catatan home based record (buku KIA)
dan mengidentifikasikan warga putus pengobatan atau missing
services. Dalam penanganan kasus di luar Puskesmas, pihak FKTP lain
dapat dilibatkan dengan memberikan input terkait kasus yang
ditangani ke dashboard PWS dan menerima notifikasi tindak lanjut
terhadap kasus di wilayahnya.
Melalui alur integrasi pelayanan kesehatan, diharapkan
Puskesmas memiliki sistem pencatatan dan pelaporan satu pintu yaitu
melalui PWS. Dinas Kesehatan setempat dapat memberikan feedback
dan melaksanakan koordinasi dan diseminasi secara internal maupun
lintas sektoral terkait hasil analisis data sehingga analisis data
dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 11
Klaster Pelayanan
Kesehatan Ibu, Anak
dan Remaja
BAB III
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 12
BAB III
KLASTER PELAYANAN KESEHATAN IBU,
ANAK DAN REMAJA
laster ini memiliki sasaran intervensi yang terdiri dari 3
kelompok pelayanan yaitu 1) Ibu hamil, bersalin dan nifas;
2) Balita dan pra sekolah dan 3) Usia sekolah dan remaja,
yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan. Untuk
dapat melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
maka fokus pelayanan kesehatan menyesuaikan kondisi pertambahan
usia pada siklus kehidupan.
Morbiditas yang banyak dialami oleh ibu, anak dan remaja
meliputi:
1. Ibu hamil, bersalin dan nifas: anemia, KEK, hipertensi, DM,
penyakit infeksi (TBC, malaria, HIV, hepatitis, COVID-19),
perdarahan jalan lahir, ketuban pecah dini, plasenta previa,
asma, penyakit jantung, perdarahan pasca persalinan, infeksi
rahim, trauma/robekan perineum, postpartum blues, postpartum
depression, dll.
2. Balita dan anak pra sekolah: masalah neonatal (asfiksia, sepsis,
kelainan kongenital), prematuritas dan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), penyakit infeksi (TB, diare, pneumonia), masalah gizi dan
perkembangan (failure to thrive, gizi kurang, gizi buruk, stunting
dan obesitas), dll.
3. Usia sekolah dan remaja: masalah gizi (anemia, underweight,
obesitas), penyakit infeksi (TB, HIV, IMS), gigi dan mulut (karies
gigi), gangguan refraksi dan pendengaran, masalah perilaku
dan penyalahgunaan NAPZA.
A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja
Mekanisme kerja klaster 2 (ibu, anak dan remaja) terdiri dari
pelayanan kesehatan di dalam dan luar Puskesmas sesuai gambar
3.1 sebagai berikut:
K
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 13
Gambar 3.1 Alur Kerja Klaster 2 (Ibu, Anak dan Remaja)
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 14
Alur mekanisme kerja klaster 2 diatas adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan Kesehatan Dalam Puskesmas
a. Saat klien, yaitu ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, balita dan anak pra
sekolah, anak usia sekolah dan remaja berkunjung ke Puskesmas, baik
datang sendiri, maupun berdasarkan kiriman/rujukan dari Posyandu,
pemberi layanan primer lainnya, masyarakat maupun sekolah
b. Klien akan melakukan registrasi dan diidentifikasi apakah tergolong
kasus gawat darurat, kasus ibu bersalin/permasalahan kandungan/
obstetric yang memerlukan perawatan diruang bersalin atau bukan.
c. Bila termasuk kasus gawat darurat akan diberikan penanganan sesuai
kasus gawat darurat di IGD dan bila tidak dapat ditangani di
puskesmas akan dirujuk ke Puskesmas/FKTP lain yang lebih kompeten
atau FKTRL.
d. Bila kasus ibu bersalin/permasalahan kandungan/obstetrik yang
memerlukan tindakan maka akan diberikan penanganan yang sesuai
di ruang bersalin (RB) dan bila tidak dapat ditangani di puskesmas
akan dirujuk ke Puskesmas/FKTP lain yang lebih kompeten atau FKTRL.
e. Bila bukan termasuk kasus gawat darurat atau persalinan/
permasalahan kandungan yang memerlukan tindakan maka akan
diberikan pelayanan di poli klaster 2 untuk ibu, anak dan remaja. Klien
mendapatkan pemeriksaan (anamnesis dan pemeriksaan fisik) serta
penanganan sesuai standar:
 ibu hamil ANC sesuai standar (10 T)
 ibu bersalin dan nifas sesuai standar kunjungan nifas
 balita sesuai standar pelayanan balita
 remaja sesuai skrining masalah kesehatan remaja (termasuk
dilaksanakan anamnesa khusus remaja (HEADSSS)
f. Bila pasien tidak perlu pelayanan umum lainnya, setelah mendapat
pemeriksaan sesuai standar diatas termasuk edukasi dan konseling
(jika membutuhkan), maka klien menuju pelayanan farmasi (jika ada
resep dokter) dan pulang.
g. Bila pasien membutuhkan pelayanan umum lainnya maka dapat
diberikan pelayanan yang diperlukan seperti pengobatan gigi dan
mulut, laboratorium, rawat inap (bila ada). Setelah mendapatkan
pelayanan yang sesuai, maka akan dilakukan evaluasi apakah
membutuhkan konsultasi ulang atau tidak.
h. Bila klien membutuhkan layanan spesialistik/rujukan lainnya, maka klien
akan dirujuk ke FKRTL dan fasilitas lainnya (misalnya rujukan sosial dan
hukum).
i. Berdasarkan data klien dari Poli Klaster 2, akan dilakukan PWS melalui
analisa beban penyakit meliputi morbiditas dan cakupan pelayanan.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 15
B. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas
Secara lengkap paket pelayanan kesehatan pada ibu hamil,
bersalin dan nifas dilaksanakan untuk mencegah dan menangani
permasalahan kehamilan, status gizi ibu hamil, persalinan dan nifas
berisiko, meliputi:
1. Pelayanan Antenatal Terpadu (ANC Terpadu)
 Pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif dan sesuai
standar (10 T), dilakukan minimal 6 kali dengan distribusi waktu:
o 1 kali pada trimester ke-1 (0-12 minggu)
o 2 kali pada trimester ke-2 (> 12 minggu - 24 minggu), dan
o 3 kali pada trimester ke-3 (> 24 minggu sampai
kelahirannya)
 Ibu hamil harus kontak dengan dokter minimal 2 kali, 1 kali di
trimester 1 dan 1 kali di trimester 3 (K5). Pelayanan ANC oleh
dokter termasuk pemeriksaan ultrasonografi (USG).
 Diluar jadwal pemeriksaan antenatal oleh dokter, ANC dapat
dilaksanakan di Posyandu Prima oleh bidan/perawat.
Pada pilot project penerapan integrasi pelayanan kesehatan di klaster
2 akan melihat:
 penerapan Antenatal Care (ANC) dan penguatan rujukan ibu hamil
berisiko tinggi
 penerapan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) termasuk penanganan infeksi TBC,
imunisasi rutin lengkap, serta pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan pada balita
 penerapan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) mengacu
pada data PWS dan hasil skrining kesehatan dari sekolah
2. Pelayanan Kesehatan Luar Puskesmas
a. Pelayanan luar puskesmas dilakukan di Posyandu Prima atau FKTP lain
(klinik pratama, praktik mandiri).
b. Kegiatan di Posyandu Prima meliputi: pelayanan kesehatan dan
evaluasi data PWS.
c. Bila diperlukan pemantauan lanjutan akan dilakukan kunjungan
rumah baik oleh kader atau nakes.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 16
 Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan
melakukan deteksi dini masalah gizi, faktor risiko, komplikasi
kebidanan, gangguan jiwa, penyakit menular dan tidak
menular yang dialami ibu hamil serta melakukan tata laksana
secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan bersih dan aman.
 Dalam deteksi dini penyakit menular termasuk skrining HIV,
sifilis, hepatitis B, malaria, TBC, dan COVID-19. Misalnya pada
kasus ibu hamil TBC, skrining yang dilaksanakan sbb:
o Sasaran skrining: ibu dengan HIV/AIDS (ODHA), ibu yang
kontak serumah dengan pasien TBC paru yang
terkonfirmasi bakteriologis, ibu yang berisiko lainnya,
misalnya: ibu dengan penyakit imunokopromais (pasien
yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang
mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat
kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang
persiapan transplantasi organ, dll) dan ibu yang tinggal di
wilayah tertentu, sesuai dengan kebutuhan.
o Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil
skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas
kesehatan Puskesmas atau FKTP lainnya (petugas medis
atau paramedis). Jika sarana memadai, metode skrining
TBC dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
ronsen dada.
o Tindak lanjut setelah skrining TBC: ibu yang terindikasi
terduga TBC dilakukan pengambilan, pengemasan dan
pengiriman dahak melalui Posyandu Prima atau
pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di
Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan pemeriksaan
TCM), untuk kemudian diberikan pengobatan yang sesuai.
 Saat kunjungan rumah, kader dapat berperan memberikan
edukasi, pendataan ibu hamil, deteksi ibu hamil beresiko (4T),
pemantauan dan pendampingan ibu hamil, serta sweeping
dan edukasi tanda bahaya kehamilan.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 17
2. Kelas Ibu Hamil
 Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan
jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil
akan belajar bersama, berdiskusi dan bertukar pengalaman
tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) dengan menggunakan
buku KIA.
 Selama kehamilan ibu hamil diharapkan dapat mengikuti
kelas ibu hamil minimal 4 kali dengan 1 kali pertemuan
ditemani oleh suami atau keluarga.
 Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil kegiatan aktivitas fisik ibu
hamil dapat dilakukan bagi ibu hamil dengan umur kehamilan
< 20 minggu, sedangkan kegiatan senam hamil dapat
dilakukan bagi ibu hamil dengan umur kehamilan 20-32
minggu.
 Kelas ibu hamil dapat dilakukan dimana saja seperti di
Puskesmas, Posyandu Prima, balai desa bahkan di rumah
warga.
3. Pemberian Tambahan Asupan Gizi pada Ibu Hamil Kurang Energi
Kronik (KEK)
 Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan hasil pemeriksaan
Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm, sedangkan ibu hamil
dengan kekurangan berat badan adalah ibu hamil dengan
IMT pada trimester I < 18,5 kg/m2.
 Ibu hamil KEK dan kekurangan berat badan harus ditangani
dengan melakukan pengkajian etiologi dan penegakan
diagnosa oleh dokter atau rujukan bila diperlukan.
 Tambahan asupan gizi dengan jumlah energi 500 kkal bagi ibu
hamil KEK dapat berupa pemberian Makanan Tambahan
(MT) yang berasal dari pangan lokal atau pabrikan yang
diberikan selama minimal 90 hari.
4. Persalinan Normal
 Persalinan harus di fasilitas pelayanan kesehatan, agar
apabila terjadi komplikasi selama masa persalinan dapat
ditangani dengan cepat.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 18
 Tenaga yang menjadi tim penolong persalinan sebanyak 3
orang, terdiri dari dokter, bidan dan perawat. Apabila ada
keterbatasan akses dan tenaga medis, persalinan dilakukan
oleh tim minimal 2 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari
bidan-bidan, atau bidan-perawat.
5. Pelayanan Nifas
 Pelayanan pascapersalinan dilaksanakan minimal 4 (empat)
kali dengan waktu kunjungan ibu dan bayi baru lahir
bersamaan yaitu:
o Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6 jam sampai
dengan 2 hari setelah persalinan.
o Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah
persalinan.
o Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah
persalinan.
o Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari
setelah persalinan untuk ibu.
 Pelayanan pasca persalinan terintegrasi adalah pelayanan
yang bukan hanya terkait dengan pelayanan kebidanan dan
KB paska salin, tetapi juga terintegrasi dengan program-
program lain yaitu dengan program gizi, penyakit menular,
penyakit tidak menular, imunisasi, jiwa dan lain lain.
6. Pelayanan Pengobatan
 Pelayanan pengobatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas
disesuaikan dengan kasus dan kewenangan serta dapat
dintegrasikan dengan pelayanan yang ada di FKTP.
Diusahakan pelayanan di FKTP diberikan selesai dalam satu
waktu (one stop services) atau bila tidak memungkinkan
ditetapkan janji temu pada pertemuan berikutnya.
C. Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah
Pelayanan kesehatan pada balita dan anak pra sekolah ditujukan
untuk mencegah dan menangani masalah kesehatan pada balita
dan anak pra sekolah seperti permasalahan bayi baru lahir, penyakit
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 19
infeksi, dan gangguan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah, melalui deteksi dini dan pengendalian risiko, meliputi:
1. Pelayanan Neonatal Esensial:
 Kegiatan pelayanan neonatal esensial terdiri dari:
o Kunjungan Neonatal (KN 1 s.d KN 3) menerapkan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
o Edukasi perawatan neonatal termasuk IMD, pemberian ASI
eksklusif dan konseling oleh bidan/perawat
 Bidan/perawat melaksanakan pelayanan neonatal esensial
terintegrasi dengan Kunjungan Nifas (KF 1 s.d KF 4) baik di
Puskesmas, Posyandu Prima dan kunjungan rumah.
 Kader melalui kunjungan rumah untuk sweeping, memberikan
edukasi terkait perawatan neonatal, dan pemberian ASI
eksklusif.
2. Pelayanan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
 Pelayanan BBLR mencakup perawatan dan pemantauan
BBLR, yang terdiri dari:
o Penilaian BBLR
o Manajemen BBLR saat dan setelah lahir
o Manajemen Laktasi
o Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan BBLR.
 Direkomendasikan rujukan intrauterin pada ibu yang berisiko
melahirkan < 37 minggu, berat lahir < 2000 gram, mengingat
kesulitan yang akan didapat saat resusitasi, stabilisasi dan
transportasi BBLR.
 Pelayanan BBLR hanya dilaksanakan di Puskesmas PONED
(BBLR tanpa penyulit).
 Tenaga kesehatan terlatih PONED harus mampu mengenali
masalah yang didapat, tanda bahaya, penatalaksanaan
kegawat daruratan, stabilisasi pra rujukan dan rujukan, serta
memantau pertumbuhan dan perkembangan BBLR yang
benar.
 Kader dan nakes di Posyandu Prima dapat melakukan
pemantauan kondisi umum BBLR.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 20
3. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan
 Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan terdiri dari:
o Pemeriksaan antropometri: penimbangan berat badan,
pengukuran panjang/tinggi badan, Lingkar Lengan Atas
(LiLA) dan Lingkar Kepala (LK) yang dicatat serta diplot
dalam KMS dalam buku KIA
o Pemeriksaan perkembangan menggunakan ceklist
perkembangan sesuai usia dalam buku KIA
o Interpretasi hasil pemantauan tumbuh kembang
o Edukasi/konseling menggunakan buku KIA, atau media
lainnya (leaflet, poster, lembar balik)
o Rujukan balita dan anak pra sekolah berisiko masalah gizi
dan perkembangan
 Tenaga kesehatan (dokter/bidan/perawat/ahli gizi)
berkolaborasi menindaklanjuti hasil pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan melalui Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk mencari adakah penyakit
atau kondisi lainnya yang mendasari sebagai etiologi masalah
gizi.
 Setelah balita memasuki episode sembuh (jika sebelumnya
ada penyakit penyerta), maka dapat dilakukan penilaian
perkembangan mengacu pada Pedoman Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Puskesmas dan
Posyandu Prima.
 Kader melalui event Posyandu dan kunjungan rumah untuk
sweeping, pemantauan dan edukasi tumbuh kembang.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 21
4. Imunisasi Rutin Lengkap
 Layanan imunisasi rutin lengkap pada balita terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan dengan jadwal berikut:
o Imunisasi Dasar
Umur Jenis Interval Minimal
*)
0-24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2 1 bulan
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4,
IPV
9 bulan Campak dan Rubella
*) untuk jenis imunisasi yang sama
o Imunisasi Lanjutan
Umur Jenis Interval Minimal **)
18 bulan DPT-HB-
Hib
12 bulan dari DPT-HB-Hib 3
Campak
dan
Rubella
6 bulan dari Campak dan
Rubella dosis 1
**) setelah imunisasi dasar
 Bidan/perawat di Puskesmas, Posyandu Prima dan kegiatan
Posyandu melaksanakan imunisasi dan hasilnya dicatat dan
dipantau pada tabel imunisasi dalam buku KIA.
 Kader melalui kunjungan rumah melaksanakan sweeping dan
edukasi imunisasi rutin lengkap.
5. Vitamin A dan obat cacing
 Pemberian suplementasi vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) dan
Anak Balita (12-59 bulan) dilakukan secara serentak pada
bulan Februari dan Agustus (Bulan Penimbangan / Bulan
Vitamin A).
 Pada saat yang sama di bulan Agustus, balita minum obat
cacing untuk pengendalian kecacingan minimal 1 kali tiap
tahun. Berikan vitamin A dulu kemudian obat cacing.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 22
 Pemberian vitamin A dilaksanakan oleh tenaga pengelola
gizi/bidan/perawat di Posyandu dan fasilitas pelayanan
kesehatan lain (RS, Puskesmas, Klinik/Praktek Dokter/Bidan
Swasta), serta sekolah taman kanak-kanak, Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), termasuk kelompok bermain, tempat
penitipan anak, dll.
 Kader perlu melakukan sweeping melalui kunjungan rumah
jika balita sasaran tidak datang,
6. Pencegahan dan tatalaksana serta rujukan balita gizi kurang,
gizi buruk dan stunting
 Merupakan tindak lanjut pemantauan tumbuh kembang di
event Posyandu atau kegiatan masyarakat, disertai
identifikasi tanda dan gejala klinis sebagai bentuk deteksi dini
untuk penemuan kasus balita gizi kurang, gizi buruk dan
stunting.
 Anak yang ditemukan mengalami risiko masalah gizi di
masyarakat dirujuk ke tenaga kesehatan di Puskesmas.
 Penanganan di Puskesmas oleh tenaga pengelola
gizi/bidan/perawat melibatkan dokter untuk mencari etiologi
(kemungkinan infeksi, penyakit lainnya), meliputi:
o Konfirmasi ulang status gizi mengacu pada 4 (empat)
indikator antropometri, penilaian tren pertumbuhan
(weight increment dan height increment)
o Penilaian status kesehatan dengan pendekatan MTBS
o Penilaian perkembangan dengan menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dilakukan jika
balita telah memasuki episode sembuh dari penyakit (jika
disertai penyakit penyerta)
o Tata laksana gagal tumbuh, gizi kurang dan gizi buruk
mengacu pada Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana
Gizi Buruk pada balita dan Juknis Pemberian Makanan
Tambahan serta stimulasi perkembangan mengacu pada
Pedoman SDIDTK
o Rujukan ke Rumah Sakit untuk mendapat penanganan
secara komprehensif oleh dokter spesialis anak, bila
ditemukan:
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 23
 balita stunting
 tanda bahaya (red flag) atau setelah tata laksana
tidak menunjukkan perbaikan
 perkembangan menunjukkan hasil meragukan atau
menyimpang
 Alur deteksi dini dan tata laksana masalah gizi sebagaimana
Permenkes Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Anak.
 Kader dan anggota masyarakat yang terlatih didampingi
petugas kesehatan melaksanakan sweeping dan monitoring
kasus melalui kunjungan rumah untuk balita berisiko termasuk
yang tidak datang ke Posyandu.
7. Pengambilan sampel Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
 Sebelum pengambilan sampel, perlu dilaksanakan KIE agar
diperoleh reaksi/respon positif pemangku kebijakan, orang
tua, keluarga, dan masyarakat terhadap SHK pada bayi baru
lahir.
 Skrining diawali proses persiapan, pengambilan specimen
dan tata laksana specimen. Pengambilan spesimen darah
yang paling ideal adalah ketika umur bayi 48 sampai 72 jam.
Teknik pengambilan darah yang digunakan adalah melalui
tumit bayi (heel prick). Darah yang keluar diteteskan pada
kertas saring khusus sampai bulatan kertas penuh terisi darah,
kemudian setelah kering dikirim ke laboratorium SHK.
 Pengambilan sampel dilaksanakan di Puskesmas dan
Posyandu Prima oleh bidan/perawat/dokter bekerja sama
dengan dokter spesialis anak (Sp.A), dokter spesialis
kandungan dan kebidanan/obgyn (Sp.OG), dokter umum,
perawat dan bidan yang menolong persalinan untuk
melakukan pengambilan spesimen darah bayi yang baru
dilahirkan pada hari ketiga.
8. Pelayanan pengobatan dengan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS)
 MTBS bertujuan untuk mengurangi kematian, kesakitan dan
kecacatan pada balita, dengan sasaran langsung balita
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 24
umur 2 bulan sampai 5 tahun yang sakit, serta bayi umur
kurang dari 2 bulan (bayi muda) yang sakit maupun sehat.
 Penerapan MTBS memperhatikan secara cepat semua gejala
anak sakit, sehingga segera dapat ditentukan apakah anak
dalam keadaan sakit berat dan perlu segera dirujuk. Jika
penyakitnya tidak parah, balita dapat diberi pengobatan
yang sesuai, disamping konseling bagi ibu atau pengasuh
anak.
 Penyakit infeksi yang banyak dialami balita diantaranya TBC,
diare dan pneumonia. Untuk itu perlu dilaksanakan skrining
pada pasien balita yang bergejala maupun berisiko, misalnya
pada skrining kasus TBC balita:
o Sasaran skrining: balita dengan HIV/AIDS (ODHA), balita
yang kontak serumah dengan pasien TBC paru yang
terkonfirmasi bakteriologis, balita yang berisiko lainnya
misalnya: balita dengan penyakit imunokopromais
(pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang
mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang
mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang
sedang persiapan transplantasi organ, dll) dan balita
yang tinggal di wilayah tertentu, sesuai dengan
kebutuhan.
o Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil
skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas
kesehatan Puskesmas atau FKTP lainnya (petugas medis
atau paramedis). Jika sarana memadai, metode skrining
TBC dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
ronsen dada.
o Tindak lanjut setelah skrining TBC: Balita yang terindikasi
terduga TBC dilakukan pengambilan, pengemasan dan
pengiriman dahak melalui Posyandu Prima atau
pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di
Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler
(TCM) atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan
pemeriksaan TCM), untuk kemudian diberikan
pengobatan baik obat rutin maupun terapi pencegahan
TBC (TPT).
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 25
 Deteksi dini dan penanganan kasus sesuai MTBS mengacu
Buku Bagan MTBS dan Formulir Pencatatan yang dilaksanakan
oleh bidan/perawat di Puskesmas atau Posyandu Prima.
 Kader melaksanakan kunjungan rumah untuk sweeping balita
yang tidak melakukan kunjungan ulang.
D. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
Pelayanan kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja diberikan
di dalam gedung dan luar gedung Puskesmas. Pelayanan
kesehatan remaja menggunakan pendekatan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang komprehensif dan ramah
bagi remaja. Pelayanan kesehatan bagi anak sekolah dan remaja
di dalam gedung termasuk pelayanan pada klaster 2. Sementara
itu, pelayanan yang dilakukan di luar gedung meliputi pelaksanaan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Posyandu Remaja, pelayanan
kesehatan di Lapas dan Panti Sosial Anak.
1. Pelayanan di Dalam Gedung
Pelayanan kesehatan di dalam gedung bagi usia sekolah dan
remaja yang datang sendiri maupun rujukan dari sekolah atau
Posyandu remaja, bersifat one stop service, terdiri dari:
 Deteksi dini (skrining) penyakit menular dan penyakit tidak
menular
o Pada remaja dilakukan anamnesis dengan pendekatan
HEEADSSS (Home, Education & Employment, Eating &
Exercise, Activities & Peer Relationships, Drug use, Sexuality,
Suicide and Depression, Safety) yang bertujuan untuk
mengetahui riwayat psikososial dan risiko kesehatan seorang
remaja, sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR).
o Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dilakukan
diantaranya untuk menilai status gizi dan gejala/tanda
penyakit menular dan tidak menular.
 Remaja usia > 15 tahun perlu mendapatkan pelayanan
terkait penyakit tidak menular yang terdapat pada
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 26
klaster 3 yaitu skrining faktor risiko dan PTM (Obesitas, DM
dan hipertensi).
 Remaja yang telah menikah perlu mendapat pelayanan
terkait kondisinya (layak hamil, kehamilan dan KB) yang
ramah anak.
o Penyakit infeksi yang sering dialami usia sekolah dan remaja
diantaranya TBC, HIV, IMS, dll. Untuk itu perlu dilaksanakan
skrining pada pasien remaja yang bergejala maupun
berisiko, misalnya pada skrining kasus TBC remaja:
 Sasaran skrining: remaja dengan HIV/AIDS (ODHA),
remaja yang kontak serumah dengan pasien TBC paru
yang terkonfirmasi bakteriologis, remaja yang berisiko
lainnya misalnya remaja dengan penyakit
imunokompromais (pasien yang menjalani pengobatan
kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis,
pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang,
pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll),
remaja yang menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP), tinggal di sekolah berasrama, pengguna narkoba
suntik atau remaja yang tinggal di wilayah tertentu,
sesuai dengan kebutuhan.
 Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil
skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas
kesehatan Puskesmas atau FKTP lainnya (petugas medis
atau paramedis).
 Pemeriksaan penunjang bila diperlukan dan sarana
memadai, misalnya pada skrining TBC menggunakan
pemeriksaan ronsen dada. Pemeriksan penunjang
sebagai tindak lanjut setelah skrining TBC yaitu remaja
yang terindikasi terduga TBC dilakukan pengambilan,
pengemasan dan pengiriman dahak melalui Posyandu
Prima atau pengambilan dahak untuk penegakan
diagnosis TBC di Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes
Cepat Molekuler (TCM) atau mikroskopis BTA (jika ada
keterbatasan pemeriksaan TCM).
 Tatalaksana sesuai diagnosis penyakit dan risiko masalah
kesehatan, meliputi:
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 27
o Tatalaksana medis berupa tindakan atau pengobatan
o Pemberian informasi dan edukasi terkait masalah kesehatan
yang dialami remaja
o Konseling melalui penguatan Pendidikan Keterampilan
Hidup Sehat (PKHS)
 Pembinaan konselor remaja untuk meningkatkan partisipasi
remaja
 Rujukan bila diperlukan (baik rujukan medis, sosial termasuk
rujukan hukum bagi remaja yang mengalami kasus kekerasan)
2. Pelayanan di Luar Gedung
 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Salah satu wadah dalam pemberian paket pelayanan
kesehatan remaja adalah UKS. Paket pelayanan kesehatan
pada remaja dilaksanakan untuk menangani permasalahan
kesehatan seperti masalah status gizi, anemia, karies,
penglihatan, pendengaran dan perilaku berisiko pada remaja,
meliputi:
1) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan pemberian
pengetahuan kesehatan dan pembiasaan perilaku sehat
peserta didik. Materi pendidikan kesehatan yang diberikan
bagi peserta didik meliputi 8 isu prioritas kesehatan anak usia
sekolah dan remaja seperti: gizi, sanitasi dan kebersihan diri,
penyakit tidak menular, kesehatan mental dan emosional,
kesehatan reproduksi, pencegahan IMS dan HIV AIDS,
Napza termasuk rokok, Tuberkulosis, dll.
Bentuk kegiatan: Edukasi pentingnya Tablet Tambah darah
(TTD), program sarapan bersama di sekolah dan optimalisasi
aktivitas fisik dan peregangan di sekolah.
2) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 28
Pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah diberikan oleh
puskesmas kepada peserta didik.
Bentuk kegiatan: Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala, imunisasi, pemberian TTD dan pemberian obat
cacing. Informasi lebih lengkap tentang penjaringan
kesehatan pada kotak halaman 28.
3) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sehat adalah usaha untuk
menciptakan kondisi lingkungan sekolah/madrasah yang
sehat dan dapat mendukung proses pendidikan sehingga
mencapai hasil yang optimal baik dari segi pengetahuan,
sikap maupun keterampilan.
Bentuk kegiatan: pelaksanaan inspeksi kesehatan
lingkungan sekolah/madrasah oleh Puksesmas,
pembersihan dan desinfeksi seluruh ruangan, penerapan
kawasan tanpa rokok dan NAPZA, penerapan kawasan
tanpa kekerasan, surveilans dan pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit dan pelaksanaan 3R (reuse,
reduce, recycle).
 Posyandu Remaja
Posyandu remaja bertujuan untuk mendekatkan akses dan
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi remaja,
yang dilaksanakan sebulan sekali. Posyandu Remaja
diselenggarakan dan digerakkan oleh kader Posyandu Remaja
dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait.
Pada saat penyelenggaraan Posyandu Remaja minimal jumlah
kader adalah 5 (lima) orang untuk memenuhi 5 langkah
kegiatan yang diselenggarakan. Sasaran langsung Posyandu
Remaja adalah remaja usia 10-18 tahun, tanpa memandang
status pendidikan dan perkawinan termasuk remaja dengan
disabilitas. Sasaran tidak langsung adalah anak usia sekolah 6-
10 tahun dan remaja usia 19-24 tahun.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 29
PENJARINGAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN BERKALA
DI SEKOLAH
Penjaringan kesehatan merupakan rangkaian pemeriksaan
kesehatan (skrining) yang dilakukan pada seluruh peserta didik
baru yaitu kelas 1 (satu) SD/MI,7 (tujuh) SMP/MTs dan 10 (sepuluh)
SMA/SMK/MA (entry level), sedangkan pemeriksaan berkala
adalah rangkaian pemeriksaan kesehatan (skrining) yang
dilakukan pada seluruh peserta didik kelas 2-6 SD/MI, 8-9 SMP/MTs
dan 11-12 SMA/SMK/MA. Penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala dilakukan minimal 1 (satu) kali setiap tahun
di sekolah/madrasah.
Bentuk Kegiatan
1. Pemeriksaan kesehatan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan mengenai riwayat kesehatan keluarga, diri,
imunisasi dan perilaku terkait kesehatan lainnya. Kuesioner diisi
oleh masing-masing peserta didik. Bagi peserta didik kelas 1-3
SD/MI atau peserta didik di SLB pengisian kuesioner ini dapat
dibantu dengan orang tua/wali/guru.
2. Pemeriksaan kesehatan secara fisik
a. Dilakukan oleh guru sekolah/madrasah: pengukuran BB/TB
tekanan darah (menggunakan pengukur tekanan darah
digital bila tersedia), pemeriksaan ketajaman penglihatan,
pemeriksaan tajam pendengaran dengan tes berbisik
modifikasi, dan pemeriksaan kebersihan diri serta
pemeriksaan kebugaran jasmani.
b. Dilakukan oleh petugas puskesmas: pemeriksaan gigi dan
mulut, pemeriksaan telinga, denyut jantung dan
pernapasan dan lain lain.
3. Jenis pemeriksaan dalam penjaringan:
a. Pemantauan status gizi
Untuk mendeteksi secara dini masalah gizi kurang, gizi lebih
dan kekurangan zat gizi mikro antara lain Anemia Gizi Besi
(AGB). Penilaian status gizi anak usia sekolah dan remaja
pada penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala
dilakukan melalui:
1) pengukuran antropometri dengan menggunakan
indeks berat badan dan tinggi badan (BB/TB) atau IMT
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 30
2) pemeriksaan tanda gejala anemia : mata bawah
dalam, bibir, lidah dan telapak tangan untuk
mendeteksi dugaan anemia gizi besi
b. Skrining kesehatan indera
1) Skrining Indera Penglihatan
Untuk mendeteksi adanya penyakit pada mata,
gangguan penglihatan seperti kelainan
refraksi/gangguan tajam penglihatan dan buta warna
pada peserta didik serta menindaklanjuti hasil
pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).
Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dilakukan
melalui pemeriksaan mata luar, tajam penglihatan dan
pemeriksaan buta warna.
2) Skrining Indera Pendengaran
Untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi
pendengaran serta menindaklanjuti hasil pemeriksaan
(bila terdapat ada kelainan). Pemeriksaan telinga
dilakukan melalui pemeriksaan telinga luar dan fungsi
pendengaran dengan tes berbisik dan tes penala.
c. Skrining gigi dan mulut
Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut
anak usia sekolah dan remaja. Pemeriksaan gigi dan mulut
meliputi pemeriksaan klinis sederhana berupa
pemeriksaan keadaan rongga mulut, meliputi bibir,
mukosa mulut, lidah, langit – langit, gusi, gigi termasuk
kebersihan mulut. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat
kondisi klinis organ – organ tersebut, apakah dalam kondisi
normal atau memiliki kelebihan.
d. Skrining faktor risiko dan PTM
Untuk mendeteksi adanya risiko terjadinya Penyakit Tidak
Menular (PTM) yang dapat terjadi pada anak usia sekolah
dan remaja. Penilaian faktor risiko PTM dapat diketahui dari
kuesioner riwayat kesehatan diri, riwayat penyakit
keluarga, pemeriksaan fisik misalnya pengukuran tekanan
darah, pengukuran antropometri, pemeriksaan gula darah
bagi remaja usia 15 Tahun ke atas yang memiliki factor
risiko obesiatas dan atau hipertensi, pemeriksaan SADANIS
bagi remaja yang sudah menstruasi dan lain sebagainya.
e. Skrining masalah mental emosional (kesehatan jiwa)
Untuk menemukan secara dini adanya masalah mental
emosional agar dapat segera dilakukan intervensi.
Intervensi secara dini yang dapat dilakukan di layanan
primer adalah pemberian Media KIE dan konseling awal.
Penjaringan kesehatan jiwa / mental sebaiknya dilakukan
sekali setiap tahun pada awal penerimaan peserta didik
baru dengan menggunakan Kuesioner Kekuatan dan
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 31
Ringkasan paket pelayanan kesehatan ibu, anak dan remaja
tercantum pada tabel 3.1.
latihan fisik terprogram sesuai dengan hasil pengukuran
kebugaran jasmani dan memotivasi anak untuk
meningkatkan aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga.
Pengukuran kebugaran jasmani menggunakan instrumen
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang telah
disepakati dan ditetapkan menjadi suatu instrumen yang
sesuai dengan kondisi anak Indonesia dan berlaku di
Indonesia. Instrumen yang digunakan dalam penjaringan
kesehatan anak usia sekolah dan remaja adalah Single test.
g. Imunisasi rutin lanjutan
Untuk mengetahui status imunisasi anak usia sekolah dan
remaja secara lengkap. Penilaian status imunisasi meliputi
jenis imunisasi yang diberikan melalui program imunisasi
dasar dan lanjutan. Pemeriksaan riwayat imunisasi dasar
lengkap dan lanjutan baduta dilakukan pada peserta didik
kelas 1, sedangkan riwayat imunisasi lanjutan anak sekolah
(BIAS) dilakukan pada kelas 1, 2 dan 5 (atau pada anak usia
7, 8 dan 11 tahun).
h. Skrining anemia pada remaja putri
Skrining anemia pada remaja putri merupakan salah satu
bagian dari penilaian status gizi pada penjaringan
kesehatan dan pemeriksaan berkala. Skrining tanda gejala
anemia dilakukan dengan pemeriksaan tanda-tanda klinis
pada kelopak mata bawah dalam, bibir, lidah dan telapak
tangan tampak pucat. Kemudian dilanjutkan dengan
anamnesa riwayat pingsan, sering pusing, kurang
konsentrasi dan memperhatikan gejala 5 L (Lesu, Lemah,
Letih, Lelah, Lalai). Apabila terdapat tanda gejala anemia,
maka rujuk ke Puskesmas/ fasilitas untuk pemeriksaan lebih
lanjut yaitu test laboratorium (Hb, risiko kecacingan).
4. Pelayanan pengobatan untuk anak usia sekolah dan remaja
di sekolah dilakukan dengan penyediaan P3K atau
pengobatan medis sederhana.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 32
Tabel 3.1 Paket Pelayanan Kesehatan pada Ibu, Anak dan Remaja
 Ibu hamil, bersalin dan nifas
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
Status gizi ibu
hamil,
kehamilan,
persalinan
dan nifas
beresiko
ANC Edukasi, pendataan
ibu hamil, deteksi ibu
hamil beresiko (4T),
pemantauan dan
pendampingan,
sweeping serta
edukasi tanda
bahaya kehamilan
ANC K2, K3, K4
dan K6
ANC K1, K2, K3, K4, K5
dan K6 plus USG oleh
dokter
Kelas Ibu
hamil
Edukasi mengikuti
kelas ibu hamil
Kelas ibu hamil :
edukasi buku KIA,
senam ibu hamil,
sharing session,
pemberian TTD
Fasilitasi
pelaksanaan
kelas ibu hamil di
Posyandu
Fasilitasi pelaksanaan
kelas ibu hamil di
Posyandu
Pemberian
MT ibu hamil
KEK
Edukasi gizi
seimbang,
monitoring PMT
Edukasi gizi seimbang
dan PMT pemulihan
Edukasi gizi
seimbang dan
PMT pemulihan
Pemantauan status gizi
dan asupan, edukasi,
PMT, monitoring
Persalinan
Normal
- - - Persalinan normal dan
penyiapan stabilisasi
rujukan ibu dan bayi
jika diperlukan
(Puskesmas PONED sesuai
kompetensi persalinan
penyulit ringan UK 37-40
minggu)
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 33
 Ibu hamil, bersalin dan nifas
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
Pelayanan
Nifas (KF 1-4
dan KN 1-3)
Pelayanan Nifas (Ibu
dan Bayi Baru Lahir)
Pelayanan Nifas bagi
Ibu dan Bayi Baru Lahir
kondisi normal
- Sweeping,
pemantauan kondisi,
pendampingan dan
pemenuhan layanan
esensial sesuai nasihat
dokter, edukasi tanda
bahaya Ibu dan Bayi
baru lahir dan rujukan
fasyankes sesuai
kebutuhan
Pelayanan
pengobatan
- - - Sesuai tata laksana
penyakit didukung
oleh penunjang
laboratorium
 Balita dan Anak Pra Sekolah
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
Status gizi,
tumbuh
kembang dan
infeksi pada
balita
Pelayanan
neonatal
esensial
Edukasi perawatan
neonatal dan
pemberian ASI
eksklusif, sweeping.
Kunjungan Neonatal
dengan MTBM,
Edukasi perawatan
neonatal termasuk
pemberian ASI
eksklusif dan
konseling
Kunjungan Neonatal
dengan MTBM,
Edukasi perawatan
neonatal termasuk
pemberian ASI
eksklusif dan
konseling
Kunjungan Neonatal
dengan Manajemen
Terpadu Bayi Muda
(MTBM), Edukasi
perawatan neonatal
termasuk pemberian
ASI eksklusif dan
konseling
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 34
 Balita dan Anak Pra Sekolah
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
Status gizi,
tumbuh
kembang dan
infeksi pada
balita
Pelayanan
BBLR
Pemantauan Pemantauan Pemantauan dan
Perawatan
Pemantauan
tumbuh
kembang
Sweeping,
pemantauan dan
edukasi tumbuh
kembang
Timbang BB, Ukur
PB/TB, LiLA, LK, ceklis
perkembangan,
rujukan
Timbang BB, Ukur
PB/TB, LiLA, LK,
SDIDTK, penentuan
status gizi
Timbang BB, Ukur PB
atau TB, LiLA, LK,
SDIDTK, penentuan
status gizi
Imunisasi
Rutin
Lengkap
Sweeping dan
edukasi Imunisasi
Rutin Lengkap
Imunisasi Rutin
Lengkap
Imunisasi Rutin
Lengkap
Imunisasi Rutin
Lengkap
Vitamin A
dan Obat
Cacing
Sweeping dan
edukasi Vitamin A
dan Obat Cacing
Pemberian Vitamin A
dan obat cacing
- -
Pelayanan
balita gizi
kurang, gizi
buruk dan
stunting
Edukasi dan
monitoring, rujukan
Edukasi dan
pemberian MT
Pemantauan Penanganan balita
bermasalah gizi
(rawat inap / rawat
jalan), merujuk ke
FKRTL bagi balita
bermasalah gizi
Pengambilan
sampel SHK
- - - Pengambilan dan
pengiriman sampel
SHK
Pelayanan
pengobatan
Sweeping balita
yang tidak
- MTBS* (merujuk jika
ditemukan klasifikasi
merah)
MTBS
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 35
dengan
MTBS
melakukan
kunjungan ulang
 Usia Sekolah dan Remaja
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan Kesehatan Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
atau Sekolah
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
Status gizi,
anemia
remaja,
karies gigi,
penglihatan,
pendengaran,
perilaku
berisiko
Pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan
dan pembinaan
lingkungan sekolah
sehat
Edukasi, pemantauan
status gizi, pelacakan
kasus, monitoring
konsumsi TTD
Edukasi 8 isu
prioritas remaja
(Kespro, gizi,
NAPZA, HIV/AIDS,
PTM, Keswa, PHBS,
kekerasan/cedera),
pemberian dan
edukasi TTD, makan
bersama, aktifitas
fisik
Fasilitasi kegiatan
UKS dan
Posyandu
Remaja
Fasilitasi
kegiatan UKS
Penjaringan (satu tahun sekali)
Pemantauan Status Gizi
Sweeping
BB, TB, tanda dan
gejala anemia
Fasilitasi kegiatan
UKS
Fasilitasi
kegiatan UKS
Skrining kesehatan
indera
Tes tajam
penglihatan, tes
buta warna,
pemeriksaan
telinga dan tajam
pendengaran
Skrining gigi dan mulut Pemeriksaan
kesehatan gigi dan
mulut
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 36
Catatan:
* Pada remaja usia 15 tahun keatas dengan obesitas dan atau hipertensi
** Pada remaja putri yang sudah menstruasi
 Usia Sekolah dan Remaja
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
atau Sekolah
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
Status gizi,
anemia
remaja,
karies gigi,
penglihatan,
pendengaran,
perilaku
berisiko
Skrining faktor risiko
dan PTM (Obesitas,
DM dan hipertensi)
Anamnesis faktor
risiko PTM,
pengukuran BB, TB,
LP, TD, pemeriksaan
gula darah*,
SADANIS**
Skrining masalah
kesehatan jiwa
Sweeping
Kuesioner SDQ
(Strength and
Difficulties
Questionaire)
Fasilitasi kegiatan
UKS
Fasilitasi
kegiatan UKS
Skrining kebugaran Tes berlari (single
test)
Imunisasi rutin
lanjutan
Campak Rubella,
DT, TD, HPV
Skrining anemia
remaja putri
Anamnesis dan
tanda klinis
Pelayanan
pengobatan
- P3K Terbatas Pelayanan
Kesehatan
Peduli
Remaja
Pelayanan Kesehatan
Usia Produktif dan
Lansia
BAB IV
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 37
BAB IV
PELAYANAN KESEHATAN USIA PRODUKTIF
DAN LANSIA
laster ini memiliki sasaran intervensi yang terdiri dari 2
kelompok pelayanan yaitu 1) usia produktif ( ≥15 – 44 tahun)
dan 2) lanjut usia (pra lansia 45-59 tahun dan lansia ≥ 60
tahun). Pelayanan kesehatan dilaksanakan berkesinambungan
dengan fokus pelayanan kesehatan sesuai kondisi pertambahan usia
pada siklus kehidupan.
Morbiditas yang banyak dialami oleh usia produktif dan lansia
meliputi:
1. Usia produktif: Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, DM, jantung,
stroke, kanker, PPOK, obesitas), masalah kejiwaan, dll
2. Lansia: Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, DM, jantung, stroke,
kanker, PPOK, obesitas), mental emosional dan kognitif
(demensia), katarak, dll.
A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia
Alur kerja klaster 3 (usia produktif dan lansia) terdiri dari
pelayanan Kesehatan di dalam puskesmas dan luar Puskesmas
sebagaimana gambar 4.1.
K
Alur mekanisme kerja klaster 3 adalah sebagai berikut:
1. Layanan Dalam Puskesmas:
a. Pasien usia produktif dan lansia berkunjung ke puskesmas atas
inisiatif sendiri atau atas rujukan dari Posyandu, pemberi layanan
primer/klinik pratama/ praktik mandiri atau masyarakat.
b. Pasien melakukan registrasi dan diidentifikasi apakah termasuk
kasus gawat darurat atau bukan.
c. Untuk pelayanan pada lansia, sesuai prinsip puskesmas
santun/ramah lansia, layanan diprioritaskan mulai dari registrasi
sampai apotek dan sebaiknya dilayani di 1 lantai sesuai dengan
kondisi puskesmas dan kebijakan puskesmas. Misalnya: Lansia
yang datang ke puskesmas sebaiknya diberikan ruangan khusus
supaya lansia tidak harus mengantri bersama dengan pasien
umum lainnya. Apabila kondisi puskesmas tidak memungkinkan,
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 38
dapat dilakukan di ruangan pemeriksaan umum dengan syarat
pasien lansia harus didahulukan.
d. Setelah registrasi, bila termasuk kasus gawat darurat akan
diberikan penanganan sesuai kasus gawat darurat di IGD/RB dan
bila tidak dapat ditangani di puskesmas akan dirujuk ke FKTRL.
e. Bila bukan termasuk kasus gawat darurat maka akan diberikan
pelayanan di poli klaster 3 untuk usia produktif dan lansia. Pasien
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar.
 untuk usia produktif yaitu skrining PTM, PM dan layak hamil.
 untuk lansia (60 tahun keatas) yaitu skrining/penilaian
pengkajian paripurna pasien geriatri, skrining PTM (hipertensi,
DM, kardiovaskuler, kanker payudara, paru, usus/kolorektal,
skrining PPOK, obesitas) dan PM (TBC). Bila pasien membutuhkan
pelayanan farmasi dapat diberikan bila diperlukan.
f. Hasil penilaian pengkajian paripurna geriatri :
 Lansia sehat dengan kategori mandiri atau lansia dengan
ketergantungan ringan, atau mempunyai penyakit yang
terkontrol, maka akan diberikan pelayanan di ruang kegiatan
lansia dengan berbagai aktifitas seperti latihan fisik, stimulasi
kognitif, edukasi/konseling, PMT, penyuluhan, interaksi sosial.
Setelah itu pasien dapat pulang.
 Bila ditemukan lansia dengan kategori kelompok lansia dengan
ketergantungan sedang, berat atau total, maka harus mengikuti
program layanan perawatan di rumah (homecare), dapat
melibatkan pelaku rawat/pendamping/ caregiver atau dirujuk
ke Rumah Sakit.
g. Bagi pasien usia reproduksi dan llansia yang mempunyai masalah
kesehatan akan diberikan pelayanan pengobatan dan konsultasi
di poli klaster 3. Jika tidak mampu ditangani di puskesmas akan
dirujuk ke FKRTL.
h. Bagi lansia yang mempunyai masalah kesehatan akan diberikan
pelayanan pengobatan dan konsultasi di poli klaster 3. Jika tidak
mampu ditangani di puskesmas akan dirujuk ke FKRTL.
i. Bila pasien dengan tidak perlu pelayanan umum lainnya, setelah
mendapat pemeriksaan sesuai standar diatas, maka pasien
dapat pulang.
j. Bila pasien membutuhkan pelayanan umum lainnya maka dapat
diberikan pelayanan yang diperlukan seperti pengobatan gigi
dan mulut, laboratorium, rawat inap (bila ada). Setelah
mendapatkan pelayanan yang sesuai, maka akan dilakukan
evaluasi apakah membutuhkan konsultasi ulang atau tidak.
k. Bila pasien membutuhkan penanganan spesialistik maka akan
dirujuk ke FKTRL.
l. Pelayanan dalam puskesmas termasuk PWS yaitu melakukan
analisa beban penyakit meliputi morbiditas dan cakupan
pelayanan.
m.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 39
Paket pelayanan kesehatan usia produktif dilaksanakan untuk
mencegah dan menangani permasalahan penyakit tidak menular,
masalah gizi (anemia, obesitas), gangguan mental emosional dan
depresi, keluarga berencana serta persiapan kehamilan. Paket
pelayanan kesehatan lansia (usia > 60 tahun) dilaksanakan untuk
menangani permasalahan penyakit tidak menular dan kanker, masalah
gizi, masalah penglihatan dan indera serta demensia.
2. Layanan Luar Puskesmas:
a. Pelayanan luar puskesmas dilakukan di posyandu prima, FKTP lain
(klinik pratama, praktik mandiri).
b. Kegiatan di posyandu prima meliputi: pelayanan kesehatan dan
evaluasi PWS.
c. Bila diperlukan pemantauan lanjutan akan dilakukan kunjungan
rumah baik oleh kader atau nakes.
Pada pilot project penerapan integrasi pelayanan kesehatan di klaster 3
akan melihat:
 Penguatan pelayanan terpadu PTM termasuk deteksi faktor risiko dan
kepatuhan pengobatan PTM (Hipertensi dan DM) serta skrining
pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G)
 Penerapan penanganan infeksi TBC
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 40
Gambar 4.1. Alur Kerja Klaster 3 (Usia Produktif dan Lansia)
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 41
B. Pelayanan Usia Produktif dan Lansia
Paket layanan skrining beberapa penyakit (hipertensi, Diabetes
Melitus, kardiovaskular, kanker payudara, kanker leher rahim, paru,
usus dan talasemia serta PPOK) dilaksanakan dengan prinsip sama
antara usia produktif dan lansia, meliputi:
1. Skrining Hipertensi
• Sasaran: penduduk usia ≥ 15 tahun
• Kegiatan dilaksanakan secara rutin dan berkala untuk
memudahkan masyarakat menjangkau layanan dan
berdampak pada keberhasilan pencapaian target.
• Skrining untuk deteksi dini hipertensi dapat dilakukan di Pos
Binaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular
(PTM)/Posyandu/Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK),
fasyankes atau laboratorium klinik swasta, komunitas, sekolah,
kampus, instansi/ tempat kerja dan serta tempat-tempat
umum lainnya, melalui pemeriksaan tekanan darah
menggunakan tensimeter digital.
• Di komunitas deteksi dini hipertensi dilakukan oleh kader
terlatih dan penegakan diagnosis dilakukan di Puskesmas/
FKTP.
• Klasifikasi Hipertensi pada anak dan orang dewasa usia 18
tahun ke atas pada PNPK Tata laksana Hipertensi Anak dan
Dewasa sebagai berikut:
Tabel 4.1 Klasifikasi Hipertensi pada Dewasa
Klasifikasi TD sistolik
(mmHg)
TD diastolic
(mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi sistolik
terisolasi
≥ dan < 90
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 42
Tabel 4.2 Klasifikasi Hipertensi pada Anak
menurut AAP Tahun 2017
Anak Usia 1-13
tahun
Anak Usia ≥ 13
tahun
Tekanan darah
normal
Sistolik dan diastolik
< persentil 90
< 120/80 mmHg
Tekanan darah
meningkat
Sistolik dan diastolik
≥ persentil 90 tetapi
< persentil 95, atau
120/80 mmHg tetapi
< persentil 95
120/< 80 mmHg -
129/ < 80 mmHg
-
Hipertensi tingkat 1 Sistolik dan diastolik
diantara persentil 95
dan persentil 95+12
mmHg, atau 130/80
mmHg – 138/89
mmHg
130/80 mmHg -
138/89 mmHg
Hipertensi tingkat 2 Sistolik atau diastolik
≥ persentil 95+12
mmHg, atau ≥
140/90 mmHg
≥ 140/90 mmHg
• Penilaian hasil skrining Hipertensi dan tindak lanjutnya:
o Berdasarkan skrining pada kegiatan Posyandu atau
Posyandu Prima
- Normal : tetap pertahankan gaya hidup sehat
- Normal Tinggi: edukasi untuk melakukan gaya hidup
sehat dan pemantauan setiap bulan.
- Hipertensi: tindak lanjut dini ke fasilitas pelayanan
kesehatan
o Berdasarkan skrining di Puskesmas/FKTP
- Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat
- Normal Tinggi: edukasi untuk melakukan gaya hidup
sehat dan pemantauan setiap bulan
- Hipertensi: tatalaksana sesuai PPK dan standar lain
yang berlaku
• Tatalaksana hipertensi dilakukan di Puskesmas/FKTP dilakukan
dengan PANDU PTM sesuai standar.
• Disamping pemeriksaan tekanan darah, di Puskesmas pada
pasien hipertensi usia ≥ 40 tahun juga dilakukan pemeriksaan
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 43
deteksi dini komplikasi pada organ target untuk melihat
kemungkinan adanya komplikasi penyakit jantung, stroke dan
kelainan ginjal. Pemeriksaan mata dengan funduskopi,
pemeriksaan fungsi jantung dengan EKG dan laboratorium
yaitu profil lipid untuk mengetahui dyslipidemia, pemeriksaan
fungsi ginjal dengan urinalisa untuk menilai albuminuria, ureum
dan kreatinin.
• Tindak lanjut skrining dilakukan konseling perubahan perilaku
untuk lebih sehat, seperti gizi seimbang, aktivitas fisik, layanan
Upaya Berhenti Merokok (UBM) dan terapi yang sesuai
Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK). Kunjungan rumah oleh kader
untuk memberikan edukasi bila pasien tidak datang 2 kali.
2. Skrining Diabetes Melitus
• Sasaran: penduduk usia ≥ 15 tahun
• Penapisan DM dengan melakukan pemeriksaan kadar gula
darah, dilakukan untuk:
o usia 15 - < 40 tahun dengan faktor risiko PTM (riwayat
obesitas dan/atau obesitas sentral, dan/atau tekanan
darah tinggi)
o usia ≥ 40 tahun
• Skrining DM di Posyandu dan FKTP dilakukan 1 tahun sekali:
o Skrining DM di Posyandu dilaksanakan oleh kader terlatih
dan penegakan diagnosa dilakukan di FKTP.
o Skrining di Posyandu Prima dan FKTP dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, mengacu pada Panduan Praktik Klinis
(PPK), atau ketentuan lain yang berlaku.
• Alat dan bahan yang digunakan dalam Skrining DM:
1) Alat pemeriksaan kadar gula darah (Glukometer untuk
kegiatan Posyandu/Posyandu Prima atau Clinical
Chemistry Analyzer di Puskesmas/FKTP lainnya)
2) Test strip gula darah.
3) Auto lancet
4) Jarum khusus/ lancet untuk pengukuran gula darah.
5) Kapas alkohol.
6) Tissue kering.
7) Sarung tangan.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 44
8) Kotak limbah benda tajam/safety box
Tabel 4.3 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kadar Gula darah
dengan Glukometer
Kriteria Gula darah
sewaktu (mg/dl)
Gula darah
Puasa (mg/dl)
Diabetes* ≥ 200 ≥ 126
Prediabetes 140 -199 100 – 125
Normal < 100 < 100
*disertai gejala klasik
Tabel 4.4 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah
dengan Clinical Chemistry Analyzer
Kriteria
Glukosa
Plasma
Sewaktu
(mg/dl)
Glukosa
Plasma
Puasa
(mg/dl)
Glukosa
plasma 2 jam
Setelah TTGO
(mg/dl)
HbA1C
(%)
Diabetes ≥ 200 ≥ 126 ≥ 200 ≥6,5
Prediabetes 140 -199 100 – 125 140 – 199 5,7 – 6,4
Normal < 100 < 100 < 140 < 5,7
Sumber : PNPK Tatalaksana DM tipe 2 dewasa
• Penilaian hasil skrining DM dan tindak lanjutnya:
o Berdasarkan skrining pada kegiatan Posyandu atau
Posyandu Prima
- Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat
- Prediabetes: edukasi untuk melakukan gaya hidup
sehat dan pemantauan selama 3 bulan
- Diabetes: tindak lanjut dini ke fasilitas pelayanan
kesehatan
o Berdasarkan skrining di Puskesmas/FKTP
- Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat
- Prediabetes: edukasi untuk melakukan gaya hidup
sehat dan pemantauan selama 3 bulan
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 45
- Diabetes: tatalaksana sesuai PPK dan peraturan lain
yang berlaku
• Tindak lanjut skrining DM dapat dilakukan kunjungan rumah
oleh kader untuk memberikan edukasi.
4. Skrining Kardiovaskular
• Sasaran: penderita hipertensi dan Diabetes Melitus yang
berusia 40 tahun ke atas.
• Pemeriksaan yang dilakukan:
o EKG dan lipid profil dilakukan minimal setahun sekali.
o Pemeriksaan lipid profil (kolesterol total, HDL, LDL dan
Trigliserid) dilakukan pada seluruh penduduk usia 60 tahun
keatas serta penderita hipertensi dan atau DM usia diatas
40 tahun.
• Skrining kardiovaskular dapat dilakukan di Posbindu
PTM/Posyandu/Pos UKK, komunitas, sekolah, kampus, instansi/
tempat kerja dan fasyankes ataupun laboratorium klinik
swasta serta tempat-tempat umum lainnya.
• Alat yang digunakan di tingkat Puskesmas adalah tensimeter
digital, alat pemeriksaan profil lipid, dan alat pemeriksaan
EKG.
5. Skrining Kanker Payudara, Serviks, Paru, Usus (Kolorektal) dan
Skrining Talasemia
• Kanker payudara dan serviks:
o Sasaran: Skrining kanker payudara dan kanker leher rahim
usia 30-50 tahun dengan riwayat sudah pernah kontak
seksual. Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher
rahim (serviks) sebaiknya dilakukan meski diluar rentang usia
tersebut.
o Pemeriksaan yang dilakukan:
 Pemeriksaan payudara
- Melalui metoda SADANIS (Pemeriksaan Payudara
Klinis) oleh dokter dan atau bidan yang memiliki
kompetensi baik melalui pendidikan tinggi maupun
pelatihan, di Puskesmas maupun Posyandu Prima.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 46
- SADANIS dilakukan setiap 3 tahun sekali atau lebih
cepat apabila ditemukan kelainan dana tau keluhan
pada SADARI. Pada perempuan dengan usia diatas
40 tahun dianjurkan dilakukan SADANIS setiap tahun.
- Pasien juga diajarkan untuk melakukan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) di rumah setiap
bulannya.
- Kenali payudara sendiri, jika ditemukan kelainan
seperti benjolan, abnormal pada kulit payudara dan
kelainan pada puting dan keluhan/kelainan yang
tidak biasa dirujuk ke FKRTL.
- Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan edukasi.
 Pemeriksaan serviks
- Deteksi dini kanker serviks melalui skrining
dilaksanakan dengan pemeriksaan Inspeksi Visual
dengan Asam asetat (IVA)
- IVA dilakukan 3 tahun sekali namun bila dibutuhkan
dapat dilakukan setiap tahun pada populasi berisiko
tinggi (multipartner/ pasangan seksual multipel,
riwayat seksual kurang dari 18 tahun, riwayat
pernikahan lebih dari sekali, infeksi menular seksual
berulang, penderita HIV AIDS/ immunocompromised
atau mendapatkan terapi imunosupresan jangka
panjang, malnutrisi).
- Deteksi dini dan tindaklanjut IVA positif dilaksanakan
di Puskesmas oleh dokter dan atau bidan yang
memiliki kompetensi baik melalui pendidikan tinggi
maupun pelatihan.
- Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan edukasi.
• Kanker paru dan kolorektal:
o Kanker Paru:
 Deteksi dini kanker paru terbatas pada kelompok pasien
risiko tinggi.
 Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup:
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 47
o pasien usia > 40 tahun dengan riwayat merokok ≥ 30
tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15
tahun sebelum pemeriksaan, atau
o pasien ≥ 50 tahun dengan riwayat merokok ≥ 20
tahun dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya
(selain usia atau lama merokok, faktor risiko lainnya
adalah pajanan radiasi, paparan okupasi bahan
kimia karsinogenik, riwayat kanker paru pada pasien
atau keluarga dan penyakit paru seperti PPOK atau
fibrosis paru)
 Skrining yang dilakukan di Puskesmas melalui anamnesis
faktor risiko Ca paru
 Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan edukasi.
o Kanker kolorektal
 Indikasi pemeriksaan dini atau skrining kanker kolorektal
adalah individu dengan risiko sedang dan risiko tinggi.
Individu dengan risiko sedang adalah bila:
1) Berusia 50 tahun atau lebih;
2) Tidak mempunyai riwayat kanker kolorektal atau
inflammatory bowel disease;
3) Tanpa riwayat keluarga kanker kolorektal; dan
4) Terdiagnosis adenoma atau kanker kolorektal setelah
berusia 60 tahun.
 Individu dengan risiko meningkat atau risiko tinggi adalah
bila dengan:
1) Riwayat polip adenomatosa;
2) Riwayat reseksi kuratif kanker kolorektal;
3) Riwayat keluarga tingkat pertama kanker kolorektal
atau adenoma kolorektal (rekomendasi berbeda
berdasarkan umur keluarga saat di diagnosis);
4) Riwayat inflammatory bowel disease yang lama; dan
5) Diagnosis atau kecurigaan sindrom Hereditary Non-
polyposis Colorectal Cancer (HNPCC) atau
Lynchatau Familial Adenomatous Polyposis (FAP).
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 48
 Pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas berupa colok
dubur dan pemeriksaan lanjutan (laboratorium) yaitu
darah samar faeces.
 Tenaga kesehatan/kader dapat melakukan kunjungan
rumah untuk memberikan edukasi.
• Skrining Talasemia
o Skrining talasemia untuk menemukan pembawa sifat
talasemia untuk mencegah lahirnya bayi dengan
talasemia mayor melalui perkawinan antar embawa sifat.
o Skrining dilakukan pada saudara kandung dari
penyandang talasemia mayor (keluarga ring 1).
o FKTP : anamnesis keluarga : apakah punya saudara, anak
penyandang talasemia, apakah ada keluarga yang rutin
melakukan transfusi darah? Bila ya maka lakukan
pemeriksaan darah lengkap yang minimal mencakup
pemeriksaan Hb, MCV dan MCH, serta melakukan
pemeriksaan sediaan hapusdarah tepi.
o Jika hasilnya dicurigai pembawa sifat talasemia bila nilai
salah satu dari Hb, MCV atau MCH lebih rendah dari
batasan normal (Hb < 11mg/dL, MCV < 80 fL, MCH < 27pq)
maka pasien harus dirujuk ke FKTRL untuk pemeriksaan lebih
lanjut, atau dapat juga melakukan rujukan sampel (darah
yang diambil dibagi 2 tabung dan dirujuk di hari yang
sama).
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 49
Berikut alur skrining talasemia pada keluarga ring 1:
Gambar 4.2 Alur Skrining Talasemia
6. Skrining PPOK
• Sasaran skrining merupakan kelompok individu berisiko, usia ≥
40 tahun, mempunyai riwayat paparan (asap rokok, polusi
udara, lingkungan tempat kerja) dan/atau mempunyai gejala
dan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, gejala
berlangsung lama umumnya semakin memberat.
• Deteksi dini PPOK dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun,
dapat dilaksanakan dalam (Puskesmas dan Posyandu Prima)
dan di luar gedung seperti kegiatan Posbindu/ Posyandu.
• Skrining PPOK menggunakan instrumen (kuesioner) PUMA
dengan isian 7 pertanyaan, ditambah dengan gejala dan
tanda klinis yang ditemukan. Jika:
o Skor < 7: Risiko rendah PPOK
o Skor > 7: Risiko tinggi PPOK, lakukan pemeriksaan spirometri
Pemeriksaan Hb,
MCV, MCH,
SADT
Pemeriksaan analisis
Hb dg HPLC/
elektroforesis
capillary
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 50
• Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan
edukasi.
7. Skrining Obesitas
• Sasaran: usia >15 tahun
• Skrining obesitas dilakukan 1 tahun sekali, melalui pengukuran
berat badan, tinggi badan dan lingkar perut oleh kader di
kegiatan Posyandu dan tenaga kesehatan di Posyandu Prima
dan Puskesmas.
• Kemudian dilakukan pengkategorian baik untuk obesitas
umum dan obesitas sentral sesuai nilai rujukan.
• Terdapat 2 jenis obesitas yaitu obesitas umum dan obesitas
sentral.
a. Obesitas umum diukur berdasarkan pengkategorian IMT
yaitu melihat perbandingan antara Berat Badan (BB) dan
Tinggi Badan (TB).
Tabel 4.5 Kategori Obesitas pada Orang Dewasa
Sumber : PMK No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang
Kategori IMT
Sangat Kurus
Kekurangan berat badan
tingkat berat
<17,0
Kurus
Kekurangan berat badan
tingkat ringan
17 - < 18,5
Normal 18,5 – 25, 0
Gemuk (overweight)
Kelebihan berat badan
tingkat ringan
>25,0 – 27,0
Obese
Kelebihan berat badan
tingkat berat
>27,0
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 51
b. Obesitas sentral dilihat dari ukuran lingkar perut
Tabel 4.6 Kategori Obesitas Sentral
No Lingkar Perut Jenis Kelamin Klasifikasi
1 ≤ 90 cm Laki-laki Normal
2 > 90 cm Laki-laki Berisiko/ Obesitas Sentral
3 ≤ 80 cm Perempuan Normal
4 > 80 cm Perempuan Berisiko/ Obesitas Sentral
Sumber: The Asia Pasific Perspective, WHO 2000
• Tindak lanjut hasil skrining obesitas:
o Posyandu Prima dan kegiatan Posyandu
 Jika ditemukan hasil kategori obesitas, dilakukan
edukasi untuk melakukan gaya hidup sehat dan
pemantauan selama 3 bulan untuk kemudian
dilakukan evaluasi, apakah perubahan gaya hidup
sehat berhasil membuat perubahan pada kondisi
obesitasnya atau tidak.
 Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan edukasi
 Jika tidak terdapat perubahan maka dilakukan tindak
lanjut dini ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
o Puskesmas
Hasil skrining ditindaklanjuti dan ditatalaksana sesuai
dengan hasil pemeriksaan.
 Obesitas: intervensi melalui pengaturan pola makan,
aktivitas dan latihan fisik, pengaturan waktu tidur,
pengaturan perilaku mengelola stress; edukasi dan
konseling; serta rujukan bila ada penyakit penyerta dan
atau sindroma metabolik.
 Gemuk /overweight: edukasi perubahan gaya hidup
sehat
 Normal: pertahankan gaya hidup sehat
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 52
8. Skrining TBC
• Sasaran:
o Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
o Penyandang DM
o Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang
terkonfirmasi bakteriologis pada usia produktif
o Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif atau tidak
diketahui
 Pasien immunokompremais lainnya (Pasien yang
menjalani pengobatan kanker, pasien yang
mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang
mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang
sedang persiapan transplantasi organ, dll).
 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas
kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna
narkoba suntik.
o Kelompok masyarakat umum yang tinggal di wilayah
tertentu, sesuai dengan kebutuhan
• Metode skrining: Wawancara gejala dan tanda TBC dan
edukasi hasil skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh
petugas kesehatan di Puskesmas dan Posyandu Prima dan
saat kegiatan Posyandu (petugas medis atau paramedis).
Jika sarana memadai, metode skrining TBC dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan ronsen dada.
• Tindak lanjut setelah skrining TBC: Usia produktif dan lansia
yang terindikasi terduga TBC dilakukan pengambilan,
pengemasan dan pengiriman dahak melalui Posyandu Prima
atau pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di
Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan pemeriksaan
TCM).
• Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk melakukan
wawancara gejala TBC, investigasi kontak serta edukasi terkait
TBC.
9. Pelayanan pengobatan
Pelayanan pengobatan pada usia produktif dan lansia
disesuaikan dengan kasus dan kewenangan serta dapat
dintegrasikan dengan pelayanan yang ada di FKTP. Diusahakan
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 53
pelayanan di FKTP diberikan selesai dalam satu waktu (one stop
services) atau bila tidak memungkinkan ditetapkan janji temu
pada pertemuan berikutnya.
C. Pelayanan Usia Produktif
Selain pelayanan yang memiliki prinsip yang sama antara usia
produktif dan lansia sebelumnya, terdapat pelayanan yang khusus
ditujukan bagi usia produktif, yaitu:
1. Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
• Sasaran: usia diatas 18 tahun
• Penapisan (skrining) akan adanya masalah kesehatan
jiwa/mental dilakukan paling sedikit 1 kali setahun dengan
menggunakan kuesioner Self Rating Quesioner (SRQ-20). Agar
mendapatkan hasil yang optimal, sasaran perlu memahami
bahwa:
o Pertanyaan berkaitan dengan apa yang saya/anda
alami, bukan terkait apa yang saya/anda harus nya alami.
o Time frame/lini masa kondisi yang dialami adalah 30 hari
terakhir, jadi tidak menyaring kondisi yang terjadi lebih dari
satu bulan yang lalu.
o Mendapatkan hasil > dari 6 TIDAK berarti saya/anda
mengalami gangguan jiwa, akan tetapi berarti saya/anda
berpotensi mengalami masalah kesehatan jiwa dan
memerlukan penelusuran lebih lanjut oleh petugas
kesehatan di pelayanan primer.
• Pelaksanaan skrining ini dilakukan oleh kader, guru, tenaga
kesehatan dan atau orang tua, baik di kegiatan Posyandu,
sekolah, di Posyandu Prima ataupun Puskesmas, dan dapat
dilaksanakan secara terpadu dengan skrining program lain,
seperti: gizi, penyakit menular (TBC, HIV, Sifilis dan Hepatitis B
dll), penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes, talasemia,
dll).
• Skrining menggunakan kuesioner cetak atau elektronik
(google form, aplikasi android sehat jiwa dan sebagainya).
• Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk penemuan
kasus masalah kesehatan jiwa.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 54
2. Skrining Kebugaran
• Skrining kebugaran jasmani dilakukan melalui pengukuran
kebugaran minimal setiap 6 bulan sekali dengan metode
Rockport. Metode ini sederhana dengan sarana yang
minimal, sehingga dapat dilakukan oleh Puskesmas maupun
dengan bekerja sama dengan perusahaan di wilayah
kerjanya.
• Metode Rockport :
o Merupakan tes pengukuran jasmani yang mudah, murah
dan dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat
tanpa risiko yang besar terhadap cidera dan memiliki risiko
minimal bagi yang memiliki fator risiko terhadap penyakit.
o Tes ini dilakukan dengan berjalan atau berlari di lintasan
datar sepanjang 1,6 km (seperti halaman sekolah, kantor,
fasilitas umum perumahan dan tidak harus lintasan atletik
dalam stadion gelanggang olahraga).
o Terdapat pada aplikasi SIPGAR maupun dilakukan manual
pada daerah dengan jaringan telekomunikasi terbatas.
o Kategori tingkat kebugaran dinilai dengan melihat waktu
tempuh, usia dan jenis kelamin berdasarkan tabel
penilaian rockport (tabel B.1) dilanjutkan dengan program
latihan fisik sesuai dengan tingkat kebugaran jasmani yang
disarankan.
• Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan
edukasi keluarga tentang pentingnya skrining dan menjaga
kebugaran.
3. Skrining Layak Hamil
• Untuk usia produktif yang sudah menikah (Pasangan Usia
Subur/PUS) perlu kelayakan untuk dapat merencanakan
kehamilan sehat. Bagi yang tidak layak hamil atau berisiko
dipastikan untuk menggunakan kontrasepsi untuk mengindari
kehamilan tidak diinginkan dan kehamilan risiko tinggi.
• Skrining layak hamil dapat dilakukan secara mandiri oleh
calon pengantin dan pasangan usia subur maupun dibantu
oleh kader saat kegiatan Posyandu, sehingga dapat
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 55
diketahui status kesehatannya apakah dapat menjalani
kehamilan secara sehat atau layak untuk menjalani
kehamilan. Skrining dilaksanakan menggunakan aplikasi
kescatin yang hasilnya kemudian diverifikasi dan ditindak
lanjuti oleh petugas kesehatan.
• Pelaksanaan dan tindak lanjut skrining layak hamil dapat
dilaksanakan secara terpadu dengan program lain, seperti:
program gizi, penyakit menular (tuberkulosis, HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dll), penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes,
talasemia dll), dan pelayanan kejiwaan.
• Skrining layak hamil berupa pemeriksaan Pasangan Usia Subur
(PUS) di Posyandu Prima, dan pemeriksan PUS dan catin di
Puskesmas oleh tenaga Kesehatan.
• Tindaklanjut dan tatalaksana sesuai hasil skrining layak hamil:
o Di Posyandu Prima:
 PUS Layak hamil: konseling perencanaan kehamilan
sehat
 PUS dapat hamil dengan pengawasan: rujuk ke
puskesmas untuk mendapatkan tatalaksana, konseling
dan perencanaan kehamilan
 PUS tidak layak hamil: konseling dan pemasangan
kontrasepsi
o Di Puskesmas
 Catin/PUS Layak hamil: konseling perencanaan
kehamilan sehat
 Catin/PUS dapat hamil dengan pengawasan:
tatalaksana penyakit/masalah kesehatan, konseling
dan perencanaan kehamilan
 Catin/PUS tidak layak hamil: tatalaksana penyakit/
masalah kesehatan, konseling dan pemasangan
kontrasepsi
4. Pelayanan KB
 Pelayanan kontrasepsi merupakan komponen utama
program KB dengan fungsi memberikan pelayanan konseling
dan pemakaian kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi yang
aman dan bermutu perlu memenuhi kriteria berikut:
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 56
o Diberikan oleh tenaga kesehatan terampil yang memiliki
standar kompetensi;
o Memberikan pelayanan konseling informasi tentang
manfaat kontrasepsi, kemungkinan gejala efek samping
samping dan cara mengatasi, dan pilihan kontrasepsi
sesuai dengan kebutuhan kesehatan ibu;
o Menyediakan pilihan kontrasepsi, dan mampu melakukan
fasilitasi rujukan efektif ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi sesuai kebutuhan kesehatan ibu.
 Pelayanan kontrasepsi dilakukan secara berkesinambungan
mulai dari pra pelayanan, pelayanan kontrasepsi dan pasca
pelayanan.
o Pra pelayanan dilakukan pemberian komunikasi, informasi
dan edukasi, pelayanan konseling, penapisan kelayakan
medis dan permintaan persetujuan tindakan tenaga
kesehatan. Konseling yang diberikan meliputi manfaat,
kesesuaian alat kontrasepsi, kemungkinan gejala efek
samping dan cara-cara mengatasi, dan alternatif pilihan
alat kontrasepsi. Prinsip konseling membuat ibu mampu
memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan mereka.
o Pelayanan Kontrasepsi adalah pemberian kondom, pil,
suntik, pemasangan atau pencabutan implant,
pemasangan atau pencabutan AKDR, pelayanan
vasektomi tanpa pisau (VTP). Pelayanan kontrasepsi dapat
dilakukan pada Masa Interval, Paska Persalinan Pasca
Keguguran dan Pelayanan kontrasepsi darurat. Pelayanan
KB pada paska persalinan dan paska keguguran
bekerjasama dengan klaster 2.
o Pasca Pelayanan Kontrasepsi meliputi Pemberian
konseling dan Pelayanan medis/rujukan apabila di
perlukan setelah dilakukan pelayanan kontrasepsi.
 Pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan di:
o Kegiatan Posyandu: Pil, suntik dan kondom.
o Posyandu Prima: Pil, suntik kondom, implant dan alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 57
o Puskesmas: Pil, suntik kondom, implant dan alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) dan Metode Operasi Pria (MOP)
berupa vasektomi tanpa pisau (VTP).
 Kader dapat membantu petugas kesehatan dalam
memberikan edukasi dan mobilisasi (misalnya pemberian
kondom, dll).
D. Pelayanan Lansia
Selain pelayanan yang memiliki prinsip yang sama antara usia
produktif dan lansia sebelumnya, terdapat pelayanan yang khusus
ditujukan bagi lansia, yaitu:
1. Skrining Status Gizi, Tingkat Kemandirian, Risiko Jatuh, Mental
Emosional dan Kognitif (Demensia)
 Setiap lansia (60 tahun ke atas) yang berkunjung ke
Puskesmas, Pustu atau posyandu pada kunjungan atau
kontak pertama dengan petugas kesehatan dilakukan
skrining pengkajian paripurna menggunakan instrument
pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G) minimal 1 tahun
sekali.
 Penilaian dilakukan menyeluruh terhadap lanjut usia dari
aspek biologis, kognitif, psikologis dan sosial untuk
menentukan permasalahan dan rencana penatalaksanaan
terhadap lansia.
 Pemeriksaan skrining yang dilakukan meliputi:
o Posyandu Prima dan Puskesmas:
Pengkajian paripurna pasien geriatri (pemeriksaan BB, TB,
LP, TD, tingkat kemanditian, anamnesa perilaku berisiko,
status mental dan kognitif), kuesioner SRQ-20 serta
pemeriksaan laboratorium sederhana gula darah,
kolesterol dan asam urat, dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Hasil skrining ditindaklanjuti dan ditatalaksana
sesuai dengan hasil pemeriksaan.
o Kegiatan Posyandu:
Skrining kesehatan pada Lansia berupa pemeriksaan BB,
TB, LP, TD, kuesioner SRQ-20, tingkat kemandirian,
anamnesa perilaku berisiko, gangguan mental dan
kognitif, pemeriksaan laboratorium sederhana (gula
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 58
darah, kolesterol) yang dilakukan oleh kader didampingi
oleh tenaga kesehatan.
 Kunjungan rumah dilakukan oleh kader bagi lansia yang tidak
datang atau belum mau datang atau dalam rangka
kegiatan perawatan kesehatan masyarakat dengan
memberikan edukasi pada keluarga.
 Jika ditemukan kelainan hasil pemeriksaan, dilakukan rujukan
ke Puskesmas atau Rumah sakit sesuai masalah yang
ditemukan dan kebutuhan lansia.
2. Skrining Katarak
 Skrining katarak bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit
katarak pada mata dimana terjadi kekeruhan pada lensa
mata yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan,
ditandai terlihatnya warna putih pada manik mata sehingga
penglihatan menjadi berkabut.
 Katarak paling sering ditemukan berkaitan dengan proses
degenerasi lensa pada usia di atas 40 tahun (katarak senilis),
sehingga idealnya skrining dilakukan sejak usia tersebut.
 Skrining katarak pada lansia dilakukan 1 kali setahun, sesuai
dengan tempat pelaksanaan skrining katarak, yaitu:
o Kegiatan Posyandu
 Skrining katarak pada kegiatan posyandu dilaksanakan
dengan bantuan kader untuk melakukan tes tajam
penglihatan secara sederhana dengan metode hitung
jari. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya
penurunan tajam penglihatan yang merupakan salah
satu tanda katarak.
 Pemeriksaan hitung jari dilakukan pada masing-masing
mata dari jarak 6 meter. Dikatakan tidak ada
gangguan penglihatan jika menjawab benar dalam
hitung jari sebanyak 3 kali berturut-turut. Jika dalam
pemeriksaan 3 kali hitung jari tersebut terdapat
jawaban salah, maka dicurigai mempunyai gangguan
penglihatan.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 59
 Jika ditemukan penurunan tajam penglihatan dari jarak
6 meter, dilakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih
lanjut oleh tenaga kesehatan di Puskesmas.
o Puskesmas dan Posyandu Prima
 Skrining awal katarak dapat dilakukan di Posyandu
Prima melalui pemeriksaan tajam penglihatan. Hasil
skrining kemudian ditindaklanjuti dengan tes bayangan
atau shadow test oleh tenaga kesehatan yaitu dokter
di Posyandu Prima (apabila tersedia) dan Puskesmas.
 Test bayangan atau shadow test bertujuan untuk
mengetahui derajat kekeruhan lensa. Dasar
pemeriksaan adalah makin sedikit lensa keruh pada
bagian posterior maka makin besar bayangan iris pada
lensa yang keruh tersebut, sedang makin tebal
kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa.
 Skrining katarak di puskesmas dilakukan dengan
pemeriksaan visus dan shadow test.
- Pemeriksaan visus dilaksanakan dengan Snellen chart
atau Tumbling E chart dengan koreksi terbaik atau
menggunakan pinhole.
- Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan lampu
senter dan lup untuk segmen anterior dimana tidak
ditemukan kekeruhan kornea dan tampak reflek pupil
masih baik.
- Shadow test dilakukan menggunakan senter atau
penlight untuk memperhatikan bayangan iris pada
kekeruhan lensa.
 Penilaian hasil pemeriksaan:
- Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan
letaknya jauh terhadap pupil lensa belum keruh
seluruhnya (belum sampai ke depan) ini terjadi pada
katarak matur, keadaan ini disebut shadow test positif
(+).
- Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat
terhadap pupil lensa sudah keruh seluruhnya (sampai
pada kapsul anterior) terdapat ada katarak matur,
keadaan ini disebut shadow test negatif (-).
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 60
Ringkasan paket pelayanan usia produktif dan lansia
tercantum pada tabel 4.7.
- Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya,
mengecil serta terletak jauh di belakang pupil,
sehingga bayangan iris pada lensa besar dan
keadaan ini disebut pseudo positif.
 Jika ditemukan hasil pemeriksaan shadow test positif,
dilakukan edukasi dan konseling terkait perawatan
katarak, serta rujukan ke rumah sakit.
3. Skrining Kebugaran
 Skrining kebugaran jasmani bagi lansia dilaksanakan di
Puskesmas oleh petugas kesehatan minimal setiap 6 bulan
sekali dengan metode tes jalan 6 menit yang terdapat pada
aplikasi SIPGAR maupun dilakukan manual pada daerah
dengan jaringan telekomunikasi terbatas. Skrining ini cukup
sederhana dengan sarana yang minimal.
 Tes jalan 6 menit dinilai sebagai pemeriksaan paling aman
bagi lansia dan tidak berisiko ditengah-tengah pelaksanaan
tes. Tesi ini dinilai dari jarak yang dapat ditempuh dalam
waktu 6 menit. Penilaian tes jalan 6 menit kelompok lansia
dapat dilihat di tabel C1 Lampiran 4 halaman 84.
 Skrining kebugaran jasmani dilanjutkan dengan program
latihan fisik sesuai dengan tingkat kebugaran jasmani yang
direkomendasikan. Rekomendasi latihan fisik untuk lansia:
o Aktivitas fisik aerobik intensitas sedang 150 menit
perminggu atau intensitas tinggi 75 menit perminggu
atau kombinasi keduanya.
o Aktivitas fisik untuk meningkatkan kekuatan otot
dilakukan setidaknya 2 kali seminggu.
o Lansia dengan mobilitas yang buruk perlu melakukan
aktivitas fisik untuk meningkatkan keseimbangan dan
mencegah jatuh setidaknya 3 kali seminggu.
o Apabila lansia tidak dapat melakukan aktivitas fisik sesuai
rekomendasi, dianjurkan untuk tetap melakukan aktivitas
fisik sesuai kondisi dan kemampuannya dengan bantuan
dari tenaga ahli seperti dokter olahraga, ortopedi,
fisioterapi atau pelatih kebugaran.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan di Puskemas 61
Tabel 4.7 Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia
 Usia Produktif
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/
Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
Penyakit Tidak
Menular dan
kanker,
masalah gizi
(anemia,
obesitas),
gangguan
mental
emosional dan
depresi pada
usia produktif
Skrining hipertensi
dan Diabetes
Melitus (1x/tahun)
Edukasi keluarga
Tekanan darah,
gula darah
Tekanan darah,
gula darah
Tekanan darah, gula darah,
urinalisis
Skrining jantung
dan stroke
(1x/tahun)
- - EKG, profil lipid
Skrining kanker
Payudara
(1x/tahun)
Serviks (1/ 3 tahun)
Usus (1x/ tahun)
Paru (1x/ tahun)
SADANIS  Pemeriksaan payudara
klinis
 Inspeksi visual dengan
asam asetat
 Darah samar feces, colok
dubur
 Anamnesis faktor risiko
Ca paru
Skrining PPOK (1x/
tahun)
Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA
Skrining obesitas
(1x/ tahun)
TB, BB, LP TB, BB, LP TB, BB, LP
Skrining TBC (1x/
tahun)
Gejala TBC,
investigasi kontak,
edukasi
Gejala TBC Gejala TBC,
pengambilan
dahak
Skrining gejala TBC,
BTA/TCM/Ro
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 62
 Usia Produktif
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/
Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
Skrining masalah
kesehatan jiwa (1
kali/ tahun)
Penemuan kasus
masalah
kesehatan jiwa
Kuesioner SRQ 20 Kuesioner SRQ 20  Kuesioner self reporting
questioner (SRQ 20)
 Kuesioner ASSIST (untuk
menapis
penyalahgunaan NAPZA
secara dini)
Skrining kebugaran
(1x/ 6 bulan)
Edukasi keluarga Pengukuran kebugaran
dengan test rockport
Skrining layak
hamil (1x/ tahun)
- Skrining layak
hamil (kuesioner
aplikasi)
Pemeriksaan
kesehatan
pasangan usia
subur
Pemeriksaan kesehatan
catin dan pasangan usia
subur
Pelayanan
pengobatan
Pemantauan
kepatuhan
pengobatan TBC,
hipertensi, DM,
gangguan jiwa
P3K Pengobatan
terbatas
 Pengobatan hipertensi,
DM dengan monitoring
gula darah dan HbA1C
 Pengobatan TBC dan
pencegahan TBC (TPT)
 Pengobatan gangguan
jiwa
 Pengobatan penyakit
akibat kerja
Pelayanan KB Edukasi dan
mobilisasi
Pil, suntik, kondom Pil, suntik,
kondom, implant
dan AKDR
Pil, suntik, kondom, implant,
Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) dan Metode
Operasi Pria (MOP)
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 63
 Lansia
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/
Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
Penyakit Tidak
Menular dan
kanker,
masalah gizi,
masalah
penglihatan
dan indera,
serta demensia
pada lansia
Skrining hipertensi
dan Diabetes
Melitus (1x/tahun)
Edukasi keluarga
Tekanan darah,
gula darah
Tekanan darah,
gula darah
Tekanan darah, gula darah,
urinalisis
Skrining jantung
dan stroke
(1x/tahun)
- - EKG, profil lipid
Skrining kanker:
 Payudara (1x/3
tahun)
 Usus (1x/ tahun)
 Paru (1x/ tahun)
- SADANIS  Pemeriksaan payudara
klinis
 Darah samar feces, colok
dubur
 Anamnesis faktor risiko Ca
paru
Skrining PPOK (1x/
tahun)
Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA
Skrining status gizi,
tingkat
kemandirian,
risiko jatuh,
mental emosional
dan kognitif
(demensia)
BB, TB, LP, TD,
kuesioner SRQ-
20, tingkat
kemandirian,
anamnesa
perilaku berisiko,
gangguan
mental dan
kognitif,
pemeriksaan
BB, TB, LP, TD,
anamnesa perilaku
berisiko, status
fungsional (tingkat
kemandirian dan
risiko jatuh), status
gizi, mental dan
kognitif,
pemeriksaan lab
sederhana (gula
BB, TB, LP, TD, anamnesa
perilaku berisiko, status
fungsional (tingkat
kemandirian dan risiko
jatuh), status gizi, mental
dan kognitif, pemeriksaan
laboratorium (gula darah,
kolesterol, asam urat),
kuesioner SRQ-20.
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 64
 Lansia
Sasaran
Masalah
Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan
Delivery Unit
Kunjungan Rumah
(Rumah/
Masyarakat)
Event Posyandu
(Dusun/RT/RW)
Posyandu Prima
(Desa/Kelurahan)
Puskesmas
(Kecamatan)
lab sederhana
(gula darah,
kolesterol)
darah, kolesterol,
asam urat),
kuesioner SRQ-20.
Skrining TBC (1x/
tahun)
Gejala TBC,
investigasi kontak,
edukasi
Gejala TBC Gejala TBC,
pengambilan
dahak
Skrining gejala TBC,
BTA/TCM
Skrining katarak (1
kali/ tahun)
- - Tajam penglihatan
Shadow test
Pemeriksaan visus, shadow
test
Skrining
kebugaran (1x/ 6
bulan)
- - - Test kebugaran dengan tes
jalan 6 menit
Pelayanan
pengobatan
Pemantauan
kepatuhan
pengobatan TBC,
hipertensi, DM,
gangguan jiwa
Pemantauan
kepatuhan
pengobatan
TBC
Pengobatan
terbatas,
pemantauan
kepatuhan
pengobatan TBC
 Pengobatan hipertensi,
DM dengan monitoring
gula darah dan HbA1C
 Pengobatan TBC dan
pencegahan TBC (TPT)
 Pengobatan gangguan
jiwa
Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan di Puskemas 64
Klaster Penanggulangan
Penularan Penyakit
BAB V
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf
PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf

More Related Content

What's hot

Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisata
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisataSk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisata
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisataNeneng Holifah
 
Juknis ILP_Konsorsium BMGF 10072023.pdf
Juknis ILP_Konsorsium BMGF 10072023.pdfJuknis ILP_Konsorsium BMGF 10072023.pdf
Juknis ILP_Konsorsium BMGF 10072023.pdferpan9
 
DO Posyandu Aktif.pdf
DO Posyandu Aktif.pdfDO Posyandu Aktif.pdf
DO Posyandu Aktif.pdfsari203674
 
Pmk no.39 ttg pedoman ukm
Pmk no.39 ttg pedoman ukmPmk no.39 ttg pedoman ukm
Pmk no.39 ttg pedoman ukmhusnulchotimah6
 
Permenkes Nomor 44 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 44 Tahun 2016.pdfPermenkes Nomor 44 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 44 Tahun 2016.pdfrena rasyidah
 
Form hasil capaian indikator ukp september 2021
Form hasil capaian indikator ukp september 2021Form hasil capaian indikator ukp september 2021
Form hasil capaian indikator ukp september 2021Retno Sf
 
09.07 V8 Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022)-1.pdf
09.07 V8 Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022)-1.pdf09.07 V8 Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022)-1.pdf
09.07 V8 Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022)-1.pdfSaptoSutardi2
 
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022novitawanget
 
12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smdMhd ansyari
 
575015275-STANDAR-2-5-PIS-PK.pdf
575015275-STANDAR-2-5-PIS-PK.pdf575015275-STANDAR-2-5-PIS-PK.pdf
575015275-STANDAR-2-5-PIS-PK.pdfedipurwanto81
 
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxPedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxErniChan1
 
Analisis-Kinerja-PDCA-Indera.docx
Analisis-Kinerja-PDCA-Indera.docxAnalisis-Kinerja-PDCA-Indera.docx
Analisis-Kinerja-PDCA-Indera.docxbetrianikadek
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanMuh Saleh
 
443410236-Revisi-Standar-Akreditasi-PKM-5-BAB-ppt.ppt
443410236-Revisi-Standar-Akreditasi-PKM-5-BAB-ppt.ppt443410236-Revisi-Standar-Akreditasi-PKM-5-BAB-ppt.ppt
443410236-Revisi-Standar-Akreditasi-PKM-5-BAB-ppt.pptdhytapuriningtyas
 

What's hot (20)

Contoh indikator ukm
Contoh indikator ukmContoh indikator ukm
Contoh indikator ukm
 
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisata
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisataSk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisata
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisata
 
Juknis ILP_Konsorsium BMGF 10072023.pdf
Juknis ILP_Konsorsium BMGF 10072023.pdfJuknis ILP_Konsorsium BMGF 10072023.pdf
Juknis ILP_Konsorsium BMGF 10072023.pdf
 
DO Posyandu Aktif.pdf
DO Posyandu Aktif.pdfDO Posyandu Aktif.pdf
DO Posyandu Aktif.pdf
 
Pmk no.39 ttg pedoman ukm
Pmk no.39 ttg pedoman ukmPmk no.39 ttg pedoman ukm
Pmk no.39 ttg pedoman ukm
 
Permenkes Nomor 44 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 44 Tahun 2016.pdfPermenkes Nomor 44 Tahun 2016.pdf
Permenkes Nomor 44 Tahun 2016.pdf
 
INDIKATOR PROMKES 2023.docx
INDIKATOR PROMKES 2023.docxINDIKATOR PROMKES 2023.docx
INDIKATOR PROMKES 2023.docx
 
Form hasil capaian indikator ukp september 2021
Form hasil capaian indikator ukp september 2021Form hasil capaian indikator ukp september 2021
Form hasil capaian indikator ukp september 2021
 
BAB 1 KMP.pdf
BAB 1 KMP.pdfBAB 1 KMP.pdf
BAB 1 KMP.pdf
 
09.07 V8 Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022)-1.pdf
09.07 V8 Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022)-1.pdf09.07 V8 Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022)-1.pdf
09.07 V8 Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022)-1.pdf
 
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
 
Spm puskesmas ppt
Spm puskesmas pptSpm puskesmas ppt
Spm puskesmas ppt
 
12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd12. contoh kuesioner smd
12. contoh kuesioner smd
 
575015275-STANDAR-2-5-PIS-PK.pdf
575015275-STANDAR-2-5-PIS-PK.pdf575015275-STANDAR-2-5-PIS-PK.pdf
575015275-STANDAR-2-5-PIS-PK.pdf
 
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxPedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
 
RUK-RPK
RUK-RPK RUK-RPK
RUK-RPK
 
Bab 3 UKP.pptx
Bab 3 UKP.pptxBab 3 UKP.pptx
Bab 3 UKP.pptx
 
Analisis-Kinerja-PDCA-Indera.docx
Analisis-Kinerja-PDCA-Indera.docxAnalisis-Kinerja-PDCA-Indera.docx
Analisis-Kinerja-PDCA-Indera.docx
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
 
443410236-Revisi-Standar-Akreditasi-PKM-5-BAB-ppt.ppt
443410236-Revisi-Standar-Akreditasi-PKM-5-BAB-ppt.ppt443410236-Revisi-Standar-Akreditasi-PKM-5-BAB-ppt.ppt
443410236-Revisi-Standar-Akreditasi-PKM-5-BAB-ppt.ppt
 

Similar to PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf

Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022) VERSI UJICOBA.pdf
Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022) VERSI UJICOBA.pdfBuku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022) VERSI UJICOBA.pdf
Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022) VERSI UJICOBA.pdfMokhamadSuyonoYahya1
 
Transformasi layanan Primer dan SDM Kesehatan
Transformasi layanan Primer dan SDM KesehatanTransformasi layanan Primer dan SDM Kesehatan
Transformasi layanan Primer dan SDM Kesehatanumbtv
 
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptxPosyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptxHanggaraKiran
 
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdfV13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdfTemy3
 
Sosialisasi KMK Juknis imntegrasi Layanan Primer .pptx
Sosialisasi KMK Juknis imntegrasi Layanan Primer .pptxSosialisasi KMK Juknis imntegrasi Layanan Primer .pptx
Sosialisasi KMK Juknis imntegrasi Layanan Primer .pptxpuskesmastambakaji
 
Kebijakan Pelayanan Perkesmas.pptx
Kebijakan Pelayanan Perkesmas.pptxKebijakan Pelayanan Perkesmas.pptx
Kebijakan Pelayanan Perkesmas.pptxNRDewi
 
Sistem Kesehatan dan Komponen Pembiayaan-Safirina Aulia Rahmi
Sistem Kesehatan dan Komponen Pembiayaan-Safirina Aulia RahmiSistem Kesehatan dan Komponen Pembiayaan-Safirina Aulia Rahmi
Sistem Kesehatan dan Komponen Pembiayaan-Safirina Aulia Rahmisafirinaauliarahmi1
 
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdfPEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdfRiaKenangasari
 
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...ovaldokurniawan
 
FAQ PMK43_Feb2020.pdf.pdf
FAQ PMK43_Feb2020.pdf.pdfFAQ PMK43_Feb2020.pdf.pdf
FAQ PMK43_Feb2020.pdf.pdflinamairita
 
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdfPedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdfBanusMadur
 
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)KarinaSyafarini
 
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)Tini Wartini
 
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)Segarnis Dhiasy
 
Kebijakan PIS PK dalam implementasi kesehatan
Kebijakan PIS PK dalam implementasi kesehatanKebijakan PIS PK dalam implementasi kesehatan
Kebijakan PIS PK dalam implementasi kesehatanArifKhoiri
 
#PPT Kebijakan dan Indikator (dan hasil RTL).pptx
#PPT Kebijakan dan Indikator (dan hasil RTL).pptx#PPT Kebijakan dan Indikator (dan hasil RTL).pptx
#PPT Kebijakan dan Indikator (dan hasil RTL).pptxrosintauli1
 
Implementasi Layanan Primer DKI jakarta.pptx
Implementasi Layanan Primer DKI jakarta.pptxImplementasi Layanan Primer DKI jakarta.pptx
Implementasi Layanan Primer DKI jakarta.pptxipung24
 
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan Puskesmas Baru.pptx
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan  Puskesmas Baru.pptxpemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan  Puskesmas Baru.pptx
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan Puskesmas Baru.pptxSYAHRUDINSYAHRUDIN9
 
Kemenkes Bidang Kesehatan 13 Januari 2022 20220211010043.pptx
Kemenkes  Bidang Kesehatan  13 Januari 2022 20220211010043.pptxKemenkes  Bidang Kesehatan  13 Januari 2022 20220211010043.pptx
Kemenkes Bidang Kesehatan 13 Januari 2022 20220211010043.pptxalmaini2
 

Similar to PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf (20)

Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022) VERSI UJICOBA.pdf
Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022) VERSI UJICOBA.pdfBuku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022) VERSI UJICOBA.pdf
Buku Saku -Integrasi Pelayanan di Puskesmas (9 Juli 2022) VERSI UJICOBA.pdf
 
Transformasi layanan Primer dan SDM Kesehatan
Transformasi layanan Primer dan SDM KesehatanTransformasi layanan Primer dan SDM Kesehatan
Transformasi layanan Primer dan SDM Kesehatan
 
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptxPosyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
Posyandu bagian dari ILP_Jateng.pptx
 
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdfV13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
 
Sosialisasi KMK Juknis imntegrasi Layanan Primer .pptx
Sosialisasi KMK Juknis imntegrasi Layanan Primer .pptxSosialisasi KMK Juknis imntegrasi Layanan Primer .pptx
Sosialisasi KMK Juknis imntegrasi Layanan Primer .pptx
 
Kebijakan Pelayanan Perkesmas.pptx
Kebijakan Pelayanan Perkesmas.pptxKebijakan Pelayanan Perkesmas.pptx
Kebijakan Pelayanan Perkesmas.pptx
 
Sistem Kesehatan dan Komponen Pembiayaan-Safirina Aulia Rahmi
Sistem Kesehatan dan Komponen Pembiayaan-Safirina Aulia RahmiSistem Kesehatan dan Komponen Pembiayaan-Safirina Aulia Rahmi
Sistem Kesehatan dan Komponen Pembiayaan-Safirina Aulia Rahmi
 
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdfPEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
PEDOMAN TATA KELOLA MUTU DI PUSKESMAS.pdf
 
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
(MUTU) Pedoman Tata Kelola Mutu di Puskesmas (Direktorat Mutu dan Akreditasi ...
 
FAQ PMK43_Feb2020.pdf.pdf
FAQ PMK43_Feb2020.pdf.pdfFAQ PMK43_Feb2020.pdf.pdf
FAQ PMK43_Feb2020.pdf.pdf
 
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdfPedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Kemenkes.pdf
 
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
 
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
 
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
Materi pemanfaatan dana jkn &amp; bok di puskesmas ( bapelkes cikarang)
 
LBM 2 .pptx
LBM 2 .pptxLBM 2 .pptx
LBM 2 .pptx
 
Kebijakan PIS PK dalam implementasi kesehatan
Kebijakan PIS PK dalam implementasi kesehatanKebijakan PIS PK dalam implementasi kesehatan
Kebijakan PIS PK dalam implementasi kesehatan
 
#PPT Kebijakan dan Indikator (dan hasil RTL).pptx
#PPT Kebijakan dan Indikator (dan hasil RTL).pptx#PPT Kebijakan dan Indikator (dan hasil RTL).pptx
#PPT Kebijakan dan Indikator (dan hasil RTL).pptx
 
Implementasi Layanan Primer DKI jakarta.pptx
Implementasi Layanan Primer DKI jakarta.pptxImplementasi Layanan Primer DKI jakarta.pptx
Implementasi Layanan Primer DKI jakarta.pptx
 
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan Puskesmas Baru.pptx
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan  Puskesmas Baru.pptxpemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan  Puskesmas Baru.pptx
pemaparan tentang pelaksanaan Kebijakan Puskesmas Baru.pptx
 
Kemenkes Bidang Kesehatan 13 Januari 2022 20220211010043.pptx
Kemenkes  Bidang Kesehatan  13 Januari 2022 20220211010043.pptxKemenkes  Bidang Kesehatan  13 Januari 2022 20220211010043.pptx
Kemenkes Bidang Kesehatan 13 Januari 2022 20220211010043.pptx
 

Recently uploaded

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 

Recently uploaded (20)

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 

PETUNJUK TEKNIS ILP VERSI UJI COBA (1).pdf

  • 1. i PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS Kementerian Kesehatan 2022
  • 3. i Kata Pengantar Pandemi COVID-19 berdampak dan mengguncang sistem kesehatan global dan nasional telah mengantarkan Indonesia pada pilihan menuju jalan perubahan. Kementerian Kesehatan berupaya mewujudkan jalan perubahan tersebut melalui transformasi sistem kesehatan Indonesia yang dilaksanakan di tahun 2022. Kementerian Kesehatan telah mencanangkan enam pilar transformasi kesehatan, dimana salah satu pilar utama yaitu transformasi pelayanan kesehatan primer. Transformasi layanan primer difokuskan untuk meningkatkan layanan promotif dan preventif, seperti memperkuat upaya pencegahan, deteksi dini, promosi kesehatan, membangun infrastruktur, melengkapi sarana, prasarana, SDM, serta memperkuat manajemen di seluruh layanan primer di tanah air. Transformasi layanan kesehatan primer yang akan dijalankan menerapkan konsep kewilayahan difokuskan pada pendekatan siklus hidup serta mendekatkan layanan kesehatan melalui jejaring hingga ke tingkat dusun. Petunjuk teknis ini disusun sebagai panduan dalam mengimplementasikan upaya transformasi layanan primer di Puskesmas sebagai fasyankes primer yang menyelenggarakan UKP dan UKM sehingga dapat memberikan layanan yang berkualitas. Posyandu Prima, sebagai jaringan Puskesmas, diharapkan semakin berkembang, baik jumlah maupun kualitas layanannya sesuai kebutuhan masyarakat. Jakarta, Juli 2022 Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, MPH
  • 4. ii Daftar Isi Kata Pengantar .............................................................................................i Daftar Isi ..........................................................................................................ii BAB I Pendahuluan ...................................................................................1 A. Latar Belakang...........................................................................1 B. Tujuan...........................................................................................3 C. Sasaran........................................................................................3 BAB II Konsep Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer.........................4 BAB III Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja ............12 A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja ........................................................................................12 B. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas ..........15 C. Pelayanan Kesehatan Balita dan Pra Sekolah ....................18 D. Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja...............25 BAB IV Klaster Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia .........37 A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia...................................................................................37 B. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia ................41 C. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif.....................................53 D. Pelayanan Kesehatan Lansia..................................................57 BAB V Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit ...........................65 A. Kegiatan Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit....66 B. Alur Kerja Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit ...66 BAB VI Peran Lintas Sektor ..........................................................................71 BAB VII Pencatatan dan Pelaporan..........................................................74 BAB VIII Penutup.............................................................................................77 Daftar Referensi ..............................................................................................78 Lampiran .........................................................................................................81
  • 6. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2020- 2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta, utamanya dalam penguatan pelayanan kesehatan dasar atau Primary Health Care (PHC). Upaya ini dilakukan dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pendekatan PHC melalui 3 (tiga) strategi utama yaitu integrasi pelayanan kesehatan, utamanya pada pelayanan primer dan fungsi kesehatan masyarakat esensial; pemberdayaan individu dan masyarakat; serta kebijakan dan aksi multi sektor. Strategi global pelayanan kesehatan yang berfokus pada individu (people-centred) secara terintegrasi mewujudkan pelayanan yang lebih komprehensif dan responsif, lebih terintegrasi dan terjangkau, dengan metode yang terkoordinasi untuk mengatasi beragam rentang kebutuhan kesehatan yang diperlukan masyarakat. Manfaat dari pendekatan yang berpusat pada individu secara terintegrasi ini yaitu mendekatkan pelayanan kesehatan melalui jaringan dan jejaring hingga tingkat desa dan dusun, memperkuat promosi dan pencegahan, memperkuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) melalui pemantauan dengan dashboard situasi kesehatan per desa, meningkatkan efisiensi pelayanan, menurunkan biaya, peningkatan kesetaraan dalam menerima pelayanan, literasi dan perawatan kesehatan yang lebih baik, peningkatan kepuasan terhadap pelayanan, peningkatan T
  • 7. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 2 hubungan antara pasien dan penyedia pelayanan serta peningkatan kemampuan untuk merespon krisis pelayanan kesehatan (resiliensi terhadap pandemi). Melalui pendekatan ini diharapkan setiap orang memiliki pengetahuan dan dukungan yang dibutuhkan untuk mampu membuat keputusan dan berpartisipasi dalam perawatan kesehatannya. Penguatan pelayanan kesehatan primer melalui pendekatan siklus hidup penting dilakukan karena fakta yang ada menunjukkan capaian SPM bidang kesehatan tahun 2021 masih jauh dari target yang ditetapkan. Permasalahan kesehatan di Indonesia berdasarkan data SUPAS, 2015 diantaranya tingginya angka kematian ibu (305 per 100.000 kelahiran hidup), dimana menurut SIRS 2018, kematian ibu terbanyak disebabkan gangguan hipertensi (31,9%) dan pendarahan (26,9%). Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi ibu hamil anemia tinggi, yaitu 48,9% begitupula ibu hamil kurang energi kronik (KEK) sebesar 17,6%, sedangkan berdasarkan SSGI (2021) masih tingginya prevalensi balita stunting (24,4%) dan wasting (7,1%) serta cakupan imunisasi dasar lengkap masih rendah (65,8%). Berdasarkan Kajian Cepat Peran Puskesmas dalam Penanganan Wabah COVID-19 di Indonesia, Juni 2020, Puskesmas melaksanakan kunjungan ibu hamil sebesar 69%. Laporan rutin menunjukkan penurunan cakupan kunjungan antenatal dari 91,3% tahun 2019 menjadi 86,38% pada tahun 2020.
  • 8. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 3 Di Indonesia, penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui Puskesmas yang saat ini jumlahnya sebanyak 10.292 Puskesmas (Pusdatin, 2022). Keberadaan Puskesmas ini didukung oleh jejaring yang berbasis komunitas serta partispasi masyarakat di bidang kesehatan melalui UKBM, seperti Poskesdes (42.051) dan Posyandu (298.266). Berdasarkan laporan per 10 April 2022 dapat diketahui bahwa dari total 78.724 desa/kelurahan yang ada saat ini ternyata sebanyak 16.664 (21%) desa/kelurahan tidak memiliki fasilitas kesehatan dalam bentuk Puskesmas/Pustu/ Poskesdes/ Posyandu. Untuk itu Pemerintah melaksanakan penguatan upaya kesehatan melalui transformasi pelayanan primer dengan menerapkan konsep PHC yang dijalankan berdasarkan kewilayahan, baik upaya kesehatan perorangan maupun masyarakat secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Sistem ini tidak dapat dijalankan hanya melalui Puskesmas dan jejaringnya, namun memerlukan peran serta aktif masyarakat serta Pemerintah Daerah setempat untuk dapat diimplementasikan. 2. Tujuan Petunjuk Teknis ini disusun sebagai panduan dalam mengimplementasikan upaya transformasi pelayanan primer di Puskesmas hingga jaringannya (Posyandu Prima). 3. Sasaran a. Tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan primer b. Tenaga kesehatan di Posyandu Prima c. Penanggung jawab/pengelola program kesehatan masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota d. Pemangku kepentingan terkait
  • 9. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 3 Konsep Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer BAB 2
  • 10. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 4 BAB II KONSEP INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER ntegrasi pelayanan kesehatan primer merupakan salah satu pilar transformasi sistem kesehatan. Tujuan transformasi sistem kesehatan adalah melakukan akselerasi pencapaian target RPJMN 2020-2024 bidang Kesehatan yang meliputi: 1) Meningkatkan kesehatan ibu, anak, Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi; 2) Mempercepat perbaikan gizi masyarakat; 3) Memperbaiki pengendalian penyakit; 4) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan 5) Memperkuat sistem kesehatan dan pengendalian obat dan makanan. Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan; 4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan. Transformasi pelayanan kesehatan primer merupakan pilar penting yang dilaksanakan melalui edukasi penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Transformasi pelayanan kesehatan primer mengacu pada strategi global pelayanan kesehatan yang berfokus pada pendekatan siklus hidup (people-centred) secara terintegrasi untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif, responsif, dan terjangkau. Transformasi pelayanan kesehatan primer bertujuan untuk terwujudnya kesehatan primer yang komprehensif dan berkualitas, dengan sasaran strategis: 1. Menguatnya promotif preventif di FKTP melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan pendekatan keluarga 2. Terpenuhinya sarana, prasarana, obat, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan alat kesehatan pelayanan kesehatan primer 3. Menguatnya tata kelola manajemen pelayanan kesehatan kolaborasi publik-swasta dalam mencapai Universal Health Coverage (UHC) I
  • 11. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 5 Fokus dari transformasi sistem pelayanan kesehatan primer adalah pendekatan siklus hidup sebagai platform integrasi pelayanan kesehatan sekaligus sebagai platform penguatan promosi dan pencegahan, mendekatkan pelayanan kesehatan melalui jejaring hingga tingkat desa dan dusun, termasuk untuk memperkuat promosi dan pencegahan serta resiliensi terhadap pandemi serta memperkuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) melalui pemantauan dengan dashboard situasi kesehatan per desa. Pada transformasi pelayanan kesehatan primer, terdapat perubahan paradigma dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas, tidak lagi hanya berbasis pada penyakit/program, tetapi melalui klaster yang diintervensi oleh semua program sehingga pelayanan kesehatan di puskesmas akan lebih terintegrasi dan komprehensif. Klaster tersebut adalah: 1. Klaster 1: Manajemen Puskesmas 2. Klaster 2: Ibu, Anak, dan Remaja 3. Klaster 3: Usia Produktif dan Lansia 4. Klaster 4: Penanggulangan Penularan Penyakit Dalam konteks transformasi pelayanan kesehatan primer, pada level kecamatan, sistem pelayanan kesehatan primer menjadi tanggung jawab Puskesmas, sedangkan pada level desa, sistem pelayanan kesehatan akan diselenggarakan di Posyandu Prima (sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat sekaligus jejaring Puskesmas). Dari keempat klaster tersebut perlu dilakukan pemetaan
  • 12. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 6 dari sumber daya dan juga pelayanan kesehatan minimal yang ada di tiap klaster dengan pendekatan dimana pelayanan tersebut diberikan (point of care). Dalam implementasinya, sebanyak 24.678 Pustu dan 42.051 Poskesdes akan diintegrasikan ke dalam Posyandu Prima yang nantinya secara bertahap akan memiliki bangunan permanen, sarana prasarana pendukung dan mempunyai minimal 2 tenaga kesehatan (perawat dan bidan) di setiap desa. Posyandu Prima berasal dari pengintegrasian Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Desa, penggabungan Pustu dan Poskesdes yang sudah ada atau; pembentukan baru. Oleh karena itu istilah Pustu dan Poskesdes diganti menjadi Posyandu Prima dan tetap sebagai jaringan Puskesmas. Kegiatan yang dilakukan Posyandu Prima mencakup pelayanan kesehatan baik promotif dan preventif, dan tata laksana klinis terbatas. Posyandu Prima uga akan mengkoordinir kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa/kelurahan dengan mengkoordinir Posyandu yang ada di dusun/RT/RW. Kegiatan Posyandu di dusun/RT/RW mencakup kegiatan untuk kesehatan ibu hamil dan bayi-balita, remaja, usia produktif dan lansia serta pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular yang dilakukan oleh kader bersama tenaga kesehatan Posyandu Prima. Kader kesehatan juga melakukan kunjungan rumah sasaran pada sasaran yang tidak datang ke Posyandu, dan mempunyai faktor risiko serta secara terjadwal/rutin dalam upaya meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan. Unsur partisipasi masyarakat dalam transformasi ini dapat dilihat dari peran aktif kader dalam menjalankan tugasnya di dusun/RT/RW. Kader diberi mandat untuk menindaklanjuti permasalahan evaluasi capaian dan masalah yang ditemukan dari kegiatan Posyandu melalui kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal sesuai kapasitasnya. Peran serta masyarakat juga diharapkan secara aktif dalam deteksi dini permasalahan kesehatan, berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan tingkat desa sehingga permasalahan tersebut dapat ditangani bersama lintas sektor secara komprehensif. Konsekuensi dari perubahan ini akan berimplikasi pada penataan dan penyesuaian kembali terhadap: (i) regulasi dan kebijakan pendukung; (ii) sistem penganggaran; (iii) sistem pelayanan
  • 13. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 7 dan paket pelayanan; (iv) penyediaan SDM kesehatan dan kader; (v) pengadaan infrastruktur; (vi) penyiapan instrumen kerja, termasuk pedoman/ juknis; (vii) peningkatan kapasitas; (viii) pengaturan jam operasional dan hari kerja; serta (ix) mendefinisikan ulang peran Pokjanal di semua tingkatan. Regulasi yang jelas akan mendukung pembiayaan upaya transformasi pelayanan kesehatan primer sehingga dapat dipenuhi sesuai kemampuan dari APBD dan APBDes. Gambar 2.1. Struktur Posyandu Prima (sesuai Permenkes 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas dan Pustu)
  • 14. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 8 Gambar 2.2. Struktur LKD Posyandu Sumber: Kemendagri, 2022 Posyandu awalnya merupakan UKBM yang memberikan pelayanan sosial dasar yang dibutuhkan masyarakat di desa. Posyandu kini bertransformasi menjadi Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) sekaligus mitra Pemerintah Desa melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No.18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa. Kiprah Posyandu selama hampir empat dekade memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar tidak lepas dari peran Pokjanal dan Pokja Posyandu. Kelembagaan atau organisasi pembina yang ada di tingkat Pusat hingga Desa berperan dalam menjalankan fungsi koordinasi, pembinaan, fasilitasi, advokasi, dan bantuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan/ pengelolaan Posyandu.
  • 15. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 9 Gambar 2.3 Ilustrasi Pola Kerja Sistem Pelayanan Kesehatan Primer
  • 16. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 10 Gambar 2.4 Alur Integrasi Pelayanan Kesehatan di Dalam dan Luar Puskesmas
  • 17. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 11 Pada pola integrasi pelayanan kesehatan, pelayanan dalam dan luar Puskesmas harus berjalan berkesinambungan. Pada pelayanan dalam Puskesmas pasien atau masyarakat yang datang akan diterima oleh bagian registrasi, untuk kasus tidak gawat darurat akan diarahkan ke pelayanan klaster yang sesuai dengan siklus hidup dan mengikuti alur pelayanan hingga selesai. Klaster pelayanan dalam Puskesmas kemudian melakukan input data kasus penyakit yang ditangani pada dashboard PWS. Selanjutnya klaster pelayanan bersama klaster penanggulangan penularan penyakit melakukan analisa PWS (minimal 1 kali/minggu atau segera jika diperlukan) terhadap beban penyakit meliputi morbiditas penyakit (persentase jumlah penduduk yang mengalami penyakit tertentu) dan capaian pelayanan/program. Berdasarkan data tersebut apabila ditemukan perubahan terkait gambaran morbiditas penyakit atau gambaran capaian pelayanan yang tidak memenuhi target pada suatu wilayah desa maka masing-masing klaster perlu memberikan notifikasi tindak lanjut kasus kepada Posyandu Prima desa tersebut. Notifikasi tersebut kemudian dievaluasi kembali oleh tim Posyandu Prima untuk menentukan arah tindak lanjut selanjutnya, dapat berupa kegiatan di Posyandu Prima dan kunjungan rumah oleh nakes atau kader. Kader juga melakukan kunjungan rumah rutin yang sudah direncanakan sebelumnya. Hasil dari kegiatan tersebut kemudian dilaporkan dan dievaluasi kembali pada Posyandu Prima untuk dilakukan input ke dashboard PWS. Pada saat kunjungan rumah ini kader melakukan pengecekan catatan home based record (buku KIA) dan mengidentifikasikan warga putus pengobatan atau missing services. Dalam penanganan kasus di luar Puskesmas, pihak FKTP lain dapat dilibatkan dengan memberikan input terkait kasus yang ditangani ke dashboard PWS dan menerima notifikasi tindak lanjut terhadap kasus di wilayahnya. Melalui alur integrasi pelayanan kesehatan, diharapkan Puskesmas memiliki sistem pencatatan dan pelaporan satu pintu yaitu melalui PWS. Dinas Kesehatan setempat dapat memberikan feedback dan melaksanakan koordinasi dan diseminasi secara internal maupun lintas sektoral terkait hasil analisis data sehingga analisis data dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya.
  • 18. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 11 Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja BAB III
  • 19. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 12 BAB III KLASTER PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN REMAJA laster ini memiliki sasaran intervensi yang terdiri dari 3 kelompok pelayanan yaitu 1) Ibu hamil, bersalin dan nifas; 2) Balita dan pra sekolah dan 3) Usia sekolah dan remaja, yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan. Untuk dapat melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan maka fokus pelayanan kesehatan menyesuaikan kondisi pertambahan usia pada siklus kehidupan. Morbiditas yang banyak dialami oleh ibu, anak dan remaja meliputi: 1. Ibu hamil, bersalin dan nifas: anemia, KEK, hipertensi, DM, penyakit infeksi (TBC, malaria, HIV, hepatitis, COVID-19), perdarahan jalan lahir, ketuban pecah dini, plasenta previa, asma, penyakit jantung, perdarahan pasca persalinan, infeksi rahim, trauma/robekan perineum, postpartum blues, postpartum depression, dll. 2. Balita dan anak pra sekolah: masalah neonatal (asfiksia, sepsis, kelainan kongenital), prematuritas dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), penyakit infeksi (TB, diare, pneumonia), masalah gizi dan perkembangan (failure to thrive, gizi kurang, gizi buruk, stunting dan obesitas), dll. 3. Usia sekolah dan remaja: masalah gizi (anemia, underweight, obesitas), penyakit infeksi (TB, HIV, IMS), gigi dan mulut (karies gigi), gangguan refraksi dan pendengaran, masalah perilaku dan penyalahgunaan NAPZA. A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja Mekanisme kerja klaster 2 (ibu, anak dan remaja) terdiri dari pelayanan kesehatan di dalam dan luar Puskesmas sesuai gambar 3.1 sebagai berikut: K
  • 20. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 13 Gambar 3.1 Alur Kerja Klaster 2 (Ibu, Anak dan Remaja)
  • 21. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 14 Alur mekanisme kerja klaster 2 diatas adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan Kesehatan Dalam Puskesmas a. Saat klien, yaitu ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, balita dan anak pra sekolah, anak usia sekolah dan remaja berkunjung ke Puskesmas, baik datang sendiri, maupun berdasarkan kiriman/rujukan dari Posyandu, pemberi layanan primer lainnya, masyarakat maupun sekolah b. Klien akan melakukan registrasi dan diidentifikasi apakah tergolong kasus gawat darurat, kasus ibu bersalin/permasalahan kandungan/ obstetric yang memerlukan perawatan diruang bersalin atau bukan. c. Bila termasuk kasus gawat darurat akan diberikan penanganan sesuai kasus gawat darurat di IGD dan bila tidak dapat ditangani di puskesmas akan dirujuk ke Puskesmas/FKTP lain yang lebih kompeten atau FKTRL. d. Bila kasus ibu bersalin/permasalahan kandungan/obstetrik yang memerlukan tindakan maka akan diberikan penanganan yang sesuai di ruang bersalin (RB) dan bila tidak dapat ditangani di puskesmas akan dirujuk ke Puskesmas/FKTP lain yang lebih kompeten atau FKTRL. e. Bila bukan termasuk kasus gawat darurat atau persalinan/ permasalahan kandungan yang memerlukan tindakan maka akan diberikan pelayanan di poli klaster 2 untuk ibu, anak dan remaja. Klien mendapatkan pemeriksaan (anamnesis dan pemeriksaan fisik) serta penanganan sesuai standar:  ibu hamil ANC sesuai standar (10 T)  ibu bersalin dan nifas sesuai standar kunjungan nifas  balita sesuai standar pelayanan balita  remaja sesuai skrining masalah kesehatan remaja (termasuk dilaksanakan anamnesa khusus remaja (HEADSSS) f. Bila pasien tidak perlu pelayanan umum lainnya, setelah mendapat pemeriksaan sesuai standar diatas termasuk edukasi dan konseling (jika membutuhkan), maka klien menuju pelayanan farmasi (jika ada resep dokter) dan pulang. g. Bila pasien membutuhkan pelayanan umum lainnya maka dapat diberikan pelayanan yang diperlukan seperti pengobatan gigi dan mulut, laboratorium, rawat inap (bila ada). Setelah mendapatkan pelayanan yang sesuai, maka akan dilakukan evaluasi apakah membutuhkan konsultasi ulang atau tidak. h. Bila klien membutuhkan layanan spesialistik/rujukan lainnya, maka klien akan dirujuk ke FKRTL dan fasilitas lainnya (misalnya rujukan sosial dan hukum). i. Berdasarkan data klien dari Poli Klaster 2, akan dilakukan PWS melalui analisa beban penyakit meliputi morbiditas dan cakupan pelayanan.
  • 22. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 15 B. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Secara lengkap paket pelayanan kesehatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas dilaksanakan untuk mencegah dan menangani permasalahan kehamilan, status gizi ibu hamil, persalinan dan nifas berisiko, meliputi: 1. Pelayanan Antenatal Terpadu (ANC Terpadu)  Pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif dan sesuai standar (10 T), dilakukan minimal 6 kali dengan distribusi waktu: o 1 kali pada trimester ke-1 (0-12 minggu) o 2 kali pada trimester ke-2 (> 12 minggu - 24 minggu), dan o 3 kali pada trimester ke-3 (> 24 minggu sampai kelahirannya)  Ibu hamil harus kontak dengan dokter minimal 2 kali, 1 kali di trimester 1 dan 1 kali di trimester 3 (K5). Pelayanan ANC oleh dokter termasuk pemeriksaan ultrasonografi (USG).  Diluar jadwal pemeriksaan antenatal oleh dokter, ANC dapat dilaksanakan di Posyandu Prima oleh bidan/perawat. Pada pilot project penerapan integrasi pelayanan kesehatan di klaster 2 akan melihat:  penerapan Antenatal Care (ANC) dan penguatan rujukan ibu hamil berisiko tinggi  penerapan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) termasuk penanganan infeksi TBC, imunisasi rutin lengkap, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pada balita  penerapan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) mengacu pada data PWS dan hasil skrining kesehatan dari sekolah 2. Pelayanan Kesehatan Luar Puskesmas a. Pelayanan luar puskesmas dilakukan di Posyandu Prima atau FKTP lain (klinik pratama, praktik mandiri). b. Kegiatan di Posyandu Prima meliputi: pelayanan kesehatan dan evaluasi data PWS. c. Bila diperlukan pemantauan lanjutan akan dilakukan kunjungan rumah baik oleh kader atau nakes.
  • 23. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 16  Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan melakukan deteksi dini masalah gizi, faktor risiko, komplikasi kebidanan, gangguan jiwa, penyakit menular dan tidak menular yang dialami ibu hamil serta melakukan tata laksana secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan bersih dan aman.  Dalam deteksi dini penyakit menular termasuk skrining HIV, sifilis, hepatitis B, malaria, TBC, dan COVID-19. Misalnya pada kasus ibu hamil TBC, skrining yang dilaksanakan sbb: o Sasaran skrining: ibu dengan HIV/AIDS (ODHA), ibu yang kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis, ibu yang berisiko lainnya, misalnya: ibu dengan penyakit imunokopromais (pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll) dan ibu yang tinggal di wilayah tertentu, sesuai dengan kebutuhan. o Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas atau FKTP lainnya (petugas medis atau paramedis). Jika sarana memadai, metode skrining TBC dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ronsen dada. o Tindak lanjut setelah skrining TBC: ibu yang terindikasi terduga TBC dilakukan pengambilan, pengemasan dan pengiriman dahak melalui Posyandu Prima atau pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan pemeriksaan TCM), untuk kemudian diberikan pengobatan yang sesuai.  Saat kunjungan rumah, kader dapat berperan memberikan edukasi, pendataan ibu hamil, deteksi ibu hamil beresiko (4T), pemantauan dan pendampingan ibu hamil, serta sweeping dan edukasi tanda bahaya kehamilan.
  • 24. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 17 2. Kelas Ibu Hamil  Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, berdiskusi dan bertukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) dengan menggunakan buku KIA.  Selama kehamilan ibu hamil diharapkan dapat mengikuti kelas ibu hamil minimal 4 kali dengan 1 kali pertemuan ditemani oleh suami atau keluarga.  Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil kegiatan aktivitas fisik ibu hamil dapat dilakukan bagi ibu hamil dengan umur kehamilan < 20 minggu, sedangkan kegiatan senam hamil dapat dilakukan bagi ibu hamil dengan umur kehamilan 20-32 minggu.  Kelas ibu hamil dapat dilakukan dimana saja seperti di Puskesmas, Posyandu Prima, balai desa bahkan di rumah warga. 3. Pemberian Tambahan Asupan Gizi pada Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)  Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan hasil pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm, sedangkan ibu hamil dengan kekurangan berat badan adalah ibu hamil dengan IMT pada trimester I < 18,5 kg/m2.  Ibu hamil KEK dan kekurangan berat badan harus ditangani dengan melakukan pengkajian etiologi dan penegakan diagnosa oleh dokter atau rujukan bila diperlukan.  Tambahan asupan gizi dengan jumlah energi 500 kkal bagi ibu hamil KEK dapat berupa pemberian Makanan Tambahan (MT) yang berasal dari pangan lokal atau pabrikan yang diberikan selama minimal 90 hari. 4. Persalinan Normal  Persalinan harus di fasilitas pelayanan kesehatan, agar apabila terjadi komplikasi selama masa persalinan dapat ditangani dengan cepat.
  • 25. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 18  Tenaga yang menjadi tim penolong persalinan sebanyak 3 orang, terdiri dari dokter, bidan dan perawat. Apabila ada keterbatasan akses dan tenaga medis, persalinan dilakukan oleh tim minimal 2 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari bidan-bidan, atau bidan-perawat. 5. Pelayanan Nifas  Pelayanan pascapersalinan dilaksanakan minimal 4 (empat) kali dengan waktu kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan yaitu: o Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6 jam sampai dengan 2 hari setelah persalinan. o Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah persalinan. o Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah persalinan. o Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah persalinan untuk ibu.  Pelayanan pasca persalinan terintegrasi adalah pelayanan yang bukan hanya terkait dengan pelayanan kebidanan dan KB paska salin, tetapi juga terintegrasi dengan program- program lain yaitu dengan program gizi, penyakit menular, penyakit tidak menular, imunisasi, jiwa dan lain lain. 6. Pelayanan Pengobatan  Pelayanan pengobatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas disesuaikan dengan kasus dan kewenangan serta dapat dintegrasikan dengan pelayanan yang ada di FKTP. Diusahakan pelayanan di FKTP diberikan selesai dalam satu waktu (one stop services) atau bila tidak memungkinkan ditetapkan janji temu pada pertemuan berikutnya. C. Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah Pelayanan kesehatan pada balita dan anak pra sekolah ditujukan untuk mencegah dan menangani masalah kesehatan pada balita dan anak pra sekolah seperti permasalahan bayi baru lahir, penyakit
  • 26. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 19 infeksi, dan gangguan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah, melalui deteksi dini dan pengendalian risiko, meliputi: 1. Pelayanan Neonatal Esensial:  Kegiatan pelayanan neonatal esensial terdiri dari: o Kunjungan Neonatal (KN 1 s.d KN 3) menerapkan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) o Edukasi perawatan neonatal termasuk IMD, pemberian ASI eksklusif dan konseling oleh bidan/perawat  Bidan/perawat melaksanakan pelayanan neonatal esensial terintegrasi dengan Kunjungan Nifas (KF 1 s.d KF 4) baik di Puskesmas, Posyandu Prima dan kunjungan rumah.  Kader melalui kunjungan rumah untuk sweeping, memberikan edukasi terkait perawatan neonatal, dan pemberian ASI eksklusif. 2. Pelayanan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)  Pelayanan BBLR mencakup perawatan dan pemantauan BBLR, yang terdiri dari: o Penilaian BBLR o Manajemen BBLR saat dan setelah lahir o Manajemen Laktasi o Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan BBLR.  Direkomendasikan rujukan intrauterin pada ibu yang berisiko melahirkan < 37 minggu, berat lahir < 2000 gram, mengingat kesulitan yang akan didapat saat resusitasi, stabilisasi dan transportasi BBLR.  Pelayanan BBLR hanya dilaksanakan di Puskesmas PONED (BBLR tanpa penyulit).  Tenaga kesehatan terlatih PONED harus mampu mengenali masalah yang didapat, tanda bahaya, penatalaksanaan kegawat daruratan, stabilisasi pra rujukan dan rujukan, serta memantau pertumbuhan dan perkembangan BBLR yang benar.  Kader dan nakes di Posyandu Prima dapat melakukan pemantauan kondisi umum BBLR.
  • 27. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 20 3. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan  Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan terdiri dari: o Pemeriksaan antropometri: penimbangan berat badan, pengukuran panjang/tinggi badan, Lingkar Lengan Atas (LiLA) dan Lingkar Kepala (LK) yang dicatat serta diplot dalam KMS dalam buku KIA o Pemeriksaan perkembangan menggunakan ceklist perkembangan sesuai usia dalam buku KIA o Interpretasi hasil pemantauan tumbuh kembang o Edukasi/konseling menggunakan buku KIA, atau media lainnya (leaflet, poster, lembar balik) o Rujukan balita dan anak pra sekolah berisiko masalah gizi dan perkembangan  Tenaga kesehatan (dokter/bidan/perawat/ahli gizi) berkolaborasi menindaklanjuti hasil pemantauan pertumbuhan dan perkembangan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk mencari adakah penyakit atau kondisi lainnya yang mendasari sebagai etiologi masalah gizi.  Setelah balita memasuki episode sembuh (jika sebelumnya ada penyakit penyerta), maka dapat dilakukan penilaian perkembangan mengacu pada Pedoman Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Puskesmas dan Posyandu Prima.  Kader melalui event Posyandu dan kunjungan rumah untuk sweeping, pemantauan dan edukasi tumbuh kembang.
  • 28. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 21 4. Imunisasi Rutin Lengkap  Layanan imunisasi rutin lengkap pada balita terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan dengan jadwal berikut: o Imunisasi Dasar Umur Jenis Interval Minimal *) 0-24 jam Hepatitis B 1 bulan BCG, Polio 1 2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2 1 bulan 3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV 9 bulan Campak dan Rubella *) untuk jenis imunisasi yang sama o Imunisasi Lanjutan Umur Jenis Interval Minimal **) 18 bulan DPT-HB- Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3 Campak dan Rubella 6 bulan dari Campak dan Rubella dosis 1 **) setelah imunisasi dasar  Bidan/perawat di Puskesmas, Posyandu Prima dan kegiatan Posyandu melaksanakan imunisasi dan hasilnya dicatat dan dipantau pada tabel imunisasi dalam buku KIA.  Kader melalui kunjungan rumah melaksanakan sweeping dan edukasi imunisasi rutin lengkap. 5. Vitamin A dan obat cacing  Pemberian suplementasi vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) dan Anak Balita (12-59 bulan) dilakukan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus (Bulan Penimbangan / Bulan Vitamin A).  Pada saat yang sama di bulan Agustus, balita minum obat cacing untuk pengendalian kecacingan minimal 1 kali tiap tahun. Berikan vitamin A dulu kemudian obat cacing.
  • 29. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 22  Pemberian vitamin A dilaksanakan oleh tenaga pengelola gizi/bidan/perawat di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lain (RS, Puskesmas, Klinik/Praktek Dokter/Bidan Swasta), serta sekolah taman kanak-kanak, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), termasuk kelompok bermain, tempat penitipan anak, dll.  Kader perlu melakukan sweeping melalui kunjungan rumah jika balita sasaran tidak datang, 6. Pencegahan dan tatalaksana serta rujukan balita gizi kurang, gizi buruk dan stunting  Merupakan tindak lanjut pemantauan tumbuh kembang di event Posyandu atau kegiatan masyarakat, disertai identifikasi tanda dan gejala klinis sebagai bentuk deteksi dini untuk penemuan kasus balita gizi kurang, gizi buruk dan stunting.  Anak yang ditemukan mengalami risiko masalah gizi di masyarakat dirujuk ke tenaga kesehatan di Puskesmas.  Penanganan di Puskesmas oleh tenaga pengelola gizi/bidan/perawat melibatkan dokter untuk mencari etiologi (kemungkinan infeksi, penyakit lainnya), meliputi: o Konfirmasi ulang status gizi mengacu pada 4 (empat) indikator antropometri, penilaian tren pertumbuhan (weight increment dan height increment) o Penilaian status kesehatan dengan pendekatan MTBS o Penilaian perkembangan dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dilakukan jika balita telah memasuki episode sembuh dari penyakit (jika disertai penyakit penyerta) o Tata laksana gagal tumbuh, gizi kurang dan gizi buruk mengacu pada Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada balita dan Juknis Pemberian Makanan Tambahan serta stimulasi perkembangan mengacu pada Pedoman SDIDTK o Rujukan ke Rumah Sakit untuk mendapat penanganan secara komprehensif oleh dokter spesialis anak, bila ditemukan:
  • 30. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 23  balita stunting  tanda bahaya (red flag) atau setelah tata laksana tidak menunjukkan perbaikan  perkembangan menunjukkan hasil meragukan atau menyimpang  Alur deteksi dini dan tata laksana masalah gizi sebagaimana Permenkes Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak.  Kader dan anggota masyarakat yang terlatih didampingi petugas kesehatan melaksanakan sweeping dan monitoring kasus melalui kunjungan rumah untuk balita berisiko termasuk yang tidak datang ke Posyandu. 7. Pengambilan sampel Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)  Sebelum pengambilan sampel, perlu dilaksanakan KIE agar diperoleh reaksi/respon positif pemangku kebijakan, orang tua, keluarga, dan masyarakat terhadap SHK pada bayi baru lahir.  Skrining diawali proses persiapan, pengambilan specimen dan tata laksana specimen. Pengambilan spesimen darah yang paling ideal adalah ketika umur bayi 48 sampai 72 jam. Teknik pengambilan darah yang digunakan adalah melalui tumit bayi (heel prick). Darah yang keluar diteteskan pada kertas saring khusus sampai bulatan kertas penuh terisi darah, kemudian setelah kering dikirim ke laboratorium SHK.  Pengambilan sampel dilaksanakan di Puskesmas dan Posyandu Prima oleh bidan/perawat/dokter bekerja sama dengan dokter spesialis anak (Sp.A), dokter spesialis kandungan dan kebidanan/obgyn (Sp.OG), dokter umum, perawat dan bidan yang menolong persalinan untuk melakukan pengambilan spesimen darah bayi yang baru dilahirkan pada hari ketiga. 8. Pelayanan pengobatan dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)  MTBS bertujuan untuk mengurangi kematian, kesakitan dan kecacatan pada balita, dengan sasaran langsung balita
  • 31. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 24 umur 2 bulan sampai 5 tahun yang sakit, serta bayi umur kurang dari 2 bulan (bayi muda) yang sakit maupun sehat.  Penerapan MTBS memperhatikan secara cepat semua gejala anak sakit, sehingga segera dapat ditentukan apakah anak dalam keadaan sakit berat dan perlu segera dirujuk. Jika penyakitnya tidak parah, balita dapat diberi pengobatan yang sesuai, disamping konseling bagi ibu atau pengasuh anak.  Penyakit infeksi yang banyak dialami balita diantaranya TBC, diare dan pneumonia. Untuk itu perlu dilaksanakan skrining pada pasien balita yang bergejala maupun berisiko, misalnya pada skrining kasus TBC balita: o Sasaran skrining: balita dengan HIV/AIDS (ODHA), balita yang kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis, balita yang berisiko lainnya misalnya: balita dengan penyakit imunokopromais (pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll) dan balita yang tinggal di wilayah tertentu, sesuai dengan kebutuhan. o Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas atau FKTP lainnya (petugas medis atau paramedis). Jika sarana memadai, metode skrining TBC dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ronsen dada. o Tindak lanjut setelah skrining TBC: Balita yang terindikasi terduga TBC dilakukan pengambilan, pengemasan dan pengiriman dahak melalui Posyandu Prima atau pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan pemeriksaan TCM), untuk kemudian diberikan pengobatan baik obat rutin maupun terapi pencegahan TBC (TPT).
  • 32. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 25  Deteksi dini dan penanganan kasus sesuai MTBS mengacu Buku Bagan MTBS dan Formulir Pencatatan yang dilaksanakan oleh bidan/perawat di Puskesmas atau Posyandu Prima.  Kader melaksanakan kunjungan rumah untuk sweeping balita yang tidak melakukan kunjungan ulang. D. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja Pelayanan kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja diberikan di dalam gedung dan luar gedung Puskesmas. Pelayanan kesehatan remaja menggunakan pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang komprehensif dan ramah bagi remaja. Pelayanan kesehatan bagi anak sekolah dan remaja di dalam gedung termasuk pelayanan pada klaster 2. Sementara itu, pelayanan yang dilakukan di luar gedung meliputi pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Posyandu Remaja, pelayanan kesehatan di Lapas dan Panti Sosial Anak. 1. Pelayanan di Dalam Gedung Pelayanan kesehatan di dalam gedung bagi usia sekolah dan remaja yang datang sendiri maupun rujukan dari sekolah atau Posyandu remaja, bersifat one stop service, terdiri dari:  Deteksi dini (skrining) penyakit menular dan penyakit tidak menular o Pada remaja dilakukan anamnesis dengan pendekatan HEEADSSS (Home, Education & Employment, Eating & Exercise, Activities & Peer Relationships, Drug use, Sexuality, Suicide and Depression, Safety) yang bertujuan untuk mengetahui riwayat psikososial dan risiko kesehatan seorang remaja, sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). o Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dilakukan diantaranya untuk menilai status gizi dan gejala/tanda penyakit menular dan tidak menular.  Remaja usia > 15 tahun perlu mendapatkan pelayanan terkait penyakit tidak menular yang terdapat pada
  • 33. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 26 klaster 3 yaitu skrining faktor risiko dan PTM (Obesitas, DM dan hipertensi).  Remaja yang telah menikah perlu mendapat pelayanan terkait kondisinya (layak hamil, kehamilan dan KB) yang ramah anak. o Penyakit infeksi yang sering dialami usia sekolah dan remaja diantaranya TBC, HIV, IMS, dll. Untuk itu perlu dilaksanakan skrining pada pasien remaja yang bergejala maupun berisiko, misalnya pada skrining kasus TBC remaja:  Sasaran skrining: remaja dengan HIV/AIDS (ODHA), remaja yang kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis, remaja yang berisiko lainnya misalnya remaja dengan penyakit imunokompromais (pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll), remaja yang menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), tinggal di sekolah berasrama, pengguna narkoba suntik atau remaja yang tinggal di wilayah tertentu, sesuai dengan kebutuhan.  Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas atau FKTP lainnya (petugas medis atau paramedis).  Pemeriksaan penunjang bila diperlukan dan sarana memadai, misalnya pada skrining TBC menggunakan pemeriksaan ronsen dada. Pemeriksan penunjang sebagai tindak lanjut setelah skrining TBC yaitu remaja yang terindikasi terduga TBC dilakukan pengambilan, pengemasan dan pengiriman dahak melalui Posyandu Prima atau pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan pemeriksaan TCM).  Tatalaksana sesuai diagnosis penyakit dan risiko masalah kesehatan, meliputi:
  • 34. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 27 o Tatalaksana medis berupa tindakan atau pengobatan o Pemberian informasi dan edukasi terkait masalah kesehatan yang dialami remaja o Konseling melalui penguatan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)  Pembinaan konselor remaja untuk meningkatkan partisipasi remaja  Rujukan bila diperlukan (baik rujukan medis, sosial termasuk rujukan hukum bagi remaja yang mengalami kasus kekerasan) 2. Pelayanan di Luar Gedung  Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Salah satu wadah dalam pemberian paket pelayanan kesehatan remaja adalah UKS. Paket pelayanan kesehatan pada remaja dilaksanakan untuk menangani permasalahan kesehatan seperti masalah status gizi, anemia, karies, penglihatan, pendengaran dan perilaku berisiko pada remaja, meliputi: 1) Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan pemberian pengetahuan kesehatan dan pembiasaan perilaku sehat peserta didik. Materi pendidikan kesehatan yang diberikan bagi peserta didik meliputi 8 isu prioritas kesehatan anak usia sekolah dan remaja seperti: gizi, sanitasi dan kebersihan diri, penyakit tidak menular, kesehatan mental dan emosional, kesehatan reproduksi, pencegahan IMS dan HIV AIDS, Napza termasuk rokok, Tuberkulosis, dll. Bentuk kegiatan: Edukasi pentingnya Tablet Tambah darah (TTD), program sarapan bersama di sekolah dan optimalisasi aktivitas fisik dan peregangan di sekolah. 2) Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
  • 35. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 28 Pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah diberikan oleh puskesmas kepada peserta didik. Bentuk kegiatan: Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala, imunisasi, pemberian TTD dan pemberian obat cacing. Informasi lebih lengkap tentang penjaringan kesehatan pada kotak halaman 28. 3) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Pembinaan lingkungan sehat adalah usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah/madrasah yang sehat dan dapat mendukung proses pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Bentuk kegiatan: pelaksanaan inspeksi kesehatan lingkungan sekolah/madrasah oleh Puksesmas, pembersihan dan desinfeksi seluruh ruangan, penerapan kawasan tanpa rokok dan NAPZA, penerapan kawasan tanpa kekerasan, surveilans dan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit dan pelaksanaan 3R (reuse, reduce, recycle).  Posyandu Remaja Posyandu remaja bertujuan untuk mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi remaja, yang dilaksanakan sebulan sekali. Posyandu Remaja diselenggarakan dan digerakkan oleh kader Posyandu Remaja dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan Posyandu Remaja minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang untuk memenuhi 5 langkah kegiatan yang diselenggarakan. Sasaran langsung Posyandu Remaja adalah remaja usia 10-18 tahun, tanpa memandang status pendidikan dan perkawinan termasuk remaja dengan disabilitas. Sasaran tidak langsung adalah anak usia sekolah 6- 10 tahun dan remaja usia 19-24 tahun.
  • 36. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 29 PENJARINGAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN BERKALA DI SEKOLAH Penjaringan kesehatan merupakan rangkaian pemeriksaan kesehatan (skrining) yang dilakukan pada seluruh peserta didik baru yaitu kelas 1 (satu) SD/MI,7 (tujuh) SMP/MTs dan 10 (sepuluh) SMA/SMK/MA (entry level), sedangkan pemeriksaan berkala adalah rangkaian pemeriksaan kesehatan (skrining) yang dilakukan pada seluruh peserta didik kelas 2-6 SD/MI, 8-9 SMP/MTs dan 11-12 SMA/SMK/MA. Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dilakukan minimal 1 (satu) kali setiap tahun di sekolah/madrasah. Bentuk Kegiatan 1. Pemeriksaan kesehatan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai riwayat kesehatan keluarga, diri, imunisasi dan perilaku terkait kesehatan lainnya. Kuesioner diisi oleh masing-masing peserta didik. Bagi peserta didik kelas 1-3 SD/MI atau peserta didik di SLB pengisian kuesioner ini dapat dibantu dengan orang tua/wali/guru. 2. Pemeriksaan kesehatan secara fisik a. Dilakukan oleh guru sekolah/madrasah: pengukuran BB/TB tekanan darah (menggunakan pengukur tekanan darah digital bila tersedia), pemeriksaan ketajaman penglihatan, pemeriksaan tajam pendengaran dengan tes berbisik modifikasi, dan pemeriksaan kebersihan diri serta pemeriksaan kebugaran jasmani. b. Dilakukan oleh petugas puskesmas: pemeriksaan gigi dan mulut, pemeriksaan telinga, denyut jantung dan pernapasan dan lain lain. 3. Jenis pemeriksaan dalam penjaringan: a. Pemantauan status gizi Untuk mendeteksi secara dini masalah gizi kurang, gizi lebih dan kekurangan zat gizi mikro antara lain Anemia Gizi Besi (AGB). Penilaian status gizi anak usia sekolah dan remaja pada penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dilakukan melalui: 1) pengukuran antropometri dengan menggunakan indeks berat badan dan tinggi badan (BB/TB) atau IMT
  • 37. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 30 2) pemeriksaan tanda gejala anemia : mata bawah dalam, bibir, lidah dan telapak tangan untuk mendeteksi dugaan anemia gizi besi b. Skrining kesehatan indera 1) Skrining Indera Penglihatan Untuk mendeteksi adanya penyakit pada mata, gangguan penglihatan seperti kelainan refraksi/gangguan tajam penglihatan dan buta warna pada peserta didik serta menindaklanjuti hasil pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan). Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dilakukan melalui pemeriksaan mata luar, tajam penglihatan dan pemeriksaan buta warna. 2) Skrining Indera Pendengaran Untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi pendengaran serta menindaklanjuti hasil pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan). Pemeriksaan telinga dilakukan melalui pemeriksaan telinga luar dan fungsi pendengaran dengan tes berbisik dan tes penala. c. Skrining gigi dan mulut Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dan remaja. Pemeriksaan gigi dan mulut meliputi pemeriksaan klinis sederhana berupa pemeriksaan keadaan rongga mulut, meliputi bibir, mukosa mulut, lidah, langit – langit, gusi, gigi termasuk kebersihan mulut. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat kondisi klinis organ – organ tersebut, apakah dalam kondisi normal atau memiliki kelebihan. d. Skrining faktor risiko dan PTM Untuk mendeteksi adanya risiko terjadinya Penyakit Tidak Menular (PTM) yang dapat terjadi pada anak usia sekolah dan remaja. Penilaian faktor risiko PTM dapat diketahui dari kuesioner riwayat kesehatan diri, riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan fisik misalnya pengukuran tekanan darah, pengukuran antropometri, pemeriksaan gula darah bagi remaja usia 15 Tahun ke atas yang memiliki factor risiko obesiatas dan atau hipertensi, pemeriksaan SADANIS bagi remaja yang sudah menstruasi dan lain sebagainya. e. Skrining masalah mental emosional (kesehatan jiwa) Untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional agar dapat segera dilakukan intervensi. Intervensi secara dini yang dapat dilakukan di layanan primer adalah pemberian Media KIE dan konseling awal. Penjaringan kesehatan jiwa / mental sebaiknya dilakukan sekali setiap tahun pada awal penerimaan peserta didik baru dengan menggunakan Kuesioner Kekuatan dan
  • 38. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 31 Ringkasan paket pelayanan kesehatan ibu, anak dan remaja tercantum pada tabel 3.1. latihan fisik terprogram sesuai dengan hasil pengukuran kebugaran jasmani dan memotivasi anak untuk meningkatkan aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga. Pengukuran kebugaran jasmani menggunakan instrumen Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang telah disepakati dan ditetapkan menjadi suatu instrumen yang sesuai dengan kondisi anak Indonesia dan berlaku di Indonesia. Instrumen yang digunakan dalam penjaringan kesehatan anak usia sekolah dan remaja adalah Single test. g. Imunisasi rutin lanjutan Untuk mengetahui status imunisasi anak usia sekolah dan remaja secara lengkap. Penilaian status imunisasi meliputi jenis imunisasi yang diberikan melalui program imunisasi dasar dan lanjutan. Pemeriksaan riwayat imunisasi dasar lengkap dan lanjutan baduta dilakukan pada peserta didik kelas 1, sedangkan riwayat imunisasi lanjutan anak sekolah (BIAS) dilakukan pada kelas 1, 2 dan 5 (atau pada anak usia 7, 8 dan 11 tahun). h. Skrining anemia pada remaja putri Skrining anemia pada remaja putri merupakan salah satu bagian dari penilaian status gizi pada penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala. Skrining tanda gejala anemia dilakukan dengan pemeriksaan tanda-tanda klinis pada kelopak mata bawah dalam, bibir, lidah dan telapak tangan tampak pucat. Kemudian dilanjutkan dengan anamnesa riwayat pingsan, sering pusing, kurang konsentrasi dan memperhatikan gejala 5 L (Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai). Apabila terdapat tanda gejala anemia, maka rujuk ke Puskesmas/ fasilitas untuk pemeriksaan lebih lanjut yaitu test laboratorium (Hb, risiko kecacingan). 4. Pelayanan pengobatan untuk anak usia sekolah dan remaja di sekolah dilakukan dengan penyediaan P3K atau pengobatan medis sederhana.
  • 39. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 32 Tabel 3.1 Paket Pelayanan Kesehatan pada Ibu, Anak dan Remaja  Ibu hamil, bersalin dan nifas Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) Status gizi ibu hamil, kehamilan, persalinan dan nifas beresiko ANC Edukasi, pendataan ibu hamil, deteksi ibu hamil beresiko (4T), pemantauan dan pendampingan, sweeping serta edukasi tanda bahaya kehamilan ANC K2, K3, K4 dan K6 ANC K1, K2, K3, K4, K5 dan K6 plus USG oleh dokter Kelas Ibu hamil Edukasi mengikuti kelas ibu hamil Kelas ibu hamil : edukasi buku KIA, senam ibu hamil, sharing session, pemberian TTD Fasilitasi pelaksanaan kelas ibu hamil di Posyandu Fasilitasi pelaksanaan kelas ibu hamil di Posyandu Pemberian MT ibu hamil KEK Edukasi gizi seimbang, monitoring PMT Edukasi gizi seimbang dan PMT pemulihan Edukasi gizi seimbang dan PMT pemulihan Pemantauan status gizi dan asupan, edukasi, PMT, monitoring Persalinan Normal - - - Persalinan normal dan penyiapan stabilisasi rujukan ibu dan bayi jika diperlukan (Puskesmas PONED sesuai kompetensi persalinan penyulit ringan UK 37-40 minggu)
  • 40. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 33  Ibu hamil, bersalin dan nifas Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) Pelayanan Nifas (KF 1-4 dan KN 1-3) Pelayanan Nifas (Ibu dan Bayi Baru Lahir) Pelayanan Nifas bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir kondisi normal - Sweeping, pemantauan kondisi, pendampingan dan pemenuhan layanan esensial sesuai nasihat dokter, edukasi tanda bahaya Ibu dan Bayi baru lahir dan rujukan fasyankes sesuai kebutuhan Pelayanan pengobatan - - - Sesuai tata laksana penyakit didukung oleh penunjang laboratorium  Balita dan Anak Pra Sekolah Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) Status gizi, tumbuh kembang dan infeksi pada balita Pelayanan neonatal esensial Edukasi perawatan neonatal dan pemberian ASI eksklusif, sweeping. Kunjungan Neonatal dengan MTBM, Edukasi perawatan neonatal termasuk pemberian ASI eksklusif dan konseling Kunjungan Neonatal dengan MTBM, Edukasi perawatan neonatal termasuk pemberian ASI eksklusif dan konseling Kunjungan Neonatal dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Edukasi perawatan neonatal termasuk pemberian ASI eksklusif dan konseling
  • 41. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 34  Balita dan Anak Pra Sekolah Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) Status gizi, tumbuh kembang dan infeksi pada balita Pelayanan BBLR Pemantauan Pemantauan Pemantauan dan Perawatan Pemantauan tumbuh kembang Sweeping, pemantauan dan edukasi tumbuh kembang Timbang BB, Ukur PB/TB, LiLA, LK, ceklis perkembangan, rujukan Timbang BB, Ukur PB/TB, LiLA, LK, SDIDTK, penentuan status gizi Timbang BB, Ukur PB atau TB, LiLA, LK, SDIDTK, penentuan status gizi Imunisasi Rutin Lengkap Sweeping dan edukasi Imunisasi Rutin Lengkap Imunisasi Rutin Lengkap Imunisasi Rutin Lengkap Imunisasi Rutin Lengkap Vitamin A dan Obat Cacing Sweeping dan edukasi Vitamin A dan Obat Cacing Pemberian Vitamin A dan obat cacing - - Pelayanan balita gizi kurang, gizi buruk dan stunting Edukasi dan monitoring, rujukan Edukasi dan pemberian MT Pemantauan Penanganan balita bermasalah gizi (rawat inap / rawat jalan), merujuk ke FKRTL bagi balita bermasalah gizi Pengambilan sampel SHK - - - Pengambilan dan pengiriman sampel SHK Pelayanan pengobatan Sweeping balita yang tidak - MTBS* (merujuk jika ditemukan klasifikasi merah) MTBS
  • 42. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 35 dengan MTBS melakukan kunjungan ulang  Usia Sekolah dan Remaja Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) atau Sekolah Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) Status gizi, anemia remaja, karies gigi, penglihatan, pendengaran, perilaku berisiko Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat Edukasi, pemantauan status gizi, pelacakan kasus, monitoring konsumsi TTD Edukasi 8 isu prioritas remaja (Kespro, gizi, NAPZA, HIV/AIDS, PTM, Keswa, PHBS, kekerasan/cedera), pemberian dan edukasi TTD, makan bersama, aktifitas fisik Fasilitasi kegiatan UKS dan Posyandu Remaja Fasilitasi kegiatan UKS Penjaringan (satu tahun sekali) Pemantauan Status Gizi Sweeping BB, TB, tanda dan gejala anemia Fasilitasi kegiatan UKS Fasilitasi kegiatan UKS Skrining kesehatan indera Tes tajam penglihatan, tes buta warna, pemeriksaan telinga dan tajam pendengaran Skrining gigi dan mulut Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
  • 43. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 36 Catatan: * Pada remaja usia 15 tahun keatas dengan obesitas dan atau hipertensi ** Pada remaja putri yang sudah menstruasi  Usia Sekolah dan Remaja Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) atau Sekolah Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) Status gizi, anemia remaja, karies gigi, penglihatan, pendengaran, perilaku berisiko Skrining faktor risiko dan PTM (Obesitas, DM dan hipertensi) Anamnesis faktor risiko PTM, pengukuran BB, TB, LP, TD, pemeriksaan gula darah*, SADANIS** Skrining masalah kesehatan jiwa Sweeping Kuesioner SDQ (Strength and Difficulties Questionaire) Fasilitasi kegiatan UKS Fasilitasi kegiatan UKS Skrining kebugaran Tes berlari (single test) Imunisasi rutin lanjutan Campak Rubella, DT, TD, HPV Skrining anemia remaja putri Anamnesis dan tanda klinis Pelayanan pengobatan - P3K Terbatas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
  • 45. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 37 BAB IV PELAYANAN KESEHATAN USIA PRODUKTIF DAN LANSIA laster ini memiliki sasaran intervensi yang terdiri dari 2 kelompok pelayanan yaitu 1) usia produktif ( ≥15 – 44 tahun) dan 2) lanjut usia (pra lansia 45-59 tahun dan lansia ≥ 60 tahun). Pelayanan kesehatan dilaksanakan berkesinambungan dengan fokus pelayanan kesehatan sesuai kondisi pertambahan usia pada siklus kehidupan. Morbiditas yang banyak dialami oleh usia produktif dan lansia meliputi: 1. Usia produktif: Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, DM, jantung, stroke, kanker, PPOK, obesitas), masalah kejiwaan, dll 2. Lansia: Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, DM, jantung, stroke, kanker, PPOK, obesitas), mental emosional dan kognitif (demensia), katarak, dll. A. Alur Kerja Klaster Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia Alur kerja klaster 3 (usia produktif dan lansia) terdiri dari pelayanan Kesehatan di dalam puskesmas dan luar Puskesmas sebagaimana gambar 4.1. K Alur mekanisme kerja klaster 3 adalah sebagai berikut: 1. Layanan Dalam Puskesmas: a. Pasien usia produktif dan lansia berkunjung ke puskesmas atas inisiatif sendiri atau atas rujukan dari Posyandu, pemberi layanan primer/klinik pratama/ praktik mandiri atau masyarakat. b. Pasien melakukan registrasi dan diidentifikasi apakah termasuk kasus gawat darurat atau bukan. c. Untuk pelayanan pada lansia, sesuai prinsip puskesmas santun/ramah lansia, layanan diprioritaskan mulai dari registrasi sampai apotek dan sebaiknya dilayani di 1 lantai sesuai dengan kondisi puskesmas dan kebijakan puskesmas. Misalnya: Lansia yang datang ke puskesmas sebaiknya diberikan ruangan khusus supaya lansia tidak harus mengantri bersama dengan pasien umum lainnya. Apabila kondisi puskesmas tidak memungkinkan,
  • 46. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 38 dapat dilakukan di ruangan pemeriksaan umum dengan syarat pasien lansia harus didahulukan. d. Setelah registrasi, bila termasuk kasus gawat darurat akan diberikan penanganan sesuai kasus gawat darurat di IGD/RB dan bila tidak dapat ditangani di puskesmas akan dirujuk ke FKTRL. e. Bila bukan termasuk kasus gawat darurat maka akan diberikan pelayanan di poli klaster 3 untuk usia produktif dan lansia. Pasien mendapatkan pemeriksaan sesuai standar.  untuk usia produktif yaitu skrining PTM, PM dan layak hamil.  untuk lansia (60 tahun keatas) yaitu skrining/penilaian pengkajian paripurna pasien geriatri, skrining PTM (hipertensi, DM, kardiovaskuler, kanker payudara, paru, usus/kolorektal, skrining PPOK, obesitas) dan PM (TBC). Bila pasien membutuhkan pelayanan farmasi dapat diberikan bila diperlukan. f. Hasil penilaian pengkajian paripurna geriatri :  Lansia sehat dengan kategori mandiri atau lansia dengan ketergantungan ringan, atau mempunyai penyakit yang terkontrol, maka akan diberikan pelayanan di ruang kegiatan lansia dengan berbagai aktifitas seperti latihan fisik, stimulasi kognitif, edukasi/konseling, PMT, penyuluhan, interaksi sosial. Setelah itu pasien dapat pulang.  Bila ditemukan lansia dengan kategori kelompok lansia dengan ketergantungan sedang, berat atau total, maka harus mengikuti program layanan perawatan di rumah (homecare), dapat melibatkan pelaku rawat/pendamping/ caregiver atau dirujuk ke Rumah Sakit. g. Bagi pasien usia reproduksi dan llansia yang mempunyai masalah kesehatan akan diberikan pelayanan pengobatan dan konsultasi di poli klaster 3. Jika tidak mampu ditangani di puskesmas akan dirujuk ke FKRTL. h. Bagi lansia yang mempunyai masalah kesehatan akan diberikan pelayanan pengobatan dan konsultasi di poli klaster 3. Jika tidak mampu ditangani di puskesmas akan dirujuk ke FKRTL. i. Bila pasien dengan tidak perlu pelayanan umum lainnya, setelah mendapat pemeriksaan sesuai standar diatas, maka pasien dapat pulang. j. Bila pasien membutuhkan pelayanan umum lainnya maka dapat diberikan pelayanan yang diperlukan seperti pengobatan gigi dan mulut, laboratorium, rawat inap (bila ada). Setelah mendapatkan pelayanan yang sesuai, maka akan dilakukan evaluasi apakah membutuhkan konsultasi ulang atau tidak. k. Bila pasien membutuhkan penanganan spesialistik maka akan dirujuk ke FKTRL. l. Pelayanan dalam puskesmas termasuk PWS yaitu melakukan analisa beban penyakit meliputi morbiditas dan cakupan pelayanan. m.
  • 47. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 39 Paket pelayanan kesehatan usia produktif dilaksanakan untuk mencegah dan menangani permasalahan penyakit tidak menular, masalah gizi (anemia, obesitas), gangguan mental emosional dan depresi, keluarga berencana serta persiapan kehamilan. Paket pelayanan kesehatan lansia (usia > 60 tahun) dilaksanakan untuk menangani permasalahan penyakit tidak menular dan kanker, masalah gizi, masalah penglihatan dan indera serta demensia. 2. Layanan Luar Puskesmas: a. Pelayanan luar puskesmas dilakukan di posyandu prima, FKTP lain (klinik pratama, praktik mandiri). b. Kegiatan di posyandu prima meliputi: pelayanan kesehatan dan evaluasi PWS. c. Bila diperlukan pemantauan lanjutan akan dilakukan kunjungan rumah baik oleh kader atau nakes. Pada pilot project penerapan integrasi pelayanan kesehatan di klaster 3 akan melihat:  Penguatan pelayanan terpadu PTM termasuk deteksi faktor risiko dan kepatuhan pengobatan PTM (Hipertensi dan DM) serta skrining pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G)  Penerapan penanganan infeksi TBC
  • 48. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 40 Gambar 4.1. Alur Kerja Klaster 3 (Usia Produktif dan Lansia)
  • 49. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 41 B. Pelayanan Usia Produktif dan Lansia Paket layanan skrining beberapa penyakit (hipertensi, Diabetes Melitus, kardiovaskular, kanker payudara, kanker leher rahim, paru, usus dan talasemia serta PPOK) dilaksanakan dengan prinsip sama antara usia produktif dan lansia, meliputi: 1. Skrining Hipertensi • Sasaran: penduduk usia ≥ 15 tahun • Kegiatan dilaksanakan secara rutin dan berkala untuk memudahkan masyarakat menjangkau layanan dan berdampak pada keberhasilan pencapaian target. • Skrining untuk deteksi dini hipertensi dapat dilakukan di Pos Binaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM)/Posyandu/Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), fasyankes atau laboratorium klinik swasta, komunitas, sekolah, kampus, instansi/ tempat kerja dan serta tempat-tempat umum lainnya, melalui pemeriksaan tekanan darah menggunakan tensimeter digital. • Di komunitas deteksi dini hipertensi dilakukan oleh kader terlatih dan penegakan diagnosis dilakukan di Puskesmas/ FKTP. • Klasifikasi Hipertensi pada anak dan orang dewasa usia 18 tahun ke atas pada PNPK Tata laksana Hipertensi Anak dan Dewasa sebagai berikut: Tabel 4.1 Klasifikasi Hipertensi pada Dewasa Klasifikasi TD sistolik (mmHg) TD diastolic (mmHg) Optimal < 120 dan < 80 Normal 120-129 dan/atau 80-84 Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89 Hipertensi derajat 1 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi derajat 2 160-179 dan/atau 100-109 Hipertensi derajat 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110 Hipertensi sistolik terisolasi ≥ dan < 90
  • 50. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 42 Tabel 4.2 Klasifikasi Hipertensi pada Anak menurut AAP Tahun 2017 Anak Usia 1-13 tahun Anak Usia ≥ 13 tahun Tekanan darah normal Sistolik dan diastolik < persentil 90 < 120/80 mmHg Tekanan darah meningkat Sistolik dan diastolik ≥ persentil 90 tetapi < persentil 95, atau 120/80 mmHg tetapi < persentil 95 120/< 80 mmHg - 129/ < 80 mmHg - Hipertensi tingkat 1 Sistolik dan diastolik diantara persentil 95 dan persentil 95+12 mmHg, atau 130/80 mmHg – 138/89 mmHg 130/80 mmHg - 138/89 mmHg Hipertensi tingkat 2 Sistolik atau diastolik ≥ persentil 95+12 mmHg, atau ≥ 140/90 mmHg ≥ 140/90 mmHg • Penilaian hasil skrining Hipertensi dan tindak lanjutnya: o Berdasarkan skrining pada kegiatan Posyandu atau Posyandu Prima - Normal : tetap pertahankan gaya hidup sehat - Normal Tinggi: edukasi untuk melakukan gaya hidup sehat dan pemantauan setiap bulan. - Hipertensi: tindak lanjut dini ke fasilitas pelayanan kesehatan o Berdasarkan skrining di Puskesmas/FKTP - Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat - Normal Tinggi: edukasi untuk melakukan gaya hidup sehat dan pemantauan setiap bulan - Hipertensi: tatalaksana sesuai PPK dan standar lain yang berlaku • Tatalaksana hipertensi dilakukan di Puskesmas/FKTP dilakukan dengan PANDU PTM sesuai standar. • Disamping pemeriksaan tekanan darah, di Puskesmas pada pasien hipertensi usia ≥ 40 tahun juga dilakukan pemeriksaan
  • 51. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 43 deteksi dini komplikasi pada organ target untuk melihat kemungkinan adanya komplikasi penyakit jantung, stroke dan kelainan ginjal. Pemeriksaan mata dengan funduskopi, pemeriksaan fungsi jantung dengan EKG dan laboratorium yaitu profil lipid untuk mengetahui dyslipidemia, pemeriksaan fungsi ginjal dengan urinalisa untuk menilai albuminuria, ureum dan kreatinin. • Tindak lanjut skrining dilakukan konseling perubahan perilaku untuk lebih sehat, seperti gizi seimbang, aktivitas fisik, layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) dan terapi yang sesuai Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK). Kunjungan rumah oleh kader untuk memberikan edukasi bila pasien tidak datang 2 kali. 2. Skrining Diabetes Melitus • Sasaran: penduduk usia ≥ 15 tahun • Penapisan DM dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah, dilakukan untuk: o usia 15 - < 40 tahun dengan faktor risiko PTM (riwayat obesitas dan/atau obesitas sentral, dan/atau tekanan darah tinggi) o usia ≥ 40 tahun • Skrining DM di Posyandu dan FKTP dilakukan 1 tahun sekali: o Skrining DM di Posyandu dilaksanakan oleh kader terlatih dan penegakan diagnosa dilakukan di FKTP. o Skrining di Posyandu Prima dan FKTP dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, mengacu pada Panduan Praktik Klinis (PPK), atau ketentuan lain yang berlaku. • Alat dan bahan yang digunakan dalam Skrining DM: 1) Alat pemeriksaan kadar gula darah (Glukometer untuk kegiatan Posyandu/Posyandu Prima atau Clinical Chemistry Analyzer di Puskesmas/FKTP lainnya) 2) Test strip gula darah. 3) Auto lancet 4) Jarum khusus/ lancet untuk pengukuran gula darah. 5) Kapas alkohol. 6) Tissue kering. 7) Sarung tangan.
  • 52. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 44 8) Kotak limbah benda tajam/safety box Tabel 4.3 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kadar Gula darah dengan Glukometer Kriteria Gula darah sewaktu (mg/dl) Gula darah Puasa (mg/dl) Diabetes* ≥ 200 ≥ 126 Prediabetes 140 -199 100 – 125 Normal < 100 < 100 *disertai gejala klasik Tabel 4.4 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah dengan Clinical Chemistry Analyzer Kriteria Glukosa Plasma Sewaktu (mg/dl) Glukosa Plasma Puasa (mg/dl) Glukosa plasma 2 jam Setelah TTGO (mg/dl) HbA1C (%) Diabetes ≥ 200 ≥ 126 ≥ 200 ≥6,5 Prediabetes 140 -199 100 – 125 140 – 199 5,7 – 6,4 Normal < 100 < 100 < 140 < 5,7 Sumber : PNPK Tatalaksana DM tipe 2 dewasa • Penilaian hasil skrining DM dan tindak lanjutnya: o Berdasarkan skrining pada kegiatan Posyandu atau Posyandu Prima - Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat - Prediabetes: edukasi untuk melakukan gaya hidup sehat dan pemantauan selama 3 bulan - Diabetes: tindak lanjut dini ke fasilitas pelayanan kesehatan o Berdasarkan skrining di Puskesmas/FKTP - Normal: tetap pertahankan gaya hidup sehat - Prediabetes: edukasi untuk melakukan gaya hidup sehat dan pemantauan selama 3 bulan
  • 53. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 45 - Diabetes: tatalaksana sesuai PPK dan peraturan lain yang berlaku • Tindak lanjut skrining DM dapat dilakukan kunjungan rumah oleh kader untuk memberikan edukasi. 4. Skrining Kardiovaskular • Sasaran: penderita hipertensi dan Diabetes Melitus yang berusia 40 tahun ke atas. • Pemeriksaan yang dilakukan: o EKG dan lipid profil dilakukan minimal setahun sekali. o Pemeriksaan lipid profil (kolesterol total, HDL, LDL dan Trigliserid) dilakukan pada seluruh penduduk usia 60 tahun keatas serta penderita hipertensi dan atau DM usia diatas 40 tahun. • Skrining kardiovaskular dapat dilakukan di Posbindu PTM/Posyandu/Pos UKK, komunitas, sekolah, kampus, instansi/ tempat kerja dan fasyankes ataupun laboratorium klinik swasta serta tempat-tempat umum lainnya. • Alat yang digunakan di tingkat Puskesmas adalah tensimeter digital, alat pemeriksaan profil lipid, dan alat pemeriksaan EKG. 5. Skrining Kanker Payudara, Serviks, Paru, Usus (Kolorektal) dan Skrining Talasemia • Kanker payudara dan serviks: o Sasaran: Skrining kanker payudara dan kanker leher rahim usia 30-50 tahun dengan riwayat sudah pernah kontak seksual. Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) sebaiknya dilakukan meski diluar rentang usia tersebut. o Pemeriksaan yang dilakukan:  Pemeriksaan payudara - Melalui metoda SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) oleh dokter dan atau bidan yang memiliki kompetensi baik melalui pendidikan tinggi maupun pelatihan, di Puskesmas maupun Posyandu Prima.
  • 54. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 46 - SADANIS dilakukan setiap 3 tahun sekali atau lebih cepat apabila ditemukan kelainan dana tau keluhan pada SADARI. Pada perempuan dengan usia diatas 40 tahun dianjurkan dilakukan SADANIS setiap tahun. - Pasien juga diajarkan untuk melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) di rumah setiap bulannya. - Kenali payudara sendiri, jika ditemukan kelainan seperti benjolan, abnormal pada kulit payudara dan kelainan pada puting dan keluhan/kelainan yang tidak biasa dirujuk ke FKRTL. - Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi.  Pemeriksaan serviks - Deteksi dini kanker serviks melalui skrining dilaksanakan dengan pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam asetat (IVA) - IVA dilakukan 3 tahun sekali namun bila dibutuhkan dapat dilakukan setiap tahun pada populasi berisiko tinggi (multipartner/ pasangan seksual multipel, riwayat seksual kurang dari 18 tahun, riwayat pernikahan lebih dari sekali, infeksi menular seksual berulang, penderita HIV AIDS/ immunocompromised atau mendapatkan terapi imunosupresan jangka panjang, malnutrisi). - Deteksi dini dan tindaklanjut IVA positif dilaksanakan di Puskesmas oleh dokter dan atau bidan yang memiliki kompetensi baik melalui pendidikan tinggi maupun pelatihan. - Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi. • Kanker paru dan kolorektal: o Kanker Paru:  Deteksi dini kanker paru terbatas pada kelompok pasien risiko tinggi.  Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup:
  • 55. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 47 o pasien usia > 40 tahun dengan riwayat merokok ≥ 30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan, atau o pasien ≥ 50 tahun dengan riwayat merokok ≥ 20 tahun dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya (selain usia atau lama merokok, faktor risiko lainnya adalah pajanan radiasi, paparan okupasi bahan kimia karsinogenik, riwayat kanker paru pada pasien atau keluarga dan penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru)  Skrining yang dilakukan di Puskesmas melalui anamnesis faktor risiko Ca paru  Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi. o Kanker kolorektal  Indikasi pemeriksaan dini atau skrining kanker kolorektal adalah individu dengan risiko sedang dan risiko tinggi. Individu dengan risiko sedang adalah bila: 1) Berusia 50 tahun atau lebih; 2) Tidak mempunyai riwayat kanker kolorektal atau inflammatory bowel disease; 3) Tanpa riwayat keluarga kanker kolorektal; dan 4) Terdiagnosis adenoma atau kanker kolorektal setelah berusia 60 tahun.  Individu dengan risiko meningkat atau risiko tinggi adalah bila dengan: 1) Riwayat polip adenomatosa; 2) Riwayat reseksi kuratif kanker kolorektal; 3) Riwayat keluarga tingkat pertama kanker kolorektal atau adenoma kolorektal (rekomendasi berbeda berdasarkan umur keluarga saat di diagnosis); 4) Riwayat inflammatory bowel disease yang lama; dan 5) Diagnosis atau kecurigaan sindrom Hereditary Non- polyposis Colorectal Cancer (HNPCC) atau Lynchatau Familial Adenomatous Polyposis (FAP).
  • 56. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 48  Pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas berupa colok dubur dan pemeriksaan lanjutan (laboratorium) yaitu darah samar faeces.  Tenaga kesehatan/kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi. • Skrining Talasemia o Skrining talasemia untuk menemukan pembawa sifat talasemia untuk mencegah lahirnya bayi dengan talasemia mayor melalui perkawinan antar embawa sifat. o Skrining dilakukan pada saudara kandung dari penyandang talasemia mayor (keluarga ring 1). o FKTP : anamnesis keluarga : apakah punya saudara, anak penyandang talasemia, apakah ada keluarga yang rutin melakukan transfusi darah? Bila ya maka lakukan pemeriksaan darah lengkap yang minimal mencakup pemeriksaan Hb, MCV dan MCH, serta melakukan pemeriksaan sediaan hapusdarah tepi. o Jika hasilnya dicurigai pembawa sifat talasemia bila nilai salah satu dari Hb, MCV atau MCH lebih rendah dari batasan normal (Hb < 11mg/dL, MCV < 80 fL, MCH < 27pq) maka pasien harus dirujuk ke FKTRL untuk pemeriksaan lebih lanjut, atau dapat juga melakukan rujukan sampel (darah yang diambil dibagi 2 tabung dan dirujuk di hari yang sama).
  • 57. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 49 Berikut alur skrining talasemia pada keluarga ring 1: Gambar 4.2 Alur Skrining Talasemia 6. Skrining PPOK • Sasaran skrining merupakan kelompok individu berisiko, usia ≥ 40 tahun, mempunyai riwayat paparan (asap rokok, polusi udara, lingkungan tempat kerja) dan/atau mempunyai gejala dan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, gejala berlangsung lama umumnya semakin memberat. • Deteksi dini PPOK dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun, dapat dilaksanakan dalam (Puskesmas dan Posyandu Prima) dan di luar gedung seperti kegiatan Posbindu/ Posyandu. • Skrining PPOK menggunakan instrumen (kuesioner) PUMA dengan isian 7 pertanyaan, ditambah dengan gejala dan tanda klinis yang ditemukan. Jika: o Skor < 7: Risiko rendah PPOK o Skor > 7: Risiko tinggi PPOK, lakukan pemeriksaan spirometri Pemeriksaan Hb, MCV, MCH, SADT Pemeriksaan analisis Hb dg HPLC/ elektroforesis capillary
  • 58. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 50 • Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi. 7. Skrining Obesitas • Sasaran: usia >15 tahun • Skrining obesitas dilakukan 1 tahun sekali, melalui pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar perut oleh kader di kegiatan Posyandu dan tenaga kesehatan di Posyandu Prima dan Puskesmas. • Kemudian dilakukan pengkategorian baik untuk obesitas umum dan obesitas sentral sesuai nilai rujukan. • Terdapat 2 jenis obesitas yaitu obesitas umum dan obesitas sentral. a. Obesitas umum diukur berdasarkan pengkategorian IMT yaitu melihat perbandingan antara Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB). Tabel 4.5 Kategori Obesitas pada Orang Dewasa Sumber : PMK No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang Kategori IMT Sangat Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0 Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17 - < 18,5 Normal 18,5 – 25, 0 Gemuk (overweight) Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0 Obese Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
  • 59. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 51 b. Obesitas sentral dilihat dari ukuran lingkar perut Tabel 4.6 Kategori Obesitas Sentral No Lingkar Perut Jenis Kelamin Klasifikasi 1 ≤ 90 cm Laki-laki Normal 2 > 90 cm Laki-laki Berisiko/ Obesitas Sentral 3 ≤ 80 cm Perempuan Normal 4 > 80 cm Perempuan Berisiko/ Obesitas Sentral Sumber: The Asia Pasific Perspective, WHO 2000 • Tindak lanjut hasil skrining obesitas: o Posyandu Prima dan kegiatan Posyandu  Jika ditemukan hasil kategori obesitas, dilakukan edukasi untuk melakukan gaya hidup sehat dan pemantauan selama 3 bulan untuk kemudian dilakukan evaluasi, apakah perubahan gaya hidup sehat berhasil membuat perubahan pada kondisi obesitasnya atau tidak.  Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi  Jika tidak terdapat perubahan maka dilakukan tindak lanjut dini ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. o Puskesmas Hasil skrining ditindaklanjuti dan ditatalaksana sesuai dengan hasil pemeriksaan.  Obesitas: intervensi melalui pengaturan pola makan, aktivitas dan latihan fisik, pengaturan waktu tidur, pengaturan perilaku mengelola stress; edukasi dan konseling; serta rujukan bila ada penyakit penyerta dan atau sindroma metabolik.  Gemuk /overweight: edukasi perubahan gaya hidup sehat  Normal: pertahankan gaya hidup sehat
  • 60. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 52 8. Skrining TBC • Sasaran: o Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) o Penyandang DM o Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis pada usia produktif o Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif atau tidak diketahui  Pasien immunokompremais lainnya (Pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll).  Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik. o Kelompok masyarakat umum yang tinggal di wilayah tertentu, sesuai dengan kebutuhan • Metode skrining: Wawancara gejala dan tanda TBC dan edukasi hasil skrining gejala dan tanda TBC dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas dan Posyandu Prima dan saat kegiatan Posyandu (petugas medis atau paramedis). Jika sarana memadai, metode skrining TBC dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ronsen dada. • Tindak lanjut setelah skrining TBC: Usia produktif dan lansia yang terindikasi terduga TBC dilakukan pengambilan, pengemasan dan pengiriman dahak melalui Posyandu Prima atau pengambilan dahak untuk penegakan diagnosis TBC di Puskesmas, untuk pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) atau mikroskopis BTA (jika ada keterbatasan pemeriksaan TCM). • Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk melakukan wawancara gejala TBC, investigasi kontak serta edukasi terkait TBC. 9. Pelayanan pengobatan Pelayanan pengobatan pada usia produktif dan lansia disesuaikan dengan kasus dan kewenangan serta dapat dintegrasikan dengan pelayanan yang ada di FKTP. Diusahakan
  • 61. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 53 pelayanan di FKTP diberikan selesai dalam satu waktu (one stop services) atau bila tidak memungkinkan ditetapkan janji temu pada pertemuan berikutnya. C. Pelayanan Usia Produktif Selain pelayanan yang memiliki prinsip yang sama antara usia produktif dan lansia sebelumnya, terdapat pelayanan yang khusus ditujukan bagi usia produktif, yaitu: 1. Skrining Masalah Kesehatan Jiwa • Sasaran: usia diatas 18 tahun • Penapisan (skrining) akan adanya masalah kesehatan jiwa/mental dilakukan paling sedikit 1 kali setahun dengan menggunakan kuesioner Self Rating Quesioner (SRQ-20). Agar mendapatkan hasil yang optimal, sasaran perlu memahami bahwa: o Pertanyaan berkaitan dengan apa yang saya/anda alami, bukan terkait apa yang saya/anda harus nya alami. o Time frame/lini masa kondisi yang dialami adalah 30 hari terakhir, jadi tidak menyaring kondisi yang terjadi lebih dari satu bulan yang lalu. o Mendapatkan hasil > dari 6 TIDAK berarti saya/anda mengalami gangguan jiwa, akan tetapi berarti saya/anda berpotensi mengalami masalah kesehatan jiwa dan memerlukan penelusuran lebih lanjut oleh petugas kesehatan di pelayanan primer. • Pelaksanaan skrining ini dilakukan oleh kader, guru, tenaga kesehatan dan atau orang tua, baik di kegiatan Posyandu, sekolah, di Posyandu Prima ataupun Puskesmas, dan dapat dilaksanakan secara terpadu dengan skrining program lain, seperti: gizi, penyakit menular (TBC, HIV, Sifilis dan Hepatitis B dll), penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes, talasemia, dll). • Skrining menggunakan kuesioner cetak atau elektronik (google form, aplikasi android sehat jiwa dan sebagainya). • Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk penemuan kasus masalah kesehatan jiwa.
  • 62. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 54 2. Skrining Kebugaran • Skrining kebugaran jasmani dilakukan melalui pengukuran kebugaran minimal setiap 6 bulan sekali dengan metode Rockport. Metode ini sederhana dengan sarana yang minimal, sehingga dapat dilakukan oleh Puskesmas maupun dengan bekerja sama dengan perusahaan di wilayah kerjanya. • Metode Rockport : o Merupakan tes pengukuran jasmani yang mudah, murah dan dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat tanpa risiko yang besar terhadap cidera dan memiliki risiko minimal bagi yang memiliki fator risiko terhadap penyakit. o Tes ini dilakukan dengan berjalan atau berlari di lintasan datar sepanjang 1,6 km (seperti halaman sekolah, kantor, fasilitas umum perumahan dan tidak harus lintasan atletik dalam stadion gelanggang olahraga). o Terdapat pada aplikasi SIPGAR maupun dilakukan manual pada daerah dengan jaringan telekomunikasi terbatas. o Kategori tingkat kebugaran dinilai dengan melihat waktu tempuh, usia dan jenis kelamin berdasarkan tabel penilaian rockport (tabel B.1) dilanjutkan dengan program latihan fisik sesuai dengan tingkat kebugaran jasmani yang disarankan. • Kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi keluarga tentang pentingnya skrining dan menjaga kebugaran. 3. Skrining Layak Hamil • Untuk usia produktif yang sudah menikah (Pasangan Usia Subur/PUS) perlu kelayakan untuk dapat merencanakan kehamilan sehat. Bagi yang tidak layak hamil atau berisiko dipastikan untuk menggunakan kontrasepsi untuk mengindari kehamilan tidak diinginkan dan kehamilan risiko tinggi. • Skrining layak hamil dapat dilakukan secara mandiri oleh calon pengantin dan pasangan usia subur maupun dibantu oleh kader saat kegiatan Posyandu, sehingga dapat
  • 63. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 55 diketahui status kesehatannya apakah dapat menjalani kehamilan secara sehat atau layak untuk menjalani kehamilan. Skrining dilaksanakan menggunakan aplikasi kescatin yang hasilnya kemudian diverifikasi dan ditindak lanjuti oleh petugas kesehatan. • Pelaksanaan dan tindak lanjut skrining layak hamil dapat dilaksanakan secara terpadu dengan program lain, seperti: program gizi, penyakit menular (tuberkulosis, HIV, Sifilis dan Hepatitis B dll), penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes, talasemia dll), dan pelayanan kejiwaan. • Skrining layak hamil berupa pemeriksaan Pasangan Usia Subur (PUS) di Posyandu Prima, dan pemeriksan PUS dan catin di Puskesmas oleh tenaga Kesehatan. • Tindaklanjut dan tatalaksana sesuai hasil skrining layak hamil: o Di Posyandu Prima:  PUS Layak hamil: konseling perencanaan kehamilan sehat  PUS dapat hamil dengan pengawasan: rujuk ke puskesmas untuk mendapatkan tatalaksana, konseling dan perencanaan kehamilan  PUS tidak layak hamil: konseling dan pemasangan kontrasepsi o Di Puskesmas  Catin/PUS Layak hamil: konseling perencanaan kehamilan sehat  Catin/PUS dapat hamil dengan pengawasan: tatalaksana penyakit/masalah kesehatan, konseling dan perencanaan kehamilan  Catin/PUS tidak layak hamil: tatalaksana penyakit/ masalah kesehatan, konseling dan pemasangan kontrasepsi 4. Pelayanan KB  Pelayanan kontrasepsi merupakan komponen utama program KB dengan fungsi memberikan pelayanan konseling dan pemakaian kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi yang aman dan bermutu perlu memenuhi kriteria berikut:
  • 64. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 56 o Diberikan oleh tenaga kesehatan terampil yang memiliki standar kompetensi; o Memberikan pelayanan konseling informasi tentang manfaat kontrasepsi, kemungkinan gejala efek samping samping dan cara mengatasi, dan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan kesehatan ibu; o Menyediakan pilihan kontrasepsi, dan mampu melakukan fasilitasi rujukan efektif ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi sesuai kebutuhan kesehatan ibu.  Pelayanan kontrasepsi dilakukan secara berkesinambungan mulai dari pra pelayanan, pelayanan kontrasepsi dan pasca pelayanan. o Pra pelayanan dilakukan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi, pelayanan konseling, penapisan kelayakan medis dan permintaan persetujuan tindakan tenaga kesehatan. Konseling yang diberikan meliputi manfaat, kesesuaian alat kontrasepsi, kemungkinan gejala efek samping dan cara-cara mengatasi, dan alternatif pilihan alat kontrasepsi. Prinsip konseling membuat ibu mampu memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan mereka. o Pelayanan Kontrasepsi adalah pemberian kondom, pil, suntik, pemasangan atau pencabutan implant, pemasangan atau pencabutan AKDR, pelayanan vasektomi tanpa pisau (VTP). Pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan pada Masa Interval, Paska Persalinan Pasca Keguguran dan Pelayanan kontrasepsi darurat. Pelayanan KB pada paska persalinan dan paska keguguran bekerjasama dengan klaster 2. o Pasca Pelayanan Kontrasepsi meliputi Pemberian konseling dan Pelayanan medis/rujukan apabila di perlukan setelah dilakukan pelayanan kontrasepsi.  Pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan di: o Kegiatan Posyandu: Pil, suntik dan kondom. o Posyandu Prima: Pil, suntik kondom, implant dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
  • 65. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 57 o Puskesmas: Pil, suntik kondom, implant dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan Metode Operasi Pria (MOP) berupa vasektomi tanpa pisau (VTP).  Kader dapat membantu petugas kesehatan dalam memberikan edukasi dan mobilisasi (misalnya pemberian kondom, dll). D. Pelayanan Lansia Selain pelayanan yang memiliki prinsip yang sama antara usia produktif dan lansia sebelumnya, terdapat pelayanan yang khusus ditujukan bagi lansia, yaitu: 1. Skrining Status Gizi, Tingkat Kemandirian, Risiko Jatuh, Mental Emosional dan Kognitif (Demensia)  Setiap lansia (60 tahun ke atas) yang berkunjung ke Puskesmas, Pustu atau posyandu pada kunjungan atau kontak pertama dengan petugas kesehatan dilakukan skrining pengkajian paripurna menggunakan instrument pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G) minimal 1 tahun sekali.  Penilaian dilakukan menyeluruh terhadap lanjut usia dari aspek biologis, kognitif, psikologis dan sosial untuk menentukan permasalahan dan rencana penatalaksanaan terhadap lansia.  Pemeriksaan skrining yang dilakukan meliputi: o Posyandu Prima dan Puskesmas: Pengkajian paripurna pasien geriatri (pemeriksaan BB, TB, LP, TD, tingkat kemanditian, anamnesa perilaku berisiko, status mental dan kognitif), kuesioner SRQ-20 serta pemeriksaan laboratorium sederhana gula darah, kolesterol dan asam urat, dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hasil skrining ditindaklanjuti dan ditatalaksana sesuai dengan hasil pemeriksaan. o Kegiatan Posyandu: Skrining kesehatan pada Lansia berupa pemeriksaan BB, TB, LP, TD, kuesioner SRQ-20, tingkat kemandirian, anamnesa perilaku berisiko, gangguan mental dan kognitif, pemeriksaan laboratorium sederhana (gula
  • 66. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 58 darah, kolesterol) yang dilakukan oleh kader didampingi oleh tenaga kesehatan.  Kunjungan rumah dilakukan oleh kader bagi lansia yang tidak datang atau belum mau datang atau dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat dengan memberikan edukasi pada keluarga.  Jika ditemukan kelainan hasil pemeriksaan, dilakukan rujukan ke Puskesmas atau Rumah sakit sesuai masalah yang ditemukan dan kebutuhan lansia. 2. Skrining Katarak  Skrining katarak bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit katarak pada mata dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan, ditandai terlihatnya warna putih pada manik mata sehingga penglihatan menjadi berkabut.  Katarak paling sering ditemukan berkaitan dengan proses degenerasi lensa pada usia di atas 40 tahun (katarak senilis), sehingga idealnya skrining dilakukan sejak usia tersebut.  Skrining katarak pada lansia dilakukan 1 kali setahun, sesuai dengan tempat pelaksanaan skrining katarak, yaitu: o Kegiatan Posyandu  Skrining katarak pada kegiatan posyandu dilaksanakan dengan bantuan kader untuk melakukan tes tajam penglihatan secara sederhana dengan metode hitung jari. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya penurunan tajam penglihatan yang merupakan salah satu tanda katarak.  Pemeriksaan hitung jari dilakukan pada masing-masing mata dari jarak 6 meter. Dikatakan tidak ada gangguan penglihatan jika menjawab benar dalam hitung jari sebanyak 3 kali berturut-turut. Jika dalam pemeriksaan 3 kali hitung jari tersebut terdapat jawaban salah, maka dicurigai mempunyai gangguan penglihatan.
  • 67. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 59  Jika ditemukan penurunan tajam penglihatan dari jarak 6 meter, dilakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga kesehatan di Puskesmas. o Puskesmas dan Posyandu Prima  Skrining awal katarak dapat dilakukan di Posyandu Prima melalui pemeriksaan tajam penglihatan. Hasil skrining kemudian ditindaklanjuti dengan tes bayangan atau shadow test oleh tenaga kesehatan yaitu dokter di Posyandu Prima (apabila tersedia) dan Puskesmas.  Test bayangan atau shadow test bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Dasar pemeriksaan adalah makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh tersebut, sedang makin tebal kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa.  Skrining katarak di puskesmas dilakukan dengan pemeriksaan visus dan shadow test. - Pemeriksaan visus dilaksanakan dengan Snellen chart atau Tumbling E chart dengan koreksi terbaik atau menggunakan pinhole. - Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk segmen anterior dimana tidak ditemukan kekeruhan kornea dan tampak reflek pupil masih baik. - Shadow test dilakukan menggunakan senter atau penlight untuk memperhatikan bayangan iris pada kekeruhan lensa.  Penilaian hasil pemeriksaan: - Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil lensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke depan) ini terjadi pada katarak matur, keadaan ini disebut shadow test positif (+). - Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat ada katarak matur, keadaan ini disebut shadow test negatif (-).
  • 68. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 60 Ringkasan paket pelayanan usia produktif dan lansia tercantum pada tabel 4.7. - Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan ini disebut pseudo positif.  Jika ditemukan hasil pemeriksaan shadow test positif, dilakukan edukasi dan konseling terkait perawatan katarak, serta rujukan ke rumah sakit. 3. Skrining Kebugaran  Skrining kebugaran jasmani bagi lansia dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas kesehatan minimal setiap 6 bulan sekali dengan metode tes jalan 6 menit yang terdapat pada aplikasi SIPGAR maupun dilakukan manual pada daerah dengan jaringan telekomunikasi terbatas. Skrining ini cukup sederhana dengan sarana yang minimal.  Tes jalan 6 menit dinilai sebagai pemeriksaan paling aman bagi lansia dan tidak berisiko ditengah-tengah pelaksanaan tes. Tesi ini dinilai dari jarak yang dapat ditempuh dalam waktu 6 menit. Penilaian tes jalan 6 menit kelompok lansia dapat dilihat di tabel C1 Lampiran 4 halaman 84.  Skrining kebugaran jasmani dilanjutkan dengan program latihan fisik sesuai dengan tingkat kebugaran jasmani yang direkomendasikan. Rekomendasi latihan fisik untuk lansia: o Aktivitas fisik aerobik intensitas sedang 150 menit perminggu atau intensitas tinggi 75 menit perminggu atau kombinasi keduanya. o Aktivitas fisik untuk meningkatkan kekuatan otot dilakukan setidaknya 2 kali seminggu. o Lansia dengan mobilitas yang buruk perlu melakukan aktivitas fisik untuk meningkatkan keseimbangan dan mencegah jatuh setidaknya 3 kali seminggu. o Apabila lansia tidak dapat melakukan aktivitas fisik sesuai rekomendasi, dianjurkan untuk tetap melakukan aktivitas fisik sesuai kondisi dan kemampuannya dengan bantuan dari tenaga ahli seperti dokter olahraga, ortopedi, fisioterapi atau pelatih kebugaran.
  • 69. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan di Puskemas 61 Tabel 4.7 Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Lansia  Usia Produktif Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/ Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) Penyakit Tidak Menular dan kanker, masalah gizi (anemia, obesitas), gangguan mental emosional dan depresi pada usia produktif Skrining hipertensi dan Diabetes Melitus (1x/tahun) Edukasi keluarga Tekanan darah, gula darah Tekanan darah, gula darah Tekanan darah, gula darah, urinalisis Skrining jantung dan stroke (1x/tahun) - - EKG, profil lipid Skrining kanker Payudara (1x/tahun) Serviks (1/ 3 tahun) Usus (1x/ tahun) Paru (1x/ tahun) SADANIS  Pemeriksaan payudara klinis  Inspeksi visual dengan asam asetat  Darah samar feces, colok dubur  Anamnesis faktor risiko Ca paru Skrining PPOK (1x/ tahun) Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA Skrining obesitas (1x/ tahun) TB, BB, LP TB, BB, LP TB, BB, LP Skrining TBC (1x/ tahun) Gejala TBC, investigasi kontak, edukasi Gejala TBC Gejala TBC, pengambilan dahak Skrining gejala TBC, BTA/TCM/Ro
  • 70. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 62  Usia Produktif Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/ Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) Skrining masalah kesehatan jiwa (1 kali/ tahun) Penemuan kasus masalah kesehatan jiwa Kuesioner SRQ 20 Kuesioner SRQ 20  Kuesioner self reporting questioner (SRQ 20)  Kuesioner ASSIST (untuk menapis penyalahgunaan NAPZA secara dini) Skrining kebugaran (1x/ 6 bulan) Edukasi keluarga Pengukuran kebugaran dengan test rockport Skrining layak hamil (1x/ tahun) - Skrining layak hamil (kuesioner aplikasi) Pemeriksaan kesehatan pasangan usia subur Pemeriksaan kesehatan catin dan pasangan usia subur Pelayanan pengobatan Pemantauan kepatuhan pengobatan TBC, hipertensi, DM, gangguan jiwa P3K Pengobatan terbatas  Pengobatan hipertensi, DM dengan monitoring gula darah dan HbA1C  Pengobatan TBC dan pencegahan TBC (TPT)  Pengobatan gangguan jiwa  Pengobatan penyakit akibat kerja Pelayanan KB Edukasi dan mobilisasi Pil, suntik, kondom Pil, suntik, kondom, implant dan AKDR Pil, suntik, kondom, implant, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Metode Operasi Pria (MOP)
  • 71. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 63  Lansia Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/ Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) Penyakit Tidak Menular dan kanker, masalah gizi, masalah penglihatan dan indera, serta demensia pada lansia Skrining hipertensi dan Diabetes Melitus (1x/tahun) Edukasi keluarga Tekanan darah, gula darah Tekanan darah, gula darah Tekanan darah, gula darah, urinalisis Skrining jantung dan stroke (1x/tahun) - - EKG, profil lipid Skrining kanker:  Payudara (1x/3 tahun)  Usus (1x/ tahun)  Paru (1x/ tahun) - SADANIS  Pemeriksaan payudara klinis  Darah samar feces, colok dubur  Anamnesis faktor risiko Ca paru Skrining PPOK (1x/ tahun) Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA Kuesioner PUMA Skrining status gizi, tingkat kemandirian, risiko jatuh, mental emosional dan kognitif (demensia) BB, TB, LP, TD, kuesioner SRQ- 20, tingkat kemandirian, anamnesa perilaku berisiko, gangguan mental dan kognitif, pemeriksaan BB, TB, LP, TD, anamnesa perilaku berisiko, status fungsional (tingkat kemandirian dan risiko jatuh), status gizi, mental dan kognitif, pemeriksaan lab sederhana (gula BB, TB, LP, TD, anamnesa perilaku berisiko, status fungsional (tingkat kemandirian dan risiko jatuh), status gizi, mental dan kognitif, pemeriksaan laboratorium (gula darah, kolesterol, asam urat), kuesioner SRQ-20.
  • 72. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan di Puskemas 64  Lansia Sasaran Masalah Kesehatan Pelayanan Kesehatan Delivery Unit Kunjungan Rumah (Rumah/ Masyarakat) Event Posyandu (Dusun/RT/RW) Posyandu Prima (Desa/Kelurahan) Puskesmas (Kecamatan) lab sederhana (gula darah, kolesterol) darah, kolesterol, asam urat), kuesioner SRQ-20. Skrining TBC (1x/ tahun) Gejala TBC, investigasi kontak, edukasi Gejala TBC Gejala TBC, pengambilan dahak Skrining gejala TBC, BTA/TCM Skrining katarak (1 kali/ tahun) - - Tajam penglihatan Shadow test Pemeriksaan visus, shadow test Skrining kebugaran (1x/ 6 bulan) - - - Test kebugaran dengan tes jalan 6 menit Pelayanan pengobatan Pemantauan kepatuhan pengobatan TBC, hipertensi, DM, gangguan jiwa Pemantauan kepatuhan pengobatan TBC Pengobatan terbatas, pemantauan kepatuhan pengobatan TBC  Pengobatan hipertensi, DM dengan monitoring gula darah dan HbA1C  Pengobatan TBC dan pencegahan TBC (TPT)  Pengobatan gangguan jiwa
  • 73. Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan di Puskemas 64 Klaster Penanggulangan Penularan Penyakit BAB V